definisi dari teori dan kerangka berfikir

12
 Definisi Dari Teori Dan Kerangka Berfikir Dalam Suatu Penelitian, Skripsi, Thesis ARTI SEBUAH TEORI DALAM PENELITIAN Dalam penulisan laporan penelitian baik skripsi maupun thesis harus menyertakan Teori dan Kerangka Berfikir. Namun seringkali banyak orang masih salah dalam penulisan Teori, sehingga topiknya selalu berputar- putar dan cenderung tidak kontekstual dengan hal yang diteliti. Untuk mengatasi persoalan diatas maka hendaknya seorang peneliti harus memahami dasar pengertian sebuah Teori dan juga Bagaimana Penulisan Dasar Teori yang benar dalam sebuah penelitian. A. Pengertian Teori Menurut Suryabrata (dalam Sugiyono, 2009:79) setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi- generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.Sedangkan Neumen (dalam Sugiyono, 2009:80) berpendapat Teori adalah seperangkap konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Sitirahayu (1999) menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Mark membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :

Upload: ilmubiner

Post on 04-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Definisi Dari Teori Dan Kerangka Berfikir

TRANSCRIPT

  • Definisi Dari Teori Dan Kerangka Berfikir

    Dalam Suatu Penelitian, Skripsi, Thesis

    ARTI SEBUAH TEORI DALAM PENELITIAN

    Dalam penulisan laporan penelitian baik skripsi maupun thesis harus

    menyertakan Teori dan Kerangka Berfikir. Namun seringkali banyak orang

    masih salah dalam penulisan Teori, sehingga topiknya selalu berputar-

    putar dan cenderung tidak kontekstual dengan hal yang diteliti. Untuk

    mengatasi persoalan diatas maka hendaknya seorang peneliti harus

    memahami dasar pengertian sebuah Teori dan juga Bagaimana Penulisan

    Dasar Teori yang benar dalam sebuah penelitian.

    A. Pengertian Teori

    Menurut Suryabrata (dalam Sugiyono, 2009:79) setelah masalah

    penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian

    (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-

    generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis

    untuk pelaksanaan penelitian.Sedangkan Neumen (dalam Sugiyono,

    2009:80) berpendapat Teori adalah seperangkap konstruk (konsep),

    definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara

    sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat

    berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Sitirahayu (1999)

    menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia

    lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang

    ada. Mark membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini

    berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan

    antara lain :

  • 1. Teori yang deduktif : memberikan keterangan yang dimulai dari suatu

    perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan

    diterangkan.

    2. Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data ke arah teori.

    Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada

    kaum behaviorist.

    3. Teori yang fungsional : di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara

    data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan

    teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.

    Berdasarkan pernyataan di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan

    bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum.

    Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang

    sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, maka dia

    bukan suatu teori. (Sugiyono, 2009:80).

    B. Tingkat dan Fokus Teori

    Numan mengemukakan tingkatan teori terbagi menjadi tiga,

    yaitu: Micro, Meso dan Macro. Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi

    tiga yaitu: Teori Subtatif, Teori Formal, dan Midle Range Theory. Teori yang

    digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui

    pengumpulan data adalah teori substantif, karena teori ini lebih fokus

    berlaku untuk obyek yang akan diteliti. (Sugiyono, 2009:83).

  • C. Kegunaan Teori dalam Penelitian

    Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus

    berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus

    sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah

    yang akan diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai

    referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan

    teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang

    akan dipakai.

    Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum

    pendidikan dan teori khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat

    dibagi menjadi filsafat-filsafat pendidikan (filsafat ilmu pendidikan dan

    filsafat praktek pendidikan) dan Ausland pedagogik. Teori khusus

    pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi pendidikan (manajemen

    pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model belajar mengajar dan

    evaluasi pendidikan) dan ilmu pendidikan (ilmu pendidikan makro dan

    mikro). Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2009:88),

    mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem

    konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-

    peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau

    titi tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai

    definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok

    pendidikan adalah sebagai berikut :

    1. Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-

    kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.

    2. Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai

    hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.

    3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan

    berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual

  • dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang

    diharapkan.

    Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang

    pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup,

    atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah

    untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena

    pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.

    Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas

    hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran

    dan upaya pemecahan masalah.

    D. Deskripsi Teori

    Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis

    tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-

    hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah

    kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya

    permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang

    diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan

    satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat

    kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel

    independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel

    yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan.

    Menurut Sugiyono, (2009:89) deskripsi teori paling tidak berisi tentang

    penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian,

    dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai dari berbagai

    referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap

    hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

  • Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah

    sebagai berikut :

    1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.

    2. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap

    variabel yang diteliti.

    3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap

    variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian

    lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel

    sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang

    diberikan.

    4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,

    kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan

    dipilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

    5. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti

    lakukan analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri

    tentang isi setiap sumber data yang dibaca.

    ARTI KERANGKA BERFIKIR DALAM PENELITIAN

    Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa

    seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar

    menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka

    pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi

    objek permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa

    meyakinkan ilmuwan, adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam

    membangun suatu berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa

    hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan

    antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.

    Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan

  • sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang

    hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan

    hipotesis.

    A. Definisi Kerangka Pikir

    Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011 : 60) mengemukakan

    bahwa Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang

    bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

    diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka

    kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi

    pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling

    mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk

    proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.

    Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

    antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan

    hubungan antara variabel independen dan dependen, bila dalam penelitian

    ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan,

    mengapa variabel itu diikutkan. Pertautan antar variabel tersebut tersebut

    selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian yang

    didasarkan pada kerangka berpikir.

    Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka

    berpikir. Kerangka berpikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada

    jenis Penelitian Kuantatif. Untuk Penelitian Kualitatif kerangka berpikirnya

    terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung

    oleh penulis. Sedangkan untuk Penelitian Tindakan Kelas kerangka

    berpikirnya terletak pada refleksi, baik pada peneliti maupun pada

  • partisipan. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam yang dapat

    digunakan untuk menurunkan hipotesis.

    Kerangka berpikir menerangkan :

    1. Mengapa penelitian dilakukan?

    Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau

    masalah yang ditemukan. seperti, membandingkan hasil penelitian yang

    telah ada dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan,

    membantah atau membenarkan hasil penelitian sebelumnya, atau

    menemukan suatu kajian baru (ilmu baru) yang akan digunakan dalam

    menjawab masalah-masalah yang ada.

    2. Bagaimana proses penelitian dilakukan ?

    Proses penelitian dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan

    kebutuhan yang akan diperlukan, ada yang melakukan penelitian dengan

    metode sampling, olah literarute (studi pustaka), studi kasus dan lain

    sebagainya.

    3. Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut?

    Apa yang akan di peroleh dari sebuah penelitian tergantung dari

    pemikiran yang sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran,

    walaupun secara umum tidak semuanya apa yang di inginkan tidak sesuai

    dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.

    4. Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?

    Untuk menjawab pertanyaan di atas kita bisa kembali ke point satu

    mengapa penelitian itu dilakukan? yakni untuk mencari kebenaran akan

    sesuatu masalah yang kontroversi di kalangan masyarakat atau untuk

    membantah opini atau mitos yang tersebar sejak turun-temurun. Pada

    intinya hasil penelitian yang diperoleh seharusnya bermanfaat bagi banyak

    kalangan masyarakat, sehingga penelitian itu tidak di anggap sia-sia.

    Penyusunan kerangka berpikir menurut Sugiyono (2011:62)

  • 1. Menetapkan variabel yang diteliti.

    2. Membaca buku dan hasil penelitian.

    3. Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian.

    4. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian.

    5. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian.

    6. Sintesa kesimpulan.

    7. Kerangka berpikir.

    8. Hipotesis.

    Contoh: yang akan diteliti adalah masalah Prestasi belajar dalam

    hubungannya dengan Gaya Belajar, maka penyajiannya dimulai dari

    Prestasi belajar lalu dikaitkan dengan teori Belajar Keterkaitan dua

    variabel tersebut sedapat mungkin dilengkapi dengan teori atau penelitian

    terdahulu yang dilakukan seorang pakar/peneliti atau lebih yang

    menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antar keduanya. Pada bagian

    akhir kerangka berpikir umumnya disajikan hubungan antara keseluruhan

    variabel dilengkapi dengan bagan yang menggambarkan hubungan antar

    variabel penelitian.

    B. Bagaimanakah Menyusun Kerangka Berpikir Penelitian?

    Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi)

    tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau

    dirumuskan. Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah

    penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses

    penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir,

    peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja

    yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta

    mengapa variabel-variabel itu saja yang diteliti.

  • Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan

    menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga

    variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi

    masalah semakin jelas asal-usulnya. Pada dasarnya esensi kerangka

    pemikiran berisi :

    1. Alur jalan pikiran secara logis dalam menjawab masalah yang

    didasarkan pada landasan teoretik dan atau hasil penelitian yang

    relevan.

    2. Kerangka logika (logical construct) yang mampu menunjukan dan

    menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka teori.

    3. Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk

    gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-hubungan

    variabel penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka

    pemikiran yang digambarkan dalam suatu model.

    4. Sehingga pada akhir kerangka pemikiran ini terbentuklah hipotesis.

    Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam

    kerangka berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan

    asumsi-asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variabel-

    variabel yang diteliti serta bagaimana kaitan di antara variabel-variabel

    tersebut, ketika dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan

    fenomena atau masalah yang diteliti.

    Di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu

    dijelaskan, yakni : kerangka teoritis, kerangka konseptual, dan kerangka

    operasional. Kerangka teoritis atau paradigma adalah uraian yang

    menegaskan tentang teori apa yang dijadikan landasan (grand theory) yang

    akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka

    konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa saja

  • yang terkandung di dalam asumsi teoretis yang akan digunakan untuk

    mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di

    dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan di antara

    konsep-konsep tersebut. Kerangka operasional adalah penjelasan tentang

    variabel-variabel apa saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi

    dan bagaimana hubungan di antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal

    apa saja yang dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang

    bersangkutan.

    Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka dalam

    menyusun kerangka berpikir kita harus memulainya dengan menegaskan

    teori apa yang dijadikan landasan dan akan diuji atau digambarkan dalam

    penelitian kita. Lalu dilanjutkan dengan penegasan tentang asumsi teoretis

    apa yang akan diambil dari teori tersebut sehingga konsep-konsep dan

    variabel-variabel yang diteliti menjadi jelas. Selanjutnya, kita menjelaskan

    bagaimana cara mengoperasionalisasikan konsep atau variabel-variabel

    tersebut sehingga siap untuk diukur. Walaupun dalam kerangka berpikir

    itu harus terkandung kerangka teoretis, kerangka konseptual, dan

    kerangka operasional, tetapi cara penguraian atau cara pemaparannya

    tidak perlu kaku dibuat per sub bab masing-masing. Hal yang penting

    adalah bahwa isi pemaparan kerangka berpikir merupakan alur logika

    berpikir kita mulai dari penegasan teori serta asumsinya hingga munculnya

    konsep dan variabel-variabel yang diteliti.

    Agar peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir

    secara ilmiah (memadukan antara asumsi teoretis dan asumsi logika

    dalam memunculkan variabel) dengan benar, maka peneliti harus intens

    dan eksten menelurusi literatur-literarur yang relevan serta melakukan

    kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan,

    sehingga uraian yang dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada

  • pertimbangan logika. Untuk itu, dalam menjelaskan kerangka teoretisnya,

    peneliti mesti merujuk pada literatur atau referensi serta laporan-laporan

    penelitian terdahulu. Selanjutnya secara sederhana penyusunan kerangka

    berpikir dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

    1. Menentukan paradigma atau kerangka teoretis yang akan digunakan,

    kerangka konseptual dan kerangka operasional variabel yang akan

    diteliti.

    2. Memberikan penjelasan secara deduktif mengenai hubungan

    antarvariabel penelitian. Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal

    yaitu: (a) Tahap penelaahan konsep (conceptioning), yaitu tahapan

    menyusun konsepsi-konsepsi (mencari konsep-konsep atau variabel

    dari proposisi yang telah ada, yang telah dinyatakan benar). (b) Tahap

    pertimbangan atau putusan (judgement), yaitu tahapan penyusunan

    ketentuan-ketentuan (mendukung atau menentukan masalah akibat

    pada konsep atau variabel dependen). (c) Tahapan penyimpulan

    (reasoning), yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal yang berlaku

    pada teori, berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.

    3. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang

    diteliti. Argumen teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah

    upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah. Dalam

    prakteknya, membuat argumen teoritis memerlukan kajian teoretis atau

    hasil-hasil penelitian yang relevan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk

    atau arah bagi pelaksanaan penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan

    adalah, oleh karena argumen teoritis sebagai upaya untuk memperoleh

    jawaban atas rumusan masalah, maka hasil dari argumen teoritis ini

    adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian.

    Sehingga pada akhirnya produk dari kerangka pemikiran adalah sebuah

    jawaban sementara atas rumusan masalah (hipotesis).

  • 4. Merumuskan model penelitian. Model adalah konstruksi kerangka

    pemikiran atau konstruksi kerangka teoretis yang diragakan dalam

    bentuk diagram dan atau persamaan-persamaan matematik tertentu.

    Esensinya menyatakan hipotesis penelitian. Sebagai suatu kontruksi

    kerangka pemikiran, suatu model akan menampilkan: (a) jumlah

    variabel yang diteliti, (b) prediksi tentang pola hubungan antar variabel,

    (c) dekomposisi hubungan antar variabel, dan (d) jumlah parameter

    yang diestimasi.

    Sumber Pustaka:

    Sambas Ali Muhidin. 2011. Panduan Praktis Memahami Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta. Furchon, A. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.