demonstrasi teknologi pengolahan buah nenas di kabupaten
TRANSCRIPT
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 1
Demonstrasi Teknologi Pengolahan Buah Nenas
Di Kabupaten Sinjai
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program pemberdayaan petani melalui Teknologi dan Informasi
Pertanian (P3TIP/FEATI) merupakan program yang memfasilitasi kegiatan
penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani. Melalui kegiatan ini petani
difasilitasi untuk merencanakan dan mengelola sendiri kebutuhan belajarnya,
sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan sesuai dengan
kebutuhannya.
Makna “pemberdayaan” tentunya secara meluas, tidak hanya kepada
aspek teknis, namun lebih pada aspek ekonomi, serta sosial budaya petani.
Secara lugas pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses yang
membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan
masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga dapat diartikan sebagai suatu
proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif memulai proses
kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi dirinya sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut
berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan
masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi
agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek
merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek saja.
Dari definisi tersebut terlihat ada 3 (tiga) tujuan utama dalam
pemberdayaan masyarakat yaitu : (1) mengembangkan kemampuan
masyarakat, (2) mengubah perilaku masyarakat, dan (3) mengorganisir diri
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 2
masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya
banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk
mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan
teknis dalam bidang pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Desa Talle merupakan daerah pertanian yang terletak di Kecamatan
Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai. Salah satu komoditi hortikultura yang
dikembangkan di daerah ini adalah nenas. Faktor kesuburan tanah dan
kesesuaian ketinggian tempat (200- 350 m dari permukaan laut)
menyebabkan nenas cocok dibudidayakan dan produksinya berlimpah.
Disamping itu nenas Sinjai cukup dikenal karena rasanya manis (tidak kecut)
dan warnanya yang kuning keemasan. Luas kebun nenas di Kecamatan Sinjai
Selatan adalah + 30 ha dengan produksi 20 ton per hektar. Hasil produksi
selama ini dijual ke pasar lokal Kabupaten Sinjai untuk kebutuhan buah
buahan.
Salah satu permasalahan yang dialami petani nenas adalah jatuhnya
harga nenas pada saat musim panen raya. Penyebab utamanya adalah pada
saat musim panen raya produksinya berlimpah sedangkan permintaan tetap.
Minimnya pengetahuan masyarakat (khususnya petani nenas di Desa Talle)
tentang pengolahan buah nenas menjadi produk makanan jadi juga
merupakan faktor rendahnya nilai ekonomis nenas.
Produksi nanas di Kecamatan Sinjai Selatan sebagian besar dijual
dalam bentuk segar. Pada musim panen raya, harga nanas sangat rendah
bisa mencapai Rp 1000 per buah, menyebabkan kerugian bagi petani.
Disamping itu buah yang beratnya rata-rata kurang dari 0,6 kg/buah banyak
yang tidak terjual. Hal ini memungkinkan diterapkannya teknologi pengolahan
buah nenas untuk mengatasi kerugian yang dialami petani.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 3
Dodol merupakan salah satu jenis makanan tradisional yang cukup
populer di Indonesia. Pada umumnya dodol dibuat dari bahan baku tepung
ketan, gula merah dan santan kelapa yang dididihkan sampai kental.
Makanan ini memiliki rasa manis dan gurih, berwarna coklat (tergantung
bahan dasarnya) dan bertekstur lunak sehingga digolongkan sebagai
makanan semi basah. Aneka dodol buah-buahan seperti dodol nanas, dodol
pisang dan dodol apel tersebut sudah banyak dibuat (Retnowati, 2006).
Dodol termasuk jenis makanan setengah basah (Intermediate Moisture Food)
yang mempunyai kadar air 10-40 %; Aw 0,70-0,85; tekstur lunak;
mempunyai sifat elastis, dapat langsung dimakan, tidak memerlukan
pendinginan dan tahan lama selama penyimpanan (Astawan dan Wahyuni,
1991)
Berbagai jenis teknik pengolahan dodol nenas biasa dilakukan
tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Penambahan tepung ketan
berfungsi untuk memperbaiki tekstur agar dodol tidak terlalu lunak. Untuk
membuat dodol yang bagus mutunya, selain harus menguasai teknik
pembuatannya, diperlukan pengetahuan akan bahan baku buahnya seperti
tingkat kematangan buah nanas yang mempengaruhi cita rasa dodol yang
dihasilkan. Penambahan tepung ketan pada pembuatan dodol nanas juga
dapat meningkatkan nilai gizi buah nanas setelah diolah menjadi dodol,
tekstur dodol tidak terlalu lunak, dan tidak mudah tengik (Desrosier, 1988).
Dengan diolahnya nenas menjadi dodol diharapkan dapat meningkatkan nilai
tambah dan masa simpan nanas.
1.2. Tujuan Kegiatan
1.2.1. Tujuan Jangka Pendek
Memperkenalkan paket teknologi pembuatan dodol nenas melalui
penerapan secara langsung di tingkat petani.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 4
Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan petani dalam
membuat dodol nenas yang berkualitas
Menghimpun umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomi,
sosial dan budaya berkaitan dengan teknologi yang
didemonstrasikan
1.2.2. Tujuan Jangka Panjang
Berkembangnya teknologi produksi dodol nenas di tingkat petani
pada sentra pengembangan buah nenas di Kabupaten Sinjai
Berkembangnya agribisnis buah nenas pada sentra pengembangan
nenas di Kabupaten Sinjai
Meningkatkan pendapatan petani khususnya di Desa Talle
Kabupaten Sinjai
1.2.3. Sasaran
Sasaran yang dituju adalah Kelompok FMA di Desa Talle di Kabupaten Sinjai
1.2.4. Perkiraan Keluaran
Diketahui dan dipahaminya 1 paket teknologi pembuatan dodol
nenas melalui penerapan secara langsung di tingkat petani
Meningkatnya pengetahuan, wawasan dan keterampilan kelompok
tani tentang cara membuat dodol nenas yang berkualitas
Diperolehnya informasi dari petani tentang kesesuaian teknis,
ekonomi, sosial dan budaya berkaitan dengan teknologi yang
didemonstrasikan
Performa produk dodol nenas berkualitas dan spesifik lokasi yang
berorientasi pasar
1.2.5. Perkiraan Hasil
Terciptanya satu jenis produk dodol nenas yang berkualitas dan
bernilai ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan petani
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 5
1.2.6. Perkiraan Manfaat Dan Dampak
Manfaat
Diperolehnya jalan keluar terhadap permasalahan petani akan
rendahnya nilai jual nenas saat panen raya
Meningkatkan nilai tambah dan masa simpan dari buah nenas
Dampak
Meningkatnya dinamika kelompok tani
Tumbuhnya simpul-simpul agribisnis, pemantapan ketahanan pangan
dan peningkatan kesejahteraan petani di kawasan binaan
Tersedianya produk dodol nenas berkualitas di Kabupaten Sinjai sebagai
suatu peluang usaha agribisnis
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proses Pemberdayaan
Pemberdayaan menurut Robinson (1994) adalah suatu proses pribadi
dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas
dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa
pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,” yang berarti memberi
daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang
berdaya.
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya
bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan
kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan
dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang yang telah
mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan
merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka
sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam
rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan
eksternal.
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses
pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses
pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut
dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 7
menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”. Sumardjo (1999)
menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. Memiliki kekuatan untuk berunding
4. Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama
yang saling menguntungkan, dan
5. Bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham
termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu
bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan,
berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan
mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang
melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus
dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi
masyarakat secara bertanggungjawab.
2.2. Dodol Nenas
Nenas termasuk komoditas buah yang mudah rusak, susut dan cepat
busuk, hal ini disebabkan karena tingginya kandungan air yang terdapat
dalam buah nenas sehingga menyebabkan mikriorganisme pembusuk
mempercepat proses kerusakan nenas. Suatu usaha untuk mencegah
kerusakan buah nenas adalah dengan pengolahan hasil menjadi produk yang
lebih disukai dan bernilai ekonomi seperti dodol nenas.
Dodol nenas merupakan produk olahan yang terbuat dari daging buah
nenas matang yang dihancurkan kemudian dimasak dengan gula dan bahan
makanan lainnya seperti tepung ketan. Penambahan tepung ketan disini
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 8
berfungsi untuk memperbaiki tekstur agar dodol tidak terlalu lunak. Untuk
membuat dodol yang bagus mutunya, selain harus menguasai teknik
pembuatannya diperlukan pengetahuan akan bahan baku buahnya seperti
tingkat kematangan buah nenas yang mempengaruhi cita rasa dodol yang
dihasilkan.
Dodol merupakan salah satu produk olahan hasil pertanian yang
termasuk dalam jenis makanan yang mempunyai sifat agak basah sehingga
dapat langsung dimakan tanpa dibasahi terlebih dahulu (rehidrasi) dan cukup
kering sehingga dapat stabil dalam penyimpanan (Astawan dan Wahyuni,
1991). Menurut Maryati (1991), dodol t ermasuk jenis makanan setengah
basah (Intermediate Moisture Food) yang mempunyai kadar air 10-40 %; Aw
0,70-0,85; tekstur lunak; mempunyai sifat elastis, dapat langsung dimakan,
tidak memerlukan pendinginan dan tahan lama selama penyimpanan.
Menurut Munajin (1994), keawetan pangan semi basah sangat
tergantung oleh kadar airnya. Daya simpan pangan semi basah juga banyak
dipengaruhi oleh komponen penyusunnya, aktivitas mikroba, teknologi
pengolahan dan sanitasinya, sistem pengemasan yang dikenakan dan
penggunaan bahan pengawet.
Dodol terbuat dari bahan utama yaitu tepung ketan yang didasarkan
atas sifat tepung ketan yang hampir seluruhnya terdiri dari amilopektin. Sifat
molekul amilopektin ini untuk memperkuat pengikatan air dengan baik, sesuai
untuk pembuatan dodol. Adapun syarat mutu dodol sesuai SNI dapat dilihat
pada tabel 1:
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 9
Tabel 1. Syarat Mutu Dodol, SNI No. 01-2986-1992
Kandungan Gizi Jumlah
Keadaan (aroma, rasa dan warna) Air Abu
Gula dihitung sebagai sakarosa Protein
Lemak Serat Kasar Pemanis buatan
Logam-logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) Arsen Kapang
Normal maks. 20% maks. 1,5%
min. 40% min. 3%
min.7% maks. 1,0% tidak boleh ada
tidak ternyata tidak ternyata tidak boleh ada
Sumber: Anonymous (1992)
Dodol yang berkualitas baik adalah dodol dengan tekstur yang tidak
terlalu lembek, bagian luar mengkilap akibat adanya pelapisan gula atau
glazing, rasa yang khas dan jika mengandung minyak tidak terasa tengik.
Beberapa jenis dodol yang berlemak menjadi tengik akibat adanya kerja
enzim lipase yang tahan panas dan adanya reaksi oksidasi (Setiawihardja,
1994).
2.3. Kerusakan Dodol
Menurut Winarno (1992), kerusakan lemak yang utama adalah
timbulnya bau dan rasa tengik. Hal ini disebabkan karena lemak bersifat
mudah menyerap bau. Ketengikan dapat disebabkan oleh reaksi hidrolisis
atau oksidasi. Ketengikan hidrolitik disebabkan oleh hasil hidrolissa lemak
yang mengandung asam lemak jenuh berantai pendek. Asam lemak itu
mudah menguap dan berbau tidak enak misalnya asam butirat, asam kaproat
dan ester alifalitas yaitu metil nonil keton (Ketaren, 1986).
Menurut Winarno (1992), hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak
dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14) seperti mentega, minyak
kelapa sawit dan minyak kelapa. Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 10
menjadi gliserol dan asam lemak. Sudarmadji dkk (1990), menyatakan bahwa
hasil hidrolisis lemak berupa asam lemak dan gliserol dimana reaksi bolak-
balik ini dapat dikatalis oleh asam, suhu tinggi dan enzim lipase. Oleh
karenanya, salah satu cara untuk untuk menghindari ketengikan adalah
dengan mempertahankan kadar air dodol maksimal 20%.
2.4. Penggunaan Bahan Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan
yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau
memperlambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang
disebabkan oleh mikroba. Penggunaan pengawet dalam bahan pangan harus
tepat, baik jenis dan dosisnya. (Cahyadi, 2008).
Apabila pemakaian bahan pengawet dan dosisnya tidak diatur dan
diawasi, kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi pemakainya
baik yang bersifat langsung, misalnya keracunan maupun yang tidak bersifat
tidak langsung atau kumulatif, misalnya bahan pengawet yang bersifat
karsinogenik. (Cahyadi, 2008).
Berdasarkan Permenkes No. 722/88 terdapat 26 jenis pengawet yang
diizinkan untuk digunakan dalam makanan. Adapun kelompok pengawet
tersebut adalah: asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, belerang
dioksida, etil p-hidroksi benzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit, kalium nitrat,
kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat, kalium sulfit, kalsium benzoat,
kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat, metil p-hidroksi benzoat,
natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitrit, natrium
propionat, natrium sulfit, nisin, propil -p- hidroksi benzoat. Penggunaan
bahan pengawet tersebut harus mengikuti dosis yang ditetapkan. (Widjajarta,
2006).
Pengawet yang banyak dijual dipasaran dan digunakan untuk
mengawetkan barbagai bahan makanan adalah benzoat, yang biasanya
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 11
terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat karena lebih
mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan
dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal,
selai, jeli, manisan, dodol, kecap dan lain-lain (Cahyadi, 2008).
Garam atau ester dari asam benzoat secara komersial dibuat dengan
sintesis kimia. Bentuk aslinya asam benzoat terjadi secara alami dalam bahan
gum benzoin. Natrium benzoat berwarna putih, granula tanpa bau, bubuk
kristal atau serpihan dan lebih larut dalam air dibandingkan asam benzoat
dan juga dapat larut dalam alkohol. Secara umum penambahan bahan
pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:
1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang
bersifat patogen maupun yang tidak patogen.
2. Memperpanjang umur simpan pangan
3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan
yang diawetkan.
4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah
atau yang tidak memenuhi persyaratan.
6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan,
(Cahyadi, 2008).
2.5. Pemasaran Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pemasaran adalah suatu proses
mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran
pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan keunggulan
nilai serta menjaga dan menumbuhkan pelanggan yang ada dengan
memberikan kepuasan. Perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan
membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan pada pemasaran.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 12
Tujuannya adalah menangkap nilai dari pelanggannya. Oleh karena itu,
pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses untuk memuaskan keinginan
dan kebutuhan pelanggan. Proses pemasaran digambarkan dengan model
sederhana seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Sederhana Proses Pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2008)
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), perusahaan bekerja untuk
memahami pelanggan, menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan pada empat langkah pertama dan
perusahaan menuai hasil dari menciptakan nilai unggul bagi pelanggan pada
langkah yang terakhir. Perusahaan menangkap nilai dari pelanggannya dalam
bentuk penjualan, laba dan ekuitas pelanggan dalam jangka panjang dengan
menciptakan nilai bagi pelanggan. Konsep paling dasar dari pemasaran
adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan atau needs adalah keadaan dari
perasaan kekurangan. Kebutuhan manusia yang terbentuk oleh budaya dan
kepribadian seseorang adalah keinginan atau wants. Keinginan manusia yang
didukung oleh daya beli disebut dengan permintaan atau demands.
Memahami
pasar dan
kebutuhan serta
keinginan
pelanggan
Membangun
program pemasaran
terintegrasi yang
memberikan nilai
unggul
Menangkap nilai dari
pelanggan untuk
menciptakan
keuntungan dan
ekuitas pelanggan
Merancang
strategi
pemasaran yang
digerakkan oleh
pelanggan
Membangun
hubungan yang
menguntungkan dan
menciptakan
kepuasan pelanggan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 13
Menurut Kotler dan Keller (2008), pemasaran berarti mengidentifikasi
dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Pemasaran merupakan
suatu proses sosial. Kondisi ini menyebabkan individu dan kelompok
mendapatkan keinginan dan kebutuhannya dengan menciptakan,
menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain
secara bebas.
Menurut “Peter Drucker” dalam Kotler dan Keller (2008), tujuan
pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sehingga produk
dan jasa tersebut cocok dengan pelanggan dan terjual dengan sendirinya.
Menurut Churchill (2005), pemasaran merupakan suatu proses untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan merupakan
perbedaan antara persepsi pelanggan terhadap manfaat yang diterima dari
membeli dan menggunakan suatu produk atau jasa dengan persepsi biaya
yang ditanggung. Pelanggan bersedia dan mampu melakukan pembelian jika
manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang harus dibayar dan produk
atau jasa tersebut menawarkan nilai lebih dibandingkan dengan produk atau
jasa lainnya.
2.6. Mutu
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), mutu mempunyai dampak
langsung terhadap kinerja produk atau jasa. Oleh karena itu, mutu
berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan. Mutu didefinisikan dengan
“bebas dari kerusakan”. Menurut perkumpulan Amerika untuk mutu (the
American Society for Quality) dalam Kotler dan Armstrong (2008), mutu
merupakan karakteristik produk atau jasa yang mempunyai kemampuan
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat.
Siemens dalam Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan bahwa mutu adalah
ketika pelanggan kita kembali dan produk kita tidak kembali.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 14
2.7. Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi,
penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau
kebutuhan. Produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran
pasar. Berdasarkan tipe konsumen yang menggunakannya, produk dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu produk konsumen dan produk industri.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), produk konsumen merupakan
produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi pribadi. Produk
konsumen meliputi produk kebutuhan sehari-hari, produk belanja, produk
khusus dan produk yang tidak dicari. Produk kebutuhan sehari-hari
merupakan produk konsumen yang biasanya sering dan segera dibeli
pelanggan dengan usaha pembandingan dan pembelian yang minimum.
Produk kebutuhan sehari-hari biasanya murah. Pemasar biasanya
menempatkannya di banyak tempat agar produk tersebut tersedia ketika
pelanggan membutuhkannya. Produk belanja merupakan barang
konsumen, dimana pelanggan dalam proses pemilihan dan pembelian, secara
karakteristik membandingkan produk tersebut berdasarkan kecocokan, mutu,
harga dan gaya produk secara cermat. Ketika konsumen membeli produk ini,
konsumen menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam mengumpulkan
informasi dan membuat perbandingan. Pemasar biasanya mendistribusikan
produk ini melalui sedikit gerai tetapi dukungan penjualan yang lebih
mendalam disediakan untuk membantu pelanggan dalam melakukan usaha
perbandingan. Produk khusus merupakan produk konsumen dengan
karakteristik unik atau identifikasi merek di mana sekelompok pembeli
signifikan bersedia melakukan usaha pembelian khusus. Pembeli biasanya
tidak melakukan usaha perbandingan terhadap produk ini. Pembeli hanya
menginvestasikan waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau penyalur yang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 15
membawa produk yang diinginkan. Produk yang tidak dicari adalah
produk konsumen yang mungkin tidak dikenal oleh konsumen tetapi biasanya
konsumen tidak berfikir untuk membelinya. Sebagian besar inovasi yang baru
tidak dicari oleh konsumen sampai konsumen tersebut menyadari keberadaan
produk tersebut melalui iklan. Produk yang tidak dicari ini membutuhkan
banyak iklan, penjualan pribadi dan usaha pemasaran lainnya.
2.8. Mutu Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pengembangan suatu produk
atau jasa melibatkan pendefinisian manfaat yang akan ditawarkan oleh
produk atau jasa tersebut. Manfaat ini dikomunikasikan dan dihantarkan oleh
atribut produk seperti mutu produk, fitur produk serta gaya dan desain
produk. Mutu produk merupakan karakteristik produk dan jasa yang
mempunyai kemampuan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang
dinyatakan atau diimplikasikan.
Mutu produk merupakan salah satu sarana positioning utama pemasar.
Mutu produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkat dan konsistensi. Awalnya,
pemasar harus memilih tingkat mutu yang akan mendukung positioning
produk dalam mengembangkan sebuah produk. Mutu produk berarti mutu
kinerja yaitu kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya. Perusahaan
memilih tingkat mutu yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran dan
tingkat mutu produk pesaing. Mutu produk dapat juga berarti konsistensi
mutu yang tinggi. Mutu produk disini berarti pemastian mutu atau bebas dari
kerusakan dan konsisten dalam menghantarkan tingkat kinerja yang
ditargetkan. Semua perusahaan harus berusaha untuk mencapai tingkat
mutu yang tinggi (Kotler dan Armstrong, 2008).
Menurut Garvin dalam Kotler dan Armstrong (2008), faktor-faktor yang
digunakan dalam mengevaluasi kepuasan suatu produk antara lain :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 16
1. Kinerja (performance) merupakan karakteristik operasi pokok dari produk
inti yang dibeli.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features) merupakan karakteristik
sekunder atau pelengkap.
3. Keandalan (reliability) merupakan kemungkinan kecil suatu produk akan
mengalami kerusakan atau gagal digunakan.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) merupakan
sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan produk (durability) berkaitan dengan berapa lama produk
tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis
maupun umur ekonomis.
6. Pelayanan (serviceability) merupakan karakteristik yang berhubungan
dengan kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi serta
penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak
hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan sampai
purna jual, mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen
yang dibutuhkan.
7. Estetika merupakan daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Mutu yang dirasakan (perceived quality) merupakan citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya, Pembeli biasanya
mempersepsikan mutu dari harga, nama merek, iklan, reputasi
perusahaan maupun Negara pembuatnya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 17
III. METODOLOGI
3.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Penentuan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa. : 1) Desa
Talle adalah lokasi P3TIP/FEATI dan merupakan salah satu kelompok FMA
(Farmer Managed Extension Activity) yang masuk dalam kategori perlu
pembesaran skala usaha (Scalling up) 2) Lokasi pelaksanaan kegiatan
mudah dijangkau oleh petani sekitar.
Petani pelaksana/kooperator adalah : 1) satu kelompok wanita tani
yang tergabung dalam UP-FMA TALLE yang anggotanya berjumlah 15 orang (
12 orang wanita dan 3 orang laki-laki) 2) bersifat inovatif; 3) kooperatif
dalam arti mudah diajak kerjasama dalam pelaksanaan kegitan.
Lokasi Kegiatan : Desa Talle, Kec. Sinjai Selatan, Kab. Sinjai
Waktu pelaksanaan : Januari – Desember 2012
Nama Petani Pelaksana : SUPRIADI (Ketua kelompok wanita tani Massedi Ada)
3.2. Pendekatan
Kegiatan Demonstrasi teknologi teknologi pengolahan buah nenas
dilaksanakan dengan pendekatan kelompok yang sifatnya partisipatif melalui
pendampingan teknologi untuk memberdayakan kelompok FMA sesuai
dengan kebutuhannya.
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
3.3.1. Penyusunan Organisasi Pelaksana
Organisasi pelaksana ditetapkan berdasarkan tingkat kebutuhan sesuai
bidang keahlian masing-masing. Adapun susunan organisasi pelaksana
kegiatan Uji coba/demonstrasi ini dapat di lihat pada tabel 2 :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 18
Tabel 2. Susunan organisasi pelaksana kegiatan demonstrasi teknologi
pengolahan buah nenas di Kabupaten Sinjai, Tahun 2012
No Nama Pendidikan Disiplin
Ilmu
Ket.
1. Repelita Kallo, STP S1 Pasca Panen PJ. Kegiatan
2. Ir. A. Darmawida S1 Pasca Panen Anggota tim
3. Ir. Wanti Dewayani S1 Pasca Panen Anggota tim
4. Ir. Nurdiah Husnah, MSi S2 Sosek Pert. Anggota tim
5 Sri Sasmita Dahlan, SP. S1 Sosek Pert. Anggota tim
6 Erina Septianti, STP. S1 Pasca Panen Anggota tim
3.3.2. Persiapan/Sosialisasi
Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelola P3TIP/FEATI, Dinas
terkait (Bapel Kab. Sinjai dan BPP Sangiang Seri). Sosialisasi dilaksanakan di
desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan, dihadiri oleh + 35 orang terdiri dari 28
orang petani yang merupakan perwakilan dari kelompok tani yang tergabung
dalam FMA Talle, PPL pendamping, kepala desa dan Peneliti/Penyuluh BPTP
Sulawesi Selatan. Dilakukan dengan metode FGD (Focus Discussion Group)
bertujuan menggali informasi kemampuan/ penguasaan teknologi, kebiasaan
petani dalam mengelola usahanya, produksi dan pendapatan yang diperoleh
serta masalah yang dihadapi. Pada pelaksanaan sosialisasi dihasil kan pula
kesepakatan bersama antara peneliti/Penyuluh BPTP dengan anggota
kelompok tentang pelaksanaan kegiatan. Selain itu pelaksanaannya diisi pula
dengan penyampaian teknik pelaksanaan demonstrasi oleh penanggung
jawab kegiatan menyangkut hak dan kewajiban para petani pelaksana
demplot dan tata cara pelaksanaannya. Selanjutnya disampaikan pula materi
teknologi oleh Peneliti BPTP tentang tata cara pengolahan buah nenas
menjadi dodol mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 19
3.3.3. Pelaksanaan Demonstrasi
Pelaksanaan demonstrasi dilakukan petani, dibimbing oleh peneliti dan
penyuluh
Untuk menentukan nilai parisipasi terhadap tahapan aplikasi teknologi
dilakukan pengisian daftar hadir petani pada setiap temu lapang
Setiap aplikasi teknologi dilakukan temu lapang untuk menghimpun
umpan balik, menggali tanggapan/komentar anggota kelompok dan
peserta lain dengan menggunakan kuisioner agar dapat ditentukan nilai
kepuasan serta respon petani
Menyebarluaskan media diseminasi berupa leaflet sebagai sumber
informasi pendukung kegiatan
Komponen teknologi yang diintroduksi didasarkan pada permasalahan
utama yang dialami petani dan sesuai kebutuhannya
3.3.4. Temu Lapang
Temu lapang dilaksanakan setiap aplikasi teknologi. Temu lapang
dalam bentuk demonstrasi cara dilakukan di rumah petani. Demonstrasi ini
memberi petunjuk tentang penerapan masing-masing komponen teknologi.
Dilakukan oleh petani mulai dari pemilihan buah nenas yang sesuai dengan
petunjuk, kemudian melakukan pengupasan, pemarutan, pencampuran
bahan, pemasakan sampai pada pengemasan. Selain cara pembuatan dodol
nenas, juga diintroduksikan cara pembuatan Puree nenas, dodol ubi jalar,
dodol labu dan kombinasi antara dodol nenas dan dodol ubijalar.
Temu lapang dilakukan sebanyak 2 kali dengan melibatkan petani
kooperator, non kooperator maupun kelompok FMA lainnya serta petugas
penyuluhan setempat. Untuk menghimpun umpan balik, menggali
tanggapan/komentar anggota kelompok maupun peserta lain maka dilakukan
pengisian kuisioner oleh masing-masing petani.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 20
3.3.5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap daya simpan masing-masing dodol
yang dihasilkan serta tanggapan dan komentar anggota kelompok tani
terhadap teknologi yang diaplikasi terutama menyangkut kelebihan dan
kekurangan teknologi yang diintroduksi. Selain itu dilakukan pula uji
organoleptik terhadap dodol yang dihasilkan untuk menentukan kualitas
dodol berdasarkan persyaratan organoleptik sesuai preferensi petani.
3.3.6. Analisis Data
Analisis respon petani berdasarkan nilai partisipasi yang dilakukan
petani
Analisis deskriptif untuk melihat tingkat partisipasi FMA terkait
dengan alokasi waktu, alokasi kemampuan penginderaan, faktor
internal dan faktor eksternal petani
Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan petani terkait
preferensi dan hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan
Analisis respon petani untuk mengetahui kesesuaian teknis,
ekonomi, sosial, dan budaya petani dengan teknologi yang
diintroduksi
Analisis resiko untuk menentukan resiko-resiko yang mungkin
terjadi dan cara penanggulangannya
3.3.7. Pelaporan
Pada akhir kegiatan dilakukan penyusunan laporan guna menyajikan
seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan demonstrasi yang dilengkapi dengan
data hasil analisis, kemudian diseminarkan pada tingkat Balai untuk
memperoleh saran perbaikan baik pada hasil laporan maupun pada
pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Lokasi Kegiatan
Kegiatan demonstrasi dilaksanakan di Desa Talle Kecamatan Sinjai
Selatan Kabupaten Sinjai. Jarak dari ibu kota kecamatan 5 km dengan jarak
tempuh 15 menit dan jarak dari ibu kota kabupaten 19 km. Luas areal
pertanaman nenas di Kecamatan sinjai Selatan seluas + 30 ha dengan
produksi mencapai 20 ton/ha (Anonim, 2009).
UP-FMA SIPAKAINGE merupakan salah satu dari 40 FMA yang ada di
Kabupaten Sinjai yang berada di Kecamatan Sinjai Selatan. FMA ini terdiri
dari 16 kelompok yang mempunyai jenis usahatani beragam 14 kelompok
mengusahakan tanaman padi dan 2 kelompok diantaranya mengusahakan
tanaman nenas. Di wilayah ini terdapat kelembagaan pertanian meliputi
kelembagaan petani yaitu kelompok tani dan Gapoktan, kelembagaan
penyuluhan berupa Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang dimanfaatkan
petani selama ini sebagai sumber informasi teknologi pertanian. Kelembagaan
pemasaran berupa pasar tradisional tingkat kecamatan yang beroperasi 3 kali
seminggu. Di pasar ini juga sebagian besar petani melakukan transaksi
pembelian sarana produksi dan penjualan hasil produksinya. Adapun
kelembagaan kelompok yang tergabung pada UP-FMA Sipakainge dapat di
lihat pada tabel 3.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 22
Tabel 3. Pemetaan kelompok FMA berdasakan jenis usahataninya
No Nama Kelompok Tani Komoditi Usahatani
1 Dada Padi/kebun
2 Jekka Padi/kebun
3 Ajucoloe Padi/kebun
4 Cammeru Padi/kebun
5 Lempon Cellae Padi/kebun
6 Batu Leppa Padi/kebun
7 Sengkang Padi/kebun
8 Lappa Babang Padi/kebun
9 L.Harapan Padi/kebun
10 Pangisoreng Padi/kebun
11 Kati-Kati Padi/kebun
12 Mappideceng Padi/kebun
13 Gareccing Padi/kebun
14 Leppang Padi/kebun
15 Samaturue Nenas/tanaman sayuran
16 Masseddi Ada Nenas/pisang dll
Sumber : Profil FMA, 2010
Pada tabel 3 terlihat bahwa FMA Talle terdiri dari 16 kelompok tani
dengan berbagai jenis usahatani (Profil FMA, 2010). 87,5% mengusahakan
komoditas padi dan komoditas perkebunan lainnya (kakao, pisang,tanaman
sayuran dll), 12,5% mengusahakan tanaman nenas. Pemetaan ini penting
artinya dalam menentukan keterlibatan petani sehingga proses
penyebarluasan informasi teknologi yang diterapkan pada kegiatan
demonstrasi tertata dengan baik sehingga penyebarluasan informasi merata
pada setiap kelompok yang membutuhkannya. Implementasinya yakni pada
saat temu lapang petani yang dilibatkan adalah petani yang melakukan
usahatani nenas serta yang berkeinginan untuk memulai usaha tersebut.
4.2. Karakteristik Petani
Kemampuan akses petani terhadap suatu inovasi sangat dipengaruhi
oleh kondisi internal dan eksternalnya. Faktor internal meliputi umur, tingkat
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 23
pendidikan, pengalaman berusahatani, luas lahan usahatani/status pemilikan
lahan, dan sumber informasi yang digunakan. Sedangkan faktor eksternalnya
adalah luas lahan usahatani, status kepemilikan lahan, besarnya modal
usahatani, ketersediaan sarana produksi dan respon terhadap harga jual
komoditas. (Lionberger, 1960). Secara berturut-turut akan dibahas dan
disajikan pada tabel-tabel berikut :
4.2.1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
efisiensi belajar, karena akan berpengaruh terhadap minatnya pada
pekerjaan tertentu sehingga umur seseorang juga akan berpengaruh
terhadap motivasinya untuk belajar. Menurut de Cecco (1968) bahwa umur
akan berpengaruh kepada tingkat kematangan seseorang, baik kematangan
fisik maupun emosional yang sangat menentukan kesiapannya untuk belajar.
Berkaitan dengan itu, Vacca dan Walker (1980) mengemukakan bahwa
selaras dengan bertambahnya umur, seseorang akan menumpuk
pengalaman-pengalamannya yang merupakan sumberdaya yang sangat
berguna bagi kesiapannya untuk belajar lebih lanjut. Demikian juga dengan
kinerja seseorang akan sejalan dengan pertambahan umur. Semakin tinggi
umur seseorang, maka kemampuan bekerja akan meningkat sehingga
produktivitasnya meningkat sampai mencapai batas umur tertentu. Makin
muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam
mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani
yang umurnya tua. Selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian
untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan
usahataninya. Secara detail karakteristik petani menurut umur akan diuraikan
dalam tabel 4 :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 24
Tabel 4. Karakteristik petani menurut umur pada kegiatan demonstrasi
teknologi pengolahan buah nenas di Kabupaten Sinjai, 2012
No. Umur (thn) Jumlah Petani
(orang)
Persentase (%)
1. < 40 14 50
2. 40 – 45 7 25
3. 46 – 50 5 17,9
4. 52 – 60 2 7,1
Jumlah 28 100
Sumber : Profil FMA, 2010
Berdasarkan klasifikasi umur, dimana umur 14 – 54 tahun dikatakan
sebagai umur produktif sehingga sangat potensial dalam mengembangkan
suatu usahatani. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50% petani
berada pada usia <40 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
umumnya petani berada pada usia produktif, sehingga secara fisik masih
memiliki kemampuan yang cukup baik untuk melakukan aktivitas dalam
berusaha tani. Termasuk di dalamnya menerapkan berbagai teknologi yang
tersedia untuk meningkatkan kinerja usahanya. secara teknis maupun
ekonomis perlu diinput dengan berbagai teknologi produksi sesuai
kebutuhan, manajemen usaha yang lebih profesional untuk
mengembangkannya sebagai usaha agribisnis.
4.2.2. Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berhubungan dengan perilaku petani, seperti kemampuan dalam mengambil
keputusan mengenai pelaksanaan usahatani. Tingkat pendidikan ini pula akan
berpengaruh terhadap kapasitas belajar seseorang, karena ada kegiatan
belajar yang memerlukan tingkat pengetahuan tertentu untuk dapat
memahaminya. Secara lengkap akan diuraikan pada tabel 5:
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 25
Tabel 5. Karakteristik petani menurut tingkat pendidikan pada kegiatan
demonstrasi teknologi pengolahan buah nenas di Kabupaten Sinjai, 2012
No. Jenjang Pendidikan Jumlah Petani (orang)
Persentase (%)
1. Tidak tamat SD 12 42,8
2. Tamat SD 4 14,3
3. Tamat SMP 4 14,3
4. Tamat SMA 8 28,6
Jumlah 28 100
Sumber : Data Primer setelah diolah
Pada tabel 5 terlihat bahwa persentase tertinggi dari tingkat
pendidikan petani adalah pada jenjang pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar
(42,8 %) dan persentasi terendah adalah pada jenjang pendidikan SD dan
SMP (masing-masing 14,3 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
penyerapan informasi teknologi relatif rendah, sehingga pendekatan yang
dilakukan yakni pendekatan partisipatif yakni penerapan teknologi yang
dilakukan langsung oleh petani. Hal ini dilakukan agar indera penerima petani
menyerap lebih banyak informasi karena dalam pelaksanaan kegiatan
demonstrasi, petani dengan leluasa menanyakan jika terdapat hal yang tidak
dimengerti dan langsung mempraktekkannya.
Metode penyuluhan dengan penguraian pesan secara tertulis, kurang
efektif dalam penyampaian informasi teknologi terhadap petani yang memiliki
tingkat pendidikan rendah karena kemungkinan bisa terjadi interpretasi yang
keliru, sehingga dilakukan penyampaian informasi melalui metode
demonstrasi yang membuat petani dapat melihat sendiri segala sesuatunya
dengan jelas. Demontrasi sangat berguna bagi orang yang tak bisa berpikir
secara abstrak, oleh karenanya agar penyuluhan bisa lebih efektif,
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 26
demontrasi harus diintegrasikan ke dalam program penyuluhan, karena
demonstrasi membantu petani dapat dengan mudah memahami setiap
penerapan teknologi diakibatkan karena petani melihat dan
mempraktekkannya secara langsung (Mardikanto, 2005).
4.2.3. Keterampilan Petani
Menurut Gordon (1994 : 55) pengertian ketrampilan adalah
kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat.
Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Keterampilan
dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang memerlukan praktek atau
implikasi dari aktivitas. Selain umur dan tingkat pendidikan, keterampilan
sangat menentukan langkah-langkah keputusan ke arah yang lebih baik
sehubungan dengan melakukan sesuatu pekerjaan. Secara rinci keterampilan
membuat dodol nenas pada petani pelaksana demonstrasi dapat dilihat pada
tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik petani menurut keterampilan membuat dodol nenas di Kabupaten Sinjai, 2012
No. Keterampilan Petani Jumlah Petani
(org)
Prosentase
(%)
1. Terampil 5 17,9
2. Kurang Terampil 13 46,4
3. Tidak Terampil 10 35,7
Jumlah 28 100
Sumber : Data Primer setelah diolah
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa 17,9% petani termasuk dalam kategori
terampil, 46,4% tergolong kurang terampil dan 35,7% tergolong tidak
terampil. Keterampilan yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan petani
terhadap cara-cara pembuatan dodol seperti pemilihan jenis buah yang baik,
jenis bahan yang dibutuhkan dalam membuat dodol, manfaat pengawet, gula
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 27
dan jenis tepung yang sesuai serta cara penggunaannya, tingkat kadar air
yang dianjurkan dalam pembuatan dodol untuk memperpanjang masa
simpan, cara pencampuran, cara pemasakan, pengemasan dll.
Menurut Robby I Chandra (2003 : 45) keterampilan merupakan daya
transformasi yang memungkinkan seseorang menjadikan apa yang tersedia
menjadi sesuatu yang bermanfaat, baik untuk dirinya maupun orang lain.
Keterampilan menyangkut pengenalan bahan, input, tahap pelaksanaan serta
bobot atau jumlah energi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu
proses. Oleh karena itu seorang petani akan mampu melakukan suatu usaha
tergantung dari keterampilan yang dimilikinya yang tentunya didukung oleh
pengalaman yang diperoleh pada masa lalu. Dengan demikian dapat
diasumsikan bahwa semakin lama seseorang aktif dalam suatu pekerjaan,
maka akan cenderung semakin terampil yang dapat meningkatkan
penguasaan dalam melakukan suatu pekerjaan.
4.2.4. Usaha dodol nenas oleh Petani di Kabupaten Sinjai
Kondisi usaha pembuatan dodol nenas yang dilakukan oleh kelompok
tani “Massedi Ada” di Desa Talle masih dalam skala terbatas (skala rumah
tangga). Hal ini terkait dengan tingkat keterampilan dan pengalaman petani
yang masih tergolong rendah dan permintaan pasar yang masih relatif
kurang. Umumnya petani belum mengetahui teknik mengolah dodol nenas
yang berkualitas. Kualitas yang dimaksud adalah produk dodol yang
warnanya menarik, rasanya enak, daya tahan relatif lama dan penampilan
kemasan dodol tersebut yang dapat menarik minat konsumennya.
Pembuatan dodol nenas ini dimulai tahun 2009. Beberapa kelemahan-
kelemahan yang masih dilakukan petani terkait proses pembuatan dodol
nenas antara lain:
1. Masih menggunakan kombinasi bahan nenas dan ubi jalar. Fungsi ubi
jalar adalah untuk mensubstitusi pemakaian tepung ketan, namun
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 28
dodol yang dihasilkan menjadi kurang enak disebabkan rasa nenas asli
tersamarkan oleh rasa ubi jalar yang lebih dominan.
2. Penambahan bahan pemanis masih menggunakan gula merah
sehingga dodol yang dihasilkan tidak menggambarkan ciri khas dodol
nenas dimana warna yang dihasilkan bukan warna asli nenas.
3. Petani seringkali mengalami kesulitan akan bahan baku dodol, karena
belum mengetahui cara pembuatan Puree nenas yang dapat
digunakan sebagai bahan baku dodol
4. Tepung ketan yang digunakan adalah tepung ketan buatan sendiri
yang digiling kurang halus sehingga mempengaruhi rasa dodol yang
dihasilkan
5. Petani belum mengetahui batas maksimum penggunaan pengawet
berupa natrium benzoat yang dapat menyebabkan kelebihan
penggunaan yang berakibat membahayakan kesehatan
6. Proses pengemasan yang dilakukan belum memenuhi kaidah-kaidah
dalam menjaga keamanan pangan agar dapat disimpan lebih lama.
Pengemasan dilakukan masih menggunakan tangan yang dapat
menyebabkan kontaminasi bakteri yang dapat mempercepat proses
kerusakan pada dodol.
Hal ini menunjukkan bahwa masih minimnya pengetahuan petani dalam hal
teknologi pengolahan dodol nenas sehingga berdasarkan kelemahan-
kelemahan di atas direkomendasikan bahwa :
1. Sedapat mungkin menggunakan bahan baku nenas tanpa
mencampurnya dengan bahan baku lain, namun jika ingin
mencampurnya dengan ubi jalar sebaiknya dengan perbandingan 80%
nenas dan 20% ubi jalar.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 29
2. Pemanis yang digunakan adalah gula pasir dengan takaran 30 – 50 %
dari jumlah bahan baku agar diperoleh dodol nenas berwarna sesuai
bahan bakunya sehingga kelihatan lebih menarik
3. Perlunya membuat Puree nenas untuk mengatasi kelangkaan bahan
baku karena Puree nenas dapat tahan simpan sekitar 3 – 4 bulan jika
disimpan pada freezer
4. Tepung ketan yang digunakan sebaiknya digiling lebih halus atau
menggunakan tepung ketan jadi “Rose Brand” agar dodol yang
dihasilkan memiliki rasa halus dan kenyal
5. Penggunaan bahan pengawet berupa Natrium Benzoat maksimum 200
mg - 1gr/kg bahan agar dodol yang dihasilkan memenuhi standar
kesehatan pangan
6. Proses pengemasan sebaiknya menggunakan kaos tangan, sendok dan
masker penutup mulut dan hindari sentuhan tangan langsung untuk
menjaga kontaminasi bakteri pada dodol nenas.
Secara lengkap, pengetahuan awal petani tentang komponen teknologi
pengolahan buah nenas dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Pengetahuan awal petani tentang penerapan komponen teknologi
pengolahan buah nenas
No
Komponen Teknologi
Pengetahuan
Petani (N = 28)
Persentase
(%)
Ya Tidak Ya Tidak
1 Pemilihan bahan baku nenas 24 4 85,7 14,3
2 Pengupasan 15 13 53,6 46,4
3 Pemarutan 3 25 10,7 89,3
4 Pemberian bahan tambahan 3 25 10,7 89,3
5 Pemasakan 9 19 32,1 67,9
6 Pengemasan 2 26 7,1 92,9
Jumlah 56 112 199,9 400,1
Rata-rata 9,3 2,8 33,3 66,7
Sumber : Analisis data primer setelah diolah
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 30
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 6 komponen teknologi
pengolahan buah nenas menjadi dodol yang diterapkan pada kegiatan
demonstrasi. Dari keseluruhan komponen terlihat bahwa tingkat
ketidaktahuan petani terhadap keseluruhan komponen relatif tinggi (66,7 %)
dibandingkan dengan yang mengetahui (33,3%). Meskipun sebagian kecil
teknologi sudah diterapkan, namun masih ada sebagian besar petani belum
mengetahui apa manfaat dari penerapan komponen tersebut. Hal ini penting
diketahui untuk dapat mengukur seberapa besar peluang penerapan
komponen teknologi yang ada dan dapat diterima petani.
Terlihat pula bahwa pada komponen pengemasan, 92,9% petani
belum mengetahuinya baik teknik pengemasan maupun penggunaan jenis
kemasan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan petani tentang
ke dua hal tersebut.
4.3. Kinerja Teknis Teknologi Introduksi
Penerapan teknologi pengolahan buah nenas menjadi dodol merujuk
pada hasil penelitian Balai Penelitian Balai Besar Pasca Panen Bogor. Adapun
tahapan pelaksanaannya adalah seagai berikut :
Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang digunakan pada pembuatan dodol antara lain : Kompor, wajan
anti lengket, Pengaduk kayu, alat pemarut pepaya, cetakan/baki, sendok
kecil,box dan plastik kemasan. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari
: buah nenas, gula pasir/gula merah, zat pewarna, tepung ketan, mentega
sebagai pengganti santan dan zat pengawet apabila diperlukan. Bahan-bahan
tambahan yang berupa zat pengawet maupun pewarna hendaknya diperoleh
dari toko yang menjual bahan-bahan kimia khusus, sehingga tingkat
kemurniannya dapat terjamin.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 31
Pemilihan Buah
Dodol dapat dibuat dari bermacam-macam buah. Keadaan buah yang
digunakan sebagai bahan bakunya, sangat menentukan pembuatan dodol
tersebut. Buah yang digunakan dalam pembuatan dodol harus berada dalam
keadaan cukup matang, segar, tidak cacat/rusak dan tidak busuk. Selain itu,
harus dipilih buah yang memiliki cita rasa dan flavor yang menarik, cukup
tajam, tidak hambar.
Beberapa jenis bahan yang sering diolah menjadi dodol antara lain
adalah labu kuning pisang nangka, mangga, salak, wortel, nanas, durian, ubi
jalar, rumput laut, terong, sirsak, wijen, kacang hijau, dodol kacang merah,
belimbing, tape, susu dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
komposisi dodol erat hubungannya dengan komposisi buah yang digunakan.
Adapun komposisi buah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
faktor genetik, tingkat kematangan, cara penanaman, dan faktor lingkungan
pertumbuhan tanaman tersebut. Oleh karena itu, untuk mempertahankan
stabilitas kualitas dodol buah yang dihasilkan, hendaknya digunakan buah-
buahan yang berasal dari varietas dan daerah penanaman yang sama. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh komposisi dodol yang seragam.
Pengupasan Nenas
Pengupasan buah nenas dilakukan dengan cara tidak terlalu tebal agar
daging buahnya tetap utuh. Setelah dikupas, hilangkan matanya dengan
cara mencungkil dengan pisau atau alat khusus kemudian dicuci bersih dan
dibelah empat agar mudah dilakukan pemarutan/penghancuran.
Pemarutan/Penghancuran
Penghancuran buah nenas dapat dilakukan bebagai cara antara lain
diblender ataupun diparut. Masing-masing cara ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Pada implementasi teknologi yang dilakukan pada demonstrasi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 32
ini penghancuran bahan dengan menggunakan parut pepaya (parutan kasar)
agar serat nenas tetap kelihatan. Hal ini memberi daya tarik tersendiri dan
memberi cita rasa khas pada dodol. Sebaiknya jangan menggunakan parutan
yang halus atau blender, karena akan mengurangi keindahan dodol yang
dihasilkan karena tidak nampaknya serat nenas pada dodol yang dihasilkan.
Penambahan Gula
Pemanis memiliki peranan yang besar pada penampakan dan cita rasa
dodol yang dihasilkan. Disamping itu, pemanis juga bertindak sebagai
pengikat komponen flavor. Pemanis yang paling umum digunakan dalam
pembuatan dodol di tingkat rumah tangga adalah sukrosa, yang dalam
kehidupan sehari - hari dikenal sebagai gula pasir. Rasa manis sukrosa
bersifat murni, karena tidak ada after taste, yaitu cita rasa kedua yang timbul
setelah cita rasa pertama. Sukrosa umum digunakan sebagai standar tingkat
kemanisan bagi bahan pemanis lainnya. Adapun konsentrasi gula yang
ditambahkan pada pembuatan dodol berkisar antaraI 40 - 50% tergantung
dari tingkat kemanisan buah yang digunakan sebagai bahan baku. Selain gula
pasir, gula merah juga dapat dibunakan sebagai pemanis pada pembuatan
dodol nenas namun pemilihan gula yang digunakan tergantung selera
konsumen. Secara fisik dodol nenas yang dihasilkan berbeda warnanya. Jika
mempergunakan gula pasir, warnanya agak bening kekuningan yang menjadi
ciri khas dari pada buah nenas, sedangkan jika menggunakan gula merah
warnanya agak kecoklatan yang tentunya akan menyamarkan dari pada
warna buah nenas sebagai bahan baku aslinya. Jika kita menggunakan gula
merah tentunya tidak membutuhkan lagi pewarna.
Pemberian Bahan Pewarna
Pewarna ditambahkan ke dalam beberapa produk pengolahan buah
karena beberapa alasan diantaranya adalah untuk memperbaiki warna
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 33
aslinya, untuk memperoleh warna standar, dan untuk menarik minat
konsumen. Pada umumnya, pewarna yang yang digunakan dalam membuat
dodol adalah berupa pewarna sintetik. Adapun pewarna sintetik yang banyak
digunakan antara lain adalah tetrazine, sunset yellow FCF, carmoi ine'
indigotino, green S, dan karamel.
Pemberian Bahan Pengawet
Fungsi utama dari penggunaan bahan pengawet adalah untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan sehingga
masa simpan makanan/minuman dapat diperpanjang. Penggunaan bahan
pengawet kimia mempunyai beberapa keuntungan antara lain yaitu makanan
atau minuman dapat tetap awet meskipun disimpan pada suhu kamar.
Pengawetan dengan cara ini lebih ekonomis bila dibandingkan dengan
pemanasan dan pendinginan, namun, apabila dodol yang dibuat hanya
sedikit dan langsung dikonsumsi, tidak perlu ditambah dengan bahan
pengawet. Bahan pengawet yang paling umum digunakan untuk dodol buah
ialah natrium benzoat. Natrium benzoat memiliki bentuk kristal putih, berasa
manis dan kadang-kadang sepet. Dalam pembuatan dodol buah, batas
maksimum penggunaan natrium benzoat yaitu 200 mg - 1gr/kg bahan.
Penggunaan natrium benzoat pada kadar tersebut relatif tidak mempengaruhi
rasa dan aroma dodol yang dihasilkan.
Pemasakan
Sebelum dodol dimasak, dilakukan dahulu pencampuran bahan yaitu
buah nenas yang telah diparut dicampur dengan gula pasir, mentega lalu
dimasak sampai airnya berkurang. Setelah airnya berkurang lalu diberikan
pengawet dan tepung ketan lalu diaduk hingga matang. Lama pengadukan
dodol biasanya dilakukan 1 – 2 jam tergantung banyaknya bahan dodol yang
dimasak.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 34
Pengemasan
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak
bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi
warna dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat
monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam
bahan pangan yang dikemas. Kemasan plastik yang baik digunakan untuk
dodol adalah polietilen. Adapun skema pembuatan dodol nenas dapat dilihat
paa gambar 2.
Gambar 2. Bagan alir pembuatan dodol nenas
Nenas Masak
Pengupasan dari mata dan kulit
Pencucian
Pemarutan
Bubur nenas
Pencampuran bahan
Pemasakan
Pendinginan
Pemotongan dan pengemasan
Dodol Nenas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 35
Pembuatan Puree Nenas
Salah satu permasalahan yang dialami petani pembuata dodol nenas
adalah mahalnya harga buah nenas pada kondisi diluar musim, sehingga
melalui kegiatan ini, diintroduksikan pula teknologi pembuatan puree nenas.
Puree (bubur buah) adalah produk olahan setengah jadi yang dapat
dijadikan cadangan untuk mengantisipasi jika buah segar tidak tersedia
disebabkan karena musim. Untuk mengantisipasi tidak tersedianya buah
nanas, maka sebaiknya jika saat panen raya atau buah nanas melimpah,
sedapat mungkin mengolahnya menjadi Puree karena puree dapat disimpan
lebih lama 3 - 4 bulan dan digunakan sebagai bahan baku dodol. Puree juga
dapat dijual langsung sesuai kebutuhan konsumen. Adapun cara pembuatan
Puree nenas dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Bagan alir pembuatan puree nenas
Pengupasan dari mata dan kulit
Pencucian
Pemarutan
Bubur nenas
Pemasakan
Pendinginan
Penyimpanan pada freezer
Puree Nenas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 36
4.4. Karakteristik Teknologi Introduksi
Adapun karakteristik teknologi yang diintroduksi pada kegiatan
demonstrasi pengolahan buah nenas dapat dilihat pada tabel 8 :
Tabel 8. Karakteristik Teknologi Introduksi pada Demonstrasi Teknologi Pengolahan buah nenas di Kabupaten Sinjai Tahun 2012.
No. Paket/Komponen Teknologi
Karakter Teknologi Introduksi
Kelebihan Kekurangan
1. Pemilihan bahan baku
nenas
Mudah dilakukan Tidak tersedia setiap
saat
2. Pengupasan Mudah dilakukan Alat pencongkel mata
nenas belum tersedia di pasaran
3. Penghancuran/Pemarutan Harga alat murah dan mudah didapat
Memerlukan keterampilan khusus
dalam menggunakan alat untuk menghindari cedera
pada tangan
4. Pemberian bahan tambahan
Meningkatkan mutu dodol baik dari segi
warna, tekstur, rasa dan daya simpannya
Menghemat bahan bakar karena tidak
menggunakan santan yang memerlukan waktu
lama dalam pemasakan
Memerlukan pengetahuan khusus
dalam menentukan takaran pada masing-masing
bahan (gula, tepung, pewarna, pengawet)
5. Pemasakan Mudah dilakukan
karena menggunakan
wajan anti lengket
Jenis wajan anti
lengket jarang tersedia dalam
ukuran besar
6 Pengemasan Mudah dilakukan dan jenis kemasan
polyetilen mudah didapat
Memerlukan keterampilan khusus
dalam mengemas dodol sesuai tata cara yang higienis
Sumber : Data Primer, 2012
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 37
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa masing-masing komponen teknologi
memiliki kelebihan dan kekurangan yang tentunya menjadi referensi bagi
petani dalam memilih teknologi untuk diterapkan.
Menurut Mumford (1993), bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilakukan untuk memperkenalkan sesuatu hal yang baru hendaknya perlu
diberi ruang bagi objek belajar agar mereka dapat mengenali hal tersebut
yang pada akhirnya objek atau target pembelajaran tersebut dapat
mengambil kesimpulan tentang pembelajaran tersebut serta menjadi pioner
penyebaran informasinya bagi kelompok petani lainnya.
4.5. Tingkat Partisipasi Petani berdasarkan komponen aktivitasnya
Untuk melihat partisipasi petani dalam kegiatan maka perlu dihitung
alokasi waktu yang dicurahkan pada komponen aktivitas yang dilakukan
selama pelaksanaan ujicoba/demonstrasi teknologi. Secara jelas akan
diuraikan dalam tabel 9 :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 38
Tabel 9. Partisipasi Petani Berdasarkan Komponen Aktivitas pada kegiatan
Demonstrasi Teknologi Pengolahan Buah Nenas di Kabupaten Sinjai, Tahun 2012.
No. Tahapan Kegiatan
Partisipasi (N=28) Prosentase (%)
Hadir Tidak
Hadir
Hadir Tidak
Hadir
1. Sosialisasi 28 0 100 0
2. FGD (Focus Group
Discussion)
26 2 92,9 7,1
3. Pelaksanaan Demonstrasi
28 0 100 0
4. Temu Lapang 28 0 100 0
Jumlah 110 2 392,9 7,1
Rata-rata 27,5 0,5 98,2 1,8
Sumber : Data primer setelah diolah
Pada tabel 9 terlihat bahwa tingkat partisipasi petani secara
keseluruhan cukup baik (98,2%). Hal ini menunjukkan bahwa petani sangat
merespon kegiatan demonstrasi ini, yang menggambarkan bahwa informasi
teknologi yang diterapkan pada kegiatan demonstrasi sangat dibutuhkan
sehingga memungkinkan tingginya pula tingkat adopsi terhadap teknologi
tersebut.
4.6. Tingkat Partisipasi Petani Berdasarkan Kemampuan Penginderaan
Selain partisipasi petani berdasarkan komponen aktivitasnya, maka
akan diamati pula partisipasi berdasarkan kemampuan penginderaannya
dalam setiap tahapan pelaksanaan aktivitas. Secara rinci akan diuraiakan
dalam tabel 10.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 39
Tabel 10. Partisipasi berdasarkan Kemampuan Penginderaan Petani pada
kegiatan Demonstrasi Teknologi Pengolahan Buah Nenas di Kabupaten Sinjai , 2012.
No. Tahapan Kegiatan
Partisipasi (N=28)
Melihat Mendengar Bicara Melakukan
1. Sosialisasi 28 28 2 0
2. FGD 26 26 21 20
3. Pelaksanaan Demonstrasi
28 28 19 26
4. Temu Lapang 28 28 22 28
Jumlah 110 110 64 74
Rata-rata 27,5 27,5 16 18,5
Sumber : Data Primer setelah diolah
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa partisipasi tertinggi pada
kemampuan melihat dan mendengar rata-rata 27,5 disusul dengan
kemampuan melakukan rata-rata 18,5 sementara kemampuan ikut
memberikan pertanyaan memperoleh nilai terendah hanya rata-rata 16
Rendahnya nilai partisipasi pada komponen bicara/mengajukan pertanyaan
disebabkan pertanyaan yang diajukan oleh petani yang aktif dalam bertanya
sudah mewakili pertanyaan-pertanyaan petani lainnya. Namun diharapkan
informasi yang di serap dapat disalurkan pada petani lain yang
membutuhkannya.
4.7. Tingkat Respon Petani
Hasil penentuan tingkat respon petani terhadap penerapan komponen
teknologi pengolahan buah nenas, diuraikan dalam tabel 11 yakni respon
terhadap teknologi yang diuji cobakan meliputi penolakan, menerima, akan
menerapkan, serta alasan/komentar petani.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 40
Tabel 11. Respon Petani terhadap Penerapan Komponen Teknologi pada
Kegiatan Demonstrasi Teknologi Pengolahan Buah Nenas di Kabupaten Sinjai , 2012
No
Komponen Teknologi
Persentase Respon Petani (%) (N=28)
Menolak Ragu-Ragu Menerima
Akan Menerapkan Alasan
1. Pemilihan bahan baku nenas
0 0 100 71,4 Mudah dilakukan
2 Pengupasan 0
0
100 100 Mudah dilakukan
3 Penghancuran/Pemarutan
0 25 75 75 75% mengatakan Menghemat
biaya karena tidak menggunakan blender dan
25% mengatakan beresiko
4 Pemberian bahan tambahan
0 0 100 100 Bahan tambahan mudah diperoleh
5 Pemasakan 0 25 75 75 75% mengatakan mudah jika
menggunakan wajan anti lengket dan 25% mengatakan butuh modal usaha yang lebih besar untuk membelinya
6 Pengemasan 0 0 100 Kemasannya menarik dan harganya murah
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
Terdapat beberapa alasan tentang diterima dan tidak diterimanya
komponen teknologi yang diintroduksi seperti terlihat pada tabel 10. Respon
petani terhadap komponen teknologi yang didemonstrasikan tergambar
bahwa sebagian petani menilai dari aspek teknis sedangkan sebagian lainnya
menilai dari aspek ekonomi. Persepsi petani terhadap teknologi merupakan
salah satu faktor kunci yang mempengaruhi apresiasinya ataupun responnnya
terhadap inovasi teknologi.
Pada tabel 11 menunjukkan tingkat penerimaan dan kesiapan petani
menerapkan teknologi yang dianjurkan berdasarkan komponen-
komponennya. Terdapat 3 komponen yang 100% direspon oleh petani yakni
pengupasan, pemberian bahan tambahan, dan pengemsanan. Masing-masing
petani meberikan alasan bahwa pengupasan dengan menggunakan pisau
stainless stell secara teknis mudah dilakukan, sementara komponen teknologi
pemberian bahan tambahan semua petani merespon dengan baik karena
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 41
bahannya mudah diperoleh, sedangkan komponen teknologi pengemasan
direspon dengan baik karena tampilan produk menjadi lebih rapi dan
menarik.
Komponen teknologi pemarutan mendapat respon hanya 75 %
petani yang menerima dan 25% ragu-ragu dengan alasan bahwa memarut
dapat menimbulkan resiko cedera pada tangan sehingga cara yang dapat
mereka lakukan yakni mencacah buah nenas sampai menyerupai hasil
parutan. Namun secara teknis 75 % petani menerima cara pemarutan
dengan cara kasar (menggunakan parut pepaya), karena hal ini memberikan
hasil yang lebih baik dari segi rasa dan performan dodol yang dihasilkan
dimana serat nenas terlihat jelas dan memberikan cita rasa yang lebih baik.
Secara lengkap respon petani di sajikan pada diagram berikut :
Respon petani terhadap komponen teknologi yang diintroduksi
Gambar 4. Respon petani terhadap komponen teknologi introduksi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 42
4.8. Tingkat Kepuasan Petani
Menurut Kotler dan Keller (2008), kepuasan adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja produk
yang dihasilkan dengan kinerja produk yang diharapkan. Jika kinerja
memenuhi harapan pelanggan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi
harapan pelanggan, pelanggan sangat puas.
Kepuasan petani/pelanggan dapat dipengaruhi oleh dimensi produk
yang mencakup kinerja, “feature”, keandalan, kesesuaian, daya tahan,
“serviceability”, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan (Garvin dalam
Tjiptono, 2002). Oleh karena itu dalam pelaksanaan demonstrasi ini perlunya
melakukan pengukuran nilai kepuasan petani dan mengidentifikasi atribut-
atribut yang dianggap penting oleh petani, untuk memberikan informasi yang
dapat dijadikan pertimbangan dalam perencanaan kelanjutan pelaksanaan
kegiatan. Adapun tingkat kepuasan petani pada pelaksanaan demonstrasi
telnologi pengolahan buah nenas di Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada tabel
12 :
Tabel 12. Tingkat kepuasan petani pada demonstrasi teknologi pengolahan buah nenas di Kabupaten Sinjai Tahun 2012
No Uraian Sangat Puas
Puas Kurang Puas
(%) N=28
1 Penyediaan Informasi Teknologi yang dibutuhkan
75 25 -
2 Bimbingan pada kegiatan demonstrasi
100 - -
3 Nara sumber 50 50 -
4 Dukungan Sarana 100 -
Jumlah 325 75 -
Rata-rata 81,25 18,75 -
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 43
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat kepuasan petani terhadap
pelaksanaan demonstrasi sangat baik dengan nilai sangat puas sebanyak
81,25% dan 18,75% merasa puas. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
demonstrasi ini telah memenuhi harapan petani terkait manfaat yang
dibutuhkannya.
4.9. Hasil Uji organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan
berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk.
Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak
suatu produk adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam tahap
yaitu menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat
bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan
kembali sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai
sifat indrawi suatu produk adalah : (1) Penglihatan yang berhubungan
dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan
berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan, (2) Indra peraba
yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan
sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang
dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi
merupakan tebal, tipis dan halus, (3) Indra pembau, pembauan juga dapat
digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk,
misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah mengalami
kerusakan, (4) Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis
dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan
pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian
belakang lidah.
Untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam
penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi maupun
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 44
produk, panl bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari
orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi
berdasarkan kesan subjektif. Disebut penilaian subyektif karena hasil
penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang
melakukan pengukuran. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.
Adapun hasil uji organoleptik terhadap dodol yang dihasilkan pada kegiatan
demonstrasi di Kabupaten Sinjai dapat di lihat pada tabel 13 :
Tabel 13. Persentase Tingkat kesukaan panelis terhadap dodol nenas berdasarkan hasil uji organoleptik
No Komponen Uji Dodol Cara Petani (%)
Dodol Cara Introduksi (%)
1 Rasa 6,7 93,3
2 Aroma 10 90
3 Warna 0 100
4 Tekstur 13,3 86,7
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
Persentase tingkat kesukaan panelis terhadap dodol nenas
berdasarkan hasil uji organoleptik disajikan dalam bentuk histogram seperti
yang tertera pada gambar 5.
Gambar 5. Persentase Tingkat kesukaan panelis terhadap dodol nenas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 45
Rasa
Dari aspek rasa, nilai tertinggi yang diperoleh dari hasil uji organoleptik
terhadap rasa dodol setelah disimpan selama 30 hari adalah pada dodol
nenas cara introduksi (93.3%), sedangkan pada dodol nenas cara petani
(6,7). Dodol nenas cara introduksi sangat disukai karena rasa khas nenas
yang dominan disertai rasa asam yang sedikit tajam yang memberi ciri khas
yang spesifik terhadap dodol ini, sedangkan dodol cara petani kurang disukai
karena rasa ubi jalar yang dominan sehingga menyamarkan rasa khas nenas.
Aroma
Berdasarkan atas hasil uji organoleptik mengenai tingkat kesukaan
terhadap aroma setelah dilakukan penyimpanan selama 30 hari,
menunjukkan bahwa dodol cara introduksi lebih disukai konsumen (90%),
sedangkan dodol cara petani kurang disukai oleh konsumen (10%). Hal ini
disebabkan dodol cara introduksi memiliki aroma nenas yang relatif tajam
yang dapat menimbulkan selera sedangkan dodol cara petani tidak beraroma
nenas karena bahan bakunya dikombinasi antara nenas dan ubi jalar yang
komposisinya sama banyak (1 : 1) Hal ini tentunya akan menyamarkan rasa
nenas asli pada dodol yang dihasilkan sehingga jika ingin mengkombinasikan
bahan pembuatan dodol nenas dengan ubi jalar, direkomendasikan
berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan pada kegiatan ini sebaiknya
komposisinya adalah 75% nenas dan 25% ubi jalar agar rasa khas nenas
tetap dominan.
Warna
Warna sangat mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen walaupun
kurang berhubungan dengan nilai gizi, bau ataupun nilai fungsional lainnya
(Kartika et.al., 1992) karena warna adalah faktor paling menentukan menarik
tidaknya suatu produk makanan (Winarno, 1991). Menurut Fennema (1985),
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 46
warna adalah atribut kualitas yang paling penting, walaupun suatu produk
bernilai gizi tinggi, rasa enak dan tekstur baik namun jika warna tidak
menarik maka akan menyebabkan produk tersebut kurang diminati.
Hasil uji organoleptik untuk kriteria penampilan dalam hal ini warna
dodol nenas yang disimpan selama 30 hari, menunjukkan bahwa dodol cara
introduksi sangat disukai konsumen (100%) sedangkan dodol cara petani
tidak disukai konsumen (0%). Hal ini disebabkan dodol cara introduksi
menggunakan bahan baku nenas dan bahan pemanis berupa gula pasir yang
dapat memberikan efek bening terhadap warna dodol, sedangkan dodol cara
petani menggunakan bahan pemanis gula merah yang menghasilkan warna
agak kecoklatan yang bertolak belakang dengan warna asli nenas.
Tekstur
Tekstur merupakan indeks kualitas dan merupakan karakter yang
sangat penting pada setiap makanan. Pada sebagian orang, tekstur bahkan
dianggap lebih penting dari pada rasa. Tekstur makanan dapat berubah
seiring dengan lamanya waktu penyimpanan.
Dari parameter tekstur, dodol nenas cara introduksi lebih disukai
panelis (86,7%), karena dodol lebih kenyal dibandingkan dodol buatan
petani. Hal ini disebabkan dodol nenas introduksi menggunakan bahan dasar
nenas tanpa bahan tambahan ubi jalar dan tepung beras ketan sedangkan
dodol nenas cara petani menggunakan bahan tambahan ubi jalar sehingga
tingkat kekenyalannya relatif rendah. Tentunya ini merupakan informasi
yang sangat baik tentang mutu dodol nenas yang diinginkan konsumen untuk
dapat ditindaklanjuti oleh petani dalam rangka memenuhi harapan konsumen
terhadap dodol nenas yang diproduksi.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 47
Umur Simpan
Umur simpan atau masa kadaluarsa suatu produk sangat bergantung
pada kondisi suhu dimana produk tersebut disimpan. Dalam kegiatan
demonstrasi ini produk dodol yang akan diuji daya simpannya melalui uji
organoleptik adalah dodol hasil buatan petani, dan dodol nenas cara
introduksi, Hasil uji organoleptik dodol pada penyimpanan suhu kamar
menunjukkan bahwa selama penyimpanan sampai dengan 30 hari produk
yang diuji masih dapat diterima oleh panelis untuk semua kriteria penilaian.
4.10. Kinerja Ekonomi
4.10.1. Analisis finansial usaha pembuatan dodol nenas
Analisis usaha dapat dijadikan pedoman dalam memulai dan
melaksanakan suatu usaha. Selain itu berguna untuk mengetahui tingkat
keuntungan dari usaha yang dilakukan. Adanya analisis usaha diharapkan
usaha yang akan dijalankan tidak mengalami kerugian.
Dalam memulai suatu kegiatan usaha, tentunya memiliki biaya
investasi yang meliputi biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan yang
diperlukan. Semua produk dodol umumnya memerlukan peralatan dan
kebutuhan produksi yang hampir sama, namun perbedaan harga dan
kebutuhan dapat terjadi di setiap daerah. Adapun biaya investasi alat pada
pembuatan dodol nenas baik cara petani maupun cara introduksi dapat dilihat
pada tabel 14 dan tabel 15 sedangkan analisis usaha pembuatan dodol
nenas pada kegiatan demonstrasi teknologi dapat dilihat pada tabel 16.
Analisis usaha ini sesuai dengan kondisi di kabupaten Sinjai tahun 2012:
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 48
Tabel. 14 . Biaya investasi alat pada pembuatan dodol nenas cara petani
No. Uraian Volume Harga satuan (Rp.)
Jumlah (Rp)
Investasi
1 Kompor gas 1 buah 300,000 300,000
2 Baskom besar 2 buah 20,000 20,000
3 Pengaduk kayu 2 buah 10,000 20,000
4 Pisau stainless steel 2 buah 10,000 20,000
5 Wajan besar 1 buah 75.000 75.000
6 Parut 2 buah 10.000 20.000
Total 455,000
Tabel. 15 . Biaya investasi alat pada pembuatan dodol nenas cara introduksi
No. Uraian Volume Harga satuan
(Rp.)
Jumlah (Rp)
Investasi
1 Kompor gas 1 buah 300,000 300,000
2 Baskom besar 2 buah 20,000 20,000
3 Pengaduk kayu 2 buah 10,000 20,000
4 Pisau stainless steel 2 buah 10,000 20,000
5 Wajan anti lengket 1 buah 250.000 250.000
6 Talang 2 buah 15,000 30,000
7 Parut 2 buah 10.000 20.000
Total 660,000
Sumber ; Analisis data primer, 2012
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 49
Tabel 16. Analisis finansial usaha pembuatan dodol nenas pada kegiatan
demonstrasi teknologi di Kabupaten Sinjai
Teknologi Introduksi Teknologi Petani
No Uraian Volume Harga Satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
Uraian Volume Harga Satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
A Biaya Tidak Tetap
(variable Cost)
Biaya Tidak
Tetap (variable Cost)
- Buah Nenas 10 kg 3.000 30.000 Buah Nenas 10 kg 3.000 30.000
- Tepung ketan Rose Brand
2 kg 12.000 24.000 Ubi Jalar 3 kg 10.000 30.000
- Gula Pasir 4 kg 15.000 60.000 Tepung ketan 2 kg 7000 14.000
- Mentega 800 gr 2.500 20.000 Tepung biasa 1 kg 5000 5000
- Natrium Benzoat 10 gr 200 2000 Gula Pasir 1 kg 15.000 15.000
- Pewarna makanan 1 btl 2000 2000 Gula Merah 1 kg 15.000 15.000
- Plastik 1 rol 15.000 15.000 Mentega 1 kg 20.000 20.000
- Box plastik 2 pak 20.000 40.000 Pasta Nenas 1 btl 3000 3000
- Pita Kawat (rol kecil) 1 rol 15.000 15,000 Natrium Benzoat 10 gr 2000 2000
- Gas 3 kg 6.000 18.000 Plastik 1 rol 15.000 15.000
- Biaya tenaga kerja 3 HOK 60.000 40.000 Box plastik 2 pak 10.000 20.000
- Gas 3 kg 18.000 18.000
- Biaya tenaga kerja 2 HOK 20.000 40.000
Jumlah 286.000 227.000
B Biaya Tetap (Fixed
Cost)
Biaya Tetap
(Fixed Cost)
Biaya penyusutan alat (20%/thn)
1 bln 8.083 11.000 Biaya penyusutan alat (20%/thn)
1 bln 8.083 7.583
C Total Biaya (A+B) 297.000 Total Biaya 234.583
Produksi (pak) 85 50
Harga Produksi/pak (Rp)
10.000 10.000
D Pendapatan 850.000 500.000
E Keuntungan (D-C) 533.000 265.417
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
Suatu teknologi baru dengan penerimaan yang tinggi biasanya
memerlukan penambahan penggunaan input yang akan mempengaruhi nilai
keuntungan. Untuk itu dapat dilakukan pengujian lebih lanjut dengan
menggunakan tolok ukur Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR) atau rasio
marjinal penerimaan kotor dan biaya (FAO, 2003). Alat ini juga digunakan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 50
untuk mengevaluasi teknologi pilihan yang mungkin dapat menggantikan
teknologi yang lama yang diuraikan sebagai berikut.
Penerimaan Kotor (B) - Penerimaan Kotor (P)
MBCR = Total Biaya (B) - Total (P)
850.000 – 500.000
MBCR = 297.000 - 234.583
350.000 MBCR = 62.417
MBCR = 5,6
Dari hasil MBCR yang diperoleh sebesar 5,6 menunjukkan bahwa
dengan setiap investasi sebesar Rp akan memberikan keuntungan sebesar
Rp.5,6. Angka ini juga memberikan keyakinan kepada petani bahwa dengan
teknologi ini akan memberikan peningkatan pendapatan dan keuntungan dan
selanjutnya jika usaha ini akan dikembangkan dalam skala yang lebih besar
sangat layak dengan referensi MBCR tersebut.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 51
4.11. Analisis Resiko
Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu
kegiatan/aktivitas yang dilakukan manusia, karena dalam setiap kegiatan.
Resiko merupakan ketidakpastian (risk is uncertainty) dan kemungkinan
terjadi hasil yang berbeda dengan yang diharapkan (risk is the probability of
any outcome from the one expected). Faktor ketidakpastian inilah yang
akhirnya menyebabkan timbulnya risiko pada suatu kegiatan.
Dalam melakukan suatu kegiatan, membutuhkan upaya-upaya
antisipatif yang dapat segera dilakukan akibat dari pelaksanaan suatu
kegiatan tersebut, dimana dalam kegiatan ini resiko dianalisis berdasarkan
komponen teknologi yang diintroduksi.
Tujuan dari analisis resiko yang dilakukan adalah untuk memberikan
penjelasan bahwa suatu komponen teknologi memiliki keterbatasan-
keterbatasan pada saat diterapkan di lapangan, sehingga ini merupakan
informasi penting bagi penyesuaian kondisi spesifik pengguna maupun
lingkungannya terhadap teknologi yang diintroduksi. Hal ini juga menjadi
suatu umpan balik untuk keperluan modifikasi teknologi ke depan, agar
dapat diterapkan oleh pengguna secara berkelanjutan.Adapun jenis resiko
yang mungkin timbul pada usaha pengolahan buah nenas menjadi dodol
adalah dapat dilihat pada tabel 17 :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 52
Tabel 17. Jenis Resiko dan Penanggulangannya pada pengembangan usaha
dodol nenas
Jenis Resiko Penanggulangan Resiko
Pemilihan Bahan Baku
Kualitas bahan baku kurang baik
Pemilihan bahan baku yang
mencapai kematangan sempurna
Kelangkaan bahan baku
Pembuatan Puree sebagai bahan
baku dodol yang dapat disimpan lama
Pengupasan
Kualitas hasil yang kurang higienis Alat, tempat dan cara yang lebih higienis
Pemarutan
Penggunaan waktu dan tenaga yang tidak efisien
Menyediakan alat yang
kompatibel dengan kemampuan mengoperasionalkan
Menggunakan teknik lain yang
memiliki fungsi sama dan efisien dalam penggunaan waktu
Pemberian Bahan Tambahan
Ancaman penggunaan bahan kimia untuk kesehatan manusia
Memperhatikan dosis penggunaan
yang dianjurkan agar tidak membahayakan kesehatan manusia
Mencari bahan substitusi yang memiliki fungsi dan kandungan
yang sama
Pemasakan
Kualitas produk kurang baik Memperhatikan penggunaan
waktu dalam proses pemasakan
Pengemasan
Produk mudah rusak Melakukan pengemasan dengan baik, sehingga tidak ada udara
yang masuk dan dapat merusak produk
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 53
V. KESIMPULAN
1. Total biaya pembuatan dodol nenas dengan menggunakan teknologi
introduksi yaitu Rp. 297.000 sedangkan total biaya menggunakan
teknologi petani yaitu Rp. 234.583 dengan selisih Rp. 62.417,- atau
21,0%. Sedangkan selisih pendapatan Rp.350.000,-., dengan
persentase peningkatan pendapatan sebesar 41,17%. Demikian juga
dengan keuntungan yang diperoleh terdapat selisih sebesar
Rp.267.583,-, dengan prosentase peningkatan sebesar 50,20%.
2. Nilai MBCR pembuatan dodol nenas diperoleh sebesar 5,6
menunjukkan bahwa setiap penambahan biaya input sebesar Rp.1,-
akan memberikan penambahan pendapatan sebesar Rp.5,6,- dimana
angka ini dapat dijadikan` acuan dalam pengembangan usaha
pembuatan dodol nenas pada skala yang lebih besar.
3. Secara teknis petani telah mengetahui cara pembuatan dodol nenas,
namun mutu yang dihasilkan relatif rendah utamanya dari segi rasa dan
kemasan, sehingga perbaikan-perbaikan dalam pengolahan maupun
pengemasan dilakukan pada kegiatan ini yang mengasilkan performa
dodol nenas yang lebih berkualitas.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 54
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, G., Kotler, P (2008) Principles of Marketing, 12th ed., New Jersey
: Prentice Hall
Anonim, 2005. Jurnal Hortikultura Volume 15 No. 1. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura.
. .1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Depkes RI. Bharatara
Karya Aksara, Jakarta A.M.W. Pranarka dan Vidyandika Moeljarto. 1996. Pemberdayaan Msyarakat :
Konsep, Kebijakan dan Implementasi. CSIS, Jakarta. Astawan, M. dan M. Wahyuni A. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati
Tepat Guna. Akademika Prassindo, Jakarta. BPS Kabupaten Sinjai, 2010. Kabupaten Sinjai dalam Angka. Badan
Pusat Statistik. Kabupaten Sinjai.
Cahyadi W., 2008. Bahan Tambahan Makanan. Edisi kedua Jakarta: Bumi
Aksara. Churchill & Lacobucci, 2005. Marketing Research: Methodological
Foundations. South – Western : Thomson.
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi III. Penerjemah
Cahyono, Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. D), Pustaka Nusatama Yogyakarta.
Drucker, Peter, F. (1982), Pengantar Manajemen, PT. Pustaka Binaman
Pressindo.
Ife, J.W., 1995. Community Development: Creating Community Alternatives-
vision, Analysiis and Practice. Melbourne : Longman
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta
: Penerbit Universitas Indonesia.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 55
Payne M. 1997. Modern Social Work Theory. Edisi Kedua. London: Mac
Millan Press Ltd.
Robinson, J.R. 1994. Community Development in perspective. Ames : Lowa
State University Press. Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju
Pengembangan Kemandirian Petani. Disertasi Doktor, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Slamet, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. Bogor, IPB Press.
Satuhu, Suyanti, Sunarmani. 2006. Membuat Aneka Dodol Buah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Setiawihardja, B. 1994. Makanan Semi Basah: Menurut Selera dan Tahan
Lama. Femina No.39/XXII 6 – 12 Oktober Hal. 98-100, Jakarta.
Winarno,FG.1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 56
VISUALISASI KEGIATAN DEMONTRASI TEKNOLOGI
PENGOLAHAN BUAH NENAS
Gambar 1. Pelaksanaan sosialisasi dan jenis peralatan demonstrasi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 57
Gambar 2. Proses pengupasan, pemarutan dan penimbangan bahan
Gambar 3. Proses pemasakan dodol nenas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 58
Gambar 4. Proses pengemasan dan pelabelan dodol nenas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 59
LAMPIRAN :
KUISIONER
PENGETAHUAN AWAL TENTANG KOMPONEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH NENAS DI KABUPATEN SINJAI
FMA/Desa :
Nama Kelompok Tani :
Jumlah Anggota Poktan (Org) :
Komoditas/Produk :
Berikan jawaban anda yang sesuai dengan membubuhi tanda “√” pada
kolom yang telah disediakan ! KOMPONEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH NENAS
No. Nama Petani Mengetahui tentang jenis buah nenas yang baik
untuk dibuat dodol?
Mengetahui tentang teknologi / cara
pembuatan dodol
Mengetahui tentang bahan yang
dibutuhkan untuk membuat dodol
nenas?
1 Ya :….…….. Ya :….…….. Ya :….……..
2 Tidak :………….. Tidak :………….. Tidak :…………..
Mengetahui tentang manfaat pengawet
(natrium benzoat) pada produk dodol ?
Mengetahui tentang jenis gula
cocok dalam membut dodol
nenas?
Mengetahui tentang berapa takaran gula
yang tepat dalam membut dodol
nenas?
Mengetahui tentang jenis tepung yang
sebaiknya digunakan dalam membuat dodol?
Ya :….…….. Ya :….…….. Ya :….……..
Tidak :………….. Tidak :………….. Tidak :………….. Tidak :…………..
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 60
Mengetahui tentang berapa takaran tepung
yang tepat untuk membuat dodol ?
Mengetahui tentang pewarna
yang baik digunakan dalam membuat dodol
nenas?
Mengetahui tentang cara pemasakan
dodol nenas?
Mengetahui tentang lama pemasakan
dodol nenas?
Ya :….…….. Ya :….…….. Ya :….…….. Ya :….……..
Tidak :………….. Tidak :………….. Tidak :………….. Tidak :…………..
Mengetahui tentang komponen yang dapat mengawetkan dodol
nenas?
Mengetahui tentang takaran pengawet yang
tepat dalam membuat dodol
Mengetahui tentang bahaya dari pada
pengawet makanan?
Mengetahui tentang jumlah kadar air yang baik untuk memperpanjang
waktu simpan dodol nenas?
Ya :….…….. Ya :….…….. Ya :….…….. Ya :….……..
Tidak :………….. Tidak :………….. Tidak :………….. Tidak :…………..
Mengetahui tentang jenis
kemasan yang baik digunakan
untuk dodol nenas ?
Mengetahui tentang cara
mengemas yang baik untuk
menjaga kualitas dodol nenas?
Mengetahui tentang cara menarik minat
pembeli terhadap suatu
produk?
Mengetahui tentang apa itu
komponen mutu suatu
produk?
Mengetahui tentang cara menghitung
analisis usaha?
Ya :….…….. Ya :….…….. Ya :….…….. Ya :….……. Ya :….…….
Tidak :…………. Tidak :…………. Tidak :…………. Tidak :……… Tidak :………
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 61
KUISIONER
KETERLIBATAN PETANI DALAM SOSIALISASI KEGIATAN DEMONSTRASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH NENAS
Kabupaten : Sinjai FMA/Desa Lokasi Demonstrasi :……………………………………… Poktan Pelaksana Demonstrasi :……………………………………… Jumlah Anggota Poktan (Org) :……………………………………… Komoditas :……………………………………… Teknologi yang Didemonstrasi :………………………………………
A. SOSIALISASI KOMPONEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH NENAS
No. Nama Petani Hadir sebagai peserta
sosialisasi?
Aktif menyimak teknologi yang
disosialisasikan ?
Aktif memberikan pertanyaan
Aktif memberikan
masukan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
N
Total Ya :….……. Ya :….…… Ya :…..... Ya :….…
Tidak :……… Tidak :…… Tidak :…… Tidak :……
B. KETERLIBATAN KELOMPOK TANI DALAM SOSIALISASI
No. Nama Petani
Apakah semua anggota kelompok
membutuhkan informasi
teknologi ini ?
Apakah semua anggota hadir
dalam sosialisasi (ya/tidak)
Apakah semua anggota kelompok
yang hadir aktif memberi
pertanyaan/saran
Apakah lokasi
masing2 kelompok
berjauhan?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
N
Total Ya :….…….. Ya :….…… Ya :….…….. Ya :…
Tidak :………….. Tidak :……… Tidak :………….. Tidak :……
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 62
C. PENILAIAN PETANI TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH NENAS
No. Nama Petani
Apakah teknologi tsb sesuai dgn kebutuhan
petani?
Apakah teknologi tsb
mudah dilakukan ?
Apakah bahan baku (nenas)
yang digunakan mudah diperoleh
petani?
Adakah bahan yang lain yg biasa digunakan
petani?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
N
Total Ya :….… Ya :….… Ya :….…….. Ya :….…
Tidak :……… Tidak :……… Tidak :…………. Tidak :……
D. HARAPAN PETANI TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH NENAS
No. Nama Petani
Apakah teknologi tsb menarik bagi
saudara?
Apakah teknologi tsb dapat digunakan?
Apakah teknologi tsb perlu dimodifikasi?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
N
Total Ya :….… Ya :….…….. Ya :….……..
Tidak :……… Tidak :………….. Tidak :…………..
Sebutkan saran-saran untuk perbaikan teknologi :
1............................................................................................................................ ...........
2.......................................................................................................................................
3... ........................................................................................................................ ...........
4.......................................................................................................................................
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 63
KUISIONER
“Demonstrasi Teknologi Pengolahan Buah Nenas di Desa Talle
Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai”
1. Apakah teknologi yang didemonstrasikan merupakan hal baru bagi saudara?
(Ya / Tidak)
Kalau tidak, mengapa?
Jelaskan...............................................................................................................
............................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Apakah teknologi yang diterapkan bermanfaat bagi saudara?
(Ya / Tidak)
Kalau tidak, mengapa?
Jelaskan................................................................................................
............................................................................................................
..........................................................................................................
3. Apakah teknologi yang didemonstrasikan dapat dipahami dan dimengerti
diantaranya :
- Pemilihan buah nenas (Ya / Tidak)
Jika tidak, mengapa?
Jelaskan.....................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
Pengupasan (Ya / Tidak)
Jika tidak, mengapa?
Jelaskan.....................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 64
Pemarutan (Ya / Tidak)
- Jika tidak, mengapa?
- Jelaskan.....................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
- Pemberian bahan tambahan (Ya / Tidak)
Jika tidak, mengapa?
Jelaskan.....................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................
- Pemasakan (Ya / Tidak)
Jika tidak, mengapa?
Jelaskan.....................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
Pengemasan (Ya / Tidak)
Jika tidak, mengapa?
Jelaskan...............................................................................................................
..........................................................................................................................
........................................................................................................................
4. Mana diantara komponen teknologi di bawah ini yang belum anda fahami (Mohon
dilingkari jawaban di bawah ini/boleh lebih dari satu) :
1. Pemilihan buah nenas,
2. Pengupasan,
3. Penghancuran/Pemarutan,
4. Pemberian bahan tambahan
5. Pemasakan
6. Pengemasan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 65
5. Apakah teknologi yang diterapkan saudara dapat menerapkannya pada waktu
yang akan datang (setelah kegiatan selesai)?
Ya / Tidak
Jika tidak, mengapa?
Jelaskan.........................................................................................................
.....................................................................................................................
.............................................................................................
6. Kesulitan-kesulitan apa yang mungkin dialami, jika teknologi yang
didemonstrasikan ini diterapkan nantinya?
a. ..................................................................................................................
b. ..................................................................................................................
..................................................................................................................
7. Sebutkan kebutuhan teknologi lainnya terkait dengan pemanfaatan buah nenas
di lokasi saudara?
- .................................................................................................................
.................................................................................................................
- .................................................................................................................
.................................................................................................................
8. Apa harapan saudara terhadap kelanjutan kegiatan demonstrasi ini terkait
dengan masalah yang dihadapi selama melakukan usaha pembuatan dodol
nenas?
- .................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 66
9. Bagaimana gambaran tingkat kepuasan saudara terhadap pelaksanaan
demonstrasi teknologi pengolahan buah nenas di lokasi saudara? (Berikan tanda
pada kolom yang tersedia pada tabel sesuai yang anda rasakan)!
No Uraian Sangat Puas
Puas Kurang Puas
Tidak puas
1 Penyediaan Informasi Teknologi
yang dibutuhkan
2 Bimbingan pada kegiatan
demonstrasi
3 Nara sumber
4 Dukungan Sarana
TINGKAT ADOPSI KOMPONEN TEKNOLOGI
No Komponen Teknologi
Menerima Ragu-ragu Menolak Akan
menerapkan
1. Pemilihan buah
nenas
2. Pengupasan
3. Penghancuran/ Pemarutan
4. Pemberian bahan tambahan
5. Pemasakan
6. Pengemasan
Mohon diisi salah satu kolom dengan tanda “ √ “
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 67
KUISIONER
UJI ORGANOLEPTIK ANEKA DODOL NENAS
Nama Panelis : ......................
Tanggal uji : ......................
Isilah dengan skor !
Perlakuan Warna Tekstur Aroma Rasa Kesukaan
Manis Asam
N.1.0
N.1.1
N.1.2
N.1.3
Keterangan : Warna 1-2 = Sangat tidak suka 3-4 = Tidak suka 5-6 = Agak tidak suka 7-8 = Suka 9-10 = Sangat suka
Tekstur 1-2 = Sangat tidak kenyal 3-4 = Tidak kenyal 5-6 = Agak tidak kenyal 7-8 = Kenyal 9-10 = Sangat kenyal
Aroma 1-2 = Tidak beraroma nenas 3-4 = Agak beraroma nenas 5-6 = Cukup beraroma nenas 7-8 = Beraroma nenas 9-10 = Sangat beraroma nenas
Rasa Manis 1-2 = Sangat tidak manis 3-4 = Agak manis 5-6 = Cukup manis 7-8 = Manis 9-10 = Sangat manis
Rasa Asam 1-2 = Sangat tidak asam 3-4 = Agak asam 5-6 = Cukup asam 7-8 = Asam 9-10 = Sangat asam
Kesukaan 1-2 = Sangat tidak suka 3-4 = Tidak suka 5-6 = Agak suka 7-8 = Suka 9-10 = Sangat suka
Saran : ....................................................................................................................................
.....................................................................
..........................................................................................................................................................................................................
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 68
UJI ORGANOLEPTIK DODOL NENAS
Nama Panelis : ......................
Tanggal uji : ......................
Isilah dengan skor !
Perlakuan Warna Tekstur Aroma Rasa Kesukaan
N.1.0
N.1.1
Keterangan : Warna 1-2 = Sangat tidak suka 3-4 = Tidak suka 5-6 = Agak tidak suka 7-8 = Suka 9-10 = Sangat suka
Tekstur 1-2 = Sangat tidak kenyal 3-4 = Tidak kenyal 5-6 = Agak tidak kenyal 7-8 = Kenyal 9-10 = Sangat kenyal
Aroma 1-2 = Tidak beraroma nenas 3-4 = Agak beraroma nenas 5-6 = Cukup beraroma nenas 7-8 = Beraroma nenas 9-10 = Sangat beraroma nenas
Rasa Asam 1-2 = Sangat tidak asam 3-4 = Agak asam 5-6 = Cukup asam 7-8 = Asam 9-10 = Sangat asam
Rasa Manis 1-2 = Sangat tidak manis 3-4 = Agak manis 5-6 = Cukup manis 7-8 = Manis
9-10 = Sangat manis
Kesukaan 1-2 = Sangat tidak suka 3-4 = Tidak suka 5-6 = Agak suka 7-8 = Suka 9-10 = Sangat suka
Saran : ........................................................................................................................ ............
.....................................................................
..........................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................................