dermatitis venenata

18
DERMATITIS VENENATA BAB I PENDAHULUAN Penyakit alergi dan imunologik yang bermanifestasi pada kulit termasuk masalah yang paling sering dijumpai. Di antara berbagai bentuk kelainannya: dermatitis kontak alergik, dermatitis atopik dan urtikaria merupakan penyakit alergi kulit yang banyak dijumpai pada masyarakat. Dermatitis kontak alergik merupakan manifestasi reaksi hipersensitivitas lambat, dan terjadi akibat pajanan individu yang tersensitasi dengan bahan alergen kontak. Dermatitis Venenata sering dikenal dengan sebutan Tom Cat. Dermatitis Venenata merupakan gambaran spesifik, disebabkan oleh sekret/debris serangga terutama dari genus Paederus, serta getah tumbuhan dengan bentuk lesi linier. Kulit yang terkena penyakit ini akan menjadi merah dan melepuh, disertai rasa panas seperti terbakar. Fase merah, melepuh, dan terasa panas ini berlangsung 1-3 hari. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini dapat menyebar dan meluas. Inilah mengapa penyakit ini sering disangka sebagai penyakit infeksi. Bila penyakit ini sudah mendekati sembuh, maka kulit akan berwarna coklat, dan menimbulkan bekas seperti luka 1

Upload: astrid-wardhani

Post on 26-Jul-2015

1.315 views

Category:

Documents


113 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Venenata

DERMATITIS VENENATA

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit alergi dan imunologik yang bermanifestasi pada kulit termasuk

masalah yang paling sering dijumpai. Di antara berbagai bentuk kelainannya:

dermatitis kontak alergik, dermatitis atopik dan urtikaria merupakan penyakit

alergi kulit yang banyak dijumpai pada masyarakat. Dermatitis kontak alergik

merupakan manifestasi reaksi hipersensitivitas lambat, dan terjadi akibat pajanan

individu yang tersensitasi dengan bahan alergen kontak. Dermatitis Venenata

sering dikenal dengan sebutan Tom Cat.

Dermatitis Venenata merupakan gambaran spesifik, disebabkan oleh

sekret/debris serangga terutama dari genus Paederus, serta getah tumbuhan

dengan bentuk lesi linier. Kulit yang terkena penyakit ini akan menjadi merah dan

melepuh, disertai rasa panas seperti terbakar.  Fase merah, melepuh, dan terasa

panas ini berlangsung 1-3 hari. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini dapat menyebar

dan meluas. Inilah mengapa penyakit ini sering disangka sebagai penyakit infeksi.

Bila penyakit ini sudah mendekati sembuh, maka kulit akan berwarna coklat, dan

menimbulkan bekas seperti luka bakar dan herpes. Kelenjar Hemolympha pada

Paedrus ini mengandung Paederine yang akan mengenai kulit apabila serangga ini

remuk akibat refleks menyingkirkan serangga ini. Paederine dapat memicu

epidermal necrosis dan acantholisys sehingga timbul dermatitis. Serangga ini

sebenarnya tidak menyengat dan tidak menggigit, apabila serangga tersebut tidak

remuk, maka Paederine yang tersimpan dalam hemolympha tidak berbahaya bagi

manusia. Para pelajar dan mahasiswa yang banyak beraktivitas di luar ruangan

memungkinkan lebih sering dengan sekret/debris serangga ataupun getah tumbuh-

tumbuhan.

Gejala dari dermatitis venenata adalah

Tidak ada gejala prodormal (lesu, lemas, nafsu makan menurun).

Lesi muncul tiba-tiba di pagi hari.

1

Page 2: Dermatitis Venenata

Lesi berbentuk garis linear dan berwarna merah.

Lesi hanya pada tempat yang tida tertutup pakaian.

Tidur dengan lampu menyala.

Kissing effect atau kissing lesion, kulit yang tertempel atau terkena lesi

akan berubah menjadi lesi baru.

2

Page 3: Dermatitis Venenata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Dermatitis venenata adalah dermatitis yang disebabkan oleh gigitan, liur,

atau bulu serangga. Penyebabnya adalah toksin atau allergen dalam cairan gigitan

serangga tersebut.

B. Etiologi

Serangga yang menyebabkan dermatitis venenata biasa dikenal dengan

sebutan tom cat. Tom cat (Paederus sp) atau yang sering dikenal dengan semut

kayap, merupakan kumbang dengan habitat di sawah, semak-semak, dan tambak

liar dengan sedikit semaksemak. Tom cat merupakan predator dari hama wereng.

Kumbang ini temasuk dalam ordo Orthotera, sub ordo Rove Beetle, genus

Staphylinidae dengan banyak spesies. Ciri kumbang ini adalah kepala berbentuk

seperti semut, berwarna hitam, punggung hitam, dan oranye, sayap kebiruan.

ukurannya sekitar 7-0 mm. Kumbang ini terkenal dengan sebutan tom at karena

mirip dengan pesawat tempur Tomcat F-14. Tomcat memilki zat pederin di

sirkulasi darah, sehingga telur, pupa, dan kumbang dewasa ini akan mengeluarkan

zat pederin saat tubuhnya hancur atau merasa terancam.

C. Patogenesis

Dermatitis venenata termasuk reaksi tipe IV ialah hipersentivitas tipe

lambat. Patogenesisnya melalui 2 fase yaitu :

Fase induksi :

Saat kontak pertam anergen dengan kulit sampai limposit mengenal dan

memberi respon, memerlukan waktu 2 – 3 minggu.

Fase Elisitas :

3

Page 4: Dermatitis Venenata

Terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa sel efektor yang

telah tersintisasi mengeluarkkan limforkrim yang mampu menarik berbagai

sel badan sehingga terjadi gejala klinis.

D. Manifestasi Klinis

Erupsi dimulai ketika unsur penyebeb mengenai kulit. Reaksi pertama

mencakup rasa gatal, terbakar dan eritama yang segera diikuti oleh gejela edema,

pakula, vesikel serta perembesan atau sekret. Pada fase subkutis, perubahan

vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah menjadi pembentukan

krusta, pengeringan atau bila pasien terus menerus menggaruk kulitnya, penebalan

kulit (likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna) akan terjadi infasi sekunder

timbul kembali

E. Diagnosis

Diagnosis berdasarkan anamnese dan gambaran klinis. Percobaan tempel

tidak dapat dilakukan pada stadium akut, karena akan memberatkan penyakit.

F. Pengobatan

Proteksi terhadap zat penyebab dan penghindaran kontakan merupakan

tindakan penting. Pada reaksi lokal diberikan kortikosteroid, hidrokortison

meupakan lini pertama pengobatan sebagai antiinflamasi ringan, apabila terjadi

reaksi sistemik maka dipertimbangkan pemberian obat secara sistemik.

Antihistamin sistemik tidak di indikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak

ada pembebasan histamin. Pada stadium selanjutnya terjadi pembebasan histamin

secara pasif. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan penyakit berat misalnya

prednison 20 mg sehari. Terapi topikal digunakan sesuai dengan petunjuk umum

pengobatan dermatitis.

Penatalaksanaan pada dermatitis venenata pada tahap lanjut adalah

1. Kortikosteroid oral (dexametason 4 x 5 mg selama 5 hari) diberikan untuk

mengurangi dan mencegah berkembangnya dermatitis alergi semakin luas.

4

Page 5: Dermatitis Venenata

2. Antihistamin (ciproheptadine 3 x 4 mg selama5 hari) diberikan untuk keadaan

pruritus penderita dengan mencegah degranulasi sel mast

3. Antibiotik sistemik (sefadroksil 2 x500 mg selama 5 hari) untuk pengobatan

infeksi sekunder.

BAB III

LAPORAN KASUS

A. STATUS PENDERITA

Identitas Penderita

Nama : Nn. A

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Agama ; Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Kentingan, Surakarta

B. DATA DASAR

1. Keluhan Utama : Garis kemerahan

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengeluhkan sudah 2 hari terdapatnya suatu garis merah

dan menyerupai garis linier pada kedua lengan tangannya. Pasien merasa

gatal pada kulit yang ada garis linier tersebut. Kemudian pasien

menggaruk lengannya. Pada lengan yang digaruk pasien merasa agak

panas pada tempat yang digaruk tersebut.

3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat alergi : (-)

Riwayat sakit serupa : (-)

4. Riwayat penyakit keluarga

5

Page 6: Dermatitis Venenata

Riwayat alergi : (-)

5. Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok : Disangkal

Riwayat minum alkohol : Disangkal

Riwayat minum jamu : Disangkal

Riwayat minum obat-obatan : Disangkal

Riwayat minum-minuman suplemen : Disangkal

Riwayat tidur dengan lampu

menyala : (+)

6. Riwayat Perkawinan dan Sosial Ekonomi

Penderita belum menikah.

7. Riwayat Gizi

Sebelum sakit, penderita makan teratur tiga kali sehari dengan nasi, sayur,

tahu, dan tempe, terkadang daging, telur dan ikan. Sering mengkonsumsi

buah-buahan terutama sayur-sayuran mentah.

8. Anamnesis Sistem

Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas

(-), leher kaku (-)

Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),

pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-).

Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)

Telinga : Pendengaran berkurang(-) keluar cairan (-)

Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir

pecah-pecah (-), gusi berdarah (-), mulut

kering (-).

Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).

6

Page 7: Dermatitis Venenata

Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk

darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-)

Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada

(-) , berdebar-debar (-)

Sistem gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), perut sebah (-), diare

(-),nyeri ulu hati (-), perut seperti diremas-

remas (-)

Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)

hiperkinetik (-)

Sistem genitourinaria : Susah kencing (-), nyeri saat kencing (-),

keluar darah (-), kencing nanah (-), sulit

memulai kencing (-), warna kencing kuning

jernih

Ekstremitas: Atas : Luka (-), flapping tremor (-), ujung jari terasa

dingin (-), kesemutan (-), bengkak(-), sakit

sendi (-), panas (-), berkeringat (-), palmar

eritema (-)

Bawah : Luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),

kesemutan di kedua kaki (-), sakit sendi (-),

bengkak (-) kedua kaki

Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-),

mengigau (-), emosi tidak stabil (-)

Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak

merah kehitaman di bagian dada, punggung,

tangan dan kaki (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.

2. Tanda vital : Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

Frekuensi nafas : 20 x/menit, kussmaul (-), Cheyne

Stokes (-)

7

Page 8: Dermatitis Venenata

Nadi : frekuensi 98 x/menit, reguler, isi

dan tegangan cukup, equal

Suhu : 37,20C per axiller

3. Status Gizi : BB 50 kg

TB 150 cm

BMI 50 / (1,50)2 = 22,22 kg/m2 kesan

normoweight.

4. Kulit : Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor (+) normal,

kulit kering (-).

5. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam beruban,

mudah rontok (-), mudah dicabut (-), luka (-)

6. Wajah : Moon face (-), atrofi musculus temporalis (-)

7. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan

diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+) normal,

edema palpebra(-/-), strabismus (-/-), arcus senilis (-/-)

8. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-)

gangguan fungsi pendengaran (-/-)

9. Hidung : Epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),

fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)

10. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), mukosa basah (+), bibir

kering (-), sariawan (-), pucat (-), lidah kotor (-), tepi

lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), papil lidah atropi

(-), luka pada sudut bibir (-),pharyng hiperemis (-),

tonsil (T1/T1).

11. Leher : JVP normal (R+2 cm H2O); trakea di tengah, simetris;

kel.tiroid tak membesar, pembesaran limfonodi (-)

12. Thoraks : Bentuk normochest, simetris, atrofi musculus

pectoralis (-/-), retraksi interkostalis (-), spider nevi (-),

pernafasan thorakoabdominal, sela iga melebar (-),

8

Page 9: Dermatitis Venenata

pembesaran kelenjar getah bening aksilla(-), rambut

ketiak rontok (-/-).

Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS,

tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kiri atas : SIC II Linea Sternalis

Sinistra

Batas jantung kiri bawah : SIC V 2 cm medial

Linea Medioclavicularis sinistra

Batas jantung kanan atas : SIC II Linea

Sternalis Dextra

Batas jantung kanan bawah : SIC IV Linea

Sternalis Dextra

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas murni, reguler, HR

96x / menit, bising (-), gallop (-).

Pulmo :

Depan

Inspeksi Statis : simetris, sela iga tidak melebar

dinamis : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri,

sela iga tidak melebar, retraksi interkostalis

(-), retraksi supraklavikula (-).

Palpasi Statis : Simetris

dinamis : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri,

fremitus raba kiri = kanan

Perkusi kanan : Sonor, batas relatif paru hepar SIC III

Kiri : Sonor, mulai redup pada batas paru jantung

Auskultasi Kanan : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan

wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki

basah halus (-).

9

Page 10: Dermatitis Venenata

Kiri : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan

wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki

basah halus (-).

Belakang

Inspeksi Statis : simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)

Dinamis : Simetris, pengembangan dada kanan=kiri,

sela iga tidak melebar, retraksi intercostalis

(-)

Palpasi Statis : simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)

Dinamis : Simetris, pergerakan kanan = kiri, fremitus

raba kiri = kanan

Perkusi Kanan

Kiri

:

:

Sonor, sampai batas paru bawah di vertebra

thorax IX

Sonor, sampai batas paru bawah di vertebra

thorax X

Auskultasi Kanan : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan

wheezing (-) ronki basah kasar (-), ronki

basah halus (-).

Kiri : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan

wheezing(-), ronki basah kasar (-), ronki

basah halus (-).

13. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok

kostovertebra (-) .

14. Abdomen :

Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dinding dada,

, venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), vena kolateral (-),

hernia umbilikalis (-)

Auskultasi : peristaltik (+) Normal

Perkusi : timpani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)

Palpasi : supel (+),Ballotement (-),

10

Page 11: Dermatitis Venenata

Hepar dan lien tidak teraba

16. Genitourinaria : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

17. Kelenjar getah bening inguinal : KGB inguinal tidak membesar

18. Ekstremitas :

Akral dingin oedema

D. ASSESMENT

Dermatitis Venenata

E. TUJUAN PENGOBATAN

Hidrokortison diberikan sebagai lini pertama antiinflamasi.

F. PENATALAKSANAAN

R/ Hidrocortison 2 % cream tube No. I

∫ ue

Pro : Nn. A (20 th)

11

Page 12: Dermatitis Venenata

DAFTAR PUSTAKA

1. Joice L Kee dan Uvelyn. R. Hayes : FARMAKOLOGI ( PENDEKATAN

PROSES KEPERAWATAN ) Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1994.

Hal. 381 – 386

2. Djuanda Adhi, “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin” Edisi kedua, Penerbit

Fakultas Kedoktetan Universitas Indonesia, Jakarta, 1993 Halaman 144

3. Wahyuni Anna, “Buku Saku Obat-obatan Penting Untuk Pelayanan

Kefarmasian” Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM, 2005

4. Kurniati S. C, “Kasus Alergi Kulit dan Masalah Penatalaksanaannya”,

Tangerang, 1996 Halaman 4-8.

5. MIMS 2010

12