dementia (salwito)

35
Referat Psikiatri Pembimbing : Prof. Dr. dr. H. A. Prayitno, Sp.KJ (K) Disusun Oleh : Salwito Sartafuta 030.01.229 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

Upload: putri-maya-sari

Post on 23-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: Dementia (Salwito)

Referat Psikiatri

Pembimbing :

Prof. Dr. dr. H. A. Prayitno, Sp.KJ (K)

Disusun Oleh :

Salwito Sartafuta030.01.229

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWARUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN

PERIODE 3 SEPTEMBER 2007 – 6 OKTOBER 2007FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA2007

Page 2: Dementia (Salwito)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

dan izin-Nya, maka tugas pembuatan referat dengan judul “Demensia” dapat selesai pada

waktunya. Pembuatan referat ini merupakan salah satu tugas wajib yang harus dikerjakan

dalam rangka kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa dr.

Soeharto Heerdjan Jakarta, periode 3 September 2007 – 6 Oktober 2007.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. H. A. Prayitno, Sp.KJ (K) selaku pembimbing referat

2. dr. Hartanto Gondhoyuwono, Sp.KJ (KAR) selaku Manajer Proyek

3. Dokter-dokter Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK Usakti dan pembimbing di Rumah

Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan

4. Serta teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap agar apa yang

disajikan dalam referat ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2007

Salwito Sartafuta

Page 3: Dementia (Salwito)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

BAB II. DEMENSIA ................................................................................... 3

I. Definisi .................................................................................. 3

II. Karakteristik .......................................................................... 6

III. Jenis-jenis Demensia.............................................................. 10

A. Demensia Tipe Alzheimer................................................ 10

B. Demensia Vaskuler........................................................... 12

C. Demensia Pick.................................................................. 15

D. Demensia Creutzfeldt Jakob............................................ 16

E. Demensia Huntington...................................................... 16

F. Demensia karena hidrosefalus tekanan normal............... 16

G. Demensia karena penyakit parkinson.............................. 17

BAB III. PENUTUP ...................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

Page 4: Dementia (Salwito)

BAB I

PENDAHULUAN

Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi

kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada

demensia adalah intelegensi umum, belajar dan ingatan, bahasa, pemecahan masalah,

orientasi persepsi, perhatian dan konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial, serta

kepribadian pasien.

Di masa lampau, istilah demensia sering diartikan sebagai suatu perjalanan yang

progresif atau yang tidak dapat dipulihkan. Demensia dapat disebabkan oleh berbagai

sebab antara lain penyakit-penyakit yang menyangkut kesehatan umum seperti penyakit

jantung, paru, ginjal, gangguan darah, infeksi, nutrisi, berbagai keadaan keracunan serta

kelainan otak primer seperti stroke, infeksi, dan proses degeneratif. Sebagian demensia

ini bersifat reversibel atau potensial reversibel bila terdeteksi dini dan dilakukan

penatalaksanaan yang tepat walaupun sebagian besar demensia terutama yang disebabkan

proses degeneratif bersifat irreversibel.

Demensia Alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia akibat degenerasi

otak yang paling sering ditemukan dan paling ditakuti. Menurut perkiraan, saat ini paling

sedikit terdapat 15 juta penderita Alzheimer di seluruh dunia. Pada usia di atas 65 tahun

insiden demensia mencapai 15% dan jumlah ini akan meningkat dua kali setiap kenaikan

umur 5 tahun. Penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor 4 setelah kanker,

penyakit jantung, dan stroke di Amerika dan Eropa. Penyakit dengan masa perawatan

yang lama dan melelahkan ini telah memberikan beban kesehatan, disabilitas, dan

gangguan produktivitas bagi pasien dan keluarga di setiap negara dunia.

Butir klinis penting dari demensia adalah identifikasi sindrom dan pemeriksaan

klinis tentang penyebabnya. Gangguan mungkin progresif atau statis, permanen atau

reversibel. Suatu penyebab dasar selalu diasumsikan, walaupun pada kasus yang jarang

Page 5: Dementia (Salwito)

adalah tidak mungkin untuk menentukan penyebab spesifik. Kemungkinan pemulihan

(reversibilitas) demensia adalah berhubungan dengan patologi dasar dan ketersediaaan

serta penerapan pengobatan yang efektif. Diperkirakan 15% orang dengan demensia

mempunyai penyakit-penyakit reversibel jika dokter memulai pengobatan tepat pada

waktunya sebelum terjadi kerusakan yang irreversibel. Kondisi-kondisi itu masih dapat

ditegakkan diagnosis sebagai demensia apabila :

a. Hendaya yang terjadi adalah suatu kehilangan kemampuan intelektual yang

beraspek majemuk.

b. Tidak terdapat bukti lain untuk menetapkan diagnosis lain dari pada gangguan

mental organik.

c. Suatu penelitian yang cukup memadai tidak dapat mengungkapkan suatu faktor

etiologi organik yang spesifik

Deteksi atau pengenalan dini demensia harus ditujukan pada seseorang yang

menunjukkan karakteristik gejala dan pencetus (trigger) tertentu yang menandakan

adanya gangguan kognitif yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Diagnosis demensia Alzheimer yang tepat dan diikuti penatalaksanaan yang

terarah akan memberikan hasil yang optimal, mengurangi beban ekonomi, sosial, dan

emosi serta peluang yang lebih baik bagi pasien dan keluarga dalam merencanakan

kehidupan di masa mendatang.

Page 6: Dementia (Salwito)

BAB II

DEMENSIA

Definisi

Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif

dan irreversibel. Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Di

Indonesia sering dianggap bahwa demensia ini merupakan gejala yang normal pada setiap

orang tua. Namun kenyataannya bahwa anggapan atau persepsi yang salah bahwa setiap

orang tua mengalami gangguan atau penurunan daya ingat adalah suatu proses yang

normal saja. Anggapan ini harus dihilangkan dari pandangan masyarakat kita yang salah.

Menurut ICD-10 demensia adalah suatu keadaan perburukan fungsi intelektual

meliputi memori dan proses berpikir, sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari-

hari. Gangguan memori khas mempengaruhi registrasi, penyimpanan dan pengambilan

kembali informasi. Dalam hal ini harus terdapat gangguan proses pikir dan reasoning di

samping memori.

Menurut DSM IV , demensia adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan

terjadinya defisit kognisi multipel meliputi daya ingat dan paling sedikit satu dari kognisi

lain: afasia, apraksia, agnosia atau gangguan fungsi eksekutif yang cukup berat sehingga

mengganggu fungsi okupasi, sosial, dan harus memperlihatkan penurunan fungsi

dibanding sebelumnya.

Menurut NINCDS-ADRDA, demensia adalah kemunduran memori dan fungsi

kognitif lain dibanding tingkat fungsi sebelumnya berdasarkan riwayat kemunduran

kognisi dan gangguan yang terlihat pada pemeriksaan klinis serta tes neuropsikologis.

Diagnosis tidak dapat dibuat bila terdapat gangguan kesadaran, delirium, somnolen,

Page 7: Dementia (Salwito)

sopor, atau koma atau bila terdapat gangguan klinik lain yang mengganggu evaluasi

status mental.

Menurut PPDGJ III, demensia merupakan suatu sindroma akibat penyakit otak,

biasanya bersifat kronik atau progresif, serta terdapat gangguan fungsi luhur (fungsi

kortikal yang multipel), termasuk daya ingat, daya pikir, daya orientasi, daya

pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan kemampuan menilai.

Kesadaran tidak berkabut. Biasanya disertai hendaya fungsi kognitif dan ada kalanya

diawali kemerosotan (deteriorasi) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau

motivasi. Syarat utama penegakan diagnosis adalah bukti adanya penurunan kemampuan,

baik dalam daya ingat maupun daya pikir seseorang sehingga mengganggu kegiatan

sehari-hari seperti yang tersebut di atas. Gejala dan hendaya harus sudah nyata untuk

sekurang-kurangnya enam bulan.

Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah :

usia, riwayat keluarga dan jenis kelamin perempuan.

Demensia harus dapat kita bedakan dengan retardasi mental, pseudodemensia,

gangguan daya ingat atau intelektual yang akan terjadi dengan berjalannya waktu dimana

fungsi mental yang sebelumnya telah dicapai secara bertahap akan hilang atau menurun

sesuai dengan derajat yang diderita.

Pseudodemensia Demensia

Perjalanan Klinis dan Riwayat Penyakit

1. Keluarga selalu menyadari

disfungsi dan keparahannya

2. Onset dapat ditentukan dengan agak

tepat

3. Gejala terjadi singkat

4. Riwayat disfungsi psikiatri

sebelumnya sering ditemukan

1. Keluarga sering tidak menyadari

disfungsi dan keparahannnya

2. Onset hanya dapat ditentukan dalam

batas yang luas

3. Gejala berlangsung lama

4. Riwayat disfungsi psikiatri

sebelumnya jarang ditemukan

Page 8: Dementia (Salwito)

Keluhan Dan Perilaku klinis

1. Pasien biasanya mengeluh kehilangan fungsi kognitif

2. Keluhan disfungsi kognitif biasanya terperinci

3. Pasien yang menekankan ketidak-mampuannya

4. Pasien menonjolkan kegagalan5. Pasien melakukan sedikit usaha

untuk melakukan tugas sederhana6. Biasanya mengkomunikasikan

perasaan penderitaan yang kuat7. Perubahan afektif sering pervasif8. Hilangnya ketrampilan sosial9. Perilaku sering tidak sesuai dengan

keparahan disfungsi kognitif10. Perlemahan disfungsi nokturnal

1. Pasien sedikit mengeluh kehilangan fungsi kognitif

2. Keluhan disfungsi kognitif biasanya tidak terperinci

3. Pasien menyangkal akan ketidakmampuannya

4. Pasien senang akan pencapaian, tetapi menyepelekannya

5. Biasanya menggunakan catatan, kalender untuk mengingat

6. Afek labil dan dangkal7. Keterampilan sosial dipertahankan8. Perilaku sering sesuai dengan

keparahan disfungsi kognitif

Gambaran Klinis yang Berhubungan dengan Daya Ingat, Kognitif , dan Disfungsi Intelektual

1. Atensi dan konsentrasi dipertahankan dengan baik

2. “tidak tahu” adalah jawaban yang sering

3. Pada pemerikasaan orientasi, pasien sering memberikan jawaban “tidak tahu”

4. Kehilangan daya ingat untuk kejadian yang baru dan agak lama biasanya parah

5. Kehilangan daya ingat atau periode kejadian spesifik sering ditemukan

6. Variabilitas yang jelas dalam kinerja tugas dengan kesulitan sama

1. Atensi dan konsentrasi biasanya terganggu

2. sering jawaban yang hampir3. Pada pemerikasaan orientasi, pasien

sering keliru jawaban hampir dan sering

4. Kehilangan daya ingat untuk kejadian yang baru lebih parah dari agak lama

5. Kekosongan daya ingat untuk periode tertentu jarang

6. Kinerja yang buruk secara konsisten pada tugas dengan kesulitan serupa

Page 9: Dementia (Salwito)

Perubahan karakteristik dari demensia adalah :

1. Perubahan aktivitas sehari-hari

2. Gangguan kognitif ( gangguan daya ingat, bahasa, fungsi visuospasial )

3. Perubahan perilaku dan psikis ( Behavior-Psychological Changes )

Gangguan perilaku dan psikologik pada lansia yang demensia sering ditemukan sebagai

BPSD ( Behavior Psychological Symptoms of Dementia ). Perubahan tersebut bersifat

multifaktor atau biopsikososial sehingga timbul masalah seperti :

1. Perilaku agresif

2. Wondering ( suka berpergian tanpa tujuan )

3. Gelisah

4. Impulsif

5. Sering mengulang pertanyaan

6. Dll

Pada masalah psikologisnya :

1. Waham cemburu

2. Waham curiga

3. Halusinasi

4. Misidentitas ( lupa akan identitas diri )

KARAKTERISTIK

Gangguan klinis dari demensia bermacam-macam dan dikemukakan 3 pandangan

berbagai kelompok ahli dalam mendefinisikan penyakit demensia khususnya tipe

Alzheimer yaitu :

1. Pembagian klasifikasi WHO ( ICD X (R) )

2. Klasifikasi dari American Psychiatric Association ( DSM IV )

3. Klasifikasi dari National Institute and Communicative Disorders and Stroke-

Alzheimer Disease and Related Disorders ( NINCDS-ADRIDA )

Page 10: Dementia (Salwito)

Karakteristik ICD X

(R)

DSM

IV

NINCDS-

ADRIDA

Penurunan daya ingat + + +

Gangguan proses pikir + - -

Aphasia, apraxia, agnosia, sarta gangguan fungsi eksekusi - + -

Gangguan salah satu fungsi intelektual di luar daya ingat + + +

Dapat ditentukan lewat kuesioner - - +

Ditentukan lewat tes NPI - - +

Gangguan ADL + - -

Hendaya fungsi sosial/ kegiatan harian - + -

Penurunan terhadap fungsi sebelumnya + + +

Onset awal terjadi pada usia 40-90 tahun - - +

Mula perjalanan penyakit insidious + + -

Proses deteorisasi lambat + - -

Deteorisasi berkelanjutan - + +

Laboratorium / klinik tak ditemukannya adanya dementia

jenis lain

- + +

Tanpa gejala awal yang mendadak + - P

Tanpa gejala neurologik + - P

Tidak ditemukannya gejala penyalahgunaan obat - + +

Kemunduran dapat saja berupa delirium + + +

Tidak dijumpai gejala mental beserta lainnya - + -

P = Probable Alzheimer Disease Criteria

Demensia merupakan suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf

pusat dan merupakan penyakit vaskuler. Di sini akan dibedakan demensia berdasarkan :

Page 11: Dementia (Salwito)

Berdasarkan Etiologi

Irreversibel Reversibel

1. Primer degeneratifAlzheimerPick Huntington Parkinson Degeneratif kortiko basal ganglion

D : drugsE : emotional M : metabolicE : ear & eye N : nutrition T : tumor & trauma

2. Karena infeksia. Penyakit Creutzfeldtz-Jakobb. Subacute sclerosing panencephalitis c. Progressive multi-focal leuko encephalopathy

I : infection A : atherosclerosis

3. Metabolika. Metachromatic leukodystrophyb. Gangliosidosis

Berdasarkan Anatomi

Kortikal Subkortikal

1. Alzheimer2. Creutzfeldtz-Jakob3. Pick disease4. Afasia, agnosia, dan apraksia

1. Huntington disease2. Parkinson disease3. Hidrosefalus4. Demensia multiinfark

Karakteristik Demensiasubkortikal

DemensiaKortikal

Tes yang dianjurkan

Bahasa Tidak ada afasia Afasia awal 1. Tes FAS2. Tes Boston Naming3. Tes Perbendaharaan

WAIS-R

Daya ingat Gangguan memori (menggali) dan pengenalan (penyandian)

Pengingatan dan pengenalan terganggu

1. Skala daya ingat Wechsler

2. SPDAL(Brandt)3. Rentang Digit

WAIS

Page 12: Dementia (Salwito)

Atensi, memori, segera dan ketrampilan visouspasial

Terganggu Terganggu Menyusun gambar, benda, dan merancang bangun : subtes WAIS

Kalkulasi normal Terkena awal Mini Mental State

Kemampuan sistem

frontalis (fungsi

eksekutif)

Terganggu tidak

proporsional

Derajat gangguan

konsisten dengan

gangguan lain

Winconsin Card

Sorting task

Tes Odd Man Out

Picture absurdities

Kecepatan proses

kognitif

Melambat pada awalnya Normal Trail making A and B

Paced Auditory Serial

Addition Test (PASAT)

Kepribadian Apatetik, utuh Tidak terganggu MMPI

Suasana Perasaan Depresi Eutimik Skala Depresi Beck and

Hamilton

Bicara Disartrik Normal Kefasihan Verbal

Rosen,1980

Postur Membungkuk atau

ekstensi

Tegak

Koordinasi Terganggu Normal

Kecepatan dan

pengendallian motorik

Melambat normal Mengetuk jari

Papan bercatur

Gerakan aneh Korea,TIK, tremor,

distonia

Tidak ada

Abstraksi Tes kategori (Halstead

Battery)

Kriteria derajat demensia :

RINGAN

Page 13: Dementia (Salwito)

Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial, kapasitas untuk

hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian umum yang

baik

SEDANG

Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas

BERAT

Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu, sehingga tidak berkesinambungan dan

inkoherensi

JENIS-JENIS DEMENSIA

Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia. 50-60% termasuk demensia tipe ini. Orang

yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun

1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :

1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif

2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia,

agnosia, gangguan fungsi eksekutif

3. Tidak mampu mempelajari/mengingat informasi baru

4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan)

5. Kehilangan inisiatif

Faktor resiko penyakit Alzheimer :

1. Riwayat demensia dalam keluarga

2. Sindrom Down

3. Umur lanjut

4. Defisiensi apolipoprotein, E4

Faktor yang memberi perlindungan terhadap Alzheimer :

1. Apolipoprotein E

Page 14: Dementia (Salwito)

2. Antioksidan

3. Penggunaan estrogen pasca menopause (pada demensia tipe ini lebih sering pada

wanita daripada laki-laki)

4. NSAID

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,

walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimia post mortem telah ditemukannya lose

selective neuron kolinergik yang struktur dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan:

1. Pada makroskopik : penurunan volume gyrus pada lobus frontalis dan temporal

2. Pada mikroskopik : plak senilis dan serabut neurofibrilaris

Kerusakan dari neuron ini menyebabkan penurunan jumlah neurotransmiter. Hal ini

sangat mempengaruhi aktivitas fisiologis otak.

Tiga neurotransmiter yang terganggu pada Alzheimer adalah asetilkolin,

serotonin, dan norepinefrin. Pada penyakit ini diperkirakan adanya interaksi antar genetik

dan lingkungan yang merupakan faktor pencetus. Selain itu dapat berupa trauma kepala

dan rendahnya tingkat pendidikan.

Pedoman diagnostik Demensia Alzheimer menurut PPDGJ III

1. Terdapat gejala demensia secara umum

2. Onset bertahap dengan perkembangan lambat

3. Tidak ada bukti klinis dan pemeriksaan yang mendukung adanya penyakit otak/

sistemik yang dapat menyebabkan demensia

4. Tidak ada serangan/ gejala neurologik kerusakan otak fokal

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini.

Pencegahan/pengobatan hanya dalam bentuk paliatif yaitu : nutrisi tepat, latihan,

pengawasan aktifitas, selain itu bisa diberikan obat Mematine (N-metil) 25 mg/hr,

Propanolol, Haloperidol dan penghambat Dopamin potensi tinggi untuk kendali

gangguan perilaku akut. selain itu dapat diberikan ”Tracine Hydrochloride” (inhibitor

asetilkolinestrose kerja sentral) untuk gangguan kognitif dan fungsi sosialnya.

Page 15: Dementia (Salwito)

B. Demensia Vaskuler

Pada demensia vaskuler, dalam arti kata luas, semua demensia yang diakibatkan

oleh penyakit pembuluh darah serebral dapat disebut sebagai demensia vaskular. Pada

tahun 1970 Tomlison dkk melalui penelitian klinis-patologis mendapatkan bahwa bila

demensia disebabkan oleh penyakit vaskular, hal ini biasanya terjadi karena adanya

infark di otak. Hal ini melahirkan konsep demensia multi-infark. Saat ini demensia

vaskular sering diidentikan dengan demensia multi-infark. Demensia vaskular ialah

sindrom demensia yang disebabkan oleh disfungsi otak yang diakibatkan oleh penyakit

serebrovaskular atau stroke. Ini merupakan penyebab kedua paling sering dari demensia

pada lansia setelah penyakit Alzheimer.

Bila menghadapi penderita ynag dicurigai menderita demensia vaskular, untuk

penegakan diagnosis demensia vaskuler dapat dilakukan hal berikut :

1. Kita pastikan bahwa memang terdapat demensia.

2. Kita telusuri berat-ringan gangguan fungsi kognitif, perilaku dan emosional.

Bagaimana perjalanan Gangguan? Apakah progresif gradual (lambat laun) atau

progresif dengan tahapan-mendadak (step-wise). Pada demensia vaskular timbulnya

gangguan mendadak dan bertahap, sedangkan pada Alzheimer secara gradual,

lambat laun.

3. Tentukan adanya stroke, periksa apakah ada gangguan lain yang berasal dari lesi

otak, yang timbulnya mendadak misalnya hemiparesis.

4. Cari faktor resiko bagi stroke untuk ditanggulangi.

Dalam menegakkan diagnosa terdapat defisit kognitif yang sama dengan tipe Alzheimer

tetapi terdapat gejala-gejala/tanda-tanda neurologis fokal seperti :

1. Peningkatan refleks tendon dalam

2. Respon ekstensor

3. Palsi pseudobulbar

4. Kelainan gaya berjalan

Page 16: Dementia (Salwito)

5. Kelemahan anggota gerak

Beberapa pakar, Hacklinski elnk dan Logb & Gondolfo mengusulkan sistem

skor untuk membedakan antara demensia vaskular dan Alzheimer. Namun, skor ini

tidak dapat menentukan adanya demensia campuran keduanya.

Perbandingan DSM IV, ICD X , dan NINCDS-ADRIDA

Karakteristik DSM IV ICD X NINCDS-

ADRIDA

Gangguan memori + + +

Aphasia,agnosia,apraxia

atau disfungsi eksekutif

- + -

Gangguan 2/lebih fungsi

kognitif

- + +

Gangguan intelektual + - -

Ketersediaan wawasan

dan pengetahuan

+ - -

Penurunan dari fungsi

sebelumnya

- + +

Gangguan sosial dan

okupasi

- + -

Riwayat stroke

Ada bukti arterosklerosis

2

1

Page 17: Dementia (Salwito)

Keluhan neurologi fokal

Tanda neurologi fokal

2

2

Penderita dengan demensia vaskuler score>7, alzheimer<4

Score Loeb san Gondolfo

Iskemik Loeb dan Gondolfo Skor

Mulainya mendadak

Ada riwayat stroke

Gejala fokal

Keluhan fokal

Pada CT scan terdapat:

Daerah hipodens tunggal

Daerah hipodens multipel

2

1

2

2

2

3

Keterangan score :

0-2 : mungkin Alzheimer

5-10 : mungkin Vaskular

Pemeriksaan penunjangnya dalam dilakukan :

1. radiologi : CT scan dan MRI

2. laboratorium

3. EEG

Strategi pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan (sachdev,1999) :

1. Obati hipertensi secara optimal

2. Obati Diabetes Mellitus

3. Tanggulangi hiperlipidemia

4. Hindari meroko dan batasi alkohol

5. Beri antikoagulan bila ada fibrilasi atrial

6. Beri antiagregasi trombosit pada yang beresiko tinggi

Page 18: Dementia (Salwito)

7. Lakukan carotic endarterectomy pada stenosis yang berat

8. Lakukan diit untuk megontrol DM, obesitas, dan hiperlipidemi

9. Anjurkan untuk mengubah gaya hidup

10. Intervensi dini pada stroke dan TIA dengan obat neuroprotektif

11. Sediakan rehabilitasi intensif setelah stroke

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler menurut PPDGJ III :

1. Terdapatnya gejala demensia

2. Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata

3. Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

C. Demensia Pick

Penyakit Pick ditandai dengan penurunan fungsi mental dan perilaku yang terjadi

secara progresif dan lambat dapat berlangsung selama 27 tahun, bersifat herediter dan

sporadik. Terdapat penurunan fungsi memori dan bahasa yang jelas. Kelainan terdapat

pada kortikal fokal pada lobus frontalis. Gambaran patologis berupa atrofi frontal dan

temporal. Penyakit ini juga sulit dibedakan dengan Alzheimer, hanya bisa dengan otopsi,

dimana otak menujukkan inklusi intraneuronal yang disebut “badan Pick” yang

dibedakan dengan neurofibrilaris pada Alzheimer.

Gambaran klinis :

1. Awitan yang perlahan, tidak jelas, progresivitas lambat

2. Gangguan kepribadian yang berat pada fase dini, euforia, emosi tumpul,

disinhibisi, apatis, atau gelisah

3. Gangguan berbahasa meliputi penurunan kelancaran, stereotipi, dan perseverasi

4. Penurunan fungsi mental

5. Pemeriksaan fisik ditemukan reflex primitive, inkontinensia, akinesia, dan

rigiditas

6. Atrofi lobus frontal yang jelas

Page 19: Dementia (Salwito)

7. Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingat

Kluver-Bucy syndrome dapat muncul di awal pada demensia Pick ini, ditandai

dengan emosi tumpul, aktivitas hiperseksual, hiperoralitas (bulimia, memainkan bibir)

dan visual agnosia.

D. Demensia Penyakit Creutzfeldt-Jakob

Penyakit ini disebabkan oleh degeneratif difus yang mengenai sistem piramidalis

dan ekstrapiramidal. Pada penyakit ini tidak berhubungan dengan proses penuaan.

Gejala terminal adalah :

Demensia parah

Hipertonisitas yang menyeluruh

Gangguan bicara yang berat

Penyakit ini disebabkan oleh virus infeksius yang tumbuh lambat (misalnya

transplantsi kornea). Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini (PPDGJ III)

1. Demensia yang progresif merusak

2. Penyakit piramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus

3. EEG yang khas

E. Demensia karena penyakit Huntington (Chorea)

Demensia ini disebabkan penyakit herediter yang disertai dengan degenerasi

progresif pada ganglia basalis dan kortex serebral. Transmisi terdapat pada gen autosomal

dominan fragmen G8 dari kromosom 4. Onset terjadi pada usia lebih muda sekitar usia

35-50 tahun. Gejalanya :

1. Demensia progresif

2. Hipertonisitas muskular

3. Gerakan koreoform yang aneh

4. Adanya riwayat keluarga

Jika terdapat keraguan dalam penegakan diagnosis maka dapat dilakukan analisa genetik.

Page 20: Dementia (Salwito)

F. Demensia karena Hidrosefalus Tekanan Normal

Pada demensia ini terdapat pembesaran ventrikel dengan meningkatnya cairan

serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :

1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, sambil menyeret)

2. Inkontinensia urin

3. Demensia

Pada pemeriksaan laboratorium didapat Tekanan CSF yang normal (150-200

mmhg) dan pada CT scan terdapat dilatasi ventrikel pendangkalan sulkus cerebral bagian

apeks pada otak dengan tidak disertai pelebaran ruang subarachnoid. Demensia ini dapat

bersifat reversibel, beberapa ahli merekomendasikan terapi dengan lumbal pungsi untuk

mengeluarkan 30 ml CSF.

G. Demensia karena penyakit Parkinson

Demensia ini disebabkan penyakit Parkinson yang menyertai, ditandai dengan

gejala:

1. Disfungsi motorik

2. Gangguan kognitif/demensia bagian dari gangguan

3. Lobus temporalis dan defisit daya ingat

4. Depresi

Terapi :

1. Neurotransmiter dopaminergik (L-DOPA)

2. Amantadine

3. Bromocriptine

Dopamin mempunyai peranan dalam timbulnya gangguan afektif. Pada depresi

terdapat kadar dopamin yang rendah dan pada maniakal terdapat hal yang sebaliknya.

Pada Parkinson dapat terlihat kadar dopamin berkurang >75%.

Page 21: Dementia (Salwito)

BAB III

PENUTUP

Gejala dini demensia sering terlewatkan, dianggap sebagai gejala usia lanjut yang

wajar atau salah diagnosis. Kegagalan mendiagnosis dini demensia dapat mengakibatkan

Page 22: Dementia (Salwito)

penanganan yang tidak tepat dan pada hakikatnya akan memberikan beban tambahan

pada penyandang dan keluarga.

Deteksi dini ditujukan pada seseorang yang memperlihatkan karakteristik dan

trigger tertentu, menandakan adanya kebutuan pemeriksaan lanjutan, bukan dengan

melakukan skrining pada segmen tertentu populasi penduduk, karena tidak ada bukti

yang menyokong kegunaan skrining pada demensia Alzheimer dan tidak ada tes yang

mempunyai sensitivitas tinggi untuk deteksi penyakit ini dalam tahap dini/ringan.

Sebuah penilaian awal harus dikombinasikan dengan riwayat penyakit termasuk

keterangan informan yang dapat dipercaya dan pemeriksaan fisik yang terarah, evaluasi

fungsi mental dan status fungsional disamping penilaian untuk delirium dan depresi.

Anamnesis yang teliti harus meliputi riwayat medik umum, riwayat neurologis,

riwayat pemakaian obat-obatan, riwayat psikiatris dan riwayat keluarga.

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologis,

pemeriksaan neuropsikologis (MMSE), pemeriksaan status fungsional (FAQ) dan

pemeriksaan psikiatris (Skala Depresi 15). Bila ada gangguan perilaku dapat diperiksa

dengan NPI.

Pemeriksaan kognisi Status Mental Mini (MMSE), CDT dan status fungsional

Functional Activities Questionnaire (FAQ) adalah tiga pemeriksaan awal yang paling

dianjurkan saat ini. Dari ketiga pemeriksaan dapat diperoleh informasi apakah pasien

mengalami gangguan kognisi multipel disertai penurunan fungsional yang menandakan

adanya demensia. pemeriksaan ini merupakan bagian integral dari penilaian awal yang

tidak dapat dipakai secara terpisah. Adalah tidak bijaksana apabila diagnosis demensia

hanya berdasarkan pemeriksaan status mental dan fungsional saja, karena kemungkinan

positif semu adalah sangat besar.

Pemeriksaan laboratorium rutin hanya dilakukan bila pada penilaian awal terdapat

tanda-tanda positif demensia. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah lengkap,

urinalisis, elektrolit serum, BUN, fungsi, hormon tiroid, vitamin B12 dan asam Folat.

Absorpsi antibodi treponemal fluresen untuk mendeteksi neurosifilis dan HIV hanya atas

indikasi pada pasien resiko tinggi.

Page 23: Dementia (Salwito)

Pendekatan klinik yang baik meliputi anamnesis yang lengkap dan teliti yang

diikuti oleh pemeriksaan fisik terarah dan laboratorium rutin dapat menegakkan diagnosis

klinis demensia.

Pemeriksaan pencitraan, EEG berguna terutama bila perjalanan klinis demensia

tidak tipikal untuk demensia Alzheimer atau dicurigai penyebab demensia lain.

Pemeriksaan cairan otak hanya dilakukan bila ada indikasi infeksi susunan saraf pusat

atau demensia hidrosefalus tekanan normal. Pemeriksaan marker genetik belum

dianjurkan karena masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Penanganan demensia Alzheimer meliputi penilaian klinik yang baik, terapi

farmakologik khusus demensia Alzheimer maupun untuk gangguan psikiatri di samping

terapi non farmakologik.

Khusus mengenai terapi farmakologik penemuan obat golongan kolinesterase

inhibitor terutama generasi kedua telah terbukti dapat memperbaiki aspek kognisi,

fungsional dan perilaku walaupun belum dapat mempengaruhi perjalanan penyakit,

terutama demensia Alzheimer tingkat lanjut.

Obat-obat golongan disease modifying agents diharapkan semakin berkembang

dengan semakin berkembangnya pengetahuan tentang patofisiologi demensia Alzheimer.

Pada masa mendatang kemungkinan gabungan obat ini dengan obat golongan

kolinesterasi inhibitor akan semakin menjadi perhatian bagi para peneliti.

Adalah tidak mungkin untuk menyusun sebuah guideline yang dapat memenuhi

semua kebutuhan pengenalan dan penatalaksanaan demensia Alzheimer karena

terdapatnya variasi individu baik dalam tampilan klinis maupun beratnya gejala pasien

demensia Alzheimer. Seorang klinikus yang baik harus bijaksana dalam menerapkan

prinsip-prinsip dasar dan pendekatan pada pasien harus bersifat individual dan tidak

kaku.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I. dan Sadock, B.J, Sinopsis Psikiatri, edisi ketujuh, Binarupa Aksara,

Jakarta 1997, hal. 515.

Page 24: Dementia (Salwito)

2. Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen

Kesehatan R.I, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Jiwa di Indonesia, edisi III,

Jakarta.

3. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, American

Psychiatric Association, Washington DC, hal. 142-143.

4. Maramis W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya 1995, hal.

189-193.

5. Dikot Y, Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia

Lainnya, Konsensus Nasional, edisi 1, Jakarta 2003.

6. http://www.mentalhealth.com “American and European Description about Dementia”

7. http:/www.yahoohealth.com “Dementia”