kerangka teori, kerangka berfikir, dan pengajuan …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan...

24
12 BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik 1. Status Sosial Ekonomi Dalam kehidupan masyarakat terdapat beberapa tingkatan sosial yang menunjukkan perbedaan keadaan setiap individu dan keluarganya. Tingkatan sosial yang disebut dengan strata sosial tersebut biasa terbentuk dari keadaan keturunan keluarga yang memiliki status sosial tertentu. Namun tidak sedikit juga masyarakat atau individu yang memiliki status sosial berasal dari usaha kerja keras untuk mengubah tingkatan sosial atau status sosial yang melekat pada dirinya. Ada juga kita temukan tingka pendidikan sekelompok masyarakat yang mencapai jenjang perguruan tinggi dan tidak sedikit pula sekelompok masyarakat yang lainnya hanya menamatkan pendidikan sampai tingkat sekolah lanjutan atas ataupn dibawahnya. Itu semua menggambarkan bahwa dalam suatu masyarakat selalu memperlihatkan adanya tingkatan atau strata sosial karena perbedaan tingkat status sosial, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain Soekanto menjelaskan mengenai status sebagai berikut : “Status/kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya daam suatu kelompok yang lebih besar lagi. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya

Upload: phamminh

Post on 10-Aug-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

12

BAB II

KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Status Sosial Ekonomi

Dalam kehidupan masyarakat terdapat beberapa tingkatan sosial yang

menunjukkan perbedaan keadaan setiap individu dan keluarganya. Tingkatan sosial

yang disebut dengan strata sosial tersebut biasa terbentuk dari keadaan keturunan

keluarga yang memiliki status sosial tertentu. Namun tidak sedikit juga masyarakat

atau individu yang memiliki status sosial berasal dari usaha kerja keras untuk

mengubah tingkatan sosial atau status sosial yang melekat pada dirinya.

Ada juga kita temukan tingka pendidikan sekelompok masyarakat yang

mencapai jenjang perguruan tinggi dan tidak sedikit pula sekelompok masyarakat

yang lainnya hanya menamatkan pendidikan sampai tingkat sekolah lanjutan atas

ataupn dibawahnya. Itu semua menggambarkan bahwa dalam suatu masyarakat selalu

memperlihatkan adanya tingkatan atau strata sosial karena perbedaan tingkat status

sosial, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain

Soekanto menjelaskan mengenai status sebagai berikut : “Status/kedudukan

diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial

sehubungan dengan orang-orang lainnya daam suatu kelompok yang lebih besar lagi.

Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya

Page 2: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

13

sehubungan dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya

dan hak-hak kewajibannya”1

Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

kedudukan seseorang dalam satu kelompok dan hubungannya dengan orang lain

dalam kelompok itu, atau kedudukan kelompok berbanding dengan kelompok lain

yang lebih banyak jumlahnya”2

Sehubungan dengan pernyataan tersebut,Nasution memberikan penjelasan

mengenai status :”Status merupakan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok

sosial. Kedudukan sosial (status sosial) adalah sehubungan dengan orang lain dalam

arti lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta kewajibannya.

Kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tersebut dalam kelompok

yang berbeda3

Berdasarkan pernyataan yang telah dipaparkan, maka dapat dikatakan bahwa

status merupakan suatu kedudukan yang ditentukan dari apa yang telah dilakukan dan

apa yang telah dicapai oleh seseorang. Status dapat dikatakan kedudukan apabila

dibandingkan dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Seseorang yang memiliki

status yang terpandang pasti lebih memiliki kewajiban serta tanggung jawab yang

lebih besar terhadap kelompoknya atau masyarakat tempat bergaul.

1 Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: CV Rajawali Pers,2007) Hal.201 2 Roucek dan Warren,Sociologi an Introduction,(Jakarta:Kencana,2004)Hal.66 3 Nasution,Sosiologi Pendidikan,(Bandung:Jemmars,2004)Hal.22

Page 3: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

14

Dengan status seseorang dapat dipandang dan menjadi pedoman untuk orang

lain. Dalam mendapatkan suatu kasus yang besar atau tinggi dalam masyarakat

mungkin seseorang berdasarkan keturunan atau dari usaha yang dilakukannya. Status

yang dikenal di masyarakat sering disebut dengan kelas sosial atau status sosial.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kemungkinan seseorang

dalam memperoleh status sosial yaitu :

Ascribed Status, ialah status yang diperoleh dengan sendirinya oleh

seorang anggota masyarakat

Achieved status, ialah kedudukan yang dicapai seseorang dengan

usaha yang disengaja4

Mayer mengartikan “kelas sosial sebagai lapisan masyarakat berdasarkan

unsur-unsur ekonomi. Jadi kelas sosial mendudukan individu-individu dan keluarga

dalam posisi ekonomi yang sama.”5 Senada dengan pendapat tersebut Idianto M.

mengatakan bahwa “status sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang

dalam masyarakat, mengikuti keseluruhan posisi sosial yang terdapat dalam suatu

kelompok besar masyarakat, dari yang rendah hingga yang paling tinggi”6

Kemudian Roucek dan Warren kembali menjelaskan bahwa “status sosial

adalah merujuk khusus kedudukan seseorang dalam masyarakatnya berhubungan

dengan orang lain dalam lingkungan yang disertainya, kedudukan yang diperolehnya

4 Soerjono Soekanto,Op.Cit,Hal.210 5 Ary H.Gunawan,Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan,(Jakarta:Rineka Cipta,2000),Hal.42 6 Idianto M, Sosiologi untuk SMA kelas XI,(Jakarta:Erlangga,2005),Hal.39

Page 4: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

15

dan hak serta tugas yang dimilikinya”7 Apabila status sosial dapat diukur dengan

kemampuan ekonomi yang menyertai seseorang dalam masyarakat maka terdapat

pendapat lain yang lebih terperinci tentang status sosial ekonomi. Seperti yang

diungkapkan oleh FS.Chapin dalam Karee Svalas toga, ia mendefinisikan status

sosial ekonomi sebagai, “kedudukan yang ditempati individu atau keluarga berkenaan

dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang pemilikan kultural, pendapatan

efektif, pemilikan barang-barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari

komunitas”8

Kemudian Malo menjelaskan status sosial ekonomi adalah suatu kedudukan

yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu didalam

struktur sosial masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak

dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status9

Status sosial juga merupakan suatu kesan dari lingkungan masyarakat bahwa

seseorang dipandang karena memiliki suatu jabatan penting atau memiliki kuasa dari

orang lain yang ada dilingkungannya. Pendapat tersebut juga menyatakan bahwa

status sosial juga dapat dinilai dari keadaan ekonomi seseorang yang memperlihatkan

adanya suatu kekuatan seseorang untuk menguasai pandangan orang lain terhadap

dirinya dalam suatu kelompok tertentu.

Pendapat lain dari Ducan Mithell, ia mengatakan bahwa yang dapat dijadikan

ukuran untuk membedakan status sosial ekonomi adalah kemahiran- 7 Roucek dan Warren,Sociologi an Introduction,(Jakarta:Kencana,2004)Hal.67 8 Karee Svalas,Diferensiasi Sosial,(Jakarta:PT Bina Aksara,2003),Hal.26 9 Rianto Adi,Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum,(Jakarta:Granit,2004)Hal.38

Page 5: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

16

kemahiran,keterampilan-keterampilan dan tanggung jawab yang berbeda dari yang

mendudukinya10 Selanjutnya pendapat yang senada diungkapkan oleh Agoes Dariyo

yang mengungkapkan bahwa Sosio Economic Status yang tinggi ditandai dengan

tingkat penghasilan/pendapatan yang tinggi, biasanya memiliki jabatan yang

memerlukan keterampilan dan profesionalisme yang tinggi pula11

Werner-Meeker dan Eells yang diktip oleh Hopkins mengemukakan “sosio

economic status measured have been devised, all of them employe some combination

of the following : accupation, source of income, housing and dwelling area”12

diartikan bahwa status sosial ekonomi adalah tingkatan seseorang yang dapat

diketahui melalui pekerjaan, pendapatan, rumah serta luas wilayah tempat tinggal.

Seperti yang dijelaskan oleh John W.Santrock bahwa, “Status sosial ekonomi

merujuk pada kategorisasi orang-orang menurut karakteristik ekonomi,pendidikan,

dan pekerjaan mereka”13

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa status sosial ekonomi

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat,

antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, untuk melihat

kedudukan sosial ekonomi dengan pekerjaan, penghasilan dan pendidikan.14

Berdasarkan pemaparan diatas, status sosial ekonomi dapat diukur dari tingkat

10 Ducan Mithell,Sosiologi suatu analisa sistem sosial,(Jakarta: PT Bina Aksara,2002)Hal.166 11 Agoes Dariyo,Psikologi Perkembangan Dewasa Muda,(Jakarta: PT Gramedia,2008)Hal.43 12 Kenneth D.Hopkins,Julian C.Stanley,Educatinal and psychological measurement and evaluatin.(New Jersey:Prentice Hall,2000)Hal.463 13 John W.Santrock, Educational Psychology. Terjemahan Diana Angelica,Psikologi Pendidikan (Jakarta:Salemba Humanika,2009)Hal.194 14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,(Jakarta:Balai Pustaka, Departemen Pendidikan Nasional),Hal.231

Page 6: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

17

pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, kekayaan atau kepemilikan barang berharga

yang ada dirumah serta luas wilayah yang dimiliki.

Melihat uraian diatas status sosial ekonmi dapat menjelaskan bagaimana

posisi individu dalam lingkungan sosial. Kedudukan tersebut yang dapat

mengelompokkan seseorang dalam lingkungannya. Untuk mengelompokkan

seseorang ke dalam kelas yang dapat disejajarkan, terdapat pendapat yang dijelaskan

oleh Nasution : terdapat beberapa kriteria yang menjadi sorotan. Pertama adalah

pekerjaan, dimana artinya pekerjaan yang professional dan menggunakan kecakapan

akademis akan lebih mendapat penghargaan dari masyarakat, sehingga akan

digolongkan ke dalam kelas atas. Kedua, adalah pendapatan, artinya pendapatan yang

tinggi dari suatu pekerjaan akan mendapatkan penghargaan yang lebih baik

dibandingkan dengan hanya menggunakan tenaga kasar dan tidak berpendidikan.15

Fuad Ihsan mengemukakan “Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan

berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara penyajian bahan pengajaran.16 Pendapat

tersebut menyatakan bahwa pendidikan yang ditempuh oleh individu merupakan

tahap yang memerlukan proses yang menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan

untuk mencapai perkembangan pada diri individu melalui proses belajar yaitu

pendidikan. Adapun tingkat pendidikan sekolah tertinggi dari :

o Pendidikan dasar

15 Nasution,Sosiologi Pendidikan,(Bandung:Jemmars,2004)Hal.32 16 Fuad Ihsan,Dasar-dasar Kependidikan,(Jakarta:Rineka Cipta,2005)Hal.22

Page 7: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

18

o Pendidikan menengah

o Pendidikan tinggi17

Tingkat pendidikan formal merupakan tingkatan yang dilalui oleh individu

untuk memperoleh suatu pembuktian dari lembaga pendidikan. Sebagai bukti bahwa

seorang telah menempuh jenjang pendidikan yang telah ditetapkan. Jenjang

pendidikan memiliki variasi. Tingkat pendidikan awal yang harus dilalui oleh setiap

individu adalah sekolah dasar.

Kemudian setelah dinyatakan lulus dari sekolah dasar dengan persyaratan

tertentu seseorang dapat melanjutkan pendidikan selanjutnya yaitu pendidikan

menengah. Dimana pendidikan menengah pertama dan pendidikan menengah atas.

Pendidikan menengah ini akan menentukan perkembangan anak menjadi remaja dan

beranjak dewasa dan memasuki pendidikan tinggi untuk menentukan arah yang

diinginkan oleh setiap individu untuk mencapai cita-cita yang lebih baik. Untuk

mengukur tingkat pendidikan seseorang dalam status sosial ekonomi, Rianto Adi

menjelaskan :

o Tidak sekolah sampai dengan SD diberi skor 1

o SMP sampai dengan SMA diberi skor 2

o Perguruan tinggi diberi skor 318

Mengenai pendapatan, dimana pengertian pendapatan adalah keseluruhan

penghasilan dari pekerjaan utama dan sampingan. Kemudian Rianto Adi juga 17 Ibid,Hal.23 18 Rianto Adi,Op.cit,hal.42

Page 8: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

19

memberikan penjelasan tentang bagaimana mengukur status sosial ekonomi dengan

mengelompokkan tingkat pendapatan/penghasilan seseorang. Klasifikasinya adalah

sebagai berikut :

Kurang dari Rp 1.000.000 – Rp 2.999.000 diberi skor 1

Rp 3.000.000 – Rp 5.999.000 diberi skor 2

Rp 6.000.000 – Rp 8.000.000 ke atas diberi skor 3

Jumlah pendapatan yan diterima oleh seseorang merupakan suatu cerminan

yang dapat menentukan apakah seseorang tersebut merupakan tergolong status sosial

yang tinggi, menengah atau rendah. Karena dengan penghasilan yang didapatkan

seseorang dapat mewujudkan apapun yang diingankannya. Dengan terpenuhi

kebutuhannya, seseorang juga dapat meningkatkan taraf kehidupannya

dimasyarakat.19

Rianto adi juga menambahkan “pekerjaan dapat dijadikan ukuran status sosial

ekonomi, dimana yang diukur adalah jenis pekerjaan utama dan sampingan yang

dilakukan untuk memperoleh hasilnya. Kemudian dalam menentukan pengukuran

jenis pekerjaan dapat dibedakan menjadi :

Jenis pekerjaan tidak terdidik dan tidak terlatih, jenis pekerjaan semi

terampil/semi terlatih diberi skor 1

Jenis pekerjaan terlatih, jenis pekerjaan teknisi diberi skor 2

19 Ibid

Page 9: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

20

Jenis pekerjaan terdidik/professional diberi skor 320

Menurut Sadono sukirno, jika dilihat dari tingkat keahliannya dan

pendidikannya, jenis tenaga kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tenaga kerja terdidik (skilled labour) yaitu tenaga kerja yang memiliki

pendidikan yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu, seperti

guru, dokter,insinyur,pengacara,polisi,TNI,dsb.

Tenaga kerja termpil/terlatih (trained labour) yaitu tenaga kerja yang

memerlukan pelatihan atau pengalaman kerja. Seperti pengemudi

(sopir), tukang kayu, tuka memperbaiki tv dan radio, teknisi, montir.

Tenaga kerja tidak terlatih dan tidak terdidik (unskilled labour and

untrined labour) yaitu tenaga kerja yang tidak memerlukan pelatihan

dan tidak memerlukan pendidikan tinggi, seperti pedagang,

pembantu,pelayan,buruh dan keamanan.21

Pekerjaan seseorang seringkali dianggap sebagai ukuran sukses seseorang

dalam menempuh pendidikan yang telah dilewatinya. Bidang pekerjaan sudah tentu

berhubungan dengan bagaimana kesejahteraan yang diperoleh dari penghasilan yang

didapatkan. Dengan adanya pekerjaan yang baik dan menjanjikan masa depan yang

cerah. Seseorang juga dapat mengumpulkan hasil usahanya selama bekerja. Hasil

tersebut dapat dikatakan sebagai kekayaan yang disimpan seseorang. Kekayaan juga

dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang sanggup memelihara dirinya

20 Ibid,Hal.44 21 Bambang Wijajanta,Mengasah Kemampuan Ekonomi,kelas X.(Bandung:PT Citra Praya,2007)Hal.55

Page 10: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

21

sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok juga mampu memanfaatkan tenaga

mental, maupun fisinya dalam kelompok tertentu.

Kemudian kembali dijelaskan Rianto Adi, dalam mengukur tingkat kekayaan

seseorang dapat diklasifikasikan dengan kepemilikan harta benda seperti rumah dan

kendaraan “sedang kekayaan seseorang bisa ditentukan oleh nilai uang (jumlah harga

barang yang dimiliki) bisa juga dilihat dari jenis barang yang dimiliki, seperti

mobil,motor, rumah, kolam renang,dsb”22 Namun dapat dinilai dengan nilai uang

sebagai berikut :

Memiliki harta atau simpanan uang senilai kurang dari Rp 5.000.000

diberi skor 1

Memiliki harta atau simpanan uang senilai Rp 5.000.000 – Rp

15.000.000 diberi skor 2

Memiliki harta atau simpanan uang senilai diatas Rp 15.000.000 diberi

skor 323

Kekayaan merupakan suatu kepunyaan yang dimiliki seseorang dari hasil

usahanya. Kekayaan sesungguhnya tidak hanya dapat diukur dengan seberapa banyak

uang yang dimiliki. Kekayaan juga dapat diukur dari harta benda yang ada. Seperti

kepemilikan rumah, kendaraan atau benda yang dianggap berharga lainnya seperti

kendaraan atau perhiasaan. Biasaya dalam kehidupan sosial bermasyarakat, seseorang

22 Rianto Adi,Op.Cit,hal.39 23 Ibid,hal.40

Page 11: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

22

di pandang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi apabila kehidupannya

berkecukupan untuk keperluan lainnya, seperti kendaraan pribadi, rumah pribadi.

Dengan demikian status sosial ekonomi dapat diukur melalui tingkat

pendidikan yang dapat diklasifikasikan dari yang tidak bersekolah sampai ada yang

perguruan tinggi, pendapatan orang tua diklasifikasikan mulai dari dibawah Rp

1.000.000 hingga lebih dari Rp 4.000.000, jenis pekerjaan mulai dari pekerjaan tidak

terampil/tidak terdidik sampai tenaga professional/terdidik, kemudian kekayaan yang

dimiliki dapat diklasifikasikan dengan kepemilikan harta bena namun dapat dinilai

dengan nilai uang mulai kurang dari Rp 5.000.000 hingga lebih dari Rp 15.000.000.

Status sosial juga dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu status sosial ekonomi

tinggi, menengah dan rendah.

2. Perilaku tawuran pelajar

2.1 Tawuran Pelajar

1. Pengertian tawuran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai

perkelahian yang meliputi banyak orang.24 Tawuran atau tubir adalah istilah yang

sering digunakan masyarakat Indonesia, khusunya di kota-kota besar sebagai

perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu

24 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,(Jakarta:Balai Pustaka, Departemen Pendidikan Nasional)

Page 12: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

23

rumpun masyarakat. Sebab tawuran ada beragam, mulai dari hal sepele sampai

perpecahan dikalangan para pelajar.25

Menurut Santosos, tawuran secara pskiologis, perkelagian yang melibatkan

pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile

delinquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam

2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang

“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya

muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara

cepat

2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada

di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma

dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggotanya, termasuk

berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat

melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita

ketahui bahwa pada masa remaja seorang pelajar akan cenderung

membuat sebuah gerak yang mana dari pembentukan genk inilah para

pelajar bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan

yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman

sebanyanya.26

25 http://id.wikipedia.org/wiki/tawuran 26 Santoso dkk,Kriminologi(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2001),Hal.24

Page 13: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

24

Menurut Henslin, perkelahian adalah penyimpangan seperti tawuran

dilakukan karena adanya keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu namun cara

untuk mencapai hal itu tidaklah sah. Tawuran merupakan salah satu penyimpangan

kelompok yang terjadi secara nonverbal.27

Perkelahian beramai-ramai antar sekolah yang seringkali tidak sadar

melakukan tindak kriminal dan anti sosial itu pada umumnya adalah para remaja yang

duduk di bangku sekolah menengah. Mereka melakukan tawuran antar kelompok atas

dasar untuk mendapatkan pengakuan lebih yang sangat kuat guna meminta perhatian

yang lebih dari dunia luar,karena adanya perasaan senasib dan sepenanggungan anak-

anak remaja yang merasa tidak mendapatkan kasih saying dan perhatian yang cukup

dari keluarga dan kemudian merasa tersisih dari masyarakat, orang dewasa. Sekarang

merasa berarti di tengah sekolahnya, didalam sekolahnya tersebut anak mencari

segala sesuatu yang tidak mungkin mereka peroleh dari keluarga maupun dari

masyarakat sekitarnya. Anak muda yang merasa senasib dan sepenanggungan karena

ditolak oleh masyarakat itu secara otomatis lalu bergerombol mencari dukungan

moril guna memainkan peranan sosial yang berarti melakukan perbuatan yang kurang

baik bersama-sama. Karena itulah maka gerombolan anak senangberkelahi atau

melakukan perkelahian antar kelompok supaya lebih memperlihatkan egonya sendiri.

27 Henslin.,J,M.,Essentials of Scociology:A down to earth approach,(Jakarta: Erlangga, Terjamahan 2007)Hal.45

Page 14: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

25

2. Pengertian pelajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pelajar adalah anak sekolah terutama

pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan, anak didik, murid, siswa. Pelajar adalah

anak yang mendapat pendidikan di sekolah, seperti yang terdapat di kamus pintas

bahasa Indonesia, definisi pelajar adalah orang yang sedang belajar (bersekolah)28

Menurut Sinolungan, dikatakan pelajar sebab mereka mengikuti pembelajaran

dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah. Melalui pendidikan

formal inilah pelajar diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti Ilmu

Pengetahuan Alam,Sosial,Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan masih banyak

lagi. Diharapkan, selama mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa mampu

mengembangkan dirinya baik secara sosial, emosi, intelektual, bahasa, moral dan

kepribadian kea rah positif yang diinginkan semua orang.29

Perkembangan yang dialami pelajar berbeda-beda. Tergantung pada faktor-

faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Tidak selamanya perkembangan

pada diri pelajar menuju pada hal positif. Adakalanya beberapa pelajar justru

menunjukkan perkembangan ke arah negative, salah satunya aksi premanisme yang

marak dilakukan oleh pelajar di berbagai daerah saat ini. Sangat disayangkan, sebab

hakikat seorang pelajar adalah belajar dan menuntut ilmu.

28 Yasyin Sulchan,Kamus Pintar Bahasa Indonesia,(Surabaya:Amanah 2003),Hal.153 29 Dwi Siswoyo,dkk,Ilmu Pendidikan,(Yogyakarta:UNJ Press,2007)Hal.17

Page 15: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

26

3. Macam-macam tawuran

Tawuran merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh

masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa

tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja.

Tawuran sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat

dengan peradaban yang lebih maju.

Menurut Trya Kiromim Baroroh, tawuran memiliki tiga bagian yaitu : 1)

Tawuran di tingkat sekolah, karena tawuran paling banyak diartikan sebagai

perkelahian massal antara dua kubu siswa suatu sekolah. 2) Tawuran di tingkat

fakultas, karena tawuran di tingkat fakultas (kampus) biasanya dilakukan antar

mahasiswa kampus itu sendiri, namun berbeda fakultas. 3) Tawuran antar warga,

karena tawuran antar warga masyarakat biasanya dimulai dengan hal-hal sepee, dan

juga karena memang kedua kubu masyarakat sudah menjadi saingan sejak awal.30

Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari

tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi

tersebut. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak bertanggung jawab

atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah

melakukan tawuran. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar

remaja.

30 Hartono Agung,Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta: Rineka Cipta Jakarta,2006)

Page 16: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

27

Tindakan tawuran akan berdampak buruk bagi para pelajar karena akan

mengganggu proses pembelajaran yang sedang para pelaku jalani, jika para pelajar

diketahui menjadi pelaku tawuran maka sekolah akan memberikan hukuman seperti

tidak dapat mengikuti pelajarn disekolah untuk jangka waktu tertentu atau para

pelaku akan diberikan hukuman seperti dikeluarkan dari sekolah sehingga tidak dapat

melanjutkan sekolahnya kembali.

Tawuran pada masyarakat di Indonesia sepertinya sudah menjadi budaya, hal

tersebut bisa kita lihat dari media masa yang diberitakan menunjukan bahwa tawuran

selalu terjadi setiap tahunnya. Adapun bentuk-bentuk tawuran yangsering terjadi

antara lain :

a. Tawuran antar kampong

Tawuran antar kampung yaitu permusuhan antara kampung yang satu

dengan kampung yang lainnya. Penyebabnya adalah karena adanya salah

paham antara kampung yang satu dengan kampung yamg lainnya. Selain

itu karena adanya saling dendam yang menyebabkan mereka sering

bertikai.

b. Tawuran saat pertandingan sepak bola

Saat pertandingan berlangsung salah satu dari tim tersebut mengalami

kekalahan. Kemudian tim pendukung yang kalah menyerang tim

pendukung yang menang dengan berkelahi atau tawuran secara masal,

bahkan sampai ada jatuhnya korban jiwa.

Page 17: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

28

c. Tawuran antar pelajar

Para pelajar melakukan tawuran bukannya tanpa sebab, penyebab tawuran

pada umumnya adalah dendam antar sekolah atau antar SMA. Dengan

rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas

perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan

seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut

4. Faktor penyebab tawuran

Faktor penyebab terjadinya perkelahian antar sekolah atau tawuran menurut

Kartini Kartono adalah sebagai berikut31 :

a. Faktor internal

Tawuran pelajar terjadi disebabkan oleh internalisasi diri yang

keliru oleh remaja dalam menanggapi keadaan. Faktor internal

ini terdiri dari empat komponen yaitu :

Reaksi frustrasi negative

Dimana remaja melakukan adaptasi yang salah

terhadap semua pola kebiasaan dan tingkah laku

patologis sebagai akibat dari pemasukan konflik-

konflik batin pada remaja secara salah sehingga

menimbulkan mekanisme reaktif atau respon yang

keliru.

31 Kartono Kartini,Patologi Sosial 2:Kenakalan Remaja,(Jakarta:Rajawali Pers,2005)Hal.110-128

Page 18: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

29

Gangguan pengamatan dan tanggapan pada remaja

Tanggapan remaja bukan merupakan cerminan dari

realitas lingkungan yang nyata, tetapi berupa

pengelohan batin yang keliru,sehingga timbul

interpretasi dan pengertian yang salah sehingga remaja

berubah menjadi agresif dan eksplosif dalam

menghadapi segala macam tekanan dan bahaya dari

luar.

Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja

Remaja yang sehat pasti mampu membetulkan

kekeliruannya sendiri dengan jalan berpikir logis dan

mampu membedakan fantasi dari kenyataan. Jadi ada

realita testing yang sehat. Sebaliknya remaja yang

terganggu jiwanya akan memperalat pikirannya sendiri

untuk membedakan dan membenarkan gambaran semu

dan tanggapan yang salah. Akibatnya, reaksi dan

tingkah laku remaja menjadi salah kaprah, bisa menjadi

liar tidakterkendali dan selalu memakai cara-cara

kekerasan dan perkelahian dalam menanggapi segala

kejadian.

Gangguan perasaan atau emosional pada remaja

Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan

menentukan sekali besar kecilnya kebahagiaan serta

Page 19: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

30

rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan

pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan

remaja. Jika semua harapan, keinginan dan kebutuhan

manusia terpuaskan, maka remaja akan merasa bahagia

dan senang. Sebaliknya jika keinginan,harapan dan

kebutuhannya tidak terpenuhi, remaja akan mengalami

kekecewaan dan banyak rasa frustasi sehingga

mengalami perasaan yang penuh ketegangan

b. Faktor eksternal

Dikenal pula sebagai alam sekitar, faktor sosial atau faktor

sosiologis adalah semua perangsang dan pengaruh dari luar

yang menimbulkan perilaku tertentu pada remaja (tindak

kekerasan,kejahatan, tawuran). Faktor eksternal terdiri dari tiga

komponen yakni :

Faktor keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam

melakukan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi

remaja. Ditengah keluarga remaja belajar mengenal

makna cinta kasih,simpati, loyalitas, ideology

bimbingan dan pendidikan. Keluarga memberikan

pengaruh menentukan pada pembentukan watak

kepribadian remaja dan menjadi pondasi primer bagi

perkembangan remaja. Baik buruknya struktur keluarga

Page 20: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

31

memberikan dampak baik atau buruknya

perkembangan jiwa dan jasmani anak.

Faktor lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan

Remaja seringkali merasa frustasi,tertekan dan

terbelenggu didalam peraturan sekolah yang mereka

anggap tidak adil. Disatu pihak pada diri remaja ada

dorongan naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak

bergerak dan berbuat. Tetapi dipihak lain remaja

dikekang ketat oleh disiplin mati disekolah serta sistem

regimentasi dan sistem sekolah dengar. Remaja tidak

menemukan kesenangan dan kegairahan belajar di

sekolahyang disebabkan oleh berbagai kekurangan-

kekurangan sekolah seperti suasana belajar dikelas

yang monoton dan menjenuhkan, tidak adanya fasilitas

yang memadai dari sekolah.

Faktor milieu

Milieu atau faktor lingkungan sekitar tidak selalu baik

dan menguntungkan bagi pendidikan dan

perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni

oleh orang dewasa serta remaja yang kriminal dan

antisosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi

emosional buruk pada anak-anak puber dan adolesens

yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak

Page 21: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

32

remaja ini mudah terjangkit oleh pola-pola kriminal,

asusila dan antisosial. Pola-pola inilah yang sangat

mudah menjalar pada remaja. Mereka lebih bergairah

untuk melakukan eksperimen-eksperimen dalam “dunia

hitam” yang dianggap penuh misteri namun sangat

menarik keremajaan mereka.

c. Perilaku Tawuran Pelajar

Berdasarkan pada teori pengertian perilaku tawuran pelajar pada remaja yang

dikemukakan oleh Kartini Kartono dapat ditarik kesimpulanbahwa jenis-jenis dari

perilaku tawuran pada remaja meliputi32:

o Perilaku yang dilakukan secara massal atau kelompok.

Tawuran pelajar adalah sebuah perilaku perkelahian yang melibatkan

beberapa individu atau perilaku perkelahian yang dilakukan secara

bersama-sama dimana terdapat kelompok yang menjadi pelaku dan

ada kelompok yang menjadi korbannya.

o Adanya tindak kekerasan fisik.

Dalam sebuah perilaku tawuran pelajar selalu terdapat tindak

kekerasan fisik didalamnya, kedua belah pihak yang sedang bertikai

saling mempersenjatai dari mereka dan saling melukai sehingga

menimbulkan jatuhnya korban.

Sementara Jensen membagi perilaku tawuran menjadi empat jenis, yaitu33: 32 Ibid,Hal.104

Page 22: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

33

Perilaku tawuran yang menimbulkan korban fisik pada orang lain.

Pada tawuran ini bukan hanya kerugian pada diri pelaku namun juga

menyebabkan kerugian pada orang lain, baik yang disengaja maupun

yang tidak disengaja. Kerugian yang dialami keduanya maupun

korban tawuran berupa kerugian fisik.

Perilaku tawuran yang menimbulkan korban materi.

Bagi korban dari tawuran ini biasanya berupa uang, kendaraan dll. Jika

kerugian yang dialami korban dalam jumlah yang besar, biasanya

korban melaporkan peristiwa tersebut pada pihak kepolisian atau yang

berwenang, dan pelakunya dapat dikenai sanksi hukum meskipun

bentuknya tidak sama jika tawuran ini dilakukan oleh orang dewasa.

Perilaku sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain.

Perilaku ini umumnya berakibat buruk bagi diri si pelaku. Karena

akibat dari perilaku ini dirasakan secara langsung oleh pelaku tawuran

ini. Kerugian yang dialami dapat berupa kerugian fisik maupun materi.

Namun sebenarnya tawuran ini juga dapat memberikan dampak sosial

jika tawuran ini mulai melibatkan orang lain disekitarnya.

Perilaku tawuran yang melawan status.

Pelaku tawuran ini biasanya melakukannya karena beberapa faktor,

antara lain kurangnya perhatian dan adanya perasaan diabaikan oleh

orang-orang terdekat mereka. Perilaku yang ditampakkan merupakan

usaha mereka untuk mendapatkan perhatian dari lingkungan tersebut. 33 Sarwono, S. Wirawan, Psikologi Remaja,( Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011)Hal.256

Page 23: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

34

B. Kerangka Berfikir

Pendidikan yang dialami manusia dapat berlangsung seumur hidup. Karena

pada dasarnya manusia dalam kehidupannya selalu mengalami kegiatan belajar dalam

bentuk pengalaman hidupnya. Dari kegiatan belajar ini manusia memiliki

pengetahuan yang pada tahap awal berupa berbagai ingatan segala hal (dari tidak tahu

menjadi tahu).

Remaja adalah target utama dari pendidikan itu sendiri. Remaja mendapatkan

pendidikan atau bimbingan dari berbagai pihak diantaranya dari sekolah dan dari

keluarga. Keluarga itu merupakan faktor penentu untuk tumbuh kembangnya pribadi

di remaja itu sendiri. Dalam kehidupan keluarga ada beberapa hal yang menjadi dasar

untuk orangtua itu memberikan bimbingan kepada si anak. Salah satunya adalah

status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi keluarga itu sangat menentukan pola

asuh atau pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada si anak.

Status sosial ekonomi rendah sulit memberikan bimbingan kepada si anak

untuk melakukan hal-hal baik. Karena fokus dari orangtua itu adalah hanya untuk

mencari pekerjaan demi menaikkan status sosial ekonomi mereka dan mereka tidak

memiliki pendidikan yang tinggi untuk membimbing anaknya kearah yang lebih baik.

Sedangkan hal yang sama juga dimiliki oleh keluarga dengan status sosial ekonomi

tinggi dimana orangtua di keluarga ini hanya sibuk mencari uang dan tidak memiliki

waktu untuk anaknya sehingga mereka memberi kebebasan kepada si anak untuk

melakukan kegiatannya sendiri tanpa adanya batasan dari orangtua.

Page 24: KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN …repository.unj.ac.id/1546/2/file 3.pdfdan hak-hak kewajibannya”1 Kemudian Roucek dan Warren mengemukakan bahwa “Status adalah

35

Dari hal-hal inilah bisa timbul kenakalan-kenakalan dari si remaja atau pelajar

itu sendiri. Di sekolah mereka terkekang dengan pelajaran sementara dirumah mereka

tidak mendapatkan kenyamanan. Akhirnya mereka mencari kesenangan sendiri

dengan cara yang tidak baik agar mereka dipandang oleh orang lain. Salah satunya

adalah tawuran itu sendiri. Tawuran antar pelajar adalah hal yang sangat merugikan

masyarakat umum. Karena ulah dari pelajar yang tidak mendapat bimbingan dari

orangtua yang hanya berpikiran kepada status sosial ekonomi mereka. Tawuran

pelajar yang merusak fasilitas umum yang juga meresahkan warga. Karena biasanya

para pelajar melakukan tawuran di tengah aktivitas masyarakat pada umumnya.

C. Pengajuan Hipotesis

Bertitik tolak pada kerangka teori dan kerangka berfikir diatas mengenai

hubungan antara status sosial ekonomi dengan perilaku tawuran pelajar antar sekolah

tingkat menengah atas maka pengajuan hipotesisnya ialah “terdapat hubungan antara

status sosial ekonomi dengan perilaku tawuran pelajar antar sekolah tingkat

menengah atas”