daftar isi - sahamku.id · time frame investasi 243 equity bond 56 tiga puluh tahun lagi saya akan...
TRANSCRIPT
Daftar isi
Kata Pengantar BIARKAN WAKTU MENJADI TEMAN
7
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK Dana 1 Juta, Bisa untuk Apa? 227
Memahami The Buffet Way Time Frame Investasi 243
15
Equity Bond Tiga Puluh Tahun Lagi Saya Akan Pensiun 254
56
Keunggulan Individual Investor Diversifikasi atau Hanya Satu Saham saja? 227
73
Lebih Baik Dari Profesional? Brexit: Sebuah Contoh Lain Tentang Market dan
83
Invest in What You Know
Prinsip Trailing Stop 331
94
Kedai Kopi dan Bank Permata 113
MUNGKINKAH MENDAPATKAN MULTIBAGGER DI BURSA EFEK
BEDA MADZHAB, SO WHAT? INDONESIA?
Technical Analysys vs Fundamental Analysys A. Indika Energy
143
Time Gap dan Perbedaan Derap Waktu, So What? A Story of Multy Bagger - Periode Bomm dan Bust dari Cyclical
159
Company 343
KETIKA KESEMPATAN ITU DATANG B. Harum Energy
Ketika Koreksi Pasar Just Like Music to My Ears
Mengapa Harus Membuat Hal Mudah menjadi Sulit? 363
171
Jangan Biarkan IHSG Menyesatkan Anda! 184
Contrarian 192
Selalu Siapkan Dry Powder 196
Opportunity di Major Stock Exchanges 200
4 5
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK
lama, kecuali jika ada idiot yang ditakdirkan menjadi
manajemen perusahaan itu.
Beberapa produk/jasa perusahaan Indonesia, sekali lagi
dengan kadar berlainan, misalnya Gudang Garam, Indofood,
BRI, BCA atau Telkomsel, bisa dipakai untuk contoh dari
pro-duk yang cukup sticky dengan para konsumennya,
sehingga bisa kita perhitungkan sebagai perusahaan yang
memiliki eco-nomic moat. Ciri lainnya dari economic moat
ini terkait switch-ing cost. Besarnya switching cost dan
adanya kerepotan lebih besar jika harus beralih ke produk
atau jasa perusahaan lainnya, bisa menghambat keinginan
untuk beralih ke perusahaan lain-nya.
Apabila satu perusahaan sudah menggunakan cloud
infra-structure dari Oracle, tidak mudah bagi perusahaan
itu untuk migrasi ke Amazon Cloud Service/ACS, demikian
pula seba-liknya. Dengan alasan ini, kita dapat mengatakan
bahwa Oracle atau ACS itu memiliki economic moat, karena
jika harus beralih dari Oracle bisa menimbulkan
konsekwensi munculnya switch-ing cost yang tinggi.
Akan lain halnya, apabila kita harus mengganti kaos kaki.
Perusahaan dengan produksi kaos kaki, sulit untuk bisa
dikatakan memiliki economic moat. Betapa pun halus dan
enaknya sebuah kaos kaki, konsumen akan dengan mudah ber -
alih ke kaos kaki yang lain. Apalagi murah atau mahalnya
harga akan sangat menentukan pilihan konsumennya.
22 23
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
Namun penting dicatat, bukan hanya perusahaan yang
memiliki moat saja yang mampu menghasilkan laba.
Beragam perusahaan non moat di dunia, termasuk
Indonesia, yang me-nunjukkan kinerja luar biasa baiknya.
Perhatikan Sales Growth
Perusahaan yang produk atau jasanya disukai, secara kon-
sisten akan menunjukkan pertumbuhan hasil penjualannya.
Melalui stock screener, saya misalnya hanya memilih perusaha-an
yang rata-rata kenaikan penjualannya di lima tahun terakhir ini
minimum 5%. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan, semakin
menarik. Tetapi kita juga harus melihat konsistensinya. Selain itu,
perlu ditelaah juga apakah kenaikan tersebut sebagai akibat dari
terjadinya akuisisi atau dari pertumbuhan organik? Apakah
kenaikan itu hasil dari peluncuran produk baru, ataukah berasal
dari pertumbuhan produk yang sama? Terjadinya konsistensi
pertumbuhan angka penjualan ini dapat menjadi indikasi awal
yang baik sebagai dasar kajian berikutnya.
Sebaiknya kita juga menggunakan periode yang relatif
pan-jang, misalnya lima atau sepuluh tahun, untuk melihat
konsis-tensi pertumbuhan ini. Dengan demikian, tidak perlu
memberi reaksi berlebihan jika terjadi penurunan ataupun
kenaikan dalam periode tertentu yang relatif pendek (misalnya
di satu kwartal atau satu tahun tertentu). Perjalanan sebuah
usaha jauh lebih panjang dari sekedar kinerja kwartalan.
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK
Terkait Sales Growth ini kita perlu jugga melihat tahap ke-
matangan perusahaan. Ekspektasi atas pertumbuhan stalwart
company seperti Nestle, Walmart, atau McD tidak dapat
disamakan dengan pertumbuhan Shake Shack misalnya. McD
yang sudah memiliki 37.000 outlets di 120 negara, tentu tidak
bisa lagi tumbuh seperti Shake Shack yang baru memiliki 100
outlets. Shake Shack dengan penjualan USD 268 juta
meningkat 41%, sementara McD dengan penjualan USD 24,6
milyar, justru mengalami pertumbuhan negatif.
Perhatikan Gross Margin
Apabila produk sebuah perusahaan tidak saja dibutuhkan,
tetapi juga disukai, maka perusahaan tersebut bisa menentukan
harga premium. Ada ruang besar antara harga jual dengan biaya
pembuatan barang itu. Sebuah tas dengan label Hermes atau
Louis Vuitton, kopi yang disajikan di outlet Starbucks atau yang
dikemas dengan merk Nestle, serta operating system yang
diproduksi Microsoft dapat menjadi sebagian kecil contoh.
Atas alasan ini, maka sangat wajar jika kita harus tertarik
untuk berinvestasi di perusahaan yang memiliki persentase gross
margin tinggi. Tingginya persentase gross margin menun-jukkan
bahwa konsumen memberikan nilai yang tinggi atas pro-duk
tersebut (dibandingkan terhadap biaya pembuatannya). Kembali
melalui stock screener kita untuk bisa memperoleh daf-tar
perusahaan dengan parameter persentase gross margin yang kita
inginkan. Misalnya, kita hanya mau mengkaji perusahaan
24 25
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
yang presentase gross margin-nya minimum 50%.
Tentunya, lebih tinggi, lebih bagus.
Melalui opsi global stock screener yang dikeluarkan Finan-
cial Times, misalnya, saya menemukan sebuah perusahaan
yang listed di Paris Stock Exchange (Gaztransport) dan
memiliki Gross Margin 98%(!). Saya tidak salah tulis.
Perusahaan itu menghasilkan rata-rata gross margin dalam
lima tahun terakhir ini sebesar 98%, sehingga masuk akal jika
perusahaan ini men-jadi bagian dari portfolio saya. Di bawah
nanti akan saya singgung kembali soal perusahaan ini.
Price chart Gaztransport Maret 2017 – Januari 2019)
Untuk mereka yang belum memahami betul istilah gross
margin ini, ada baiknya saya memberikan tambahan catatan.
Angka gross margin ini menunjukkan selisih nilai penjualan de -
ngan biaya pembuatannya. Selisih angka ini kemudian dibagi
dengan nilai penjualan, karena gross margin ini dinyatakan dalam
persentase. Jadi kalau nilai penjualan 100, dan biaya pem-
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK
buatan 60, dan selisih angkanya, 40, kita bagi dengan 100, kita
tahu bahwa gross margin perusahaan itu 40%. Dalam perhitung-
an ini, kita belum memasukkan komponen biaya lainnya, misal-
nya biaya pemasaran, biaya administasi, biaya karyawan, biaya
bunga dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan perusahaan.
Sekali lagi, stock screener tidak tepat jika dianggap
sebagai landasan yang dapat langsung digunakan untuk
keputusan in-vestasi. Dia hanya berfungsi sebagi titik awal
untuk membuat daftar perusahaan yang kita akan kaji lebih
lanjut. Khusus untuk emiten bank, angka gross margin yang
digunakan Stockbit sete-lah diteliti lagi, angkanya
menunjukkan hasil pengurangan total pendapatan operasi
(bunga dan non bunga) dikurangi total biaya langsung (bunga
dan non bunga), jadi agak sedikit berbeda de-ngan laporan
baku yang dibuat bank. Namun melalui screener Stockbit ini
misalnya saya menemukan Bank Pemda Jatim/BJTM, di harga
Rp 580, karena emiten ini memiliki gross margin yang sangat
tinggi, 74%, sehingga menarik perhatian saya.
Gross margin BJTM berada di atas Bank Mandiri (62%), Bank
BRI (70%), Bank BNI (62%), Bank Danamon (62%), Bank BNLI
(47%). Satu-satunya bank yang gross margin-nya di atas BJTM
adalah, no surprise, Bank BCA (77%). Selain itu, dividen yield
BJTM yang hampir mencapai 8% tidak dapat saya abaikan juga.
Terkait gross margin ini, berikan perhatian jika Anda meli-hat
perusahaan yang menunjukkan trend peningkatan persen-tase
gross margin. Perbaikan dalam gross margin, bisa meng hasilkan
kenaikan dalam persentase lebih besar diban-
26 27
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
dingkan dengan kenaikan dalam pertumbuhan penjualannya.
Perhatikan Return On Equity (ROE)
Selain peningkatan angka penjualan secara
konsisten, dan persentase gross margin, parameter lain
apa lagi yang dapat kita gunakan?
Setiap perusahaan pasti membutuhkan modal yang
dipakai untuk menghasilkan laba. Apabila perusahan
menghasilkan ke-untungan, para pemegang saham dapat
menikmati peningkatan investasinya. Peningkatan
kekayaan itu dapat berbentuk akumu-lasi dividen yang
diterima maupun dari kenaikan nilai perusa-haan.
Sebaiknya kita memberikan perhatian untuk perusahaan
yang bisa memberikan laba lebih tinggi atas setiap modal yang
dimilikinya. Jadi jika ada dua perusahaan memiliki modal yang
sama, pilihlah perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih
tinggi. Kita akan memilih A yang menghasilkan laba 200 juta, dan
bukan B yang labanya 150 juta, jika modal A dan B itu sama-sama
1 milyar (lupakan dulu faktor lain). Jika hasil keuntungan itu
dibandingkan dengan modalnya, maka A menghasilkan 20%,
sementara B angkanya 15%. Di dalam istilah keuangan, ROE
(Return On Equity) A adalah 20% dan B ROE-nya 15%.
Inilah parameter lain yang bisa digunakan untuk melihat
apakah kinerja sebuah perusahaan lebih baik dibandingkan per-
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK
usahaan lainnya. Apabila kita memilih berinvestasi di
perusaha-an yang menghasilkan ROE tinggi, maka perusahaan
itu akan memelihara dan meningkatkan kekayaan kita.
Silahkan saja Anda lihat para pemegang saham perusahaan
seperti BRI dan BCA. Kekayaan para pemegang saham BRI
terpelihara dengan baik, karena BRI dapat menghasilkan ROE
rata-rata di atas 20% dalam dua belas tahun terakhir.
Keberhasilan ini menjadikan kekayaan pemegang sahamnya
meningkat lebih dari 2.500% dalam dua belas tahun terakhir
ini. Angka kenaikan yang jauh di atas kenaikan Indeks BEI.
Untuk mendapatkan daftar perusahaan yang pandai mence-
tak keuntungan dari modal yang dimilikinya, kita menggunakan
stock screener. Misalnya kita hanya mau mengkaji lebih lanjut
perusahaan yang menghasilkan ROE minimum 15%. Mengapa
15%? Tidak ada rumusan pasti, namun kita bisa melihat instru-
men lain sebagai perbandingan. Menyimpan dana sebagai de-
posito, satu bentuk investasi tanpa risiko, memberikan hasil
(bunga) 7%. Jika dana ini dijadikan modal untuk mendirikan per -
usahaan – dan setiap usaha memiliki risiko - maka wajar apabila
untuk mengkompensasi risiko itu kita menuntut imbalan hasil
yang lebih tinggi dari sekedar bunga deposito.
Atas alasan ini, saya hanya tertarik untuk berinvestasi di per
usahaan yang hasil perputaran modalnya minimum dua kali dari
suku bunga deposito. Lebih tinggi, tentu lebih baik lagi. Jadi
ketika memilih angka 15% sebagai ratio minimum ROE sebuah
perusahaan, hal ini telah mempertimbangkan alternatif investasi
lainnya, dan komponen risiko yang melekat dari sebuah bisnis.
28 29
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
EQUITY BOND
Apa Alasan Anda Membeli Saham Sebuah Perusahaan?
Kalau Anda membeli saham sebuah perusahaan,
katakan-lah, di harga Rp 1.000, maka sedikitnya Anda
harus bisa men-jawab dua pertanyaan ini:
a) Apa yang Anda harapkan dengan membelinya di
harga Rp 1.000 itu, dan
b) Mengapa Anda mau membayarnya di harga itu.
Jika tidak memiliki jawaban atas keduanya, jangan
salahkan siapa pun apabila harga yang terjadi di pasar tidak
sesuai dengan yang Anda harapkan. Pasar tidak tahu dan
tidak peduli apa yang Anda pikirkan, atau saham apa yang
Anda beli dan di harga be-rapa (kecuali jika Anda seorang
Warren Buffett, mungkin pasar sedikit peduli). Oleh
karenanya, don’t blame others but your-self. Anda bertanggung
jawab atas keputusan investasi yang Anda lakukan.
Jika Anda memutuskan membeli saham sebuah perusahaan
di harga Rp 1.000, cobalah tanyakan apa yang menjadi dasar
keputusan Anda itu. Mengikuti bisikan teman? Good luck, jika itu
yang menjadi alasan Anda. Usahakan apabila harga saham itu
turun menjadi Rp 700, Anda dapat menjualnya lagi ke teman
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK
Anda di harga Rp 1.000.
Atau karena Anda mengikuti rekomendasi analis sebuah pe-
rusahaan sekuritas? Memangnya Anda bisa menjual kembali
saham itu kepada analis tersebut, kalau harganya turun? Apakah
Anda tahu ketika dia menyampaikan rekomendasi untuk mem-beli
sebuah saham, dia juga melakukan hal yang sama seperti yang
direkomendasikannya kepada Anda? Jangan-jangan dia jus-tru
melakukan penjualan. Kalaupun dia juga benar membelinya,
tahukah Anda di harga berapa dia membelinya? Di harga
rekomendasinya, atau di bawah itu lagi? Kapan dia membelinya?
Jangan-jangan saat Anda membaca apa yang direkomendasikan-
nya, dia sudah berubah pikiran.
Konstruksi pasar modal memang sangat memudahkan
bagi orang untuk berubah pikiran. Tidak perlu waktu lama.
Seming-gu, atau sebulan saja sudah merupakan waktu yang
terlalu lama untuk mengubah sebuah saham yang tadinya
sangat dibenci, menjadi disukai. Begitu juga sebaliknya.
Jangan-jangan ketika Anda membaca rekomendasinya pada
pagi hari, sore harinya dia memiliki alasan lain yang justru
membuat posisinya harus menjual.
Mengapa Anda membelinya di harga Rp 1.000? Mungkin
Anda bilang, mudah-mudahan saja nanti harganya naik, se-
hingga bisa menjual di harga lebih tinggi, di Rp 1.200. Jika
mantra “mudah-mudahan” seperti ini sebagai alasan, maka
proba bilita hasilnya bisa mudah-mudahan juga. Bagaimana
mungkin kita bisa tahu dari begitu banyak pelaku di pasar, de-
56 57
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
No. Tahun Earn Per Share (EPS)
1. 2006 36
2. 2007 40
3. 2008 49
4. 2009 61
5. 2010 96
6. 2011 125
7. 2012 151
8. 2013 173
9. 2014 196
10. 2015 205
11. 2016 212
12. 2017 235
TABEL EPS BBRI (2006-2017)
Anda tidak perlu menghitung sendiri, dan tinggal meng-
klik page ini http://www.investopedia.com/calculator/cagr.aspx.
Langsung Anda bisa melihat kalkulator khusus buat menghi-
tung CAGR. EPS di tahun 2006, sebesar Rp 35, Anda
masukkan ke kotak Beginning Value dan EPS di tahun 2016
(Rp 212) ke kotak Ending Value. Karena waktu yang kita pakai
adalah sepu-luh tahun, dari 2006 sampai 2016, maka angka 10
kita masukkan dalam kotak Number of Periods.
Setelah ketiga angka dimasukkan, dan kemudian kita
tekan Calculate, maka muncul angka 19,9%. Itulah
angka pertum-buhan rata-rata EPS BRI dalam sepuluh
tahun terakhir ini. Angka yang sangat impresif.
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK
Berapakah EPS BRI di tahun 2026?
Sekali lagi saya ingin mengingatkan, kerangka berpikir
ini hanya bisa kita terapkan pada perusahaan yang karena
konsis-tensi kinerjanya di masa lalu, memungkinkan kita
untuk men-dapatkan gambaran terkait kinerjanya di masa
depan dengan tingkat predictability yang relatif tinggi.
Kerangka berpikir yang sama tidak mungkin dapat diterap-
kan pada perusahaan dengan EPS yang sangat inkonsisten dari
tahun ke tahun. Hasilnya tentu akan sangat menyesatkan. Namun
jika Anda melihat perusahaan yang kinerjanya tidak konsisten
dari tahun ke tahun, hal ini bisa dipakai sebagai in-dikasi awal
untuk mengabaikannya. Untuk apa berinvestasi di perusahaan
yang kinerjanya susah diandalkan?
Dengan mengetahui nilai EPS BRI di tahun 2016 ini
adalah Rp 212, dan kita tahu CAGR BRI dalam sepuluh tahun
terakhir adalah 19,9%, maka kita bisa mendapatkan proyeksi
EPS BRI dalam sepuluh tahun mendatang, di tahun 2026.
Untuk mendapatkan hasilnya, Anda juga tidak perlu
menghitungnya sendiri. Anda bisa mendapatkan hasilnya de-ngan
masuk ke page ini http://www.investopedia.com/calcula-
tor/fvcal.aspx#axzz23u68Q7AE. EPS tahun 2016 dimasukkan
dalam kotak Present Value. Karena Anda ingin mendapatkan
angka EPS BRI dalam sepuluh tahun berikutnya, maka Anda
masukan angka 10 kedalam kotak Number of Time Periods, dan
CAGR 19,9% ke kotak Interest Rate Per Time Period. Tekan Cal-
68 69
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
Baik LTS maupun prinsip-prinsip investasi yang
disam-paikan Peter Lynch dan Joel Greeblatt, bisa
menjadi pondasi kokoh yang dapat memandu Anda untuk
menjadi seorang in-vestor yang baik.
Berbekal pemahaman yang baik tentang pedoman
investasi yang disampaikan mereka, membuka peluang
untuk Anda men-dapatkan kinerja yang lebih baik dari
professional fund ma-nagers ataupun Index.
“Mendapatkan hasil portfolio investasi yang lebih baik
dibandingkan dengan professional fund manager” harus
meru-pakan target minimum dari individual investors, yang
ingin me-rancang portfolio investasi-nya sendiri.
Karena jika Anda tidak bisa menghasilkan kinerja lebih baik
dari professional fund manager, untuk apa Anda membuang-buang
waktu merancang portfolio sendiri? Lebih baik Anda se-rahkan
saja hal itu kepada so-called professionals, dan Anda bisa memakai
waktu Anda to do things that you are good at.
WARNING: Jangan dengarkan Professional
Peter Lynch lebih dari pantas untuk disebut sebagai
seo-rang professional fund manager yang berada di
lapisan paling atas, kalaupun tidak bisa menyebutnya
sebagai fund manager terbaik di dunia.
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK
Fidelity Magellan Fund, selama dipegang oleh Peter Lynch
pada periode 1977-1990, mencatat imbal hasil (return) luar
biasa, dengan CAGR 29% per tahun. Aset yang dikelolanya
(AUM) juga meningkat pesat, dari awalnya USD 20 juta (1977)
menjadi seki-tar USD 14 milyar, saat dia mengundurkan diri.
Dalam periode tiga belas tahun itu, sebelas tahun di
antara - nya menunjukkan kinerja Magellan Fund yang
lebih baik diban-dingkan peningkatan Index S&P 500.
Sebagai perbandingan, meskipun bukan apple to apple,
Buffett berhasil meningkatkan nilai buku Berkshire
Hathaway dalam kurun waktu lima puluh tahun terakhir,
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 19,4% per tahun.
Memahami bahwa Peter Lynch sendiri merupakan
profes-sional fund manager, tentu menarik bahwa Rule
#1 yang diberikannya kepada individual investors, yang
ingin melakukan investasi sendiri di pasar modal adalah:
“Stop listening to pro-fessionals!”
Berdasarkan pengalamannya selama dua puluh tahun,
meyakinkan dia bahwa setiap orang memiliki kemampuan
untuk dapat memilih saham yang sama baiknya – kalaupun
bukan lebih baik – seperti yang bisa dilakukan oleh para
ahli keuangan profesional di Wall Street.
Peter menambahkan, “This is investing, where the smart
money isn’t so smart and the dumb money isn’t really as dumb
as it thinks. Dumb money is only dumb when it listens to the
84 85
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
13 tahun, di tahun 2015, aset BRI sudah meningkat
1.000% men-jadi Rp 846 triliun.
Modal Bank BRI tumbuh 1.400%, menjadi Rp 112 triliun.
La-banya juga sudah mencapai Rp 25 triliun, atau naik 1.600%
dibandingkan dengan laba 13 tahun lalu. Lompatan yang sama
juga bisa dilihat pada bank-bank besar lainnya, seperti Bank
Mandiri maupun BCA. Pertumbuhan luar biasa ini, kiranya
bisa menjadi indikasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Buat
indi-vidual investors, indikasi yang sama ditawarkan oleh
perusaha-an yang saham-sahamnya sudah tercatat di BEI.
BRI vs Wells Fargo
Dengan tingkat pertumbuhan yang ditunjukkan di dalam
kurun waktu 10-15 tahun ini, kita dapat melakukan ekstrapolasi
untuk memperoleh gambaran tentang BRI, Mandiri atau BCA
dalam tempo 10, 20 atau 30 tahun kemudian.
Melihat perkembangan bank seperti BRI, serta industri
keuangan umumnya, menarik untuk melihat perjalanan
inves-tasi Buffett pada Wells Fargo. Buffett, melalui
Berkshire Hath-away, sekarang ini memiliki sekitar 9,8%
saham Wells Fargo (setara dengan USD 27 milyar).
Wells Fargo, kita tahu, merupakan bank ketiga terbesar di
Amerika, dengan asset sekitar USD 1,8 trilliun. Pembelian
saham Wells Fargo ini dilakukan oleh Buffett pertama kali di
SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK
tahun 1989. Sejak itu, dalam beberapa tahun kemudian
(terma-suk pada tahun 2016), Buffett terus menambah
kepemilikan sa-hamnya di Wells Fargo.
Investasi yang dilakukan Buffett di Wells Fargo ini
mengingat kan saya kepada BRI saat ini, serta gambaran
yang mungkin terjadi pada BRI (atau Mandiri dan BCA)
dalam peri-ode 20 atau 30 tahun mendatang.
Ketika Buffett pertama kali membeli saham Wells Fargo
tahun 1989, 25 tahun lalu, bank ini baru memiliki asset USD
49 milyar. Nilai asset Wells Fargo ketika itu, kurang lebih
setara dengan nilai asset BRI sekarang ini. Apakah Indonesia
saat ini, memberikan peluang yang sama seperti ketika
Amerika menawarkan peluang kepada Buffett untuk menjadi
bagian dari pemegang saham Wells Fargo di tahun 1989?
Mungkinkah BRI, Mandiri atau BCA dalam waktu 25
tahun kemudian dapat memiliki aset sebesar USD 1,8
triliun, seperti Wells Fargo saat ini?
Jika kita melihat pertumbuhan ketiga bank tersebut selama
ini, kemungkinan semacam itu sangat terbuka. Secara matema-
tika, apabila tingkat pertumbuhan sebesar 15% tersebut dapat
dipertahankan, maka asset BRI akan meningkat menjadi dua kali
lipat setiap 5 tahun sekali. Dengan demikian, dalam 25 tahun ke
depan, di tahun 2040, asset BRI dapat mencapai USD 2 trili un.
Sejak Buffett pertama kali membeli saham Wells Fargo, 25
102 103
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
Sebagian catatan saya di Stockbit di bulan Mei di
atas, saat optimisme berubah menjadi kekhawatiran,
bisa saya kutip di bawah ini “
1. “Hari ini, dimana saham BBRI dapat dimiliki dengan
harga Rp 2.800 (dan saya yakin no one see that it’s com-
ing), atau 28% lebih rendah dari harganya sekitar lima
bulan lalu, dapat menegaskan tentang pelajaran yang
dapat kita ambil, berkaitan dengan Prinsip Investasi
#3, Membelinya dengan harga yang baik juga. Betapa
pun baiknya kinerja perusahaan, apabila harga yang
kita ba-yarkan untuk mendapatkan kepemilikan saham
itu bukan harga yang baik, maka harga yang kita
bayarkan itu akan mengganggu pertumbuhan imbal
hasil yang kita dapatkan.”
2. “Buat saya, membaca berita hari ini, bahwa harga
saham BBRI sudah menyentuh angka Rp 2.800, just
like the music to my ears. Saya memiliki peluang untuk
dapat menambah kepemilikan saham perusahaan yang
baik, di harga yang baik juga. Kombinasi yang akan
memu-ngkinkan kita mendapatkan imbal hasil yang
lebih dari memuaskan, apabila kita (Prinsip #1)
memberikan ke-sempatan kepada waktu yang cukup
bagi bekerjanya in-vestasi kita.”
3. “Apabila saya melihat kinerja BBRI lima bulan lalu,
KETIKA KESEMPATAN ITU DATANG
ketika dihargai pasar Rp 3.900 (dan hari ini hanya
dihar-gai Rp 2.800-JS), dan kinerjanya terakhir
seperti yang di-tunjukkan Laporan Keuangan
Kwartal I/2018, saya memang termasuk yang
sering takjub pada apa yang ter-jadi di pasar.”
Apa yang terjadi pada harga pasar di dalam jangka
pendek, agak sulit untuk dikaitkan dengan kinerja BBRI.
Memangnya ada apa dengan BBRI dalam kurun waktu lima
bulan itu, yang dapat menjelaskan harganya turun dari Rp
3.900 di bulan Januari menjadi Rp 2.800 pada bulan Mei?
Selain itu, mengapa kemudian, hanya di dalam waktu dua
bulan, harganya kemudian naik (dari Rp 2.800 – JS) menjadi
Rp 3.500 pada minggu lalu (Minggu ke-2 bulan Agustus).
Jangan-jangan di minggu ini harga saham yang naik entah
kenapa itu, mungkin akan turun lagi (entah ke harga berapa),
dengan se-makin derasnya berita soal Turki. Siapa yang tahu?
Silahkan Anda ganti nama BBRI dengan perusahaan lain.
Fenomena seperti ini terjadi juga pada berbagai perusahaan lain-
nya. Baik yang tercatat di BEI, maupun di berbagai stock ex-
changes lainnya. Inilah apa yang disebut Graham, bahwa dalam
jangka pendek, pasar modal adalah voting machine. Pemben-tukan
harga di pasar di dalam jangka pendek akan ditentukan oleh
voting dari mereka yang ingin menjual dan membeli. Apa-bila
dalam kotak suara itu lebih banyak suara yang ingin menjual
dibanding yang membeli, maka tentunya harga saham akan turun.
Demikian pula sebaliknya, tergantung jumlah jemaah mana yang
lebih besar. What’s more simple than that?
Oleh karenanya, fenomena ini tidak harus dipandang seba-
176 177
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
DRY POWDER: OPPORTUNITY
DI MAJOR STOCK EXCHANGES
Dalam satu catatan saya sebelumnya tentang ULTJ, terdapat
pembahasan soal perlunya “dry powder” dalam berinvestasi.
Saya kutip sebagian dari catatan itu, khususnya yang
ber-kait an dengan soal dry powder:
“Opportunity cost seperti ini, sebenarnya tidak berbeda jauh
dengan posisi kita sebagai investor, yang harus mengalokasikan
sebagian dana sebagai dry powder. Jika kita menyisihkan dry pow-
der, misalnya ditempatkan dalam deposito, boleh jadi hal ini men-
gurangi ROI dari total equity portfolio kita. Ada opportunity cost
yang terpaksa harus kita tanggung, berupa ROI yang lebih
rendah, selama dry powder itu masih belum dimanfaatkan (Atau
disim-pan sementara didalam fixed income instruments, seperti
deposito atau SUN, dengan yield relatif rendah -JS). Namun kita
tidak dapat melihat pilihan ini hanya dari satu titik pandang saja.
Mengapa? Karena hanya dengan memiliki dry powder tadi
(yang dalam jangka pendek “mengganggu” ROI), maka kita
dapat melakukan investasi, setiap pasar datang menawarkan
ke-sempatan baik. Apabila terjadi koreksi pasar, opportunity
untuk membeli perusahaan yang baik – dengan harga yang
baik - hanya datang kepada mereka yang memiliki dry powder.
Dengan kemampuan kita yang bisa memanfaatkan peluang
baik, maka “ongkos” yang harus “ditanggung” dalam jangka pen-
dek itu tentu tidak lagi memiliki arti. Imbal hasil, karena kita
KETIKA KESEMPATAN ITU DATANG
dapat memanfaatkan opportunity (yang datang ketika
pasar sedang mabuk) sering melebihi ongkos temporer
yang harus di-tanggung.”
Penurunan temporer ROI (sebagai konsekwensi dari peng-
alokasian dana untuk dry powder), menjadi lebih relevan bagi
mereka yang tidak pernah menganggap “harga saham yang
turun di pasar dalam jangka pendek” sama dengan definisi
risiko di dalam berinvestasi . Fluktuasi harga di pasar menjadi
konsek-wensi yang normal dari konstruksi pembentukan harga
saham, yang “dipaksa” untuk terus-menerus berlangsung
setiap harinya di bursa. Bukan hal yang luar biasa.
Derap waktu pembentukan harga yang berlangsung setiap
saatnya itu, tentu saja berbeda dengan derap waktu yang dibu-
tuhkan perusahaan, dalam menjalankan kegiatan operasinya.
Kinerja perusahaan yang menerbitkan lembaran-lembaran
saham itu, memerlukan periode waktu yang menembus batas-
batas waktu hari, kwartal, bulan atau tahun. Kinerja waktu
yang diperlukan perusahaan itu bahkan banyak yang sudah
melebihi masa 25, 50 atau 100 tahun.
Apakah Apple Menarik? Bagaiman Dengan Facebook?
Berkaitan dengan dry powder ini, maka pertanyaan yang
di-ajukan @rharianta melalui inbox (yang jarang sekali saya
buka) menjadi relevan. Saya kutip inti dari pertanyaannya:
“Dear Pak Joel, kalau ada mood dan waktu untuk menulis di
SB - apakah bapak berkenan membahas kondisi market di US dan
potensi-potensi yang mulai ada di Capital Efficient compa-nies?
Kalau memakai referensi Equity Bond Valuation yang per-
200 201
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
nah bapak bahas di Stockbit beberapa waktu yang lalu,
keli-hatannya FB, AAPL terlihat menarik.”
Sebetulnya saya kurang tahu, apakah jawaban yang
akan saya berikan berikut ini masih relevan untuk
bagian terbesar ko-munitas Stockbit. Bukan apa-apa,
karena untuk menjawab per-tanyaan itu, tentu saya
harus mengalihkan pandangan dari emiten BEI (yang
menjadi perhatian bagian terbesar komunitas Stockbit).
Seperti sudah disampaikan, dengan informasi yang seka-
rang ini semakin mudah saya dapatkan tentang emiten BEI,
serta semakin transparannya bursa, dalam 4-5 tahun terakhir,
saya mulai memperbesar alokasi dana investasi untuk emiten-
emiten di BEI. Valuasi dan potensi pertumbuhan emiten BEI
pada satu sisi, serta valuasi berbagai perusahaan di major
stock exchanges yang meningkat tinggi – sebagai dampak dari
kebi-jakan moneter yang longgar – menjadi faktor lain, yang
men-dorong saya untuk menambah alokasi dana di BEI, serta
mengurangi bobot portfolio di major stock exchanges dalam
waktu 4-5 tahun ini. Ada pengecualian yang masih saya
lakukan, misalnya untuk saham Berkshire Hathaway.
Terjadinya koreksi di beberapa major stock exchanges,
menimbulkan minat saya untuk membuka kembali catatan-
catatan saya, yang berkaitan dengan beberapa perusahaan
yang pernah menjadi bagian dari portfolio saya. Dengan
membuka catatan-catatan itu, saya terdorong untuk
menginisiasi kembali sejumlah posisi pada sejumlah
perusahaan di major stock ex-changes dalam tahun 2019 ini.
Meskipun sejumlah nama emiten yang nanti kita bahas,
mungkin kurang relevan untuk bagian terbesar komunitas
KETIKA KESEMPATAN ITU DATANG
Stockbit, saya mengharapkan bahwa dialektika
pemikiran maupun prinsip-prinsip dasar yang digunakan
masih cukup rel-evan. Menurut hemat saya, prinsip-
prinsip dasar berinvestasi se-harusnya bisa berlaku
universal (Bukankah justru dengan alasan itu, mengapa
kita dapat menyebutnya sebagai sebuah prinsip?).
Dividen Yield 20% (In US Dollar)?
Tempatkan posisi Anda, jika saat ini Anda tidak memiliki dry
powder. Terjadinya koreksi besar-besaran di Amerika dan Eropa
sekarang ini, tentunya hanya dapat membuat Anda tergiur. Tanpa
dry powder, kita tidak dapat melakukan apa-apa.
Sekarang ini, apa yang sering saya sebut sebagai
World Dominating Companies (WDC), Capital Efficient
Companies (CEC), serta Dividend Aristocrats (DA), yang
nama-namanya sering saya pergunakan sebagai contoh,
menawarkan beragam opportunity. Opportunity seperti
ini, tidak sering datang meng-hampiri kita.
Sebelum kita berbicara tentang penurunan luar biasa
dari equity portfolio yang dikelola Buffett, sebagai
dampak dari ko-reksi yang terjadi, ada contoh kecil yang
dapat menunjukkan be-saran dari koreksi yang ini.
Hal ini, misalnya, dapat kita lihat pada apa yang terjadi
pada Washington Prime Group/WPG, yang merupakan salah
satu REITs (Real Estate Investmnet Trust). WPG digunakan
sebagai contoh, ketika saya membahas indikator-indikator
awal yang bisa membawa kita kepada emiten yang memiliki
potensi divi-den yield luar biasa, di bulan Nopember 2018.
202 203
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
Mari kita ambil contoh lain. Apabila niat Anda untuk meng-
ganti mobil Mercy Anda sekarang ini ditunda dahulu, kemudian
dana tersebut Anda gunakan untuk menjadi pemegang saham
Daimler (produsen mobil Mercy yang Anda mau beli itu), de-ngan
harga saat ini menawarkan dividen yield sebesar 7,95%.
Sedangkan deposit rupiah saja, Anda sulit mendapatkan
tawaran bunga setinggi itu, apalagi untuk denominasi mata
uang EUR. Dividen yield setinggi itu menjadi mungkin, karena
sekarang ini harga saham Daimler, EUR 45, sudah turun
sekitar 40% dari harga tertingginya.
Hal yang sama terjadi juga pada perusahaan saingan Daimler,
BMW. Saham dari kedua perusahaan ini diperdagangkan di Bursa
Frankfurt. Jika uang yang tadinya Anda rencanakan untuk mem-beli
mobil BMW, sekarang ini Anda alihkan karena lebih tertarik untuk
menjadi pemegang saham perusahaan yang membuat mobil BMW,
maka Anda bisa mendapatkan dividen yield 5,65%.
Koreksi harga saham BMW memang tidak separah diban -
dingkan koreksi harga saham Daimler. Harga hari ini, turun
sek-itar 28% dari harga tertinggi yang BMW pernah catat.
Selain itu, koreksi yang terjadi, menjadikan valuasi kedua
produsen mobil terkemuka dunia ini hanya dihargai dengan
EV/EBIT sekitar 9X saja. Hal ini membuat saya tertarik untuk
kembali mema-sukkan keduanya kembali dalam portfolio saya.
Namun, gambaran seperti ini masih belum tampak pada CEC
lain yang tercatat di Bursa Frankfurt juga, seperti Adidas atau Beis-
erdorf (produsen Nivea). Untuk dua perusahaan ini, niat untuk
memasukkan kembali ke dalam portfolio, kelihatannya belum
memungkinkan. Adidas, di harga EUR 186, setara dengan PER 23X
dari proyeksi EPS tahun depan, dengan dividen yield 1,42%.
KETIKA KESEMPATAN ITU DATANG
Dengan PEG Ratio masih sekitar 1,47, mudah-mudahan jika
terjadi koreksi susulan, membuat valuasinya semakin menarik.
Jika EV/EBIT-nya menembus 15X akan merupakan kandidat
saham yang dimasukkan kembali ke dalam portfolio saya.
Saya mungkin tidak pernah bisa kembali memasukkan
Beiserdorf. Bahkan dengan koreksi saat ini, perusahaan ini masih
dihargai dengan PER sekitar 27X proyeksi EPS-nya di tahun
depan. Dividen yield-nya juga relatif rendah, 0,77%, serta PEG
Ratio-nya membuat saya ciut karena masih di angka 3,2X.
Selain nama-nama di atas, masih ada perusahaan di bursa
Eropa lain yang cukup menarik perhatian saya . Salah-satunya
Unilever, yang juga sering saya singgung. Koreksi yang terjadi
sekarang ini, menawarkan valuasi EV/EBIT sekitar 17X dari
proyeksi EPS tahun depan. Dividen yield-nya juga cukup
menarik, 3,24%. Meski bukan apple to apple comparison,
dengan pertimbangan valuasi, selama ini saya memang selalau
lebih condong kepada Unilever dibanding Unilever Indonesia.
Dalam kelompok ini, saya juga tertarik untuk
mempertimbangkan kembali dua perusahaan lainnya seperi
Nestle (Bursa Swiss) dan Danone (Bursa Paris).
Selain Unilever, ada satu perusahaan lainnya di Bursa
Am-sterdam, yang cukup menarik perhatian saya, yaitu Royal
Dutch Shell. RDS memang selama ini tidak pernah sekalipun
masuk di dalam portfolio saya. Koreksi harga yang terjadi,
telah menu-runkan harga salah satu perusahaan oil terbesar
dunia ini, se-hingga bisa memberikan dividen yield 6,27%.
Untuk kelompok stalwart (dan cyclical), seperti Shell, angka
dividen yield-nya ini menjadikannya cukup menarik. Di-viden
yield ini lebih baik dibandingkan dengan yang ditawarkan
222 223
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
yang mereka lakukan juga besar. Oleh karena itu, tidak
mungkin mereka memiliki minat untuk berinvestasi
pada small caps atau perusahaan-perusahaan yang
sahamnya tidak aktif diperdagangkan.
Kita, individual investor, tentunya bebas memilih, dan hal
ini sangat tergantung kepada sasaran dan kondisi investasi
kita. Untuk mereka yang memiliki orientasi yang sama
pendeknya, tentu dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh
para institutional investors besar ini. Gerak mereka bisa
menjadi panduan. Ke mana mereka pergi, diikuti saja.
Namun demikian, bagi individual investor yang tidak harus
dibebani lagi oleh kebutuhan jangka pendek, terdapat kesem-patan
untuk bisa menemukan berbagai saham dengan nilai yang
menarik. Nilai yang menarik ini bisa terjadi karena terbentuknya
distorsi harga sebagai akibat tidak tertariknya para pelaku yang
mendominasi pasar seperti diterangkan di atas. Dengan time
frame-nya yang juga begitu pendek, perusahaan-perusahaan itu
bisa jadi menjadi sangat berisiko untuk mereka. Namun bagi in-
dividual investors yang memiliki kemewahan berinvestasi de -
ngan time frame jangka panjang, definisi risiko lantas memiliki
arti lain. Apa yang dianggap berisiko dalam jangka pendek, bisa
jadi memberi hasil sangat memuaskan dalam jangka panjang.
Inilah juga sebabnya, dalam salah satu catatan saya,
dari tiga prinsip dasar investasi, memberikan
kesempatan kepada waktu yang cukup memadai untuk
bekerjanya investasi, ditempatkan sebagai Prinsip #1.
BIARKAN WAKTU MENJADI TEMAN
HOLDING PERIOD YANG SEMAKIN PENDEK
Sekali lagi, karena masih terbatasnya studi tentang perilaku
di pasar modal kita, saya melihat studi tentang korelasi yang ter-
jadi antara risiko dan time frame investasi kita di pasar Amerika.
Studi ini dibuat oleh Roger G. Ibotson dan Duff & Phelps dalam
buku mereka “2107, Stocks, Bonds, Bills, and Inflation Year Book”.
Studi ini menunjukan persentase kerugian yang terjadi
berdasarkan setiap holding period (time frame) yang dipilih.
Populasi data yang dipakai cukup panjang, mencakup periode 91
tahun, yaitu dari 1926 sampai 2016.
Time Frame/ Holding S&P 500
Small Caps
Period(Tahun)
1 26% 31%
3 17% 24%
5 14% 14%
10 5% 2%
Dari data-data di atas dengan jelas menunjukkan,
bahwa jika semakin lama holding period, atau time frame
investasi kita, maka semakin kecil juga persentase tahun
di mana kita meng-alami drawdown.
Jika dalam kurun waktu 91 tahun itu (1926-2016)
Anda memberikan instruksi kepada broker Anda untuk
membeli saham di awal tahun, dan kemudian
menjualnya di akhir tahun, maka ada 24 tahun dari 91
tahun itu (26%) Anda mengalami kerugian.
250 251
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
antusias, dan dianalisa dengan cepat karena pasar terus
saja bergerak. Seakan jika tidak memiliki jawaban atas apa
yang disukai pasar, atau tidak berpartisipasi dengannya,
kesung-guhan kita dalam berinvestasi patut dipertanyakan.
Saya cenderung memilih yang pertama, karena untuk
yang kedua ini, saya tidak memiliki kapasitas cukup
untuk mem-berikan jawabannya. Apa pun pilihannya,
usahakan untuk dapat menerapkan pilihan Anda tadi
secara konsisten. Seperti dikatakan Benjamin Graham:
Investing is not about beating oth-ers at their game. It is
about controlling yourself at your own game.
Hope it helps.
(Ditulis dan dipublikasikan di Forum Stockbit pada
tanggal 19 November 2017)
BIARKAN WAKTU MENJADI TEMAN
DIVERSIFIKASI ATAU HANYA SATU SAHAM SAJA
Catatan ini, untuk menjawab pertanyaan yang diajukan di
Forum Stockbit tanggal 30 Desember 2017. Mengingat pen-
tingnya pertanyaan yang disampaikan, tentunya tak bisa
dijawab secara singkat. Akan membutuhkan uraian secara
meluas atas tiap permasalahan. Atas dasar tersebut maka
jawaban disam-paikan secara bertahap dalam beberapa bagian.
Kami kutip pertanyaan dari member Forum Stockbit
@saadah.
Assalamualaikum, Pak. Perkenalkan nama saya
Sa’adah. Usia saya masih 25 tahun. Saya barusaja
memiliki momongan. Dan, saya sangat bersyukur telah
kenal pasar modal sejak ku-liah.
Sejujurnya, saya malu ingin bertanya kepada Bapak karena
melihat pertanyaan dari rekan-rekan di sini sepertinya sudah
kelas kakap layaknya profesional. Memahami pertanyaannya pun,
saya sampe kadang ndak ngerti. Tapi, apa boleh buat. Karena
beberapa hari ini saya banyak pertanyaan dan saya cari
276 277
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
nya (IHSG). Namun dengan berinvestasi melalui
EIDO, sementara kita tetap memiliki exposure ter-
hadap Indonesia, kita sudah terproteksi dari potensi
fluktuasi atau volatility USD/Rupiah di masa
mendatang. Pilihan ini akan menjadi lebih rele van,
untuk mereka yang memiliki basis deno-mi nasi
Dollar dalam investasinya. Dengan demi-kian, naik
turunnya kinerja investasi itu, netral terhadap
volatilitas yang terjadi pada USD/Rupiah.
Hope it clarifies.
BIARKAN WAKTU MENJADI TEMAN
BREXIT: SEBUAH CONTOH LAIN TENTANG
MARKET MADNESS DAN PRINSIP TRAILING STOP
Apakah ada pedoman yang bisa digunakan kapan sebaiknya
menjual saham yang kita miliki? Bagaimana pedoman untuk
melakukan cut loss, khususnya jika terjadi market madness?
Market madness alias kegilaan pasar bukan hanya sekali
ini saja harus dihadapi investor di pasar modal. Daftar panjang
penyebab kegilaan pasar ini, baik yang bersifat lokal, regional
maupun global telah menjadi bagian dalam perjalanan bursa.
Kita sebut saja beberapa contoh: kegaduhan politik, adanya
teror bom, meledaknya krisis perumahan dan moneter, soal
cicak lawan buaya, pengetatan likuiditas, penguatan kurs US
Dollar, fluktuasi harga minyak dan harga komoditas lainnya,
masalah suku bunga serta defisit ganda neraca perdagangan
dan neraca berjalan. Dan masih banyak lagi alasan lainnya.
Namun demikian, kita tahu, jika kita menarik garis panjang
indeks bursa dalam hitungan tahun, maka grafik itu berjalan
lurus ke atas. Indeks yang berawal dari 100, 200 naik ke 400, terus
600 dan demikian seterusnya sampai ke tingkat 5.000-an. Garis
panjang indeks tersebut dalam hitungan 5,10, 15, 20 tahun hanya
satu arah: ke atas. Tidak ada arah lain. Apabila kita menarik garis
panjang melewati hitungan tahun, koreksi pasar yang terjadi
sebagai akibat dari krisis dan kisruh – atau apa pun namanya itu
– hanya menjadi titik dan lekukan kecil dari garis panjang itu.
Dan semakin panjang waktu yang kita gunakan dalam grafik itu,
maka semakin tidak kelihatan lagi lekukan nok-
330 331
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
MUNGKINKAH
MENDAPATKAN MULTIBAGGER
DI BURSA EFEK INDONESIA?
A. INDIKA ENERGY
A STORY OF MULTY BAGGER – PERIODE BOOM
DAN BUST DARI CYCLICAL COMPANY
Commodity companies, yang berkarakter cyclical, bukan
merupakan emiten favorit saya di dalam berinvestasi. Namun demikian, justru dengan karakternya yang cycli- cal ini, potential return yang ditawarkan jenis perusahaan
seperti ini bisa jauh melebihi imbal hasil normal. Atas dasar ini, jika pasar menawarkan kesempatan baik untuk berinvestasi di commodity company, ada baiknya kita tidak langsung meng- abaikannya. The return is way too good to be avoided. Apalagi jika kita juga sudah memiliki downside protection. Namun tim- ing menjadi sangat krusial saat kita berinvestasi dalam commod-
ity based companies, yang bersifat price taker ini.
343
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
Kembali ke Indika. Saat ini market cap perusahaan
(dengan harga saham Rp 120 – JS) sudah rontok dari harga
tertingginya sekitar Rp 22 triliun menjadi Rp 600 milyar. Saya
tidak pernah menganggap harga yang terjadi di bursa dengan
volume transaksi yang relatif sangat kecil dibanding market
cap meru-pakan nilai yang dapat mencerminkan “true value”
perusahaan. Apa ukurannya? Gampang: Karena jika saya
punya uang Rp 600 milyar dan saya bilang sama semua
pemegang saham Indika (termasuk pemegang saham
pengendali) bahwa saya mau mem-beli semua saham mereka,
sehingga saya menjadi pemilik 100% Indika, saya yakin
mereka akan menolak dan mungkin memaki-maki saya, sambil
bilang, “Sini, saham milik kamu saja yang saya beli.”
Karena dengan membayar Rp 600 milyar itu, maka saya lan-
tas menjadi pemegang 100% saham Indika, dengan sales sekitar
USD 1 milyar tahun ini. Uang kas 400 juta dollar (ekivalen Rp 5,6
triliun) di dalam perusahaan tentu beralih menjadi milik saya.
Jadi kalau untuk membeli 100% saham Indika saya bayar Rp 600
milyar, maka uang Rp 5,6 triliun itu punya saya dong. Hi-tung-
hitung bersih, saya bukannya keluar Rp 600 milyar, malah dapat
uang kas baru sebesar Rp 5 triliun. Lumayan.
MUNGKINKAH MENDAPATKAN MULTIBAGGER DI BURSA EFEK INDONESIA?
Tentu saja saya tidak lupa, kalau saya juga harus menang-
gung hutang bank yang ada di perusahaan, yaitu sekitar USD 275
juta hutang bank dan USD 800 juta berupa obligasi (jatuh tempo
2018 dan 2023). Jangan lupa, bahkan dalam kondisi harga
komoditi yang lagi hancur seperti sekarang ini, Indika masih
menerima dividen dari anak usahanya sebesar USD 91 juta (atau
dua kali lipat dari nilai market cap-nya Indika saat ini). Dari USD
91 juta itu, USD 65 juta berasal dari Kideco (jauh turun di bawah
dividen zaman normal sekitar USD 200 juta).
Angka-angka di atas tentu harus disesuaikan dengan
pro-gram Indika untuk melakukan pembayaran obligasi
dipercepat USD 300 juta dengan diskonto. Program yang
terus terang saja tidak saya pahami. Karena dalam kondisi
seperti sekarang ini, mempertahankan dan memperkuat
likuiditas harusnya meru-pakan program/prioritas utama.
Jika saya menjadi pemegang saham pengendali atau
mana-jemen perusahaan, maka saya:
c) Tidak akan menggunakan likuiditas itu untuk membeli
kembali obligasi (yang baru akan jatuh tempo tahun
2018). Akan memberikan nilai lebih untuk pemegang
saham, jika yang dilakukan adalah program share buy-
back. Bayangkan dengan harga saat ini, perusahaan bisa
membeli kembali seluruh sahamnya hanya dengan USD
50 juta atau hanya sekitar 12,5% dari uang kas yang
dimiliki perusahaan. Karena pemegang saham pengen-
dali memiliki 60%, berarti dana yang dibutuhkan jauh
lebih kecil lagi, hanya USD 20 juta.
d) Katakanlah dengan kondisi buruk seperti saat ini,
dalam beberapa tahun ke depan dividen yang diterima
352 353
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.
Maaf, halaman ini tidak termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di buku lengkapnya.
Catatan Serial JOELIARDI SUNENDAR di Stockbit 1
saham di bursa. Dia tahu persis, bahwa harga di pasar
lazimnya merupakan harga yang berada jauh di bawah
harga yang mungkin harus dibayarnya, jika dia membeli
100% kepemilikan saham perusahaan.
The rest is history. Ketika 9-12 bulan kemudian terjadi per-
baikan harga batubara, dan smart-money sudah “boleh” lagi
membeli saham perusahaan batubara, Anda dapat melihat apa
yang terjadi dengan harga sahamnya. Harga saham sempat men-
capai tertingginya di Rp 3.400 pada bulan Februari 2018. An-other
multi bagger dalam kurun waktu sekitar dua tahun.
Rasa pesimisme berubah menjadi euphoria. Ketika eupho-ria
ini disulut dengan berbagai rekomendasi dari sejumlah big-
securities, the history always repeats itself. Kenaikan harga saham
HRUM disertai dengan peningkatan volume, karena smart money
sudah ikut berpartisipasi. Apabila Anda berpartisi-pasi dalam
sebuah pesta, di mana pesta itu semakin malam men-jadi semakin
meriah, pastikan saja bahwa Anda tidak masuk di dalam gerbong
terakhir. Boleh jadi mereka yang berada di rom-bongan terakhir
ini yang terpaksa harus mencuci piring bekas pesta. Apalagi jika
karakter perusahaan adalah price-taker,
MUNGKINKAH MENDAPATKAN MULTIBAGGER DI BURSA EFEK INDONESIA?
seperti perusahaan di bidang pertambangan. Perusahaan
dalam kelompok ini tidak memiliki kekuatan untuk bisa
menentukan sendiri harga jualnya. Mereka harus mengikuti
harga yang didikte pasar. Pastikan Anda berada pada cycle
yang tepat. This kind of company can make you tons of
money, but can also make you lose your shirt too.
368 369
Maaf, halaman ini tidak
termasuk dalam
Cuplikan. Silahkan lihat di
buku lengkapnya.