kajian pustaka, kerangka berfikir, konsep, landasan teori

35
12 BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori dan Model Penelitian Pada Bab II akan memaparkan mengenai kajian pustaka permukiman kumuh yang diperoleh dari beberapa hasil penelitian sebelumnya baik berupa thesis maupun jurnal ilmiah, konsep yang memberikan batasan terhadap terminologis teknis yang merupakan komponen dari kerangka teori, landasan teori yang digunakan sebagai dasar dalam menganalisis data dalam penelitian serta model penelitian yang digunakan untuk menggambarkan seluruh kegiatan penelitian. 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang digunakan merupakan referensi dari beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun beberapa kajian pustaka yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut: Kajian pustaka yang pertama merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh Ayu Wadhanti (2013), mahasiswi Program Magister Arsitektur, Universitas Udayana Bali yang berjudul Karakter Tapak Permukiman Kumuh di Kota Denpasar (Studi Kasus: Kota Denpasar Bali). Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah perkembangan permukiman kumuh yang tidak terkendali yang menjadi tantangan berat bagi masyarakat maupun pemerintah dalam penanganannya. Keberadaan permukiman kumuh umumnya juga memunculkan

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

12

BAB II

Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep,

Landasan Teori dan Model Penelitian

Pada Bab II akan memaparkan mengenai kajian pustaka permukiman

kumuh yang diperoleh dari beberapa hasil penelitian sebelumnya baik berupa

thesis maupun jurnal ilmiah, konsep yang memberikan batasan terhadap

terminologis teknis yang merupakan komponen dari kerangka teori, landasan teori

yang digunakan sebagai dasar dalam menganalisis data dalam penelitian serta

model penelitian yang digunakan untuk menggambarkan seluruh kegiatan

penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang digunakan merupakan referensi dari beberapa

penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun beberapa kajian pustaka yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut:

Kajian pustaka yang pertama merupakan penelitian yang dilaksanakan

oleh Ayu Wadhanti (2013), mahasiswi Program Magister Arsitektur, Universitas

Udayana Bali yang berjudul Karakter Tapak Permukiman Kumuh di Kota

Denpasar (Studi Kasus: Kota Denpasar Bali). Latar belakang dilakukannya

penelitian ini adalah perkembangan permukiman kumuh yang tidak terkendali

yang menjadi tantangan berat bagi masyarakat maupun pemerintah dalam

penanganannya. Keberadaan permukiman kumuh umumnya juga memunculkan

Page 2: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

13

berbagai dampak negatif, baik bagi penghuni maupun masyarakat dan lingkungan

sekitar. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan solusi

yang lebih bermanfaat dalam penanganan permukiman kumuh khususnya yang

terdapat di Kota Denpasar. Dalam penelitian ini ditelusuri lebih mendalam

mengenai karakter tapak yang menjadi tempat berkembangnya permukiman

kumuh sehingga nantinya dapat membantu dalam menemukan solusi dalam

mengantisipasi pertumbuhan permukiman kumuh yang baru di Kota Denpasar.

Penelitian dilakukan dengan melihat proses terbentuk dan berkembangnya

permukiman kumuh di Kota Denpasar dimana sebagian besar permukiman kumuh

di Kota Denpasar berada pada lahan sewa dengan status kepemilikan

perseorangan. Lahan sewa tersebut sebagian besar merupakan lahan-lahan yang

berada di sekitar aliran sungai, di dalam kawasan perumahan, pada lingkungan

perkebunan maupun persawahan yang tidak produktif. Setelah melihat proses

terbentuk dan berkembangnya permukiman kumuh tersebut maka dilakukan

penelitian lebih mendalam mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi

terbentuknya permukiman kumuh serta kondisi tapak yang cenderung untuk

berkembang menjadi permukiman kumuh. Penelitian dilakukan dengan metode

kualitatif deskriptif dan dengan pendekatan fenomenologi yang dilakukan berawal

dari melihat kondisi nyata di lapangan selanjutnya dilakukan penjabaran ataupun

deskripsi terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.

Persamaan antara penelitian yang dilaksanakan Ayu Wadhanti dengan

penelitian yang dilaksanakan adalah terletak pada lahan atau tapak yang

cenderung merupakan lokasi berkembangnya permukiman kumuh. Dimana tapak

Page 3: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

14

yang dimaksud merupakan tapak yang tidak produktif dan sebagian besar

merupakan lahan yang terletak pada daerah pinggiran sungai. Perbedaannya

adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Ayu Wadhanti lebih terfokus kepada

karakteristik tapak yang cenderung merupakan tempat berkembangnya

permukiman kumuh dan penelitian yang dilaksanakan terfokus kepada

perkembangan demografi serta pemanfaatan ruang yang terjadi pada permukiman

kumuh tersebut.

Kajian pustaka yang kedua merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh

Gede Eka Putra Aryana (2012), mahasiswa Magister Arsitektur dalam Program

Studi Perencanaan Manajemen Pembangunan Desa Kota pada Program

Pascasarjana Universitas Udayana. Penelitian yang dilaksanakan berjudul Upaya

Perbaikan Lingkungan Permukiman Kumuh terhadap Kondisi Fisik Lingkungan

Permukiman di Banjar Sari, Kelurahan Ubung, Kecamatan Denpasar Utara. Latar

belakang dilakukannya penelitian ini adalah tingginya angka migrasi penduduk

pada suatu kota akibat dari perkembangan dan pertumbuhan kota yang sering

menimbulkan masalah negatif di bidang kependudukan dan menjadi persoalan

mendasar yang dihadapi anggota masyarakat terutama didaerah perkotaan. Selain

itu tingginya angka migrasi juga berdampak negatif pada pemanfaatan lahan

terbangun yang semakin bertambah dan berkurangnya lahan terbuka hijau kota.

Penelitian dilaksanakan dengan beberapa tahapan yang diawali dengan

koleksi data yaitu menentukan permasalahan yang terdapat di lapangan,

menentukan metode dan instrumen penelitian. Tahap selanjutnya yang

dilaksanakan adalah menganalisis data yaitu melakukan pengolahan data yang

Page 4: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

15

sudah terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner dan melakukan pengamatan

secara langsung dilapangan kemudian dirangkum dan diolah. Berdasarkan hasil

analisis ini diambil simpulan yang dapat menjawab rumusan permasalahan

penelitian dan memberikan saran atau masukan terkait dengan permasalahan

dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan penelitian dilakukan dengan

menggunakan metode kuantitatif deskriptif dan kuantitatif korelasi. Penggunaan

metode kuantitatif deskriptif untuk memaparkan kajian mengenai karakteristik

penghuni, upaya perbaikan lingkungan permukiman yang telah dilakukan dan

kondisi fisik lingkungan permukiman. Selain itu penggunaan metode kuantitatif

korelasi untuk mengidentifikasi hubungan antara upaya perbaikan lingkungan

permukiman kumuh dengan kondisi fisik lingkungan permukiman.

Persamaan antara penelitian yang dilaksanakan Gede Eka Putra Aryana

dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sama- sama melihat korelasi/

hubungan antara dua koefisien atau permasalahan dimana permasalahan yang satu

akan mempengaruhi permasalahan lainnya. Perbedaannya dimana penelitian yang

dilaksanakan Gede Eka Putra Aryana melihat keadaan lingkungan sebelum dan

sesudah adanya upaya perbaikan lingkungan permukiman kumuh terhadap kondisi

fisik lingkungan dan penelitian yang dilaksanakan melihat hubungan/ korelasi

antara Perkembangan Demografi dengan Pemanfaatan Ruang yang saling

mempengaruhi pada permukiman Jalan Karya Makmur dan Gang Kelapa Muda.

Kajian pustaka yang ketiga merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh

Yunandar (2007), mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya

Page 5: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

16

Pantai Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Judul dari penelitian yang

dilaksanakan adalah Analisis Pemanfaatan Ruang di Kawasan Pembangunan

Perikanan Pesisir Muara Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan

Selatan. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah adanya pembangunan

sarana dan prasarana penunjang sektor perikanan pesisir di kawasan perikanan

Muara Kintap yang berdampak pada pembukaan tambak- tambak udang baru.

Dengan adanya pembangunan tersebut maka berdampak pada terbatasnya ruang

sebagai daerah lindung lokal yang berfungsi sebagai buffer zone atau buffer

ekosistem antar kawasan. Data menyebutkan bahwa kondisi mangrove yang

tersisa sebagai zona konservasi sempadan pantai dan sungai mengalami degradasi

dari kondisi awal yang seluas 500 hektar menjadi hanya seperlima atau sekitar

100 hektar dari luas wilayah Muara Kintap sekitar 49 km².

Penelitian dilaksanakan dengan melihat kesenjangan perencanaan dalam

alokasi penetapan skala prioritas dalam pembangunan di pesisir Muara Kintap.

Selanjutnya dilihat akibat dari perencanaan dan pembangunan sarana dan

prasarana penunjang sektor perikanan pesisir di kawasan perikanan Muara Kintap

yang mengakibatkan perubahan pola pemanfaatan ruang. Dampak dari ketidak

disiplinan pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir Muara Kintap berakibat pada

penyimpangan tata ruang. Penelitian ini dilaksanakan dengan memadukan citra

satelit dengan pengukuran langsung parameter fisik dan kimia perairan,

pencemaran dan karakteristik pemanfaatan ruang serta komponen biofisik

(vegetasi) menggunakan metode survei.

Page 6: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

17

Lingkup kajian dalam pelaksanaan penelitian adalah mengidentifikasi

keruangan eksisting penggunaan lahan di kawasan pesisir Muara Kintap.

Selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan pesisir

Muara Kintap secara spasial dengan atribut/ parameter biofisik yang telah

ditetapkan serta kesesuaian terhadap Rencana Tata Ruang Kabupaten Tanah Laut.

Alternatif pengelolaan zona pemanfaatan ruang (prioritas) pada kawasan

perikanan pesisir Muara Kintap yang terdiri dari zona lindung dan penyangga,

zona pemanfaatan dan zona khusus. Penentuan sampel dilakukan dengan

purposive random sampling yang diproporsikan dengan jumlah sampling 10%

kawasan lindung, 60% kawasan pemanfaatan dan 30% di kawasan pelabuhan

khusus di daerah Muara Kintap.

Persamaan antara penelitian yang dilaksanakan Yunandar dengan

penelitian yang sedang dilaksanakan adalah sama melihat perubahan pemanfaatan

ruang akibat adanya pembangunan pada suatu kawasan. Perubahan pemanfaatan

ruang akan berdampak pada perubahan kondisi fisik kawasan tersebut. Perbedaan

antara penelitian yang dilaksanakan Yunandar dengan penelitian yang sedang

dilaksanakan adalah penelitian yang dilaksanakan Yunandar melihat kasus

penelitian pada kawasan pesisir yang merupakan permukiman nelayan di Muara

Kintap Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan dan penelitian yang

sedang dilaksanakan melihat permasalahan pemanfaatan ruang pada kawasan

permukiman kumuh yang diakibatkan adanya perkembangan demografi pada

kawasan tersebut.

Page 7: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

18

Kajian pustaka yang keempat merupakan penelitian disertasi yang

dilaksanakan oleh Ngakan Made Anom Wiryasa (2014), mahasiswa Program

Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Judul penelitian disertasi yang

dilaksanakan adalah Analisis Kelembagaan dalam Pelaksanaan Penataan Ruang

Wilayah Provinsi Bali. Latar belakang dilakukannya penelitian ini karena

peningkatan jumlah penduduk akan memicu perubahan pemanfaatan ruang dalam

pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana pembangunan. Penyimpangan

terhadap pemanfaatan ruang dapat terjadi karena produk tata ruang kurang

memperhatikan aspek pelaksanaan atau sebaliknya pemanfaatan ruang kurang

memperhatikan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan. Diperlukan

adanya strategi dan arahan kebijakan dalam pengembangan lingkungan kehidupan

masyarakat, utamanya yang berkaitan dengan penataan ruang dalam pelaksanaan

pembangunan. Untuk mengatur pemanfaatan ruang dalam pembangunan wajib

adanya peran kelembagaan, baik sebagai aturan main maupun kelembagaan

sebagai organisasi yang berfungsi mengambil keputusan.

Penelitian ini dirancang dengan desain kualitatif verifikatif, yang

merupakan upaya pendekatan induktif terhadap seluruh proses penelitian yang

akan dilakukan. Format desain kualitatif verifikatif mengkonstruksi format

penelitian dan strategi dalam memperoleh data di lapangan, namun dalam hal

memperlakukan teori, format kualitatif verifikatif lebih longgar dalam arti tetap

terbuka pada teori. Keunggulan penelitian kualitatif adalah berupaya

mengungkapkan apa yang ada dibalik data yang tampak, hal- hal yang tidak

nampak menjadi sasaran metode kualitatif.

Page 8: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

19

Penelitian ini memandang masalah sosial memang ada sesuai dengan

hukum alam, tetapi sesuatu yang mustahil apabila suatu masalah sosial dapat

dilihat secara benar oleh manusia. Secara metodologis pendekatan eksperimental

melalui observasi tidaklah cukup untuk menemukan kebenaran data, tetapi harus

menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan beberapa metode, sumber

data dan teori. Secara epistemologis hubungan antara pengamat/ peneliti dengan

objek atau masalah sosial yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, oleh karena itu

hubungan antara peneliti dengan objek bersifat interaktif dengan catatan peneliti

harus bersifat senetral mungkin sehingga tingkat subjektifitas dapat dikurangi

dengan seminimal mungkin.

Persamaan antara penelitian yang dilaksanakan Ngakan Made Anom

Wiryasa dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sama- sama melihat

perubahan pemanfaatan ruang akibat dari pembangunan yang terjadi di perkotaan.

Sedangkan perbedaan antara penelitian yang dilaksanakan Ngakan Made Anom

Wiryasa dengan penelitian yang dilaksanakan adalah dimana penelitian yang

dilaksanakan Ngakan Made Anom Wiryasa melihat perlunya suatu kelembagaan

untuk mengendalikan perubahan pemanfaatan ruang yang terkadang berlangsung

secara tidak beraturan dan penelitian yang dilaksanakan melihat perubahan

pemanfaatan ruang akibat dari perkembangan demografi penduduk dan hubungan

diantara dua variabel tersebut.

Page 9: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

20

Tabel 2.1 Kajian pustaka

Nama Peneliti danTahun

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian dan Relevansi

Ayu Wadhanti (2013),Program MagisterArsitektur, UniversitasUdayana Bali

Karakter Tapak PermukimanKumuh di Kota Denpasar(Studi Kasus : Kota DenpasarBali)

Metode kualitatif deskriptifDengan pendekatanfenomenologi

Permukiman kumuh di Kota Denpasar umumnya tumbuh dan berkembang padatapak yang tidak produktif dan disewakan oleh para pemiliknya dengan hargamurah kepada pendatang

Relevansi: Mengetahui kondisi lahan yang rentan menjadi tempatperkembangan permukiman kumuh

Gd Eka Putra Aryana(2012), ProgramMagister ArsitekturPascasarjanaUniversitas Udayana

Upaya Perbaikan LingkunganPermukiman Kumuh terhadapKondisi Fisik LingkunganPermukiman di Banjar SariKelurahan Ubung Denpasar

Metode kuantitatif deskriptifdan kuantitatif korelasi

Terdapat hubungan yang signifikan antara upaya perbaikan lingkunganpermukiman dengan kondisi fisik lingkungan pada permukiman Banjar SariKelurahan Ubung

Relevansi: Mengetahui korelasi/ hubungan antara dua faktor yang salingmempengaruhi

Yunandar (2007),Program MagisterManajemenSumberdaya PantaiUniversitas DiponegoroSemarang

Analisis Pemanfaatan Ruang diKawasan PembangunanPerikanan Pesisir Muara KintapKabupaten Tanah Laut PropinsiKalimantan Selatan

Metode analisis citra satelit,pengukuran langsungparameter fisik, denganpendekatan deskriptif

Adanya perubahan pemanfaatan ruang akibat dari pembangunan saranaprasarana perikanan yang membawa dampak munculnya permukiman barudengan mengkonversi hutan rawa dan lindung lokal

Relevansi: Mengetahui pengaruh pembangunan terhadap perubahanpemanfaatan ruang pada kawasan

Ngakan Made AnomWiryasa (2014),Program PascasarjanaUniversitas UdayanaDenpasar

Analisis Kelembagaan DalamPelaksanaan Penataan RuangWilayah Provinsi Bali

Pendekatan yang digunakankualitatif verifikatif

Untuk mengendalikan pemanfaatan ruang dalam pembangunan diperlukanadanya suatu kelembagaan, baik sebagai aturan maupun kelembagaan yangberfungsi mengambil keputusan

Relevansi: Mengetahui aspek- aspek yang menyebabkan perubahanpemanfaatan ruang akibat dari pembangunan

Page 10: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

21

2.2 Kerangka Berfikir dan Konsep

Kerangka berfikir digunakan untuk menggambarkan proses penelitian dari

awal menentukan topik yang akan diangkat menjadi pembahasan dalam penelitian

yang dikaitkan dengan kajian pustaka/ teori- teori yang terkait sehingga diperoleh

hasil penelitian yang dimaksud. Konsep merupakan acuan yang digunakan untuk

memberikan penjelasan batasan pola pemikiran dalam penelitian yang dilaksanakan

sehingga terbentuk kesatuan dalam pemikiran pembaca.

2.2.1 Kerangka berfikir

Kerangka berfikir yang akan digunakan adalah proses bagaimana

memperoleh suatu hasil dari penelitian tentang judul “Korelasi Antara

Perkembangan Demografi dengan Pemanfaatan Ruang pada Permukiman Kumuh di

Jalan Karya Makmur dan Gang Kelapa Muda Kecamatan Denpasar Utara” yang

dirangkum dalam suatu kerangka yang terdapat dalam diagram berikut.

Page 11: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

22

Diagram 2.1 Kerangka Berfikir

Observasi Awal (Grand Tour)

Konteks studi :1. Tingginya migrasi penduduk ke perkotaan2. Tingkat kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi3. Angka perkembangan demografi pada permukiman kumuh yang tidak terkendali4. Ketersediaan lahan dan daya tampung wilayah yang sudah melampaui batas

pemanfaatan ruang yang ada

Perkembangan Demografi dan Pemanfaatan Ruang pada Permukiman Kumuh di JalanKarya Makmur dan Gang Kelapa Muda Denpasar Utara

Rumusan Masalah 1 :Bagaimana perkembangandemografi yang terjadi padapermukiman kumuh di JalanKarya Makmur dan GangKelapa Muda KecamatanDenpasar Utara?

Rumusan Masalah 3 :Bagaimana hubunganperkembangan demografidan pemanfaatan ruang padapermukiman kumuh di JalanKarya Makmur dan GangKelapa Muda KecamatanDenpasar Utara?

Landasan Teori Penelitian Metodologi Penelitian

Hasil, kesimpulan dan saran

Rumusan Masalah 2 :Bagaimana perkembanganpemanfaatan ruang padapermukiman kumuh di JalanKarya Makmur dan GangKelapa Muda KecamatanDenpasar Utara?

Page 12: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

23

2.2.2 Konsep

Konsep adalah suatu medium yang menghubungkan subjek dan objek yang

diketahui, pikiran, dan kenyataan. Konsep juga memberikan batasan terhadap

pengertian demografi dan permukiman kumuh yang dimaksud dalam proses

penelitian (Sudarminta.J, 2002).

1. Demografi

Dalam UU RI No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga sejahtera, definisi kependudukan adalah hal ihwal yang

berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,

penyebaran, kualitas, kondisi, kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi,

sosial, budaya, agama, serta lingkungan penduduk tersebut.

Menurut Risqi Dwi Alfiyanto dalam rakyat-sejahtera.html (Sabtu, 29 Juni

2013) demografi secara etimology (kebahasaan) berasal Bahasa Latin, kata

“demograhie” terdiri dari dua kata yaitu demos dan graphien, demos artinya

penduduk dan graphien berarti catatan, bahasan tentang sesuatu.

Secara etimology makna demografi adalah catatan atau bahasan mengenai

penduduk suatu daerah pada waktu tertentu. Secara epistemology (berdasarkan ilmu

pengetahuan), pengertian demografi tidak sesederhana seperti dalam

perspektif etimology, kata demografi diberi makna lebih spesifik tentang penduduk.

Menurut Philip M Hauser dan Dudley Duncan (1959) demografi

didefinisikan adalah sebagai berikut:

Page 13: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

24

“Demographic is the study of the size, territorial distribution andcomposition of population, changes there in and the components of such cangeswhich maybe indentified as natality, territorial movement (migration) and socialmobility “(change of states)”.

“Terjemahan dari definisi tersebut kurang lebih adalah sebagai berikut:Demografi mempelajari jumlah, persebaran wilayah dan komposisi penduduk,perubahan dan sebab perubahan itu yang biasanya timbul karena kelahiran,perpindahan penduduk dan mobilitas sosial”.

Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982) definisi

demografi adalah sebagai berikut:

“Demography is the scientific study of human populations in primarily withthe respect to their size, their structure (composition) and their development(change)”.

“Terjemahan dari definisi IUSSP tersebut adalah sebagai berikut: Demografiadalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk terutama yang terkait denganjumlah, struktur, (komposisi) dan perkembangan (perubahan) penduduk”.

Menurut D.V. Glass (1957) pengertian demografi adalah sebagai berikut:

“Demography is generally limited to study of human population asinfluenced by demographic process: fertility, mortality and migration”(Ida BagoesMantra, 2000).

Dua definisi tersebut menunjukkan demografi sebagai sebuah ilmu yang

mempelajari penduduk yang berkenaan dengan struktur penduduk dan

prosesnya. Struktur penduduk meliputi: jumlah, persebaran, dan komposisi

penduduk. Struktur penduduk di suatu wilayah selalu berubah- ubah dan perubahan

tersebut disebabkan oleh karena adanya proses demografi yaitu kelahiran

(natalitas= natality), kematian (mortalitas = morality) dan perpindahan penduduk

(migrasi= migration). Demografi sering diidentifikasi menjadi beberapa bagian

misalnya demografi formal, demografi dengan analisis matematis tentu dengan

pendekatan kuantitatif atau orang menyebut statistik penduduk. Analisis demografi

ini dapat dengan mudah melakukan peramalan variabel- variabel demografi

Page 14: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

25

berdasarkan data sensus penduduk. Demografi sosial, analisisnya berdasarkan

kualitatif.

Demografi dan kependudukan sama-sama mempelajari penduduk sebagai

suatu kumpulan (agregates atau collection), bukan mempelajari penduduk sebagai

individu. Dengan demikian yang dimaksud dengan penduduk adalah sekelompok

orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah, seperti yang tercantum dalam

Undang-undang RI No. 10 tahun 1992 yaitu penduduk adalah orang dalam

matranya sebagai diri pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara

dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah

negara pada waktu tertentu.

Menurut Ananta (1993:22) pengertian demografi adalah sebagai berikut:

kependudukan merupakan studi yang mempelajari variabel- variabel demografi,

juga memperhatikan hubungan (asosiasi) antara perubahan penduduk dengan

berbagai variabel sosial, ekonomi, politik, biologi, genetika, geografi, lingkungan

dan lain sebagainya. Definisi kependudukan menurut Ananta (1993:22) tersebut

menunjukkan setidaknya terdapat dua variabel yang terkait dengan kependudukan

adalah sebagai berikut: pertama variabel demografi yaitu mortalitas (mortality),

fertilitas (fertility) dan migrasi (migration) yang saling mempengaruhi terhadap

jumlah, komposisi, persebaran penduduk, kedua variabel non demografi yang

dimaksud misalnya pendidikan, pendapatan penduduk, pekerjaan, kesehatan dll.

Kesimpulan dari konsep demografi dari beberapa referensi adalah demografi

merupakan ilmu yang mempelajari mengenai struktur penduduk yaitu terkait dengan

kelahiran, kematian dan migrasi (perpindahan penduduk). Perkembangan demografi

Page 15: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

26

dapat terjadi dipengaruhi dua hal yaitu variabel (kelahiran, kematian dan migrasi)

dan non variabel (pendidikan, pendapatan penduduk, pekerjaan dan kesehatan.

2. Pemanfaatan Ruang

Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

pengertian dari pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang

dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan

pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Sedangkan menurut Undang- Undang

No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pengertian dari pemanfaatan ruang

adalah merupakan proses yang terpadu tercakup tiga kegiatan utama yaitu

perencanaan, pelaksanaan rencana dan pengendalian rencana tata ruang.

Perencanaan tata ruang adalah proses penyusunan rencana tata ruang untuk

meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kualitas manusianya dengan

pemanfaatan ruang yang secara struktur menggambarkan ikatan fungsi lokasi yang

terpadu bagi berbagai kegiatan.

Perencanaan tata ruang pada dasarnya mencakup kegiatan penyusunan dan

peninjauan kembali rencana tata ruang. Pelaksanaan atau pemanfaatan rencana tata

ruang adalah suatu proses usaha agar rencana tata ruang yang telah ditetapkan dapat

terwujud sesuai dengan rencana.

Dalam hal ini pelaksanaan atau pemanfaatan rencana tata ruang terutama

dalam bentuk penyusunan program pembangunan kota dan pemanfaatan ruang kota

yang sesuai dengan rencana.

Page 16: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

27

Pengendalian pelaksanaan/ pemanfaatan rencana tata ruang yang harus

terkait satu sama lainnya. Pengendalian pelaksanaan adalah merupakan suatu proses

usaha agar pelaksanaan rencana pemanfaatan ruang oleh instansi sektoral,

pemerintah daerah, swasta ataupun masyarakat sesuai dengan rencana tata ruang

yang telah ditetapkan.

Pemanfaatan ruang pada kawasan sesuai dengan arahan RTRW Kota

Denpasar dan menunjuk pada ketentuan Perda Kota Denpasar Nomor 27 Tahun

2011 tentang penataan ruang. Pengendalian pembangunan kawasan permukiman

dilakukan melalui pengembangan ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan

permukiman terdiri atas:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perumahan dan permukiman,dibagi menjadi beberapa hirarki zona mencakup zona perumahan campuran,zona perumahan skala besar, zona perumahan skala menengah, zona perumahankecil, zona perumahan kampung, zona perumahan khusus yang berbeda- bedapengaturan pemanfaatan ruangnya, selanjutnya diatur dalam peraturan daerahtentang peraturan zonasi.b. Bangunan yang diperbolehkan dalam zona perumahan, mencakup:

1) Bangunan perniagaan yang boleh dibangun adalah warung, tokokecil, kantor kecil, industri rumah tangga dan sebagainya yang tidakmencemari lingkungan baik berupa pencemaran air, pencemaranudara, pencemaran suara maupun pencemaran estetika/ pandangan/visual dan tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dankeamanan lingkungan.

2) Bangunan perniagaan jika berkelompok tidak boleh lebih dari 4 unitbangunan dan tidak dilengkapi dengan gudang.

3) Bangunan umum meliputi bangunan pelayanan umum danpemerintahan (setingkat desa/ kelurahan kebawah), pendidikan(setingkat SD ke bawah), kesehatan (setingkat apotek, praktekdokter), peribadatan, taman lingkungan dan pertamanan

c. Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan danlingkungan.

d. Pemerintah kota menetapkan bangunan- bangunan perumahan yang memilikinilai warisan budaya dan pengaturannya akan diatur dalam peraturanwalikota tentang peraturan zonasi.

Page 17: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

28

e. Tampilan bangunan harus mencerminkan karakter arsitektur tradisional Balidan penerapan gaya arsitektur modern harus dikombinasikan dengan konseparsitektur tradisional Bali.

f. Ketentuan tata lingkungan untuk zona perumahan massal oleh pengembangatau pengkaplingan oleh masyarakat harus memenuhi syarat:

1) Memiliki jalan akses (penghubung), kawasan perumahan yangdikembangkan dengan sistem jaringan jalan kota.

2) Memiliki prasarana lingkungan (keberadaan jalur/ ruang untukpenempatan tiang listrik, pipa air minum, saluran pembuang dan jalurjalan lingkungan) dengan sistem jaringan utilitas bawah tanah.

3) Memiliki sistem pengelolaan dan pembuangan limbah rumah tanggakomunal atau terintegrasi dengan jaringan limbah kota (DSDP).

4) Memiliki fasilitas penunjang lingkungan yang memadai sesuaistandar yang berlaku, baik fasilitas umum/ social, maupunperniagaan.

5) Type perumahan yang dikembangkan mengikuti ketentuan yang telahada serta disesuaikan dengan kebijaksanaan pembangunanperumahan.

6) Memenuhi ketentuan penyediaan fasilitas umum dan fasilitas socialserta ruang RTH publik minimal 20% dan RTH private dalam bentuktaman dan telajakan minimal 10% dari luas kawasan.

7) Mewujudkan pertamanan/ penghijauan pada lokasi jalur hijau sesuaidengan rencana tapak/ site plan yang telah disahkan pejabat pemberiizin.

8) Memiliki fasilitas pengumpulan dan pemilahan sampah (Pendataandan Pemetaan Perumahan di Denpasar Tahun 2011: II-26).

Kesimpulan dari konsep pemanfaatan ruang dari beberapa referensi dimana

pemanfaatan ruang mencakup tiga kegiatan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan

rencana dan pengendalian pelaksanaan tata ruang. Tahap perencanaan dimaksudkan

untuk memberikan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik, tertata dengan sarana

dan prasarana yang memadai sedangkan tahan pengendalian dimaksudkan untuk

meminimalisasi penyimpangan yang terjadi terkait dengan perencanaan

pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan.

Page 18: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

29

3. Permukiman Kumuh

Dalam UU No.4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman,

dimana permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain

karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang,

kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan

penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak

terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan

kehidupan dan penghuninya.

Pengertian permukiman kumuh menurut Khomarudin (1997:83) lingkungan

permukiman kumuh dapat didefinisikan adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan permukiman dengan kepadatan penduduk cukup tinggimelebihi 500 orang per Ha.

b. Jumlah bangunan yang padat dengan luasan masing-masing bangunandibawah standar.

c. Lingkungan dihuni oleh masyarakat dengan golongan sosial maupunekonomi rendah.

d. Sarana dan prasarana infrastruktur tidak memadai dan umumnya tidakmemenuhi syarat teknis maupun standar kesehatan.

e. Bangunan yang dihuni dibangun diatas tanah milik negara atau oranglain, sehingga terkadang tidak sesuai dengan perundang-undangan yangberlaku.

Berdasarkan Keputusan Walikota Denpasar tanggal 23 Juli 2012 No.

188.45/509/HK/2012 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan

Permukiman Kumuh di Kota Denpasar, terdapat 35 titik permukiman kumuh yang

ada di Kota Denpasar. Warga permukiman kumuh mayoritas dihuni oleh warga

pendatang yang berasal dari luar Denpasar maupun Bali. Semakin banyaknya

permukiman kumuh di Kota Denpasar, sangat berdampak buruk bagi kota dan

kualitas lingkungan yang terdapat di kota tersebut.

Page 19: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

30

Menurut Budiharjo (1997) dalam Heryati (2008:3) permukiman kumuh

merupakan lingkaran dengan hunian yang tidak layak huni. Permukiman kumuh

merupakan permukiman yang terdiri dari hunian-hunian dengan kondisi yang tidak

layak, dengan kualitas sarana dan prasarana penunjang baik fisik maupun non fisik

berada dibawah standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

Permukiman adalah, bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih

dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta

mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan

perdesaan. Sedangkan permukiman kumuh adalah, permukiman yang tidak layak

huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,

dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

(Salain, 2013: 3).

Berdasarkan pengertian permukiman kumuh yang telah dibahas di atas,

konsep tinjauan terhadap permukiman kumuh adalah kawasan permukiman yang

memiliki kepadatan cukup tinggi dengan kualitas lingkungan yang rendah serta

memiliki lingkungan yang tidak tertata baik.

a. Ciri- ciri permukiman kumuh

Menurut Sinulingga (2005:15) keberadaan permukiman kumuh dapat

dibedakan dengan permukiman lain yang memiliki kualitas di atas standar. Ciri- ciri

lingkungan dari permukiman kumuh adalah sebagai berikut:

1) Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/Ha. Termasuk ke dalamkepadatan penduduk yang padat sehingga memungkinkan timbulnyapermasalahan akibat kepadatan ini, antara lain perumahan tidak lagi memilikipersyaratan fisiologis, psikologis dan perlindungan terhadap penyakit.

Page 20: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

31

2) Letak rumah yang bersinggungan sehingga terkadang jalan- jalan yangtersedia juga tersembunyi oleh atap rumah. Selain itu jalan yang sempitterkadang sangat sulit untuk dilalui kendaraan roda empat.

3) Drainase jalan yang sangat minim dan tidak memadai sehingga terkadangtidak jarang jalan maupun lingkungan tergenang air. Terkadang terdapatjalan lingkungan yang tidak memiliki drainase.

4) Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim sekali. Ada diantaranyayang langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah.

5) Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumurdangkal, air hujan atau membeli secara kalengan.

6) Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umumnyatidak permanen dan malahan banyak sangat darurat.

7) Hak kepemilikan atas lahan bukan kepemilikan pribadi, artinya statustanahnya masih merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memilikistatus apa-apa.

b. Faktor penyebab munculnya permukiman kumuh

Khomarudin (1997:24) menjelaskan faktor yang menyebabkan munculnya

permukiman kumuh adalah sebagai berikut:

1) Angka urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama masyarakatberpenghasilan rendah.

2) Jumlah lapangan pekerjaan yang masih minim sehingga masyarakatkesusahan mencari pekerjaan terutama masyarakat yang bermukim di daerahterpencil.

3) Masyarakat kesulitan untuk mencicil dan menyewa rumah.4) Penegakan aturan atau undang- undang yang masih kurang tegas.5) Berkurangnya lahan permukiman dan tingginya harga lahan.

Menurut Arawinda dan Viking (2003:3) faktor yang menyebabkan timbulnya

permukiman kumuh adalah sebagai berikut:

1) Umur bangunan yang sudah terlalu tua, tidak terorganisasi dan sanitasi yangtidak memenuhi syarat.

2) Karakter lingkungan dimana tidak terdapat open space (ruang terbuka hijau)dan kepadatan penduduk yang tinggi, sarana prasarana yang tidak terencanadengan baik.

Kesimpulan dari konsep permukiman kumuh dari beberapa referensi dimana

permukiman kumuh merupakan hunian yang tidak layak huni dengan sarana dan

Page 21: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

32

prasarana yang tidak memadai serta umumnya berada pada lahan yang tidak

diperuntukkan untuk permukiman/ tidak sesuai dengan tata ruang. Perkembangan

permukiman kumuh disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tingginya angka

migrasi penduduk, berkurangnya lahan untuk permukiman dan harga lahan yang

tinggi dan kepadatan penduduk yang tinggi.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori merupakan suatu teori yang digunakan sebagai dasar ataupun

batasan dalam melakukan suatu penelitian. Dalam penelitian ini, landasan teori yang

digunakan merupakan teori yang dapat menerangkan fenomena sosial atau

fenomena alami yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Adapun landasan

teori yang digunakan adalah sebagai berikut:

2.3.1 Teori Kependudukan

Teori kependudukan terdiri dari dua faktor yang sangat dominan yaitu, yang

pertama adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk terutama di negara- negara

yang sedang berkembang dan hal ini menyebabkan agar para ahli memahami faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi penduduk. Sedangkan faktor yang kedua adalah

adanya masalah yang bersifat universal yang menyebabkan para ahli harus banyak

mengembangkan dan menguasai kerangka teori untuk mengkaji lebih lanjut sejauh

mana telah terjalin suatu hubungan antara penduduk dengan perkembangan ekonomi

dan sosial. Teori penduduk dibagi menjadi dua teori adalah sebagai berikut:

Page 22: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

33

1. Teori pertumbuhan penduduk yang dikemukakan oleh Marxist bahwa

semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produksi yang dihasilkan dalam

Mantra, 2000:67. Dalam sumber yang sama selanjutnya Paul Edric (Mantra,

2000:71) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul (The Population Bomb)

bahwa penduduk dan lingkungan yang ada didunia ini sebagai berikut: Pertama,

dunia ini sudah terlalu banyak manusia; Kedua, Keadaan bahan makanan sudah

terbatas; Ketiga, Karena terlalu banyak manusia di dunia ini lingkungan sudah

banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1990 Edric merevisi bukunya dengan

judul baru (The Population Explotion), yang isinya adalah Bom penduduk yang

dikhawatirkan pada tahun 1968, kini sewaktu- waktu akan dapat meletus. Kerusakan

dan pencemaran lingkungan yang parah karena sudah terlalu banyaknya penduduk

yang sangat merisaukan (Mantra, 2000:71).

Pendapat dari peneliti lainnya adalah Robert Thomas Malthus (1766-1834).

Menurut Robert Thomas Malthus (1766-1834) yang terkenal sebagai pelopor ilmu

kependudukan yang lebih populer disebut dengan Prinsip Kependudukan (The

Prinsiple of Population) yang menyatakan bahwa penduduk apabila tidak ada

pembatasan akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat

beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Robert Thomas Malthus pula menyatakan

manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan sedangkan laju pertumbuhan

bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk

dan apabila tidak ada pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk maka manusia

akan mengalami kekurangan bahan makanan sehingga inilah yang menjadi sumber

kemelaratan dan kemiskinan manusia (Mantra, 2000:62).

Page 23: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

34

2. Teori sosial ekonomi yang dikemukakan oleh Emile Durkheim dalam

Mantra (2000:75). Emile Durkheim adalah seorang ahli Sosiologi Perancis, ia

menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk

yang tinggi. Ia mengatakan pada suatu wilayah dimana angka kepadatan

penduduknya tinggi akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan timbul

persaingan antara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam usaha

memenangkan persaingan tiap- tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan

dan ketrampilan serta mengambil spesialisasi tertentu. Keadaan seperti ini jelas

terlihat pada masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks. Apabila

dibandingkan dengan masyarakat tradisional dan masyarakat industri akan terlihat

bahwa pada masyarakat tradisonal tidak terjadi persaingan yang ketat dalam

memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal

ini disebabkan karena pada masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan

penduduknya tinggi (Mantra, 2000:75).

Arsene Dumont adalah seorang ahli Demografi dari Perancis. Tahun 1890

dia menulis sebuah artikel yang berjudul “Depopulation et Civilization”. Ia

melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan Teori Kapilaritas Sosial.

Teori Kapilaritas Sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai

kedudukan yang tinggi di masyarakat. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi

dalam masyarakat keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang.

Teori ini dapat berkembang dengan baik di negara-negara demokrasi, dimana tiap-

tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai tujuan yang tinggi di

masyarakat (Mantra, 2000:74).

Page 24: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

35

Laju pertumbuhan penduduk dengan kepadatan tinggi dan sumber daya

manusia yang rendah akan menimbulkan kemiskinan, menurut Quraish Shihab

(1996:410) kemiskinan terjadi akibat adanya ketidak seimbangan dengan perolehan

atau penggunaan sumber daya alam. Umumnya kemiskinan terjadi karena dua

faktor yaitu pertama populasi penduduk sangat padat tidak seimbang dengan sumber

daya alam yang tersedia, kedua rendahnya sumber daya manusia. Menurut John P.

Haldren (1986:91) bahwa kemiskinan yang sekarang merajalela dapat ditekan

dengan latar belakang persediaan sumber-sumber daya alam yang dikandung oleh

lingkungan, segala kegiatan manusia untuk mempertahankan hidup ternyata lebih

mengurus ke tindakan eksploitasi lingkungan.

Menurut Duljoeni (1986:92), semakin padat penduduk dan terjadi kelebihan

penduduk semakin pula terjadi over eksploitasi terhadap lingkungan alam pula

terjadi dengan akibat sumber daya alam menipis dan penduduk semakin miskin.

Kepadatan dan pertumbuhan penduduk tidak dibarengi dengan pemerataan

penduduk dan peningkatan sumber daya manusia. Tentu akan menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan, dan pada akhirnya sumber daya alam akan sebagai

beban dan akan terkuras habis. Dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi,

kebutuhan akan sumber daya alam akan semakin besar, misalnya keperluan akan air

untuk irigasi dan air minum semakin meningkat sedangkan debit air dan

kemampuan alam menahan air semakin kurang.

Akibatnya menurut Gatot P. Soemartono (1996:91) masalah yang timbul

adalah bahwa kemiskinan dan keterbelakangan penghayatan lingkungan hidup

Page 25: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

36

mendesak keperluan untuk mengelola sumber daya alam secara tepat dan efektif

sehingga kurang mengindahkan faktor lingkungan hidup.

Kesimpulan dari teori menurut beberapa ahli kependudukan adalah daya

tampung sebuah wilayah terhadap kependudukan sangat terbatas sesuai dengan luas

wilayahnya dan apabila jumlah penduduk melebihi daya tampung wilayah tersebut

maka akan timbul kemiskinan dan pencemaran/ kerusakan lingkungan. Di samping

itu pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mengakibatkan persaingan antara

penduduk untuk mencapai kedudukan tertinggi dalam masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih memilih pekerjaan yang dianggap layak/ sesuai keahliannya.

2.3.2 Teori Permukiman

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman, mendefinisikan perumahan adalah kumpulan rumah

sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi

prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai upaya pemenuhan rumah yang layak

huni. Permukiman sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari

satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta

mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dari kawasan perkotaan atau kawasan

perdesaan. Kawasan permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Page 26: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

37

Permukiman apabila dikaji dari konteks perumahan dan permukiman, maka

permukiman dapat diimplementasikan sebagai tempat bermukim manusia yang

menunjukkan suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain bahwa permukiman

memberikan kenyamanan kepada penghuninya (Suparno dan Marlina, 2006: 37).

Elemen dari permukiman dimana permukiman terbentuk dari kesatuan isi

dan wadahnya. Kesatuan antara manusia sebagai penghuni atau isi dengan

lingkungan hunian sebagai wadahnya akan membentuk suatu permukiman yang

mempunyai dimensi yang sangat luas, dimana batas dari permukiman biasanya

berupa batasan geografis yang ada di permukaan bumi. Menurut Doxiadis dalam

Suparno dan Marlina, 2006: 39, elemen- elemen permukiman yaitu isi dan

wadahnya terdiri dari beberapa unsur antara lain:

a. Alam (Nature), unsur alam terdiri dari geologi, topografi, tanah, air,tumbuh- tumbuhan, hewan dan iklim. Unsur geologi merupakan kondisibatuan dimana permukiman tersebut berada dengan permukiman yanglainnya. Perbedaan antara tiap permukiman disebabkan adanya kondisidan letak geografis yang berbeda. Unsur topografi merupakan kemiringansuatu wilayah yang juga ditentukan oleh letak dan kondisi geografis suatuwilayah. Kemiringan dari permukaan wilayah suatu permukimancenderung berbeda dengan permukiman lainnya. Unsur tanah merupakanmedia untuk meletakkan bangunan dan menanam tanaman yang dapatdigunakan untuk menopang kehidupan. Unsur air merupakan sumberkehidupan dari mahluk hidup dan merupakan sumber kehidupan pokokdan vital sepanjang kehidupan masih berlangsung. Unsur tumbuh-tumbuhan merupakan salah satu elemen yang dapat dijadikan sebagaibahan makanan. Unsur hewan merupakan mahluk hidup lain yang dapatmendukung dan menguntungkan kehidupan manusia. Sedangkan unsuriklim merupakan kondisi alami pada suatu wilayah permukiman , dimanatiap permukiman umumnya memiliki kondisi iklim yang berbeda.

b. Manusia (Human) merupakan pelaku utama kehidupan dalampermukiman, disamping mahluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan.Manusia membutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang kelangsunganhidupnya, baik kebutuhan biologis, perasaan, persepsi, kebutuhanemosional dan nilai- nilai moral.

c. Masyarakat (Society) merupakan kesatuan sekelompok orang dalampermukiman yang membentuk sebuah komunitas. Beberapa permasalahan

Page 27: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

38

yang terjadi dimasyarakat yang mendiami suatu wilayah seperti kepadatandan komposisi penduduk, kelompok sosial, adat dan kebudayaan,pengembangan ekonomi, pendidikan, kesehatan serta hukum danadministrasi.

d. Bangunan atau rumah (Shell) merupakan wadah bagi manusia (keluarga).Dalam perencanaan dan pengembangan bangunan perlu mendapatkanperhatian khusus agar sesuai dengan rencana kegiatan yang berlangsung.Bangunan yang dapat digunakan dalam kehidupan manusia dalamoperasionalnya dapat dikategorikan sesuai fungsi bangunan tersebutmasing- masing.

e. Jaringan (Network) merupakan sistem buatan maupun alam yangmenyediakan fasilitas untuk operasional suatu wilayah permukiman.Sistem buatan, tingkat pemenuhannya bersifat relatif dan antarapermukiman yang satu dengan permukiman yang lainnya tidak harussama. Sistem buatan yang umum terdapat dalam permukiman sepertisistem jaringan air bersih, sistem jaringan listrik, sistem transportasi dansistem komunikasi (Suparno dan Marlina, 2006: 39).

Dalam esensi permukiman terdapat manusia sebagai pelaku utama dan

wadahnya, maka perlu juga dipahami hubungan antara elemen- elemen permukiman

dengan manusia yang saling mempengaruhi keberadaannya. Untuk merencanakan

pengembangan permukiman diperlukan pemahaman terhadap elemen pendukung

permukiman dalam Suparno dan Marlina, 2006: 43, antara lain:

a. Pemahaman atas hubungan antara alam sebagai media untukberlangsungnya operasional permukiman, manusia sebagai pelaku utamadan masyarakat sebagai sekumpulan komunitas keluarga serta rumahsebagai wadah tempat tinggal maupun networks sebagai sistem yangmenunjang kehidupan.

b. Realitas hubungan diantara elemen permukiman dimana alam merupakanwadah kegiatan yang difungsikan oleh manusia yang kemudianmembentuk kelompok sosial yang membutuhkan tempat berlindung.Kelompok sosial merencanakan sebuah bangunan untuk berlindung daribeberapa kelompok sosial terbentuk lingkungan besar dan kompleks yangmemiliki beberapa bangunan didalamnya. Berdasarkan lingkungan besardan kompleks inilah terbentuk networks yang dapat menunjang kegiatankeseharian masyarakat (Suparno dan Marlina, 2006: 43).

Permukiman mengalami perkembangan dari waktu ke waktu akibat dari

adanya demografi penduduk yang menyangkut mengenai pertumbuhan penduduk

Page 28: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

39

(angka kelahiran dan kematian) dan mobilitas penduduk atau perpindahan penduduk

dari suatu daerah ke daerah lainnya. Yunus (2001:107) berpendapat bahwa

perkembangan kota yang berarti perkembangan permukiman melibatkan berbagai

aspek seperti aspek non fisik (aspek politik, sosial, budaya, teknologi dan ekonomi)

dan aspek fisik, perkembangan kota tersebut berubah dari waktu ke waktu.

Menurut Kuswartojo (2005:75) perumahan dan perkembangan permukiman

sangat berkaitan dengan dinamika kependudukan yang mencakup pertumbuhan,

persebaran, mobilitas penduduk dan perkembangan rumah tangga. Soemarwoto

(2001:67) berpendapat bahwa untuk dapat melihat dan menjelaskan suatu dampak

atau perubahan yang telah terjadi pada suatu kawasan, maka harus mempunyai

bahan perbandingan sebagai acuan. Salah satunya adalah mengenai keadaan

sebelum terjadi perubahan, merembetnya lahan kekotaan kearah daerah pertanian di

sekitarnya telah menimbulkan beberapa dampak terhadap kehidupan petani atau

pemilik lahan yang ada.

Petani berada pada kondisi antara mempertahankan lahan pertanian dan

mengubah lahan pertanian menjadi non pertanian atau menjual lahannya karena

terdapat gangguan terhadap usaha pertaniannya, terdapat development pressure

terhadap lahan pertaniannya dan terdapat teror harga dalam urban land value

assessment yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan agricultural land value

assessment (Yunus, 2012:86). Dampak pengelompokan kegiatan di suatu kota besar

akan menyebabkan terpusatnya berbagai pusat kegiatan seperti pusat perkantoran,

pusat perdagangan, kampus dan lain sebagainya. Hal itu menyebabkan terjadinya

gejala persaingan untuk memperebutkan lokasi strategis di sekitar pusat kegiatan/

Page 29: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

40

paling dekat dengan pusat-pusat kegiatan tersebut, sehingga mempengaruhi

kenaikan nilai tanah di wilayah tersebut (Budihardjo, 1997:36).

Kesimpulan dari teori menurut beberapa ahli permukiman adalah

permukiman terdiri dari beberapa elemen pembentuknya adalah alam, manusia,

masyarakat, bangunan dan network. Elemen pembentuk permukiman merupakan hal

yang sangat mempengaruhi perkembangan yang terjadi pada permukiman. Elemen

manusia dan masyarakat akan menciptakan demografi penduduk sedangkan elemen

alam dan bangunan akan membentuk pemanfaatan ruang. Untuk melihat

perkembangan permukiman maka dibandingkan antara pertumbuhan demografi

(angka kelahiran, kematian, mobilitas penduduk) dengan perkembangan

pemanfaatan ruang terjadi pada permukiman.

2.3.3 Teori Ruang

Ruang merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Dikatakan merupakan sumber daya yang sangat penting karena ruang

merupakan tempat manusia melakukan segala aktifitasnya. Pengertian ruang sering

dikaitkan dengan pengertian lahan yang dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau

dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebuah hunian mempunyai

kualitas fisik yang penting dalam penggunaannya. Sementara ditinjau dari segi

ekonomi lahan adalah suatu sumber daya alam yang mempunyai peranan penting

dalam produksi (Lichrield dan Drabkin,1980:2).

Walter Isard (1952) sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya

hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni

Page 30: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

41

faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya. Hirschmann (era 1950-an) yang

memunculkan teori polarization effect dan trickling-down effect dengan argumen

bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan (unbalanced

development). Myrdal (era 1950-an) dengan teori yang menjelaskan hubungan

antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah

backwash and spread effect. Friedmann (era 1960-an) yang lebih menekankan pada

pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan yang

kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan. Douglass (era 70-an) yang

memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa – kota (rural – urban linkages)

dalam pengembangan wilayah. Sutami (era 1970-an) dengan gagasan bahwa

pembangunan infrastruktur yang intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi

sumberdaya alam akan mampu mempercepat pengembangan wilayah

(Sjarifuddin,2003: 2).

Ruang merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan wilayah.

Ruang mempunyai beberapa unsur, yaitu jarak, lokasi, bentuk dan ukuran. Ruang

sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segala

kekayaannya membutuhkan organisasi atau pengaturan ruang dan waktu. Unsur-

unsur ruang tersebut secara bersama- sama menyusun unit tata ruang yang disebut

wilayah. Whittlessey (1954) memformulasikan pengertian tata ruang berdasarkan

beberapa hal, yaitu unit areal konkret, fungsionalitas di antara fenomena dan

subyektifitas dalam penentuan kriteria. Kemudian Hartchorne (1960)

mengintroduksikan unsur hubungan fungsional diantara fenomena, yang melahirkan

konsep struktur fungsional tata ruang. Struktur fungsional tata ruang bersifat

Page 31: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

42

subyektif, karena dapat menentukan fungsionalitas berdasarkan kriteria subyektif

(Budiharsono, 2001: 13).

Optimalisasi ruang merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap ruang

dengan cara pemanfaatan ruang secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan

pelaku sehingga menjadikan kondisi yang lebih baik dan lebih sempurna. Luasan

ruang yang memadai untuk memenuhi kebutuhan luasan ruang minimal sesuai

dengan pedoman rumah sehat. Ketentuan layak tidaknya suatu rumah untuk

dioptimalisasi dari segi luasan ruang adalah jika suatu rumah memiliki luasan per

orangnya ± 20% dari 9 m² atau minimal 7,15 m² (Keputusan Menteri Nomor:

403/KPTS/M/2002).

Batasan rumah sederhana sehat (RS sehat) yang dipakai merujuk pada Kep

Men. Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 tentang

Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat. Dalam keputusan menteri

tersebut RS sehat adalah rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan

bangunan dan konstruksi sederhana tetapi masih memenuhi standar kebutuhan

minimal dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan, dengan

mempertimbangkan dan memanfaatkan potensial lokal yang meliputi potensi fisik

seperti bahan bangunan, geologis dan iklim setempat serta potensi sosial budaya

seperti arsitektur lokal dan cara hidup

Dalam perancangan rumah sederhana sehat, harus memenuhi tuntutan

kebutuhan ruang mendasar bagi penghuni dalam upaya peningkatan kualitas

kenyamanan dan kesehatan. Untuk itu ruang yang perlu disediakan sekurang-

kurangnya adalah sebagai berikut:

Page 32: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

43

1. Sebuah ruang tidur, yang memenuhi persyaratan keamanan dengan bagian-

bagian tertutup oleh dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang

cukup dan terlindungi dari cuaca. Ruang tidur merupakan ruang yang utuh

sesuai dengan fungsi utamanya.

2. Sebuah ruang serbaguna, yang didalamnya dilakukan kegiatan interaksi

antara anggota keluarga.

3. Sebuah kamar mandi yang digunakan sebagai ruang servis, khususnya untuk

kegiatan mandi, cuci dan kakus.

Ketiga ruang tersebut diatas merupakan ruang- ruang minimal yang harus

dipenuhi sebagai standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan ruang yang

mendasar guna memenuhi standar kenyamanan, keamanan dan kesehatan penghuni

sehingga menjadi rumah sehat sederhana. Dengan demikian maka dapat diketahui

bahwa rumah tinggal merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia karena didalam

rumah inilah tempat manusia tinggal, tempat pembinaan keluarga, tempat bekerja

dan menentukan produktivitas keluarga (Keputusan Menteri Permukiman dan

Prasarana Wilayah, 2002).

Perubahan pemanfaatan ruang dapat terjadi dimana salah satunya

dikarenakan adanya alih fungsi lahan pertanian. Perembetan lahan kekotaan ke arah

daerah pertanian sekitar menimbulkan kebimbangan bagi para petani untuk

mempertahankan lahan pertanian atau menjualnya (Yunus, 2012:86). Menurut

Sargent (1976) hal tersebut disebabkan adanya gangguan terhadap usaha-usaha

pertanian yang antara lain adalah terjadinya polusi air dan tanah dari kegiatan-

kegiatan industri yang mencemari lahan pertanian, gangguan terhadap orang yang

Page 33: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

44

membangun permukiman di sekitar lahan pertanian, terjadinya gangguan terhadap

saluran irigasi akibat pembangunan perumahan dan bangunan lain yang

mengganggu kegiatan pertanian, adanya kecenderungan meningkatnya pajak karena

nilai lahannya meningkat, adanya desakan dari anak-anak petani yang tidak suka

meneruskan kegiatan bertani (Yunus, 2012:87).

Perubahan yang terjadi pada lingkungan sosial budaya masyarakat akan

menimbulkan tekanan penduduk terhadap kebutuhan akan lahan. Tekanan penduduk

yang besar terhadap lahan ini diperbesar oleh bertambahnya luas lahan pertanian

yang digunakan untuk keperluan lain, misalnya permukiman, jalan dan pabrik

(Soemarwoto, 1994:188).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang meliputi

faktor alamiah berupa kondisi iklim, tanah, topografi dan morfologi wilayah. Faktor

sosial meliputi tingkat pendidikan, keterampilan/ keahlian, mata pencaharian,

penggunaan teknologi dan adat istiadat yang berlaku di wilayah tersebut (Yuniarto

dan Woro, 1991:35). Perubahan pemanfaatan ruang dipengaruhi oleh 6 faktor

penting yaitu karakteristik fisikal dari lahan, peraturan-peraturan mengenai

pemanfaatan lahan, karakteristik personal pemilik lahan, banyak sedikitnya utilitas

umum, derajat aksesibilitas lahan dan inisiatif para pembangun (Yuliawati,

2003:22).

Perubahan pemanfaatan ruang dapat mengacu pada dua hal yang berbeda,

yaitu pemanfaatan ruang sebelumnya dan pemanfaatan ruang berdasarkan rencana

tata ruang. Perubahan yang mengacu pada pemanfaatan lahan sebelumnya adalah

suatu pemanfaatan baru atas lahan yang berbeda dengan pemanfaatan lahan

Page 34: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

45

sebelumnya. Perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah pemanfaatan

baru atas lahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana tata ruang

wilayah yang telah disahkan. Jenis perubahan pemanfaatan ruang dapat dibagi

menjadi tiga cakupan antara lain perubahan fungsi merupakan perubahan jenis

kegiatan, perubahan intensitas mencakup perubahan KDB, KLB, kepadatan

bangunan dan perubahan teknis bangunan mencakup antara lain perubahan GSB,

tinggi bangunan dan perubahan minor lainnya tanpa mengubah fungsi dan

intensitasnya (Sedyohutomo, 2008:49).

Kesimpulan dari teori menurut beberapa ahli ruang adalah ruang merupakan

bagian penting dalam kehidupan manusia karena ruang merupakan wadah manusia

melakukan segala aktifitasnya. Kebutuhan minimal ruang dalam lingkup satu

keluarga setidaknya terdapat ruang tidur, ruang serbaguna dan ruang kamar mandi/

WC. Perubahan pemanfaatan ruang dapat terjadi dikarenakan berbagai faktor, salah

satunya adalah perubahan alih fungsi lahan pertanian yang diakibatkan oleh

terganggunya saluran irigasi akibat dari pembangunan permukiman dikawasan hulu

sungai dan meningkatnya nilai pajak tanah akibat dari nilai lahan yang terus

meningkat.

2.4 Model Penelitian

Model penelitian menguraikan secara keseluruhan kegiatan penelitian yang

akan dilakukan. Penggambaran model penelitian dilakukan kedalam sebuah

diagram. Model penelitian dimaksudkan untuk lebih memperjelas kegiatan

penelitian yang dilakukan. Tidak terkendalinya pertumbuhan penduduk pada

Page 35: Kajian Pustaka, Kerangka Berfikir, Konsep, Landasan Teori

46

permukiman kumuh di Kota Denpasar menjadi latar belakang dilakukannya

penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut selanjutnya dilakukan

pengumpulan data mengenai perkembangan permukiman kumuh di Denpasar Utara

dan faktor yang menyebabkan tidak terkendalinya demografi penduduk di

permukiman kumuh. Berdasarkan analisis data tersebut akan dirumuskan model

penelitian adalah sebagai berikut:

Diagram 2.2 Model penelitian

Permukiman Kumuh di Kota Denpasar

Kasus- kasus (daerah penelitian)

Hasil

Kependudukan Pemanfaatan Ruang

Landasan teori:1. Teori Kependudukan2. Teori Permukiman3. Teori Ruang

Rumusan Masalah 2 :Bagaimana perkembanganpemanfaatan ruang padapermukiman kumuh di JalanKarya Makmur dan GangKelapa Muda KecamatanDenpasar Utara?

Rumusan Masalah 1 :Bagaimana perkembangandemografi yang terjadi padapermukiman kumuh di JalanKarya Makmur dan GangKelapa Muda KecamatanDenpasar Utara?

Rumusan Masalah 3 :Bagaimana hubunganperkembangan demografidan pemanfaatan ruang padapermukiman kumuh di JalanKarya Makmur dan GangKelapa Muda KecamatanDenpasar Utara?

Perkembangan Demografi dan Pemanfaatan Ruang padaPermukiman Kumuh di Jalan Karya Makmur dan Gang KelapaMuda di Kecamatan Denpasar Utara