dd edeme
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
1. Pertukaran cairan dalam kapiler
A. Semua perpindahan gas, nutrient dan produk sisa metabolik antara darah dan
jaringan berlangsung memlaui membran kapiler dengan proses-proses fisik seperti
difusi, osmosis dan filtrasi. 1
a. Perpindahan dua arah hanya dapat terjadi pada tingkat kepiler yang memiliki
dinding cukup tipis untuk aliran air dan partikel.
a. zat-zat bergerak melaluiruang atau pori-pori kapiler yang ada di antara sel-sel
endothelial yang berdekatan dan melalui pori-pori molecular pada membrane sel.
B. Dinding kapiler mampu menahan elemen-elemen pembentuk darah dan dalam
keadaan normal, makromolekul protein besar besar dalam plasma.1
C. Pertukaran air dan zat-zat terlarut bergantung pada beberapa daya atau tekanan
yang berlawanan.1
a. Tekanan hidrostatik darah (tekanan filtrasi) dalam kapiler cenderung
mendorong cairan dan zat-zat terlarut keluar kapiler.
b. Tekanan osmotik koloid darah (onkotik) dibentuk oleh protein plasma.
Tekanan ini cenderung menarik cairan interstisial yang menyelubungi sel ke
dalam kapiler.
c. Tekanan osmotik koloid cairan jaringan (interstisial) terbentuk karena adanya
sejumlah kecil protein yang keluar dari kapiler. Tekanan ini cenderung menarik
cairan dalam kapiler menuju ruang interstisial.
d. Tekanan cairan jaringan (interstisial) adalah tekanan cairan dalam ruang antara
sel. Tekanan ini berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah.
1
D. Masuk atau keluarganya cairan pada kapiler bergantung pada keseimbangan
tekanan yang berlawanan di sepanjang kapiler dari ujung arteri sampai ujung
vena.1
a. Tekanan hidrostatik darah dan tekanan koloid cairan jaringan yang
mengeluarkan cairan dari kapiler, berlawanan dengan tekanan osmotik koloid
darah dan tekanan cairan jaringan yang mengembalikan cairan ke dalam
kapiler.
b. Tekanan filtrasi efektif adalah jumlah aljabar tekanan yang berlawanan. Jumlah
ini merupakan jumlah kekuatan bersih yang mengeluarkan cairan dari darah
menuju jaringan.
E. Hukum straling kapiler adalah hipotesis mengenai mekanisme pertukaran cairan
yang didasarkan pada gradien tekanan vena/arteri.1
a. Tekanan filtrasi efektif pada ujung arteri kapiler membantu pergerakan air dan
zat terlarut keluar menuju jaringan. Cairan jaringan keluar melalui ujung arteri.
b. Jika tekanan darah dalam jarring-jaring kepiler turun drastic, maka tekanan ini
tidak dapat lagi menahan tekanan lawan untuk absropsi ke dalam. Dengan
demikian, cairan jaringan akan bergerak memasuki kapiler melalui ujung vena.
F. Mekanisme starling mengansumsi suatu kapiler yang ideal. Teori terakhir
menyatakan vasomotion berirama (konstriksi intermitten dilatasi sfingter
perkapiler) dalam jarring-jaring kapiler kemungkinan akan memperbesar atau
memperendah tekanan pada kapiler seseorang. Dengan demikian,
pergerakancairan masuk atau keluar dapat berlangsung di sepanjang kapiler.1
2
G. Sedikit ketidakseimbangan yang terjadi dalam mekanisme pertukaran kapiler akan
mengakibatkan tidak terabsorpsinya sepersepuluh cairan jaringan pada ujung vena
jarring-jaring kapiler. Sedikit kelebihan ini dialirkan menuju sistem limfatik.1
2. Definisi Edema
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam
berbagai rongga tubuh, keadaa ini sering dijumpai pada praktik klinik sehari-hari yang
terjadi sebgai akibat ketidakseimbangan faktor-faktor yang mengontrol perpindahan
cairan tubuh, antara lain gangguan hemodinamik sistem kapiler yang menyebabkan
retensi natrium dan air, penyakit ginjal serta berpindahnya air dari intravascular ke
interstisium.2
Volume cairan interstisial dipertahankan oleh hukum straling. Menurut hukum starling,
kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut termasuk protein antara kapiler dan
jaringan sangat dipengaruhi oleh perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik masing-
masing kompertemen. Tekanan osmotik adalah tekanan yang dihasilkan molekul protein
plasma yang tidak permeabel melalui membrane kapiler.proses perpindahan hal ini
melalui proses difusi, ultrafiltrasi dan reabsorbsi. Faktor yang terlibat adalah perbedaan
tekanan hidrostatik intravascular dengan ekstravaskular dan permeabilitas kapiler (Kf).
Kecepatan perpindahan cairan (Fm) yang membentuk edema diformulasikan sebagai
berikut : 2
Fm= Kf (ΔP-Δπ)
3
3. Patofisiologi Edema
Edem terjadi pada kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik kapiler,
peningkatan permeabilitas kapiler atau peningkatan tekanan osmotik interstisisal atau
penurunan tekanan osmotik plasma. Ginjal mempunyai peran sentral dalam
mempertahankan homeostasis cairan tubuh dengan kontrol volume cairan
ekstraseluler melalui pengaturan pengaturan eksresi natrium dan air. Hormone
antidiuretic disekresikan sebagai respons terhadap perubahan dalam volume darah,
tonisitas dan tekanan darah untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. 2
A. Berkurangnya konsentrasi protein plasma menurunkan tekanan osmotik koloid
plasma. Penurunan tekanan masuk utama ini menyebabkan kelebihan cairan yang
keluar sementara cairan yang direabsorpsi lebih sedikit daripada normal; karena
itu kelebihan cairan tersebut tetap berada di ruang interstisium. Edema dapat
disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma melalui beberapa cara
berbeda: pengeluaran berlebihan protein plasma melalui urin, akibat penyakit
ginjal; penurunan sintesis protein plasma, akibat penyakit hati (hati membentuk
hampir semua protein plasma); makanan yang kurang mengandung protein; atau
pengeluaran bermakna protein plasma akibat lukabakar yang luas.3
B. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler memnungkinkan lebih banyak
protein plasma yang keluar dari plasma ke dalam cairan interstisium sekitar-
sebagai contoh, melalui pelebaran pori kapiler yang dipicu oleh histamin sewaktu
cedera jaringan atau reaksi alergik. Penurunan tekanan osmotik koloid plasma
yang terjadimenurunkan tekanan masuk efektif, sementara peningkatan tekanan
osmotic koloid cairan interstisium yang terjadi akibat peningkatan protein di
4
cairan interstisium meningkatkan gaya keluar efektif. Ketidakseimbangan ini ikut
berperan menyebabkan edema local yang berkaitan dengan cedera (misalnya,
lepuh) dan reaksi alergik (misalnya biduran). 3
C. Meningkatnya tekanan vena, seperti ketika darah terbendung di vena,
menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler karena kapiler mengalirkan
isinya ke dalam vena. Peningkatan tekanan keluar kapiler ini berperan besar
menyebabkan edema pada gagal jantung kongesti. Edema regional juga dapat
dapat terjadi akibat restriksi lokal aliran balik vena. Contohnya adalah
pembengkakan yang sering terjadi di tungkai dan kaki selama kehamilan. Uterus
yang membesar menekan vena-vena besar yang menyalurkan darah dari
ekstremitas bawah sewaktu pembuluh-pembuluh tersebut masuk ke rongga
abdomen. Bendungan darah di vena inimeningkatkan tekanan darah di kapiler
tungkai dan kaki, mendorong edema regional ekstremitas bawah. 3
D. Sumbatan pembuluh limfe menyebabkan edema karena kelebihan cairan filtrasi
tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui
pembuluh limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperparah masalh
melalui efek osmotiknya. Sumbatan pembuluh limfe lokaldapat terjadi, sebagai
contoh, di lengan wanita saluran-saluran drainase limfe utamanya dari lengan
telah tersumbat akibat pengangkatan kelenjar pada pembedahan karena kanker
payudara. Penyumbatan pembuluh limfe yang lebih luas terjadi pada filariasis,
suatu penyakit parasite yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama ditemukan
di daerah pantai tropis. Pada penyakit ini, cacing yang halus mirip benang
menginfeksi pembuluh limfe dan menyumbat drainase limfe. Bagian tubuh yang
5
terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami edem berat. Penyakit ini
sering dinamai elerfantiasis karena kaki yang membengkak tampak seperti kaki
gajah. 3
4. MorfologiEdema
A. Edema subkutan
Dapat mempunyai sebaran yang berbeda tergantung pada penyebabnya. Edema
ini bersifat difus atau dapat lebih mencolok pada daerah bertekanan hidrostatik
tinggi. Pada daerah tersebut, distribusi edema dipengaruhi gravitasi dan diberi
istilah sesuai pada bagian tubuh terkait (misalnya edema tungkai) merupakan
gambaran mencolok pada gagal jantung, terutama pada ventrikel kanan. 4
1. Edema preorbital
Edema muncul pada jaringan dengan matriks jaringan ikat yang longgar seperti
palpebral..4
2. Edema pitting
Edema yang terjadi tekanan pada jari tangan pada jaringan subkutan yang
mengalami edema secara bermakna akan memindahkan cairan intertisial dan
meninggalkan cekungan berbentuk.4
3. Edema paru
Edema yang terjadi pada kasus gagal jantung, terutama ventrikel kiri. Dan dapat
terjadi pada gagal ginjal. 4
4. Edema otak
Dapat terlokalisasi pada tempat jejas fokal atau dapat generalisata, misalnya pada
ensefalitis, krisis hipertensi, atau sumbatan pada aliran keluar vena di otak.
6
Trauma dapat menyebabkan edema lokalisata atau generalisata bergantung sifat
dan luas jejas. Pada generalisata, otak mengalami pembengkakan secara
makroskopis yang disertai dengan ulkus yang menyempit serta girus yang
menggelembung yang menunjukan adanya tanda penipisan yang menekan
cranium yang luas. 4
5. Manifestasi Edema
A. Penurunan aliran darah ginjal
Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan terjadinya peningkatan tonus
simpatis yang akan menurunkan aliran darah pada ginjal. Jika aliran darah pada
ginjal berkurang akan dikompensasi oleh ginjal dengan menahan natrium dan air
melalui mekanisme :2
a. Peningkatan reabsorbsi garam dan air di tubulus proksimal, dengan
mekanisme peningkatan sekresi renin oleh apparatus jukstaglomerolus.
Renin meningkatkan pembentukan angiotensin II yang akan menyebabkan
kontriksi arteriol aferen sehingga terjadi peningkatan filtrasi glomerulus
dan peningkatan tekanan osmotik. Peningkatan tekanan osmotik ini akan
menyebabkan peningkatan reabsorbsi air pada tubulus proksimal. 2
b. Peningkatan reabsorbsi natrium dan air tubulus distalis
Angiotensin II akan merangsang kelenjar adrenal melepaskan adosterone
yang akan menyebabkan retensi natrium pada tubulus kontortus distalis. 2
B. Pembentukan edema pada sindrom nefrotik
7
Sindrom nefrotik adalah kelainan glomerulus dengan karakteristik proteinuria.
Yang akan menyebabkan hipoalbuminemia sehingga terjadi penurunan tekanan
osmotik yang berdampak pada perpindahan cairan intravaskular ke intersitium. 2
C. Pembentukan edema pada gagal jantung
Gagal jantung kongestif ditandai kegagalan pompa jantung, saat jantung gagal
memompa darah, darah akan terbendung pada sistem vena dan saat bersamaan
volume darah arteri berkurang. Volume darah yang berkurang ini akan merespon
aktivasi saraf simpatis yang mengakibatkan vasokontriksi sebagai usaha
mempertahankan curah jantung dan menyalurkan darah ke organ-organ utama,
sehingga terjadi penurunan aliran darah ke ginjal yang mengakibatkan ginjal
menahan natrium dan air. Lalu kegagalan memompa darah secara maksimal oleh
jantung menambah beban dari ventrikel kiri sehingga terjadi penumpukan cairan
yang akan terkumulasi ke paru sehingga terjadi sesak dan edema paru-paru. Selain
penumpukan cairan pada paru, terjadi pula penumpukan dari darah pada vena-
vena dari kaki menyebabkan terjadi kebocoran cairan ke dalam ruang interstitial
sehingga terjadi edema tungkai. 2
D. Pembentukan edema pada sirosis hati
Sirosis hepatis ditandai oleh fibrosis jaringan hati yang luas dengan pembentukan
nodul. Pada sirosis hepatis terjadi kerusakan parenkim hati, terjadi vasodilatasi
semakin berat menyebabkan tahanan perifer semakin menurun. Tubuh akan
menafsirkan seolah-olah terjadi penurunan volume arteri. Keadaan ini
mengaktivasi system vasokontriksi dan anti diuresis akan menyebabkan retensi air
dan retensi garam. Sehingga terjadi penumpukan cairan pada jaringan intersitium.
8
Kerusakan parenkim hati juga menimbulkan hipoalbuminemia yang
mengakibatkan rendahnya jumlah protein sehingga terjadi edema. 2
E. Pembentukan edema karena obat
Mekanisme penyebab terjadinya edema karena obat diantaranya terjadi
vasokontriksi arteri renalis (OAINS, cyclosporine), dilatasi arteri sistemik
(vasodilator), meningkatkan reabsorbsi natrium diginjal (hormone steroid) dan
merusak struktur kapiler (interleukin 2). 2
6. Terapi Edema
Diuretik
Diuretik adalah obat yang cepat menambah pembentukanurin. Adanya dua pengertian
pertama yaitu penambahan volume urin yang di produksi, yang kedua menunjukan zat-
zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretrik adalah untuk memobilisasi cairan edema,
sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. 5
1. Penghambat mekanisme transpor elektrolit di dalam tubuli ginjal
2. Diuretik osmotik
Diuretik kuat (high-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretik yang efeknya sangat
kuat di bandingkan dengan diuretik lain. Tempat kerja utamanya di bagian epitel tebal
ansa henle bagian asenden karena itu kelompok disebut juga sebagai loop diuretik.
Termasuk dalam kelompok ini adalah furosemid, torsemid asam etakrinat dan
bumetanid.5
9
Obat Tempat kerja utama Cara kerja
Diuretik osmotik 1. Tubuli proksimal
2. Ansha henle
desenden bagian
epitel tipis
3. Duktus kolingentes
1. Penghambatan
reabsobsi natrium air
melalui daya
2. Penghambatan
reabsorbsi natrium
dan air oleh karena
hipertonsisitas daerah
medula menurun
3. Penghambatan
reabsorbsi natrium
dan air oleh karena
penghambat efek
ADH
Penghambatan enzim
karbonik anhidrase
Tubuli proksimal Penghambat terhadap
reabsorbsi HCO3-,
H+, dan Na-
Tiazid Hulu tubuli distal Penghambatan
terhadap reabsorbsi
natrium klorida
Diuretik hemat kalium Hilir tubuli distaldan
duktus koligantes
Penghambatan anti
Na+/K+ (reabsobsi
10
daerah korteks natrium dan sekresi
kalium) dengan jalan
antagonisme
kompetitif
(spironolakton) atau
secara langsung
(triametren dan
amiloid)
Diuretik kuat Ansa henle asenden
bagian apitel tebal
Penghambatan
terhadap kontranspor
Na+/K+/Cl-
A. Farmakodinamik
Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit di ansa
henle asenden bagian epitel tebal, tempat kerja di permukaan sel epitel bagian luminal
(yang menghadap ke lumen tubuli) pada pemberian secara IV obat ini cenderung
meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus.
Perubahan hemodinamik ginjal ini mengakibatkan menurunya reabsorbsi cairan dan
elektrolit di tubuli proksimal serta meningkatnya efek awal diuresis. Peningkatan aliran
darah ginjal ini relatif hanya berlangsung sebentar. Dengan berkurangnya cairan ekstrasel
akibat diuresis. Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya berlangsung sebentar.
Dengan berkurangnya cairan ekstrasel akibat diuresis, maka aliran darah ginjal menurun
dan hal ini akan mengakibatkan meningkatnya reabsorbsi cairan dan elektrolit tubuli
11
proksimal. Furosemid dan bumetanid mempunyai daya hambat enzim karbonik anhidrase
karena keduanya merupakan devirat sulfonamid, seperti juga tiazid dan asetazonlamid,
tetapi aktifitsnya terlalu lemah untuk menyebabkan diuresis di tubuli proksimal. Diuretik
kuat juga menyebabkan meningkatnya ekresi K+ dan kadar asam urat plasma
mekanismenya kemungkinan besar sama dengan tiazid. Ekskresi Ca++ dan Mg++ juga di
tingkatkan sebanding dengan peningkatan eksresi Na+ berbeda dengan tiazid golongan
ini tidak mengakibatkan Ca++ di tubuli distal. Bedasarkan atas efek kalsiuria ini, golongn
diuretik kuat digunakan untuk pengobatan simtomatik hiperkalesemia. Diuretik kuat bisa
mengakibatkan alkalosis metabolik. 5
B. Farmakokinetik
Diuretik kuat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-
beda. Biovaibilitas furosemid 65% sedangkan butenid hampir 100%. Obat golongan ini
terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehinga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi
cepat sekali disekresi melalui sistem transpor asam organik di tubuli proksimal. Kira-kira
2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV dieksresikan melalui ginjal dalam
bentuk utuh dan konjugasi dengan senyawa, sulfndrill, terutama sistein dan N-asetil
sistein. 5
C. Efek samping dan perhatian
1. Gangguan cairan elektrolit. Sebagiann efek samping berkaitan dengan gangguan
kesimbangan cairan dan elektrolit. Antara lain hipotensi, hiponatremia,
hipokloremia, hipokalsemia dan hipomagnesium.
12
2. Ototoksisitas. Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun
menetap.
3. Hipotensi dapatterjadi akibat deplesi volume sirkulasi
4. Efek metabolik berupa hiperuria hiperglikemia peningkatan kolesterol LDL dan
trigliserida serta penurunan HDL
5. Reaksi alergi
6. Nefrits interstilitas alergik yang menyebabkan gagal ginjal reversible
D. Interaksi
Seperti diuretik tiazid hipoglikemia akibat pemberian diuretik kuat dapat meningkatkan
resiko aritmia pada pasien yang juga mendapatkan digitalis atau obat antiaritmia.
Pemberian bersama obat yang bersifat nefrotik seperti aminogloksida dan antikanker
sispaltin akan meningkatkan resiko nefrotaksis. Diuretik kuat dapat berinteraksi dengan
warfarin dan klofibrat melalui pergeseran ikatannya dengan protein. Pada penggunaan
kronis diuretik kuat ini dapat menurunkan klirens litium, penggunaan bersama dengan
sefalosporin dapat meningkatkan nefrotaksis sefalosporin. Antiinflamasi nonstreoid
terutama indometasin dan kortikosteroid melawan kerja furosemid. 5
E. Penggunaan klinik
a. Gagal jantung
Furosemid merupakan obat standar untuk gagal jantung yang disertai edema dan tanda-
tanda bendungan sirkulasi seperti peninggian JVP, edema paru, edema tungkai dan asites.
Untuk edema paru akut diperlukan pemberian secara intravena. Pada keadaan ini
perbaikan klinik di capai karena terjadi perubahan hemodinamik dan penuruna volume
13
cairan ekstrasel dengan cepat sehingga alir balik vena dan curah ventrikel kanan
berkurang. 5
b. Edema refakter
Untuk mengatasi edema refakter diuretik kuat biasanya di berikan bersama diuretik lain
misalnya tiazid atau diuretik hemat K+ pemakaian dua macam obat diuretik bersamaan
merupakan tindakan yang tidak rasional. Diuretik kuat juga merupakan obat yang efektif
untuk mengatasi asites akibat penyakit sirosis hepatitis dan edema akibat gagal ginjal.
Sebaiknya diberikan secara oral kecuali bila di perlukan diuresis yang segera maka dapat
di berikan secaraIV atau IM. Bila ada nefrosis atau gagal ginjal kronik, maka diperlukan
dosis furosemid jauh lebih besar dari pada biasanya. Furosemid juga bisa di tunjukan
kepada penderita gagal ginjal akut yang masih awal, namun hasilnya tidak konsisten,
diuretik dapat menurunkan kadar kalsium plasma pada pasien hiperkalsemia simtomatik
dengan cara meningkatkan eksresi kalsium melalui urin, bila digunakan untuk tujuan ini
maka perlu pula diberikan suplemen Na+ dan Cl untuk menggantikan kehilangan Na+
dan Cl- melalui urin. 5
14
Daftar Pustaka
1. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi. Editor: Widyastuti Palupi. Jakarta: EGC.2004,
244-245
2. Effendi, Ian, Restu, Pasaribu. Bab 147: Edem Patofisiologi dan Penanganan. Dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5, editor Sudoyo A.W dkk, 2009, p.946-951,
Interna Publishing, Jakarta.
3. Sherwood, Lauralee. Bab 7: Pembuluh Darah dan Tekanan darah. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.2012, 396-398.
4. Kumar Vinay, Crawford M James, Clare J Micheal. Gangguan Haemodinamik,
Trombosis dan Syok. Dalam Buku Ajar Patologi Robbins, vol.2. Edisi7. Editor
Hartanto Huriawati, darmaniah Nurwany, Wulandari Nanda. 2004, 87-88. EGC.
Jakarta
5. Department Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: Balai peneerbit FKUI.2009
15