bab ii kerangka teoritis dan kerangka berfikir a ...repository.unj.ac.id/2534/6/bab ii.pdf · 18...
TRANSCRIPT
15
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah mempunyai arti
perantara atau pengantar. Penggunaan media pembelajaran
adalah sarana pengantar informasi membawa pesan-pesan yang
bertujuan pengajaran (Heinich, 1996). Sedangkan pendapat lain
mengemukakan media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat pakai untuk tujuan pendidikan,melalui alat-alat
semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk
pendidikan, maka merupakan media pembelajaran (Sanjaya,
2011). Artinya proses pembelajaran didalam kelas guru
memerlukan media pembelajaran sebagai alat bantu peserta didik
agar merasakan pengalaman atau gambaran yang sedang
dipelajari.
Secara khusus kata media pembelajaran dapat dipahami
sebagai alat komunikasi yang digunakan membawa informasi
untuk diberikan kepada penerima. Proses pemberian informasi
yang dikaitkan dengan pembelajaran, maka media dapat diartikan
16
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses
pembelajaran antara guru sebagai pemberi informasi materi ajar
kepada peserta didik sebagai penerima informasi melalui media
informasi yang dapat digunakan seperti film, video atau photo-
photo, sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun media tidak sebatas
alat dan bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan
peserta didik dapat memperoleh pengetahuan
b. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran mempunyai beberapa jenis yang
dapat di gunakan dalam proses pembelajaran. Jenis media
pembelajaran dapat digunakan untuk mendukung aktivitas
pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Media
pembelajaran agar mudah memilih dan digunakan maka dibuat
klasifikasi media pembelajaran dalam beberapa jenis media
pembelajaran.
Media Pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 7 yaitu:
1) media Visual menyampaikan pesan kedalam bentuk-bentuk
visual (Penglihatan). Jenis media visual antara lain berupa
gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta,
papan pianet dan papan buletin, 2) media audio media
menyampaikan pesan pada lambang-lambang audiotif
17
(pendengaran). Jenis media audi antara lain radio dan alat
perekam, (3) media Proyeksi diam antara lain adalah film bingkai,
OHP, opaque projektor, mikrofis, 4) media Proyeksi Gerak dan, 5)
audiovisual jenis dari media ini antara lain film gerak, film gelang,
program TV, dan video, 6) multimedia merupakan kombinasi yang
terdiri atas teks,seni grafis,bunyi, animasi, dan video yang diterima
oleh pengguna melalui komputer, jenis multimedia antara lain
aplikasi-aplikasi yang terdapat pada komputer seperti rancangan
grafis dan animasi, 7) benda, benda benda yang berada dialam
sekitar dapat juga digunakan sebagai media pembelajaran, baik itu
benda asli maupun benda tiruan (Saifuddin, 2014).
Disamping itu terdapat jenis media pembelajaran
berdasarkan teknik pemakaiannya, dapat dibagi kedalam:
1) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip,
transparansi dll. Tanpa dukungan alat proyeksi maka media
semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar,foto, lukisan,
radio, dan lain sebagainya (Sanjaya, 2011).
c. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan
media pada setiap kegiatan pembelajaran adalah bahwa media
18
digunakan dan diarahkan untuk mempermudah peserta didik
belajar dalam memahami materi pelajaran (Sanjaya, 2011). Prinsip
penggunaan media pembelajaran untuk pembelajaran harus
dibuat dan dikembangkan agar peserta didik paham dan mengerti
terhadap materi yang diberikan didalam media pembelajaran.
Setiap media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing
(Saifuddin, 2014). Prinsip penggunaan media pembelajaran harus
digunakan karena media yang telah dibuat jangan sampai menjadi
penghambat dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Media pembelajaran agar tidak menjadi penghambat saat
digunakan untuk proses pembelajaran peserta didik ada sejumlah
prinsip penggunaan yang harus diperhatikan diantaranya: 1) media
yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk
mempermudah belajar, 2) media yang akan digunakan harus
sesuai dengan materi pembelajaran, 3) media pembelajaran harus
sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi peserta didik, 4)
media pembelajaran harus sesuai dengan efektivitas dan efisen, 5)
media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru
dalam mengoprasikannya (Sanjaya, 2011). Penggunakan prinsip
– prinsip dalam media pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik diharapkan mampu meningkatkan pemahaman
informasi selama proses pembelajaran berlangsung.
19
d. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran mempunyai manfaat dalam
membantu proses pembelajaran antara guru dengan peserta didik.
Penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal selain
dapat menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi, juga
gairah peserta didik dalam menangkap pesan akan semakin
kurang, karena kurangnya dalam menghayati pesan yang
disampaikan, untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan fisik
maupun psikis (Sanjaya, 2011). Ada empat manfaat media
pembelajaran yang disampaikan oleh Kemp & Dayton (1)
memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3)
Memberi intruksi (Kemp & Dauton, 1985). Pengembangan media
dengan kata lain perlu dilakukan agar peserta didik mengurangi
persepsi yang salah, juga bergairah dalam menangkap pesan
yang disampaikan guru saat proses pembelajaran, dengan
terlibatnya fisik maupun psikis peserta didik dalam memahami
sesuatu.
Berbagai kondisi media dapat dimanfaatkan untuk: 1).
menampilkan objek yang terlalu besar untuk dibawa kedalam
kelas, 2) memperbesar serta memperjelas objek yang terlalu kecil
yang sulit dilihat oleh mata telanjang, seperti sel-sel, bakteri. dll, 3)
mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat sehingga
20
dapat terlihat dalam waktu cepat, 4) memperlambat proses
gerakan yang terlalu cepat, (5) memperjelas bunyian-bunyian yang
sangat lemah sehingga dapat ditangkap oleh telinga (Saifuddin,
2014)
2. Media Audio Visual
a. Pengertian Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang mengandung unsur
suara dan juga mengandung unsur gambar (Sanjaya, 2011).
Media audio visual merupakan media yang dihasilkan melalui
teknologi audio visual berupa mesin-mesin mekanis dan elektronik
(Arsyad, 2007). Gabungan antara dua jenis yakni media audio dan
media visual yang bila digabungkan bernama media audio visual.
Media audio visual sebagai media perantara dalam menyampaikan
materi pembelajaran melalui pendengaran dan pandangan yang
dihasilkan oleh teknologi audio visual sehingga dapat membuat
peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan,
atau sikap.
b. Media Audio Visual Dalam Media Pembelajaran
Media pembelajaran audio visual adalah memproduksi dan
mengunakan materi yang mengarah pada penyerapan pandangan
dan pendengaran yang tidak menggantungkan pada kata atau
21
simbol (Arsyad, 2007). Media pembelajaran audio visual
dikembangkan dengan maksud membantu guru dalam melakukan
proses pembelajaran kepada peserta didik, melalui jenis media
audio visual berupa media audio visual gerak yaitu film suara, pita
video, film tv. dan media audio visual diam yaitu film rangkai
suara, film bingkai suara (Sanjaya, 2011). Peneliti menyimpulkan
bahwa penggunaan media audio visual dapat digunakan melalui
peralatan dan elektronik yang menghasilkan pesan audio visual
dalam pembelajaran, guru dibantu untuk bisa menyampaikan
materi dengan fokus dan menarik kepada peserta didik melalui
pandangan dan pendengaran yang tidak menggantungkan kata
atau simbol.
Penggunaan media pembelajaran audio visual dapat
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling didalam kelas
diantaranya sebagai: 1) media pengantar, melakukan apersepsi
terlebih dahulu untuk memasuki topik atau tema yang akan
dibahas melalui film yang berdurasi pendek, 2) media penengah-
rangkuman, digunakan guru bimbingan dan konseling untuk
memberikan rangkuman atau penutup yang telah dibahas, melalui
film berdurasi pendek, 3) media pesan dan sumber, guru
bimbingan dan konseling menggunakan media audio visual
sebagai bahan atau sumber yang dibahas dan didalami bersama.
22
Film yang digunakan berdurasi lama, 4) media hiburan, digunakan
oleh guru bimbingan dan konseling untuk melepas kepenatan dan
sebagai hiburan saat proses pembelajaran terasa bosan oleh
peserta didik. film yang digunakan berdurasi pendek (Warwanto,
NA Purnomo, Sudaryono, & Pr, 2013).
c. Kriteria Kelayakan pegembangan media Video
Penggunaan media pembelajaran audio visual atau yang
disebut media video sebagai pendukung proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling mempunyai
potensi tinggi dalam menarik minat dan perhatian peserta didik.
Terbukti media video memiliki kemampuan yang efektif dengan
persentese sebesar 70% mampu menyampaikan informasi,
hiburan dan pendidikan dalam mencapai kompetensi
pembelajaran (Warsita, 2008). Pembuatan media video sebagai
media pembelajaran perlu meiliki kriteria agar dapat mendapatkan
hasil pembelajaran yang baik (Sanjaya, 2011).
Kriteria akan membawa Pembuatan dan pengembangan
media pembelajaran audio visual berupa media video efektif dan
semakin mencapai tujuan yang di inginkan. Adapun kriteria dalam
pembuatan media pembelajaran video sebagai berikut: 1) tipe
materi, media video tepat digunakan pada materi yang bersifat
23
menjelaskan suatu proses tertentu. Alur demonstrasi, konsep atau
menggambarkan seuatu. (2). Durasi waktu, media video
mempunyai durasi yang lebih singkat 20-40 menit dibandingkan
film yang berdurasi sekitar 2-3.5 jam. Menyadari bahwa
kemampuan daya ingat dan konsentrasi manusia yang terbatas
antara 15-20 menit. Media video menjadi lebih unggul
dibandingkan dengan media film,
3) format sajian video. Penyajian yang mengutamakan
kejelasan dan penguasaan materi, untuk itu format video yang
tepat untuk pembelajaran diantaranya naratif, wawancara,
presenter, format gabungan, 4) ketentuan teknis. Penggunaan
media video pada proses pembelajaran menekankan pada
kejelasan pesan, sehingga sajian-sajian yang ditampilkan harus
komunikatif, perlu adanya dukungan teknis, berupa editting.
Adanya editting pembuatan video dilakukan secara proporsional
dan tepat, tidak terlalu cepat ataupun lambat. (5). Penggunaan
Musik dan Sound Effect, Penggunaan musik memiliki beberapa
ketentuan dalam media pembelajaran. Musik yang menjadi
pengiring suara sebaiknya dengan itentitas suara yang lemah,
sehingga tidak mengganggu sajian visual dan narrator. musik yang
digunakan sebagai background. Sebaiknya musik instrumen,
hindari musik yang dengan lagu yang populer dikalangan peserta
24
didik, penggunaan sound effect melengkapi sajian visual dan
menambah kesan lebih baik (Riyana, 2007)
3. VideoScribe
a. Pengertian Videoscribe
Videoscribe merupakan nama lain dari whiteboard
animation (animasi papan tulis). Whiteboard animation video
dikenal dengan banyak nama, seperti sketch video, doodle
VideoScribe, atau explainer video. Meskipun begitu orang lebih
nyaman menyebutkan whiteboard animation (animasi papan tulis)
(Octavianingrum, 2016). Videoscribe dapat digunakan untuk
menggambar sebuah skrip atau narasi yang kemudian direkam
serta di edit pekerjaan yang dilakukan dari awal sampai akhir
(Yusup, Aini, & Pertiwi , 2016).
VideoScribe adalah media yang dapat digunakan dalam
membuat media pembelajaran berupa design animasi berlatar
putih dengan sangat mudah dan menarik. Hal tersebut diperkuat
oleh Elizabeth bahwa aplikasi VideoScribe sebagai media
pembelajaran yang lebih menarik (Tjahjadarmawan, 2017).
VideoScribe merupakan sebuah aplikasi yang dirilis pada
tahun 2012 oleh perusahaan Sparkol yang berlokasi di Inggris,
aplikasi yang dapat digunakan pengguna dalam mendesain
melalui simbol-simbol yang ada di whiteboard animation. video
25
animasi dengan memadukan simbol-simbol, gambar, suara, dan
desain yang dibuat menarik agar mampu menyajikan konten
pembelajaran dengan mempersingkat konsep yang awalnya
panjang menjadi ringkas simbol-simbol gambar yang langsung
mengarahkan inti yang ingin disampaikan dengan menggunakan
sedikit kata-kata atau teks (Minarni, 2012). Sehingga peserta didik
mampu menikmati proses pembelajan.muncul rasa ketertarikan
dan antusias bagi individu yang melihatnya.
Berdasarkan pemahaman diatas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa VideoScribe merupakan software media
audio visual yang dibuat melalui simbol-simbol, gambar, dan suara
yang kegunaannya bisa dipakai untuk berbagai amcam materi
pelajaran.
b. Kelebihan Videoscribe
Videoscribe sebagai media pembelajaran mempunyai
kelebihan yaitu pengguna memiliki kemudahan dalam
menggunakan aplikasi tersebut. videoscribe mempunyai kelebihan
pada fitur-fitur yang berada di dalam aplikasi videoscribe sangat
beragam sehingga pengguna dapat berkreasi dan kreatif dalam
membuat desain animasi, grafis, maupun gambar yang sesuai
dengan kebutuhan, sehingga mampu menjadi media pembelajaran
yang dapat disesuaikan dengan mata pelajaran yang diinginkan.
26
Video pembelajaran videoscribe menerapkan konsep 5MT (5
minute). Konsep 5M digunakan untuk mempersingkat media
pembelajaran dalam menampilkan informasi agar tidak bosan jika
melihat video pembelajaran tidak terlalu lama (Yusup, Aini, &
Pertiwi , 2016).
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan aplikasi
VideoScribe menuntut penggunanya untuk menciptakan video
pembelajaran sesuai keinginan pengguna dengan kreatifitas dan
ide-ide tersendiri melalui cara menyusun gambar dan teks serta
suara, pengunaan media videoscribe sebagai media pembelajaran
pada layanan bimbingan klasikal dapat memudahkan guru
bimbingan dan konseling memberikan pemahaman dari proses
pemberian layanan tersebut, serta dapat menimbulkan antusias
peserta didik dalam menyimak pemberian layanan bimbingan
klasikal tersebut
c. Kelemahan Videoscribe
Media pembelajaran VideoScribe memiliki kelemahan bagi
pengguna karena penggunaan VideoScribe dilakukan secara
online, tidak bisa dilakukan secara ofline. Pengguna juga harus
membayar untuk membeli software dalam versi pro seharga Rp
75.000,00. Sebagai media pembelajaran perlu menekankan
pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi,
27
karena videsricribe bersifat satu arah, komunikasi satu arah harus
seimbang dengan pencarian bentuk pengukuran yang lain.
Seringkali pengguna tidak dapat mengatur durasi musik atau latar
suara yang berada di aplikasi produk pengguna, jadi para
pengguna harus mengedit kembali hasil produk VideoScribe
dengan menggunakan aplikasi perangkat lain untuk mendapatkan
durasi latar suara yang diinginkan.
4. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Nana Sudjana berpendapat mengenai prestasi belajar
yaitu hasil penilaian pada bidang pengetahuan keterampilan dan
sikap sebagai hasil belajar dinyatakan dalam bentuk nilai
(Sudjana, 2000). Sementara pengertian prestasi belajar Menurut
Muhibbin Syah prestasi Belajar adalah tingkat pencapaian
keberhasilan peserta didik yang ditetapkan dalam program (Syah,
2015). Prestasi belajar merupakan interaksi dari beberapa faktor
yang saling mempengaruhi baik dari dalam diri individu maupun
dari luar individu yang bersangkutan (Hamalik, 2006). Artinya
prestasi belajar adalah tingkat pencapaian keberhasilan terhadap
suatu tujuan, dengan suatu usaha belajar yang telah dilakukan
secara o imal yang diharapkan oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran didalam kelas.
28
Peneliti merumuskan dari penjelasan yang dikemukakan
oleh beberapa ahli diatas, dapat dirumuskan prestasi Belajar
adalah Prestasi belajar di sekolah merupakan bentuk lain dari
besarnya penguasaan keberhasilan bahan pelajaran yang telah
dicapai peserta didik pada hasil belajar langsung yang diwujudkan
dalam bentuk angka didalam rapor, indeks prestasi studi, angka
kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya dijadikan hasil
belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.
b. Ciri-ciri Prestasi Belajar
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Pasal 1 ayat 1 UU RI No. 20
tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional). Jadi Peserta didik
adalah individu yang mempunyai potensi untuk
mengembangkannya melalui proses pendidikan pada jalur
pendidikan tertentu. Peserta didik yang mampu dapat
mengembangkan potensinya dengan baik dapat berprestasi di
sekolah. Prestasi belajar yang didapatkan peserta didik
merupakan hasil perubahan yang muncul pada proses
belajar.mempunyai ciri-ciri yang khas. Syah mengemukakan setiap
prilaku belajar selalu di tandai oleh ciri-ciri spesifik (Syah, 2015).
29
1) Perubahan Intensional
Perubahan terjadi berkat pengalaman atau praktek
yang dilakukandengan sengaja dan disadari. Peserta didik
menyadari terjadinya perubahan yang alami dengan
penambahan ilmu pengetahuan, kebiasaan sikap dan
pandangan tertentu. Disamping peserta didik menyadari
terhadap perubahan yang terjadi, juga diarahkan kepada
tercapainya tujuan pemakaianya
2) Perubahan positif aktif
Positif berarti perubahan yang dilakukan peserta didik
baik dan bermanfat bagi kehidupan dan sesuai dengan
harapan yang baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan aktif yang berarti peserta didik melakukan
perubahan terjadi karena adanya usaha dari diri peserta didik.
3) Perubahan Efektif-Fungsional
Perubahan proses belajar bersifat efektif, yakni
berhasil guna. Mempunyai makna perubahan tersebut
membawa pengaruh, makna, dan manfaat bagi peserta didik.
sedangkan perubahan yang ada didalam peserta didik bersifat
menetap dan apabila dibutuhkan , perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan.
30
Ciri lain peserta didik yang mempunyai prestasi belajar
yakni mendapatkan kriteria penilaian yang tinggi terhadap tingkat
penguasaan materi pembelajaran (Harahap, 1996). Peserta didik
yang mempunyai prestasi mempunyai kemampuan secara kognitif
bisa menjawab soal-soal yang diajukan oleh guru secara tertulis
ataupun lisan.. peserta didik juga mampu berhasil dalam penilaian
afektif dan psikomotor. Sobur menyatakan bahwa ciri individu
yang memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi yang tinggi
dihubungkan dengan seperangkat standar (Sobur, 2009).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Peserta didik mencapai prestasi belajar disekolah
didapatkan dari hasil interaksi faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar. Ada sedikitnya tiga faktor yang mempengaruhi tinggi
rendah prestasi belajar peserta didik yakni faktor internal, faktor
eksternal dan faktor pendekatan belajar (Syah, 2015). Berikut
penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar
1. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang
didalamnya terdapat aspek fisiologis dan aspek psikologis.
31
a. Aspek Fisiologis
Pada aspek fisiologis terdapat beberapa kondisi jasmani
dan tegangan otot yang menunjukan kesiapan peserta didik
dalam menerima pelajaran kondisi fisik yang menurun seperti
menurunnya tingkat kesehatan mata, telinga ataupun
anggota tubuh lain membuat turunnya tingkat self-esteem
dan self-confidence. Jika tidak ditangani segera tingkat
antusias peserta didik dalam belajar akan menurun dan akan
berakibat rendahnya prestasi belajar atau bisa saja gagal,
padahal kapasistas kognitif normal atau bahkan lebih dari
peserta didik lainnya (Syah, 2015)..
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis merupakan aspek yang berdasarkan
pada psikis atau jiwa individu. Ada banyak faktor yang bisa
mempengaruhi kuantitas dan kualitas peserta didik dalam
pembelajaran dalam faktor psikis, namun yang paling banyak
di bahas pada pembahasan di aspek psikologis adalah
sebagai berikut :
1) Tingkat Intelegensi
Tingkat intelegensi merupakan salah satu yang
mempengaruhi peserta didik dalam menerima proses
32
pembelajaran. Tingkat intelegensi yang tinggi dapat
memudahkan peserta didik mudah memahami pelajaran,
dan sebaliknya tingkat intelegensi yang rendah peserta
didik sukar memahami pelajaran (Syah, 2015). Intelegensi
merupakan sebagai sumber potensi belajar yang
mempunyai kemampuan memecahkan masalah berupa
pribadi, akademik, keluarga, sosial maupun ekonomi
(Sriyono & Wahyudin, 2016).
2) Sikap peserta didik
Sikap peserta didik merupakan respon awal
kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Sikap peserta didik positif
memudahkan peserta didik memahami pelajaran.
Sebaliknya sikap peserta didik yang negatif menimbulkan
kesulitan belajar (Syah, 2015). Sikap peserta didik
terhadap belajar dengan melakukan persiapan yang baik,
dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif dan mudah
menyerap pelajaran yang disampaikan ketika dalam
proses pembelajaran sehingga mempunyai prestasi belajar
tinggi. Karena tinggi rendahnya prestasi belajar ditentukan
oleh kesiapan yang dimiliki peserta didik dalam proses
pembelajaran (Mulyani, 2013).
33
3) Minat
Peserta didik yang mempunyai minat pada suatu
mata pelajaran akan lebih mudah mempelajari mata
pelajaran tertentu. Adanya minat peserta didik terhadap
mata pelajaran di sekolah sangat mempengaruhi sikap dan
prilaku, peserta didik akan berusaha memusatkan
perhatiannya terhadap mata pelajaran. Tetapi jika peserta
didik tidak mempunyai minat, maka tidak antusias
terhadap mata pelajaran, sehingga peserta didik
menampilkan sikap negatif dengan mengabaikan guru
dalam menjelaskan materi pelajaran (Syah, 2015).
Minat dalam proses belajar mengajar merupakan
salah satu faktor yang besar pengaruhnya terhadap
prestasi belajar Jadi minat terhadap sesuatu merupakan
hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal
yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Asumsi
umum menyatakan bahwa minat akan membantu
seseorang mempelajarinya (Rusmiati, 2017)
4) Bakat
Bakat yang dimiliki oleh peserta didik merupakan
kemampuan potensial dalam menerima berbagai
34
informasi,pengetahuan,dan keterampilan dengan mudah
dibandingkan peserta didik yang tidak berbakat. Bakat
dengan intelegensi itu mempunyai ciri yang serupa,
sehingga pada umumnya peserta didik yang berintelegensi
sangat cerdas biasa disebut superior, dikatakan bahwa
peserta didik merupakan peserta didik bebakat (Syah,
2015). Pemaksaan kehendak yang tidak sesuai dengan
bakatnya tentu akan berpengaruh terhadap prestasi
(Sobur, 2009).
5) Motivasi
Motivasi merupakan penggerak untuk melakukan
perbuatan yang dilakukan secara terarah dalam
mendapatkan sesuatu. Motivasi dalam perkembangannya
dibedakan menjadi dua macam pertama motivasi intrinsik
dan kedua motivasi ekstrinsik motivasi intrinsik penggerak
untuk melakukan sesuatu berdasarkan dari dalam diri.
Peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik mempunyai
dorongan melakukan kegiatan belajar, menyenangi dan
semangat dalam belajar.
Adapun motivasi ektrinsik muncul berdasarkan dari
luar peserta didik yang menggerakan untuk melakukan
kegiatan belajar karena mengharapkan hadiah atau pujian,
35
karena melaksanakan perintah orang tua ataupun guru.
(Syah, 2015). Peserta didik yang mempunyai motivasi
mengandalkan usaha dan kemampuan untuk mencapai
tujuan dan bangga dengan keberhasilan yang didapatkan
(Sriyono & Wahyudin, 2016)
2. Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik dalam
mempengaruhi prestasi belajar.seperti halnya faktor internal,
faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar juga ada
terdapat dua macam, yakni :
a. Lingkungan Sosial
Peran sosial yang ada di sekitar peserta didik seperti
halnya keluarga, guru, staf administrasi, teman sebaya dapat
mempengaruhi antusias peserta didik untuk belajar (Syah,
2015) Keluarga sebagai unit sosial terkecil sedikit banyaknya
mempengaruhi peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Keluarga peserta didik yang sosial ekonomi bawah tidak
menaruh harapan dalam hasil belajar disekolah jika
dibandingkan keluarga sosial menengah. Keluarga kelas
ekonomi menengah mengharapkan pencapaian yang tinggi
terhadap anaknya (Slavin, 2009).
36
Begitu juga sekolah tempat tinggal kedua setelah di
rumah bersama keluarga. Sekolah harus mampu melayani
peserta didik yang mengalami kesulitan, tanpa pandang
status ekonomi, karena dalam keluarga sosial ekonomi
rendah rentan terhadap penurunan motivasi, pencapaian dan
kesehatan mental anak (Slavin, 2009). Guru serta tenaga
pendidik yang dijadikan suritauladan kepada peserta didik
dengan menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik, empati
kepada peserta didik, sehingga dapat menjadi daya dorong
positif bagi kegiatan belajar peserta didik.
Selanjutnya yaitu teman sebaya peserta didik tidak
bisa dihindarkan untuk melakukan interaksi dengan
lingkungan terutama teman sebaya di sekolah. Selain
sekolah yang mempunyai aturan dan norma yang disepakati
dalam mewujudkan ketertiban. Peserta didik mempunyai
norma dan aturan tersendiri yang lebih spesifik untuk ditaati
oleh anggota kelompok masing-masing (Aunurrahman,
2015).
b. Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial merupakan fasilitas-fasilitas
yang mendukung peserta didik dalam proses belajar, yakni
37
letak gedung sekolah, tempat tinggal keluarga peserta didik
dan alat-alat belajar (Syah, 2015).
3. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai usaha
peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan
oleh guru secara efisien dan efektif dengan menggunakan
strategi-strategi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta
didik untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal (Syah,
2015). Riset tentang pendekatan belajar atau dikenal dengan
strategi belajar yang efektif masih dalam perdebatan, namun
strategi belajar terbukti senantiasa efektif tergantung pada
persoalan khusus dan pada manfaat strategi yang digunakan
(Slavin, 2009). Ada terdapat 6 strategi atau pendekatan belajar,
berikut penjelasannya.
a. Membuat catatan
Pembuatan catatan bisa efektif untuk jenis bahan
tertentu, karena membuat catatan dapat mengelola gagasan
utama kedalam pikiran. Seeorang membuat catatan yang
efektif ketika dapat memahami gagasan utama dengan kata-
kata yang, karena membuat catatan memerlukan
pemahaman yang tinggi terhadap informasi (Slavin, 2009).
38
b. Menggaris bawahi
Penggunaan srategi menggaris bawahi digunakan
secara luas bagi peserta didik dalam melakukan strategi atau
pendekatan belajar. Peserta didik dapat menggaris bawahi
informasi yang terpenting dari informasi pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Namun penggunaan pendekatan
menggaris bawahi pada umumnya sedikit mempunyai
manfaat karena peserta didik kurang bisa menentukan
kalimat yang penting dan malah menggaris bawahi terlalu
banyak, untuk menentukan menggaris bawahi memerlukan
tingkat pengolahan yang lebih tinggi (Slavin, 2009).
c. Merangkum
Merangkum melibatkan penulisan kalimat singkat yang
mewakili gagasan utama informasi yang sedang dibaca.
Salah satu cara yang efektif digunakan yakni dengan peserta
didik membaca satu alinea terlebih dahulu baru menuliskan
rangkuman (Slavin, 2009).
d. Menulis untuk belajar
Makin banyak bukti yang meminta peserta didik
menjelaskan secara tertulis isi yang dipelajari akan terbantu
memahami dan mengingatnya. Pada hasil riset menyatakan
bahwa dengan melakukan penulisan secara terfokus dalam
39
menjelaskan pelajaran melalui menulis dapat membantu
memahami isi pelajaran yang dituliskan (Slavin, 2009).
e. Membuat garis besar dan memetakan
Pembuatan garis besar menyajikan butir-butir utama
bahan pelajaran kedalam format hirarki dengan penjelasan-
penjelasan kategori yang lebih tinggi. Pemetaan peserta didik
mengidentifikasi gagasan utama dan membuat diagram yang
menghubungkannya (Slavin, 2009).
f. Metode PQ4R
Salah satu teknik yang paling terkenal untuk
membantu peserta didik memahami dan mengingat apa yang
mereka baca yakni PQ4R di dasarkan pada versi
sebelumnya SQ3R. PQ4R akronim dari Preview (lihat
sekilas), question (Tanyakan), read (baca), reflect
(renungkan), recite (ungkapan kembali) dan review (kaji
ulang). Penggunaan PQ4R peserta didik terfokus pada
pengorganisasian informasi yang bermakna dan melibatkan
mereka secara efektif (Slavin, 2009).
40
5. Bimbingan Klasikal
Layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar
bimbingan yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak
langsung dengan para peserta didik secara terjadwal, berupa kegiatan
diskusi kelas, tanya jawab, dan praktik langsung yang dapat membuat
siswa aktif dan kreatif dalam mengikuti kegiatan yang diberikan
(Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional,2007) mendefinisikan
bahwa. Sependapat pula dengan Gazda menjelaskan bahwa
bimbingan klasikal merupakan layanan bantuan bagi peserta didik
melalui kegiatan secara klasikal yang disajikan secara
sistematis(Rosidah, 2017). Menurut Makrifah (2014) bimbingan
klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling
Guru BK/konselor kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas
yang di laksanakan di dalam kelas. Pendapat diatas di dukung oleh
Andriati yang mengemukakan bahwa bimbingan klasikal adalah suatu
pelayanan dasar bimbingan yang dirancang, menurut konselor untuk
melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas secara
terjadwal (Andriati,2015).
Menurut Winkel dan Hastuti bimbingan klasikal merupakan
bimbingan yang berorientasi pada kelompok siswa dalam jumlah yang
41
cukup besar antara tiga puluh sampai empat puluh orang peserta didik
(sekelas) (Ningsih dan Widiharto, 2014). Kemudian pendapat dari
Geltner dan Clark mengemukakan bimbingan klasikal (classroom
guidance) merupakan bagian yang penting diberikan dalam kurikulum
bimbingan, yaitu sekitar 25% sampai dengan 35%(Farozin, 2012).
Layanan bimbingan klasikal merupakan cara yang paling efektif dalam
mengidentifikasi siswa yang membutuhkan perhatian ekstra. Strategi
bimbingan klasikal merupakan layanan yang berfungsi sebagai
pencegahan, pemahaman, pemeliharaan dan pengembangan sebagai
upaya yanng secara spesifik yang diarahkan pada proses yang
proaktif.
Dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan
potensinya secara optimal. Bimbingan klasikal dapat membantu
peserta didik dalam menyesuaikan diri, mengambil keputusan untuk
hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam kelompoknya, mampu
meningkatkan harga diri, konsep diri, dan mampu menerima support
dan memberikan support pada temannya. Hal tersebut sesuai dengan
tujuan dari bimbingan klasikal yang dijelaskan oleh Nurihsan dalam
Rosidah (2017) bahwa bimbingan klasikal mempunyai tujuan sebagai
berikut (a) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan
karier kehidupannya dimasa yang akan datang, (b) mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal, dan menemukan
42
konsep diri yang dimilikinya, (c) dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat dengan baik, serta
mempunyai hubungan pertemanan yang baik, dan Makrifah (2014)
layanan bimbingan klasikal memiliki tujuan untuk meluncurkan
aktivitas-aktivitas pelayanan yang mengembangakan potensi siswa
atau mencapai tugas-tugas perkembangannya sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan klasikal merupakan layanan yang diberikan oleh Guru BK
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal dan dilakukan secara kontak langsung di
dalam kelas dengan waktu yang telah terjadwal.
B. Hakekat Model ADDIE
ADDIE merupakan singkatan dari Analyze, Design, Develop,
Implement dan Evaluation. Konsep ADDIE diterapkan untuk membuat
sebuah pengembangan produk pembelajaran berbasis performa, filosofi
pendidikan untuk penerapan ADDIE adalah pembelajaran yang sengaja
berpusat pada peserta didik, inovatif, otentik dan inspirasional. Model
ADDIE dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan
produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
media dan bahan ajar (Branch, 2009).
43
Tahapan-tahapan yang terdapat dalam model pengembangan
ADDIE adalah sebagai berikut (Branch, 2009)
1. Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses menganalisis
kebutuhan dilakukan untuk menentukan target dengan membedakan
yang sudah diketahui maupun yang perlu diketahui oleh peserta didik
(Peterson, 2003), yakni peneliti melakukan identifikasi kemungkinan
adanya kesenjangan antara fakta dan seharusnya dengan melakukan
analisis kebutuhan, mengidentifikasi kebutuhan (masalah), dan
melakukan analisis tugas (Branch, 2009). Langkah-langkah dalam
melakukan analisis yaitu:
a. Melakukan
Melakukan validasi kesenjangan kinerja untuk mengetahui
peserta didik yang sudah memiliki keterampilan atau yang belum
memiliki keterampilan.
b. Merumuskan
Pengembangan produk dalam merumuskan tujuan
instruksional yakni menggambarkan tugas-tugas yang peserta didik
capai setelah selesai pembelajaran.
c. Mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki peseta didik
Mengumpulkan data yang membantu peneliti dalam
mengkonfirmasikan anggota peserta didik yang dituju. Data yang
44
peneliti kumpulkan akan berdampak keputusan seluruh proses
pengembangan
d. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan dalam
pengembangan produk
Semua jenis sumber daya yang akan dibutuhkan untuk
menyelesaikan seluruh proses ADDIE yakni Sumber konten,
Sumber Daya teknologi, Fasilitas instruksional, dan sumber daya
manusia
e. Menentukan strategi-strategi pembelajaran yang tepat
Pemilihan sistem pengiriman harus tergantung pada
seberapa baik alternatif berkontribusi terhadap pencapaian hasil
pelatihan yang diinginkan. Setiap opsi pengiriman
direkomendasikan harus mencakup perkiraan biaya potensial yang
terlibat. Fungsi perkiraan biaya yang dihitung untuk masing-masing
fase ADDIE karena setiap tahap proses ADDIE yang dilakukan
secara sistematis untuk mengatasi masalah proses pengembangan
media.
f. Menyusun rencana-rencana pengelolaan program
Menyusun rencana pengolahan proyek atau program adalah
usaha sementara yang dilakukan untuk mencapai suatu produk atau
jasa yang unik dengan mempertimbangkan anggota tim desain,
kendala yang dihadapi selama pengembangan media, penjadwalan
45
penyelesaian waktu dalam suatu program pengembangan, laporan
akhir menentukan kemungkinan pengembangan program berhasil
atau gagal (Branch, 2009).
2. Desain
Pada tahapan design dikenal dengan istilah membuat
rancangan (blue print). Tahap design mempunyai tujuan untuk
melakukan verivikasi kinerja yang akan dicapai dan metode tes yang
dipilih sesuai (Branch, 2009). Langkah-langkah yang dilakukan pada
tahapan ini yaitu:
a. Menyusun daftar tugas-tugas
Menyusun daftar tugas yang akan dilakukan dalam
pengembangan produk dengan mengatur konten sehingga peserta
didik dapat membangun pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional.
b. Menyusun tujuan dari kinerja yang dilakukan
Menyusun tujuan kinerja yang dilakukan harus ada berupa
kesesuaian antara tujuan kinerja dengan tujuan instruksional.
Tujuan kinerja mengharapkan tertentu.
c. Menyusun strategi tes yang akan di lakukan
Pemberian tes untuk pelajar untuk mencapai tugas
kinerjatentang seberapa baik instruksi yang memfasilitasi tujuan dan
sasaran; (d) menghitung/memperkirakan biaya yang akan
46
dikeluarkan dalam mengembangkan produk, menentukan dan
memperkirakan biaya pengembangan yang sebenarnya pada
setiap tahap (Branch, 2009).
3. Pengembangan
Tahap pengembangan segala sesuatu yang dibutuhkan
semua harus dipersiapkan. Prosedur yang dilalui diantaranya,
menghasilkan konten, memilih media pendukung yang sudah ada atau
mengembangkan media pendukung sesuai dengan produk yang
diinginkan. Salah satu yang menjadi langkah terpenting pada tahap
pengembangan adalah uji coba. (Branch, 2009). Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap pengembangan:
a. Pengembangan konten memperhatikan informasi yang ingin
ditampilkan untuk meningkatkan pembelajaran.
b. Media yang mendukung
Media yang sudah ada sehingga dapat dipakai untuk
mendukung pengembangan media yang dilakukan peneliti.
c. Mengembangkan pedoman untuk pengguna
Mengembangkan pedoman bagi pengguna agar
menggunakan media yang akan dikembangkan dapat memahami
dari tujuan yang hendak dikembangkan.
4. Implementasi
47
Pada tahapan implementasi produk yang telah dibuat siap
untuk digunakan oleh peserta didik. Selama implementasi, produk
yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya
(Branch, 2009). Peran instruktur/ desainer meningkat lebih intensif.
Dalam rangka menyampaikan produk dengan secara efektif (Peterson,
2003).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem
pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan
awal atau tidak. Menilai kualitas dan proses pengembangan produk.
Tujuan tahapan evaluasi yakni mengukur kualitas produk yang telah
dikembangkan dan proses sebelum dan sesudah pelaksanaan
kegiatan.
Selama tahap evaluasi, perancang harus menentukan apakah
masalah telah terpecahkan (relevan terhadap program pelatihan), jika
tujuan telah dipenuhi, dampak dari produk atau pengajaran, dan
perubahan yang diperlukan dalam penyampaian program atau
pengajaran di masa yang akan datang. Tahap penilaian seringkali
diabaikan karena terkendala faktor waktu atau faktor-faktor ekonomi
(Peterson, 2003).
48
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama yang dilakukan oleh ilham Mursyadat tahun
2015 pengembangan media VideoScribe pada mata pelajaran sosiologi
kelas X MAN Bangil dapat meningkatkan hasil belajar siswa, melalui media
videoscribe siswa terbantu untuk memahami materi yang diberikan,dan
menarik perhatian siswa, hal tersebut dibuktikan dengan penilaian
tangapan dari masing-masing ahli, diantaranya tanggapan ahli materi/isi
pelajaran sosiologi terhadap hasil pengembangan media ajar interaktif
yang mendapatkan nilai sangat baik, mencapai 88% (sangat baik),
sedangkan penilaian dari ahli desain media pembelajaran interaktif sangat
baik, mencapai 88% (sangat baik). Maka pengembangan media
videoscribe layak digunakan sebagai media pembelajaran, karena dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sosiologi
(Mursyadat, 2015).
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Nurjanah dkk
mengembangkan media animasi dengan software VideoScribe tentang
materi minyak bumi kelas X IPA MAN Darussalam, dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran berbasis VideoScribe layak digunakan
sebagai media pembelajaran, dengan persentase hasil dari dua uji ahli
yakni ahli materi maupun ahli media menyatakan rata-rata untuk aspek isi
materi sebesar 70%, kelayakan penyajian media sebesar 65%,
49
kelayakan audio visual media adalah 60% dan fungsi media 75 %. Serta
persentase tanggapan peserta didik guru terhadap media VideoScribe
sebesar 86,8% dan 95% termasuk pada kategori sangat baik untuk
digunakan sebagai media pembelajaran (Nurjanah, Nazar, & Rusman ,
2011).
Penelitian yang ke tiga dilakukan oleh Dellyardianzah dengan
pengembangan media pembelajaran menggunakan sparkol VideoScribe
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
ekonomi SMAN 10 Pontianak. Berdasarkan hasil penggunaan media
pembelajaran menggunakan sparkol VideoScribe dalam pembelajaran
Ekonomi. Peserta didik setelah diberikan perlakuan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol peserta didik diberikan post-test yang
dimaksud untuk mengetahui hasil belajar ekonomi peserta didik. Pada
kelas eksperimen dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan
belajar, pada kelas ekperimen (61%) lebih tinggi dari pada kelas kontrol
(39%). Hal ini disebabkan oleh media pembelajaran berbasis video scribe
lebih menarik bagi siswa dengan tampilan-tampilan yang ada di dalam
videoscribe berupa gambar animasi, musik latar, karena siswa terlibat
aktif didalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dan antusias dari
pada pembelajaran dengan metode ceramah pada kelas kontrol
(Dellyardianzah, 2017).
50
D. Kerangka Berfikir
Fase Remaja merupakan saat ideal dalam menerima proses
pembelajaran karena menurut piaget fase remaja masuk kedalam tahap
formal operasional remaja memiliki kemampuan berfikir secara abstrak
dan logis. Peserta didik dengan kemampuan tersebut dapat
menghubungkan informasi yang diperoleh dengan membuat ide dan
memecahkan masalah yang ada pada dirinya serta menganalisis proses
belajar yang diberikan kepada guru karena kapasitas untuk memperoleh
dan menggunakan pengetahuan secara efisien untuk mencapai prestasi
belajar.
Proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan, sistem saraf
yang berfungsi memperoses informasi berkembang dengan cepat. Selain
itu remaja menganggap bahwa prestasi merupakan bagian yang sangat
penting bagi dirinya. Berdasarkan studi pendahuluan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar yang dilakukan di SMA NegerI 95
Jakarta kelas X dengan menggunakan angket disebarkan kepada 179
responden, menyatakan bahwa sebanyak 81 peserta didik (45%) yang
berarti hampir setengahnya peserta didik menjawab guru BK sudah
pernah menjelaskan materi terkait prestasi belajar.
Serta 43 peserta didik (24%) yang berarti hanya sebagian kecil
peserta didik mengetahui tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,
40 peserta didik (22%) yang berarti hanya sebagian kecil peserta didik
51
mengetahui contoh-contoh dari faktor-faktor yang mempengaruhi peserta
didik, ada 60 peserta didik (34%) yang berarti hampir setengah peserta
didik yang mengetahui manfaat dari mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar.
Ada 76 peserta didik (42%) yang berarti hampir setengahnya
peserta didik sadar terhadap tugas yang telah diberikan oleh guru, 58
peserta didik (32%) yang berarti hampir setengahnya peserta didik
memiliki motivasi untuk mencapai prestasi belajar. Hasil tersebut
menggambarkan bahwa peserta didik kelas X di SMA Negeri 95 Jakarta
masih rendah dalam melakukan usaha-usaha belajar untuk mencapai
prestasi belajar.
Selanjutnya dalam tes objektif oleh terkait pengetahuan peserta
didik dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik kelas X dengan 179 responden didapatkan hasil bahwa nilai
rata-rata peserta didik dalam menjawab soal 36 butir pertanyaan yaitu
dengan rata-rata nilai 6, rinciannya sebagai berikut: aspek fisiologis
dengan persentase sebesar 47% yang berarti hampir setengahnya
sebagian besar peserta didik menguasai materi tentang aspek fisiologis.
Kemudian pada aspek psikologis diperoleh persentase sebesar 50%
yang berarti setengahnya peserta didik menguasai materi tentang aspek
psikologis . Dari hasil perolehan persentase kedua aspek tersebut maka
diperoleh rata-rata sebesar 49% yang berarti hampir setengahnya
52
peserta didik mengetahui faktor-faktor internal yang mempengaruhi
prestasi belajar.
Selanjutnya pada aspek lingkungan sosial dengan persentase
sebesar 68% yang berarti sebagian besar peserta didik menguasai materi
tentang aspek lingkungan sosial, kemudian pada aspek lingkungan non
sosial diperoleh persentase sebesar 53% yang berarti sebagian besar
peserta didik menguasai materi tentang aspek lingkungan non sosial.
Dari hasil perolehan persentase kedua aspek tersebut maka diperoleh
rata-rata 61% yang berarti sebagian besar peserta didik mengetahui
materi faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar.
Sementara data yang dihasilkan pada aspek strategi belajar yang
didapatkan dari peserta didik dengan persentase 42%, yang berarti
sebagian besar peserta didik mengetahui materi strategi belajar,
sehingga faktor pendekatan belajar juga mendapatkan nilai 42% yang
berarti hampir setengahnya peserta didik mengetahui materi faktor
pendekatan belajar yang berarti masih banyak peserta didik kelas X di
SMAN 95 Jakarta yang belum mengetahui pengetahun tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi peserta didik.
Hasil data tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar
peserta didik masih belum mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar. Sehingga peserta didik memerlukan informasi lebih lanjut
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
53
Melihat hasil studi pendahuluan, maka guru bimbingan dan
konseling berperan penting untuk memberikan layanan bimbingan
klasikal kepada peserta didik tentang faktor-faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Metode dan media yang digunakan guru
bimbingan dan konseling dituntut mampu melibatkan peserta didik secara
aktif dan mudah paham terkait materi yang disampaikan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan menggunakan
angket tentang penggunaan media dalam layanan klasikal, dari 179
responden sebanyak 150 peserta didik (84%) menyatakan bahwa guru
BK di sekolah lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tidak
menggunakan media dibandingkan menggunakan media. Media yang
pernah digunakan oleh guru BK dalam menyampaikan materi hanya
powerpoint. Hal tersebut mempengaruhi sebanyak 38 peserta didik (21%)
yang berarti sebagian kecil peserta didik menyatakan bahwa guru BK
menggunakan media pembelajaran yang menarik, media PowerPoint
yang digunakan oleh guru BK saat menyampaikan materi hanya 39
peserta didik (22%) yang berarti hanya sebagian kecil peserta didik
mengerti materi yang dijelaskan dengan mudah. Serta sebanyak 39
(22%) yang berarti sebagian kecil peserta didik menyatakan bahwa
media pembelajaran yang digunakan oleh guru BK dapat memberikan
informasi dengan jelas, dan ada 69 peserta didik (39%) yang berarti
hampir setengahnya peserta didik menganggap bahwa guru BK
54
mempunyai kemampuan mengoprasikan media pembelajaran, dan ada
169 peserta didik (89%) yang berarti hampir seluruhnya guru BK perlu
mengembangkan media pembelajaran.
Peneliti mencoba mengembangkan media yang cocok digunakan
dalam membantu peserta didik memahami materi faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar melalui media pembelajaran dengan jenis
media pembelajaran audio visual. Media pembelajaran audio visual
dikembangkan dengan maksud membantu guru dalam melakukan proses
pembelajaran kepada peserta didik Terbukti media audio visual atau
biasa disebut video memiliki kemampuan yang efektif dengan persentese
sebesar 70% mampu menyampaikan informasi, hiburan dan pendidikan
dalam mencapai kompetensi pembelajaran.
Media VideoScribe merupakan media pembelajaran audio visual
Media VideoScribe adalah Aplikasi yang direlease pada tahun 2012 oleh
perusahaan Sparkol yang berlokasi di Inggris aplikasi yang dibuat untuk
memudahkan pengguna dalam mendesain video animasi, dengan
memadukan gambar, suara, dan desain yang menarik agar mampu
menyajikan konten pembelajaran, pada aplikasi ini pengguna mampu
mempersingkat konsep yang awalnya panjang menjadi sangat ringkas
hanya dengan simbol-simbol gambar yang langsung mengarah inti dari
yang ingin disampaikan dengan hanya sedikit kata-kata atau teks
55
• Fase Remaja merupakan saat ideal dalam menerima proses pembelajaran karena menurut piaget fase remaja masuk kedalam tahap formal operasional remaja memiliki kemampuan berfikir secara abstrak dan logis
.
Pengembangan media pembelajaran videoscribe tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menggunakan model ADDIE
yang merupakan singkatan dari Analyze, Design, Development,
Implementation dan Evaluation.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
sebanyak 81 peserta didik (45%) yang berarti hampir setengahnya peserta didik menjawab guru BK sudah pernah menjelaskan materi terkait prestasi belajar, serta 43 peserta didik (24%) yang berarti hanya sebagian kecil peserta didik mengetahui tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, 40 peserta didik (22%) yang berarti hanya sebagian kecil peserta didik mengetahui contoh-contoh dari faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik, ada 60 peserta didik (34%) yang berarti hampir setengah peserta didik yang mengetahui manfaat dari mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Ada 76 peserta didik (42%) yang berarti hampir setengahnya peserta didik sadar terhadap tugas yang telah diberikan oleh guru, 58 peserta didik (32%) yang berarti hampir setengahnya peserta didik memiliki motivasi untuk mencapai prestasi belajar. Hasil tersebut menggambarkan bahwa peserta didik kelas X di SMA Negeri 95 Jakarta masih rendah dalam melakukan usaha-usaha belajar untuk mencapai prestasi belajar
56
Pengembangan media pembelajaran tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar untuk peserta didik kelas X di SMA N 95
Jakarta menggunakan jenis model pengembangan ADDIE.
Selanjutnya dalam tes objektif oleh terkait pengetahuan peserta didik dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik kelas X dengan 179 responden didapatkan hasil bahwa nilai rata-rata peserta didik dalam menjawab soal dengan 34 butir
pertanyaan yaitu rinciannya sebagai berikut: aspek fisiologis dengan persentase sebesar 47%, Kemudian pada aspek psikologis diperoleh persentase sebesar 50%, Dari hasil perolehan persentase kedua aspek tersebut maka diperoleh rata-rata faktor internal sebesar 49%. Selanjutnya pada aspek lingkungan sosial dengan persentase sebesar 68%, kemudian pada aspek lingkungan non sosial diperoleh persentase sebesar 53%, Dari hasil perolehan persentase kedua aspek tersebut maka diperoleh rata-rata faktor eksternal sebesar 61%. Sementara data yang dihasilkan pada aspek strategi belajar yang didapatkan dari peserta didik dengan persentase 42%, yang berarti sebagian besar peserta didik mengetahui materi strategi belajar yang berarti
masih banyak peserta didik kelas X di SMAN 95 Jakarta yang belum mengetahui pengetahun tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik
Adanya isu prestasi belajar yang rendah mengharuskan guru BK untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, menggunakan media dan metode yang menarik dan mudah dipahami.
57
38 peserta didik (21%) yang berarti sebagian kecil peserta didik menyatakan bahwa guru BK menggunakan media pembelajaran yang menarik, media PowerPoint yang digunakan oleh guru BK saat menyampaikan materi hanya 39 peserta didik (22%) yang berarti hanya sebagian kecil peserta didik mengerti materi yang dijelaskan dengan mudah. Serta sebanyak 39 (22%) yang berarti sebagian kecil peserta didik menyatakan bahwa media pembelajaran yang digunakan oleh guru BK dapat memberikan informasi dengan jelas, dan ada 69 peserta didik (39%) yang berarti hampir setengahnya peserta didik menganggap bahwa guru BK mempunyai kemampuan mengoprasikan media pembelajaran, dan ada 169 peserta didik (89%) yang berarti hampir seluruhnya guru BK perlu mengembangkan media pembelajaran. sebanyak 83 (46%) yang berarti hampir setengahnya peserta didik sudah mengetahui videoscribe dan 143 (80%) yang berarti hampir seluruhnya peserta didik tertarik dengan media videoscribe, sebanyak 137 (77%) hampir seluruhnya peserta didik juga merasa lebih bersemangat dan lebih memahami materi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.dengan menggunakan videoscribe, dan 142 (79%) yang berarti hampir seluruhnya peserta didik membutuhkan informasi lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar melalui videoscribe
Media videosribe memberikan manfaat kepada guru untuk membantu
guru menyampaikan materi pelajaran, dan membantu peserta didik
mengerti materi yang disampaikan sehingga media videoscribe dapat
digunakan sebagai media pembelajaran.