dasar pemikiran perkembangan bentuk lahan

14
DASAR PEMIKIRAN PERKEMBANGAN BENTUK LAHAN DASAR PEMIKIRAN PERKEMBANGAN BENTUK LAHAN Bentuk lahan sebagai unit geomorfologis Bentuklahan disamping menggambarkan konfigurasi permukaanya juga memberikan keterangan tentang asal mula terjadinya. Demikian banyak kenampakan – kenampakan bentanglahan dipermukaan bumi ini, hingga perlu dikelompokkan kedalam kelompok – kelompok yang mempunyai kesamaan atau hamper sama mengenai bentuk luar dan asal mula terjadinya. Memang dapat pula menggelompokkan bentuklahan atas dasar bentuk luarnya saja tetapi kurang memberikan pengelompokkan yang sistematik. Oleh karena itu akan diperoleh pengelompokkan yang sistematik bila bentanglahan dipilih dan dikelompokkan kedalam kelompok yang mempunyai kesamaan atau hampir sama dalam : - Tidak hanya bentuknya saja , tetapi juga - Asal mula terjadinya dan perkembangannya. Hingga diperoleh pengelompokkan bentanglahan menjadi bentuklahan- bentuklahan yang mempunyai kesamaan dalam bentuk, asal mula terjadi dan perkembangannya. Atas dasar kesamaannya maka bentuk lahan merupakan kesatuan atau unit geomorfologis. Dasar pikiran klasifikasi bentuklahan Untuk sampai pada tujuan klsifikasi bentuklahan perlu ditelusuri dahulu mengenai dasar dasar Pemikirannya. Bila kita pandang bola bumi dalam skala yang kecil maka yang tampak adalah perbedaan tinggi tempat terendah dan tempat tertinggi atau dengan kata lain yang tampak adalah relief permukaan bumi yang terdiri : - Relief yang ada diatas permukaan air laut : benua ; - Relief yang ada dibawah permukaan laut : ledok lautan. Kedua relief tersebut disebut Bentang relief Orde I yang merupakan orde pembentukan awal permukaan bumi. Sebagian besar permukaan bumi berupa benua dan ledok lautan. Bila pandangan kita khusus diarahkan pada benua, maka dengan skala yang lebih besar akan tampak : - Relief yang perbedaan tingginya tidak sedemikian besar, disebut dataran; dan

Upload: zulfasirlina

Post on 14-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

bentuk lahan

TRANSCRIPT

DASAR PEMIKIRAN PERKEMBANGAN BENTUK LAHAN DASAR PEMIKIRAN PERKEMBANGAN BENTUK LAHAN

Bentuk lahan sebagai unit geomorfologisBentuklahan disamping menggambarkan konfigurasi permukaanya juga memberikan keterangan tentang asal mula terjadinya. Demikian banyak kenampakan kenampakan bentanglahan dipermukaan bumi ini, hingga perlu dikelompokkan kedalam kelompok kelompok yang mempunyai kesamaan atau hamper sama mengenai bentuk luar dan asal mula terjadinya. Memang dapat pula menggelompokkan bentuklahan atas dasar bentuk luarnya saja tetapi kurang memberikan pengelompokkan yang sistematik. Oleh karena itu akan diperoleh pengelompokkan yang sistematik bila bentanglahan dipilih dan dikelompokkan kedalam kelompok yang mempunyai kesamaan atau hampir sama dalam : - Tidak hanya bentuknya saja , tetapi juga- Asal mula terjadinya dan perkembangannya.Hingga diperoleh pengelompokkan bentanglahan menjadi bentuklahan-bentuklahan yang mempunyai kesamaan dalam bentuk, asal mula terjadi dan perkembangannya. Atas dasar kesamaannya maka bentuk lahan merupakan kesatuan atau unit geomorfologis. Dasar pikiran klasifikasi bentuklahan Untuk sampai pada tujuan klsifikasi bentuklahan perlu ditelusuri dahulu mengenai dasar dasar Pemikirannya. Bila kita pandang bola bumi dalam skala yang kecil maka yang tampak adalah perbedaan tinggi tempat terendah dan tempat tertinggi atau dengan kata lain yang tampak adalah relief permukaan bumi yang terdiri :- Relief yang ada diatas permukaan air laut : benua ;- Relief yang ada dibawah permukaan laut : ledok lautan.Kedua relief tersebut disebut Bentang relief Orde I yang merupakan orde pembentukan awal permukaan bumi. Sebagian besar permukaan bumi berupa benua dan ledok lautan. Bila pandangan kita khusus diarahkan pada benua, maka dengan skala yang lebih besar akan tampak : - Relief yang perbedaan tingginya tidak sedemikian besar, disebut dataran; dan - Relief yang perbedaan tingginya sangat besar disebut pegununganKedua relief tersebut dinamakan Bentang relief Orde II. Bentang relief Orde II ini merupakan hasil kerja tenaga- tenaga dari dalam bumi dan erupsi gunung api. Tentu saja bentuk lahan yang dihasilkan bermacam- macam tetapi semuanya merupakan bentuk lahan initial yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya ( struktur geologis dan struktur geomorfologis ). Bentuk relief orde II ini dibedakan menjadi 6, yaitu : a. Plato dan plainb. Pegunungan Domec. Pegunungan Blokd. Pegunngan Lipatane. Pegunungan Komplekf. Vulkan dan bentuk lain yang berkaitan Bila pandangan kita arahkan pada kenampakan yang lebih dalam yang mengukir permukaan dataran dan pegunungan maka akan tampak adanya persamaan didalamnya. Persamaan tersebut adalah persamaan proses yang dapat menghasilkan berbagai macam bentuk. Berbagai macam bentuk inipun bila dikelompokkan mempunyai kesamaan sendiri- sendiri. Kesamaan- kesamaan tersebut ialah :- Kesamaan proses yang menghasilkan bentuk lahan, proses fuvial, proses gelombang dan arus, proses oleh gelombang dan arus, proses oleh angin, proses oleh tenaga glacial atau proses oleh pelarutan (solusi).- Kesamaan kesamaan atas hasil kerja proses- proses tersebut seperti, bentuk-bentuk erosional, bentuk- bentuk depositional atau bentuk-bentuk sisa (residual).Relief relief yang lebih kecil inilah yang disebut Relief Orde III. Bentang relief Orde III ini dapat dikatakan merupakan bentuk- bentuk yang mengisi Bentang Relief Orde II atau bentuk lahan initial, yang terjadi secara tingkat berturutan ( sequential landform ).Secara skematik dapat digambarkan seperti ada, Gambar 1. Relief Orde II yaitu pegunungan atau dataran merupakan bentuk lahan initial atau bentuklahan yang asli terbentuk untuk pertama kalinya. Bentuklahan ini terbentuk terutama oleh aktifitas tenaga atau proses endogen hingga juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk lahan yang didasarkan pada strukturalnya atau bentuk lahan yang konstruktional. Relief Orde III yaitu bentuk bentuk erosional, deposional, dan residual adalah bentuk bentuk yang terjadi karena perombakan oleh aktifitas proses proses yang tenaganya berasal dari luar kulit bumi (eksogen) hingga juga merupakan bentuklahan yang destruksional.

Gambar 1 : SKEMA RELIEF ORDE PERMUKAAN BUMIRELIEF ORDE I

PERMUKAAN BUMI

LEDOK LAUTAN

BENUA (DARATAN)

PEGUNUNGAN

DATARAN

RELIEF ORDE II

BENTUKLAHAN INITIAL

BENTUKDEPOSITIONAL

KONSTRUKTIONAL

RELIEF ORDE III

BENTUK EROSIONAL

BENTUKLAHAN SEKUNSIAL

PROSES-PROSES

DESTRUKTIONAL

ENDOGEN

STRUKTURAL

BENTUK RESIDUAL (SISA)

EKSOGEN

Stadium- stadium yang harus dilewati dalam proses perkembangan permukaan bumi berdasarkan daerah : 1. Siklus Morfologi Daerah Basah a. Stadium Muda ( bentuklahan teratur atau belum tererosi dan masih sederhana)b. Stadium Dewasa ( bentuklahan hasil erosi mulai nampak, sungai tererosi aliran air yang masih kuat)c. Stadium Tua ( bentuklahan sederhana kembali, rata karena erosi melebar dan terbentuk dataran. d. Stadium Peremajaan ( terbentuk lembah dan bentuk yang terdapat pada stadium muda meski tidak sama persis. Hal ini mungkin karena material yang terbawa air diendapkan pada daerah tererosi2. Siklus Morfologi Daerah Arid a. Stadium Initial ( terdapat blok-blok atau unit struktur yang tersimpan lama. Erosi secara berseling-seling pada daerah tinggi, namun daerah ini tidak banyak mengalami perubahan)b. Stadium Muda ( struktur yang ada terbedah jurang yang curam, namun batas bentuk initial masih Nampak. Angin adalah factor utama transportasi mineral dan material menuju daerah-daerah kering dan lereng-lerengnya. c. Stadium Dewasa ( aliran air pada lembah berdekatan telah menemukan jalur, karena bagian- bagian tererosi yang nantinya menimbulkan daerah yang rata. Pegununga terbedah dalam waktu bersamaan.d. Stadium Tua ( terbentuk lembah lembah baru mengikuti terbedahnya pegunungan. Bentuk bentuk bukit masih terlihat waau relative lebih rata.

Sumber : JS. Sunardi. 1985. Dasar Dasar Pemikiran Klasifikasi Lahan. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.Marfai, Aris. 2003, Geomorfologi dasar. Program Diploma PJ dan SIG. Fakultas Geografi UGM . Yogyakarta

http://ddwihestiningsih.blogspot.com/2013/09/dasar-pemikiran-perkembangan-bentuk.htmlEducation & Entertainment Science Music Sport Miscellaneous BAHAYA METANA BEKU BILAMENCAIR BENCANA DAN KARAKTERISTIK WILAYAHYOGYAKARTA SEJARAH PERKEMBANGAN GEOMORFOLOGIPosted on August 27, 2010 by Vienastra 3 Votes

Septian Vienastra, S.Si. Asisten Jurusan Geografi Lingkungan,Fakultas Geografi, Universitas Gadjah [email protected]@VienastraGeomorfologi sejak awal abad 19 telah dikenal di negara-negara berkembang dan sebagai disiplin akademik kira-kira muncul sebelum abad ke 17. Perkembangan yang pesat dari geomorfologi terjadi pada awal abad ke 20 di negara-negara berkembang, sedangkan di Indonesia geomorfologi baru dikenal pada awal abad ke 20. Awal perkembangannya geomorfologi lebih bersifat akademik, sebagai ilmu pendukung geografi dan geologi, tetapi dalam dasawarsa terakhir ini geomorfologi mulai dirasakan arti pentingnya dalam pembangunan maupun dalam pengelolaan lingkungan hidup. Geomorfologi yang kita pelajari seperti saat sekarang ini telah melalui pengalaman panjang dalam membangun konsep dasar dan metodologinya. Ada 5 fase perkembangan geomorfologi yang dapat ditelusuri, yang masing-masing uraiannya adalah sebagai berikut:1). Fase pertama (sebelum abad ke 17)Fase ini merupakan fase peletak dasar pemikiran geologi dan geomorfologi yang telah dimulai lima abad sebelum Masehi (Thornbury, 1954). Pandangan kuno yang terkait dengan geologi dan geomorfologi seperti dikemukakan oleh Herodutus (485-425 SM), Aristotle (384-322 SM), Strabo (54 SM 25 M) dan Senecca (- SM 65 M). Herodutus, mengamati penimbunan geluh (loam) dan lempung (clay) oleh S. Nil, sehingga memberikan julukan Mesir adalah pemberian S. Nil. Pandangan Herodutus yang lain adalah perbukitan di Mesir yang mengandung kerang, pada masa lampau pernah di bawah permukaan laut.Aristotle, berpandangan bahwa air yang keluar dari mata air itu berasal dari air hujan yang mengalami perkolasi ke bawah permukan tanah; air yang ada di dalam bumi berasal dari kondensasi di udara yang masuk ke permukaan bumi, dan air yang berada di dalam bumi menguap dengan berbagai jalan. Strabo, mengamati dan mencatat adanya penenggelaman lokal dan munculnya daratan. Strabo berpendapat bahwa Vale of Tompe merupakan basil gempa bumi, selain itu juga mengatakan bahwa G. Vesuvius adalah gunungapi, meskipun semasa hidupnya gunungapi tersebut belum pernah meletus. Pandangan Strabo yang lain adalah bahwa delta dari sungai bervariasi menurut daerah aliran sungainya; delta yang besar terbentuk bila daerah yang dialiri luas dan batuannya lemah, dan pembentukan delta terpengaruh oleh pasang surut dan aliran sungai.Seneca, mengenal gempa bumi lokal alami, tetapi masih menganggap bahwa gempa bumi terjadi sebagai akibat bencana internal dari angin daratan. Seneca juga beranggapan bahwa air hujan cukup untuk mengisi sungai-sungai, dan juga berpandangan bahwa tenaga aliran sungai dapat mengikis lembah-lembahnya.Avicenna (Ibnu Sina, 987-1037) berpandangan bahwa asal mula pegunungan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengangkatan seperti yang terjadi oleh gempa bumi, dan oleh pengaruh air yang mengalir dan embusan angin yang membentuk lembahlembah pada batuan lunak. Leonardo da Vinci (1452-15190) berpandangan bahwa lembah terkikis oleh sungai dan sungai tersebut mengangkut material dari suatu tempat di permukaan bumi dan mengendapkannya di mana saja.Dalam fase pertama ini sebagian besar pandangan memberikan teori dasar terutama tentang proses berdasarkan pengamatan lokal, dan berusaha memberikan penjelasan bagaimanakah suatu fenomena alam tersebut terjadi. Pada fase ini ilmu geomorfologi belum muncul, tetapi pandangan-pandangan yang dikemukakan sebagian masih relevan dengan konsep yang berlaku hingga saat ini.2). Fase kedua (Abad 17 dan 18).Pada fase ini ada dua konsep yang menonjol, yaitu konsep katastrofisme dan konsep uniformitarianisme (King, 1976). Konsep katastrofisme dikemukakan oleh Abraham Kitlob Wenner (1979-1817). Konsep tersebut muncul atas dasar pengamatan Wenner pada strata batuan yang ternyata setiap stratum (lapisan) memiliki sifat yang khas. Hasil pengamatan tersebut diformulasikan menjadi konsep lahirnya bumi yang berasal dari basin lautan yang besar. Wenner berpandangan bahwa setiap stratum batuan terjadi pads suatu dasar tubuh perairan yang luas kemudian mengendapkan sedimennya di atas stratum yang ada sebelumnya. Material yang lebih mampat terendapkan oleh larutan yang pekat/kental. Pada waktu material secara berangsur-angsur diendapkan, laut secara berangsur-angsur menyusut sehingga terbentuk daerah yang sekarang ini. Pandangan Wenner lain yang terkait dengan konsep dasar geomorfologi adalah:1. batuan dasar yang berupa batuan granit tidak berfosil;2. setiap gradien sungai akan mencapai tingkat keseimbangan, dan gradien sungai merupakan fungsi dari kecepatan, debit dan muatan sedimen;3. seluruh sistem sungai merupakan suatu sistem yang terintegrasi.3). Fase Ketiga (Awal abad 19).Pada fase ke tiga dari perkembangan geomorfologi ada tiga tokoh yang terkenal yaitu: Sir Charles Lyell (1797-1875), Dean William Buckland (1784-18560 dan Louis Agassiz (1807-1873).Lyell sebenarnya lebih antusias dalam geologi daripada ke geomorfologi, dengan bukti karyanya yang berjudul Principle of Geology. Sumbangan pemikirannya dalam geomorfologi adalah tentang perkembangan bentuklahan yang lambat bahkan melebihi waktu geologi. Meskipun Lyell banyak mengadakan pengamatan terhadap muatan suspensi, debit dan peubah-peubah lainnya, tetapi memberikan suatu konsep yang mendasar. Dalam pengamatannya terhadap gletser (es), Lyell tidak mempercayai kapasitas daya angkutnya dalam memindahkan bongkah dan endapan gletser. Buckland, sangat setuju dengan siklus hidrologi, akan tetapi tidak begitu mengerti mengapa sungai dapat membentuk lembahnya sendiri. Buah fikiran Buckland yang lain adalah:1. relief merupakan basil dari struktur geologi dan bukan oleh proses erosi;2. material yang terangkut dari hulu dan melalui lembah sungai akan terendapkan di laut;3. pasang surut merupakan tenaga utama dalam transportasi material di bawah permukaan air laut.Agassiz, terkenal dengan teori glasialnya, bersama-sama dengan Buckland mengadakan perjalanan ke Swiss. Mereka mengadakan pengamatan terhadap pantai dasar glasial, yang akhirnya menghasilkan formulasi tentang struktur endapan glasial, endapan till , karakteristik moraine, striasi dan gravel glasial.4. Fase ke empat (Akhir abad 19).Pada fase ke empat ini paling tidak ada lima tokoh yang terkenal, yaitu: Sir Andrew Ramsey; G.K. Gilbert; J.W. Powell; C.G. Greenwood dan J.B. Jukes. Sumbangan fikiran Ramsey (1814-1891) dalam geomorfologi terutama dalam proses glasial. Pendapat penting dari Ramsey, antara lain:1. ada hubungan penting antara teori glasial dengan teori fluvial; terutama untuk mengetahui tenaga gletser untuk mengerosi;2. kejadian danau di daerah bergletser tidak dapat dijelaskan dengan proses fluvial, tetapi dapat dijelaskan dengan proses glasial;3. tenaga erosi dari gletser terutama terdapat pads bagian bawah;4. ada hubungan antara retakan/lenturan dengan arah sungai.Powell (1834-1902) banyak memberikan konsep dasar dalam geomorfologi, antara lain :1. prinsip dari base level yang menyatakan bahwa base level akhir adalah permukaan air laut;2. proses erosi itu memiliki potensi relatif;3. mengusulkan dua klasifikasi lembah sungai, yaitu atas dasar hubungan antara strata lembah daerah yang dilalui dan klasifikasi lembah menurut genetiknya.Gilbert (1843-1918), memberikan dasar-dasar geomorfologi yang hingga kini masih digunakan. Gilbert terkenal sebagai penulis metode ilmiah dan memformulasikan pemikiran-pemikiran induktif dan deduktif dalam analisis geomorfik. Konsep-konsep geomorfologis yang dikemukakan Gilbert, antara lain:1. teori grade yang menunjukkan adanya suatu rangkaian hubungan antara proses dan kenampakan, yang kemudian diasosiasikan dengan konsep penyesuaian dinamis;2. pengangkutan material di sungai meliputi pengangkutan material hasil erosi, erosi dasar sungai dan pengurangan ukuran material dasar oleh proses gesekan/benturan;3. lereng merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap transportasi material oleh air;4. bertambahnya debit (luah) akan menyebabkan meningkatnya kecepatan aliran yang selanjutnya memperbesar kecepatan pengangkutan;5. dalam penyelidikan komponen fisikal hams dilandasi dengan formulasi teoriteori.Greenwood (1793-1875) adalah pendukung Hutton dan Playfair. Konsep yang dikemukakan oleh Greenwood adalah:1. proses denudasi di suatu lahan dapat dijelaskan dengan hujan dan sungai; air huj an yang jatuh di permukaan bumi membawa material halus di sepanjang lereng membentuk alur-alur dan akhirnya membentuk sungai-sungai kecil;2. lembah dan lereng merupakan suatu sistem yang terintegrasi.Jukes (1811-1869), mengemukakan pandangannya bahwa erosi marin tidak dapat membentuk lembah. Jukes adalah orang pertama yang mengidentifikasikan peranan vegetasi dalam pembentukan bentukahan.5. Fase ke lima (Awal abad 20)Dalam fase lima ini tokoh yang paling terkenal adalah William Moris Davis (1850-1934). Teori yang pertama dikemukakan adalah Siklus Geomorfik yang diterbitkan tahun 1889 dalam makalahnya yang berjudul The rivers and valleys in Pennsylvania. Dalam siklus geomorfik tersebut disebutkan bahwa semua bentuklahan akan berkembang menurut tiga stadium, yaitu : stadium muda, dewasa, dan tua. Konsep Davis lainnya yang terkenal adalah trilogi. Konsep trilogi tersebut menjelaskan bahwa bentukahan ditentukan oleh struktur, proses dan stadium.Walther Penk dalam tahun 1920 dan 1930 mengemukakan keberatannya terhadap teori Davis. Perbedaannya terletak pada pandangannya terhadap perkembangan bentuklahan. Menurut Penck perkembangan bentanglahan tergantung oleh pengaruh tektonik yang aktif dan iklim. Akhirnya Penck menyadari bahwa pendekatan yang dilakukannya bersifat geologis, sedangkan pendekatan Davis lebih bersifat geografis.Setelah periode Davis dan Penck banyak buku teks geomorfologi yang terbit, akan tetapi hingga tahun 1960 (an) sebagian besar masih mengikuti konsep Davis, antara lain: Lobeck (1939), Thornbury (1954), Wooldridge (1959) dan Spark (1960). Setelah tahun 1960 (an) buku-buku teks geomorfologi dapat dikelompokkan menjadi empat atas dasar pokok bahasannya sebagai berikut.1. Kelompok topikal, yaitu yang menekankan pada salah satu aspek geomorfologi seperti proses pelapukan (Oilier, 1969), proses fluvial (Leopold, et al, 1964), Morisawa, 1968 dan Richard, 1982); gunungapi (Olier, 1969) dan pantai (Pethick, 1979)2. Kelompok metode dan tehnik penelitian dalam geomorfologi seperti King dan Goudie (1981, 1990), Dackombe (1983) dan Verstappen (1976);3. Kelompok pemetaan, yaitu yang menekankan pada tehnik pemetaan morfologi dan geomorfologi, seperti Verstappen dan Van Zuidam (1966, 1979), Klimmaszeski (1978), Demek (19780 dan Dorses dan Salome (1973);4. Kelompok terapan, yaitu yang menekankan pada terapan geomorfologi untuk berbagai tujuan seperti dalam bidang evaluasi lahan, kerekayasaan, konservasi lahan, evaluasi sumberdaya material dan dalam bidang lingkungan, seperti Van Zuidam, et al., (1979), Cooke, et al., (1974, 1982), Verstappen (1983), Maitor Pesci (1985), Hooke (1988), Viles dan Spencer, 1995, Panizza (1996) dan Oya, 2001.Dalam buku-buku teks geomorfologi setelah tahun 1960-an analisis geomorfologis sudah ada kecenderungan ke analisis kuantitatif. Hal tersebut dimungkinkan oleh kemajuan teknologi dalam membuat instrumen yang lebih praktis dan lebih teliti. Dalam bukunya Leopold et al., (1960) yang berjudul Fluvial Processes in Geomorphology banyak menyajikan data debit yang dikaitkan dengan parameter lembah sungai dan besar muatan sedimen, King (1960), Goudie (1986) dan Dackombe (1983) memberikan petunjuk praktis dalam mengukur, mengklasifikasikan aspek geomorfologi secara mendalam, termasuk analisis material batuan penyusun. Metode pemetaan geomorfologi yang semula banyak dikerjakan secara terestrial, setelah periode tahun 1960-an mulai memanfaatkan foto udara dan atau citra penginderaan jauh yang lain, bahkan pads dasawarsa terakhir ini pemetaan geomorfologi tanpa menggunakan tehnik penginderaan jauh dirasa kurang memadai.https://vienastra.wordpress.com/2010/08/27/perkembangan-geomorfologi/Bottom of Form