bab ii kajian pustaka 1.1 kerangka berfikir

24
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir Gambar 2.1 Kerangka berfikir Fokus penelitian ini terletak pada Manajemen strategi pendidikan khususnya pada perencanaan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu serta daya saing sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhinya berupa sarana dan prasarana, metode pembelajaran, kurikulum yang digunakan serta kualitas pendidik dan tenaga kependidikan (Tendik) yang ada di sekolah itu sendiri. Seluruh faktor tersebut yang akan mempengaruhi jumlah siswa baru yang masuk ke sekolah dasar Adhyaksa I Jambi, serta jumlah siswa lulus, nilai dan juga prestasi siswa. Bukan hanya berdasarkan dari faktor yang telah peneliti sebutkan diatas. Jumlah siswa, nilai, serta prestasi siswa juga akan mempengaruhi mutu serta daya saing sekolah dasar Adhyaksa I Jambi. Pada kerangka berfikir ini, Manajemen strategi pendidikan berfokus pada perencanaan kepala sekolah yang berperan pada variabel X atau biasa disebut

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka berfikir

Fokus penelitian ini terletak pada Manajemen strategi pendidikan

khususnya pada perencanaan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu serta daya

saing sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhinya berupa sarana dan

prasarana, metode pembelajaran, kurikulum yang digunakan serta kualitas

pendidik dan tenaga kependidikan (Tendik) yang ada di sekolah itu sendiri.

Seluruh faktor tersebut yang akan mempengaruhi jumlah siswa baru yang

masuk ke sekolah dasar Adhyaksa I Jambi, serta jumlah siswa lulus, nilai dan juga

prestasi siswa. Bukan hanya berdasarkan dari faktor yang telah peneliti sebutkan

diatas. Jumlah siswa, nilai, serta prestasi siswa juga akan mempengaruhi mutu

serta daya saing sekolah dasar Adhyaksa I Jambi.

Pada kerangka berfikir ini, Manajemen strategi pendidikan berfokus pada

perencanaan kepala sekolah yang berperan pada variabel X atau biasa disebut

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

dengan variabel bebas. Sedangkan mutu dan daya saing sekolah termasuk ke

dalam variabel Y yang kemudian akan di pisah menjadi kesatuan yang berbeda

(Y1 dan Y2). Variabel Y juga biasa disebut dengan variabel terikat.

Variabel X berfungsi sebagai variabel yang akan mempengaruhi variabel

lainnya. Artinya perencanaan yang telah di tetapkan oleh kepala sekolah akan

memberikan pengaruh terhadap mutu serta daya saing sekolah itu sendiri.

1.2 Perencanaan Kepala Sekolah

1.2.1 Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan adalah suatu proses atau sistem pengelolaan.

Manajemen pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan

peningkatan kemanusiaan dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan.

Kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk

keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup a) Program

kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode penyampaian,

sistem evaluasi, sistem bimbingan. b) Program ketenagaan. c) Program

pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan. d) Program

pembiayaan. dan e) Program hubungan dengan masyarakat.

Pendekatan sistem dalam manajemen pendidikan sebagai akibat dari

dianut nya pendekatan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan adalah

suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan yang lainnya saling

berhubungan dan bergantung didalam mengemban tugas untuk mencapai

tujuan sistem tersebut. Unsur-unsur dari luar yang memasuki sistem dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

kemudian mengalami proses disebut keluaran atau output (Hamalik, 2007:

78).

a. Tujuan Manajemen Pendidikan

Secara umum tujuan Manajemen pendidikan dalam proses

pembelajaran adalah untuk menyusun suatu sistem pengelolaan yang

meliputi:

a. Administrasi dan organisasi kurikulum.

b. Pengelolaan dan ketenagaan.

c. Pengelolaan sarana dan prasarana.

d. Pengelolaan pembiayaan.

e. Pengelolaan media pendidikan.

f. Pengelolaan hubungan dengan masyarakat, yang

manajemen keterlaksanaan proses pembelajaran yang relevan,

efektif dan efisien yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Kemudian jika dilihat secara lebih khusus tujuan dari pelaksanaan

manajemen pendidikan adalah terciptanya sistem pengelolaan yang

relevan, efektif dan efisien yang dapat dilaksanakan dengan mencapai

sasaran dengan suatu pola struktur organisasi pembagian tugas dan

tanggung jawab yang jelas antara pemimpin program, tenaga pelatih

sebagai fasilitator, tenaga perpustakaan, tenaga teknis lainnya, tenaga tata

usaha dan tenaga pembina. Selain itu manajemen pendidikan bertujuan

untuk memperlancar pengelolaan program pendidikan dan keterlaksanaan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

proses pembelajaran berdasarkan pendekatan cara belajar siswa aktif

(Hamalik, 2007: 80).

b. Fungsi Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan

proses pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran.

Dalam hubungan ini, terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan,

yaitu:

a. Fungsi Perencanaan, mencakup berbagai kegiatan menentukan

kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi

program pendidikan dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu

dilakukan kegiatan penyusunan rencana, yang menjangkau ke depan

untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi kebutuhan di kemudian

hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun program

yang meliputi pendekatan, jenis dan urutan kegiatan, menetapkan

rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses

kerja.

b. Fungsi Organisasi, meliputi pengelolaan ketenagaan, sarana dan

prasarana, distribusi tugas dan tanggung jawab, dalam pengelolaan

secara integral. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan, seperti:

mengidentifikasi jenis dan tugas tanggungjawab dan wewenang,

merumuskan aturan hubungan kerja.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

c. Fungsi Koordinasi, yang berupaya menstabilisasi antara berbagai

tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk menjamin

pelaksanaan dan berhasil program pendidikan.

d. Fungi Motivasi, yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi

proses dan keberhasilan program pelatihan. Hal ini diperlukan

sehubungan dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab

serta kewenangan, sehingga terjadi peningkatan kegiatan personal,

yang pada gilirannya diharapkan meningkatkan keberhasilan

program.

e. Fungsi Kontrol, yang berupaya melakukan pengawasan, penilaian,

monitoring, perbaikan terhadap kelemahan dalam sistem

manajemen pendidikan tersebut (Hamalik, 2007: 81).

Berdasarkan kelima fungsi manajemen pendidikan diatas, salah satu

fungsi utama yang berperan penting dalam penelitian ini adalah fungsi

perencanaan. Yang mana fungsi perencanaan berperan dalam kegiatan

menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan

isi program pendidikan dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu

dilakukan kegiatan penyusunan rencana, yang menjangkau ke depan untuk

memperbaiki keadaan dan memenuhi kebutuhan di kemudian hari,

menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun program yang

meliputi pendekatan, jenis dan urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya

yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses kerja.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

1.2.2 Manajemen Strategi pendidikan

Manajemen strategi adalah proses formulasi dan implementasi

rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal vital dan

berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen

strategik digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan

pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan.

Manajemen strategi pendidikan adalah suatu proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang mendasar mulai dari kegiatan analisis

strategi, formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi

dalam keseluruhan proses yang terdapat di lembaga pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidik secara efektif dan efisien (Mutohar dan

Madsuki, 2019).

1.3 Perencanaan Kepala Sekolah

Perencanaan adalah langkah awal merumuskan strategi, dengan

mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi untuk meramalkan

kesuksesan di masa mendatang. Perencanaan pada dasarnya dipahami sebagai

pintu masuk bagi setiap organisasi untuk menganalisis berbagai kekuatan,

kelemahan, ancaman dan peluang yang dapat mempengaruhi organisasi dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menurut Usman dalam Sormin (2017), perencanaan pada hakikatnya

adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan

datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan

penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan.

Menurut Siagian dalam Amalia (2018), mengatakan bahwa perencanaan

(Planning) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan

dating dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Planning,

menentukan tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan

apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu (Terry & Liesli,

2005). Sedangkan menurut Massie dalam Amalia (2018), Perencanaan ialah

proses seorang manajer akan masa depan dan menemukan alternative-alternatif

arah langka yang terbuka untuknya. Planning adalah Fungsi manajemen yang

berkenan dengan pendefinisian sasaran untuk kinerja organisasi di masa dengan

dan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumberdaya yang

dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut, (Amalia, 2018).

Adapun manfaat perencanaan menurut Ibid dalam Sormin (2017), adalah

sebagai berikut:

a. Standar pelaksanaan dan pengawasan.

b. Pemilihan berbagai alternative terbaik.

c. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.

d. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

e. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan

lingkungan.

f. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.

g. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

1.4 Mutu Sekolah

1.4.1 Pengertian Mutu Sekolah

Suatu sekolah yang berorientasi pada “mutu” dituntut untuk selalu

bergerak dinamis penuh upaya inovasi, dan mengkondisikan diri sebagai

lembaga atau organisasi pembelajar yang selalu memperhatikan tuntutan

kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Untuk itu sekolah dituntut

untuk selalu berusaha menyempurnakan desain atau standar proses dan hasil

pendidikan agar dapat menghasilkan “lulusan” yang sesuai dengan tuntutan

masyarakat.

Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu adalah suatu benda,

kadar, taraf atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya

(Depdiknas 2001: 768). Secara umum mutu atau kualitas adalah gambaran

dan gambaran menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan

kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan atau tersirat

(Depdiknas 2002: 7).

Menurut Koswara dan Triatna (2010) dalam buku Manajemen

Pendidikan, pengertian mutu memiliki variasi entri yang di definisikan oleh

masing-masing orang atau pihak. Produsen (penyedia barang/jasa) atau

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

konsumen (pengguna/pemakai barang/ jasa) akan memiliki definisi yang

berbeda mengenai mutu barang /jasa. Perbedaan ini mengacu pada orientasi

masing-masing pihak mengenai barang / jasa yang menjadi objeknya. Satu

kata yang menjadi benang merah dalam konsep mutu baik menurut konsumen

atau produsen adalah kepuasan. Barang atau jasa yang dikatakan bermutu

adalah yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun

produsen.

Menurut Juran (1993), mutu produk isinya kecocokan fungsi produk

untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna

produk tersebut berdasarkan lima ciri utama (1) teknologi: yaitu kekuatan: (2)

psikologis, yaitu rasa atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan, (4) kontraktual,

yaitu ada jaminan: (5) etika, yaitu sopan santun (Juran, 1993). Menurut

Crosby (1979: 58) jaminan kesesuaian dengan persyaratan (kesesuaian dengan

persyaratan), yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu

produk yang memiliki mutu tersebut sesuai dengan standar atau kriteria mutu

yang telah ditentukan, standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi, dan

produk jadi (Crosby, 1979: 58)

Menurut Deming (1982: 176) mutu yang ditentukan kesesuaian

dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu artinya

perusahaan yang menguasai pasar karena hasil produksinya sesuai dengan

kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan konsumen. Jika

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk

perusahaan baik berupa barang maupun jasa.

Menurut Feigenbaum (1986: 7) mutu adalah kepuasan pelanggan (full

customer satisfaction). Suatu produk yang dihasilkan bermutu persetujuan

dapat memenuhi kepuasan konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen

atas produk yang dihasilkan. Garvi dan Davis (1994) menyatakan bahwa

berita selalu berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diartikan bahwa mutu sama

dengan memiliki kualitas. Jadi pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan

pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan

kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Mutu di bidang pendidikan

termasuk mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan

dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu bersama

mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif,

Kreatif, dan Menyenangkan).

1.4.2 Ciri-ciri Mutu Pendidikan

Menurut Shaleh (2004: 246), ciri -ciri pendidikan yang bermutu ialah;

a. Input, yang fokus terhadap 1) Kebijakan mutu dan harapan, 2) Sumber

daya atau kesediaan masyarakat, 3) Berorientasi siswa, 4) Manajemen

berupa pembagian tugas, perencanaan, dan kendali mutu.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

b. Proses, yang fokus terhadap; 1) Pembelajaran berorientasi kepada 4 hal

seperti belajar mengetahui, belajar mengerjakan, belajar menjadi, dan

belajar hidup bersama. 2) Kepemimpinan yang kuat/demokratis fokus

kepada kemampuan manusia manajerial, kemampuan memobilisasi, dan

memiliki otonomi luas. 3) Lingkungan yang aman, nyaman dan

manusiawi. 4) Pengelolaan tenaga yang efektif berupa perencanaan,

pengembangan, penilaian, dan imbal jasa. 5) Memiliki budaya mutu

berupa kerja sama, merasa memiliki, mau berubah, mau meningkatkan diri

dan terbuka. 6) Tim kerja yang kompak, cerdas, dinamis. 7) Partisipasi

masyarakat tinggi. dan 8) Memiliki Akuntabilitas, laporan prestasi, serta

respon atau tanggapan masyarakat.

c. Output yang terbagi menjadi beberapa bagian berupa, 1) Prestasi

Akademik seperti NEM, STTB, Taraf serap, Lomba karya ilmiah, dan

lomba keagamaan. 2) Prestasi Non Akademis berupa olahraga,

kerapian/keterlibatan, kepramukaan, kebersihan, toleransi, ketulusan,

kesenian, disiplin, kerajinan, solidaritas, dan silaturahmi.

1.4.3 Karakteristik Mutu Pendidikan

Usman (2006 411) mengemukakan 13 (tiga belas) karakteristik yang

dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu:

a. Kinerja (performance) yang berkaitan dengan aspek fungsional sekolah

termasuk: kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan

penjelasan, sehat dan rajin mengajar, dan mempersiapkan bahan pelajaran,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

pelayanan administrasi dan edukatif sekolah baik dengan kinerja yang baik

setelah menjadi sekolah favorit.

b. Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar termasuk

memulai dan pelajaran yang tepat waktu, waktu ulangan tepat.

c. Handal (Reliability) usia masa bertahan lama. Meliputi pelayanan prima

yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah

tetap bertahan dan cenderung bertahan dari tahun ke tahun.

d. Daya tahan (durability) yakni tahan banting misalnya meskipun krisis

moneter, sekolah masih tetap bertahan.

e. Indah (aesthetic) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik,

guru membuat media-media pendidikan yang menarik.

f. Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menjunjung tinggi nilai

moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati,

demokrasi, dan menghargai profesionalisme.

g. Mudah penggunaannya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai.

Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku

perpustakaan mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.

h. Bentuk khusus (feature) yakni keunggulan tertentu misalnya sekolah

unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).

i. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifikasi) yakni

memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah telah memenuhi standar

pelayanan minimal.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

j. Konsistensi (consistency) yakni keajekan, konstan dan stabil, misalnya

mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah

konsisten dengan perkataanya.

k. Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya

sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dalam

berpakaian sopan.

l. Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan

prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang

masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas.

m. Ketepatan (accuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah

mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan

sekolah

1.4.4 Konsep Peningkatan Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan adalah perihal yang dilaksanakan atau tidaknya

tujuan pendidikan nasional seperti yang foto di dalam UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, mutu pendidikan dapat

dikatakan terjamin pengawasan memenuhi Standar Pendidikan yang telah

ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan ada 8 indikator pendidikan,

dibawah ini tentang alur Standar Pendidikan Nasional.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

Gambar 2.3: Alur standar pendidikan nasional

Adapun indikator-indikator peningkatan mutu pendidikan menurut

Kemendikbud (2017) mencakup delapan Standar Nasional Pendidikan dengan

uraian sebagai berikut;

1. Standar Kompetensi Kelulusan

b. Lulusan memiliki Kompetensi pada dimensi sikap

c. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan

d. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan

2. Standar isi

a. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi kelulusan

b. Kurikulum tingkat satuan pendidikan di kembangkan sesuai

prosedur

c. Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai Ketentuan

3. Standar Proses

a. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan

b. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

c. Pengawasan dan produksi yang dilakukan dalam proses

pembelajaran

4. Standar Penilaian

a. Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi

b. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel

c. Penilaian pendidikan ditindak lanjuti

d. Instrument penilaian menyesuaikan aspek

e. Penilaian dilakukan mengikuti prosedur

5. Standar pendidik dan tenaga kependidikan

a. Ketersediaan dan kompetensi guru sesuai ketentuan

b. Ketersediaan dan kompetensi kepala sekolah sesuai ketentuan

c. Ketersediaan dan kompetensi tenaga administrasi sesuai ketentuan

d. Ketersediaan dan kompetensi laporan sesuai ketentuan

e. Ketersediaan dan kompetensi pustakawan sesuai dengan ketentuan

6. Standar sarana dan prasarana

a. Kapasitas daya tampung sekolah memadai

b. Sekolah memiliki sarana dari prasarana pembelajaran yang lengkap

dan layak

c. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap

dan layak

7. Standar pengelolaan

a. Sekolah melakukan perencanaan pengelolaan

b. Program yang dilaksanakan sesuai ketentuan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

c. Kepala sekolah berkinerja baik dalam melaksanakan tugas

kepemimpinan Sekolah berdasarkan sistem informasi manajemen

8. Standar pembiayaan

a. Sekolah memberikan layanan subsidi silang

b. Beban operasional sekolah sesuai ketentuan

c. Sekolah yang melakukan pengelolaan dana dengan baik

Kedelapan standar pendidikan tersebut harus dapat terpenuhi di setiap

sekolah karena semuanya saling terhubung satu dengan yang lain. Apabila di

sebuah sekolah indikator-indikator tersebut sudah terpenuhi dengan baik,

maka dapat dikatakan mutu pendidikan di sekolah tersebut sudah terjamin.

Namun apabila di sebuah sekolah ada salah satu dari indikator tersebut yang

belum terpenuhi dengan baik, maka dapat dikatakan mutu pendidikan di

sekolah tersebut belum terjamin.

Peningkatan mutu pendidikan tidak akan tercapai tanpa pemberian

kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah selaku ujung tombak untuk

memutuskan arah pendidikan yang dituju, sedangkan masyarakat dituntut

untuk ikut serta aktif dalam memajukan pendidikan. Peningkatan mutu

pendidikan akan berhasil jika ada integritas yang komprehensif antara Sekolah

dan Masyarakat yang saling bahu membahu dalam berbagai hal untuk

menunjang proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), misalnya; Visi dan

misi yang dijalankan dan dicapai sesuai dengan harapan seluruh warga

sekolah, rasa memiliki warga sekolah yang tinggi, lingkungan sekolah yang

aman, bersih dan tersier, jiwa ingin berprestasi yang terus bertumbuh dalam

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

diri setiap warga sekolah, komunikasi yang intensif antara Pihak masyarakat,

orang tua dan komite sekolah sebagai wadah untuk berpartisipasi serta

meningkatkan mutu pendidikan

1.5 Daya Saing Lembaga Pendidikan

1.5.1 Pengertian Daya Saing

Ningsih (2017) mengatakan bahwa Daya saing merupakan

kemampuan untuk berkompetisi untuk meningkatkan kualitas seseorang atau

sebuah lembaga yang melakukannya. Dalam daya saing ada beberapa hal yang

menjadi fokus utama diantaranya, keterampilan, kekuatan, pengetahuan, dan

sebagainya melalui strategi untuk meningkatkan kualitas dengan mencapai

suatu ukuran tertentu, digunakan selera atau kepuasan konsumen yang

menjadi tolak ukur atau patokannya, dan sesuai yang di syaratkan sehingga

dapat menarik perhatian pasar (masyarakat).

Aset utama organisasi atau lembaga salah satunya ditentukan oleh

kualitas human resources management (manajemen sumber daya manusia)

yang tumbuh di dalamnya sebagai penggerak suatu instansi. Penjelasan fungsi

manajemen sumber daya manusia meliputi fungsi manajemen dan fungsi

operatif. Barthos (2012:22) mengungkapkan fungsi operatif mencakup

development (pengembangan), integration (integrasi), maintenance

(perawatan atau pemeliharaan), separation (pemisah), compensation

(kompensasi) dan procurement (pengadaan). Berbagai strategi diterapkan

dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM guna menciptakan

lembaga yang lebih berdaya saing.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

Daya saing merupakan efisiensi dan efektifitas yang memiliki sasaran

yang tepat dalam menentukan arah dan hasil sasaran yang ingin dicapai yang

meliputi tujuan akhir dan proses pencapaian akhir dalam menghadapi

persaingan. Sumiharjo (2020), memberikan penjelasan tentang istilah daya

saing ini, yaitu: “kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan

kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain

dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat

bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi lebih dari yang lain atau unggul

dalam hal tertentu baik itu yang dilakukan individu, kelompok maupun sebuah

institusi”.

Menurut Sumihardjo (2008) mendefinisikan daya saing berasal dari

kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti

mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau

memiliki keunggulan tertentu. Artinya, daya saing dapat bermakna kekuatan

untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang,

kelompok atau institusi tertentu.

Sementara itu dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang

standar proses dinyatakan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan

hasil lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud

dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tersebut, diperjelas oleh

Sumihardjo meliputi: (1) kemampuan memperkokoh posisi pasarnya, (2)

kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

meningkatkan kinerja tanpa henti, dan (4) kemampuan menegakkan posisi

yang menguntungkan (Amirudin, 2019).

Daya saing diidentikkan dengan keunggulan. Ini karena suatu

perusahaan atau organisasi yang mampu bersaing bahkan mampu

memenangkan persaingan karena memang mereka memiliki keunggulan.

Daya saing juga diidentikkan dengan produktivitas sumber daya manusia

suatu (SDM) perusahaan. SDM perusahaan yang produktif dapat

menghasilkan tingkat output perusahaan yang diharapkan sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditetapkan dan kebutuhan pelanggan. Setidaknya ada

empat kemampuan yang terdapat dalam daya saing. Pertama, kemampuan

memperkokoh posisi pasar. Kedua, kemampuan menghubungkan dengan

lingkungan. Ketiga, kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti. Keempat,

kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan (Wiyani, 2018).

Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan diatas, dapat penulis

tarik kesimpulan bahwa pengertian daya saing adalah kemampuan untuk

berkompetisi dengan mengasah keterampilan, meningkatkan kekuatan, dan

menambah pengetahuan sehingga dapat lebih unggul daripada pesaingnya

1.5.2 Tujuan Daya Saing

Menurut Wiyani (2018), terdapat beberapa macam tujuan daya saing;

yang pertama untuk menghasilkan keunggulan kompetitif pada lembaga

pendidikan. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam tindakan kompetitif oleh

lembaga antara lain; (1) Lembaga harus memiliki keunggulan khas yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

belum dimiliki oleh pesaing. (2) Tidak sekedar menyelenggarakan layanan,

tetapi mulailah menjual kepercayaan kepada masyarakat. (3) Ada jaminan

bahwa masyarakat telah dilayani dengan baik. (4) Lembaga melakukan

pemutakhiran data, program dan strategi. (5) Tetapkan biaya layanan yang

sesuai dengan apa yang didapatkan oleh masyarakat. (6) Pelajari kondisi

masyarakat sebagai pelanggan dan pelajari pula kekuatan serta kelemahan

pesaing.

Kedua untuk meningkatkan loyalitas masyarakat sebagai pelanggan

(customer) lembaga. Kepercayaan menjadi sebuah kunci dimana sebuah

lembaga pendidikan akan menyelenggarakan sebuah proses pembelajaran.

Jasa layanan pendidikan ini harus sesuai dengan apa yang di inginkan dan

dibutuhkan masyarakat. Untuk memperoleh kepercayaan tersebut bukanlah

hal yang mudah yang hanya bisa lewat kata-kata mutiara atau motivasi saja.

Tetapi harus dengan bukti nyata yang bisa dilihat dan dirasakan. Ketahuilah

bahwa masyarakat tidak sekedar ingin anaknya dididik, tetapi juga memiliki

minat, kesenangan, dan kepuasan ketika menyekolahkan anaknya. Misalnya

ada kebanggaan dan gengsi tersendiri pada diri wali murid ketika bisa

menyekolahkan anak-anaknya di lembaga yang bagus.

Ketiga untuk meningkatkan kualitas mutu lembaga pendidikan. Tidak

diragukan bahwa mutu adalah sebuah hal yang mutlak dimiliki oleh lembaga

pendidikan agar mampu menghasilkan output lulusan yang unggul dan

mendapat kepercayaan dari para stakeholder pendidikan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

Dari ketiga tujuan yang sudah dijelaskan diatas, dapat penulis tarik

kesimpulan bahwa tujuan daya sari daya saing itu sendiri adalah untuk

menghasilkan keunggulan kompetitif terhadap suatu lembaga, meningkatkan

loyalitas masyarakat sebagai pelanggan, dan untuk meningkatkan kualitas

mutu pendidikan.

1.6 Penelitian yang Relevan

Sejauh yang peneliti ketahui bahwa, belum ada penelitian yang benar-

benar relevan dalam membahas permasalahan tersebut. Banyak penelitian yang

hampir menyerupai terkait tentang mutu dan daya saing.

Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiyatiningsih

(2017) di MIS Miftahul Huda Sukolilo Jabung Kabupaten Malang tentang

Peningkatan mutu pendidikan dalam meningkatkan daya saing. Tulisan ini lebih

menitikberatkan terdahap mutu pendidikan yang berfungsi untuk meningkatkan

daya saing sekolah dengan menggunakan metode kualitatif dengan deskripsi

analisis (narasi) artinya penulis melihat mutu pendidikan yang ada di MIS

Miftahul Huda yang berfungsi untuk meningkatkan daya saing sekolah. Hasil

penelitian tersebut berupa, peningkatan mutu pendidikan dalam meningkatkan

daya saing harus sesuai dengan konsep visi, misi dan tujuan, kualitas

pembelajaran sesuai dengan kurikulum nasional, peserta didik yang berprestasi

baik di bidang akademik maupun non akademik, adanya program unggulan

metode An-Nashr dalam memahami Al- Qur’an, peningkatan sarana dan

prasarana dengan partisipasi stakeholder, pelaksanaan strategi peningkatan mutu

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

dengan 14 langkah menurut Crosby, dan implikasi peningkatan mutu pendidikan

berupa kepuasan pelanggan, iklim yang kondusif, menyenangkan, tertib, dan

kualitas lulusan yang sesuai dengan harapan masyarakat.

Penelitian kedua berasal dari Maria (2020) terkait dengan Strategi kepala

sekolah dalam pengembangan daya saing lembaga pendidikan di SDIT

Muhammadiyah Cipete Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Di dalam

penelitian tersebut peneliti berfokus strategi kepala sekolah dalam pengembangan

daya saing lembaga pendidikan dengan menggunakan metode kualitatif yang

fokus terhadap fenomenologi untuk menelaah dan mendeskripsikan strategi

kepala sekolah dalam mengembangkan daya saing lembaga di SDIT

Muhammadiyah Cipete. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa strategi

kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah Cipete dalam pengembangan daya saing

lembaga pendidikan ialah dengan cara menggunakan enterprise strategi. Hal itu

dikarenakan strategi tersebut berhubungan secara langsung dengan respon

masyarakat sehingga dapat benar-benar melakukan perubahan ke arah yang lebih

baik agar lembaga tersebut dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap

masyarakat dan menjawab tantangan serta kebutuhannya.

Sedangkan penelitian ketiga yang dilakukan oleh Sormin (2017) yang

membahas tentang Manajemen Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan SMP Muhammadiyah 29 Padang Sidempuan. Penelitian ini fokus

terhadap perencanaan dan pelaksanaan kepala sekolah dalam meningkatkan

kualitas pendidikan di SMP Muhammadiyah 29 Padang Sidempuan. Penelitian

tersebut menggunakan metode kualitatif dalam bentuk wawancara, observasi, dan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

dokumentasi sebagai pengumpul data yang dibutuhkan. Hasil yang diperoleh

ialah, kepala sekolah mengadakan rapat untuk merencanakan program tahunan.

Dalam meningkatkan kualitas sekolah, kegiatan yang dilakukan oleh kepala

sekolah berupa pengajian, muhadarah yang dipresentasikan ustadz, amalan shalat,

kemudian membiasakan siswa untuk dekat dengan Al- Qur’an dengan melakukan

kegiatan satu hari ayat yang di setorkan secara bergilir dan dibaca setiap apel pagi.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kepuasan pelanggan yang sesuai

dengan harapan masyarakat. Pendidikan yang bermutu tentunya memiliki visi,

misi, tujuan, program yang baik, efektifitas, produktifitas, akuntabilitas,

kurikulum yang terarah, fasilitas belajar yang memadai yang merupakan sarana

untuk dijadikan sebagai modal dalam bersaing. Daya saing tersebut tentunya

benar-benar memberikan dampak bagi sekolah itu sendiri diantaranya dalam segi

pelayanan yang baik terhadap masyarakat khususnya di sekolah swasta

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini ialah sama-sama

memiliki tujuan untuk meningkatkan daya saing sekolah dengan faktor yang

berbeda. pada penelitian pertama yang dituliskan oleh Wiyatiningsih (2017)

menempatkan mutu pendidikan yang disediakan sebagai variabel bebas yang

mempengaruhi daya saing sekolah. Sedangkan pada penelitian kedua yang

disebutkan oleh Maria (2020) lebih menempatkan pelayanan dan sarana prasarana

fasilitas pendidikan serta visi dan misi sekolah yang dijadikan sebagai variabel

bebas untuk meningkatkan daya saing lembaga. Sedangkan ada penelitian terakhir

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

yang dituliskan oleh Sarmin (2017) lebih menitikberatkan kepada program

unggulan sekolah sebagai faktor peningkat kualitas sekolah dengan cara dilakukan

kegiatan oleh kepala sekolah berupa pengajian, muhadarah yang dipresentasikan

ustadz, amalan shalat, kemudian membiasakan siswa untuk dekat dengan Al-

Qur’an dengan melakukan kegiatan satu hari ayat yang di setorkan secara bergilir

dan dibaca setiap apel pagi. Hasil dari ketiga penelitian tersebut sama-sama dapat

meningkatkan daya saing sekolah.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu yang telah dilakukan

sebelumnya dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti terletak pada

tujuan penelitian, yaitu untuk melihat manajemen strategi pendidikan khususnya

pada perencanaan yang digunakan oleh kepala sekolah dasar Adhyaksa dalam

meningkatkan mutu dan daya saing sekolah dasar Adhyaksa I Jambi. Dimana

pada penelitian ini perencanaan kepala sekolah sebagai variabel bebas yang

diduga dapat mempengaruhi mutu dan daya saing di Sekolah Dasar Adhyaksa I

Jambi.