bab ii kajian pustaka 1.1 kerangka berfikir
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka berfikir
Fokus penelitian ini terletak pada Manajemen strategi pendidikan
khususnya pada perencanaan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu serta daya
saing sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhinya berupa sarana dan
prasarana, metode pembelajaran, kurikulum yang digunakan serta kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan (Tendik) yang ada di sekolah itu sendiri.
Seluruh faktor tersebut yang akan mempengaruhi jumlah siswa baru yang
masuk ke sekolah dasar Adhyaksa I Jambi, serta jumlah siswa lulus, nilai dan juga
prestasi siswa. Bukan hanya berdasarkan dari faktor yang telah peneliti sebutkan
diatas. Jumlah siswa, nilai, serta prestasi siswa juga akan mempengaruhi mutu
serta daya saing sekolah dasar Adhyaksa I Jambi.
Pada kerangka berfikir ini, Manajemen strategi pendidikan berfokus pada
perencanaan kepala sekolah yang berperan pada variabel X atau biasa disebut
dengan variabel bebas. Sedangkan mutu dan daya saing sekolah termasuk ke
dalam variabel Y yang kemudian akan di pisah menjadi kesatuan yang berbeda
(Y1 dan Y2). Variabel Y juga biasa disebut dengan variabel terikat.
Variabel X berfungsi sebagai variabel yang akan mempengaruhi variabel
lainnya. Artinya perencanaan yang telah di tetapkan oleh kepala sekolah akan
memberikan pengaruh terhadap mutu serta daya saing sekolah itu sendiri.
1.2 Perencanaan Kepala Sekolah
1.2.1 Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan adalah suatu proses atau sistem pengelolaan.
Manajemen pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan
peningkatan kemanusiaan dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan.
Kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk
keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup a) Program
kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode penyampaian,
sistem evaluasi, sistem bimbingan. b) Program ketenagaan. c) Program
pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan. d) Program
pembiayaan. dan e) Program hubungan dengan masyarakat.
Pendekatan sistem dalam manajemen pendidikan sebagai akibat dari
dianut nya pendekatan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan adalah
suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan yang lainnya saling
berhubungan dan bergantung didalam mengemban tugas untuk mencapai
tujuan sistem tersebut. Unsur-unsur dari luar yang memasuki sistem dan
kemudian mengalami proses disebut keluaran atau output (Hamalik, 2007:
78).
a. Tujuan Manajemen Pendidikan
Secara umum tujuan Manajemen pendidikan dalam proses
pembelajaran adalah untuk menyusun suatu sistem pengelolaan yang
meliputi:
a. Administrasi dan organisasi kurikulum.
b. Pengelolaan dan ketenagaan.
c. Pengelolaan sarana dan prasarana.
d. Pengelolaan pembiayaan.
e. Pengelolaan media pendidikan.
f. Pengelolaan hubungan dengan masyarakat, yang
manajemen keterlaksanaan proses pembelajaran yang relevan,
efektif dan efisien yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Kemudian jika dilihat secara lebih khusus tujuan dari pelaksanaan
manajemen pendidikan adalah terciptanya sistem pengelolaan yang
relevan, efektif dan efisien yang dapat dilaksanakan dengan mencapai
sasaran dengan suatu pola struktur organisasi pembagian tugas dan
tanggung jawab yang jelas antara pemimpin program, tenaga pelatih
sebagai fasilitator, tenaga perpustakaan, tenaga teknis lainnya, tenaga tata
usaha dan tenaga pembina. Selain itu manajemen pendidikan bertujuan
untuk memperlancar pengelolaan program pendidikan dan keterlaksanaan
proses pembelajaran berdasarkan pendekatan cara belajar siswa aktif
(Hamalik, 2007: 80).
b. Fungsi Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan
proses pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran.
Dalam hubungan ini, terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan,
yaitu:
a. Fungsi Perencanaan, mencakup berbagai kegiatan menentukan
kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi
program pendidikan dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu
dilakukan kegiatan penyusunan rencana, yang menjangkau ke depan
untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi kebutuhan di kemudian
hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun program
yang meliputi pendekatan, jenis dan urutan kegiatan, menetapkan
rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses
kerja.
b. Fungsi Organisasi, meliputi pengelolaan ketenagaan, sarana dan
prasarana, distribusi tugas dan tanggung jawab, dalam pengelolaan
secara integral. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan, seperti:
mengidentifikasi jenis dan tugas tanggungjawab dan wewenang,
merumuskan aturan hubungan kerja.
c. Fungsi Koordinasi, yang berupaya menstabilisasi antara berbagai
tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk menjamin
pelaksanaan dan berhasil program pendidikan.
d. Fungi Motivasi, yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi
proses dan keberhasilan program pelatihan. Hal ini diperlukan
sehubungan dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab
serta kewenangan, sehingga terjadi peningkatan kegiatan personal,
yang pada gilirannya diharapkan meningkatkan keberhasilan
program.
e. Fungsi Kontrol, yang berupaya melakukan pengawasan, penilaian,
monitoring, perbaikan terhadap kelemahan dalam sistem
manajemen pendidikan tersebut (Hamalik, 2007: 81).
Berdasarkan kelima fungsi manajemen pendidikan diatas, salah satu
fungsi utama yang berperan penting dalam penelitian ini adalah fungsi
perencanaan. Yang mana fungsi perencanaan berperan dalam kegiatan
menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan
isi program pendidikan dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu
dilakukan kegiatan penyusunan rencana, yang menjangkau ke depan untuk
memperbaiki keadaan dan memenuhi kebutuhan di kemudian hari,
menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun program yang
meliputi pendekatan, jenis dan urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya
yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses kerja.
1.2.2 Manajemen Strategi pendidikan
Manajemen strategi adalah proses formulasi dan implementasi
rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal vital dan
berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen
strategik digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan
pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
Manajemen strategi pendidikan adalah suatu proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang mendasar mulai dari kegiatan analisis
strategi, formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi
dalam keseluruhan proses yang terdapat di lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidik secara efektif dan efisien (Mutohar dan
Madsuki, 2019).
1.3 Perencanaan Kepala Sekolah
Perencanaan adalah langkah awal merumuskan strategi, dengan
mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi untuk meramalkan
kesuksesan di masa mendatang. Perencanaan pada dasarnya dipahami sebagai
pintu masuk bagi setiap organisasi untuk menganalisis berbagai kekuatan,
kelemahan, ancaman dan peluang yang dapat mempengaruhi organisasi dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Usman dalam Sormin (2017), perencanaan pada hakikatnya
adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan)
mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan
datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan
penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan.
Menurut Siagian dalam Amalia (2018), mengatakan bahwa perencanaan
(Planning) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan
dating dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Planning,
menentukan tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan
apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu (Terry & Liesli,
2005). Sedangkan menurut Massie dalam Amalia (2018), Perencanaan ialah
proses seorang manajer akan masa depan dan menemukan alternative-alternatif
arah langka yang terbuka untuknya. Planning adalah Fungsi manajemen yang
berkenan dengan pendefinisian sasaran untuk kinerja organisasi di masa dengan
dan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumberdaya yang
dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut, (Amalia, 2018).
Adapun manfaat perencanaan menurut Ibid dalam Sormin (2017), adalah
sebagai berikut:
a. Standar pelaksanaan dan pengawasan.
b. Pemilihan berbagai alternative terbaik.
c. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
d. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
e. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan.
f. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
g. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
1.4 Mutu Sekolah
1.4.1 Pengertian Mutu Sekolah
Suatu sekolah yang berorientasi pada “mutu” dituntut untuk selalu
bergerak dinamis penuh upaya inovasi, dan mengkondisikan diri sebagai
lembaga atau organisasi pembelajar yang selalu memperhatikan tuntutan
kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Untuk itu sekolah dituntut
untuk selalu berusaha menyempurnakan desain atau standar proses dan hasil
pendidikan agar dapat menghasilkan “lulusan” yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat.
Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu adalah suatu benda,
kadar, taraf atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya
(Depdiknas 2001: 768). Secara umum mutu atau kualitas adalah gambaran
dan gambaran menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan atau tersirat
(Depdiknas 2002: 7).
Menurut Koswara dan Triatna (2010) dalam buku Manajemen
Pendidikan, pengertian mutu memiliki variasi entri yang di definisikan oleh
masing-masing orang atau pihak. Produsen (penyedia barang/jasa) atau
konsumen (pengguna/pemakai barang/ jasa) akan memiliki definisi yang
berbeda mengenai mutu barang /jasa. Perbedaan ini mengacu pada orientasi
masing-masing pihak mengenai barang / jasa yang menjadi objeknya. Satu
kata yang menjadi benang merah dalam konsep mutu baik menurut konsumen
atau produsen adalah kepuasan. Barang atau jasa yang dikatakan bermutu
adalah yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun
produsen.
Menurut Juran (1993), mutu produk isinya kecocokan fungsi produk
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna
produk tersebut berdasarkan lima ciri utama (1) teknologi: yaitu kekuatan: (2)
psikologis, yaitu rasa atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan, (4) kontraktual,
yaitu ada jaminan: (5) etika, yaitu sopan santun (Juran, 1993). Menurut
Crosby (1979: 58) jaminan kesesuaian dengan persyaratan (kesesuaian dengan
persyaratan), yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu
produk yang memiliki mutu tersebut sesuai dengan standar atau kriteria mutu
yang telah ditentukan, standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi, dan
produk jadi (Crosby, 1979: 58)
Menurut Deming (1982: 176) mutu yang ditentukan kesesuaian
dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu artinya
perusahaan yang menguasai pasar karena hasil produksinya sesuai dengan
kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan konsumen. Jika
konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk
perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
Menurut Feigenbaum (1986: 7) mutu adalah kepuasan pelanggan (full
customer satisfaction). Suatu produk yang dihasilkan bermutu persetujuan
dapat memenuhi kepuasan konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen
atas produk yang dihasilkan. Garvi dan Davis (1994) menyatakan bahwa
berita selalu berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diartikan bahwa mutu sama
dengan memiliki kualitas. Jadi pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan
pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan
kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Mutu di bidang pendidikan
termasuk mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan
dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu bersama
mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, dan Menyenangkan).
1.4.2 Ciri-ciri Mutu Pendidikan
Menurut Shaleh (2004: 246), ciri -ciri pendidikan yang bermutu ialah;
a. Input, yang fokus terhadap 1) Kebijakan mutu dan harapan, 2) Sumber
daya atau kesediaan masyarakat, 3) Berorientasi siswa, 4) Manajemen
berupa pembagian tugas, perencanaan, dan kendali mutu.
b. Proses, yang fokus terhadap; 1) Pembelajaran berorientasi kepada 4 hal
seperti belajar mengetahui, belajar mengerjakan, belajar menjadi, dan
belajar hidup bersama. 2) Kepemimpinan yang kuat/demokratis fokus
kepada kemampuan manusia manajerial, kemampuan memobilisasi, dan
memiliki otonomi luas. 3) Lingkungan yang aman, nyaman dan
manusiawi. 4) Pengelolaan tenaga yang efektif berupa perencanaan,
pengembangan, penilaian, dan imbal jasa. 5) Memiliki budaya mutu
berupa kerja sama, merasa memiliki, mau berubah, mau meningkatkan diri
dan terbuka. 6) Tim kerja yang kompak, cerdas, dinamis. 7) Partisipasi
masyarakat tinggi. dan 8) Memiliki Akuntabilitas, laporan prestasi, serta
respon atau tanggapan masyarakat.
c. Output yang terbagi menjadi beberapa bagian berupa, 1) Prestasi
Akademik seperti NEM, STTB, Taraf serap, Lomba karya ilmiah, dan
lomba keagamaan. 2) Prestasi Non Akademis berupa olahraga,
kerapian/keterlibatan, kepramukaan, kebersihan, toleransi, ketulusan,
kesenian, disiplin, kerajinan, solidaritas, dan silaturahmi.
1.4.3 Karakteristik Mutu Pendidikan
Usman (2006 411) mengemukakan 13 (tiga belas) karakteristik yang
dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu:
a. Kinerja (performance) yang berkaitan dengan aspek fungsional sekolah
termasuk: kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan
penjelasan, sehat dan rajin mengajar, dan mempersiapkan bahan pelajaran,
pelayanan administrasi dan edukatif sekolah baik dengan kinerja yang baik
setelah menjadi sekolah favorit.
b. Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar termasuk
memulai dan pelajaran yang tepat waktu, waktu ulangan tepat.
c. Handal (Reliability) usia masa bertahan lama. Meliputi pelayanan prima
yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah
tetap bertahan dan cenderung bertahan dari tahun ke tahun.
d. Daya tahan (durability) yakni tahan banting misalnya meskipun krisis
moneter, sekolah masih tetap bertahan.
e. Indah (aesthetic) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik,
guru membuat media-media pendidikan yang menarik.
f. Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menjunjung tinggi nilai
moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati,
demokrasi, dan menghargai profesionalisme.
g. Mudah penggunaannya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai.
Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku
perpustakaan mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.
h. Bentuk khusus (feature) yakni keunggulan tertentu misalnya sekolah
unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
i. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifikasi) yakni
memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah telah memenuhi standar
pelayanan minimal.
j. Konsistensi (consistency) yakni keajekan, konstan dan stabil, misalnya
mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah
konsisten dengan perkataanya.
k. Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya
sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dalam
berpakaian sopan.
l. Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan
prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang
masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas.
m. Ketepatan (accuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah
mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan
sekolah
1.4.4 Konsep Peningkatan Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan adalah perihal yang dilaksanakan atau tidaknya
tujuan pendidikan nasional seperti yang foto di dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, mutu pendidikan dapat
dikatakan terjamin pengawasan memenuhi Standar Pendidikan yang telah
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan ada 8 indikator pendidikan,
dibawah ini tentang alur Standar Pendidikan Nasional.
Gambar 2.3: Alur standar pendidikan nasional
Adapun indikator-indikator peningkatan mutu pendidikan menurut
Kemendikbud (2017) mencakup delapan Standar Nasional Pendidikan dengan
uraian sebagai berikut;
1. Standar Kompetensi Kelulusan
b. Lulusan memiliki Kompetensi pada dimensi sikap
c. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan
d. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan
2. Standar isi
a. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi kelulusan
b. Kurikulum tingkat satuan pendidikan di kembangkan sesuai
prosedur
c. Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai Ketentuan
3. Standar Proses
a. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan
b. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat
c. Pengawasan dan produksi yang dilakukan dalam proses
pembelajaran
4. Standar Penilaian
a. Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi
b. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel
c. Penilaian pendidikan ditindak lanjuti
d. Instrument penilaian menyesuaikan aspek
e. Penilaian dilakukan mengikuti prosedur
5. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
a. Ketersediaan dan kompetensi guru sesuai ketentuan
b. Ketersediaan dan kompetensi kepala sekolah sesuai ketentuan
c. Ketersediaan dan kompetensi tenaga administrasi sesuai ketentuan
d. Ketersediaan dan kompetensi laporan sesuai ketentuan
e. Ketersediaan dan kompetensi pustakawan sesuai dengan ketentuan
6. Standar sarana dan prasarana
a. Kapasitas daya tampung sekolah memadai
b. Sekolah memiliki sarana dari prasarana pembelajaran yang lengkap
dan layak
c. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap
dan layak
7. Standar pengelolaan
a. Sekolah melakukan perencanaan pengelolaan
b. Program yang dilaksanakan sesuai ketentuan
c. Kepala sekolah berkinerja baik dalam melaksanakan tugas
kepemimpinan Sekolah berdasarkan sistem informasi manajemen
8. Standar pembiayaan
a. Sekolah memberikan layanan subsidi silang
b. Beban operasional sekolah sesuai ketentuan
c. Sekolah yang melakukan pengelolaan dana dengan baik
Kedelapan standar pendidikan tersebut harus dapat terpenuhi di setiap
sekolah karena semuanya saling terhubung satu dengan yang lain. Apabila di
sebuah sekolah indikator-indikator tersebut sudah terpenuhi dengan baik,
maka dapat dikatakan mutu pendidikan di sekolah tersebut sudah terjamin.
Namun apabila di sebuah sekolah ada salah satu dari indikator tersebut yang
belum terpenuhi dengan baik, maka dapat dikatakan mutu pendidikan di
sekolah tersebut belum terjamin.
Peningkatan mutu pendidikan tidak akan tercapai tanpa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah selaku ujung tombak untuk
memutuskan arah pendidikan yang dituju, sedangkan masyarakat dituntut
untuk ikut serta aktif dalam memajukan pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan akan berhasil jika ada integritas yang komprehensif antara Sekolah
dan Masyarakat yang saling bahu membahu dalam berbagai hal untuk
menunjang proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), misalnya; Visi dan
misi yang dijalankan dan dicapai sesuai dengan harapan seluruh warga
sekolah, rasa memiliki warga sekolah yang tinggi, lingkungan sekolah yang
aman, bersih dan tersier, jiwa ingin berprestasi yang terus bertumbuh dalam
diri setiap warga sekolah, komunikasi yang intensif antara Pihak masyarakat,
orang tua dan komite sekolah sebagai wadah untuk berpartisipasi serta
meningkatkan mutu pendidikan
1.5 Daya Saing Lembaga Pendidikan
1.5.1 Pengertian Daya Saing
Ningsih (2017) mengatakan bahwa Daya saing merupakan
kemampuan untuk berkompetisi untuk meningkatkan kualitas seseorang atau
sebuah lembaga yang melakukannya. Dalam daya saing ada beberapa hal yang
menjadi fokus utama diantaranya, keterampilan, kekuatan, pengetahuan, dan
sebagainya melalui strategi untuk meningkatkan kualitas dengan mencapai
suatu ukuran tertentu, digunakan selera atau kepuasan konsumen yang
menjadi tolak ukur atau patokannya, dan sesuai yang di syaratkan sehingga
dapat menarik perhatian pasar (masyarakat).
Aset utama organisasi atau lembaga salah satunya ditentukan oleh
kualitas human resources management (manajemen sumber daya manusia)
yang tumbuh di dalamnya sebagai penggerak suatu instansi. Penjelasan fungsi
manajemen sumber daya manusia meliputi fungsi manajemen dan fungsi
operatif. Barthos (2012:22) mengungkapkan fungsi operatif mencakup
development (pengembangan), integration (integrasi), maintenance
(perawatan atau pemeliharaan), separation (pemisah), compensation
(kompensasi) dan procurement (pengadaan). Berbagai strategi diterapkan
dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM guna menciptakan
lembaga yang lebih berdaya saing.
Daya saing merupakan efisiensi dan efektifitas yang memiliki sasaran
yang tepat dalam menentukan arah dan hasil sasaran yang ingin dicapai yang
meliputi tujuan akhir dan proses pencapaian akhir dalam menghadapi
persaingan. Sumiharjo (2020), memberikan penjelasan tentang istilah daya
saing ini, yaitu: “kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan
kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain
dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat
bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi lebih dari yang lain atau unggul
dalam hal tertentu baik itu yang dilakukan individu, kelompok maupun sebuah
institusi”.
Menurut Sumihardjo (2008) mendefinisikan daya saing berasal dari
kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti
mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau
memiliki keunggulan tertentu. Artinya, daya saing dapat bermakna kekuatan
untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang,
kelompok atau institusi tertentu.
Sementara itu dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang
standar proses dinyatakan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan
hasil lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud
dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tersebut, diperjelas oleh
Sumihardjo meliputi: (1) kemampuan memperkokoh posisi pasarnya, (2)
kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan
meningkatkan kinerja tanpa henti, dan (4) kemampuan menegakkan posisi
yang menguntungkan (Amirudin, 2019).
Daya saing diidentikkan dengan keunggulan. Ini karena suatu
perusahaan atau organisasi yang mampu bersaing bahkan mampu
memenangkan persaingan karena memang mereka memiliki keunggulan.
Daya saing juga diidentikkan dengan produktivitas sumber daya manusia
suatu (SDM) perusahaan. SDM perusahaan yang produktif dapat
menghasilkan tingkat output perusahaan yang diharapkan sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dan kebutuhan pelanggan. Setidaknya ada
empat kemampuan yang terdapat dalam daya saing. Pertama, kemampuan
memperkokoh posisi pasar. Kedua, kemampuan menghubungkan dengan
lingkungan. Ketiga, kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti. Keempat,
kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan (Wiyani, 2018).
Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan diatas, dapat penulis
tarik kesimpulan bahwa pengertian daya saing adalah kemampuan untuk
berkompetisi dengan mengasah keterampilan, meningkatkan kekuatan, dan
menambah pengetahuan sehingga dapat lebih unggul daripada pesaingnya
1.5.2 Tujuan Daya Saing
Menurut Wiyani (2018), terdapat beberapa macam tujuan daya saing;
yang pertama untuk menghasilkan keunggulan kompetitif pada lembaga
pendidikan. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam tindakan kompetitif oleh
lembaga antara lain; (1) Lembaga harus memiliki keunggulan khas yang
belum dimiliki oleh pesaing. (2) Tidak sekedar menyelenggarakan layanan,
tetapi mulailah menjual kepercayaan kepada masyarakat. (3) Ada jaminan
bahwa masyarakat telah dilayani dengan baik. (4) Lembaga melakukan
pemutakhiran data, program dan strategi. (5) Tetapkan biaya layanan yang
sesuai dengan apa yang didapatkan oleh masyarakat. (6) Pelajari kondisi
masyarakat sebagai pelanggan dan pelajari pula kekuatan serta kelemahan
pesaing.
Kedua untuk meningkatkan loyalitas masyarakat sebagai pelanggan
(customer) lembaga. Kepercayaan menjadi sebuah kunci dimana sebuah
lembaga pendidikan akan menyelenggarakan sebuah proses pembelajaran.
Jasa layanan pendidikan ini harus sesuai dengan apa yang di inginkan dan
dibutuhkan masyarakat. Untuk memperoleh kepercayaan tersebut bukanlah
hal yang mudah yang hanya bisa lewat kata-kata mutiara atau motivasi saja.
Tetapi harus dengan bukti nyata yang bisa dilihat dan dirasakan. Ketahuilah
bahwa masyarakat tidak sekedar ingin anaknya dididik, tetapi juga memiliki
minat, kesenangan, dan kepuasan ketika menyekolahkan anaknya. Misalnya
ada kebanggaan dan gengsi tersendiri pada diri wali murid ketika bisa
menyekolahkan anak-anaknya di lembaga yang bagus.
Ketiga untuk meningkatkan kualitas mutu lembaga pendidikan. Tidak
diragukan bahwa mutu adalah sebuah hal yang mutlak dimiliki oleh lembaga
pendidikan agar mampu menghasilkan output lulusan yang unggul dan
mendapat kepercayaan dari para stakeholder pendidikan.
Dari ketiga tujuan yang sudah dijelaskan diatas, dapat penulis tarik
kesimpulan bahwa tujuan daya sari daya saing itu sendiri adalah untuk
menghasilkan keunggulan kompetitif terhadap suatu lembaga, meningkatkan
loyalitas masyarakat sebagai pelanggan, dan untuk meningkatkan kualitas
mutu pendidikan.
1.6 Penelitian yang Relevan
Sejauh yang peneliti ketahui bahwa, belum ada penelitian yang benar-
benar relevan dalam membahas permasalahan tersebut. Banyak penelitian yang
hampir menyerupai terkait tentang mutu dan daya saing.
Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiyatiningsih
(2017) di MIS Miftahul Huda Sukolilo Jabung Kabupaten Malang tentang
Peningkatan mutu pendidikan dalam meningkatkan daya saing. Tulisan ini lebih
menitikberatkan terdahap mutu pendidikan yang berfungsi untuk meningkatkan
daya saing sekolah dengan menggunakan metode kualitatif dengan deskripsi
analisis (narasi) artinya penulis melihat mutu pendidikan yang ada di MIS
Miftahul Huda yang berfungsi untuk meningkatkan daya saing sekolah. Hasil
penelitian tersebut berupa, peningkatan mutu pendidikan dalam meningkatkan
daya saing harus sesuai dengan konsep visi, misi dan tujuan, kualitas
pembelajaran sesuai dengan kurikulum nasional, peserta didik yang berprestasi
baik di bidang akademik maupun non akademik, adanya program unggulan
metode An-Nashr dalam memahami Al- Qur’an, peningkatan sarana dan
prasarana dengan partisipasi stakeholder, pelaksanaan strategi peningkatan mutu
dengan 14 langkah menurut Crosby, dan implikasi peningkatan mutu pendidikan
berupa kepuasan pelanggan, iklim yang kondusif, menyenangkan, tertib, dan
kualitas lulusan yang sesuai dengan harapan masyarakat.
Penelitian kedua berasal dari Maria (2020) terkait dengan Strategi kepala
sekolah dalam pengembangan daya saing lembaga pendidikan di SDIT
Muhammadiyah Cipete Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Di dalam
penelitian tersebut peneliti berfokus strategi kepala sekolah dalam pengembangan
daya saing lembaga pendidikan dengan menggunakan metode kualitatif yang
fokus terhadap fenomenologi untuk menelaah dan mendeskripsikan strategi
kepala sekolah dalam mengembangkan daya saing lembaga di SDIT
Muhammadiyah Cipete. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa strategi
kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah Cipete dalam pengembangan daya saing
lembaga pendidikan ialah dengan cara menggunakan enterprise strategi. Hal itu
dikarenakan strategi tersebut berhubungan secara langsung dengan respon
masyarakat sehingga dapat benar-benar melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik agar lembaga tersebut dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap
masyarakat dan menjawab tantangan serta kebutuhannya.
Sedangkan penelitian ketiga yang dilakukan oleh Sormin (2017) yang
membahas tentang Manajemen Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan SMP Muhammadiyah 29 Padang Sidempuan. Penelitian ini fokus
terhadap perencanaan dan pelaksanaan kepala sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di SMP Muhammadiyah 29 Padang Sidempuan. Penelitian
tersebut menggunakan metode kualitatif dalam bentuk wawancara, observasi, dan
dokumentasi sebagai pengumpul data yang dibutuhkan. Hasil yang diperoleh
ialah, kepala sekolah mengadakan rapat untuk merencanakan program tahunan.
Dalam meningkatkan kualitas sekolah, kegiatan yang dilakukan oleh kepala
sekolah berupa pengajian, muhadarah yang dipresentasikan ustadz, amalan shalat,
kemudian membiasakan siswa untuk dekat dengan Al- Qur’an dengan melakukan
kegiatan satu hari ayat yang di setorkan secara bergilir dan dibaca setiap apel pagi.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kepuasan pelanggan yang sesuai
dengan harapan masyarakat. Pendidikan yang bermutu tentunya memiliki visi,
misi, tujuan, program yang baik, efektifitas, produktifitas, akuntabilitas,
kurikulum yang terarah, fasilitas belajar yang memadai yang merupakan sarana
untuk dijadikan sebagai modal dalam bersaing. Daya saing tersebut tentunya
benar-benar memberikan dampak bagi sekolah itu sendiri diantaranya dalam segi
pelayanan yang baik terhadap masyarakat khususnya di sekolah swasta
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini ialah sama-sama
memiliki tujuan untuk meningkatkan daya saing sekolah dengan faktor yang
berbeda. pada penelitian pertama yang dituliskan oleh Wiyatiningsih (2017)
menempatkan mutu pendidikan yang disediakan sebagai variabel bebas yang
mempengaruhi daya saing sekolah. Sedangkan pada penelitian kedua yang
disebutkan oleh Maria (2020) lebih menempatkan pelayanan dan sarana prasarana
fasilitas pendidikan serta visi dan misi sekolah yang dijadikan sebagai variabel
bebas untuk meningkatkan daya saing lembaga. Sedangkan ada penelitian terakhir
yang dituliskan oleh Sarmin (2017) lebih menitikberatkan kepada program
unggulan sekolah sebagai faktor peningkat kualitas sekolah dengan cara dilakukan
kegiatan oleh kepala sekolah berupa pengajian, muhadarah yang dipresentasikan
ustadz, amalan shalat, kemudian membiasakan siswa untuk dekat dengan Al-
Qur’an dengan melakukan kegiatan satu hari ayat yang di setorkan secara bergilir
dan dibaca setiap apel pagi. Hasil dari ketiga penelitian tersebut sama-sama dapat
meningkatkan daya saing sekolah.
Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu yang telah dilakukan
sebelumnya dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti terletak pada
tujuan penelitian, yaitu untuk melihat manajemen strategi pendidikan khususnya
pada perencanaan yang digunakan oleh kepala sekolah dasar Adhyaksa dalam
meningkatkan mutu dan daya saing sekolah dasar Adhyaksa I Jambi. Dimana
pada penelitian ini perencanaan kepala sekolah sebagai variabel bebas yang
diduga dapat mempengaruhi mutu dan daya saing di Sekolah Dasar Adhyaksa I
Jambi.