dampak intervensi komunitas terhadap...
TRANSCRIPT
DAMPAK INTERVENSI KOMUNITAS TERHADAP
KEBERSYUKURAN ORANG TUA ANAK DOWN
SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA
ANAK DENGAN DOWN SYNDROME (POTADS)
PEJATEN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Farah Salsabila Nazhifah
11160520000037
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2020 M
i
ABSTRAK
Farah Salsabila Nazhifah, NIM : 11160520000037, Dampak
Intervensi Komunitas terhadap Kebersyukuran Orang Tua
Anak Down Syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak
dengan Down Syndrome (POTADS) Pejaten.
Ketika orangtua mengetahui anaknya didiagnosis Down
Syndrome, maka akan terjadi konflik dalam diri masing-masing
baik sang ayah maupun sang ibu. Konflik tersebut terkait dengan
keinginan dan harapan yang mungkin tidak dapat terpenuhi untuk
memiliki anak normal yang bisa dibanggakan dalam lingkungan
sosialnya,maka pada saat itulah muncul kekecewaan yang
mendalam. Karena hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
dampak intervensi komunitas yang diadakan oleh Yayasan
POTADS terhadap kebersyukuran orang tua anak down syndrome.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Data penelitian ini dihasilkan dari
pengumpulan data primer yaitu dari hasil wawancara, dan observasi
dan dokumentasi, juga dari data sekunder yaitu hasil dari referensi
dalam bentuk buku-buku yang relevan dengan tema penelitian
untuk mendukung dan melengkapi data-data dilapangan. Subjek
dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang Wakil Ketua 2 Yayasan
POTADS, 1 orang Psikolog, dan 3 orang tua anak down syndrome
yang tergabung di POTADS, dan untuk pengambilan sample,
peneliti menggunakan purposive sampling.
Adapun hasil temuan yang peneliti dapatkan mengenai
intervensi komunitas yang diberikan oleh Yayasan POTADS
kepada orang tua anak down syndrome dapat dilihat dari adanya
peningkatan rasa bersyukur dan penerimaan dirinya semenjak awal
bergabung dengan POTADS, dan semakin bertambah ketika
mengikuti berbagai kegiatan intervensi komunitas seperti melalui
self help group, seminar, dan kopdar. Hal ini di tandai dengan
memperlakukan dan mendidik anak down syndromenya menjadi
lebih baik dan percaya diri.
Kata Kunci : Intervensi Komunitas, Kebersyukuran, Down
Syndrome
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirahmannirahim Dengan menyebut nama
Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat
serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Segala Puji dan syukur selalu dipanjatkan ke hadirat Allah
SWT yang selalu melimpahkan hidayah, taufik, serta rahmat
dan berkahnya kepada peneliti atas izin-Nya sehingga
peneliti bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Dampak
Intervensi Komunitas terhadap Kebersyukuran Orang Tua
Anak Down Syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua
Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Pejaten.” yang
merupakan syarat memperoleh gelar (S. Sos) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi
ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, namun
penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat untuk
memberikan informasi maupun berbagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengharapkan koreksi dan saran untuk
menyempurnakan skrisi ini agar lebih bermanfaat bagi
pembaca.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis juga
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik
berupa moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini
iii
penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap orang
yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
diantaranya:
1. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabuddin Noor,
MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
Drs, Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Ketua Program
Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku Sekretaris
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus Dosen Pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikkan masukkan dan arahan dalam menyusun
skripsi ini.
4. Tasman, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
Penulis, yang telah membimbing dan memotivasi
penulis selama penyusunan skripsi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iv
Komunikasi khusunya Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, yang telah memberikan ilmunya serta
bimbingannya selama perkuliahan.
6. Keluarga Penulis, Mama Amy dan Nenek yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan yang tak
terhitung serta selalu memberikan perhatiannya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik. Serta kakak Nahri, Mas Bayu dan adik-
adik penulis Fahri dan Rizki.
7. Pihak Yayasan POTADS, Ibu Dini Prihatini selaku
Wakil Ketua 2 yang telah mengizinkan dan membantu
penulis untuk menyelesaikan penelitian di Yayasan
tersebut.
8. Seluruh teman-teman BPI angakatan 2016 khususnya
Debbie, Ufai, Rizka, Difa, Alda, Mute, Mala, Ula, Rafli,
Bang Acul dan Ka Ulfi serta sahabat lainnya yang telah
memberikan bantuan dan dukungan.
9. Semua pihak yang telah membantu kepada semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian
semua, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita
semua.
v
Penulis mendoakan semoga bantuan, dukungan,
semangat, perhatian dan bimbingan dari pihak
mendapatkan pahala dan berkah dari Allah SWT. Penulis
mengucapkan syukur, terimaksih dan permohonan maaf
apabila selama ini terdapat banyak kesalahan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pihak manapun tanpa
terkecuali.
Jakarta, Juli 2020
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 9
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 11
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 12
F. Metode Penelitian .............................................................. 16
BAB II LANDASAN TEORI ............................................. 24
A. Kebersyukuran ................................................................... 24
1. Pengertian Kebersyukuran ......................................... 24
2. Komponen Kebersyukuran ........................................ 27
3. Faktor Kebersyukuran ................................................ 30
B. Intervensi Komunitas ......................................................... 32
1. Pengertian Intervensi Komunitas ............................... 32
2. Model Intervensi Komunitas ...................................... 33
3. Pendekatan Intervensi Komunitas .............................. 33
4. Tahapan Intervensi Komunitas .................................. 36
C. Orang Tua Anak Down Syndrome ..................................... 41
1. Peran Orang Tua ........................................................ 41
2. Down Syndrome ........................................................ 46
D. Kerangka Berfikir .............................................................. 55
vii
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN PERSATUAN
ORANG TUA ANAK DENGAN DOWN SYNDROME
(POTADS) ............................................................................ 57
A. Sejarah dan Perkembangan POTADS ................................ 57
B. Tujuan ................................................................................ 59
C. Visi dan Misi Yayasan POTADS....................................... 59
D. Motto .................................................................................. 61
E. Struktur Organisasi ............................................................ 61
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............. 63
A. Data Informan .................................................................... 63
B. Data dan Temuan ............................................................... 66
BAB V PEMBAHASAN ..................................................... 81
A. Gambaran intervensi komunitas di yayasan POTADS ...... 81
B. Gambaran kebersyukuran orang tua anak down syndrome
sebelum tergabung di yayasan POTADS ................................... 83
C. Dampak Intervensi Komunitas terhadap Kebersyukuran
Orang Tua Anak Down Syndrome di Yayasan POTADS ......... 88
BAB VI PENUTUP ............................................................. 92
A. Kesimpulan ........................................................................ 92
B. Implementasi …………………..........……………....……92
C. Saran ................................................................................ 933
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memiliki seorang anak merupakan suatu harapan dan
kebanggan bagi sepasang suami istri, karena anak merupakan
karunia terbesar yang menjadi amanah bagi siapapun orang
tua yang dikehendaki-Nya. Setiap orang tua mendambakan
memiliki anak yang sesuai dengan apa yang mereka
dambakan, kehadiran anak menjadi sebuah kesempurnaan
tersendiri bagi sebuah keluarga. Oleh karena itu memiliki
anak yang sehat secara fisik, mental, dan psikologis sangatlah
diidamkan orangtua. Namun sayangnya, tak semua harapan
dan doa yang dipanjatkan berjalan sesuai dengan harapan,
tetapi pada kenyataannya dalam kehidupan tidak semua anak
lahir dalam keadaan yang sempurna baik secara fisik maupun
mental. Harapan orang tua dapat hancur saat orangtua
mengetahui bahwa anak yang dilahirkannya tidak sesempurna
yang mereka bayangkan. Banyak diantara orang tua yang
harus menerima kenyataan bahwa anaknya memiliki
kebutuhan khusus dibandingkan dengan anak lainnya, seperti
tunarungu, tunanetra, tunadaksa, gangguan kesehatan, Down
Syndrome dan lainnya.
Tantangan merawat anak berkebutuhan khusus bukan
hanya disebabkan oleh keterbelakangan fisik dan mental yang
2
dialami sang anak saja, sehingga menuntut orangtua untuk
memberikan perlakuan khusus, melainkan juga pengakuan
dari lingkungan sekitar. Salah satu jenis ABK yang akan
penulis bahas pada bab ini adalah anak Down Syndrome.
Down Syndrome adalah bentuk retedrasi mental bawaan yang
paling umum yang disebabkan oleh abnormalitas kromosom.
Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO)
pada tahun 2010, terdapat 1 kejadian Sindrom Down per
1.000 kelahiran hingga 1 kejadian per 1.100 kelahiran di
seluruh dunia. Setiap tahunnya, sekitar 3.000 hingga 5.000
anak lahir dengan kondisi ini. WHO memperkirakan ada 8
juta penderita sindrom Down di seluruh dunia. Data yang
diperoleh berdasarkan Riskesdas mengidentifikasikan bahwa
pada tahun 2013, jumlah penderita Down Syndrome
mengalami peningkatan sejumlah 0,01 dibandingkan pada
tahun 2012. Pada tahun 2010, penderita Down Syndrome
ini menempati posisi ketiga dengan penderita terbanyak
setelah tuna daksa dan tuna wicara yaitu sebesar 0,12 dan
posisi keempat sebagai penderita terbanyak pada tahun
2013 yaitu sebesar 0,13.1
Kehadiran anak Down Syndrome di dalam sebuah
keluarga akan mempengaruhi kehidupan keluarga tersebut,
terlebih pada keadaan psikologis orangtua. Beberapa orangtua
1 Nadia Uswatun Hasanah, Pola Pengasuhan Orang tua dalam
Upaya Pembentukan Kemandirian Anak Down Syndrome (Jurnal: Share
Social Work Journal) Vol. 5 No. 1
3
yang pada awalnya kurang memiliki informasi dan
pengetahuan mengenai Down Syndrome akan mengalami
kebingungan tentang masalah-masalah yang terjadi pada
anaknya. Hal tersebut menyebabkan beberapa orangtua
awalnya ragu pada gejala tertentu yang ditunjukkan anaknya.
Ketika orangtua mengetahui anaknya didiagnosis Down
Syndrome, maka akan terjadi konflik dalam diri masing-
masing baik sang ayah maupun sang ibu. Konflik tersebut
terkait dengan keinginan dan harapan yang mungkin tidak
dapat terpenuhi untuk memiliki anak sehat dan normal yang
bisa dibanggakan dalam lingkungan sosialnya, ketika harapan
itu dimentahkan oleh kenyataan pahit yang mengejutkan dan
membuyarkan impian orangtua pada buah hatinya tercinta,
maka pada saat itulah muncul kekecewaan yang mendalam
dan sulit untuk digambarkan.
Permasalahan yang terjadi pada orangtua dengan anak
down syndrome dapat diminimalkan apabila ibu bersikap
menerima dan bersyukur atas kondisi anak, sehingga ibu bisa
lebih siap dalam memberikan perawatan dan pengasuhan yang
tepat untuk mereka. Penerimaan diri pada ibu yang memiliki
anak berkebutuhan khusus seperti Down Syndrome tidaklah
mudah, karena seringkali banyak orangtua masih beranggapan
bahwa hadirnya anak yang mengalami down syndrome
menjadi sisi negatif atau kekurangan dalam kehidupannya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu
4
dirinya mengatasi keadaan yang sulit adalah
dengan mengapresiasi hal positif yang dirasakan dalam
hidup, yaitu dengan bersyukur. McCullough,Emmons,
danTsang (2002) menyatakan bahwa kebersyukuran
berhubungan dengan menikmati hal-hal yang telah
didapatkan seseorang. Rasa Syukur dapat memengaruhi
kesejahteraan fisik dan psikologis.
Kebersyukuran adalah suatu kecenderungan untuk
mengenali dan merespon dengan emosi bersyukur terhadap
peran dan kebaikan orang lain dalam pengalaman
dan hasil positif yang didapat seseorang (McCullough
dkk., 2002). Menurut McCullough dkk. (2002),
kebersyukuran adalah suatu perilaku atau sifat yang
berhubungan dengan afeksi (affective trait) yang
cenderung menetap. Individu yang memiliki rasa syukur
sebagai affective trait disebut sebagai individu yang
bersyukur.2
Unsur yang mendasari kerelaan dan kebersyukuran
merupakan suatu bentuk sikap penerimaan dari orang tua
karena dengan bersyukur, orangtua akan lebih sabar dan
ikhlas dalam memperhatikan perkembangan kemampuan anak
dan memberikan kasih sayang serta perhatian yang besar pada
anak. Sehingga orangtua yang memiliki anak down syndrome
2 Ajran Nura, Kebersyukuran Ibu yang Memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus, (Jurnal: Ecopsy), Vol. 5 No. 2 Tahun 2018
5
hendaknya merasa bersyukur agar apabila terjadi peristiwa
yang kurang menyenangkan maka individu tersebut akan
mampu berfikir logis tentang baik buruknya masalah yang
terjadi tanpa menimbulkan perasaan, permusuhan, perasaan
rendah diri, malu, dan rasa tidak aman. Namun, permasalahan
sering dirasakan oleh para ibu yang memiliki anak down
syndrome, seperti masalah keluarga dalam memperlakukan
anak, masalah pandangan dari lingkungan, masalah dalam
mendidik anak dan kekhawatiran untuk masa depan anaknya
kelak (Anggreni&Valentina, 2015).
Kebersyukuran pada ibu dari anak berkebutuhan
khusus salah satunya dapat ditunjukkan dengan
apresiasi terhadap kondisi anak dan fokus pada sisi positif
di balik kesulitan pengasuhan anak. Bersyukur adalah
penting bagi ibu yang memiliki anak berkebutuhan
khusus karena orang yang bersyukur cenderung puas
akan hidupnya dan terhindar dari emosi kecewa, frustrasi, dan
juga meningkatkan kesehatan dan kebahagiaan subjektif
(Emmons & Shelton, 2002). Hambali dkk. (2015)
menyebutkan manfaat nyata dari kebersyukuran pada
orangtua ialah mereka menjadi lebih puas, berpikir
positif, dan optimis serta membangkitkan harapan
dalam memandang hidup dan membantu individu untuk
dapat melihat kebaikan dalam situasiyang sulit.
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersyukuran
orang tua yang memiliki anak Down Syndrome yang paling
berpengaruh adalah dukungan dari keluarga besar dan
lingkungan sekitar, kemampuan keuangan keluarga, latar
belakang agama, sikap para ahli yang mendiagnosa anaknya,
tingkat pendidikan suami istri, status perkawinan, sikap
masyarakat umum, usia dari masing-masing orang tua, dan
sarana penunjang (sarasvati, 2004).
Orang tua yang mempunyai anak Down Syndrome
menunjukkan perasaan syok, bingung, malu, terkejut, sedih,
kecewa, marah, tidak percaya, bahkan tidak sedikit orang tua
yang menolak anaknya ketika diberitahukan memiliki anak
Down Syndrome. Beban yang dialami oleh orang tua ketika
memiliki anak Down Syndrome membuat beberapa orang
untuk membentuk organisasi orang tua anak dengan Down
Syndrome (POTADS) pada tahun 2003, dibawah naungan
Kementrian Sosial, dan bekerjasama dengan BKKBN yang
berlokasi di Griya Patria, Jalan Pejaten Barat, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan.
Yayasan POTADS selain memerikan layanan medis
terhadap anak down syndrome bagi keluarga yang kurang
mampu, sebagai pusat konsultasi terlengkap bagi orangtua
yang memiliki anak down syndrome, juga memiliki kegiatan
bentuk intervensi terhadap orangtua penderita down syndrome
yang tergabung di POTADS, salah satu kegiatannya untuk
7
mempelajari cara mengasuh anak Down Syndrome, cara
menumbuhkan rasa kepercayaan dan penerimaan terhadap diri
orang tua, dan berbagai seminar, kopdar, motivasi serta
siraman rohani yang diberikan oleh para ahli atau terapis,
sehingga intervensi yang diberikan Yayasan POTADS
berdampak cukup besar terhadap penerimaan diri orang tua
yang tergabung di POTADS. Orang tua yang tergabung di
POTADS memiliki latar belakang agama yang beragam,
namun yang menjadi fokus penelitan penulis yaitu orang tua
yang beragama islam.
Informasi yang penulis dapatkan pada wawancara
yang dilakukan pada hari Sabtu, 20 April 2019 bahwa tidak
sedikit orang tua yang dapat mengatasi keterpurukannya
sehingga berhasil mendidik dan memelihara anak Down
Syndrome menjadi pribadi yang mandiri bahkan memperoleh
prestasi. Menurut informan, adanya hambatan perkembangan
pada anak Down Syndrome tidak serta merta membuat anak
Down Syndrome tidak memiliki masa depan. Menghadapi
situasi dan kondisi dalam merawat dan membesarkan anak
Down Syndrome, sebagian besar orang tua akan lebih banyak
memberikan waktu dan mendahulukan kepentingan anak
Down Syndrome. Menurut salah satu orang tua anak, rasa
kebersyukuran tiap individu pasti berbeda, ada yang cepat
bahkan ada yang sampai bertahun-tahun, faktor terbesar dari
rasa bersyukur adalah dalam diri mereka sendiri, pasangan
8
yang selalu mendukung, dukungan dari lingkungan sekitar,
dan juga dukungan dari program yang dibuat oleh yayasan
POTADS sehingga mempermudah penerimaan diri dan
kebersyukuran mereka.
Menurut beberapa orang tua, mereka merasa terjadi
perubahan yang signifikan terhadap dirinya setelah mereka
mengikuti program dari POTADS, yang menjadi pertanyaan
penting adalah bagaimana bentuk Intervensi yang diberikan
POTADS dalam meningkatkan kebersyukuran sehingga orang
tua merasa puas dan merasakan adanya perubahan, Selain itu
juga, peneliti ingin mengetahui hasil dari intervensi yang telah
dilakukan oleh POTADS dalam meningkatkan kebersyukuran
orangtua.
Penelitian mengenai kebersyukuran pada orang tua
anak berkebutuhan khusus pernah dilakukan oleh Ajran Nura
dan Kartika Sari pada tahun 2018. Penelitian ini memberikan
gambaran mengenai kebersyukuran orang tua terhadap
anaknya yang down syndrome tetapi tidak memberikan
gambaran bagaimana dan hal-hal apa yang membuat orang
tua tersebut merasa bersyukur. Oleh karena itu peneliti ingin
meneliti bagaimanakah intervensi komunitas yang dilakukan
ini dapat meningkatkan kebersyukuran orang tua, karena
masih sedikit penelitian mengenai intervensi komunitas
terhadap kebersyukuran orang tua anak down syndrome.
9
Relevansi dan manfaat penelitian ini bagi ilmu
bimbingan dan penyuluhan islam yaitu seorang penyuluh
harus mampu memasuki berbagai kalangan dan menghadapi
permasalahan sosial yang ada di masyarakat sekitar, Penyuluh
agama Islam berperan dalam pengembangan dan intervensi yang
ada di masyarakat, Intervensi komunitas merupakan suatu upaya
pemberdayaan terhadap suatu kelompok masyarakat atau komunitas
tertentu. Di balik semua masalah yang dialami oleh orang tua anak
down syndrome, Penyuluh agama juga dapat memainkan peran
sebagai consultee yang menghubungkan kebutuhan masyarakat
berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, sehingga orang tua anak
down syndrome dapat menyelesaikan masalah yang ada didalam
dirinya, terutama terhadap rasa syukur mereka.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai Dampak Intervensi
Komunitas terhadap Kebersyukuran Orang Tua Anak
Down Syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak
dengan Down Syndrome (POTADS) Pejaten.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan penulis
mengidentifikasi masalah-masalah penelitian, yaitu:
1. Semua orangtua menginginkan memiliki anak
yang sehat secara fisik, mental, dan psikologis
10
namun pada kenyataannya tidak semua anak bisa
terlahir normal atau sempurna.
2. Kebanyakan orangtua yang memiliki anak Down
Syndrome akan sulit menerima kenyataan bahwa
anaknya memiliki gangguan Down Syndrome
3. Ada kecenderungan penolakan terselubung yang
dilakukan oleh orangtua yang memiliki anak Down
Syndrome.
4. Respon negatif dari lingkungan memberikan
dampak yang kurang baik dalam penerimaan
orangtua yang memiliki anak Down Syndrome.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan
di atas, penulis mencoba membatasi permasalahan :
Orangtua yang dimaksud adalah orang tua yang
beragama muslim dan tergabung di POTADS pada lima
tahun pertama
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
- Bagaimana gambaran intervensi komunitas di
yayasan POTADS?
11
- Bagaimana gambaran kebersyukuran orang tua
anak down syndrome tergabung di yayasan
POTADS ?
- Bagaimana dampak intervensi komunitas
terhadap kebersyukuran orang tua anak down
syndrome di Yayasan POTADS
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
- Mengetahui gambaran intervensi komunitas di
yayasan POTADS
- Mengetahui gambaran kebersyukuran orang
tua anak down syndrome sebelum tergabung di
yayasan POTADS
- Mengetahui dampak intervensi komunitas
terhadap kebersyukuran orang tua anak down
syndrome di Yayasan POTADS
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu bidang
12
Bimbingan dan Penyuluhan, Psikologi Sosial, Psikologi
Komunitas, dan Psikologi Kepribadian .
b) Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi acuan orangtua yang mempunyai
anak Down Syndrome agar terciptanya peneriman
terhadap diri mereka.
b. Memberikan pemahaman terhadap keluarga
mengenai pentingnya memberi dukungan sosial terhadap
orang tua yang memiliki anak Down Syndrome.
c. Dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh Yayasan POTADS
terutama dalam hal memberikan informasi mengenai
keistimewaan anak Down Syndrome, sehingga terciptanya
penerimaan diri orag tua.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Penulis mengadakan penelitian terlebih dahulu dalam
menyusun proposal ini, yaitu mencari informasi serta
mengumpulkan terlebih dahulu terhadap objek penelitian
yang penulis ambil untuk dijadikan sebuah karya ilmiah.
Kajian penelitian terdahulu sebagai berikut:
1. Jusuf Tjahjo Purnomo dalam Jurnal yang berjudul
Intervensi Komunitas untuk Menghentikan Perilaku
Merokok Remaja. Penelitian ini bertujuan untuk
13
mengidentifikasikan bentuk intervensi komunitas yang
dapat digunakan secara efektif untuk menghentikan
perilaku merokok pada remaja. Hasil dari penelitian
ini adalah perubahan besar dalam status kesehatan
remaja dengan kehidupan tanpa rokok akan terjadi bila
norma-norma sosial terkait dengan pemakaian dan
perilaku merokok perlu diubah. Tidak cukup dengan
intervensi komunitas yang hanya terfokus pada para
pimpinan, penyedia layanan kesehatan, politisi, dan
tokoh komunitas yang memiliki posisi untuk
menerapkan kebijakan, tetapi juga intervensi pada
kelompok remaja secara langsung akan memberikan
dampak yang lebih besar pada status kesehatan
remaja.
2. Arini Sari Apriliyaningrum dalam skripsi yang
berjudul Pengaruh Konseling Kelompok Dengan
Teknik Logoterapi Untuk Meningkatkan Rasa
Syukur Disabilitas Fisik Di BBRSBD Prof. Dr.
Soeharso Surakarta. Mahasiswa Jurusan Bimbingan
Konseling Islam Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah.
Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Rendahnya
rasa syukur pada penyandang disabilitas fisik
disebabkan oleh kurangnya penerimaan diri atas
keadaan fisik yang dimiliki dan penurunan makna
hidup pada setiap individu yang mengalami kecacatan
fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
14
atau tidaknya pengaruh konseling kelompok dengan
teknik logoterapi untuk meningkatkan rasa syukur
pada penyandang disabilitas fisik di BBRSBD) Prof.
Dr. Soeharso Surakarta.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
konseling kelompok dengan teknik logoterapi
memiliki pengaruh positif untuk meningkatkan rasa
syukur pada penyandang disabilitas fisik di BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Hal ini terbukti dengan
adanyan peningkatan skor pretest sebesar 3022 dan
posttest sebesar 3293. Dan hasil dari uji normalitas,
soal dikatakan normal jika nilai Sig (Shapiro-Wilk) >
0.05 dan diketahui data nilai 0,056 >0.05 pada pretest
dan nilai 0,167>0.05 pada posttest. Maka data tersebut
berdistribusi normal. Pada hipotesis diketahui nilai Sig
sebesar > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang
signifikan. Dan dengan penerimaan jika nilai Sig <
0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan. Dari
hasil pretest dan posttest signifikan p-value (0,000 <
0,005). Hal tersebut di nyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan,dimana hasil analisis ada
pengaruh nyata dengan nilai 20,277.
3. Rizki Rahim dalam skripsinya yang berjudul Rasa
Syukur pada Ibu yang Memiliki Anak Berkebutuhan
Khusus. Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas
Negeri Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk
15
mengetahui gambaran rasa syukur ibu yang memiliki
anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa rasa syukur ibu yang
memiliki anak berkebutuhan khusus muncul karena
beberapa faktor, yaitu kecenderungan untuk bertindak
positif, adanya dukungan, perubahan positif pada
anak, membandingkan kondisi ketunaan anak, dan
kondisi spiritual ibu. Rasa syukur yang dialami ibu
menimbulkan dampak positif dalam kehidupan ibu,
yaitu adanya perasaan tenang, terjadi peningkatan
dalam beribadah, dan ibu mampu mendukung individu
lain. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi ibu yang
memiliki anak berkebutuhan khusus untuk mengetahui
proses mencapai rasa syukur agar mampu menjalani
kehidupan yang lebih baik.
4. Ajran Nura dan Kartika Sari dalam jurnal yang
berjudul Kebersyukuran pada Ibu yang Memiliki
Anak Berkebutuhan Khusus. Program Studi
Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah
Kuala. Hasil penelitian menemukan bahwa keempat
responden bersyukur selama menjalani peran sebagai
ibu dari anak berkebutuhan khusus. Bentuk
kebersyukuran yang dirasakan oleh Responden 1
adalah menganggap kehadiran anaknya sebagai
anugrah terbaik setelah bencana tsunami 2004.
Selanjutnya Responden 2 juga bersyukur dengan
16
prestasi anaknya di sekolah reguler. Bagi Responden
3, kehadiran anaknya membuat dirinya belajar untuk
melihat kehidupan secara lebih positif. Sementara
Responden 4 menjadikan setiap perkembangan yang
ditunjukkan anaknya sebagai sumber kebersyukuran.
Penelitian ini juga menemukan bahwa dengan
bersyukur, ibu yang memiliki anak berkebutuhan
khusus menjadi lebih sabar dan kreatif, merasakan
emosi positif berupa senang dan bangga, semangat
belajar untuk memahami kondisi anak, serta lebih
menikmati hidup. Penelitian ini juga menemukan
bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi
kebersyukuran.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti
adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek peneliti misalnya: perilaku, persepsi, motivasi
serta tindakan lainnya.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2009 :
60) bahwa penelitian kualitatif bersifat induktif, yang
peneliti membiarkan masalah muncul dari data dan
17
terbuka untuk semua interpretasi. Selanjutnya data
dihimpun dengan pengamatan yang seksama,
mencakup deskripsi serta catatan-catatan hasil
wawancara serta hasil analisis dokumen dan catatan-
catatan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian jenis deskriptif ini akan digunakan untuk
mendeskripsikan mengenai dampak intervensi
komunitas terhadap kebersyukuran orang tua yang
memiliki anak down syndrome di yayasan POTADS.
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Sumber dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua yang
memiliki anak Down Syndrome dan tergabung
dalam Yayasan POTADS Jakarta, sedangkan
objek penelitian ini adalah intervensi komunitas
terhadap kebersyukuran orang tua ADS di
Yayasan POTADS.
b. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2020-
Juni 2020. Penelitian dilakukan di Rumah Ceria
Anak Down Syndrome by POTADS yang
berlokasi di Griya Patria, Jalan Pejaten Barat,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
18
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Obervasi adalah observasi yaitu proses
pengamatan untuk mengumpulkan data terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung dengan
memusatkan perhatian pada obyek dan gejala yang
diamati. Jenis observasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis observasi non partisipasif,
dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat bebas. Observasi yaitu proses pengamatan
untuk mengumpulkan data terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung dengan memusatkan perhatian
pada obyek dan gejala yang diamati.
b. Wawancara
Menurut Sugiyono (2015 : 157) wawancara
merupakan teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil.
c. Dokumentasi
19
Suharsimi Arikunto (2010 : 274) mengatakan
bahwa : “Metode dokumentasi, yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, najalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya”.
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data
yang menghasilkan catatan-catatan penting
berhubungan dengan masalah yang ditelii, sehingga
akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan3
4. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari
orang atau lembaga terkait dalam hal pengaruh
dukungan terapis terhadap penerimaan diri orangtua
yang tergabung di POTADS. Pada penelitian ini data
primer diperoleh melalui wawancara, dan observasi.
b. Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari literatur-
literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber
lain yang berkaitan dengan materi pada masalah
3 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hal. 165.
20
penelitian ini. Data sekunder dalam skripsi ini disebut
juga dokumentasi.
5. Teknik Analisis Data
Analis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan, ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam laporan, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Proses data pada dasarnya melalui beberapa tahap
analisis, yang meliputi:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
mengabstrakan dan informasi data kasar yang muncul
dari catatan lapangan. Reduksi data dalam penelitian
ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian
ini berlangsung. Reduksi data dilakukan untuk
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak diperlukan dan
mengorganisasikan data yang diperlukan sesuai fokus
mengenai masalah penelitian.
2. Penyajian Data (Display Data)
21
Hasil reduksi data selanjutnya disajikan dalam bentuk
teks naratif. Teks naratif digolongkan sesuai topik
masalah. Penyajian data merupakan tahapan untuk
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang
harus dilakukan selanjutnya, untuk dianalisis dan
diambil tindakan yang dianggap perlu.
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Conclusing
drawing/ferivication)
Kegiatan verifikasi dan menarik kesimpulan
sebenarnya hanyalah sebagian dari suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh, karena penarikan kesimpulan
juga diverifikasi sejak berlangsungnya awal penelitian
sampai akhir penelitian yang merupakan suatu proses
berkesinambungan dan berkelanjutan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis
berpedoman pada Surat Keputusan (SK) Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatillah Jakarta
Nomor : 507 Tahun 2017, tentang Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatulaah Jakarta, tertanggal 14 Juni 2017.
Berdasarkan SK yang dikeluarkan oleh Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, skripsi terdiri dari
VI (enam) BAB. Sistematika penulisan dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut:
22
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
kajian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori merupakan bagian yang
menjelaskan landasan teori yang berhubungan
dengan penelitian ini, yang berisikan teori
kebersyukuran, intervensi komunitas, dan
orang tua anak down syndrome.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN
PERSATUAN ORANG TUA ANAK DENGAN
DOWN SYNDROME (POTADS)
Pada bagian ini penulis akan menguraikan
profil Yayasan Persatuan Orang Tua Anak
dengan Down Syndrome (POTADS) yang
terdiri dari sejarah berdirinya, visi dan misi,
struktur organisasi, motto dan fungsi, serta
tujuan dan program-program yang ada di
POTADS.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
23
Pada bagian ini membahas data dan temuan
penelitian yaitu identifikasi informan dan
temuan hasil penelitian dari Dampak
Intervensi Komunitas terhadap
Kebersyukuran Orang Tua Anak Down
Syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua
Anak dengan Down Syndrome (POTADS).
BAB V PEMBAHASAN
Bagian ini berisi uraian pembahasan
mengenai analisis dari teori dan hasil
penelitian, yaitu analisis Dampak Intervensi
Komunitas terhadap Kebersyukuran Orang
Tua Anak Down Syndrome di Yayasan
Persatuan Orang Tua Anak dengan Down
Syndrome (POTADS).
BAB VI PENUTUP
Bagian ini terdiri dari kesimpulan dan saran
dalam penelitian.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebersyukuran
1. Pengertian Kebersyukuran
Kata kebersyukuran berasal dari kata dasar
syukur dalam bahasa Inggris kebersyukuran
disebut dengan gratitude yang berasal dari bahasa
latin gratia yang berarti kelembutan, kebaikan hati
atau berterima kasih. Emmons & McCullough
(2004) menyatakan kebersyukuran merupakan
konstruksi kognitif, emosi dan perilaku
kebersyukuran sebagai konstruksi kognitif
ditunjukkan dengan mengakui kemurahan dan
kebaikan hati atas berkah yang telah diterima
dan fokus terhadap hal positif di dalam dirinya
saat ini. Sebagai konstruksi emosi,
kebersyukuran ditandai dengan kemampuan
mengubah respons emosi terhadap suatu
peristiwa sehingga menjadi lebih bermakna.
Gratitude atau kebersyukuran merupakan sebuah
bentuk sikap yang positif dalam merespon sesuatu
dari orang lain ataupun yang ada dalam dirinya
sendiri. Kebersyukuran bisa juga diungkapkan
25
dalam bentuk rasa terima kasih setelah menerima
pemberian atau bantuan dari orang lain. Adapun
tujuan dari syukur diarahkan kepada sesama
makhluk, alam, dan Tuhan. 4
Kebersyukuran sebagai konstruksi kognitif
ditunjukkan dengan mengakui kemurahan dan
kebaikan hati atas berkah yang telah diterima
dan fokus terhadap hal positif di dalam dirinya
saat ini. Sebagai konstruksi emosi,
kebersyukuran ditandai dengan kemampuan
mengubah respon emosi terhadap suatu peristiwa
sehingga menjadi lebih bermakna (Rosenberg
dalam McCullough, Tsang, & Emmons,
2004).5 Emosi syukur melibatkan perasaan
takjub terima kasih, penghargaan dan kebahagiaan
atas anugerah dan kehidupan yang dijalani.
Kebersyukuran sebagai konstruksi perilaku yaitu
melakukan tindakan balasan kepada orang lain
atas manfaat dan anugerah yang telah diterima.
4 Robert A. Emmons and Michael E. McCullough, The
Psychology of Gratitude: Series in Affective sciense, (New York: Oxfort
University Press, 2004), 8-9. 5 McCullough, M. E., Tsang, J. A., & Emmons, R. A. Gratitude
in Intermediate Affective Terrain : Journal of Personality and Social
Psychology
26
Selanjutnya dalam Islam, kebersyukuran
berasal dari kata dasar syukur yang berasal dari
bahasa Arab yaitu syakara, yasykuru, syukran, dan
tasyakkara yang berarti mensyukuri-Nya
(berterima kasih kepadaNya)6. Jadi bersyukur
kepada Allah atas segala nikmat adalah
menyebutnyebut segala nikmat yang dilimpahkan-
Nya serta memuji-Nya.
Arti syukur menurut istilah adalah suatu
perilaku yang penuh kebaikan dan rasa
menghormati serta mengagungkan atas segala
nikmat-Nya, baik diekspresikan secara lisan,
dimantapkan dengan hati, maupun di wujudkan
dalam perilaku. Kebersyukuran menurut
pandangan Islam menyatakan lebih merefleksikan
nilai kebaikan yang diterima kepada diri sendiri
dan Allah sebagai pencipta. Hablum
minallah adalah fokus utamanya dalam
melakukan kebaikan pada orang lain
merupakan wujud dari beribadah kepada Allah
SWT, yang diantaranya mengharus-kan
6 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya
Agung, 1972), 201 dan Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-
Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1984), 785-786.
27
menolong orang lain dan hormat pada orang
tua (Hambali & Fahmi, 2015).7
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku syukur adalah
berterima kasih kepada Allah, senang, dan
menyebut nikmat yang diberikan kepadanya
dimana rasa senang dan lega itu terwujud dalam
lisan, hati, dan perilaku serta taat kepada Allah
dengan berbagai taqarrub, lahir maupun batin dan
terima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang
dilimpahkan-Nya.
2. Komponen Kebersyukuran
Mengalami rasa syukur adalah sifat yang
sangat penting. Banyak orang akan setuju bahwa
menanggapi dengan rasa syukur setelah menerima
beberapa manfaat adalah kewajiban moral. Rasa
syukur dianggap sebagai emosi dasar dan
diperlukan yang membentuk stabilitas sosial saat
seseorang mendapat kebaikan dari orang lain.
Mengungkapkan rasa syukur hampir secara
7 Hambali, A., Meiza, A. & Fahmi, I. (2015). Faktor-faktor yang
berperan dalam (gratitude) kebersyukuran pada orangtua anak
berkebutuhan khusus perspektif psikologi Islam. Psympathic, Jurnal Ilmiah
Psikologi, 2(1), 94–101.
28
universal dianggap suatu kebajikan, dan begitu
pula sebaliknya.
Fitzgerald dalam R. A. Emmons dan M.E
Mccullough dalam psychology of Gratitude
mengidentifikasi tiga komponen dari
kebersyukuran, yaitu sebagai berikut:
a. A Warm Sense Of Appreciation
Penilaian dan penghargaan terhadap orang
lain dan yang hangat untuk seseorang atau
sesuatu, meliputi perasaan cinta, dan kasih
sayang.
b. A Sense Of Goodwill
Kehendak yang baik (Goodwill) yang
ditujukan kepada seseorang atau sesuatu,
meliputi keinginan untuk membantu orang
lain yang kesusahan, keinginan untuk
berbagi, dan sebagainya.
c. A Disposition To Act
Kecenderungan untuk bertindak positif
untuk memberikan penghargaan dan
berkehendak baik kepada orang lain,
lingkungan dan tuhan, meliputi intensi
29
menolong orang lain, membalas kebaikan
orang lain, beribadah, dan sebagainya.8
Selanjutnya menurut Al-Ghazali kompenen
kebersyukuran yaitu sebagai berikut:
a. Komponen Hati
Komponen ini merupakan perasaan-
perasaan dan daya emosi yang khas dan
kuat yang berasal dari kebersyukuran
seorang hamba dari apa yang telah ia
miliki. Tercermin dengan timbulnya rasa
puas, rasa gembira, dan pengakuan
terhadap nikmat yang diterimanya itu
datangnya dari Allah.
b. Komponen Lisan
Komponen lisan dari kebersyukuran
merupakan menampakan kebersyukuran
dengan puji-pujian yang ditujukan kepada
Allah.
c. Komponen Perbuatan
Komponen perbuatan dari kebersyukuran
yaitu dengan menggunakan menggunakan
nikmat-nikmat Allah di dalam ketaatan
8 Robert A. Emmons and Michael E. McCullough, The
Psychology of Gratitude: Series in Affective sciense, 5.
30
kepada-Nya dan merasa takut untuk
menggunakannya dalam kemaksiatan.9
3. Faktor Kebersyukuran
Menurut Mc.Cullough, dkk faktor yang
mempengaruhi bersyukur yaitu sebagai berikut:
a. Emotionality or Well-being
Satu kecenderungan atau tingkatan dimana
seseorang bereaksi secara emosional dan
merasa menilai kepuasan hidupnya.
b. Prosociality
Kecenderungan seseorang untuk diterima oleh
lingkungan sosialnya
c. Spiriuality or Religiousness
Berkaitan dengan keagamaan, keimanan, yang
menyangkut nilainilai transedental.10
Syukur merupakan kondisi jiwa mapan dan
positif. Adapun beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan orang bersyukur yaitu sebagai
berikut:
9 Al Ghazali, Mukhtatashar Ihya’ Ulumuddin, Terj. Irwan
Kurniawan dengan judul Mutiara Ihya Ulumuddin: Ringkasan yang
Ditulis Sendiri Oleh Sang Hujjatul Islam (Bandung: PT. Mizan, 2000), 17-
318. 10
McCullough, M E,& Emmons R.A & Tsang, J.A., The Gateful
Disposition: A Conceptual And Empirical Topography, Journal Of
Personality And Social Psychology Volume 82, No 1. (2002), 115.
31
a. Menyadari bahwa tidak ada yang memberi
kenikmatan kecuali Allah
b. Mengetahui perincian kenikmatan Allah yang
ada dalam anggotaanggota tubuh, jasad dan
ruh, serta seluruh yang kita perlukan dari
urusan-urusan kehidupan.
c. Menyadari bahwa kehamilan adalah karunia
dan ibadah
d. Rasa senang kepada Allah dan nikmat-Nya
e. Penerimaan jenis kelamin bayi yang
dikandung secara positif
f. Dukungan sosial dari suami, dan keluarga
Dalam Alquran kata syukur atau ayat yang
berkenaan dengan syukur berjumlah 66 ayat yang
tersebar di 52 surah.16 Bentuk syukur terhadap
nikmat yang Allah berikan yaitu dengan jalan
mempergunakan nikmat Allah dengan sebaik-
baiknya.
Allah berfirman dalam Q.S An Naml ayat 40
فضم ربي نيبهىي أأشكز أو أكفز ذا ي قال ه
شكز فإ ربي وي كفز فإ ا يشكز نفسه وي
غي كزيى
32
Artinya: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku Apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa
yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya
Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Kebersyukuran merupakan bentuk mengakui
terhadap kebaikan yang ada dalam hidup.
Mengakui bahwa kita menerima segala sesuatu
dengan rasa bahagia, baik itu sesuatu yang
berbentuk anugerah maupun sesuatu yang telah
kita usahakan.
B. Intervensi Komunitas
1. Pengertian Intervensi Komunitas
Menurut Davies yang dikutip oleh Soetomo,
menyatakan bahwa elemen – elemen yang ada di
dalam komunitas adalah lokalitas, hubungan
emosional, keterlibatan sosial, kohensi sosial dan
kepentingan bersama.11
Elemen – elemen tersebut,
dapat menjadi dorongan atau dukungan dan
11
Soetomo, Strategi – Strategi Pembangunan
Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm 82.
33
sebagai modal komunitas dalam proses
pemberdayaan masyarakat.
Menurut Rothman yang dikutip oleh
Isbandi, bahwa proses pemberdayaan masyarakat
melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan
melalui model intervensi, seperti pengembangan
masyarakat lokal, perencanaan (kebijakan) sosial,
dan aksi sosial.12
Intervensi komunitas memainkan
peranan penting dalam pengembangan sosial dan
pemberdayaan terhadap suatu kelompok
masyarakat.
Jadi, intervensi komunitas dapat
didefinisikan sebagai perubahan terencana yang
mencakup tiga bentuk intervensi yaitu
pengembangan masyarakat lokal, perencanaan
(kebijakan) sosial, dan aksi sosial.
2. Model Intervensi Komunitas
Rothman menyebutkan ada tiga model
intervensi yang dilakukan yaitu (Isbandi, 2012):
12
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas:
Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan
Masyarakat..., hlm 120.
34
a. Pengembangan Masyarakat Lokal
Pengembangan masyarakat lokal adalah suatu
proses yang ditujukan untuk menciptakan
kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat
melalui pertisipasi aktif serta inisiatif dari
masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat bukan
sebagai klien yang bermasalah melainkan sebagai
masyarakat yang unik dan memiliki potensi yang
belum sepenuhnya dikembangkan. Inti dari proses
pengembangan masyarakat adalah pengembangan
kepemimpinan lokal, peningkatan strategi
kemandirian, informasi, komunikasi, relasi dan
keterlibatan anggota masyarakat.
b. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial merupakan model intervensi
komunitas yang berorientasi pada tugas.
Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan
kebijakan, penentuan tujuan dan pemecahan
masalah bukan merupakan prioritas, karena
pengambilan keputusan dilakukan oleh pekerja
sosial di lembaga formal seperti lembaga
pemerintahan atau swasta (LSM). Pekerja
komunitas bertugas melakukan penelitian, analisa
masalah dan kebutuhan masyarakat, identifikasi,
35
melaksanakan dan mengevaluassi program
pelayanan kemanusiaan.
c. Aksi Sosial
Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan
bahwa masyarakat adalah sistem klien yang
seringkali menjadi korban ketidakadilan struktur.
Masyarakat diorganisir melalui proses
penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan
actual untuk mengubah struktur kekuasaan agar
memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan
(equality) dan keadailan (equity). Aksi sosial
berorientasi pada proses dan hasil.
3. Pendekatan Intervensi Komunitas
Menurut Glen yang dikutip oleh Isbandi,
pengembangan masyarakat merupakan model
intervensi terkait dengan praktik komunitas
(community practice). Pendekatan ini pada
dasarnya sangat kental dipengaruhi oleh
pandangan yang berkembang dalam diskursus
komunitas, dimana hakikat dari kesejahteraan
(nature of welfare) pada diskursus ini dilihat dari
36
adanya atau tumbuhnya partisipasi masyarakat. 13
Partisipasi masyarakat yang dimaksud dalam
pengembangan masyarakat lokal merupakan
wujud kesejahteraan sosial terkait dengan
community practice. Sehingga partisipasi
masyarakat sangatlah penting untuk mencapai
keberfungsian mereka.
4. Tahapan Intervensi Komunitas
Menurut Woodside dkk, yang di kutip oleh
Cepi, menyatakan tahapan intervensi adalah
sebuah proses perubahan terencana dalam praktik
generalis.14
Perubahan dan pembaruan dapat
berasal dari dalam (internal) maupun luar
komunitas (eksternal). Sumber perubahan yang
dimaksud, mulai dari asal mula tumbuhnya niat
atau kehendak untuk berubah sampai asal- usul
tampilnya berbagai bentuk ide baru, dalam
mewujudkan perubahan dan
pembaharuan.15
Sementara itu, menurut Isbandi
13
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas: Pengembangan
Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat..., hlm 202. 14
Cepi Yusrun Alamsyah, Praktik Pekerja Sosial Generalis
Suatu Tuntungan Intervensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm
173. 15
Soetomo, Strategi – Strategi Pembangunan Masyarakat. ,
hlm 136.
37
secara umum intervensi komunitas dilakukan
dalam beberapa tahapan, yaitu:16
1) Tahap persiapan (Preparation). Sebelum
memasuki suatu kelompok ataupun komunitas
tertentu seorang community worker biasanya
melakukan seperangkat persiapan. Pada tahap
persiapan dibagi mejadi 2 tahap, yaitu persiapan
petugas dan persiapan lapangan.
• Persiapan petugas, (dalam hal ini
tenaga community worker) merupakan
prasyarat suksesnya suatu
pengembangan masyarakat dengan
pendekatan non- direktif. Persiapan
tugas ini, terutama diperlukan untuk
menyamakan persepsi antaranggota
tim sebagai pelaku perubahan
mengenai pendekatan apa yang akan
dipilih dalam melakukan
pengembangan masyarakat.
• Persiapan lapangan. Pada tahap ini
petugas (community worker) akan
16
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas: Pengembangan
Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, hlm 244.
38
melakukan penyiapan dilapangan
sekurang – kurangnya harus
megetahui gambaran umum
masyarakat setempat, adat kebiasaan,
kondisi sosio-demografisnya, dan
yang lebih penting adalah
mempersiapkan isu – isu yang mereka
tangani bersama.
Bila sudah mengetahui hal tersebut maka
commuity worker harus mencoba menerobos jalur
formal untuk mendapatkan perizinan dengan pihak
terkait. Disamping itu, community worker juga
harus menjalin kontak dengan tokoh – tokoh
informal (informal leader), agar hubungan dengan
masyarakat dapat terjalin dengan baik. Pada tahap
inilah terjadi kontak dan kontrak awal dengan
kelompok sasaran.
2) Tahap assessment, proses ini di lakukan dengan
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang
dirasakan atau felt needs) ataupun kebutuhan yang
di ekspresikan (expressed needs), dan juga sumber
daya yang dimiliki komunitas sasaran. Dalam
analisis kebutuhan masyarakat ini ada berbagai
teknik yang dapat digunakan untuk melakukan
39
assessment, seperti teknik SWOT, dengan melihat
kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses),
kesempatan (opportunities), dan ancaman (threat).
Di dalam proses ini, masyarakat sudah dilibatkan
secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa
permasalahan yang sedang dibicarakan tersebut
keluar dari pandangan mereka sendiri dan
permasalahan yang di sampaikan benar – benar
terjadi di lingkungan sekitar.17
3) Tahap perencanaan alternatif program, pada
tahap ini, pelaku perubahan (community worker)
secara partisipatif mencoba melibatkan masyarakat
untuk berfikir tentang masalah yang mereka
hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam
upaya mengatasi permasalahan yang ada,
masyarakat diharapkan dapat memikirkan
beberapa alternatif program dan kegiatan yang
dapat mereka lakukan. 18
4) Tahap pemformulasian rencana aksi, pada tahap
ini, pelaku perubahan membantu masing-masing
kelompok untuk merumuskan dan menentukan
program maupun kegiatan apa yang akan mereka
17
Ibid hlm.247 18
Ibid hlm. 249
40
lakukan, guna mengatasi permasalahan yang ada.19
5) Tahap pelaksanaan atau implementasi program,
tahap pelaksanaan ini, merupakan salah satu tahap
yang paling krusial atau penting dalam proses
pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila
tidak ada kerjasama antara pelaku perubahan dan
warga masyarakat, maupun kerjasama antar
warga.20
6) Tahap evaluasi, tahap evaluasi ini, sebagai proses
pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada
pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan
dengan melibatkan warga, karena dengan
keterlibatan warga dalam tahap ini diharapkan
akan terbentuk sesuatu sistem dalam komunitas
untuk melakukan pengawasan secara internal.
Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan
dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat
yang lebih mandiri dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada.21
19
Ibid hlm. 250 20
Ibid hlm. 251 21
Ibid hlm. 252
41
7) Tahap terminasi, tahap ini merupakan tahap
dimana sudah selesainya hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan
serigkali bukan karena masyarakat sudah dapat
dianggap mandiri, tetapi tidak jarang terjadi,
karena proyek sudah harus dihentikan dikarnakan
sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan
sebelumnya, atau kerena anggaran sudah selesai
dan tidak ada penyandang dana yang dapat
meneruskan. Meskipun demikian, tidak jarang
community worker tetap melakukan kontak
meskipun tidak secara rutin.22
C. Orang Tua Anak Down Syndrome
1. Peran Orang Tua
a. Definisi Peran Orang Tua
Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus
besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat
tingkah laku yang diharapkan dimiliki orang yang
berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005).
Pengertian peran menurut Sri Lestari (2012: 65)
menyatakan bahwa pengertian peran adalah aspek
dinamis dari kedudukan atau status. Seseorang
22
Ibid hlm. 256
42
melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah
menjalankan suatu peran.
Sunardi dan Sunaryo (2007: 38) menyatakan
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri
dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah
ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga. Menurut Thamrin
Nasution dan Nurfalifah Nasution (dalam Seira
Valentina, 2009: 22) bahwa setiap orang yang
bertanggung jawab dalam keluarga atau rumah
tangga yang dalam kehidupan sehari-hari lazim
disebut dengan ibu dan bapak. Sedangkan menurut
Endah Prameswari (1999: 67- 68) dalam Yustina
Wiwiek Iswanti mengatakan bahwa peran orang
tua adalah andil orang tua dalam memberikan
persiapan yang baik untuk anakanak mereka demi
keberhasiilan pendidikan yang dijalani. Oleh
karena itu, peran yang dilakukan harus sesuai
dengan tugas yang telah menjadi tanggung
jawabnya.
Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa peran orang tua adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh orang tua dalam
mendukung tumbuh kembang anak.
43
b. Bentuk-bentuk Peran Orangtua
Kukuh Aji Nugroho S. (2013) mengemukakan
bahwa peran orang tua bagi anak-anaknya dapat
dikelompokkan kedalam lima kategori berikut ini
antara lain:
a. Merawat
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
merawat anakanaknya semenjak dia lahir
hingga mereka mampu merawat dirinya
sendiri. Memakaikannya baju, memberinya
makan, memandikannya, serta berbagai hal
untuk memastikan kesehatan fisik dan
psikisnya selalu terjaga hingga bisa tumbuh
dan berkembang dengan baik dan
sempurna. Walaupun boleh jadi ini
diwakilkan kepada orang lain (baby sister
atau lainnya), namun tetap semuanya atas
otoritas orang tua.
b. Melindungi dan menjaga
Orang tua akan selalu melindungi dan
menjaga anak-anaknya dari berbagai
gangguan, baik internal maupun ekternal
agar sang anak selalu dalam kondisi aman.
Gangguan internal yang dapang dari dalam
44
diri anak itu sendiri misalnya berupa
penyakit. Orang tua tidak akan
membiarkan anaknya tergerogoti penyakit,
ia akan segera mengobatinya supaya
anaknya kembali sehat. Sedangkan
gangguan ekternal bisa 9 berasal dari
berbagai sumber, entah gangguan
saudaranya sendiri, teman-temanya,
binatang, lingkungan, cuaca, maupun
lainnya. Orang tualah yang akan selalu
berusaha menjaganya hingga dia mampu
menjaga dirinya sendiri.
c. Memberi nafkah
Memiliki anak itu memang memerlukan
biaya tidak sedikit. Biaya agar mereka bisa
tumbuh kembang dengan baik, dengan
aman dan nyaman mencapai kedewasaan
dan kemandirian. Mulai dari ketika ia bayi
hingga ia dewasa dan sanggup menafkahi
dirinya sendiri, merupakan tanggung jawab
orang tua untuk menyediakan biayanya.
d. Mendidik dan melatih
Orang tua mendidik anak-anaknya
sehingga mereka tahu mana yang benar
45
yang mana yang salah, mana yang baik dan
mana yang buruk, mana yang boleh
dilakukan dan mana yang tidak.
Mendidiknya bersosialisasi dan
mendorongnya belajar berbagai ilmu
pengetahuan sebagai bekal untuk
kemandiriannya, baik melalui lembaga
formal maupun nonformal. Orang tua
melatih anak-anaknya untuk berbicara,
berjalan, merawat, dan menjaga dirinya
sendiri, serta berbagai keterampilan dasar
lain yang diperlukan, hingga melatih
mereka untuk mempu hidup mandiri.
e. Memberi cinta dan kasih sayang
Semua apa yang dilakukan oleh orang tua,
dan kenapa mereka mau melakukannya,
adalah karena mereka mencintai,
menyayangi, dan mengasihi anaknya.
Nasihat, larangan, dan perintah merupakan
wujud lain dari rasa sayang orang tua
terhadap anaknya walaupun terkadang 10
dipahami lain oleh anak-anaknya karena
kekurangan mengertikan mereka. Tanpa
rasa cinta dan kasih sayang, akan sulit bagi
46
orang tua untuk melakukan berbagai hal
bagi anak-anaknya. Karena rasa itulah
orang tua mau merawat, melindungi,
menafkahi, mendidik, dan melakukan
banyak hal lain demi anak-anaknya.
2. Down Syndrome
a. Definisi Down Syndrome
Menurut Mangunsong Down Syndrome adalah
mereka yang mempunyai kelainan badaniah yang
sama dan penampilan wajah yang mirip satu
dengan lainnya. Wajah mereka lebih rata dari
anak-anak normal dan mata mereka sipit seperti
anak mongol (Orang Mongolia). Itu sebabnya
muncul istilah anak mongol yang merupakan nama
lain dari anak Down Syndrome. 23
b. Karakteristik Down Syndrome
Adapun karakteristik anak Down Syndrome dibagi
menjadi 3, antara lain:
1) Karakteristik Fisik
23
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar
Biasa ( Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi (LPSP#) UI, 1998), h. 119
47
Sebagaimana telah diketahui bahwasanya
Down Syndrome memiliki ciri-ciri fisik yang
berbeda dari anak-anak yang tumbuh dan
berkembang secara normal. Dalam buku
Mangunsong, Selikowitz menyebutkan ciri-ciri
yang penting dalam mengenali kelainan Down
Syndrome, yaitu: 24
a) Dilihat dari depan, anak Down
Syndrome berwajah bulat. Dari
samping, bentuk wajah mereka
cenderung datar.
b) Sebagian besar kepala penyandang
Down Syndrome memiliki bagian
belakang kepala yang sedikit rata
(brachycephal)
c) Hampir semua mata penyandang Down
Syndrome miring ke atas. Disamping
itu, seringkali ada lipatan kecil pada
kulit secara vertical antara sudut dalam
mata dan jembatan hidung. Lipatan
tersebut dikenal dengan lipatan
epicanthus (juling).
24
Mark Selikowitz, Down Syndrome 3d ed. (Oxford University
Press, 2008), h. 28-31
48
d) Rambut penyandang Down Syndrome
biasanya lemas dan lurus.
e) Bayi dengan pengidap Down Syndrome
memiliki kulit berlebih pada bagian
belakang leher, namun hal ini biasanya
berkurang seraya usia mereka
bertambah. Anak-anak yang lebih besar
dan dewasa cenderung memiliki leher
yang pendek dan lebar
f) Rongga mulut penyandang Down
Syndrome sedikit lebih besar dari
ukuran anak pada umumnya. Hal ini
menyebabkan mereka terlihat suka
menjulurkan lidahnya.
g) Kedua tangan cenderung lebar dengan
jari-jari yang pendek. Jari kelingking
terkadang hanya memiliki satu sendi,
bukan dua seperti biasanya. Jari
kelingking mungkin juga sedikit
melengkung kearah jari-jari lain. Jari-
jari ini disebut juga dengan
"clinoductily. "
49
h) Bentuk jari kaki cenderung pendek dan
gemuk dengan jarak yang lebar antara
ibu jari dengan telunjuk.
i) Tonus adalah tahanan yang diberikan
otot terhadap tekanan pada waktu otot
dalam keadaan relaksasi. Otot-otot
mereka mungkin lembek tetapi biasanya
tidak lemah. Hal ini menyebabkan
tungkai dan leher anak Down Syndrome
ini terkulai.
j) Berat badan penyandang Down
Syndrome biasanya kurang daripada
berat rata-rata. Panjang tubuhnya
sewaktu lahir juga lebih pendek.
Semasa kanak-kanak mereka tumbuh
dengan lancar tetapi lambat. Sebagai
orang deawasa umumnya mereka lebih
pendek dari anggota keluarga lainnya.
Tinggi mereka berkisar sekitar dibawah
tinggi rata-rata orang normal.
2) Karakteristik Kognitif
Mangunsong menyebutkan bahwa kaum
profesional mengklasifikasikan anak Down
Syndrome berdasarkan tingkat keparahan
50
masalahnya. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan
tingkat kecerdasan skor IQ:
a) Mild Mental Retardation/ ringan (IQ 55-
70)
Pada tingkatan ini dalam segi pendidikan
mereka termasuk yang bisa dididik di sekolah
umum, meskipun hasinya lebih rendah
daripada anak-anak normal pada umumnya.
Mereka juga tidak memperlihatkan kelainan
fisik yang mencolok. Terkadang mereka
sering merasa frustasi saat diminta berfungsi
secara sosial atau akademis yang sesuai
dengan usia mereka, sehingga tingkah laku
mereka menjadi tidak baik, malu ataupun
diam. Namun hal tersebut dapat berubah bila
mereka banyak dilibatkan untuk berinteraksi
dengan anak lainnya. Diluar pendidikan
mereka dapat melakukan sesuatu sendiri
seperti, mandi, makan, berpakaian, dsb.
b) Moderate Mental Retardation (IQ 40-55)
Pada tingkatan ini dapat dilatih untuk
beberapa keterampilan tertentu, seperti
membaca dan menulis sederhana. Mereka
51
memiliki kekurangan dalam kemampuan
mengingat bahasa, konseptual, perseptual,
dan kreativitas, sehingga perlu diberikan
tugas yang lebih ringan. Mereka juga
memiliki koordinasi fisik yang buruk dan
mengalami masalah situasi sosial.
c) Severe Mental Retardation (IQ 25-40)
Pada tingkatan ini memperlihatkan
banyak masalah dan kesulitan meskipun
mereka sudah disekolahkan pada sekolah
khusus. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan perlindungan dan pengawasan
yang lebih teliti, pelayanan, dan pemeliharaan
yang terus menerus karena mereka tidak
dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan
dari orang lain meskipun menghadapi tugas
yang sederhana.
d) Profound Mental Retardation (IQ dibawah
25)
Pada tingkat ini mereka memiliki problem
yang serius, baik itu menyangkut fisik,
intelegensi, serta program pendidikan yang
tepat bagi mereka. Pada umumnya mereka
52
memperlihatkan kerusakan pada otak serta
kelainan fisik yang nyata, seperti hydrocephal
mongoloism, dsb. Mereka dapat makan dan
berjalan sendiri, kemampuan berbicara dan
berbahasa mereka sangat namur rendah,
begitupun dalam berinteraksi sangat terbatas.
Mereka juga sangat kurang dalam
penyesuaian diri, tidak dapat berdiri sendiri
tanpa bantuan orang lain, sehingga
membutuhkan bantuan pelayanan medis yang
baik dan intensif
Berdasarkan penjelasan diatas, Mangunsong
menyatakan bahwa biasanya anak Down
Syndrome memiliki IQ yang berkisar antara
mild dan moderate mental retardation
3) Karakteristik Kepribadian
Brink Grundlling, Gibb & Thorpe dalam
Yustinus menjelaskan bahwa meskipun
penyandang Down Syndrome menderita
retardasi yang berat, tetapi mereka biasanya
memiliki sifat yang baik, gembira, penuh kasih
53
sayang, dapat menyesuaikan diri dengan baik
dalam masyarakat, dan suka melucu.25
Lyen mengatakan bahwa pada umumnya
anak-anak Down Syndrome ini sering tertawa
dan cepat melekat pada seseorang serta ramah.
Hal ini perlu diwaspadai karena justru
kehangatan dan kelemahan anak-anak tersebut
dapat dimanfaatkan oleh orang lain dengan
melakukan pelecehan atau penganiayaan seksual
terhadap mereka.26 Mereka tidak dihinggapi
perasaan-perasaan yang bertentangan dan tidak
mengalami perwujudan perasaan yang menuju
kedewasaan. Secara rohaniah, mereka
merupakan anak kecil dengan emosi- emosi yang
mendatar, kurang mendalam dan cepat kabur.
Mereka kadang- kadang dapat menjadi sedih dan
marah, tetapi pada umumnya suasana hati
semacam ini cepat hilang. Mereka memang
anak-anak yang gembira dan bisa lebih gembira
25
Yustinus Semium, OFM, Kesehatan Mental 2 (Yogyakarta:
Kanisius, 2006), h. 278
26 Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidi kan Anak Luar Biasa
jilid 1, edisi 2014 (Depok Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI, 2014), h. 148.
54
lagi bila berada dalam lingkungan yang dikenal
dan yang menyenangkan hatinya.27
4) Kesehatan Fisik
Taylor, Richards, dan Brady dalam buku
Frieda Mangunsong mengatakan bahwa anak
Down Syndrome mudah mengalami infeksi
pernafasan bagian atas Lyen dalam Mangunsong
juga menambahkan beberapa komplikasi yang
mungkin diderita anak Down Syndrome,
diantaranya masalah pendengaran, penyakit
gastrointestinal (yang berkaitan dengan sistem
pencernaan, terutama usus dan lambung),
ketidakstabilan leher, leukimia, dan lain
sebagainya. Selain itu, 30- 40% anak-anak Down
Syndrome menderita kelainan jantung yang
parah. Oleh karena itu, banyak anak dengan
kelainan semacam ini meninggal pada usia
muda. Namun, jika mereka telah dapat mencapai
usia 5 tahun, biasanya mereka dapat hidup terus
sampai 40 tahunan seperti anak normal lainnya.28
27
Ibid, h. 148 28
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa
jilid 1, edisi 2014 (Depok Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI, 2014), h. 147.
55
D. Kerangka Berfikir
Setiap orang tua mendambakan memiliki anak yang sesuai
dengan apa yang mereka dambakan, kehadiran anak menjadi
sebuah kesempurnaan tersendiri bagi sebuah keluarga.
Harapan orang tua dapat hancur saat orangtua mengetahui
bahwa anak yang dilahirkannya tidak sesempurna yang
mereka bayangkan.
Kehadiran anak Down Syndrome di dalam sebuah
keluarga akan mempengaruhi kehidupan keluarga tersebut,
terlebih pada keadaan psikologis orangtua. Ketika orangtua
mengetahui anaknya didiagnosis Down Syndrome, maka akan
terjadi konflik dalam diri masing-masing baik sang ayah
maupun sang ibu. Konflik tersebut terkait dengan keinginan
dan harapan yang mungkin tidak dapat terpenuhi untuk
memiliki anak sehat dan normal yang bisa dibanggakan dalam
lingkungan sosialnya
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
membantu dirinya mengatasi keadaan yang sulit
adalah dengan mengapresiasi hal positif yang dirasakan
dalam hidup, yaitu dengan bersyukur. Unsur yang
mendasari kerelaan dan kebersyukuran merupakan suatu
bentuk sikap penerimaan dari orang tua karena dengan
56
bersyukur, orangtua akan lebih sabar dan ikhlas dalam
memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan
memberikan kasih sayang serta perhatian yang besar pada
anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersyukuran
orang tua yang memiliki anak Down Syndrome yang paling
berpengaruh adalah dukungan dari keluarga besar dan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu adanya pemberian
dukungan melalui program intervensi komunitas dari Yayasan
Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome,
terkhusus untuk menumbuhkan rasa kebersyukuran.
57
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Orangtua kecewa ketika
mengetahui bahwa anak
yang dilahirkannya
tidak sesempurna yang
mereka bayangkan.
Adanya rasa penolakan,
tidak terima atas
kenyataan,
menimbulkan, perasaan
rendah diri, dan malu
Dibutuhkan dukungan dan bimbingan dari para ahli atau terapis, dan
juga lingkungan sehingga dapat berdampak cukup besar terhadap
kebersyukuran orang tua
Perlu mengetahui bagaimana bentuk intervensi yang dilakukan
oleh terapis maupun Yayasan, sehingga orang tua merasa puas dan
merasakan adanya perubahan, terutama terhadap rasa syukurnya.
Hal ini dapat berpengaruh pada penerimaan diri orangtua atas diri
mereka
Diharapkan program intervensi memberi dampak yang signifikan
terhadap kebersyukuran orang tua anak down syndrome
57
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN PERSATUAN
ORANG TUA ANAK DENGAN DOWN SYNDROME
(POTADS)
A. Sejarah dan Perkembangan POTADS
Anak adalah suatu karunia terbesar yang
diberikan Tuhan kepada manusia, namun tidak
semua anak lahir dalam keadaan seperti yang
diharapkan oleh orang tuanya. Mendapatkan anak
dengan Down Syndrome merupakan sesuatu yang
amat sangat tidak diharapkan setiap orang tua. Pada
umumnya, orang tua akan mengalami sedih, stres,
perasaan bersalah, sakit hati tidak dapat menerima
kenyataan, dan lain sebagainya, sehingga terasa
masa depan yang akan dihadapi bersama si anak
akan kelabu. Namun, apakah sebagai orang tua akan
terus menyesali diri dan terpuruk dalam perasaan
resah dan bingung? Sementara waktu berjalan
dengan cepat dan anak amat sangat membutuhkan
penanganan sedini mungkin. Berangkat dari hal
diatas, para orang tua anak Down Syndrome
menyadari bahwa Anak adalah titipan Tuhan
dimana Dialah yang berhak menentukan apa yang
58
pantas dan siapa yang diyakini- Nya sanggup untuk
dititipi.
Berawal dari 3 wanita yang memiliki anak
Down Syndrome yang sedang berdiskusi di Klinik
Khusus Tumbuh Kembang Anak (KKTK) Rumah
Sakit Harapan Kita, mereka sepakat untuk membuat
suatu perkumpulan dengan nama Persatuan Orang
Tua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS).
Wanita tersebut ialah Aryati Supriono yang ditunjuk
sebagai ketua POTADS pertama kali dengan Noni
Fadhilah sebagai sekretarisnya dan Ellya Goestiani
sebagai bendahara. Kemudian perkumpulan ini
disahkan menjadi Yayasan oleh Noerbaety Ismail
SH, M.Kn dengan akta No. 19 tanggal 28 Juli 2003
dengan Pembina adalah Kadar Wiryanto dan
sebagai pengawas Bpk. Supriyono. Organisasi ini
berkedudukan di Jakarta. Namun, pada akhir tahun
2007 Ketua POTADS, Aryati Supriono meninggal
dunia, hingga terbentuklah kepengurusan yang baru.
Sesuai dengan rapat Pembina pada Akta No.
13 Kantor Notaris Noerbaety Ismail SH, M.Kn
kepengurusan Yayasan POTADS berganti menjadi
Noni Fadhillah sebagai ketua Yayasan, Sekretaris
Olivia Maya Shitaresmi, dan Tri Wahyuni Sri
59
Hastato sebagai bendahara. Pengawas I Putu
Suryanegara dengan anggota Ellya Goestiani dan
Pramuri Harumdhani. Kini POTADS berdomisili di
Tangerang. Atas kesadaran, kesediaan, ketebukaan
dan merasakan harus membantu dan
mensosialisaskan tentang Down Syndrome, para
sahabat POTADS di daerah bersedia menjadi
pengurus dan membuka cabang di daerah dengan
nama Pusat Informasi dan Kegiatan POTADS (PIK
POTADS).
B. Tujuan
Tujuan utama POTADS adalah
memberdayakan orang tua anak dengan Down
Syndrome agar selalu bersemangat untuk membantu
tumbuh kembang anak spesialnya secara maksimal,
sehingga mereka mampu menjadi pribadi yang
mandiri, bahkan bisa berprestasi sehingga dapat
diterima masyarakat luas karena anak dengan Down
Syndrome memiliki hak yang sama dengan anak-
anak lainnya.
C. Visi dan Misi Yayasan POTADS
Visi Yayasan POTADS adalah menjadi pusat
informasi dan konsultasi terlengkap tentang Down
60
Syndrome di Indonesia. Adapun misi dari Yayasan
POTADS adalah sebagai berikut :3
a. Memiliki pusat informasi yang dapat
diakses 24 jam baik melalui surat
telepon, internet, ataupun media
komunikasi lainnya.
b. Menyediakan informasi terkini tentang
perkembangan Down Syndrome baik secara
ilmiah maupun dari pengalaman orang lain.
c. Menyebarluaskan informasi mengenai
Down Syndrome kepada anggota yang
membutuhkan dan tempat-tempat yang
akan diakses oleh para orangtua yang
memiliki anak dengan Down Syndrome,
seperti Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas
sampai ke Posyandu
d. Memberikan konsultasi secara kelompok
maupun individu sesuai dengan
kebutuhan
e. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
yang mendukung penyebarluasan
informasi tentang Down Syndrome
kepada masyarakat luas
f. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
61
yang akan mendorong masyarakat untuk
lebih peduli dan menghargai: sehingga
mereka dapat memberi kesempatan yang
sama untuk berkembang dalam berbagai
bidang (pendidikan, seni & budaya, dan
lain-lain).
D. Motto
Motto Yayasan POTADS adalah AKU
ADA AKU BISA, yang merupakan kalimat
pembangkit semangat orang tua dan anak
sehingga akan selalu berusaha mencapai yang
terbaik; yang berarti bahwa manusia dengan
Down Syndrome itu merupakan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa dengan segala kelebihan dan
kekurangannya tetapi tetap BISA dan MAMPU
berbuat seperti manusia lainnya.
E. Struktur Organisasi
Yayasan POTADS merupakan Yayasan
nirlaba yang hanya terbentuk dari Ketua,
Sekretaris dan bendahara sebagai pengurusnya.
Mengenai sub bidang biasanya disesuaikan
dengan acara apa yang akan dilaksanakan.
62
Pembina :
Noni Fadhillah (Ketua)
I Putu Suryanegara
Pramuri Harumdhani
Pengurus :
Ketua Umum : Olivia Maya Shitaresmi
Ketua 1 : Aryani Saida
Ketua 2 : Dini Prihatini
Sekretaris Umum : Angga Adhyarini
Sekretaris 1 : Ani Rachmawati
Sekretaris 2 : Anissya Adiyati
Bendahara Umum : Deny Natalia
Bendahara 1 : Tri Kartika Widjayanti
Bendahara 2 : Eliza Octavianti
63
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan mengenai
data dan temuan dari penilitian skripsi yang berjudul
“Dampak Intervensi Komunitas terhadap Kebersyukuran
Orang Tua Anak Down Syndrome di Yayasan Persatuan
Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS)”
dengan metodologi penelitian kualitatif deskriptif.
Berdasarkan ini penulis mengambil data hasil wawancara dari
satu (1) orang pengurus POTADS, satu (1) orang
terapis/psikolog yang sering mengisi kegiatan intervensi di
POTADS dan memiliki anak down syndrome, serta tiga (3)
orang tua anak down syndrome yang tergabung di POTADS
A. Data Informan
Berikut adalah data informan yang telah penulis
wawancarai untuk dijadikan bahan penelitian mengenai
“Dampak Intervensi Komunitas terhadap Kebersyukuran
Orang Tua Anak Down Syndrome di Yayasan Persatuan
Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS)”
adapun data informan dari penelitian ini sebagai berikut:
64
1. Ibu Dini Prihatini
Ibu Dini Prihatini merupakan salah satu
pengurus di Yayasan POTADS yang menduduki
jabatan sebagai Wakil Ketua 2, beliau lahir di Sumatra
Selatan, pada tanggal 1 November 1970 dan
berdomisili di Harapan Baru Regency, Bekasi Barat.
2. Ibu Neneng Tati Sumiati S.Psi
Ibu Neneng Tati Sumiati merupakan salah satu
psikolog yang sering mengisi kegiatan intervensi di
POTADS, beliau lahir di Bandung, pada tanggal 28
Maret 1973, dan saat ini berdomisili di Ciputat,
Tangerang Selatan.
3. Ibu Wijiati
Ibu Wijiati merupakan salah satu anggota
POTADS yang lahir di karanganyar, pada tanggal 1
januari 1982, dan beralamat tinggal di Ciputat,
Tangerang Selatan. Beliau pertamakali mengetahui
POTADS dari media sosial dan juga pemberitahuan
dari temannya. Alasan tertarik untuk bergabung
dengan POTADS adalah ingin bertemu dengan ibu-ibu
hebat lainnya yang berhasil mengurus dan merawat
anak down syndromenya sampai berprestasi dan
berhasil, dan juga ia ingin mengikuti kegiatan-kegiatan
65
yang diadakan POTADS. Pendidikan terakhir beliau
adalah SMA.
4. Ibu Erna Istiana
Ibu Erna Istiana merupakan salah satu anggota
POTADS yang lahir di Madiun pada tanggal 5 Maret
1965, dan bertempat tinggal di Jalan Dermaga,
Condet, Jakarta Timur. Beliau pertama kali mengetaui
POTADS dari media sosial dan juga informasi dari
temannya. Alasan tertarik bergabung dengan
POTADS adalah untuk menambah ilmu, mendapatkan
informasi dan ingin mempunyai teman curhat
mengenai anak down syndrome. Pendidikan terakhir
beliau adalah S1
5. Ibu Ganiar Permata
Ibu Ganiar Permata merupakan salah satu
anggota POTADS yang lahir di Bogor, pada tanggal
15 September 1988, dan bertempat tinggal di
Kabupaten Bogor. Beliau pertama kali mengetahui
POTADS dari media sosial pada tahun 2017 saat
anaknya berumur 9 bulan. Alasan tertarik bergabung
dengan POTADS karena ingin menambah
pengetahuan mengenai anak doen syndrome dan
66
mempunyai tempat untuk sharing. Pendidikan terakhir
beliau adalah D3
B. Data dan Temuan
1. Gambaran Intervensi Komunitas di Yayasan
Persatuan Orang Tua Anak dengan Down
Syndrome.
Berdasarkan pengamatan peneliti di Yayasan
Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome
(POTADS), peneliti menemukan bahwa salah satu
faktor meningkatnya kebersyukuran orang tua anak
yang memiliki anak Down Syndrome adalah dengan
mengikuti kegiatan-kegiatan intervensi yang diadakan
oleh POTADS.
Adapun kegiatan intervensi komunitas yayasan
POTADS memiliki tujuan untuk pemberdayaan,
pengembangan dan sosialisasi para orang tua dan Anak
dengan Down Syndrome (ADS), dan merupakan salah
satu bentuk cara untuk merealisasikan tujuan utama
POTADS adalah memberdayakan orang tua ADS agar
selalu bersemangat dalam membantu tumbuh kembang
anak spesialnya secara maksimal, sehingga mereka
mampu menjadi pribadi mandiri dan berprestasi.
67
Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Dini Prihatini
selaku wakil ketua 2 di Yayasan Persatuan Orang Tua
anak dengan Down Syndrome (POTADS).
“Jadi potads itu didirikan untuk
menyemangati orang tua yang baru
mempunyai anak down syndrome, dan
tujuan didirikan yaitu untuk menjadi
pusat informasi terlengkap di Indonesia,
karana informasi tentang down
syndrome itukan susah sekali ya didapat
apalagi dulu di Indonesia,seperti buku-
buku juga masih sangat jarang, adanya
juga buku-buku dari luar negeri, dengan
adanya POTADS ini informasi tumbuh
kembang anak down syndrome mudah
didapatkan, melalui potads, karna
potads itu sendiri juga banyak memiliki
group-group, seperti group watsapp,
group facebook, ada Ig kita juga suka
bikin acara, kita juga bikin buku tentang
down syndrome, jadi itulah salah satu
tujuan atau visi misi nya potads, yaitu
menjadi pusat informasi terlengkap,
kalau bisa 24 jam kita selalu
memberikan informasi terhadap orang
tua yang membutuhkan informasi
tentang tubuh kembang anak down
syndromenya, juga menyemangati orang
tua yang baru memiliki anak down
syndrome, bahwa memiliki anak down
syndrome ini bukanlah suatu petaka, tapi
68
merupakan suatu anugrah dari Tuhan,
jadi penyemangatlah mereka bisa
melihat orangtua-orang tua lain yang
memiliki anak down syndrome dan
sudah bisa mandiri, bahkan sukses dan
berprestasi.”29
Yayasan POTADS memempunyai beberapa
kegiatan intervensi rutin yang dilaksanakan sekitar 3-
6 bulan sekali yang bertujuan untuk memberikan
informasi bagi orang tua ADS, sebagaimana yang
dijalaskan pula oleh Ibu Dini selaku Wakil Ketua 2, :
“Sampai saat ini POTADS sudah punya
kegiatan yang rutin ya, yang jelas kami
sering mengadakan acara seperti kopi darat
dan seminar, itu dilaksanakan sekitar tiga
bulan sekali , sebenarnya dulu kopdar itu
pengurus pusat yang mengadakan, tetapi
sejak ada koodinator wilayah, kami
bebaskan untuk kopidarat itu dibuat oleh
koodirnator wilayah atau kadang grup-grup
sahabat potads Indonesia mereka juga bisa
bikin masing-masing kopdar, sementara
untuk pengurus pusat sendiri lebih
29 Wawancara Dini Prihatini Wakil Ketua 2 POTADS pada tanggal
20 Juni 2020
69
mengkonsentrasikan untuk mengadakan
seminar, seminar itu temanya bermacam-
macam dan berganti-ganti tergantung
banyaknya permintaan, kemudian POTADS
juga rutin mengadakan sosialisasi down
syndrome yang diadakan di puskesmas,
sekolah-sekolah, kemudian di rumah sakit-
rumah sakit.” 30
Dari Pemaparan diatas dapat terlihat bahwa
adanya kegiatan-kegiatan, terutama kegiatan
intervensi berfungsi untuk mempermudah
memberikan informasi kepada para sahabat
POTADS.
Pernyataan Ibu Neneng selaku salah satu
psikolog yang sering mengisi kegiatan intervensi
juga memaparkan mengenai materi intervensi yang
pernah beliau sampaikan dalam kegiatan intervensi
yang diadakan oleh POTADS,:
“Biasanya sih seputar pengasuhan, cara
mengasuh yang baik seperti apa, pernah
juga mengisi acara mengenai penerimaan
diri orang tuanya, walaupun mereka
anaknya sudah besar juga terkadang masih
30 Wawancara Dini Prihatini Wakil Ketua 2 POTADS pada tanggal
20 Juni 2020
70
saja mempertanyakan mengapa ko harus
saya? Mengapa ko harus anak saya yang
seperti ini?,yang kaya seperti itu tuh masih
banyak. Saya juga memberikan kesadaran
kepada mereka kalau dalam islamnya itu
sudah takdir, itu memang sudah pemberian
Allah, tiap anak juga tidak bisa memilih
lahir dari Rahim mana, begitu pula orang
tua juga tidak bisa berkehendak mendapat
anak seperti apa, kembali lagi semua itu
kan hanya titipan, semua adalah pemberian
Allah, ya jadi saya juga banyak
menyadarkan kearah sana untuk berusaha
ikhlas menerima takdir, menjalani dan
mengoptimalkan apa yang telah Allah
berikan, jadi jangan ada rasa malu, jangan
ditutup tutupi, dan menolakya, karena kalau
orang tua tidak menerimanya, maka susah
anaknya untuk berkembang.”31
Dalam kegiatan seminar dan
workshopnya Ibu Neneng juga menekankan pada
bagian sesi tanya jawab, karena dalam sesi tersebut
orang tua dapat bertanya lebih dalam mengenai apa
yang sedang mereka rasakan, hal tersebut juga
31 Wawancara Neneng Tati Sumiati Terapis POTADS pada tanggal 22
Juni 2020
71
merupakan salah satu bentuk pendekatan dengan
orang tua.
2. Gambaran Kebersyukuran Orang Tua Anak
Down Syndrome sebelum bergabung di
Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan
Down Syndrome
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
anggota POTADS, peneliti menemukan bahwa
Intervensi Komunitas dalam meningkatkan
kebersyukuran dikatakan berhasil, karena adanya
perubahan prilaku dari anggota POTADS setelah
mengikuti kegiatan intervensi, karena adanya
perubahan prilaku antara sebelum dan sesudah
bergabung dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan oleh POTADS. Sebagaimana yang dikatakan
ibu Erna selaku anggota POTADS :
“Ya sedih ya, siapa yang tidak sedih
memiliki anak seperti itu, apalagi di
keluarga kita tidak ada yang seperti
ini,tidak ada satupun dari pihak saya
maupun suami saya bahkan dari nenek
moyang saya juga tidak ada yang seperti
ini. Waktu saya baru melahirkan, satu
hari satu malam saya tidak bisa tidur,
72
saya nangis tiap hari, tetapi kemudia
saya berpikir kapan saya bisa maju, anak
seperti itu kan tidak bisa sendiri,
makanya saya harus maju dan mulai
belajar menerimanya, apalagi suami
saya awalnya sangat tidak terima.
kemudian saya berfikir, kalau suami
saya tidak terima dan saya tidak terima
juga lalu bagaimana nasib anak saya,
makanya saya bersabar harus maju
duluan, dan ketika saya mulai menguasai
semua mulai dari terapi dan cara
mengurusnya barulah suami saya mulai
menerima juga.” 32
Tetapi, setelah bergabung dengan POTADS
dan mengikuti kegiatan-kegiatannya Ibu Erna
merasakan adanya perubahan dalam dirinya,
sebagaimana pernyataan lain dari ibu Erna :
“Saya banyak mendapat masukan
dari teman-teman, bisa saling sharing,
saya merasa lebih bersyukur juga,
karena sebelumnya cukup sulit
beradaptasi dengan keadaan, dan sulit
mencari tempat untuk mengembangkan
32 Wawancara Erna istiana Sahabat POTADS pada tanggal 22 Juni
2020
73
potensi anak saya, karena diluar sana
sulit, bahkan saya belum ada khursus
untuk disabilitas .” 33
Dari pernyataan ibu Erna tersebut awalnya
terlihat adanya rasa penolakan (denial) terhadap
cobaan memiliki anak down Syndrome, tetapi setelah
bergabung dengan POTADS menjadi lebih merasa
bersyukur. Selain ibu Erna, salah satu anggota
POTADS yang bernama ibu Ganiar juga merasakan
hal yang sama, yaitu :
“Awalnya jelas kaget, bingung, gatau
harus gimana, sudah bingung banget,
serasa dunia mau kiamat, serasa langit
mau runtuh segala macem, tapi
Alhamdulillah keluarga terus support,
salah satu supportnya juga dari
komunitas POTADS ini, stelah gabung
dengan mereka, rasanya kekuatannya
nambah.”34
Hal serupa juga dirasakan oleh ibu Wijiati,
yaitu:
33 Wawancara Erna istiana Sahabat POTADS pada tanggal 22 Juni
2020
34 Wawancara Ganiar Permata Sahabat POTADS pada tanggal 23 Juni
2020
74
“Perasaan saya bagaikan disambar
petir ya, gak nyangka sama sekali saya
mempunyai anak berkebutuhan khusus.
Dan setelah saya bergabung di POTADS
dan mendapat wawasan lebih jauh,
menjadi lebih bersyukur dengan apa
yang sudah saya lewati selama ini,
banyak mendapatkan pengalaman untuk
membesarkan anak saya, untuk diri saya
pribadi secara religi, dan sangat-sangat
bersyukur atas karunia yang gusti Allah
berikan kepada saya, yang tadinya tidak
saya lakukan saya dapatkan saat saya
ada di POTADS.”35
Tabel Perbandingan antar subjek
N
o
Nama Lama
bergabun
g dengan
POTADS
Perilaku kebersyukuran
sebelum sesudah
1 Wijiati 5 Tahun Kaget,
menolak
Yakin dan
bersyukur
bahwa Allah
pasti
memberi
hikmah di
setiap
peristiwa,
35 Wawancara Wijiati Sahabat POTADS pada tanggal 22 Juni
2020
75
lebih
bersyukur
dan ikhlas
untuk
merawat
ADSnya
2 Erna
Istiana
5 Tahun Sedih,
menolak,
suami dan
keluarga
juga
awalnya
menolak,
tidak
mendapat
support
dari
manapun,
sulit
beradapta
si dengan
linkungan
sekitar
Sudah bisa
bangkit dan
menerima,
Lebih senang
dan
bersyukur
karena punya
teman dan
tempat untuk
sharing
3 Ganiar
Permat
a
3 Tahun Kaget,
bingung,
sedih,
menolak
Bertambahny
a kekuatan
dalam diri
karena selalu
di support
oleh sahabat
POTADS,
Menjadi
lebih kuat,
lebih
semangat,
lebih
bersyukur
76
dan percaya
diri saja.
Dari tabel perbandingan diatas ketiga informan
mengalami perubahan rasa kebersyukuran setelah
bergabung dan mengikuti berbagai kegiatan intervensi
di yayasan POTADS. Berdasarkan hasil wawancara
memang menceritakan adanya rasa sedih dan
penolakan dari ketiga informan sebelum mereka
bergabung di Yayasan POTADS. Tetapi setelah
mereka bergabung dan mengikuti kegiatan intervensi,
ketiga informan mengalami perubahan terutama dalam
rasa kebersyukuran dan penerimaan dirinya, mereka
merasa lebih bersyukur atas karunia yang telah Allah
berikan, karena Anak berkebutuhan khusus merupakan
titipan Allah untuk orang tua spesial.
3. Dampak Intervensi Komunitas terhadap
Kebersyukuran Orang Tua Anak Down
Syndrome di Yayasan POTADS
Seperti pernyataan sebelumnya, orang tua
mengaku bahwa tidak mudah menerima keadaan anak
Down Syndrome, banyak dari mereka yang awalnya
77
menolak atas karunia yang Allah berikan, tidak sedikit
juga yang merasa bahwa mendapatkan anak Down
Syndrome merupakan bencana besar yang menimpa
keluarga mereka, selain itu mereka juga merasa sulit
mendapatkan informasi mengenai cara merawat anak
down syndrome, seperti yang dikatakan oleh ibu
Ganiar,:
“Sebelum bergabung saya bingung
mencari informasi, kalau saya nanya-
nanya kedokter juga kurang puas karna
kan dokter juga tidak menangani dan
merawat anak down syndrome.”36
Dari pernyataan ibu Ganiar tersebut, ia
menyebutkan bahwa ia kesulitan dalam mendapatkan
informasi mengenai anak down syndrome, tetapi
setelah ia bergabung dan mengikuti setiap program
intervensi, ia merasakan banyak mendapatkan manfaat
dan merasa sangat bersyukur, karena selain ia
mendapatkan ilmu mengenai tumbuh kembang anak,
ia juga mendapatkan dukungan dari sahabat POTADS
lainnya :
36 Wawancara Ganiar Permata Sahabat POTADS pada tanggal 23 Juni
2020
78
“Banyak banget, yang tadinya cuma tau
sedikit info sekarang banyak
mendapatkan informasi mengenai anak
downsyndrome, saya juga banyak
mendapat dukungan dan support dari
mereka, saya menjadi lebih kuat, lebih
semangat, lebih bersyukur dan percaya
diri saja.”37
Begitupun yang ibu Erna rasakan, ia merasakan
banyak manfaat yang ia dapatkan setelah ia
bergabung dengan POTADS, :
“Iya saya banyak mendapat masukan
dari teman-teman, bisa saling sharing,
saya merasa lebih bersyukur juga,
karena sebelumnya cukup sulit
beradaptasi dengan keadaan, dan sulit
mencari tempat untuk mengembangkan
potensi anak saya, karena diluar sana
sulit, bahkan saya belum ada khursus
untuk disabilitas.” 38
Pada dasarnya, program intervensi yang
diadakan oleh yayasan POTADS bukan hanya
37 Wawancara Ganiar Permata Sahabat POTADS pada tanggal 23 Juni
2020
38 Wawancara Erna Istiana Sahabat POTADS pada tanggal 22 Juni 2020
79
sekedar memberikan informasi mengenai tumbuh
kembang anak, tetapi juga diselipkan pesan dan
nasihat, dan dukungan emosional seperti yang
dikatakan ibu Neneng selaku Psikolog yang sering
mengisi kegiatan intervensi,:
“Saya juga memberikan kesadaran
kepada mereka kalau dalam islamnya itu
sudah takdir, itu memang sudah
pemberian Allah, tiap anak juga tidak
bisa memilih lahir dari Rahim mana,
begitu pula orang tua juga tidak bisa
berkehendak mendapat anak seperti apa,
kembali lagi semua itu kan hanya titipan,
semua adalah pemberian Allah, ya jadi
saya juga banyak menyadarkan kearah
sana untuk berusaha ikhlas menerima
takdir, menjalani dan mengoptimalkan
apa yang telah Allah berikan, jadi jangan
ada rasa malu, jangan ditutup tutupi, dan
menolakya, karena kalau orang tua tidak
menerimanya, maka susah anaknya untuk
berkembang.”39
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa, program intervensi komunitas yang diadakan
39 Wawancara Neneng Tati Sumiati Terapis POTADS pada tanggal 22
Juni 2020
80
yayasan POTADS, baik Seminar, Kopdar, ataupun
Self Help Group bermanfaat dan berdampak terhadap
kebersyukuran orang tua Anak Down Syndrome.
81
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan memaparkan pembahasan
mengenai analisis data tentang dampak intervensi komunitas
terhadap kebersyukuran orang tua anak down syndrome di
yayasan POTADS. Pembahasan ini akan dipaparkan secara
narasi, mendeskripsikan teori sesuai dengan fakta lapangan
yang terkumpul sehingga dapat disimpulkan.
A. Gambaran intervensi komunitas di yayasan
POTADS
Menurut Rothman yang dikutip oleh Isbandi, bahwa
proses pemberdayaan masyarakat melalui intervensi
komunitas ini dapat dilakukan melalui model intervensi,
seperti pengembangan masyarakat lokal, perencanaan
(kebijakan) sosial, dan aksi sosial. Intervensi komunitas
memainkan peranan penting dalam pengembangan sosial dan
pemberdayaan terhadap suatu kelompok masyarakat. Jadi,
intervensi komunitas dapat didefinisikan sebagai perubahan
terencana yang mencakup tiga bentuk intervensi yaitu
pengembangan masyarakat lokal, perencanaan (kebijakan)
82
sosial, dan aksi sosial.40
Berikut merupakan bentuk intervensi
yang diberikan oleh terapis/psikolog,:
Berdasarkan hasil penelitian di yayasan Persatuan
Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS), bentuk
intervensi komunitas yang diadakan oleh Yayasan POTADS
antaralain :
1. Seminar
Menyelenggarakan pertemuan formal rutin
setiap 1-3 bulan sekali dengan para orang tua anak
Sindroma Down bekerjasama dengan para ahli yang
terkait dengan tumbuh kembang ADS (dokter,
psikolog, terapis, ustadz dan lain-lain).
2. Kopdar
Kegiatan Kopdar ini merupakan ajang
silaturahmi untuk sharing dengan keluarga/konseling
dengan mengundang pakar terkait dengan tema yang
disesuaikan dengan permintaan dari Sahabat POTADS
3. Self Help Group
Memberdayakan para orang tua anak dengan
Sindroma Down agar mereka selalu bersemangat
dalam mengawal tumbuh kembang anaknya.
Melakukan pendampingan kemudian dapat menerima
40
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas: Pengembangan
Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat..., hlm 120.
83
anaknya, dalam beberapa waktu mereka dapat
membangkitkan semangat dan penerimaan orang tua
lainnya yang baru mendapatkan ADS, disebut dengan
MLM Hati, dengan cara komunikasi melalui berbagai
macam media yaitu telephone, e-mail, mailing list,
website, jaringan sosial media seperti FB, Twitter, dan
Watsapp Semua jaringan media tersebut dapat diakses
24 jam. Para orang tua dapat menyampaikan segala
bentuk pertanyaan atau berbagi pengalaman seputar
ADS kepada pengurus POTADS, dan pengurus akan
memberikan jawaban sesuai dengan yang ditanyakan.
Sharing ini bertujuan untuk membantu menguatkan
para orang tua dengan cara berbagi pengalaman satu
sama lain.
B. Gambaran kebersyukuran orang tua anak down
syndrome sebelum tergabung di yayasan POTADS
Menurut penelitian, ada ketakutan yang dirasakan oleh
orang tua anak down syndrome akan tantangan merawat anak
berkebutuhan khusus bukan hanya disebabkan oleh
keterbelakangan fisik dan mental yang dialami sang anak saja,
sehingga menuntut orangtua untuk memberikan perlakuan
khusus, melainkan juga pengakuan dari lingkungan sekitar.
84
Orang tua anak down syndrome sebelum bergabung
dengan POTADS merasa kecewa dengan keadaan anak,
namun lambat laun orang tua tumbuh kesadaran dalam dirinya
bahwa sudah semestinya mereka belajar untuk sabar
menghadapi cobaan dan mulai bangkit untuk merawat dan
membesarkan anaknya. Seperti yang dikatakan oleh ibu Erna :
“Waktu saya baru melahirkan, satu
hari satu malam saya tidak bisa tidur, saya
nangis tiap hari, tetapi kemudia saya berpikir
kapan saya bisa maju, anak seperti itu kan
tidak bisa sendiri, makanya saya harus maju
dan mulai belajar menerimanya, apalagi
suami saya awalnya sangat tidak terima.
kemudian saya berfikir, kalau suami saya
tidak terima dan saya tidak terima juga lalu
bagaimana nasib anak saya, makanya saya
bersabar dan harus maju duluan.”
Bersabar merupakan ketabahan hati tanpa mengeluh
dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu
tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Proses pemberian
terapi pada anak yang panjang butuhlah kesabaran, usaha
untuk mengulang materi terapi di rumah setiap harinya, serta
menerima kenyataan bahwa anak akan selamanya hidup
dengan Down Syndrome menjadi pemicu orang tua untuk
lebih bersabar.
85
Sabar pada hakikatnya merupakan sebuah
pembelajaran dari bagaimana kita menyikapi sesuatu hal
yang kita alami. Orang yang sabar akan mengembalikan
urusannya kepada Allah. Sabar pada hakikatnya merupakan
sebuah pembelajaran dari bagaimana kita menyikapi sesuatu
hal yang kita alami. Hal tersebut sejalan dengan apa yang Ibu
Wijiati rasakan :
“Saya sangat-sangat bersyukur mempunya
mas fuad, kalau mengkin saya tidak memiliki
mas fuad, saya tidak tahu hidup saya seperti
apa, dia pengingat buat saya, membuat saya
lebih sabar,lebih bersyukur dan selalu
percaya bahwa pertolongan gusti Allah pasti
datang diwaktu yang tepat.”
Ibu Wijiati menjelaskan bahwa kehadiran anak down
syndrome di hidupnya membawa banyak perubahan dalam
dirinya, membuatnya lebih sabar dan menjadi pribadi yang
lebih kuat, dan selalu percaya bahwa Allah menitipkan anak
special kepada orang tua yang special pula.
Sabar ialah tahan menderita yang tidak disenangi
dengan ridha dan menyerhakan diri kepada Allah. Sabar yang
hakiki ialah sabar yang berdiri atas menyerah kepada Allah
dan menerima ketetapan Allah dengan lapang dada (Al-
Ghazali,1986:28).
Dalam surat Al-Baqarah ayat 153 disebutkan bahwa
Allah berfirman:
86
بزي يع ٱنص ٱلل ة إ هى بز وٱنص ءايىا ٱستعيىا بٱنص أيها ٱن ذي ي
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orangorang yang sabar”.
Kondisi sabar dapat digunakan sebagai suatu bentuk
usaha untuk memecahkan masalah. Sabar disini memiliki
peranan penting dan merupakan kebutuhan utama dalam
menjalani hidup. Semakin kuat dan mantap keyakinan serta
kesabaran, maka semakin tabah dalam menghadapi segala
kesulitan yang ada. Dari pemahaman tersebut orang tua anak
down syndrome mengintrospeksi dirinya sehingga dapat
bersyukur karena telah diberi diberi nikmat oleh Allah SWT.
Dari rasa syukur tersebut munculah rasa sayang terhadap anak
down syndromenya.
Upaya orang tua ADS untuk mewujudkan kesabaran
yaitu dengan mencari sebuah komunitas yaitu POTADS yang
didalamnya terdapat anggota-anggota yang dirasa mengalami
hal yang sama, potensi-potensi untuk mengurangi dampak-
dampak dari penolakan tersebut, dapat merubah dari
kesabaran.
87
Bahwa didalam potads itu terdapat program intervensi seperti
seminar, kopdar, dan juga bertemu dengan teman teman yang
senasip sehingga membuat orang tua menjadi lebih bersabar.
Bertemu dengan orang tua lain yang juga memiliki
anak down syndrome bahkan dengan gangguan yang lebih
parah, menyadarkan orang tua bahwa meskipun anak yang
dilahirkan menderita Down Syndrome, namun anaknya masih
dikaruniai fisik yang sempurna serta tidak mengalami
gangguan tambahan lain. Hal ini menimbulkan rasa syukur
dalam diri orang tua. Bryant (1989) & Langston (1994)
mengatakan bahwa rasa syukur merupakan kecenderungan
untuk menghargai dan menikmati setiap peristiwa dan
pengalaman (dalam Snyder & Lopez, 2007)41
.
Emmons & McCullough (2004) menyatakan
kebersyukuran merupakan konstruksi kognitif, emosi
dan perilaku kebersyukuran sebagai konstruksi kognitif
ditunjukkan dengan mengakui kemurahan dan kebaikan
hati atas berkah yang telah diterima dan fokus terhadap
hal positif di dalam dirinya saat ini.
Sebagai konstruksi emosi, kebersyukuran ditandai
dengan kemampuan mengubah respons emosi
terhadap suatu peristiwa sehingga menjadi lebih bermakna.
41
Snyder, C.R., Lopez, Shane. J,.PositivePsychology(The
Scientific and Practical Explorationsof Human Strength). California: Sage
Publications, Inc., 2007
88
Gratitude atau kebersyukuran merupakan sebuah bentuk sikap
yang positif dalam merespon sesuatu dari orang lain ataupun
yang ada dalam dirinya sendiri. Kebersyukuran bisa juga
diungkapkan dalam bentuk rasa terima kasih setelah
menerima pemberian atau bantuan dari orang lain. Adapun
tujuan dari syukur diarahkan kepada sesama makhluk, alam,
dan Tuhan.42
C. Dampak Intervensi Komunitas terhadap
Kebersyukuran Orang Tua Anak Down Syndrome
di Yayasan POTADS
Kebersyukuran sebagai konstruksi kognitif ditunjukkan
dengan mengakui kemurahan dan kebaikan hati atas berkah
yang telah diterima dan fokus terhadap hal positif di
dalam dirinya saat ini. Sebagai konstruksi emosi,
kebersyukuran ditandai dengan kemampuan mengubah respon
emosi terhadap suatu peristiwa sehingga menjadi lebih
bermakna (Rosenberg dalam McCullough, Tsang, &
Emmons, 2004).43
42
Robert A. Emmons and Michael E. McCullough, The
Psychology of Gratitude: Series in Affective sciense, (New York: Oxfort
University Press, 2004), 8-9. 43
McCullough, M. E., Tsang, J. A., & Emmons, R. A. Gratitude
in Intermediate Affective Terrain : Journal of Personality and Social
Psychology
89
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perubahan dalam
dirinya terutama pada faktor kebersyukuran, segala jenis
intervensi yang ada di Yayasan POTADS mampu
meningkatkan rasa syukur. Dengan adanya program intervensi
yang dituangkan dalam bentuk seminar, kopdar maupun self
help group, tanpa disadari dapat berdampak pada rasa
penerimaan diri dan rasa syukurnya. Seperti pernyataan ibu
Dini selaku wakil ketua 1 Yayasan POTADS:
“Alhamdulillah sih ya, orang tua anak
down syndrome yang masuk menjadi
anggota POTADS juga sudah mulai
bersyukur, karena dengan mereka masuk
group potads, mereka melihat bahwa
saya tidak sendirian, dan melihat sendiri
bahwa masih banyak orang yang seperti
saya bahkan banyak yang lebih parah
lagi, jadi selalu ada rasa tambah
bersyukur. Rata-rata orang tua langsung
bersyukur, karena mereka bisa sharing,
mendapatkan informasi yang tidak bisa
mereka dapatkan diluar, karena kalau
dari dokter paling meninformasikan
tentang medis, kalu tentang
tumbuhkembang dokter belum tentu tau
karena dokter tidak memiliki anak down
90
syndrome, dokter tidak bisa memberi
tahu keseharian anak down syndrome
seperti apa, tetapi orang tua yang
memiliki anak down syndrome lah yang
bisa memberikan informasi itu, itulah
yang didapat dari POTADS, termasuk
saya sendiri juga merasakan seperti itu.
Di grup-grup watsapp juga banyak orang
tua yang cerita bahwa mereka bersyukur
sekali bisa mengetahui dan bergabung
dengan potads. Alhamdulillah berati
tujuan POTADS itu terlaksana.” 44
Kebersyukuran menurut pandangan Islam menyatakan
lebih merefleksikan nilai kebaikan yang diterima kepada
diri sendiri dan Allah sebagai pencipta. Hablum
minallah adalah fokus utamanya dalam melakukan
kebaikan pada orang lain merupakan wujud dari
beribadah kepada Allah SWT, yang diantaranya
mengharus-kan menolong orang lain dan hormat pada
orang tua (Hambali & Fahmi, 2015).
Seperti yang dipaparkan oleh ibu Wijiati bahwa ia
sudah mulai menerima atas karunia yang telah Allah berikan
44 Wawancara Dini Prihatini Wakil Ketua 2 POTADS pada
tanggal 20 Juni 2020
91
kepada dirinya, ia juga mengatakan bahwa banyak yang ia
dapatkan semenjak ia bergabung dengan POTADS:
“Untuk diri saya pribadi secara
religi, dan sangat-sangat bersyukur atas
karunia yang gusti Allah berikan kepada
saya, yang tadinya tidak saya dapatkan,
saya dapatkan saat saya ada di
POTADS.”45
Menurut Mc.Cullough, dkk faktor yang mempengaruhi
bersyukur yaitu sebagai berikut:
a. Emotionality or Well-being
Satu kecenderungan atau tingkatan dimana
seseorang bereaksi secara emosional dan merasa
menilai kepuasan hidupnya.
b. Prosociality
Kecenderungan seseorang untuk diterima oleh
lingkungan sosialnya
c. Spiriuality or Religiousness
Berkaitan dengan keagamaan, keimanan, yang
menyangkut nilainilai transedental.
45 Wawancara Wijiati Sahabat POTADS pada tanggal 22 Juni
2020
92
Manfaat nyata dari kebersyukuran pada orang tua ADS
menjadi hal penting bagi mereka. Mereka menjadi lebih
berpikir positif, dan optimisme serta harapan dalam
memandang hidup. Ini sejalan dengan Emmons, 2002 yang
melihat bahwa orang yang bersyukur cenderung puas akan
hidupnya dan terhindar dari emosi kecewa, frustrasi, dan
juga meningkatkan kesehatan dan Subjective Well-being.
Syukur merupakan kondisi jiwa mapan dan positif.
Adapun beberapa faktor-faktor yang menyebabkan orang
bersyukur yaitu sebagai berikut:
a. Menyadari bahwa tidak ada yang memberi kenikmatan
kecuali Allah
b. Mengetahui perincian kenikmatan Allah yang ada
dalam anggotaanggota tubuh, jasad dan ruh, serta seluruh
yang kita perlukan dari urusan-urusan kehidupan.
c. Menyadari bahwa kehamilan adalah karunia dan
ibadah
d. Rasa senang kepada Allah dan nikmat-Nya
e. Penerimaan jenis kelamin bayi yang dikandung secara
positif
f. Dukungan sosial dari suami, dan keluarga
Allah berfirman dalam Q.S An Naml ayat 40
93
شكز فضم ربي نيبهىي أأشكز أو أكفز وي ذا ي قال ه
ربي غي كزيى كفز فإ ا يشكز نفسه وي فإ
Artinya: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba
aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-
Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya
Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku
Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memberi
cobaan untuk hambanya, apakah hambanya akan bersyukur
kepada Allah atas kenikmatan Allah ini dan mengakui bahwa
itu merupakan karunia dari-Nya atau akan mengingkari
dengan tidak bersyukur kepada-Nya sama sekali. Karena
barangsiapa yang bersyukur dengan hatinya mengakui
pengakuan yang tulus, atau lisannya melalui ungkapan dan
perbuatannya dengan menggunakan kenikmatan itu untuk
mencari ridho Allah, sesungguhnya manfaat bersyukur akan
kembali lagi kepadanya.
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bahwa kondisi
orang tua anak down syndrome yang tergabung di Yayasan
POTADS terjadi perubahan yang signifikan dari yang
sebelumnya terdapat rasa sedih, tidak menerima kenyataan,
94
rendah diri, malu, adanya rasa penolakan dalam dirinya
dengan kini mereka menjadi lebih bersyukur dan ikhlas atas
karunia yang Allah berikan. Hal ini di tandai dengan
memperlakukan dan mendidik anak down syndromenya
menjadi lebih baik dan percaya diri.
92
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan,
maka simpulan dari penelitian ini adalah orang tua anak down
syndrome merasakan adanya peningkatan rasa bersyukur
semenjak awal bergabung dengan POTADS, dan semakin
bertambah ketika mengikuti berbagai kegiatan intervensi
komunitas seperti melalui self help group, yaitu mendapat
dukungan dan semangat langsung dari sahabat-sahabat
POTADS melalui WatsApp Group, dan program MLM Hati,
mendapatkan banyak informasi mengenai tumbuh kembang
anak, dan juga mendapat motivasi terhadap sisi emosional dan
spriritual orang tua yang mereka dapatkan di seminar-seminar
maupun kopdar. Hal ini di tandai dengan memperlakukan dan
mendidik anak down syndromenya menjadi lebih baik dan
percaya diri.
B. Implementasi
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan salah stu bukti bahwa
penting adanya pemberian intervensi pada orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan
kebersyukuran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi pekerja sosial khususnya penyuluh agama
93
untuk memberikan pelayanan program intervensi berbasis
komunitas menggunakan metode yang sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan, guna meningkatkan rasa syukur serta
percaya diri pada masyarakat sekitar. Serta hasil penelitian
ini diharapkan bisa bermanfaat bagi Yayasan POTADS untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik lagi.
C. Saran
Berdasarkan kegiatanpenelitian yang dilaksanakan
oleh peneliti di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan
Down Syndrome (POTADS), peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Saran untuk Yayasan POTADS
Menambah jumlah waktu pertemuan untuk kegiatan
seminar maupun kopdar yang bertemakan mengenai
psikologi dari orang tua anak down syndrome itu sendiri
untuk memberikan dukungan emosional, penerimaan diri,
dan rasa kebersyukuran, karena jika psikologis dari orang
tua baik, maka akan membuat stimulasi perkembangan
anak down syndrome dengan lebih baik pula.
2. Saran kepada Sahabat POTADS
Mengaplikasikan setiap materi yang telah didapatkan dari
setiap kegiatan intervensi yang ada, baik dari seminar,
kopdar, maupun dari self help group.
94
3. Saran bagi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan
Islam sebagai wadah bagi para calon penyuluh, dirasa
perlu menyalurkan mahasiswanya untuk memahami
kegiatan intervensi berbasis komunitas apa saja yang
dirasa dibutuhkan oleh masyarakat
4. Saran bagi peneliti selanjutnya
Kepada mahasiswa yang akan meneliti topic pembahasan,
maupun di Yayasan POTADS, dapat menjadikan
penelitian ini sebagai bahan kajian lebih lanjut dan
diharapkan melakukan observasi lebih dalam mengenai
apa yang dibutuhkan oleh orang tua ADS sebelum
menentukan fokus apa yang akan diteliti, agar
penelitiannya menjadi lebih bermanfaat.
94
DAFTAR PUSTAKA
Agustyawati, M.Phil. SNE., Solicha, M. Si. 2009. Psikologi
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
UIN Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bakran, Hamdani.. 2006. Konseling dan Terapi Islam.
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Gunarsa, Singgih. 2009. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta:
Gunung Mulia
Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan
Keluarga. Takalar: Pustaka As Salam
J. P Chaplin. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Jeffrey S. Nevid, dkk., 2003. Psikologi Abnormal edisi kelima
jilid 2. Jakarta : Erlangga
Kristin, Hedden. 2009. Religius Dukungan sosial. United
States : Public and Private Religiousity.
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak
Luar Biasa. Jakarta : Lembaga Pengembangan
Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi.
95
Masyitah, Dewi. 2012. Hubungan Dukungan Sosial Dan
Penerimaan Diri Pada Penderita Pasca Strok.
Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Michael Feurstein, dkk. 1986. A Psychobiological
Perspective. New York: Plenum Pers.
Nura,Ajran. 2008. Kebersyukuran Ibu yang Memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal: Ecopsy
Nursalam, Muhammad. 2007. Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Terinfeksi HIV/ AIDS. Jakarta: PT. Salemba
Medika.
Rahmat, Jalaludin. 1994. Metode Penelitian Komunikasi.
Bandung: PT Remaja RosdaKarya
Robert A. Emmons and Michael E. McCullough.2004. The
Psychology of Gratitude: Series in Affective science.
New York: Oxfort University Press
Santosa dan Ayat. Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan
Disertasi Ekonomi
Santoso, Singgih. 2004. Latihan SPSS Statistik Parametrik.
Jakarta: PT. Elek Media Komutindo
Selikowitz, Mark. 2008. Down Syndrome 3d ed. Oxford:
University Press
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit
AlfaBeta
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta
96
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Snyder, C.R., Lopez, Shane. 2007. J,.PositivePsychology(The
Scientific and Practical Explorationsof Human
Strength). California: Sage Publications, Inc.
Urbayatun, Siti. 2010. Dukungan Sosial dan Kecenderung
Depresi Post Partum Pada Ibu Primipara di Daerah
Gempa Bantul. Dalam jurnal Humanitas, vol. VII,
no.2
HASIL WAWANCARA
Nama : Dini Prihatini
Jabatan : Wakil Ketua 2 POTADS
TTL : Sumatra Selatan, 1 November 1970
Alamat : Harapan Baru Regency, Bekasi Barat
Hari/tanggal : Sabtu, 20 Juni 2020
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya POTADS?
POTADS itukan singkatan dari persatuan orang tua
dari anak dowan syndrome, jadi potads itu didirikan
untuk menyemangati orang tua yang baru mempunyai
anak down syndrome, dan tujuan didirikan yaitu untuk
menjadi pusat informasi terlengkap di Indonesia,
karena informasi tentang down syndrome itukan susah
sekali ya didapat apalagi dulu di Indonesia, seperti
buku-buku juga masih sangat jarang, adanya juga
buku-buku dari luar negeri, dengan adanya POTADS
ini informasi tumbuh kembang anak down syndrome
mudah didapatkan, melalui potads, karna potads itu
sendiri juga banyak memiliki group-group, seperti
group watsapp, group facebook, ada Ig kita juga suka
bikin acara, kita juga bikin buku tentang down
syndrome, jadi itulah salah satu tujuan atau visi misi
nya potads, yaitu menjadi pusat informasi terlengkap,
kalau bisa 24 jam kita selalu memberikan informasi
terhadap orang tua yang membutuhkan informasi
tentang tubuh kembang anak down syndromenya, juga
menyemangati orang tua yang baru memiliki anak
down syndrome, bahwa memiliki anak down
syndrome ini bukanlah suatu petaka, tapi merupakan
suatu anugrah dari Tuhan, jadi penyemangatlah
mereka bisa melihat orangtua-orang tua lain yang
memiliki anak down syndrome dan sudah bisa
mandiri, bahkan sukses dan berprestasi.
2. Siapa saja yang mendirikan POTADS?
POTADS itukan didirikan tahun 2003, awalnya
berkumpulnya ibu-ibu yang ada di Rumah Sakit
Harapan Kita untuk terapi anaknya, tapi tiba-tiba
mereka berfikir kita kumpul-kumpul tuh ngapain aja,
kemudian tercetuslah untuk membuat POTADS, yang
mendirikan POTADS itu ada tiga, yaitu alm. Ibu
Aryati, Ibu Noni Fadhilah, kemudian Ibu Elgya
Gustiani. Merekalah yang pertamakali mendirikan.
Pada tahun 2003 juga POTADS di legalkan atau di
sahkan secara hokum di Notaris menjadi salah satu
Yayasan nirlaba yang berbadan hukum.
3. Apa saja kegiatan yang ada di POTADS?
Sampai saat ini POTADS sudah punya kegiatan yang
rutin ya, yang jelas kami sering mengadakan acara
seperti kopi darat dan seminar, itu dilaksanakan sekitar
tiga bulan sekali , sebenarnya dulu kopdar itu
pengurus pusat yang mengadakan, tetapi sejak ada
koodinator wilayah, kami bebaskan untuk kopidarat
itu dibuat oleh koodirnator wilayah atau kadang grup-
grup sahabat potads Indonesia mereka juga bisa bikin
masing-masing kopdar, sementara untuk pengurus
pusat sendiri lebih mengkonsentrasikan untuk
mengadakan seminar, seminar itu temanya bermacam-
macam dan berganti-ganti tergantung banyaknya
permintaan, kemudian POTADS juga rutin
mengadakan sosialisasi down syndrome yang
diadakan di puskesmas, sekolah-sekolah, kemudian di
rumah sakit-rumah sakit, kemudian juga kegiatan rutin
akbar yang kami lakukan adalah hari down syndrome
dunia yang dilaksanakan satu tahun sekali dan
biasanya dilaksanakan pada bulan maret, karena hari
down syndrome dunia itu jatuhnya pada tanggal 21
maret, itu merupakan kegiatan akbar yang sudah
beberapa kali kami lakuka, pernah di monas, di GBK,
di Tamrin kemudian pernah di ragunan dan di mall-
mall. Kami lakukan di tempat-tempat umum juga
bertujuan untuk memsosialisasi kan dan pengenalan di
masyarakat. POTADS juga memiliki Rumah Ceria
Down Syndrome by POTADS, nah RCDS itu
merupakan tempat kegiatan anak-anak down
syndrome seperti kegiatan menari, bermusik, masak,
barista, djembe, dan lainnya, mereka juga sering
diundang untuk mengisi acara-acara, kurang lebih
seperti itu.
4. Bentuk Intervensi Komunitas apa sajakah yang
diberikan yayasan POTADS kepada orang tua yang
memiliki ADS?
Kegiatan sosialisai tadi, kami sering laksanakan di
puskesmas, di lingkunagan sekitar, rumahsakit, dan
sekolah-sekolah, kopi darat juga tetapi ruang
lingkupnya lebih kecil, karena dilakukan oleh
pengurus wilayah, kalau seminar itu lebih banyak dan
lebih umum
5. Apa saja faktor yang mendukung berlangsungnya
intervensi komunitas ?
Balik lagi kepada tujuan kami untuk memberikan
informasi sebanyak-banyaknya dan selengkap-
lengkapnya untuk orang tua anak down syndrome
yang membutuhkan informasi tersebut.dan ingin selalu
memotivasi dan menguatkan orang tua yang memiliki
anak down syndrome bahwa memiliki anak down
syndrome bukanlah suatu keburukan malainkan
anugrah
6. Apa saja faktor yang menghambat berlangsungnya
intervensi komunitas?
Kendala kami biasanya di tempat, karena kan potads
merupakan yayasan nirlaba, kami punya kantor di
pejaten yang tempatnya tidak besar, jadi kalau
mengadakan seminar tidak bisa harus ditempat yang
lebih besar, tetapi kalau sekedar kopdar masih bisa,
dan kendala kalu tempat besar kan harus menyewa,
nah itu merupakan salah satu kendala kami, kami
harus mencari tempat yang cukup besartapi tidak
mahal, karena potads merupakan yayasan nirlaba,
tetapi Alhamdulillah sampai saat ini kalau acara akbar
hari down syndrome dunia bisa mendapatkan tempat
dengan harga miring, bahkan kadang ada yang gratis,
dan mendapat donatur. Kendala lainnya yaitu lokasi,
karena lokasi tempat tinggal orang tua anak
downsyndrome berada di mana-mana dan menyebar
juga merupakan kendala, sehingga kami juga harus
memilih tempat acara yang strategis dan bisa
terjangkau oleh semua, karna kan tidak semua punya
kendaraan pribadi. Kendala internal biasanya seputar
SDM, karena pengurus POTADS tidak banyak, jadi
yang bekerja itu lagi itu lagi, tapi bagaimanapun kami
harus siap.
7. Program apa sajakah yang dapat menumbuhkan
kebersyukuran anggota POTADS?
Alhamdulillah sih ya, orang tua anak down syndrome
yang masuk menjadi anggota POTADS juga sudah
bersyukur, karena dengan mereka masuk group
potads, mereka melihat bahwa saya tidak sendirian,
dan melihat sendiri bahwa masih banyak orang yang
seperti saya bahkan banyak yang lebih parah lagi, jadi
selalu ada rasa tambah bersyukur. Rata-rata orang tua
langsung bersyukur, karena mereka bisa sharing,
mendapatkan informasi yang tidak bisa mereka
dapatkan diluar, karena kalau dari dokter palin
meninformasikan tentang medis, kalu tentang
tumbuhkembang dokter belum tentu tau karena dokter
tidak memiliki anak down syndrome, dokter tidak bisa
memberi tahu keseharian anak down syndrome seperti
apa, tetapi orang tua yang memiliki anak down
syndrome lah yang bisa memberikan informasi itu,
itulah yang didapat dari POTADS, termasuk saya
sendiri juga merasakan seperti itu. Di grup-grup
watsapp juga banyak orang tua yang cerita bahwa
mereka bersyukur sekali bisa mengetahui dan
bergabung dengan potads. Alhamdulillah berati tujuan
POTADS itu terlaksana.
8. Apa harapan ibu terhadap orang tua ADS setelah
bergabung dengan POTADS ?
Pastinya seperti tadi, tujuan dan visi misi bisa tercapai
dengan dia masuk POTADS, mereka bisa lebih
semangat, dalam merawat anak down syndromenya,
dapat memberikan tumbuh kembang yang baik
terhadap anak down syndromenya, kemudian bisa
menjalankan program MLM Hati, yaitu memberikan
informasi mengenai POTADS terhadap orang lain
dimanapun, kami juga berharap semua orang tua yang
ada di POTADS bisa mensosialisasikan
downsyndrome, jadi bukan hanya tugas pengurus
tetapi juga tugas semua anggota potads kemanapun
mereka berada. Kemudian harapannya juga yang
tadinya mereka diberi semangat mereka menjadi
penyemangat, jangan patah semangat, terus semangat,
dan tidak boleh terlalu sensitive.
HASIL WAWANCARA
Nama : Neneng Tati Sumiati
TTL : Bandung, 28 maret 1973
Alamat : Ciputat
Hari/tanggal : Senin, 22 Juni 2020
1. Sudah berapa lama menjadi terapis di yayasan
POTADS?
Lupa saya, sudah lumayan lama juga, kalau tidak salah
antara tahun 2012 atau 2013
2. Apa yang membuat bapak/ibu tertarik untuk menjadi
terapis di POTADS?
Saya ingin berbagi saja, karena kan saya juga memiliki
anak down syndrome dan kebetulan juga ada yang
saya pelajari lah ya dalam bidang psikologi
3. Bagaimana bentuk intervensi komunitas diberikan?
Paling seperti seminar, atau workshop gitu
4. Materi apa saja yang biasa diberikan dalam kegiatan
intervensi komunitas?
Biasanya sih seputar pengasuhan, cara mengasuh yang
baik seperti apa, pernah juga mengisi acara mengenai
penerimaan diri orang tuanya, walaupun mereka
anaknya sudah besar juga terkadang masih saja
mempertanyakan mengapa ko harus saya? Mengapa
ko harus anak saya yang seperti ini?,yang kaya seperti
itu tuh masih banyak. Saya juga memberikan
kesadaran kepada mereka kalau dalam islamnya itu
sudah takdir, itu memang sudah pemberian Allah, tiap
anak juga tidak bisa memilih lahir dari Rahim mana,
begitu pula orang tua juga tidak bisa berkehendak
mendapat anak seperti apa, kembali lagi semua itu kan
hanya titipan, semua adalah pemberian Allah, ya jadi
saya juga banyak menyadarkan kearah sana untuk
berusaha ikhlas menerima takdir, menjalani dan
mengoptimalkan apa yang telah Allah berikan, jadi
jangan ada rasa malu, jangan ditutup tutupi, dan
menolakya, karena kalau orang tua tidak
menerimanya, maka susah anaknya untuk berkembang
5. Teknik dan pendekatan seperti apa yang dilakukan?
Dalam proses seminar dan workshop saya tekankan
juga pada bagian sesi tanya jawab, agar mereka bisa
bertanya lebih dalam
6. Apa saja faktor yang mendukung berlangsungnya
intervensi komunitas ?
Biasanya karena mereka semangat untuk menambah
ilmu, mereka sangat antusias mengikuti setiap
kegiatan, jadi sayanya juga tambah semangat. Jadi
faktor pendukung yang paling utama ya keingianan
untuk bersilaturahmi, kadang-kadang ada orang tua
yang mau rumahnya dijadikan tempat untuk
melaksanakan kopdar, itu juga termasuk faktor
pendukung juga
7. Sepanjang mengisi kegiatan, tantangan dan kendala
apa saja yang menghambat berlangsungnya kegiatan
intervensi ?
Kalau lokasinya jauh biasanya antusias pesertanya
juga kurang, atau kadang ada saja waktu yang bentrok
dengan jadwal kegiatan lainnya, yang mungkin
mendesak sehingga mereka tidak bisa hadir, ohiya
kadang juga karena anaknya tiba-tiba sakit, soalnya
kan anak down syndrome itu rentan, jadi misalnya
sudah berencana hadir ternyata tidak bisa karena
anaknya mendadak sakit
8. Apakah terlihat perubahan emosi dari anggota setelah
mengikuti program intervensi ?
Pasti ya terlihat, biasanya setelah mengikuti acara, ibu-
ibu banyak yang baru tersadar, baru kepikiran, oh
ternyata seperti itu ya. Contohnya ketika saya mengisi
workshop mengenai kepatuhan terhadap anak down
syndrome, kadang kan anak down syndrome tuh suka
ngeyel kalau dibilangin, susah diatur kemudian saya
kasih games pakai kertas gitu dan kesimpulannya
ternyata bukan anaknya yang tidak mau patuh, tetepi
memang merekanya yang tidak paham, jadi memang
yang menurut kita sudah disampaikan ternyata belum
sampai kepada anaknya,jadi semuanya balik lagi
kekitanya
9. Apa harapan terhadap anggota setelah mengikuti
kegiatan intervensi?
Harapannya pasti diaplikasikan dalam keseharian ya,
tidak hanya pada saat insight itu muncul pada saat
seminar atau workshop, karena kan
mengaplikasikannya memang tidak mudah, harus
punya komitmen juga untuk selalu mengaplikasikan
ilmu yang telah didapat.
HASIL WAWANCARA
Nama : Wijiati
TTL : Karanganyar, 1 Januari 1982
Alamat : Jombang, Ciputat
Hari/tanggal : Senin, 22 Juni 2020
1. Bagaimana respon awal dan perasaan ibu ketika
mengatahui pertamakali keadaan anak ibu?
Dulu saya pertama kali mengetahui anak saya down
syndrome bagaikan disambar petir ya, gak nyangka
sama sekali saya mempunyai anak berkebutuhan
khusus, tapi setelah 7 bulan, saya merasa anak saya
bagaikan malaikat buat saya, semangat hidup saya,
segalanya deh buat saya, saya banyak belajar dari anak
saya, saya bisa seperti ini karena anak saya, saya bisa
kuat seperti ini karena anak saya, saya bertahan
sampai saat ini ya karena anak saya, memang gak
mudah melahirkan dia sampai dia berumur 14 tahun.
2. Bagaimana pandangan ibu mengenai anak Down
Syndrome ?
Anak berkebutuhan khusus titipan gusti Allah untuk
orang tua special.
3. Dari manakah pertama kali ibu mengetahui tentang
POTADS?
Dari teman saya, banyak juga yang ngasih infonya,
trus juga dari media sosial
4. Mengapa Ibu tertarik bergabung dengan POTADS?
Saya bisa bertemu ibu-ibu hebat, banyak yang sudah
berpengalaman dan berhasil mendidik anak down
syndrome, sehingga banyak anak-anaknya yang
berprestasi, dan juga banyak kegiatan-kegiatan yang
bagus untuk saya ikuti
5. Sudah berapa lamakah ibu bergabung dengan
POTADS?
Sudah lumayan lama, sekitar 5 tahunan
6. Apa ibu selalu menghadiri setiap kegiatan yang
diadakan POTADS?
Iya sering, banyak acara yang sering saya ikuti, saya
meluangkan waktu untuk mengikuti acara-acara dari
POTADS
7. Apa yang membuat ibu tertarik untuk mengikuti
kegiatan intervensi komunitas di POTADS?
Karena saya mendapatkan wawasan lebih jauh,
8. Apakah materi yang disampaikan dalam intervensi
komunitas yang diberikan POTADS mudah dipahami
dan diterima?
Alhamdulillah banyak kegiatan yang saya ikuti dan
bisa saya pahami
9. Kendala apa yang ibu rasakan dalam menjalakan
kegiatan intervensi komunitas?
Kalau saat ini jujur secara finansial, karena sekarang
saya tidak bekerja, saya juga single parent, dan
pastinya secara ekonomi berubah yang tadinya saya
kalau kemana-mana tinggal diantar, sekarang saya
menghadiri acara harus naik angkutan umum, atau
bawa motor sendiri dengan anak saya, saya ikat
dibelakang, dan membawa alat music djembe itu tidak
mudah.
10. Manfaat apa saja yang ibu dapatkan setelah tergabung
dengan POTADS?
Saya mendapat wawasan lebih jauh, menjadi lebih
bersyukur dengan apa yang sudah saya lewati selama
ini, banyak mendapatkan pengalaman untuk
membesarkan anak saya, untuk diri saya pribadi secara
religi, dan sangat-sangat bersyukur atas karunia yang
gusti Allah berikan kepada saya, yang tadinya tidak
saya lakukan saya dpatkan saat saya ada di POTADS,
contohnya saya tidak pernah pergi kemana-kamana
sendiri, sekarang saya bisa, dulu saya tidak pernah
nyetir sendiri, bawa motor sendiri, tapi setelah
memiliki anak berkebutuhan khusus membuat saya
lebih kuat dan memiliki semangat lebih untuk
berjuang, banyak pengalaman hidup yang saya dapat
setelah saya memiliki anak berkebutuhan khusus,
setelah saya bergabung di POTADS.
Manfaatnya banyak sekali mba, saya sangat-sangat
bersyukur mempunya mas fuad, kalau mengkin saya
tidak memiliki mas fuad, saya tidak tahu hidup saya
seperti apa, dia pengingat buat saya, membuat saya
lebih sabar,lebih bersyukur dan selalu percaya bahwa
pertolongan gusti Allah pasti datang diwaktu yang
tepat.
11. Faktor apa sajakah yang membuat ibu bersyukur dan
menerima keadaan anak ibu?
Hidup saya dimudahkan dalam segala hal, dan itu
tidak saya rasakan saat saya punya anak pertama, dan
saya merasa jiwa dan hati saya lebih tenang saat saya
mempunya mas fuad, sehingga saya semakin merasa
bersyukur, bersyukur dan bersyukur, dan setiap saya
punya permasalahan jalan keluarnya pasti dari mas
fuad, jadi semua hidup saya selalu berkaitan dengan
mas fuad, apapun itu
12. Bagaimana perasaan ibu sebelum bergabung dengan
POTADS?
Sebelum bergabung dengan POTADS saya sudah
bergabung di fatmawati juga jadi saya juga sudah
mulai belajar bersosialisasi
13. Perubahan apa saja yang terjadi pada diri ibu setelah
bergabung dengan POTADS?
Banyak sekali ilmu yang saya dapat, banyak rizki yang
saya dapat juga dari teman-teman sya di POTADS,
14. Apakah setelah bergabung dengan POTADS dapat
membuat ibu merasa lebih bersyukur?
Alhamdlillah banget, banget dan banget
15. Bagaimana perubahan sikap terhadap anak ibu setelah
bergabung dengan POTADS?
Lebih baik lagi dan lebih ikhlas untuk merawat dan
mendidiknya.
HASIL WAWANCARA
Nama : Erna istiana
TTL : Madiun 5 Maret 1965
Alamat : Jl. Dermaga condet
Hari/tanggal : Senin, 22 Juni 2020
1. Bagaimana respon awal dan perasaan ibu ketika
mengatahui pertamakali keadaan anak ibu?
Ya sedih ya, siapa yang tidak sedih memiliki anak
seperti itu, apalagi di keluarga kita tidak ada yang
seperti ini,tidak ada satupun dari pihak saya maupun
suami saya bahkan dari nenek moyang saya juga tidak
ada yang seperti ini. Waktu saya baru melahirkan, satu
hari satu malam saya tidak bisa tidur, saya nangis tiap
hari, tetapi kemudia saya berpikir kapan saya bisa
maju, anak seperti itu kan tidak bisa sendiri, makanya
saya harus maju dan mulai belajar menerimanya,
apalagi suami saya awalnya sangat tidak terima.
kemudian saya berfikir, kalau suami saya tidak terima
dan saya tidak terima juga lalu bagaimana nasib anak
saya, makanya saya bersabar harus maju duluan, dan
ketika saya mulai menguasai semua mulai dari terapi
dan cara mengurusnya barulah suami saya mulai
menerima juga.
2. Bagaimana pandangan ibu mengenai anak Down
Syndrome ?
Kalau dari segi intelektual kan mereka memang
kurang di akademiknya ya, kalau dari motoriknya itu
balik lagi bagaimana orangtuanya yang
mengajarkannya, mendidiknya, supaya mereka bisa
mandiri, supaya mereka bisa berdiri sendiri, dan yang
kita harapkan tuh anak-anak yang seperti itu tidak
merepotkan kita di masa tua nanti, Supaya mereka bisa
melakukan semuanya sendiri.
3. Dari manakah pertama kali ibu mengetahui tentang
POTADS?
Dari teman saya
4. Mengapa Ibu tertarik bergabung dengan POTADS?
Karena kan itu merupakan komunitas, adi saya bisa
menambah ilmu,mendapatkan informasi-informasi
yang saya belum tahu, dan memiliki teman curhat
5. Sudah berapa lamakah ibu bergabung dengan
POTADS?
Sudah cukup lama, sekitar lima tahunan
6. Apa ibu selalu menghadiri setiap kegiatan yang
diadakan POTADS?
InsyaAllah kalo saya ada waktu saya hadir, soalnya
kan saya juga harus ikut suamijadi saya juga aktif di
darma wanita, jadi kalau misalnya saya berhalangan
hadir, anak saya yang pertama menggantikan
7. Apa yang membuat ibu tertarik untuk mengikuti
kegiatan intervensi komunitas di POTADS?
8. Apakah materi yang disampaikan dalam intervensi
komunitas yang diberikan POTADS mudah dipahami
dan diterima?
Biasanya sih mudah di pahami ya, tapi saya sekarang
tidak mengikuti semua acaranya, hanya memilih-milih
materinya yang sesuai dengan anak saya
9. Kendala apa yang ibu rasakan dalam menjalakan
kegiatan intervensi komunitas?
Tidak ada kendala sih sampai saat ini
10. Faktor apa sajakah yang membuat ibu bersyukur dan
menerima keadaan anak ibu?
Alhamdulillah anak saya tidak seperti anak-anak yang
lain, sudah mulai bisa berkomunikasi dua arah
11. Bagaimana perasaan ibu sebelum bergabung dengan
POTADS?
Saya meresa sendiri hidupnya,
12. Perubahan apa saja yang terjadi pada diri ibu setelah
bergabung dengan POTADS?
Senang karena merasa ada yang senasip dan
seperjuangan, dan saya merasa lebih bersyukur karena
ternyata masih banyak yang lebih dibawah anak saya
13. Apakah setelah bergabung dengan POTADS dapat
membuat ibu merasa lebih bersyukur?
Iya saya banyak mendapat masukan dari teman-teman,
bisa saling sharing, saya merasa lebih bersyukur juga,
karena sebelumnya cukup sulit beradaptasi dengan
keadaan, dan sulit mencari tempat untuk
mengembangkan potensi anak saya, karena diluar sana
sulit, bahkan saya belum ada khursus untuk disabilitas
14. Bagaimana perubahan sikap terhadap anak ibu setelah
bergabung dengan POTADS?
Saya dari dulu sudah pasrah dan menerima
HASIL WAWANCARA
Nama : Ganiar Permata
TTL : Bogor, 15 September 1988
Alamat : Kabupaten Bogor
Hari/tanggal : Selasa, 23 Juni 2020
1. Bagaimana respon awal dan perasaan ibu ketika
mengatahui pertamakali keadaan anak ibu?
Jelas kaget, bingung, gatau harus gimana, sudah
bingung banget, serasa dunia mau kiamat, serasa langit
mau runtuh segala macem, tapi Alhamdulillah
keluarga terus support, salah satu supportnya juga dari
komunitas POTADS ini, stelah gabung dengan
mereka, rasanya kekuatannya nambah
2. Bagaimana pandangan ibu mengenai anak Down
Syndrome ?
Untuk saat ini karena saya orang tua yang memiliki
anak down syndrome, tentunya aku menganggap
seperti anak-anak biasa, seperti anak pada umumnya
Cuma memang mereka butuh perhatian khusus.
3. Dari manakah pertama kali ibu mengetahui tentang
POTADS?
Dulu awalnya aku nyari-nyari di Instagram, kebetulan
ada anak down syndrome juga yang ibunya aktif di
media sosial, dia sering posting tentang anaknya trus
saya juga nanya-nanya apakah ada komunitasnya,
kemudian dikasihlah kontak POTADS
4. Mengapa Ibu tertarik bergabung dengan POTADS?
Mau cari teman, mau cari tempat buat sharing-sharing,
waktu itukan aku awam banget ya tentang down
syndrome, aku juga baru pertama kali dapet anak
istimewa, gatau apa-apa jadinya aku mau
mendapatkan ilmu yang lebih banyak, karnea kan
kalau sekedar nanya dokter kadang kurang ya, kalau
sudah gabung dengan komunitas kan pengalaman
mereka lebih banyak,dari berbagai daerah, dari
berbagai usia, kan banyak juga yang anaknya umur 17
tahun keatas, jadi bisa berbagi pengalaman dan
mendapat pelajaran lebih banyak aja gitu.
5. Sudah berapa lamakah ibu bergabung dengan
POTADS?
Sekitar 3 tahunan
6. Apa ibu selalu menghadiri setiap kegiatan yang
diadakan POTADS?
Tergantung lokasi juga sih ya, kalau masih didaerah
bogor sejauh ini saya selalu datang, kebetulan juga
saya koordinator wilayah bogor, tetapi kalau acara
dijakarta saya belum sempat mengikuti sudah keburu
ada covid, jadinya tidak jadi
7. Apa yang membuat ibu tertarik untuk mengikuti
kegiatan intervensi komunitas di POTADS?
Selama ini kan selama gabung di yayasan ini
seringnya kita ngobrol lewat watsapp, lewat grup, jadi
kalau ada pertemuan, kita ad kesempatan untuk
bertemu, yang selama ini selalu via watsapp, selain
ketemu orangtuanya bisa ketemu dengan anak-anak
downsyndromenya juga, jadi tertarik aja gitu bisa
bertatap muka langsung, saya sudah mengikuti tiga
kali pertemuan rutin acara kopdar.
8. Apakah materi yang disampaikan dalam intervensi
komunitas yang diberikan POTADS mudah dipahami
dan diterima?
Alhamdulillah iya
9. Kendala apa yang ibu rasakan dalam menjalakan
kegiatan intervensi komunitas?
Paling kendalanya kalau lokasinya jauh suka repot
10. Manfaat apa saja yang ibu dapatkan setelah tergabung
dengan POTADS?
Banyak banget, yang tadinya cuma tau sedikit
sekarang banyak mendapatkan informasi mengenai
anak downsyndrome, saya juga banyak mendapat
dukungan dan support dari mereka
11. Faktor apa sajakah yang membuat ibu bersyukur dan
menerima keadaan anak ibu?
Keluarga yang selalu support, teman-teman juga
support, dan aku juga balik lagi ke Allah ya, aku
percaya aja kalau Allah kasih titipan anak istimewa
memang kepada orang tua terpilih yang istimewa juga
12. Bagaimana perasaan ibu sebelum bergabung dengan
POTADS?
Sebelum bergabung saya bingung mencari informasi,
kalau saya nanya-nanya kedokter juga kurang puas
karna kan dokter juga tidak menangani dan merawat
anak down syndrome
13. Perubahan apa saja yang terjadi pada diri ibu setelah
bergabung dengan POTADS?
Menjadi lebih kuat, lebih semangat, lebih bersyukur
dan percaya diri saja.
14. Apakah setelah bergabung dengan POTADS dapat
membuat ibu merasa lebih bersyukur?
Iya sangat
15. Bagaimana perubahan sikap terhadap anak ibu setelah
bergabung dengan POTADS?
Iya, kan mengasuh anak normal sama perlakuan
khusus kan beda, kalau sebelum bergabung dengan
POTADS saya masih belum tau cara menghadapi dan
merawat anak down syndrome, perlakuan saya juga
berubah.
DOKUMENTASI
Observasi ke kantor pusat POTADS
Foto dengan Ibu Dini selaku Wakil Ketua 2 di Yayasan
POTADS
Wawancara dengan Ibu Dini selaku Wakil Ketua 2 Yayasan
POTADS
Wawancara dengan Psikolog/Terapis (Pemateri kegiatan
Intervensi di Yayasan POTADS)
Wawancara dengan Ibu Wijiati (Sahabat POTADS)
Wawancara dengan Ibu Erna (Sahabat POTADS)
Wawancara dengan Ibu Ganiar Permata (Sahabat POTADS)