dampak pengembangan lokus sistem inovasi daerah · hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam...

14
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah..... 383 Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Sabajuhut Terhadap Pemenuhan Hak Ekonomi Impact of Regional Innovation System (SIDa) Sabajuhut Development to the Fulfillment of Economic Rights Moh Sofyan Budiarto 1 , Listiyaningsih 2 1 Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Banten Jl. Syech Nawawi Al Bantani KP3B Palima Serang Banten 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tirtayasa [email protected] ABSTRACT Regional Research and Development Agency of Banten Province initiated the development of Regional Innovation System (SIDa) in 2012 with sheep’s and Goats livestock development in Juhut Village which has been developed as Integrated Livestock Village (KTDT) established by Pandeglang District Government. This study aims to evaluate the development of SIDa implementation in terms of fulfillment of Juhut People's Economic Rights. This research uses mixed method that combines qualitative and quantitative method. Respondents are Juhut community as the locus of SIDa implementation with questionnaires and interviews to explore the problems. The results show SIDa Sabajuhut program that was rolled by the government can be felt the benefits by the people who are in the Village Juhut. Overall the average value of the index to Economic Rights is 2.42. The value of the right index works 2.53, the index gets social security 2.7 and the group rights index of 2.46 shows above the average economic rights. While the Livelihood Rights Index is worth 2.18 and the rights index gets a fair and good working condition 2.23 shows below the average economic right. It was concluded that Juhut community has benefited from the Regional Innovation System of Banten Province, and need to pay attention to the index compiler variable as the evaluation material of SIDa implementation Keywords : SIDa, economy right, sabajuhut, dombing ABSTRAK Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Banten menginisiasi pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) pada tahun 2012 melalui pengembangan ternak Dombing di Kelurahan Juhut (Sabajuhut) yang telah ditetapkan sebagai Kampung Ternak Domba dan Kambing Terpadu (KTDT) oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengembangan implementasi SIDa Sabajuhut dilihat dari sisi pemenuhan hak ekonomi masyarakat Juhut. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mix metode) yaitu mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif. Responden adalah masyarakat Juhut sebagai lokus implementasi SIDa dengan kuisioner dan wawancara mendalami permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan program SIDa Sabajuhut yang digulirkan oleh pemerintah sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Juhut. Secara keseluruhan nilai rerata indeks terhadap

Upload: hakhanh

Post on 09-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....

383

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Sabajuhut

Terhadap Pemenuhan Hak Ekonomi

Impact of Regional Innovation System (SIDa) Sabajuhut Development to the

Fulfillment of Economic Rights

Moh Sofyan Budiarto1, Listiyaningsih

2

1Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Banten

Jl. Syech Nawawi Al Bantani KP3B Palima Serang Banten 2Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tirtayasa

[email protected]

ABSTRACT

Regional Research and Development Agency of Banten Province initiated the

development of Regional Innovation System (SIDa) in 2012 with sheep’s and Goats

livestock development in Juhut Village which has been developed as Integrated Livestock

Village (KTDT) established by Pandeglang District Government. This study aims to

evaluate the development of SIDa implementation in terms of fulfillment of Juhut People's

Economic Rights. This research uses mixed method that combines qualitative and

quantitative method. Respondents are Juhut community as the locus of SIDa

implementation with questionnaires and interviews to explore the problems. The results

show SIDa Sabajuhut program that was rolled by the government can be felt the benefits by

the people who are in the Village Juhut. Overall the average value of the index to Economic

Rights is 2.42. The value of the right index works 2.53, the index gets social security 2.7 and

the group rights index of 2.46 shows above the average economic rights. While the

Livelihood Rights Index is worth 2.18 and the rights index gets a fair and good working

condition 2.23 shows below the average economic right. It was concluded that Juhut

community has benefited from the Regional Innovation System of Banten Province, and

need to pay attention to the index compiler variable as the evaluation material of SIDa

implementation

Keywords : SIDa, economy right, sabajuhut, dombing

ABSTRAK

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Banten menginisiasi

pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) pada tahun 2012 melalui pengembangan

ternak Dombing di Kelurahan Juhut (Sabajuhut) yang telah ditetapkan sebagai Kampung

Ternak Domba dan Kambing Terpadu (KTDT) oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengembangan implementasi SIDa Sabajuhut dilihat

dari sisi pemenuhan hak ekonomi masyarakat Juhut. Penelitian ini menggunakan metode

campuran (mix metode) yaitu mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif.

Responden adalah masyarakat Juhut sebagai lokus implementasi SIDa dengan kuisioner

dan wawancara mendalami permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan program SIDa

Sabajuhut yang digulirkan oleh pemerintah sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat yang berada di Kelurahan Juhut. Secara keseluruhan nilai rerata indeks terhadap

Page 2: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....

384

Hak Ekonomi adalah 2,42. Nilai indeks hak bekerja 2,53, indeks mendapatkan jaminan

sosial 2,7 dan indeks hak berkelompok 2,46 menunjukkan diatas rerata hak ekonomi.

Sedangkan indeks hak berpenghidupan yang layak 2,18 dan indeks hak mendapatkan

kondisi kerja yang adil dan baik 2,23 menunjukkan dibawah rerata hak ekonomi.

Disimpulkan masyarakat Juhut telah mendapatkan manfaat dengan adanya Sistem Inovasi

Daerah Provinsi Banten, dan perlu memperhatikan variable penyusun indeks sebagai bahan

evaluasi implementasi SIDa.

Kata kunci : SIDa, hak ekonomi, sabajuhut, dombing

PENDAHULUAN

Hak-hak ekonomi warga negara merupakan salah satu bagian dari tugas negara

(pemerintah). “Tugas” meminjam istilah yang digunakan Bernard L. Tanya, dari Emanuel

Kant, dalam Penegakan Hukum dalam Terang Etika, adalah merupakan “Kewajiban

Katagoris”, “Kewajiban Mutlak”, sebagai kesadaran etis dilaksanakannya kewajiban(

Bernard L Tanya, 2011:25), dapat diwujudkan tidak lain dalam sebuah proses

pembangunan nasional Indonesia yang tidak hanya menekankan pertumbuhan, tetapi

pemerataan sebagaimana juga tujuan pembangunan untuk menghasilkan kesejahteraan dan

keadilan masyarakat dan warga negaranya. Negara merupakan lembaga yang mandiri,

posisinya di atas masyarakat dan fungsinya, bekerja bagi kepentingan (pengabdian) seluruh

masyarakat, dengan membimbingnya menuju ke kesempurnaan. Negara membentuk

masyarakat yang lebih baik di masa datang (Budiman, 1996:61).

Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini,

meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan yang layak, hak mendapatkan

jaminan sosial, hak kondisi kerja yang adil dan baik, tidak saja secara konstitusional

dilindungi, melainkan juga dalam perangkat undang-undang lain seperti Undang-undang

Nomor 11 Tahun 2005 tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.

Dalam konteks ini pemenuhan hak-hak warga negara sipil di kelurahan Juhut

sebagai sentra agribisnis ternak domba dan kambing bisa dalam bentuk penguasaan lahan,

hak untuk jual-beli, hak untuk menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, hak

untuk memiliki sesuatu, hak untuk menguasasi lahan, mendapatkan upah buruh yang layak,

dan hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak untuk melangsungkan

kehidupannya.

Untuk mengetahui dan mengkaji dampak pembangunan terhadap hak ekonomi

masyarakat Kelurahan Juhut, maka perlu dilakukan penelitian tentang dampak SIDa

Sabajuhut terhadap Hak Ekonomi di Keluruhan Juhut Kecamatan Karang Tanjung

Kabupaten Pandeglang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak SIDa SABA

Juhut terhadap hak ekonomi masyarakat di Kelurahan Juhut Kecamatan Karang Tanjung

Kabupaten Pandeglang.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini difokuskan untuk menemukenali dampak program Sistem Inovasi

Daerah Sentra Agribisnis Domba danKambing (SIDa Sabajuhut) terhadap Hak Ekonomi

Masyarakat di Kelurahan Juhut Kecamatan Karang Tanjung Kabupaten Pandeglang.

Page 3: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....

391

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan 2 pendekatan (mix method) yaitu dengan

pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai metode

utama dan pendekatan kualitatif sebagai metode penunjang. Data primer diperoleh dengan

menggunakan kuisioner untuk menjaring informasi mengenai beberapa indikator yang

terkait dengan Hak Ekonomi Masyarakat.

Hasil analisis yang diperoleh melalui kuesioner kemudian ditindak lanjuti dengan

pendekatan kualitatif. Data juga diperoleh dengan wawancara (interview) dengan

masyarakat setempat. Interview ini dimaksudkan untuk menjaring informasi mengenai

potensi dan tantangan yang sudah dan mungkin dihadapi masyarakat desa Juhut.

Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten

Pandeglang. Variabel kuisioner mengikuti Hak Ekonomi Masyarakat (Undang-undang RI

Nomor 11 Thn 2005 yaitu Hak Bekerja, Hak Berkelompok, Hak Penghidupan yang Layak,

Hak Mendapatkan Jaminan Sosial, Hak Kondisi Kerja yg Adil dan Baik. Masing masing

variable diturunkan dalam subvariabel. Populasi yang akan menjadi obyek penelitian adalah

seluruh masyarakat yang berada di wilayah Kelurahan Juhut Kecamatan Karang Tanjung

Kabupaten Pandeglang. Kemudian ditentukan sampling size dengan taraf kesalahan 7 %

dari 1383 KK didapat angka 196 responden. Sehingga jumlah sampel yang menjadi

responden dalam penelitian ini berjumlah 196 orang yang diambil secara proporsional dari

masing-masing kampung atau RW.

PEMBAHASAN

Responden yang diamati dalam kajian ini adalah responden yang memiliki usia di

atas 20 tahun. Persentase terbanyak dari usia responden adalah 40 – 50 tahun (35%) dan

persentase paling sedikit adalah responden yang memiliki usia lebih dari 50 tahun (6%).

Usia 40 – 50 tahun merupakan usia yang dianggap telah mapan untuk ukuran produktifitas

dalam bekerja dan menjadi modal utama di dalam kegiatan berternak domba.

Gambar 1. Profil Usia dan Jenis Kelamin Responden

Jika dilihat dari jenis kelaminnya, maka responden pria memiliki persentase lebih

banyak dibandingkan dengan responden perempuan yaitu sebesar 59%. Hal ini

menunjukkan bahwa warga yang terdaftar sebagai anggota kelompok tani dan usaha

sebagian besar adalah laki-laki yang tergabung ke dalam kelompok tani dengan jenis usaha

peternakan domba dan kambing, pertanian dengan komoditas sayuran, durian dan lain

Page 4: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....

392

sebagainya. Responden perempuan yang tergabung dalam kelompok merupakan kelompok

tani wanita yang usahanya sebagian besar adalah pengolahan Talas Beneng dan wirausaha

lainnya

Gambar 2. Profile Pendidikan dan Pekerjaan Responden

Untuk jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden, persentase

terbesar adalah responden yang memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 67

% dan yang paling rendah adalah responden yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA) yaitu sebesar 9 %. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya tingkat pendidikan

yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan Juhut yang berimbas kepada rendahnya tingkat

kesejahteraan ekonominya. Rendahnya tingkat pendidikan karena masyarakat yang menjadi

responden di dominasi oleh masyarakat Juhut yang tinggal berdekatan dengan kawasan

hutan lindung Gunung Karang yang umumnya. berpendidikan rendah. Hal ini berbeda

dengan masyarakat Juhut yang tinggal di bagian bawah (dekat dengan jalan protokol dan

bekerja di luar kelurahan Juhut. Mereka adalah penduduk yang bekerja sebagai PNS, dan

jasa pertukangan. Tingkat pendidikan yang mereka miliki umumnya lebih tinggi dari

masyarakat Juhut yang tinggal di atas berdekatan dengan kawasan hutan yang dikelola oleh

Perhutani.

Jika dilihat dari pekerjaannya, maka responden yang bekerja sebagai petani,

memiliki persentase terbesar yaitu sebesar 40% dan persentase terkecil dimiliki responden

yang memiliki pekerjaan sebagai tenaga pendidik seperti guru dan sejenisnya dengan

persentase sebesar 1 (satu) %. Masyarakat Juhut yang menjadi responden penelitian adalah

masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan yang dikelola oleh perhutani dan

berprofesi sebagai petani dengan bercocok tanam labu siam, wortel dan cesim. Di wilayah

ini juga ditemukan jenis talas berukuran besar dan berwarna kuning yang oleh masyarakat

sekitar disebut talas beneng. Dengan latar belakang petani itulah maka program SIDa

SABA Juhut dapat dikembangkan di wilayah ini.

Page 5: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....

393

Gambar 3. Indikator Hak Bekerja

Secara keseluruhan nilai rerata indeks jawaban responden terhadap hak bekerja

adalah sebesar 63,14 % atau ada di kisaran 2,53 lebih tinggi dari rata-rata Hak Ekonomi

(2,42). Hal ini menunjukkan bahwa program Sabajuhut sudah diketahui oleh masyarakat

dan telah memberikan manfaat kepada kehidupan mereka, terutama manfaat secara

ekonomi. Indikator yang diberikan penilaian tertinggi oleh responden adalah pekerjaan

yang dilakukan oleh responden sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki (misal:

petani) dengan skor 2,73 (Indeks jawaban 68,37%). Sedangkan indikator yang diberikan

penilaian terendah adalah pengetahuan responden terhadap keberaadaan program Sabajuhut

dengan skor 2,21 (indeks jawaban 55,36%). Kondisi ini menunjukkan bahwa program SIDa

Sabajuhut memang sudah diketahui oleh masyarakat namun masyarakat masih belum

mengetahui dengan jelas maksud dan tujuan sebenarnya dari program Sabajuhut tersebut.

Pengetahuan tentang tujuan digulirkannya Sabajuhut harus dimiliki oleh masyarakat yang

ada di kawasan tersebut agar tujuan pemerintah yang ingin dicapai dari program ini dapat

terealisasi.

Indikator yang memperoleh skor sama dengan atau di atas rata – rata Hak Bekerja

(2,53) selain indikator pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan keterampilan dan

kemampuan yang dimiliki, terdiri dari masyarakat yang mengetahui keberadaan program

SIDa Sabajuhut 2,69 (indeks jawaban 67,22 %). SIDa Sabajuhut mampu memberikan dan

membuka lapangan usaha seperti usaha kambing dan domba (utama) atau usaha lainnya

yang berkaitan dengan Sabajuhut seperti home stay, budidaya Talas Beneng dan lain-lain

2,69 (indeks jawaban 67,35%).Warga yang sebelum ada SIDa Sabajuhut menganggur atau

merambah hutan mendapatkan kesempatan bekerja 2,59 (Indeks jawaban 64,67%).

Mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginannya dan kemampuan yang dimilikinya

2,53 (indeks jawaban 63,27%). Nilai skor indikator yang lebih tinggi dari nilai rata – rata

Hak Bekerja menunjukkan bahwa masyarakat Juhut sudah merasakan keberadaan dan

manfaat dari Program SIDa Sabajuhut.

1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

Tahu ada SIDa

Tahu Tujuan SIDa

SIDa buka Lap. Usaha

SIDa buka Kesempatan Kerja

Kemudahan Bekerja

Pemanfaatan Program

Kebebasan Memilih

Pekerjaan sesuai dg keterampilan

Pekerjaan sesuai keinginan

Puas thd SIDa

Rerata

2,69

2,21

2,69

2,59

2,49

2,43

2,40

2,73

2,53

2,48

2,53

Indikator Hak Bekerja

Page 6: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....

394

Sedangkan indikator yang memperoleh skor di bawah rata – rata Hak Bekerja (2,53)

selain pengetahuan responden terhadap keberadaan program Sabajuhut, terdiri dari

kemudahan warga memperoleh pekerjaan namun dibatasi hanya berkaitan dengan kambing

dan domba serta usaha lain yang berkaitan Sabajuhut skor 2,49 (indeks jawaban 62,24%).

Warga memanfaatkan keberadaan program Sabajuhut untuk membuka usaha sendiri seperti

Home stay atau membuat makanan ringan yang ditawarkan kepada wisatawan yang

berkunjung ke Juhut skor 2.43 (indeks jawaban 60,71%), kebebasan menentukan /memilih

pekerjaan di dalam program Sabajuhut skor 2,40 (indeks jawaban 60,08%), dan kepuasan

masyarakat dengan luasnya kesempatan kerja akibat adanya program Sabajuhut 2,48

(indeks jawaban 62,12 %). Nilai skor indikator yang lebih rendah dari nilai rata – rata Hak

Bekerja menunjukkan bahwa masyarakat Juhut memang sudah merasakan manfaat dari

keberadaan program Sabajuhut, namun pemerintah harus melakukan sosialisasi program

Sabajuhut sehingga masyarakat lebih paham akan tujuan diadakannya program tersebut.

Kesempatan kerja juga terbatas karena tidak semua anggota memiliki lahan untuk beternak

dan kurangnya pelatihan yang dilakukan oleh instansi terkait. Selain itu, Sabajuhut

merupakan program pemerintah yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam

agribisnis ternak dalam hal ini Domba dan kambing, sehingga membatasi pilihan berusaha

bagi masyarakat Juhut.

Gambar 4. Indikator Hak Berkelompok

Indikator yang diberikan skor penilaian tertinggi dalam Hak Berkelompok adalah

kebebasan bergabung dengan kelompok tani yang sudah ada dengan skor 2,86 (indeks

jawaban 71,56 %). Sedangkan indikator Hak Berkelompok yang diberi skor terendah

adalah keterlibatan warga dalam kelompok tani dengan skor 1,63 (indeks jawaban 40,69

%). Target anggota kelompok tani dari program ini adalah 500 orang namun anggota

1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

Keterlibatan warga

Kebebasan bergabung

Formalitas klp

Hak dan kewajibn anggota

Mendpt Pendampingan

Pendptnn meningkat dg berklp

Rerata

1,63

2,40

2,86

2,57

2,10

2,04

2,67

2,46

2,37

2,76

2,56

2,60

2,46

Indikator Hak Berkelompok

Page 7: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....

395

kelompok tani yang ada saat ini hanya berjumlah 300 orang yang tergabung ke dalam 14

kelompok tani. Belum tercapainya target tersebut ditenggarai merupakan akibat dari

pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang masih kurang tentang manfaat dari program

Sabajuhut serta ketidaksamaan sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki oleh

masyarakat Juhut untuk beternak Domba dan Kambing.

Indikator yang memperoleh skor sama dengan atau lebih tinggi dari skor rata – rata

Hak Berkelompok selain kebebasan bergabung dengan kelompok tani yang sudah ada,

terdiri dari kebebasan membuat kelompok 2,57 (indeks jawaban 64,16 %), hak dan

kewajiban anggota kelompok 2,67 (indeks jawaban 66,71 %), tata cara memilih pengurus

dan ketua kelompok tani 2,46 (indeks jawaban 61,48 %), usaha lebih terlindungi jika

berkelompok 2,76 (indeks jawaban 69,01 %), pendapatan akan meningkat jika warga

menjadi anggota kelompok tani 2,56 (indeks jawaban 63,90 %), dan mudah dapat

mengakses informasi dari kelompok terkait dengan peningkatan usaha 2,60 (indeks

jawaban 65,05%). Sasaran dari pemberian bantuan dalam program SIDa Sabajuhut ini

adalah kelompok tani, sehingga masyarakat yang tidak menjadi anggota kelompok tani

tidak akan memperoleh bantuan kambing atau domba dari pemerintah. Oleh karena itu

masyarakat diberikan kebebasan untuk membuat atau membentuk kelompok tani dengan

ketua dan anggota di dalamnya serta hak dan kewajiban anggota kelompok tani tersebut.

Jika mengalami masalah dalam kegiatan usahanya maka akan dilakukan pemecahan

masalah secara bersama-sama di dalam kelompok tani yang mereka.

Sedangkan indikator yang memperoleh skor lebih rendah dari skor rata – rata Hak

Berkelompok selain keterlibatan warga dalam kelompok tani, terdiri dari kebebasan

berkelompok 2,40 (indeks jawaban 59,95 %). Kondisi ini dipengaruhi oleh jauhnya jarak

antara rumah warga dengan tempat berkumpul kelompok tani dan tidak semua warga

memiliki tempat untuk beternak. kelompok tani yang bersifat formal 2,1 (indeks jawaban

52,42%). Masyarakat menginginkan aturan dalam kelompok tani yang lebih jelas dan pasti

sehingga akan mendorong mereka untuk lebih aktif mengikuti kegiatan dalam kelompok

tani tersebut. Selain itu perlu dibentuk struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab,

kinerja yang diharapkan dan perhitungan biaya yang tepat sasaran. Persyaratan khusus

untuk menjadi anggota kelompok tani 2,04 (indeks jawaban 50,89%), dan pendampingan

dan penyuluhan dari instansi terkait terhadap kelompok tani 2,37 (indeks jawaban 59,31 %).

Untuk masalah pendampingan dan penyuluhan dari instansi terkait terhadap program

Sabajuhut sangat diperlukan mengingat masyarakat perlu mendapatkan tambahan

pengetahuan dan keterampilan di dalam mengelola bantuan yang diterima dari pemerintah

termasuk bagaimana memasarkan produk yang sudah mereka hasilkan. Pemasaran produk

sangat penting karena berkaitan dengan kontinyuitas usaha yang mereka lakukan dan pada

akhirnya masyarakat akan memperoleh tambahan penghasilan dari kegiatan usaha yang

langsung atau tidak langsung berhubungan dengan program SIDa Sabajuhut

Page 8: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....

396

Gambar 5. Indikator Hak Penghidupan yang Layak

Indikator yang memperoleh skor tertinggi untuk hak berpenghidupan yang layak

adalah memiliki rumah sendiri dengan skor 2,70 (indeks jawaban 67,47 %). Meskipun

bentuknya sederhana (rumah panggung) namun masyarakat yang tinggal di lereng gunung

atau Juhut bagian atas sudah memiliki rumah sendiri. Sedangkan indikator yang

memperoleh skor terendah adalah kemampuan masyarakat setempat untuk melakukan

kegiatan rekreasi atau berwisata dengan skor 1,73 (indeks jawaban 43,37 %). Jadi dapat

disimpulkan masyarakat yang wilayahnya menjadi obyek penelitian masih berkutat dengan

pemenuhan kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, dan papan, belum beranjak ke

kebutuhan sekunder atau bahkan tersier.

Indikator yang memiliki skor yang lebih tinggi atau sama dengan nilai rata – rata

selain indikator memiliki rumah sendiri adalah warga sudah mampu untuk menyekolahkan

anak hingga jenjang SMA skor 2,34 (indeks jawaban 58,55 %). Hal ini berarti bahwa

kehidupan warga Juhut sudah lebih baik dari sisi kesejahteraan dan pendapatan yang

diperolehnya. Rumah yang dibangun bersifat permanen, namun tetap menyesuaikan dengan

kontur alam di Juhut skor 2,22 (indeks jawaban 55,61%).Luas rumah > 70 m2 untuk kriteria

rumah sederhana yang memiliki luas 36 – 702 skor 2,32 (indeks jawaban 57,91 %). Dari sisi

pemenuhan kebutuhan pangan (makanan), satu keluarga di Juhut sudah bisa makan sehari

tiga kali skor 2,64 (indeks jawaban 65,94 %). Untuk masalah kesehatan warga sudah

mampu berobat ke dokter ketika mereka sakit skor 2,67 (indeks jawaban 66,84 %). Selain

memiliki rumah sendiri dan permanen, warga juga memiliki beberapa bidang tanah yang

menjadi sumber mata pencaharian untuk berkebun skor 2,34 (indeks jawaban 58,42 %).

Indikator yang memiliki skor yang lebih rendah dari nilai rata – rata Hak

Berpenghidupan yang Layak selain kemampuan untuk melakukan kegiatan rekreasi atau

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

Punya Rmh

Rmh Permanen

Tanah utk usaha

Luas rmh >70m2

makan 3x sehari

Kecukupan gizi

Sandang ckp

Mampu ke dokter

mampu menyekolahkan

mampu kuliah

Pendapatan ckp

Mampu rekreasi

Rerata

2,70

2,22

2,34

2,32

2,64

1,97

2,08

2,67

2,34

1,93

1,99

1,73

2,18

Indikator Hak Berpenghidupan Layak

Page 9: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....

397

berwisata adalah makan yang dikonsumsi warga belum sesuai dengan standar empat sehat

lima sempurna skor 1,97 (indeks jawaban 49,36 %). Warga juga masih belum mampu

untuk membelikan keluarga pakaian lebih dari satu kali dalam setahun skor 2,08 (indeks

jawaban 52,04 %). Warga Juhut belum memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anak –

anaknya sampai jenjang perguruan tinggi skor 1,93 (indeks jawaban 48,34 %). Warga

memperoleh pendapatan bulanan namun belum mampu untuk menutupi kebutuhan seluruh

anggota keluarga yang mereka miliki skor 1,99 (indeks jawaban 49,74 %). Hal ini ditunjang

juga oleh jumlah anggota keluarga yang harus dipenuhi kebutuhannya yang sekitar 55 %

memiliki 3 – 5 anggota keluarga.

Gambar 6. Indikator Hak Mendapatkan Jaminan Sosial

Secara keseluruhan nilai rerata indeks jawaban responden terhadap hak

mendapatkan jaminan sosial adalah sebesar 67,42 % atau ada di kisaran angka 2,70. Hal ini

menunjukkan bahwa responden menilai mereka sudah tahu dan memiliki jaminan sosial,

namun ada juga responden yang tidak memiliki akses jaminan sosial karena mereka tidak

mengetahui informasi tentang hal tersebut.

Indikator Hak Mendapatkan Jaminan Sosial yang memiliki skor paling tinggi adalah

persetujuan atas keberlanjutan program Jaminan Sosial yang berikan oleh pemerintah baik

daerah maupun pusat dengan skor 3,25 (indeks jawaban 81,25%). Sedangkan indikator

yang memiliki skor paling rendah adalah sosialisasi terhadap jaminan sosial yang

dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau pusat 2,11 (indeks jawaban 52,81 % ).

Indikator yang memperoleh penilaian di atas atau sama dengan rata - rata Hak

Mendapatkan Jaminan Sosial, selain persetujuan terhadap keberlanjutan program SIDa

Sabajuhut adalah warga biasa berinteraksi satu sama lain 3,01 (indeks jawaban 75,25 %),

yang berarti rasa kekeluargaan yang mereka miliki masih kuat sebagai landasan untuk

bergotong-royong manakala mereka mendapatkan musibah atau memiliki acara seperti

pernikahan dan lain-lain. Semua warga memiliki kartu keluarga dan Kartu Tanda Penduduk

skor 2,96 (indeks jawaban 73,98 %). Selalu takziyah jika ada tetangga yang meninggal

0,00 2,00 4,00

Interaksi sosial

Kartu Jamsos

Tdk tahu cara

Punya KK/KTP

Kartu Jamsos …

Kebebasan lestarikan …

Selalu takziyah

Mampu hajatan

3,012,332,352,51

2,832,11

2,962,91

2,383,25

3,012,952,89

2,692,27

2,70Indikator Hak Mendapatkan Jaminan Sosial

Page 10: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....

398

skor2,89 (indeks jawaban 72,19 %) dan selalu menengok orang yang sakit skor 2,95 (indeks

jawaban 73,85 %). Hal ini berarti jika dikaitkan dengan jaminan sosial, warga selalu tolong-

menolong dan bahu-membahu jika ada warga yang sedang mengalami musibah. Selain itu

warga juga mendapat kebebasan dalam melestarikan adat istiadat dan budaya yang mereka

miliki dengan skor 3,01 (indeks jawaban 75,25 %). Dari segi kesehatan ibu dan anak, warga

sudah memperoleh akses ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan imunisasi dengan skor

2,91 (indeks jawaban72,70 %). Berkaitan dengan kartu jaminan sosial yang diberikan oleh

pemerintah daerah dan pusat warga mengakui membutuhkannya namun tidak tahu cara

memiliki jaminan sosial 2,83 (indeks jawaban 70,79 %).

Indikator yang memiliki skor yang lebih rendah dari rata – rata Hak Mendapatkan

Jaminan Sosial selain sosialisasi jaminan sosial yang masih kurang adalah kepemilikan

kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan skor 2,33 (indeks jawaban

58,29%),akses terhadap jamiinan sosial seperti askeskin/jamkesmas/jamsosratu atau kartu

lainnya dari pemerintah skor 2,35 (indeks jawaban 58,67 %), tidak memiliki berbagai

layanan akses jaminan sosial karena tidak mengetahuinya 2,51 (indeks jawaban 62,75 %),

merasakan manfaat dari berbagai kartu jaminan sosial yang diberikan oleh pemerintah 2,38

(indeks jawaban 59,44%), keempat hal ini diakibatkan oleh ketidaktahuan warga terhadap

cara untuk memiliki kartu tersebut sehingga mereka tidak bisa memiliki kartu BPJS, akses

yang terbatas, tidak memiliki layanan jaminan sosial dan tidak bisa merasakan manfaat dari

jaminan sosial yang diberikan tersebut. Selalu bisa menghadiri undangan hajatan/pesta 2,69

(indeks jawaban 67,35 %) dan mampu menyelenggarakan hajatan/pesta 2,27 (indeks

jawaban 56,75 %), yang berarti warga tidak selalu mampu untuk menghadiri undangan dan

mengadakan hajatan/pesta. Hal ini berkaitan dengan masih minimnya penghasilan bulanan

yang mereka miliki yang masih di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Banten yang

sebesar Rp 2.200.000.

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

Penghasilan meningkat

Mendapatkan hak sbg pekerja

Upah layak

Upah tdk sesuai Kebutuhan

Jamkes

Mendptkn Diklat

Nyaman bekerja

Mendpt pendampingan

Kesempatan sama

Rerata

2,22

2,37

2,31

2,11

1,90

2,00

2,59

2,46

2,13

2,23

Indikator Hak Mendapatkan Kondisi Kerja yang Adil dan Baik

Page 11: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....

399

Gambar 7. Indikator Hak Mendapatkan Kondisi Kerja yang Adil dan Baik.

Secara keseluruhan nilai rerata indeks jawaban responden terhadap hak

mendapatkan kondisi kerja yang adil dan baikadalah sebesar 54,18 % atau ada di kisaran

angka 2,23. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah merasakan manfaat dari

keberadaan program Sabajuhut ini. Namun, ada hal yang dirasa masih kurang yaitu

perlindungan kesehatan di tempat bekerja dan ketidaksesuaian upah yang diperoleh untuk

memenuhi kebutuhan hidup minimum yang layak.

Indikator Hak Kondisi Kerja yang Adil dan Baik yang paling tinggi adalah

kenyamanan dalam bekerja dengan skor 2,59 (indeks jawaban 64,79 %) dan yang paling

rendah nilainya adalah perlindungan atau jaminan kesehatan dengan skor 1,90 (indeks

jawaban 32,91 %).

Indikator yang memiliki nilai di atas rata – rata selain kenyamanan dalam bekerja

adalah bekerja mendapatkan hak sebagaimana pekerja lainnya 2,37 (indeks jawaban 59,18 %)

dan dalam bekerja mendapatkan upah atau hasil yang layak 2,31 (57,65%), meskipun jika

dilihat dari hasil survei belum mampu memenuhi kebutuhan minimal hidup mereka. Terkait

upaya mengembangkan usaha yang sedang dijalankannya, warga sudah memperoleh

pendampingandari instansi pemerintah terkait skor 2,46 (indeks jawaban 61,48 %).

Indikator Hak Mendapatkan Kondisi Kerja yang Adil dan Baik yang memiliki nilai di

bawah rata- rata selain perlindungan atau jaminan kesehatan selama melakukan pekerjaan

adalah penghasilan yang meningkat sesuai dengan harapan 2,22 (indeks jawaban 55,61 %)

namun,upah/penghasilan yang didapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan minimum hidup

layak saat ini 2,11 (indeks jawaban 52,81 %). Terkait pendampingan warga mengharapkan

juga dari pemerintah atau instansi terkait untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan

tentang cara beternak yang baik 2,00 (indeks jawaban 50 %)dan memperoleh kesempatan

yang sama dengan orang lain dalam meningkatkan usaha 2,13 (indeks jawaban 53,19 %).

Secara umum program SIDa Sabajuhut yang digulirkan oleh pemerintah sudah bisa

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Juhut. Hal ini terlihat dari

kelima hak ekonomi yang diamati dalam kajian ini yaitu Hak Bekerja, Hak Berkelompok,

Hak Penghidupan yang layak, Hak mendapatkan Jaminan Sosial, dan Hak untuk

mendapatkan kondisi kerja yang adil dan baik. Hak untuk mendapatkan Jaminan Sosial

memperoleh penilaian yang paling tinggi, namun hak masyarakat untuk memperoleh

penghidupan yang layak dinilai paling rendah oleh responden.

Jika dilihat dari rata – rata keseluruhan hak ekonomi yang dinilai oleh masyarakat

Juhut yang sebesar 2,42, maka terdapat dua hak ekonomi yang nilainya berada di bawah

rata – rata yaitu Hak Penghidupan yang Layak (2,18) dan Hak untuk Mendapatkan Kondisi

Kerja yang Adil dan Baik (2,23). Hal ini berarti bahwa masyarakat Kelurahan Juhut

memang pada kenyataannya memperoleh tambahan penghasilan dengan adanya program

SABA Juhut, namun penghasilan tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup

yang layak bagi seluruh anggota keluarga. Selain itu masyarakat juga tidak memperoleh

jaminan terhadap kesehatannya ketika mereka mengikuti program yang digulirkan oleh

pemerintah.

Dalam masalah hak bekerja, masyarakat menilai bahwa program yang digulirkan

sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki (penilaian tertinggi). Namun, pengetahuan

dan pemahaman masyarakat tentang keberadaandan maksud dari program SABA Juhut dari

Page 12: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....

400

aparat pemerintah masih kurang (penilaian terendah). Dalam masalah hak berkelompok,

masyarakat menilai bahwa mereka bisa dengan bebas masuk ke dalam kelompok tani yang

sudah ada (penilaian tertinggi). Namun, pada kenyataannya belum semua masyarakat Juhut

bergabung ke dalam kelompok tani yang sudah dibuat sebelumnya (penilaian terendah).

Dalam masalah Hak Penghidupan yang Layak, masyarakat di Kelurahan Juhut telah

tinggal di rumah yang dimiliki oleh mereka sendiri (penilaian tertinggi). Namun, untuk

masalah rekreasi mereka menilai masih kurang (penilaian terendah). Dalam masalah hak

jaminan sosial, masyarakat menilai bahwa program jaminan sosial harus terus dilanjutkan

diharapkan ke depannya, pemerintah membuat program jaminan sosial yang baru (penilaian

tertinggi). Sementara itu sosialisasi tentang jaminan sosial yang diberikan oleh pemerintah

dirasa masih kurang (penilaian terendah). Hak ekonomi yang terakhir adalah masalah hak

mendapatkan kondisi kerja yang adil dan baik, masyarakat menilai bahwa mereka memiliki

kenyamanan dalam bekerja tanpa ada tekanan dari pihak lain (penilaian tertinggi). Namun,

untuk perlindungan kesehatan ketika ambil bagian dalam program ini dinilai masih kurang

(penilaian terendah).

Jika dilihat dari indikator hak mendapatkan kondisi kerja yang adil dan baik, maka

terdapat kenaikan pendapatan bagi masyarakat Juhut. Namun jika melihat indikator dalam

hak berpenghidupan yang layak maka program ini belum mampu memenuhi kebutuhan

minimal hidup yang layak bagi seluruh anggota keluarga. Sehingga masyarakat Juhut masih

jarang yang bisa menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat perguruan tinggi.

Dari observasi di lapangan menunjukkan bahwa adanya sumber penghasilan baru

ataupun tambahan penghasilan dari sisi pendapatan yang diperoleh masyarakat Juhut dengan

adanya program Sabajuhut. Hasil ini bersesuaian dengan teori dan penelitian sebelumnya

yang dikemukakan oleh M. Siarudin dan Yamin Mile (2005) yang menunjukkan bahwa

sentra produksi domba mampu memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat yang

menjadi peternaknya (Sumber online tersedia di: http://www.dbriptek.lipi.go.id, Diunduh

pada tanggal 18 September 2015 pukul 3.40 WIB ). Sedangkan rujukan teori menurut

Sukirno (2006:47) mengemukakan bahwa pendapatan adalah jumlah penghasilan yang

diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,

mingguan, bulanan ataupun tahunan. Pendapatan merupakan penghasilan yang diterima

karena warga melakukan pekerjaan atau aktifitas yang berkaitan langsung atau tidak langsung

dengan program Sabajuhut. Namun demikian, jumlah pendapatan yang diperoleh oleh

masyarakat Juhut masih didominasi oleh masyarakat yang berpenghasilan Rp 750.000 sampai

dengan Rp 1.500.000 (46,94 %). Jumlah penghasilan per bulan masyarakat ini masih berada

di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP) Banten yaitu sebesar Rp 2.200.000 per bulannya.

Dengan digulirkannya program SIDa Sabajuhut maka masyarakat memiliki

kesempatan untuk bekerja, kemudahan memperoleh pekerjaan, dan memanfaatkannya untuk

membuka usaha sendiri yang berkaitan dengan program tersebut. Jenis pekerjaan/wirausaha

yang dilakukan oleh masyarakat setempat ada yang langsung berhubungan ataupun tidak

dengan program Sabajuhut. Kesempatan berwirausaha yang ada setelah adanya program ini

dapat mengurangi tingkat pengangguran atau dapat menambah penghasilan masyarakat Juhut

itu sendiri. Namun demikian, dari 196 warga yang menjadi responden hanya terdapat 76

responden yang memiliki usaha ternak domba secara langsung (38,77%), sedangkan sisanya

bekerja atau berwirausaha di bidang yang tidak langsung berhubungan dengan peternakan

domba seperti menanam Talas Beneng dan menyediakan home stay bagi wisatawan yang

berkunjung ke Juhut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian pada bab sebelumnya, Hak ekonomi

masyarakat Kelurahan Juhut yang terdiri dari Hak Bekerja, Hak Berkelompok, Hak

Penghidupan yang layak, Hak mendapatkan jaminan sosial, dan Hak mendapatkan Kondisi

Page 13: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....

401

kerja yang adil dan baik, dinilai baik oleh masyarakat Juhut hal ini dapat dilihat dari data (

rerata 2.42) hal ini menunjukkan bahwa program SIDa Sabajuhut cukup berpengaruh

terhadap perekonomian warga masyarakat. Hak Mendapatkan Jaminan Sosial memperoleh

penilaian tertinggi dibandingkan dengan hak ekonomi lainnya, sedangkan Hak untuk

Memperoleh Penghidupan yang layak dinilai paling rendah oleh responden. Pengetahuan

dan pemahaman masyarakat Juhut terhadap Program SIDa Sabajuhut masih terbatas karena

kurangnya sosialisasi dari Pemerintah yang meluncurkan program tersebut. Program SABA

Juhut mampu menambah penghasilan masyarakat namun belum mampu memenuhi

kebutuhan hidup seluruh anggota keluarga. Akan tetapi di sisi lain Program Sabajuhut

memberi kesempatan bekerja yang luas dan membuka lahan untuk berwirausaha yang

berkaitan langsung atau tidak langsung dengan Sabajuhut.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka, Provinsi Banten, dalam hal pemberian

bantuan hendaknya didasarkan pada kebutuhan real yang diperlukan oleh masyarakat

setempat, oleh karena itu diperlukan analisis kebutuhan (need assessment) atau survey

lapangan sebelumnya. Sehingga setiap kebijakan dapat diterima dan tepat sasaran

berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Pemerintah Kabupaten Pandeglang,

hendaknya melakukan pendampingan secara intensif terhadap bantuan yang diberikan dari

Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Pusat agar program yang telah dicanangkan dapat

berjalan dengan baik. Selain itu Pemerintah setempat juga dapat menggandeng Masyarakat

untuk secara aktif dilibatkan di dalam perumusan program bantuan pemerintah

(Provinsi/Kab-Kota) kepada masyarakat (partisipatif) pendekatannya bisa dilakukan dengan

metode penyerapan aspirasi dari bawah (bottom up). Seluruh Stakeholder terkait perlu

komunikasi, koordinasi, dan singkronisasi program dari berbagai instansi Pemerintah

(Provinsi/Kab-Kota/swasta/BUMN/BUMD) termasuk penguatan regulasi (Perda dari

Pemprop) agar program SIDa SABA Juhut dapat berhasil dengan optimal sehingga

masyarakat Juhut dapat meningkatkan taraf hidupnya lebih layak lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman. Arief, 1996, Teori Negara: Negara, Kekuasaan dan Ideologi. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Budiarto, M. Sofyan. 2015. Identifikasi Berbagai Permasalahan dan Pemangku

Kepentingan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Jurnal Inovasi Vol.12 No 3,

Hal : 170-177.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Eide. Asbjorn, 2001, Hak Atas Standar Hidup yang Layak Termasuk Hak Pangan, dalam

Hak Ekonomi, Sosial, Budaya, Esai-esai Pilihan Buku 2. Jakarta: Elsam.

Eugene P. Devorin dan Robert H. Simmons. (penerjemah Sudarmaji), 2000, Dari Amoral

sampai Birokrasi Humanisme. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Fakih, Mansour, 2001, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta:

Penerbit Insist Press bekerja sama dengan Pustaka Pelajar.

Frans Ceunfin, SVD, (editor) , 2004, Hak-hak Asasi Manusia, Pendasaran dalam Filsafat

Hukum dan Filsafat Politik, Mumere: Penerbit Lidalero.

Fuad, dan Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : GRAHA

ILMU.

Mahfud MD, 2006, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Jakarta: LP3ES.

Madung. Otto Gusti, 2009 Politik Antara Legalitas dan Moralitas. Maumere: Penerbit

Lidalero.

Page 14: Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah · Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini, meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan

Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....

402

Moleong, J. Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Miles, Mathew dan Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku

SumberTentang Metode-metode Baru). Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Nugroho, R. 2012. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:

Gramedia.

Parson, W. 2008. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:

Prenada Media Group.

Poerwadarminta, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. Soekarno

SD. 2003. Public Policy. Surabaya: Airlangga University Press.

Soedjatmoko, 1984, Pembangunan dan Kebebasan. Jakarta: LP3ES

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dan R dan D. Bandung:

ALFABETA.

Suharto, E. 2007. Kebijakan Sosial sebagai Kebijkan Publik. Bandung: Alfabeta.

Tanya. Bernard L, 2011, Penegakan Hukum dalam Terang Etika. Yogyakarta: Genta

Publishing.