dasar dan sistem pelaksanaan pemerintahan indonesia.docx

Upload: bayuprahara

Post on 05-Mar-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Berisi sejarah dan perubahan sistem pelaksanaan di Indonesia

TRANSCRIPT

SISTEM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN INDONESIA

Disusun Oleh :Bayu PraharaFaisal RizalIqbal Ahsani ThariqM. Iqbal Eka HartonoNabhan Fauzan Mustaqim

MA PERSIS BANJARAN

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGSudah 70 tahun semenjak Indonesia memploklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan, sistem pemerintahan yang dilaksanakan di Indonesia mengalami banyak perubahan menyusul dengan berubahnya dinamika penduduk Indonesia menuju pemerintahan yang lebih baik dan demokratis. Lembaga tinggi Negarapun didirikan sebagai bagian dari upaya menjalankan roda pemerintahan.

B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana sejarah sistem pelaksanaan pemerintahan di Indonesia ?2. Apa saja lembaga tinggi negara yang ada dalam dalam sistem pemerintahan di Indonesia ?3. Seperti apa hubungan kerja sama antar lembaga tinggi negara di Indonesia ?

C. TUJUAN PENULISAN1. Mengetahui Bagaimana sejarah sistem pelaksanaan pemerintahan di Indonesia 2. Mengetahui lembaga tinggi negara yang ada dalam dalam sistem pemerintahan di Indonesia3. Mengetahui hubungan kerja sama antar lembaga tinggi negara di Indonesia

BAB IIPEMBAHASANA. PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA DI INDONESIAMekanisme pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan negara di lakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pembagian kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung antara Pemerintah provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD provinsi. Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, pembagian kekuasaan berlangsung antara Pemerintah Kabupaten/Kota (Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota) dan DPRD kabupaten/kota.Sedangkan pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara vertikal di negara Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota). Pada pemerintahan daerah berlangsung pula pembagian kekuasaan secara vertikal yang ditentukan oleh pemerintahan pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota terjalin dengan koordinasi, pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintahan Pusat dalam bidang administrasi dan kewilayahan. Indonesia menganut sistem trias politika yaitu sistem yang membagi kekuasaan Negara menjadi tiga bagian yakni lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif

1. Lembaga LegislatifLegislatif adalah badan pemerintah dengan kuasa membuat hukum. Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, kongres, dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif. Dalam sistem Presidentil, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama, dan bebas, dari eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang. Fungsi dari legislatif adalah :1. Menentukan kebijakan (policy) dan membuat undang-undang. Untuk itu badan legislatif diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah dan terutama di bidang budget atau anggaran.

2. Mengontrol badan eksekutif, dalam arti menjaga agar semua tindakan badan eksekutif sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan tugas ini, badan eksekutif perwakilan rakyat diberi hak-hak kontrol khusus, seperti hak bertanya, interpelasi dsb.2. Lembaga EksekutifEksekutif berasal dari kata eksekusi (execution) yang berarti pelaksana. Lembaga eksekutif adalah lembaga yang ditetapkan untuk menjadi pelaksana dari peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh pihak legislatif. Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif. Eksekutif merupakan pemerintahan dalam arti sempit yang melaksanakan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan haluan negara, untuk mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasinya adalah kabinet atau dewan menteri dimana masing-masing menteri memimpin departemen dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.Fungsi dan Wewenang Badan Eksekutif1. Administratif, yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan menyelenggarakan administrasi Negara2. Legislatif, membuat rancangan undang-undang3. Keamanan, yakni kekuasaan untuk mengatur polisi dan angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang, pertahanan negara, serta keamanan dalam negeri4. Yudikatif, memberi grasi, amnesti, dan sebagainya5. Diplomatik, yakni kekuasaan untuk menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara lain.

3. Lembaga YudikatifYudikatif adalah badan yang berfungsi mengawasi pelaksanaan dan mengadili terhadap penyelewengan Undang-undang. Lambaga yudikatif bersifat independent atau bebas dari campur tangan pihak lain.

B. SEJARAH LEMBAGA PEMERINTAHAN DI INDONESIA1. Periode berlakunya UUD 1945 Pada saat Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia saat itu belum memiliki lembaga pemerintahan serta UUD sebagai dasar peraturan di Indonesia. tetapi pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidang pertama yang salah satu keputusannya adalah mengesahkan UUD yang kemudian disebut UUD 1945 dengan Batang Tubuh terdiri atas 16 bab yang terbagi menjadi 37 pasal, serta 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan TambahanMengenai bentuk negara telah diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.Kemudian kedaulatan telah diatur dalam Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusywaratan Rakyat. Dengan adanya pasal tersebut, maka kedudukan Majelis Permusywaratan Rakyat (MPR) adalah sebagai lembaga tertinggi negara. Kedudukan lembaga-lembaga tinggi Negara yang lain berada di bawah MPR.Dan sistem pemerintahan negara telah diatur pula dalam Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar. Pasal tesebut menunjukkan bahwa system pemerintahan menganut sistem presidensial. Dalam sistem ini, Presiden selain sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan. Menteri-menteri sebagai pelaksana tugas pemerintahan adalah pembantu Presiden yang bertanggung jawab kepada Presiden, bukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).lembaga tertinggi dan lembagalembaga tinggi negara menurut UUD 1945 (sebelum amandemen) adalah :a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)b. Presidenc. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)f. Mahkamah Agung (MA)

2. Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949Meski Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Belanda masih punya ambisi dalam merebut Indonesia diantaranya adalah dengan membentuk negara boneka sebagai pemecah belah kesatuan di Indonesia seperti Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, dan Negara Jawa Timur. Untuk menyelesaikan pertikaian yang terjadi antara Belanda dengan RepubIik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian turun tangan dengan menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda) tanggal 23 Agustus 2 November 1949. Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari RepubIik Indonesia, BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg, yaitu gabungan negara-negara boneka yang dibentuk Belanda), dan Belanda serta sebuah komisi PBB untuk Indonesia.KMB tersebut menghasilkan tiga buah persetujuan pokok yaitu:1. Didirikannya Negara Rebublik Indonesia Serikat;2. Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat; dan3. Didirikan federasi antara RIS dengan Kerajaan Belanda.Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat mengharuskan adanya penggantian UUD. Oleh karena itu, disusunlah naskah UUD Republik Indonesia Serikat. Rancangan UUD tersebut dibuat oleh delegasi RI dan delegasi BFO pada Konferensi Meja Bundar. Setelah kedua belah pihak menyetujui rancangan tersebut, maka mulai 27 Desember 1949 diberlakukan suatu UUD yang diberi nama Konstitusi Republik Indonesia Serikat. Konstitusi tersebut terdiri atas Mukadimah yang berisi 4 alinea, Batang Tubuh yang berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah lampiran. Bentuk Negara RIS dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS yang berbunyi Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat adalah negara hukum yang demokratis dan berbentuk federasi. Dengan perubahan ini maka di dalam RIS terdapat beberapa negara bagian. Masing-masing memiliki kekuasaan pemerintahan di wilayah negara bagiannya. Negara-negara bagian itu adalah : negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pasundan, Jawa timur, Madura, Sumatera Timur, dan Sumatera Selatan. Selain itu terdapat pula satuan-satuan kenegaraan yang berdiri sendiri, yaitu : Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur.Dalam pelaksanaan pemerintahan RIS ini sudah tertuang dalam pasal 118 ayat 1 yaitu Presiden tidak dapat diganggu gugat yang artinya Presiden tidak dimintai pertanggung jawaban atas tugas pemerintahan karena yang bertanggung jawab adalah para menteri yang ditulis pada ayat selanjutnya yaitu pada ayat 2 yang berisi Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri dan Dalam sistem pemerintahan parlementer ini, pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sedangkan lembaga-lembaga Negara menurut Konstitusi RIS adalah :a. Presidenb. Menteri-Menteric. Senatd. Dewan Perwakilan Rakyate. Mahkamah Agungf. Dewan Pengawas Keuangan

3. Periode berlakunya UUDS 1950Dalam perkembangannya, sejumlah Negara - negara bagian bersatu kembali dengan Negara Republik Indonesia (RI) sehingga menyisakan negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur. Perkembangan berikutnya adalah munculnya kesepakatan antara RIS yang mewakili Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur dengan Republik Indonesia untuk kembali ke bentuk negara kesatuan. Kesepakatan tersebut kemudian dituangkan dalam Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei 1950. Untuk mengubah negara serikat menjadi negara kesatuan diperlukan suatu UUD Negara kesatuan. UUD tersebut akan diperoleh dengan cara memasukan isi UUD 1945 ditambah bagian-bagian yang baik dari Konstitusi RIS.Pada tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkanlah Undang-Undang Federal No.7 tahun 1950 tentang Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang berlaku sejak tanggal 17 Agustus 1950. Dengan demikian, sejak tanggal tersebut Konstitusi RIS 1949 diganti dengan UUDS 1950, dan terbentuklah kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.Undang-Undang Dasar Sementara 1950 terdiri atas Mukadimah dan Batang Tubuh, yang meliputi 6 bab dan 146 pasal. Mengenai dianutnya bentuk negara kesatuan dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 yang berbunyi Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan.Sistem pemerintahan yang dianut pada masa berlakunya UUDS 1950 adalah sistem pemerintahan parlementer. Dalam pasal 83 ayat 1 UUDS 1950 ditegaskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu-gugat. Kemudian pada ayat 2 disebutkan bahwa Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri. Hal ini berarti yang bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintahan adalah menteri-menteri. Menteri-menteri tersebut bertanggung jawab kepada parlemen atau DPR dan lembaga lembaga saat itu adalah :a) Presiden dan Wakil Presidenb) Menteri-Menteric) Dewan Perwakilan Rakyatd) Mahkamah Agunge) Dewan Pengawas Keuangan4. Periode berlakunya pada masa orde lamaPemerintahan orde lama adalah pemerintahan negara Indonesia yang berlangsung di bawah pimpinan Soekarno. Pemerintahan orde lama berlangsung sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 hingga 1968. Orde baru merupakan nama yang diberikan oleh Soeharto yang berkuasa pada era orde baru. Soekarno sendiri tidak begitu suka dengan sebutan orde lama untuk era kepemimpinannya. Ia lebih suka menyebut eranya dengan sebutan orde revolusi.Sistem pemerintahan parlementer juga pernah dianut Indonesia pada masa orde lama. Namun, sistem parlementer yang digunakan masih parlementer semu (quasy parlemenary). Pemerintahan parlementer lahir atas dasar konstitusi Republik Indonesia Serikat pada 1950. Sutan Syahrir merupakan perdana menteri pertama di dalam sistem pemerintahan ini. Pada tahun 1950, badan Konstituante diserahi tugas untuk membuat UUD baru yang sesuai dengan amanat UUDS 1950, namun sampai pada tahun 1959 konstitusi baru belum juga dibuat. Maka Presiden Soekarno pun mengeluarkan sebuah dekrit yang membubarkan Konstituante, mengakhiri masa parlementer, dan digunakannya kembali UUD 1945. Dekrit ini biasa dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Masa sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi Terpimpin.Dengan kembali berlakunya UUD 1945, maka otomatis sistem pemerintahan kembali pada sistem presidensil. Disini presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib parpol ditentukan oleh presiden (10 parpol yang diakui). Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat.5. Periode berlakunya pada masa orde baruSejak dilengserkannya Soekarno dari kekuasaannya pemerintahan berlanjut kepada Soeharto yang telah diberi mandat untuk menjadi pengganti Soekarno sebagai Presiden. Dalam penerapannya Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan (presidensiil) tapi masa jabatannya tidak jelas (sekali masa jabatan dan sesudahnya dapat dipilih kembali tanpa kejelasan sampai berapa kali. Legislatif terdiri dari fraksi partai, fraksi golongan non-partai, fraksi ABRI yang memiliki dua fungsi yaitu selain sebagai alat negara juga memiliki fungsi politik-representatif. Masih terdapat DPA yang bertugas memberi pertimbangan kepada presiden tapi presiden tidak wajib mengikuti pertimbangan tersebut. Kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR.6. Periode berlakunya pada masa reformasi sampai sekarangSeiring dengan tuntutan reformasi dan setelah lengsernya Presiden Soeharto sebagai penguasa Orde Baru, maka sejak tahun 1999 dilakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Sampai saat ini, UUD 1945 sudah mengalami empat tahap perubahan, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Penyebutan UUD setelah perubahan menjadi lebih lengkap, yaitu : Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Melalui empat tahap perubahan tersebut, UUD 1945 telah mengalami perubahan yang cukup mendasar. Perubahan itu menyangkut kelembagaan negara, pemilihan umum, pembatasan kekuasaan Presiden dan Wakil Presiden, memperkuat kedudukan DPR, pemerintahan daerah, dan ketentuan yang terinci tentang hak-hak asasi manusia.a) Presidenb) Majelis Permusyawaratan Rakyatc) Dewan Perwakilan Rakyatd) Dewan Perwakilan Daerahe) Badan Pemeriksa Keuanganf) Mahkamah Agungg) Mahkamah Konstitusih) Komisi Yudisial

C. PERBANDINGAN FUNGSI DAN TUGAS LEMBAGA TINGGI NEGARA DI INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMENPada dasarnya, pemerintahan Republik Indonesia saat ini berusaha untuk menyelenggarakan pemerintahan yang demokratis dan mensejahterakan rakyat yang sesuai dengan Pancasila dan UUD1945. Sehingga dilakukanlah beberapa kali amandemen dan kebijakan kebijakan yang diantaranya :1. menyempurnakan UUD 1945 yang sesuai dengan perkembangan bangsa saat ini.2. Meningkatakn peran, wewenang serta tanggung jawab lembaga tinggi Negara.3. Menerapkan prinsip kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.4. Mengembangkan sistem politik dan pendidikan politik kepada masyarakat.Dengan berbagai perubahan tersebut hal ini menjadikan perubahan lembaga tinggi Negara sebelum dan sesudah amandemen yaitu :1. Dibubarkannya lembaga Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang bertugas sebagai penasihat Presiden dengan Keputusan Presiden Nomor 135 /M/ 2003 pada tanggal 31 Juli 2003.2. Dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada tanggal 1 Oktober 20043. Dibentuknya Mahkamah Konstitusi pada tanggal 15 Oktober 2003 dengan dasar hukum amandemen ketiga UUD 19454. Dibentuknya Komisi Yudisial pada tanggal pada tanggal 2 Agustus 2005 dengan dasar hukum UU No. 22 tahun 2004Kemudian perubahan tugas dan wewenang juga dialami oleh Lembaga tinggi Negara sebelum dan sesudah amandemen secara berturut turut adalah :1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (sebelum amandemen)a. Pelaksana kedaulatan rakyatb. Menetapkan UUD dan GBHNc. Memilih presiden dan wakil presidend. Mengadakan sidang istimewa untuk meminta pertanggungjawaban presiden apabila melanggar UUD dan GBHN2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (setelah amandemen menurut pasal 3, 7, dan 8 UUD dan UU No. 22 tahun 2003)a. Mengubah dan menetapkan UUDb. Melantik presiden dan wakil presidenc. Memutuskan usul DPR bedasarkan putusan MK untuk memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya setelah diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dalam siding paripurna MPRd. Melantik wakil presiden menjadi presiden menjadi presiden apabila presiden tidak dapat menjalankan kewajibannyae. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden dalam 60 harif. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti bersamaan dalam waktu 30 harig. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR

3. Dewan Perwakilan Rakyat (sebelum amandemen)a. Membentuk undang undangb. Mengawasi tindakan presidenc. Setiap UU harus mendapat persetujuan DPRd. RAPBN yang diajukan pemerintah harus mendapat persetujuan dari DPR

4. Dewan Perwakilan Rakyat (setelah amandemen)a. Memegang kekuasaan membentuk undang undang yang dibahas bersama presidenb. Membahas dan memberikan persetujuan tentang perpuc. Menetapkan APBNd. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN serta kebijakan pemerintahe. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan DPDf. Memilih anggota BPKg. Memberi persetujuan dalam menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain

5. Dewan Perwakilan Daerah (menurut UU No. 22 tahun 2003a. Dapat mengajukan UU kepada DPRb. Dapat ikut membahas UUc. Memberi pertimbangan kepada DPR tentang APBN dan anggota BPK

6. Dewan Pertimbangan Agunga. Berkewajiban memberikan jawaban atas pertanyaan Presidenb. Berhak mengajukan usul kepada pemerintah

7. Presiden (sebelum amandemen)a. Sebagai pemegang kekuasaan pemerintahanb. Membentuk UU bersama DPRc. Memiliki kuasa pada bidang yudistial seperti grasi dan rehabilitasid. Mempunyai kuasa dalam berhubungan dengan Negara lain

8. Presiden (setelah amandemen)a. Mengangkat duta dan konsul.b. Memberi grasi, amnesti, dan rehabilitasi.c. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.d. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.e. Sebagai kepala pemerintahan Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.f. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.g. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) kepada DPR.h. Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan undang-undang.i. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

9. Mahkamah Agung (sebelum amandemen)a. Berkuasa dalam kehakiman secara utuh

10. Mahkamah Agung (setelah amandemen menurut UU No. 5 tahun 2004)a. Berwenang dalam mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang undanganb. Memberi pertimbangan kepada presiden tentang grasi dan rehabilitasi

11. Mahkamah Konstitusi (menurut UU No. 24 tahun 2003)a. Menguji suatu UU terhadap UUD 1945b. Memustukan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945c. Memutuskan perselisihan dalam pemilud. Memutuskan atas pendapat DPR terkait pelanggaran yang dilakukan oleh Presiden dan wakil presiden

12. Komisi Yudisiala. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;c. Menetapkan calon hakim agung; dand. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

13. Badan Pemeriksaan Keuangana. Memeriksa pengelolaan kas Negara

D. HUBUNGAN KERJA SAMA LEMBAGA TINGGI NEGARA DI INDONESIA Dalam menjalankan tugasnya, tiap lembaga tidak bias bekerja secara sendiri sendiri sehingga mereka membentuk sebuah kerja sama antar lembaga diantaranya :1. Hubungan kerja adalah mengenai proses pembuatan undang-undang antara presiden dan DPR yang diatur dalam pasal 20 ayat 2, 3, 4, dan 5. Yaitu setiap rancangan undang-undang harus dibahas oleh presiden dan DPR untuk mendapat persetujuan bersama (ayat 2). Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, maka rancangan undang-undang itu tidak dapat diajukan lagi pada masa persidangan itu (ayat 3). Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama, (ayat 4) dan apabila presiden dalam waktu 30 hari setelah rancangan undang-undang itu disetujui bersama, undang-undang itu sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan (ayat 5). Untuk terbentuknya undang-undang, maka harus disetujui bersama antara presiden dengan DPR. Walaupun seluruh anggota DPR setuju tapi presiden tidak, atau sebaliknya, maka rancangan undang-undang itu tidak dapat diundangkan.2. Hubungan kerja lain antara DPR dengan Presiden antara lain: melantik presiden dan atau wakil presiden dalam hal MPR tidak dapat melaksanakan sidang itu (pasal 9), memberikan pertimbangan atas pengangkatan duta dan dalam hal menerima duta negara lain (pasal 13), memberikan pertimbangan kepada presiden atas pemberian Amnesti dan Abolisi (pasal 14 ayat 2), memberikan persetujuan atas pernyataan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain (pasal 11), memberikan persetujuan atas pengangkatan komisi yudisial (pasal 24B ayat 3), memberikan persetujuan atas pengangkatan hakim agung (pasal 24A ayat 3).

BAB IIIKESIMPULANKekuasaan Negara di Indonesia memakai sistem trias politika yaitu sistem yang membagi kekuasaan Negara menjadi tiga bagian yaitu legislatif yang merupakan badan pemerintah dengan kuasa membuat hukum., eksekutif yang merupakan lembaga yang ditetapkan untuk menjadi pelaksana dari peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh pihak legislatif., dan yudikatif badan yang berfungsi mengawasi pelaksanaan dan mengadili terhadap penyelewengan Undang-undang. Dalam perkembangannya yang terjadi Saat ini, Indonesia telah mengalami banyak perubahan perubahan dikarenakan gejolak masyarakat yang menuntut keadilan sehingga terjadi beberapa amandemen dan mengubah tugas dan wewenang pada lembaga tinggi Negara. Untuk menjalankan tugasnya, lembaga tinggi Negara sering melakukan kerja sama dengan lembaga tinggi Negara yang lain dalam upaya memudahkan pelaksanaan pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKAHartati, Atik, dan Sarwono. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA / MA kelas XII. Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.

Prasetya, Putri. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia. https://www.academia.edu/5007398. Diakses pada tanggal 3 September 2015

Shimomura, S. Faiz. Fungsi Lembaga Yudikatif. https://www.academia.edu/8066692. Diakses pada tanggal 3 September 2015.

Sundari, Riny. Lembaga Eksekutif. https://www.academia.edu/5002181. Diakses pada tanggal 3 September 2015.

Syahrudin, Riko. Hubungan Eksekutif dan Legistalif di Indonesia. https://www.academia.edu/11579642. Diakses pada tanggal 3 September 2015.

Utomo, Eddy, 2014. Konsep Pembagian Kekuasaan Negara di Indonesia. https://www.pkn-ips.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 7 September 2015.

17