dawud-makalah sej peradaban islam-runtuhnya baghdad dan implikasinya thd persebaran islam di asia

20
RUNTUHNYA BAGHDAD DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERSEBARAN ISLAM DI ASIA Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Ahwan Mukarrom, M.A. Disusun Oleh: Mochammad Dawud NIM. F 0 9 4 1 1 2 9 9 KONSENTRASI DAKWAH PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2011

Upload: mochammad-dawud

Post on 28-Jul-2015

623 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

RUNTUHNYA BAGHDAD DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PERSEBARAN ISLAM DI ASIA

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu

Prof. Dr. H. Ahwan Mukarrom, M.A.

Disusun Oleh:

Mochammad Dawud

NIM. F 0 9 4 1 1 2 9 9

KONSENTRASI DAKWAH

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2011

Page 2: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

2

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Panji-panji islam telah ditancapkan di tanah 1001 malam sejak masa kekhalifahan

Abu Bakar Al S}>iddiq. Kala itu, panglima Khalid bin al-Walid setelah menaklukkan

Yamamah kemudian diperintahkan Khalifah Abu Bakar Al S}>iddiq untuk mendakwahi

penduduk Irak kepada Islam.1 Pada masa khalifah selanjutnya, perluasan daerah Irak dan

wilayah Timur terus dilakukan. Melalui berbagai perang dan ekspansi akhirnya Islam benar-

benar bisa menguasai. Bahkan seiring dengan berjalannya waktu dan semakin besarnya

pengaruh islam ke berbagai penjuru dunia. Dinasti Amawiyah memusatkan pemerintahannya

di Damaskus. Sedangkan dinasti Abbasiyah menjadikan kota Baghdad sebagai pusat

pemerintahannya.

Islam mengalami zaman keemasannya ketika dinasti Abbasiyah berkuasa. Bahkan

pada saat khalifah Harun al Rasyid. Banyak lembaga-lembaga pendidikan didirikan. Baitul

Hikmah yang menjadi pusat pengkajian keilmuan berkembang pesat.2 Namun zaman

keemasan itu tidak berlangsung lama. Masa-masa kemunduran dimulai setelah khalifah

Harun al Rasyid mangkat.

Satu demi satu wilayah-wilayah yang dikuasai oleh dinasti Abbasiyah mulai merasa

tidak ada lagi hubungannya dengan pemerintahan di Baghdad. Mereka tidak merasakan

adanya manfaat lagi dengan mempertahankan dinasti Abbasiyah yang cara mempertahankan

kekuasaannya sudah tidak lagi mengedepankan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik. Ada

yang menjadi pemerintahan sendiri/otonom, ada yang semi otonom bahkan ada yang

memerdekakan diri.

Meski kehancuran dinasti juga didukung faktor eksternal, namun faktor internal

sebenarnya sangat dominan. Ibnu Khaldun menyatakan, salah satu hambatan untuk mencapai

1 Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab Al Bidayah wan Nihayah. Terjemahan Abu Ihsan al Atsari (Jakarta:

Darul Haq, 2011), 147. 2 Yusuf Al Isy, Dinasti Abbasiyah. Terjemahan Arif Munandar (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2007), 53

Page 3: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

3

kekuasaaan adalah kemewahan hidup dan larut dalam kenikmatan.3 Sedangkan Philip K. Hitti

menyebutnya hampir sama dengan kondisi Imperium Romawi di Barat. Saat si sakit sudah

berada di ranjang kematiannya ketika perampok mendobrak pintu dan segera mengambil

bagian dari warisan imperium.3

3 Ibnu Khaldun, Mukaddimah terjemahan Masturi Irham dkk (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001) hal. 221.

3 Philip K. Hitti, History of The Arabs. Terjemahan R. Cecep Lukman Yasin (Jakarta: PT Serambi Ilmu, 2002),

616.

Page 4: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

4

II. RUNTUHNYA BAGHDAD

A. Awal Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Masyarakat muslim pada awal pemerintahan Abbasiyah banyak berharap

perbaikan taraf hidup mereka, sehingga mereka bersatu-padu mendukung pergerakan

Abbasiyah sampai lahirnya dinasti baru ini. Tapi nyatanya imperium ini tidak

ubahnya seperti pemerintahan Bani Umayyah, yang berganti hanya namanya saja.

Baitul mal yang sejatinya didistribusikan untuk kepentingan masyarakat, hanya dapat

dinikmati oleh kalangan penguasa.4 Memang pada awalnya orang-orang non arab

telah diangkat untuk menduduki jabatan panglima-panglima tentara dan gubernur, tapi

akhirnya mereka harus pasrah dengan hidup menderita.

Baitul mal yang sarat dengan uang, bisa mengubah kepribadian

seseorang/khalifah, mereka terbuai dengan kehidupan mewah sehingga kurang

memperhatikan urusan negara. Bahkan seorang Wazir bisa menyogok seorang

Khalifah untuk jabatan yang sangat berpengaruh. Tujuannya adalah untuk

mengeksploitasi jabatannya dan mengembalikan modal yang telah dikeluarkan untuk

menghadapi masa-masa sulit di kemudian hari. Dengan berbagai kecurangan karena

jabatan dianggap sebagai kekayaan yang harus dibeli, dijual dan dieksploitasi untuk

kepentingan pribadi.5

Sistim monarki yang diberlakukan oleh para khalifah saat melanjutkan estafet

kepemimpinannya menjadi titik awal kemunduran Bani Abbasiyah. Meski pada masa

Khalifah Harun Al Rasyid Islam mengalami kegemilangan, namun al Rasyid juga ikut

melestarikan sistem pemerintahan Bani Umayyah yang menganut paham Monarki,

yaitu menunjuk puteranya sebagai pengganti sesudahnya. Bahkan apa yang dilakukan

oleh Al Rasyid agak aneh, tidak seperti biasanya Khalifah pendahulunya. Ia menunjuk

ketiga puteranya sekaligus sebagai putera mahkota (Al Amien, Al Ma’mun, Al

Mu’taman)6.

4 Abul A’la Al-Maududi, Khalifah Dan Kerajaan. Terj. Muhammad Al-Bakir (Bandung: Mizan, 1994), 253

5 Ira.M.Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian Kesatu dan Kedua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1999), hal. 198. 6 A.Syalabi. Sejarah Dan Kebudayaan Islam Terj. Muhammad Labib (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru), 107

Page 5: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

5

Untuk menjaga kerukunan dan agar tidak terjadi bentrokan antar ketiga

puteranya, ia mengangkat Al Amien sebagai gubernur Syam dan Irak, sementara Al

Ma’mun diangkat sebagai gubernur Khurasan dan daerah utara sungai Say dan Hun

serta daerah timur, sedangkan Al Kosim dengan gelar Al Mu’taman diberi jabatan di

daerah al Jazirah dan daerah perbatasan yang berhadapan dengan Imperium Romawi.7

Ketiganya diminta untuk tidak saling intervensi antara yang satu dengan yang lain.

Setelah Al Rasyid meninggal, Al-Amien begitu cepat melanggar apa yang

telah digariskan oleh ayahnya dengan berkeinginan memecat kakaknya dari jabatan

sebagai putera mahkota. Tapi ternyata Al-Ma’mun berhasil melumpuhkan pergolakan

Al-Amien dan membunuhnya dalam pertempuran yang terjadi di kota Baghdad pada

bulan Muharram 198 H.8 Namun peperangan sengit tersebut tidak hanya melemahkan

kekuatan militer Abbasiyah melainkan juga melemahkan warga Irak dan sejumlah

propinsi lainnya.9

Al-Ma’mun terkenal dengan pemikiran ideologisnya, pemikiran-pemikirannya

lebih cenderung kepada paham Mu’tazilah. Hal ini membuat masyarakat resah dan

banyak memakan korban terutama Ahli Hadits yang sangat menentang teologi

Mu’tazilah. Mereka dipenjarakan. Tapi untuk menarik simpati masyarakat, khususnya

warga Syi’ah, Al-Ma’mun mengangkat Ali Ridha, imam ke delapan sebagai

pewarisnya. Kaum Syi’ah hanya sebagai elit spritual dan intelektual yang tidak

mampu memerintahkan rakyat untuk memberikan dukungan.10

Sepanjang imperium Abbasiyah yang sebagian dibangun berdasar upaya

identifikasi Islam dan sebagian berdasarkan identifikasi khalifah, maka hilangnya para

pendukung merupakan sebuah bencana politik yang amat besar. Meskipun khalifah

tetap sebagai pimpinan umat dan simbol bagi persatuan muslim, tetaplah terbuka

jurang pemisah antara negara dan komunitas keagamaan. Sejak saat itu, khalifah

menampakkan interest politik dan pemerintahan islam. Sementara para ulama dan sufi

merumuskan prinsip-prinsip keyakinan islam.

7 Ibrahim Al-Shuraiqi Al-Tarikh Al-Islami (tt: tp, 1971), 132.

8 Dr. Muhammad Al-Thayyib, Tarikh Al-Daulah Al-Abbasiyah Wa Hadlarotiha (Riyad, Jami’a Al-Imam

Muhammad bin Sa’ud, 1400 H), 21. 9 lra.M.Lapidus, Sejarah Sosial…., 194

10 Karen Armstrong, Islam: A Short History, terj. Ira Puspito Rini (Surabaya, Ikon Teralitera, 2004), 75. baca

juga Ira M. Lapidus, Sejarah….. hal 164.

Page 6: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

6

Al Mu’tashim (ada yang menyebutnya juga al-Musta’shim)11

adalah khalifah

terakhir pada dinasti Abbasiyah. Ia sudah tidak banyak mendapatkan dukungan dari

rakyatnya. Turunnya wibawa khalifah diikuti dengan pemisahan beberapa wilayah

dalam dinasti Abbasiyah. Mereka ada yang menjadi otonom, semi otonom bahkan

secara terang-terangan menyatakan mendirikan dinasti tersendiri. Akibatnya,

perpecahan tidak bisa dihindarkan. Al Mu’tashim berupaya menumpas

pemberontakan-pemberontakan ini dengan pasukan bayarannya.

Namun peperangan sengit juga terjadi antara internal keluarga kerajaan.

Ribuan orang terbunuh akibat peristiwa Al Mansur melawan Abdullah bin Ali,

pamannya sendiri. Juga saat Al-Mu’tasim melawan Abbas bin Ma’mun. Konflik ini

sangat menghilangkan solidaritas keluarga dan mengundang campur tangan kekuatan

luar seperti orang Turki, Saljuk dan Buwaihi.

Al-Mu’tasim banyak mendatangkan prajurit baru yang sengaja didatangkan

dari Turki untuk menggantikan prajurit keturunan Arab dan Persia. Dengan harapan

mereka bisa bekerja maksimal untuk kepentingan negara. Namun apa yang dirasakan

malah sebaliknya. Walaupun prajurit Turki banyak berhasil menumpas

pemberontakan, tapi masalah yang ditimbulkan justru lebih besar. Pengaruh

keturunan Turki kian bertambah kuat dan bertindak mencampuri urusan pemerintahan

dalam hal pengangkatan dan pemberhentian pegawai. Khalifah tidak lagi menjalankan

tugasnya sebagaimana harusnya, melainkan hanya sekedar jadi simbol belaka.

Perpecahan semakin membesar, para gubernur (amir) yang berdomisili di

wilayah barat baghdad seperti Aghlabiyah, Idrisiyah, Fatimiyah, Umawiyah II,

Thuluniyah dan Hamdaniyah maupun yang berdomisili di timur Baghdad seperti

Thahiriyah, Shafariyah, Ghaznawiyah, Samaniyah mencoba untuk tidak taat lagi pada

khalifah pusat di Baghdad.

Hal ini diperparah dengan intrik yang dilakukan perdana menteri Ibnu Alqami.

Ia berhasil merayu pasukan Tartar untuk menyerang Baghdad. Ia kemudian

menyarankan khalifah Mu’tashim mengirim hadiah-hadiah yang berharga kepada

Hulagu Khan agar membatalkan rencana penyerbuannya ke Baghdad. Beberapa

11

Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup), 173.

Page 7: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

7

pembantu dekat khalifah mengusulkan agar khalifah tidak perlu membawa barang-

barang mewah sebagai hadiah dan tidak perlu berlebih-lebihan menanggapi ancaman

Hulagu Khan. Khalifah Mu’tashim akhirnya menyetujui usulan yang kedua. Hal itu

didengar oleh Hulagu Khan. Hulagu Khan lantas berkirim surat dan meminta

pembantu yang mengusulkan pemberian hadiah yangtidak mewah tersebut. Surat itu

tidak digubris oleh khalifah Mu’tashim. Hulagu Khan semakin geram.12

Pada awal 1258 M, Hulagu Khan mengirimkan pasukan ke Baghdad sebagai

pasukan awal sebelum kedatangannya. Namun saat itu Baghdad dijaga ketat dan

pertahanan sudah disiapkan. Setelah beberapa lama terlibat pertempuran, al

Mu’tashim akhirnya ditangkap bersama al Qami, para penasehat khalifah serta para

keluarga khalifah. Mereka semua dibunuh bersamaan dengan pembantaian penduduk

kota Baghdad oleh Hulagu Khan.

Pada tahun itu pula 1258 M, gedung-gedung di Baghdad, mulai dari istana,

gedung pemerintah hingga madrasah-madrasah dibakar dan diratakan oleh Hulagu

Khan. Buku-buku karya intelektual muslim pada zaman keemasan dibakar dan

dibuang ke sungai Tigris. Sayyid Muhammad al Wakil menggambarkan pada saat itu

sungai Tigris airnya sampai berwarna hitam akibat lunturan tinta dari buku-buku yang

dibuang ke dalamnya.

Hulagu Khan tidak menyisakan apapun atas karya-karya ilmu pengetahuan

dinasti abbasiyah. Inilah yang kemudian menjadi persoalan umat islam hingga

sekarang.

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Kebesaran, keagungan, kemegahan dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat

pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah

kota ini dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun

1258 M. Semua bangunan kota termasuk istana emas dihancurkan. Pasukan Mongol

juga meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu, dan membakar buku-

buku yang ada di dalamnya.

12

Muhammad Sayyid Al Wakil, Lahmatun Min Tarikhid Da’wah; Asbabudh-Dha’fi Fil Ummatil Islamiyyah.

Terjemahan Fadli Bachri (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1998), 257.

Page 8: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

8

Kota Baghdad sangat menarik bagi bangsa-bangsa yang ingin meluaskan

ekspansinya di wilayah Timur Tengah. Meski sudah dihancurkan oleh pasukan

Mongol, pada tahun 1400 M kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk. Tentara

Kerajaan Safawi juga pernah menyerang Baghdad pada tahun 1508 M.

W. Montgomery Watt menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan

kemunduran pada masa daulah Abbasiyah:

1. Luasnya wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah. Hal itu tidak didukung dengan

kemudahan komunikasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah yang ada di

daerah-daerah. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para

penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.

2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada

mereka sangat tinggi.

3. Keuangan negara negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara

bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup

memaksa pengiriman pajak ke Baghdad. 13

Sementara, Badri Yatim menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan

kemunduran dinasti Abbasiyah, antara lain:

1. Persaingan Antarbangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang

Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada

masa dinasti Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah dinasti

Abbasiyah berdiri, Bani Abbasiyah tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa

ini persaingan antarbangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan

masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal

khalifah Abbasiyah sendiri.

2. Kemerosotan Ekonomi

13

W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1990), 165-166.

Page 9: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

9

Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan

dengan bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah

merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar daripada yang

keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan harta. Setelah khilafah mengalami periode

kemunduran, pendapatan negara menurun sehingga terjadi kemerosotan dalam bidang

ekonomi.

3. Konflik Keagamaan

Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan. Pada periode

Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentral sehingga

mengakibatkan perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah,

Ahlus Sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah

mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.

4. Perang Salib

Perang salib merupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang salib yang

berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian

pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara Salin sehingga

memunculkan kelemahan-kelemahan.

5. Serangan Bangsa Mongol

Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam menyebabkan kekuatan Islam

menjadi lemah, khususnya serangan yang dilakukan oleh Hulagu Khan yang berhasil

membunuh khalifah terakhir dan membantai warga Baghdad.14

Ada pendapat lain yang menambahkan karena banyaknya wilayah-wilayah

yang dipimpin oleh para gubernur melepaskan diri dari pusat Baghdad dan

mendirikan dinasti-dinasti kecil secara mandiri. Ketidakjelasan sistim penggantian

khalifah serta munculnya gerakan-gerakan pemberontakan.15

14

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 80-85. 15

Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UMM Press, 2004), 70-73

Page 10: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

10

Meski secara garis besar ada dua faktor yang menyebabkan kemunduran

Dinasti Abbasiyah, yakni internal dan eksternal, namun Philip K. Hitti yakin faktor

internal-lah yang paling dominan dalam menyebabkan kemerosotan kekuasaan Bani

Abbasiyah.16

16

Philip K. Hitti, History of The Arabs, 617.

Page 11: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

11

BAB III

DAMPAK RUNTUHNYA BAGHDAD

A. Di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Pusat kedaulatan Abbasiyah yang berada di Baghdad bisa menjangkau berbagai

daerah yang ada dan memimpin daerah tersebut. Di bawah kekuasaan daulah Abbasiyah

Islam mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, terutama pendidikan. Para pemimpin

daulah Abbasiyah lebih memikirkan bidang pendidikan daripada daulah Umayyah

sebelumnya yang lebih fokus pada bidang kemiliteran.

Daulah Abbasiyah sangat menonjol dalam bidang pendidikan pada masa kekhalifahan

Al Makmun. Khalifah Al Makmun adalah seorang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan

di atas segalanya. Dia juga selalu memikirkan agama Islam dengan ilmu pengetahuan

tersebut. Dia berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan menerjemahkan buku-buku

dari Yunani serta mengembangkan ilmu-ilmu dengan mendapatkan temuan baru. Filsafat

Yunani yang bersifat rasional menjadikan Khalifah Al Makmun terpengaruh dan mengambil

teologi Mu’tazilah menjadi teologi negara. 17

Dalam masa itu, Islam menjadi Negara yang tak

tertandingi dalam bidang pendidikan serta banyak memberikan sumbangan ilmu

pengertahuan terhadap dunia.

Serangan Hulagu Khan di Baghdad tidak menyisakan apapun. Dalam konteks seperti

ini sudah barang tentu dunia pendidikan tidak mendapatkan tempat yang memadai. Segala

aspek yang menunjang berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan serba terbatas. Pada

masa seperti ini dunia Islam tidak dapat melahirkan pemikir-pemikir yang kritis. Lembaga-

lembaga perguruan tinggi sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa

untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar dan akademik yang

menjadi roh atau jantung Islam satu per satu surut.17

Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan

menyebabkan pula kemunduran pendidikan di seluruh dunia Islam, terutama dalam bidang

17

Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakata : Kencana Prenada Media Group, 2007), h, 172 17

Ibid, hal. 174.

Page 12: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

12

intelektual dan material. Namun tidak demikian dengan bidang kehidupan batin dan

spiritual.18

Suasana gelap yang menyelimuti dunia Islam akibat benar-benar mencekam dan

memprihatinkan.pada saat bangsa Eropa sibuk melepaskan armada-armadanya untuk

mengarungi berbagai lautan untuk menjajah negara-negara Islam sekaligus dengan

menyebarkan ajaran injil. Pada saat itu pula daya intelektual generasi penerus tidak mampu

untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan

perkembangan zaman. Sebagian besar kaum muslimin justru tenggelam dalam tasawuf.19

Dengan runtuhnya kekuatan Islam di Baghdad dan bahkan di Cordova maka mulailah

kemunduran pendidikan dan kebudayaan Islam. Kehancuran total dihadapi kota-kota

pendidikan dan kebudayaan Islam yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi pendidikan

Islam dan melemahnya pemikiran. Penyebabnya antara lain :

1. Telah berlebihnya filsafat Islam ( yang bersifat Sufistik )

Kehidupan sufi berkembang dengan cepat. Keadaan umat yang frustasi menyebabkan

kembali pada Tuhan dalam arti bersatu dengan tuhan, sebagaimana duiajarkan oleh

para sufi. Di setiap Madrasah diajarkan tentang ajaran-ajaran sufisme, sehingga di

dalam Madrasah hanya ada ilmu-ilmu agama sedangkan ilmu-ilmu lainnya tidak

termasuk dalam pengajaran.

2. Sedikitnya kurikulum Islam

Pada Madrasah-madrasah, pengajaran umumnya terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan,

seperti ilmu-ilmu yang murni yaitu : Tafsir, Hadis, Fikih dan Ushul Fikih, Ilmu

Kalam, dan Teologi Islam sudah mulai tertinggal karena penyempitan kurikulum pada

masa itu. Pada beberapa Madrasah tertentu, Ilmu Kalam dicurigai, yang lebih di

fokuskan kepada ilmu yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan

juga materi yang ada banyak sedangkan waktu yang diberikan untuk mempelajarinya

hanya sedikit sehingga para pelajar tidak terlalu memahami suatu ilmu.

3. Tertutupnya pintu ijtihad

18

Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 111. 19

Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 177.

Page 13: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

13

Dengan dikuranginya kebebsan berpendapat dan memikirkan sesuatu dengan akal,

maka banyak para ahli tersebut hanya mengutip ijtihad para ahli sebelumnya tanpa

menemukan pemecahan terbaru tentang hal-hal permasalahan yang sedang

berkembang dari hasil pemikiran mereka. Sehingga timbul pernyataan yang

mengatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. 20

Kemunduran pendidikan Islam terletak pada merosotnya mutu pendidikan dan

pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Materi pelajarannya seperti

dijelaskan Zuhairini yang dikutip oleh Syamsul Nizar, sangat sederhana. Materi yang

diajarkan hanyalah materi-materi dan ilmu-ilmu keagamaan. Lembaga-lembaga

pendidikan tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu filosofis, termasuk ilmu pengetahuan.

Rasionalismepun kehilangan peranannya, dalam arti semakin dijauhi. Kedudukan akal

semakin surut. Dengan dicurigainya pemikiran rasional, daya penalaran umat Islam

mengalami kebekuan sehingga pemikiran kritis, penelitian dan ijtihad tidak lagi

dikembangkan. 20

Akibatnya, tidak ada lagi ulama-ulama yang menghasilkan karya-karya intelek

yang mengagumkan. Mereka lebih senang mengikuti pemikiran-pemikiran ulama

terdahulu daripada berusaha melakukan temuan-temuan baru. Keterpesonaan terhadap

buah fikiran masa lampau membuat umat Islam merasa cukup dengan apa yang sudah

ada. Mereka tidak mau berusaha lebih keras lagi untuk memunculkan gagasan

keagamaan yang cemerlang. Usaha yang mereka tempuh hanyalah sebatas pemberian

syarah atau ta’liqah pada kritik-kritik ulama terdahulu yang bertujuan memudahkan

pembaca untuk memahami kitab-kitab rujukan dengan menjelaskan kalimat-

kalimatnya secara semantik atau menambah penjelasan dengan mengutip ucapan-

ucapan para ulama lain.

Antipati terhadap mu’tazilah menyebabkan pengawasan yang ketat terhadap

kurikulum. Jatuhnya paham mu’tazilah mengangkat posisi kaum konservatif menjadi

kuat. Untuk mengembalikan paham Ahlussunnah sekaligus memperkokohnya, ulama-

20

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 190-191.

20 Hanum Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999 ), h, 121

Page 14: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

14

ulama melakukan kontrol terhadap kurikulum di lembaga-lembaga pendikan. Karena

ulama dianggap sebagai kaum terpelajar dan memiliki otoritas keagamaan dan

masalah hukum Islam. Ulama-ulama ini menganut paham konservatif dan

fundamental bahwa wahyu merupakan inti segala macam pengetahuan. Oleh karena

itu mereka hanya mengedepankan ilmu-ilmu keagamaan di lembaga pendidikan

Islam.21

Daya cipta lumpuh, yang timbul adalah daya imitasi dan kesenian

berakomodasi dengan situasi kondisi.22

Umat Islam banyak terpecah-pecah dalam kelompok-kelompok politik, aliran-

aliran ilmu kalam dan filsafat Islam, golongan dan mazhab hukum fikih, jamaah-

jamaah sufi dan tarekat. Universitas Al Azhar yang didirikan abad X M jauh

ditinggalkan oleh Universitas Paris, Oxford dan Cambridge yang baru berdiri abad

XIII M. Universitas Islam Deobamd di India dan Universitas Zaitunah di Tunisia

tadak lagi dapat disebut universitas-universitas yang diharapkan oleh Al Qur’an.

Mata pelajaran seperti astronomi, físika, kimia, kedokteran, biologi, sosiologi,

ekonomi, politik sudah ditinggalkan karena dianggap bukan pelajaran agama, tapi

ilmu umum. Padahal Al Qur’an tidak pernah membedakan bahwa kelompok pertama

adalah ilmu agama dan kelompok kedua adalah ilmu umum. Seperti yang dikutip oleh

Chadijah Ismail mengatakan :

“Orang Islam yang dulu pernah pertama kali mendirikan rumah sakit dan telah

maju dalam bidang kedokteran, yang telah memberikan inspirasi bagi

pendirian rumah sakit di seluruh Eropa, Semarang jatuh ke dalam keadaan

yang menyangka percobaan kimia Perancis Francis semacam sihir.” 23

B. Bidang Agama

Di dalam bidang fikih, yang terjadi adalah berkembangnya taqlid buta di

kalangan umat. Dengan sikap hidup tersebut, kehidupan mereka sangat statis. Tidak

ada problem-problem baru dalam bidang fikih. Apa yang sudah ada dalam kitab-kitab

fikih lama dianggap sesuatu yang sudah baku, mantap dan benar, dan harus diikuti

serta dilaksanakan sebagaimana adanya.

21

Ibid, hal. 123. 22

Chadijah Ismail, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 59. 23

Ibid, hal. 61.

Page 15: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

15

Kehidupan sufi berkembang dengan pesat. Madrasah-madrasah yang ada dan

yang berkembang diwarnai dengan kegiatan sufi. Madrasah pertama khusus untuk

sufi berada di Basrah. Kemudian di Iraq. Dan di beberapa kota lain. Ulama’ sufi yang

terkenal pada jaman itu adalah Sa’id bin Musayyad dan Ibrahim bin Adham.

Madrasah-madrasah berkembang menjadi zawiat-zawiat untuk mengadakan riyadah

di bawah bimbinganan otoritas guru-guru sufi. Selanjutya dikembangkan untuk

menuntun para murid, yang dikenal berikutnya dengan istilah tarekat.24

Keadaan yang demikian, sebagaimana yang dilukiskan oleh Fazlur Rahman

yang dikutip oleh Syamsul Nizar :

” Di madrasah-madrasah yang bergabung dalam halaqah-halaqah dan zawiat-

zawiat sufi, karya-karya sufi dimasukkan kedalam kurikulum formal,

kurikulum akademis yang terdiri dari hampir seluruh buku-buku tentang

sufi”.25

Banyak umat yang tidak lagi percaya kepada kemampuannya untuk maju atau

mengatasi problem keagamaan dan kemasyarakatan. Mereka lari dari kenyataan dan

hanya mendekatkan diri kepada Tuhan. Untuk itu mereka masuk ke tarekat-tarekat

sehingga tarekat sangat berpengaruh dalam hidup umat Islam.

C. Persebaran Islam Pasca-Runtuhnya Baghdad

Serangan Hulagu Khan ke Baghdad akhirnya membuat bani Abbasiyah benar-

benar hancur. Semua itu membuat banyak orang – terutama tokoh-tokoh yang menonjol –

berhijrah meninggalkan kampung halamannya mencari kediaman yang aman.

Diantara orang yang hijrah dari Baghdad adalah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir

Ilallah (berhijrah mencari ridha Allah). Sebab Al Muhajir – seperti tokoh-tokoh ahlul bait

yang lainnya selalu merasa ketakutan dan senantiasa menjadi sasaran pembunuhan dan

penganiyaan. Meski demikian, banyak di antara tokoh Alawiyin (sebutan bagi keturunan

Nabi Muhammad SAW) berusaha menahan diri dan menghindar untuk tidak terjebak ke

dalam huru-hara. Mereka juga berupaya untuk tidak terlibat dalam pergolakan-pergolakan

politik. Karena itu, bergerak di dalam lapangan politik – menurut pandangan mereka –

24

Moh. Saifulloh Al Aziz S., Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Terbit Terang, 1998), hal. 54. 25

Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 179

Page 16: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

16

akan selalu berakhir dengan kegagalan. Namun ada segolongan lain berpendirian, bahwa

Alawiyin harus berkorban dalam segalanya untuk menyelamatkan umat, yang harus terus

menerus berjuang sehingga tujuan tercapai, atau mati bergelimang darah di tengah medan

pertempuran.

Imam Al Muhajir termasuk golongan pertama, sedang saudaranya Muhammad bin

Isa termasuk golongan kedua, dibuktikan dengan perlawanannya terhadap kekuasaan

Abbasiyah. Al Muhajir selalu memperingatkan dan memberi nasihat kepada saudaranya

agar tidak melakukan perlawanan. Peringatan dan nasihat diberikan secara terus menerus,

sehingga akhirnya merasa puas dan yakin akan kebenaran pendirian Al Muhajir, lalu

menghentikan perlawanannya.

Al Muhajir memilih tinggal di Hadramaut (Yaman Selatan), negeri yang tandus

gersang, hampir terputus hubungannya dengan dunia luar, hanyalah sekadar dapat hidup

aman dan damai bersama keluarganya, serta dapat menunaikan kewajiban agama dan

kegiatan duniawi dalam suasana tenteram dan aman. Setibanya di negeri ini, Al Muhajir

tak henti hentinya berjuang melawan kaum Ibadhiah (ada juga yang menyebut

Adhabiyah, yaitu kelompok yang tidak suka terhadap keturunan Ali bin Abi Thalib) yang

merupakan mayoritas penduduk Hadramaut. Setelah gagal berdialog dengan mereka

secara baik, sehingga terpaksa senjata harus berbicara. Al Muhajir dan pengikutnya

mendapat dukungan penduduk Jubail dan Wadi Dau'an yang bersimpati kepada Ahlulbait.

Mereka kemudian melakukan apa yang disebut sebagai “tugas suci”, yakni

menyebarkan agama Islam ke penjuru dunia. Mereka mengadakan tabligh-tabligh,

membangun perpustakaan-perpustakaan, pesantren-pesantren (rubat) dan masjid-masjid.

Alawiyin yang semula bermazhab “Ahli-Bait” mulai memperoleh sukses dalam

menghadapi Abadhiyun setelah Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam melaksanakan suatu

kompromis dengan memilih mazhab Muhammad bin Idris Al-Syafi’i Al-Quraisyi.

Madzhab inilah yang kemudian disebut mazhab Syafi’i.

Islam kemudian berkembang melalui tarekat-tarekat dan disebarluaskan ke

seluruh penjuru Asia. Ketika dinasti Uthmani berkuasa, Sultan senantiasa mengandalkan

Page 17: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

17

pasukan Jannesari dan tarekat-tarekat untuk bekerja sama dalam memperluas Islam. 26

Pengaruh tarekat-tarekat ini semakin kuat akibat politik ekspansinya yang tidak diikuti

dengan pembinaan wilayah taklukkannya. Ditambah dengan semakin melemahnya para

sultan. 27

Ilmu tasawuf semakin berkembang. Bahkan, agama Islam bisa meluas di Afrika,

pelosok Asia, Asia Kecil, Asia Timur, Asia Tengah, sampai ke negara-negara yang

berada di Lautan Hindia hingga ke Indonesia semuanya dibawa oleh propaganda-

propaganda Islam dari kaum tasawuf. Sifat-sifat dan cara hidup mereka yang sederhana,

kata-kata mereka yang mudah dipahami, kelakuannya yang sangat tekun ibadah,

semuanya lebih menarik daripada ribuan kata yang hanya teori adanya.28

26

Pasukan Jannesari adalah pasukan yang dibentuk pada masa dinasti Sultan Uthmani. Pasukan ini direkrut

dari penduduk Turki non-budak yang didanai oleh timar, sejenis dengan iqt}a’ di Timur Tengah, yakni

pendapatan pajak sebagai imbalan bagi tugas kemiliteran. Mereka juga dilengkapi dengan pasukan kavaleri

propinsial yang sebagian besar berasal dari kalangan budak. Pasukan Janessari banyak yang anggotanya juga

menjadi anggota tarekat Bektasyi. Oleh karena itu mereka juga dijuluki Angkatan Bersenjata Bektasyi. Lihat Ira

M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jilid I dan II, terjemahan Ghufron A. Mas’adi (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1999), hal. 488-489. 27

Bimas Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki, terjemahan Karsidi Diningrat R. (Yogyakarta:

Tiara Wacana, 1999), hal. 52. 28

Moh. Saifulloh Al Aziz S., Risalah..., hal 55.

Page 18: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

18

BAB IV

PENUTUP

1. Dinasti Abbasiyah adalah periode Islam yang mengalami kejayaan hingga puncak

keemasan. Hal itu ditandai dengan majunya ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Munculnya banyak pemikir dan intelektual Islam.

2. Runtuhnya Dinasti Abbasiyah selain karena adanya serangan dari luar, namun yang

lebih dominan dalam hal ini adalah karena faktor-faktor internal. Diantaranya adalah

karena wilayah yang luas, kemerosotan ekonomi, gaya hidup para pejabat dan sistim

pergantian kekuasaan yang mendasarkan pada sisitim monarki.

3. Runtuhnya Dinasti Abbasiyah di Baghdad menyebabkan mundurnya kejayaan Islam

di dunia Arab bahkan di dunia. Serangan yang dilakukan Hulagu Khan terhadap

Baghdad dan bumi hangus kota Baghdad beserta pembakaran dan pembuangan buku-

buku karya para pemikir dan terjemahan ilmu pengetahuan Yunani menyebabkan

tidak berkembangnya ilmu pengetahuan dalam Islam. Hal itu terjadi sampai saat ini.

4. Pasca-runtuhnya Dinasti Abbasiyah, timbul kejumudan umat Islam. Umat Islam

banyak yang berkonsentrasi dan mengembangkan ilmu-ilmu tasawuf dan keagamaan.

Sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan umum ditinggalkan. Umat Islam banyak

mengikuti pemikiran al Ghozali yang mendasarkan pada kesucian diri dan kepasrahan

kepada Tuhan. Sementara Barat yang pada saat itu mulai bangkit justru mengikuti

pola pikir Ibnu Rusyd yang mendorong kepada usaha manusia untuk maju.

5. Persebaran agama Islam tidak lagi dilakukan dengan armada pasukan perang atau

penaklukan daerah-daerah tertentu melalui perang semata. Namun juga melalui

melalui tarekat-tarekat kelompok sufi. Persebarannya melalui perdagangan, melalui

akulturasi budaya yang kesemuanya adalah jalan damai. Sehingga penetrasi Islam ke

daerah-daerah di Asia begitu terasa sebagai agama yang damai.

Page 19: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

19

DAFTAR PUSTAKA

Al Aziz S., Moh. Saifulloh, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Terbit Terang,

1998.

Armstrong, Karen, Islam: A Short History, terj. Ira Puspito Rini, Surabaya: Ikon Teralitera,

2004..

Asrohah, Hanum, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.

Hitti, Philip K., History of The Arabs. Terjemahan R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta: PT

Serambi Ilmu, 2002.

Ismail, Chadijah, Sejarah Pendidikan Islam,

Isy (al), Yusuf, Dinasti Abbasiyah. Terjemahan Arif Munandar, Jakarta: Pustaka Kautsar,

2007.

Katsir, Ibnu, Tartib wa Tahdzib Kitab Al Bidayah wan Nihayah Terjemahan Abu Ihsan al

Atsari, Jakarta: Darul Haq, 2011.

Khaldun, Ibnu, Mukaddimah terjemahan Masturi Irham dkk, Jakarta: Pustaka Al Kautsar,

2001.

Lapidus, Ira.M., Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1999.

Maududi (al), Abul A’la, Khalifah Dan Kerajaan. Terj. Muhammad Al-Bakir, Bandung:

Mizan, 1994.

Muhammad Al-Thayyib, Tarikh Al-Daulah Al-Abbasiyah Wa Hadlarotiha terjemahan,

Jakarta: Rajawali, 1999.

Nizar, Syamsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup), 2007.

Nurhakim, Moh., Sejarah dan Peradaban Islam, Malang: UMM Press, 2004.

Shuraiqi (al), Ibrahim Al-Tarikh Al-Islami terjemahan....,

Syalabi, A.. Sejarah Dan Kebudayaan Islam Terj. Muhammad Labib, Jakarta: PT Pustaka

Al-Husna Baru, 1995.

Toprak, Bimas, Islam dan Perkembangan Politik di Turki, terjemahan Karsidi Diningrat R.

Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999.

Wakil (al), Muhammad Sayyid, Lahmatun Min Tarikhid Da’wah; Asbabudh-Dha’fi Fil

Ummatil Islamiyyah. Terjemahan Fadli Bachri, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1998.

Watt, W. Montgomery, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta:

Tiara Wacana, 1990.

Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.

Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.

Page 20: DAWUD-Makalah Sej Peradaban Islam-Runtuhnya Baghdad Dan Implikasinya Thd Persebaran Islam Di Asia

20

Tambahan dari Pak Akhwan

Pasca runtuhnya baghdad ada fenomena runtuhnya pintu ijtihad

Menurut iqbal memang disengaja oleh para ulama’. Ada fatwa yg menyatakan pintu ijtihad

ditutup. fatwa yg dikeluarkan, umat islam tidak perlu melakukan pemikiran/ijtihad baru.

Tujuannya sementara, agar ulama2 dan umat melakukan konsolidasi. Namun ternyata terlalu lama

sampai abad ke 13. Sampai sekarang akhirnya sulit melakukan ijtihad. (fatwa akhirnya bersifat

permanen).

Terjadi dominasi pendapat Ghozali perkara keagamaan, dinyatakan sudah tuntas, seolah2

persoalan fikih sudah selesai. Tidak ada mujtahid baru. Pendapat ttg filsafat manusia menyebabkan

pintu ijtihad tertutup.

Kaum alawiyin pasca runtuhnya Baghdad lari ke Timur, berdagang dan menyebarkan Islam.