defisiensi vit

3
Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan esensial yang diperlukan oleh tubuh, terapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Vitamin yang dapat di sintesi oleh tubuh memang ada, namun laju sintesisnya kurang dari yang di butuhkan oleh tubuh untuk tetap sehat. Meskipun di dalam tubuh vitamin tidak dipergunakan untuk mendapatkan tenaga seperti lemak atau karbohidrat dan juga tidak dapat di pakai sebagai zat pembangun seperti protein, vitamin tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan melalui perannya sebagai enzim pembantu dalam proses metabolism. Fungsi khusus berbagai vitamin sangat berbeda antara satu dan yang lain. Oleh karena itu, sulit menyamaratakan fungsi vitamin dalam gizi manusia. Vitamin di kenal sebagai mikronutrien karena vitamin dibutuhkan pada makanan manusia dalam jumlah miligram atau mikrogram per hari. Vitamin masuk ke dalam tubuh manusia bersama dengan makanan. Defisiensi suatu vitamin dapat menimbulkan suatu penyakit. Penyakit akibat kekurangan vitamin ini di sebut avitaminosis. Sekarang, vitamin vitamin telah dapat dibuat secara sintetis sehingga kekurangan salah satu vitamin dari jumlah yang di perlukan dapat ditambahkan dengan makan atau minum vitamin sintesis ini. Secara klasik, vitamin diklasifikasikan atas dasar kelarutannya, yaitu golongan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan

Upload: kaka-mifta

Post on 03-Oct-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DAF

TRANSCRIPT

Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan esensial yang diperlukan oleh tubuh, terapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Vitamin yang dapat di sintesi oleh tubuh memang ada, namun laju sintesisnya kurang dari yang di butuhkan oleh tubuh untuk tetap sehat. Meskipun di dalam tubuh vitamin tidak dipergunakan untuk mendapatkan tenaga seperti lemak atau karbohidrat dan juga tidak dapat di pakai sebagai zat pembangun seperti protein, vitamin tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan melalui perannya sebagai enzim pembantu dalam proses metabolism. Fungsi khusus berbagai vitamin sangat berbeda antara satu dan yang lain. Oleh karena itu, sulit menyamaratakan fungsi vitamin dalam gizi manusia.Vitamin di kenal sebagai mikronutrien karena vitamin dibutuhkan pada makanan manusia dalam jumlah miligram atau mikrogram per hari. Vitamin masuk ke dalam tubuh manusia bersama dengan makanan. Defisiensi suatu vitamin dapat menimbulkan suatu penyakit. Penyakit akibat kekurangan vitamin ini di sebut avitaminosis. Sekarang, vitamin vitamin telah dapat dibuat secara sintetis sehingga kekurangan salah satu vitamin dari jumlah yang di perlukan dapat ditambahkan dengan makan atau minum vitamin sintesis ini.Secara klasik, vitamin diklasifikasikan atas dasar kelarutannya, yaitu golongan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan golongan vitamin yang larut dalam air (Vitamin C dan kelompok vitamin B kompleks).Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan Puslitbang Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006 memperlihatkan balita dengan Serum Retinol kurang dari 20g/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut menggambarkan terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol kurang dari 20 g/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A (KVA) sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi karena berada di bawah 15% (batasan IVACG). Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA dengan pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A).

Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan SEAMEO TROPMED RCCN Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient Initiative pada tahun 2007 melakukan survei di 3 provinsi terpilih yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara untuk melihat cakupan suplementasi Vitamin A dan mengevaluasi manajemen program Vitamin A. Hasil survei menunjukkan bahwa di provinsi Kalimantan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah sebesar 55,8% dan anak balita (12-59 bulan) sebesar 56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada bayi adalah 82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70,5% pada bayi dan anak balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan bahwa sebanyak 70,2% bayi umur 6-11 bulan dan 13,9% anak balita umur 12-59 bulan mendapatkan suplementasi Vitamin A dengan dosis yang tidak sesuai umur.