dasar dasar perilaku individu

29
DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDU Kelompok 1 1. Johan Salimukdin (1201120072) 2. Moina Elfrida Butar-butar (1201134964) 3. Riama D H Sibuea (1201112523) 4. Risfan Pratama (120 ) 5. Royen Aller Sianipar (1201134856) ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Upload: riama-desy-sibuea

Post on 05-Dec-2014

1.308 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar dasar perilaku individu

DASAR-DASAR PERILAKU

INDIVIDU

Kelompok 1

1. Johan Salimukdin (1201120072)

2. Moina Elfrida Butar-butar (1201134964)

3. Riama D H Sibuea (1201112523)

4. Risfan Pratama (120 )

5. Royen Aller Sianipar (1201134856)

ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

2013/2014

Page 2: Dasar dasar perilaku individu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada

waktunya. Semoga tugas ini dapat digunakan sebagai acuan, petunjuk maupun bahan bacaan

bagi para pembaca.

Adapun judul dari tugas ini adalah “Dasar-dasar Perilaku Individu”. Tugas ini berisikan

mengenai perilaku individu, perbedaan perilaku individual, factor yang mempengaruhi perilaku

individual, dan sebagainya.

Kami mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Bapak pembimbing kami Bapak

Drs. Kasmiruddin, M.si yang telah membimbing kami, dan kami tidak lupa mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaikan tugas ini. Harapan kami dalam

membuat tuas ini semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi tugas ini dan dapat benar-benar

bermanfaat bagi kami dan pembaca.

kami sebagai manusia sadar akan ketidaksempurnaan kami dalam pembuatan tugas ini,

tugas ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, baik dari isi, gaya bahasa, maupun

ketidaksesuaian dalam penggunaan kalimat . Untuk itu kami mohon maaf atas kekurangan dan

kesalahan dalam pembuatan tugas ini.

Pekanbaru, April 2014

Kelompok 1

Page 3: Dasar dasar perilaku individu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Individu ......................................................................................... 3

2.2 Perbedaan Individual ................................................................................ 3

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu ........................................ 5

2.3.1 Karakteristik Biografis ........................................................................ 5

2.3.2 Kemampuan ......................................................................................... 7

2.3.3 Proses Belajar ..................................................................................... 9

2.3.4 Persepsi ............................................................................................... 10

2.4 Pendekatan – Pendekatan Untuk Memahami Perilaku Individu ............... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14

3.2 Saran ......................................................................................................... 15

Page 4: Dasar dasar perilaku individu

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup, mulai dari yang

sederhana (primer) sampai kebutuhan yang lebih atau luas (tersier). Karena untuk memenuhi

kebutuhannya, setiap individu memerlukan suatu tempat untuk memenuhi kebutuhannya.

Maka dari itu, manusia memerlukan organisasi untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Baik

itu organisasi di bidang pendidikan, hobi, pekerjaan, dan lain – lain. Dalam perilaku

organisasi dijelaskan bagaimana perbedaan kebutuhan antar individu, karakter – karakter

setiap individu, dan komunikasi antar individu yang berpengaruh dalam pencapain tujuan

itu.

Organisasi di sebut sebagai sistem sosial karena di dalamnya terdapat sekelompok

orang yang mempunyai hubungan keterkaitan antara satu dengan lainnya sehingga

bersosialisasi dengan para pelaku organisasi. Dalam perilaku organisasi, individu – individu

harus mampu menyesuaikan dirinya dengan bersosialisasi dengan yang lain. Ini akan

membuat tugas yang telah diberikan akan terasa mudah karena tugas tersebut bisa dilakukan

secara bersama – sama. Karena setiap orang mempunyai kebutuhan, maka sebaiknya dalam

berperilaku organisasi seseorang mampu bereksistensi dengan orang lain agar mampu

melaksanakan tujuan yang ingin dicapai.

Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memilki tujuan bersama untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku organisasi merupakan pembelajaran tentang suatu

sifat/karakteristik individu yang tercipta di lingkungan suatu organisasi. Karena manusia

berbeda – beda karakteristik, maka perilaku organisasi berguna untuk mengetahui sifat –

sifat individu dalam berkinerja suatu organisasi. Pembelajaran perilaku organisasi akan

mengetahui tentang cara – cara mengatasi masalah – masalah yang ada di lingkungan

organisasi.

Page 5: Dasar dasar perilaku individu

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Apa sebenarnya perilaku individu ?

2.      Bagaimana perbedaan individual ?

3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individual ?

4. Apa dan bagaimana melakukan pendekatan untuk memahami perilaku individu ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perilaku individu.

2. Untuk memahami perbedaan individual.

3. Untuk memahami factor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu.

4. Untuk mengetahui cara pendekatan terhadap pemahaman perilaku individu.

5. Sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah perilaku organisasi.

Page 6: Dasar dasar perilaku individu

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Individu

Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja organisasi sangat

tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam

perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai

upaya meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas

karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting

dalam rangka meningkatkan kinerjanya.

Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa kemampuan,

kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya

sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu, maaf-maaf kalau kita mengamati

karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif.

Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya masih membawa sifat-sifat

karakteristik individualnya. Selanjutnya karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan

berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang

dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut

akan membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi.

Gibson Cs. (1996) menyatakan perilaku individu adalah segala sesuatu yang dilakukan

seseorang, seperti : berbicara, berjalan,berfikir atau tindakan dari suatu sikap. Sedangkan

menurut Kurt Levin, perilaku ( Behavior = B ) individu pada dasarnya merupakan fungsi

dari interakasi antara Person/individu (P) yang bersangkutan dengan lingkungan

(Enviroment = E).

Dari pengertian tersebut perilaku individu dapat diartikan sebagai suatu sikap atau

tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia atau individu itu sendiri baik yang

dilakukan dalam bekerja maupun diluar pekerjaan seperti menulis, bertukar pendapat,

Page 7: Dasar dasar perilaku individu

berfikir dan sebagainya. Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga

setiap manusia mempunyai keunikan-keunikan tersendiri.

Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu

dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan

berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya akan dipengaruhi oleh masing-masing

lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa sifat / ciri khas sikap ke dalam

tatanan organisasi seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan

pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya

manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yang lainnya. Organisasi juga

merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang

diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem

penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.

2.2 Perbedaan Individual

Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung

mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan –

pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan  sifat manusia, perilaku individu akan

berbeda di karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran

merupakan bukti dari perubahan perilaku individu. Pembelajaran terjadi setiap saat dan

relatif permanen yang terjadi sebagai  hasil dari pengalaman.

Meski manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan mereka, terlalu

sedikit perhatian yang diberikan dalam peran yang di mainkan pada evolusi pembentukan

perilaku manusia.  Para psikologi evolusioner memberitahu kita bahwa manusia pada

dasarnya sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita lahir di dunia ini dengan sifat-sifat yang

sudah mendarah daging, diasah, dan diadaptasikan terus selama jutaan tahun, yang

membentuk dan membatasi perilaku kita. Psikologi evolusioner menentang pemahaman

yang menyatakan bahwa manusia bebas untuk mengubah perilaku jika dilatih atau

dimotivasi. Akibatnya, kita menemukan bahwa orang dalam tataran organisasi sering

berperilaku dengan cara yang tampaknya tidak bermanfaat bagi diri mereka sendiri atau

majikan mereka.

Page 8: Dasar dasar perilaku individu

Namun B.F. Skinner, dengan bangga menyatakan keyakinannya dalam membentuk

perilaku individu dalam lingkungan, “Berikan saya seorang anak pada saat kelahirannya dan

saya dapat berbuat seperti apa yang Anda inginkan”.

karena itu penting bagi manajer untuk mengenalkan aturan-aturan perusahaan kepada

karyawan baru. Misalnya dengan memberikan masa orientasi.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu

2.3.1 Karakteristik Biografis

Karakteristik biografis adalah karakteristik pribadi, yang tercakup banyak dan

berisi sejumlah konsep yang kompleks. Data-data karakteristik biografis lebih mudah

diperoleh melalui responden sendiri atau melalui dokumen pribadi di bagian personalia.

Karakteristik-karakteristik yang nyata adalah usia, gender atau jenis kelamin, ras, status

kawin, dan masa kerja.

1. Usia

Hubungan antara usia dan kinerja pekerjaan merupakan suatu masalah yang penting.

Ada sedikitnya tiga alasan untuk ini. Pertama, adanya kepercayaan yang luas bahwa

kinerja pekerjaan menurun seiring bertambahnya usia. Kedua, suatu kenyataan bahwa

angkatan kerja semakin menua. Dan alasan ketiga adalah perundang-undangan Amerika

Serikat, yang dengan segala alas an, melarang perintah pensiun. Sekarang, sebagian besar

pekerja Amerika Serikat tidak harus pensiun pada usia 70.

hubungan Umur – Turnover = umur meningkat maka tingkat turnover menurun.

Alasannya karena alternatif pekerjaan (option) yang semakin sedikit, penghasilan lebih

tinggi yang telah diperoleh, dan tunjangan pensiun yang lebih menarik.

Hubungan Umur – Absensi = Umur meningkat, maka ketidakhadiran yang disengaja

menurun, dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula. Mengingat umur yang

bertambah berarti adanya keluarga yang harus dibina. ketidakhadiran yang disengaja

jarang sekali dilakukan, karena melihat pada nilai gaji yang terpotong bila tidak masuk

kerja. Dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula, contoh : bila ada salah

satu anaknya yang sakit.

Page 9: Dasar dasar perilaku individu

Hubungan Umur – Produktivitas = umur meningkat, maka produktifitas menurun.

Alasan : menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga meningkatnya kejenuhan

atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual. Namun ada juga study yang

mengemukakan bahwa hubungan umur dengan produktifitas ternyata tidak ada

hubungannya sama sekali. Dengan alasan : menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup

ekstrem bagi menurunnya produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi

dengan meningkatnya pengalaman.

Hubungan umur – kepuasan kerja = bagi karyawan profesional : umur meningkat,

kepuasan kerja juga meningkat. Bagi karyawan non-profesional : kepuasan merosot

selama usia tengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila

digambarkan dalam bentuk kurva, akan berbentuk kurva U.

2. Jenis kelamin (Gender)

Hanya terdapat sedikit perbedaan antara pria dan wanita yang mempengaruhi kinerja

mereka misalnya tidak terdapat perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam

hal kemampuan memecahkan masalah, menganalisis, dorongan kompetitif, motivasi,

sosiabilitas atau kemampuan belajar. Berbagai penelitian psikologis menyatakan bahwa

para wanita lebih bersedia menyesuaikan diri terhadap otoritas dan pria lebih agresif serta

lebih mungkin untuk memiliki pengharapan sukses dibandingkan para wanita, tapi

perbedaan-perbedaan tersebut kecil. Satu permasalahan yang tampak memang berbeda

dalam hal gender. Khususnya saat karyawan memilki anak usia prasekolah, adalah

preferensi terhadap jadwal kerja. Seorang ibu yang bekerja kemungkinan lebih memilih

jadwal kerja paruh waktu yang fleksibel sebagai cara untuk mengakomodasi tanggung

jawab keluarga.

Tidak ada beda yang signifikan / bermakna dalam produktifitas kerja antara pria

dengan wanita.

Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin karyawan memperngaruhi

kepuasan kerja.

Hubungan gender – turnover = beberapa studi menjumpai bahwa wanita mempunyai

tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan antara

hubungan keduanya.

Page 10: Dasar dasar perilaku individu

Hubungan gender – absensi = wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi

(lebih sering mangkir). dengan alasan : wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan

keluarga yang lebih besar, juga jangan lupa dengan masalah kewanitaan.

3. Ras

Ras telah dipelajari sedikit banyak dalam perilaku organisasi, khususnya dalam

hubungannya terhadap hasil-hasil pekerjaan seperti keputusan pemilihan personel,

evaluasi kinerja, dan diskriminasi di tempat kerja.

Dalam situasi pekerjaan, terdapat sebuah kecenderungan bagi individu untuk lebih

menyukai rekan-rekan kerja dari ras mereka sendiri dalam evaluasi kinerja, keputusan

promosi, dan kenaikan gaji.

4. Status kawin

Mengenai dampak status perkawinan dengan produktivitas tidak cukup penelitian

untuk menarik kesimpulan. Namun penelitian yang konsisten menjelaskan bahwa

karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian lebih rendah, dan

lebih puas dengan pekerjaan daripada rekan sekerjanya yang masih lajang.

5. Masa kerja atau masa jabatan

Tinjauan ektensif mengenai hubunga senioritas dan produktivitas kerja telah

dilakukan. Dimana adanya hubungan positif antara senioritas dan produktivitas kerja,

dimana masa kerja diekspresikan sebagai pengalaman kerja, yang menjadi dasar untuk

perkiraan yang baik atas produktivitas karyawan. Secara konsisten menunjukkan bahwa

senioritas berhubungan negative dengan tingkat ketidakhadiran. Bahkan dalam

hubungannya baik dengan frekuensi absensi dan total hari kerja yang hilang, masa jabatan

merupakan variable penting yang berpengaruh.

2.3.2 Kemampuan

1. Kemampuan fisik

Kemampuan fisik yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas

yang menuntut stamina, kekuatan, kecekatan, dan keterampilan. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan bahwa kemampuan dasar yang dilibatkan karyawan dalam

melakukan pekerjaan jasmani, dan masing-masing individu berbeda kemampuan dasar

yang dimiliki.

1) Faktor Kekuatan

Page 11: Dasar dasar perilaku individu

a.Kekuatan Dinamis adalah kekuatan yang menggunakan otot secara terus

menerus atau berulang-ulang.

b. Kekuatan Tubuh adalah kemampuan memanfaatkan kekuatan otot

menggunakan otot tubuh (khususnya otot perut).

c.Kekuatan Statis adalah kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek

eksternal..

d. Kekuatan Eksplosif adalah kemampuan mengeluarkan energi maksimum

dalam satu atau serangkaian tindakan eksplosif

2) Faktor Fleksibilitas

a.Fleksibikitas Luas adalah kemampuan menggerakan tubuh dan otot punggung

sejauh mungkin.

b. Fleksibilitas Dinamis adalah kemampuan membuat gerakan-gerakan lentur

yang cepat dan berulang-ulang.

3) Faktor Lainnya

a.Koordinasi Tubuh adalah Kemampuan mengoordinasikan tindakan secara

bersamaan dari bagian-bagian tubuh yang berbeda.

b. keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan keseimbangan

meskipun tedapat gaya yang mengganggu keseimbangan.

c.Stamina adalah kemampuan menggerakan upaya maksimum yang

membutuhkan usaha berkelanjutan.

Ketika kemampuan-pekerjaan tidak sesuai karena karyawan memiliki keterampilan

yang jauh melebihi persyaratan untuk pekerjaan tersebut, kinerja pekerjaan kemungkinan

akan memadahi tetapi akan terdapat ketidakefesienan dan penuruna tingkat kepuasan

karyawan. Kemampuan Intelektual atau Fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan

pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan

tersebut. Sebagai contoh seorang pilot membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang

kuat dan koordinasi tubuh yang baik. Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan

karyawan atau pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan akan mengabaikan fakta

bahwa kinerja karyawan bergantung pada interaksi keduannya.

2. Kemampuan intelektual

Page 12: Dasar dasar perilaku individu

Kemampuan intelektual yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan

kegiatan mental. Untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang dapat menggunakan

test IQ dan test-test lain untuk masuk ke sebuah perguruan tinggi. Ada tujuh dimensi yang

membentuk kemampuan intelektual yakni : kemahiran berhitung (numeric), pemahaman

verbal, kecepatan perceptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang dan

daya ingat. Test-test yang menilai semua kemampuan tersebut merupakan suatu perkiraan

yang valid terhadap kemampuan pekerjaan pada semua tingkat pekerjaan. Segala test yang

mengukur kemampuan atau kecerdasan khusus merupakan perkiraan yang kuat dari

kinerja.

2.3.3 Proses belajar

Pembelajaran (learning) terjadi setiap waktu. Pembelajaran secara umum adalah

setiap perubahan perilaku yang relative permanent, terjadi sebagai hasil pengalaman.

Perubahan perilaku menunjukkan bahwa pembelajaran telah terjadi dan pembelajaran

adalah perubahan perilaku.

Menurut Stephen P. Robbins defenisi yang dikemukakannya memiliki komponen

yang perlu diklarifikasi, yakni :

Belajar itu sendiri melibatkan perubahan. Perubahan itu dapat baik atau buruk,

tergantung dari perilaku yang dipelajari.

Pelajaran itu harus relative permanen. Perubahan sementara bersifat reflektif

dan gagal mewakili pembelajaran apapun.

Melibatkan perilaku, artinya proses belajar dianggap sudah terjadi dapat dilihat

adanya perubahan perilaku.

Beberapa bentuk pengalaman hidup penting artinya belajar. Pengalaman-

pengalaman inui dapat diperoleg secara langsung maupun secara tidak

langsung.

Teori pembelajaran terdiri dari 3, yakni :

Pengkondisian Klasik (Clasiccal conditional)

Dikemukakan oleh Paplov. Hasil percobaanya terhadap anjing mengenai

keterkaitan antara stimulus dan respon menunjukkan bahwa stimulus yang

tidak dikondisikan akan menghasilkan respons yang tidak dikondisikan pula,

Page 13: Dasar dasar perilaku individu

dan melalui proses belajar maka stimulus yang dikondisikan itu akan

menghasilkan respons yang dikondisikan.

Pengkondisian Operant (Operant conditional)

Menurut teori ini, perilaku merupakan fungsi dan akibat dari perilaku itu

sendiri.kecenderungan mengulangi sebuah perilaku tertentu dipengaruhi

penguatan yang disebabkan oleh adanya akibat daro perilaku itu. Misalnya bila

seorang karyawan berprestasi di atas standar kemudian diberi insentif oelh

pimpinan, maka akan berdampak positif / kesenangan sehingga pada bulan

berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang sama untuk memperoleh

imbalan

Pembelajaran Sosial (Social Learning)

Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses belajar yang dilakukan

melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung. Agar memperoleh

hasil yang maksimal, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang

pengajar dalam melakukan proses belajar-mengajar yaitu :

a) Proses perhatian, dimana pengajar harus menyampaikan materi pelajaran

dengan menarik, dan suasana belajar yang kondusif.

b) Proses ingatan, dimana hasil belajar juga tergantung pada seberapa bbesar

daya ingat si subjek belajar.

c) Proses reproduksi, dimana subjek ajar setelah belajar harus mengalami

perubahan sikap, berpikir dan berperilaku.

d) Proses penguatan, dimana apabila subjek belajar telah belajar dengan baik

maka harus diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti

pelatihan, setelah selesai pelatihan dan kinerjanya menjadi lebih baik maka

ia harus mendapatkan imabalan yang sesuai.

2.3.4 Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan

mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah

cara kita mengubah energi – energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang

bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak

Page 14: Dasar dasar perilaku individu

mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih

pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu,semakin mudah dan semakin

sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk

kelompok budaya atau kelompok identitas.

Komunikasi adalah penyampaian suatu informasi dari seseorang kepada orang lain

dan memberikan suatu pemahaman terhadap si penerima informasi tersebut. Komunikasi

memiliki fungsi utama, yakni sebagai fungsi kendaali, motivasi, pernyataan emosi, dan

informasi

2.4 Pendekatan – Pendekatan Untuk Memahami Perilaku Individu

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah;

pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan

tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan

masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1. Penekanan.

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.

Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu

sendiri.

Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam

perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat

menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam

menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego

yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

2. Penyebab Timbulnya Perilaku

Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau

ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang

lingkungan.

Page 15: Dasar dasar perilaku individu

Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli

lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku. Menurut

pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions) yang dihasilkan

oleh tidak tercapainya keinginan.

3. Proses.

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah

proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat

ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat

mengurangi ketidak sesuaian tersebut.

Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang

respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut

menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang. Dalam pendekatan psikoanalitis,

keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh Ego dibawah

pengamatan Superego.

4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa

lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari

pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses

masuknya dalam sistem.

Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus

tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya. Menurut pendekatan

psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif penting bagi

perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan

pengembangannya dimasa lalu.

5. Tingkat dari Kesadaran.

Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam

kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami, dipertimbangkan

sangat penting.

Page 16: Dasar dasar perilaku individu

Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya

aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan

dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat

saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan

berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.

Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.

Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.

6. Data.

Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada

dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.

Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik

yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.

Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti

penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik

proyektif, dan hipnotis.

Page 17: Dasar dasar perilaku individu

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap Individu adalah pribadi yang unik. Manusia pada hakekatnya adalah kertas kosong

yang di bentuk oleh lingkungan mereka. Perilaku manusia merupakan fungsi dari interaksi antara

person atau individu dengan lingkungannya. Mereka berperilaku berbeda satu sama lain karena

ditentukan oleh masing – masing lingkungan yang memang berbeda.

            Secara biografis individu memiliki karakteristik yang jelas bisa terbaca, seperti usia, jenis

kelamin, status perkawinan, yang semua itu memiliki hubungan signifikan dengan produktivitas

atau kinerja dalam suatu organisasi dan merupakan isu penting dalam dekade mendatang. Dari

kajian beberapa bukti riset, memunculkan kesimpulan bahwa usia tampaknya tidak memiliki

hubungan dengan produktivitas. Dan para pekerja tua yang masa kerjanya panjang akan lebih

kecil kemungkinannya untuk mengundurkan diri. Demikian pula dengan karyawan yang sudah

menikah, angka keabsenan menurun, angka pengunduran diri lebih rendah serta menunjukkan

kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada karyawan yang bujangan.

            Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung

mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan –

pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku individu akan berbeda di

karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari

perubahan perilaku individu. Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi

sebagai hasil dari pengalaman.

Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda – beda. Di dalam organisasi setiap

orang mempunyai tujuan yang sama. Seluruh pekerjaan di dalam organisasi dilakukan para

anggota yang akan menentukan keberhasilannya. Jika seorang ikut dalam organisasi, dia akan

memperoleh suatu tujuan yang membuat ia dapat kepuasan dalam melakukan pekerjaannya.

Organisasi sangat berpengaruh terhadap individu, karena setiap individu mempunyai kebutuhan -

kebutuhan tertentu dalam dirinya demi mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa depan.

Karena kebutuhan, setiap individual berorganisasi. Misalnya, dalam perusahaan setiap individu

mempunyai karakteristik yang berbeda, karena mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda

Page 18: Dasar dasar perilaku individu

pula. Kebutuhan – kebutuhan tersebut yang membuat mereka termotivasi untuk melakukan

pekerjaan tersebut lebih baik, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam diri individu,

terdapat perilaku – perilaku yang betentangan yang disebut dengan konflik. Jika seseorang

mempunyai konflik atau masalah, mungkin mereka mengalami kesulitan untuk mengambil

keputusan yang tepat. Disinilah peran seorang pemimpin dalam organisasi dibutuhkan. Setiap

individu mempunyai masalah yang berbeda – beda dalam pekerjaannya dan karakter sifat yang

berbeda – beda. Ada yang menanggapi masalah tersebut dengan akal sehatnya dan ada pula yang

dengan sifat emosionalnya. Jadi seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik

terhadap bawahannya, perbedaan karakter setiap individu dalam menghadapi masalah harus

melalui pendekatan – pendektan yang berbeda pula. Di butuhkan kemampuan dan kecerdikan

seorang pemimpin, agar bawahannya tersebut dapat bekerja dengan baik kembali.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan

dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya

pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah

ini. Kami banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun

kepada penulis demi kesempurnaan dalam penulisan dan penyusunan makalah kedepannya.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada

umumnya.

Page 19: Dasar dasar perilaku individu

DAFTAR PUSTAKA

P.Robbins, Stephen, Timothy A. Judge.2008.Perilaku Organisasi buku 1: jakarta, salemba

empat.

Thoha, Miftah. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali

Pers.

Winardi,j.2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Bandung: Prenada Media.

http://agungpia.multiply.com/journal/item/23/Dasar-dasar_Perilaku_Individu

http://candupendidikan.wordpress.com/2012/06/03/dasar-dasar-perilaku-individual/

http://www.slideshare.net/DharaniKassapa/dasardasar-perilaku-individu-perilaku-organisasi

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1847754-perilaku-organisasi-konsep-dasar-dan/