daftar isi - lptp surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai...

50

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

20 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck
Page 2: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

i

DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Pengantar ii

1 Aksi Kolektif Dalam Pelestarian Sungai Pusur – Kabupaten Klaten 1

2 Penataan Dan Pengelolaan Kawasan Produktif Secara Terpadu Dan Berkelanjutan Di Area Das Serayu – Kabupaten Wonosobo

15

3 Pengelolaan Sampah Di Kampung Nelayan – Kabupaten Tuban 20

4 Membangun, Mengelola & Memberdayakan Sistem Informasi Desa (SID) – Kabupaten Bojonegoro

36

Page 3: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

ii

4 PROGRAM LPTP DI 4 KABUPATEN TAHUN 2019

PENGANTAR

Sejak berdiri pada November 1978 hingga sekarang, LPTP melaksanakan berbagai program dengan fokus utama pemberdayaan masyarakat. Dari era teknologi tepat guna yang populer pada tahun 80-an hingga sekarang memasuki era teknologi digital, konsep pemberdayaan dan keberpihakannya pada mereka yang rentan dan terpinggir tidak ditinggalkan. Meskipun demikian berbagai perubahan untuk menyesuaikan zaman yang berubah dan berkembang cepat tetap disikapi.

Pada November 2019 lalu, LPTP genap merayakan 41 tahun perjalanannya bekerja bersama masyarakat dan untuk masyarakat. Fasilitator LPTP yang tersebar di berbagai daerah memaparkan program kerja yang sedang dilaksanakan pada anggota komunitas LPTP yang hadir pada agenda ulang tahun itu. Tidak semua program yang sedang berjalan disampaikan, hanya 4 program yang sedang berjalan pada tahun 2019 di 4 kabupaten.

Berikut resume dari berbagai program di 4 kabupaten yang disampaikan oleh fasilitator masing-masing daerah itu.

Page 4: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

1

LPTP STASIUN KLATEN

AKSI KOLEKTIF DALAM PELESTARIAN SUNGAI PUSUR

Page 5: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

2

Niken Prihartari, fasilitator LPTP di Klaten

1. LATAR BELAKANG

Secara fisik sungai Pusur mengalir dalam wilayah sub-DAS Pusur yang secara administrasi, bagian hulu

berada di wilayah Kabupaten Boyolali dan wilayah tengah serta hilir masuk ke dalam wilayah administrasi

Kabupaten Klaten. Pengelolaan sungai Pusur dari wilayah hulu, tengah dan hilir sangat mempengaruhi

perikehidupan masyarakat seperti kegiatan pertanian, perikanan, industri, wisata dan lain sebagainya,

sehingga dalam pengelolaan sub-DAS Pusur tidak bisa dibatasi oleh wilayah administrasi.

Berdasarkan administrasinya sungai Pusur melintas di lima desa bagian hulu, 9 desa bagian tengah dan 8

desa bagian hilir. Keberadaan debit air disungai Pusur dipengaruhi oleh dua mata air yaitu mata air Cokro

dengan kapasitas 1.200 ltr/dt dan mata air Sigedang dengan kapasitas 140 ltr/dt. Air dari sumber itu

mengalir ke kanal Kapilaler dan sebagian masuk ke sungai Pusur. Penerima manfaat terbesar dari sungai

Pusur terdiri dari 12.000 petani yang bercocok tanam pada areal seluas kurang lebih 3000 Ha (data studi

CIRAD, 2009), sehingga sungai Pusur berkontribusi cukup tinggi terhadap ketahanan pangan di wilayah

Kabupaten Klaten. Kondisi terkini khususnya yang terjadi pada wilayah kecamatan Polanharjo bahwa

sungai Pusur juga sudah menjadi destinasi wisata baru yaitu wisata tubing yang dikunjungi wisatawan dari

berbagai wilayah Indonesia.

Dari semua potensi dan peluang yang muncul dengan keberadaan sungai Pusur ini juga berpotensi

terhadap tekanan dan kerusakan ekosistem sungai Pusur itu sendiri baik tekanan secara alami maupun

akibat dari aktifitas manusia yang mengabaikan kaidah pelestarian sungai, sehingga pengelolaan yang

terintegrasi dengan partisipasi serta kolaborasi dari para pihak sangat dibutuhkan untuk kelestarian dan

keberlanjutan ekosistem sungai Pusur bagi generasi kini dan mendatang.

Secara morfologis sungai Pusur masih tergolong sungai yang alami dengan aliran yang berkelok-kelok dan

bertebing curam terutama di bagian tengah sampai hulu. Di bagian ini pula dari kiri-kanan sepadan

sungainya masih didominasi oleh pepohonan dan perdu maupun areal persawahan atau ladang. Sub-DAS

Pusur terbagi ke dalam wilayah hulu, tengah dan hilir yang didalamnya mengalir sungai Pusur yang

melintasi dua kabupaten dan memanjang sepanjang kurang lebih 30 Km. Sungai ini berhulu di desa Sruni

Page 6: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

3

Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali dan bermuara di desa Boto Kecamatan Wonosari sampai dengan

desa Serenan Kecamatan Juwiring, kemudian bermuara di sungai Bengawan Solo. Masing-masing wilayah

memiliki karakter yang berbeda baik secara fisik, vegetasi maupun sosialnya. Pada wilayah hulu berbatasan

dengan taman nasional Gunung Merapi (2.911 M) dan kegiatan pertanian didominasi dengan tanaman

sayuran dan tembakau. Tata guna lahan wilayah tengah terdiri dari pola agroforestry dengan kombinasi

ternak besar dengan kegiatan penggemukan dan pemerahan susu sapi. Tata guna lahan wilayah hilir terdiri

dari irigasi perimeter untuk pengairan persawahan yang luas.

Demografi pertumbuhan penduduk pada tiga sub wilayah hulu, tengah dan hilir DAS Pusur, pola pertanian,

perikanan, industri dan kegiatan rumah tangga akan berpengaruh pada kuantitas, kualitas dan

keberlanjutan sumberdaya air di sub-DAS Pusur itu sendiri dan perilaku yang terjadi di wilayah hulu, tengah

dan hilir itu memiliki keterkaitan satu wilayah dan lainnya sehingga pendekatan pengelolaan perlu

dilakukan secara holistik dan terintegrasi.

2. Tujuan

Ada 3 tujuan dalam Aksi Kolektif Para pihak dalam Pelestarian Sungai Pusur antara lain :

a. Tujuan Jangka Panjang

Meningkatkan tata kelola daerah imbuhan (recharge area) dan kawasan sub DAS Pusur untuk

menjamin kelestarian sumberdaya air dalam mendukung sumber-sumber penghidupan masyarakat

yang berkelanjutan (Periode 2018 sd 2030).

b. Tujuan Jangka Menengah

• Menurunkan run off sejumlah dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi

masyarakat kawasan sub das pusur

• Membangun kemitraan multipihak dalam pengelolaan kawasan sub das pusur

• Menumbuhkan inisiatif pengembangan usaha ekonomi dari aktivitas konservasi

c. Tujuan Jangka Pendek

• Perluasan tutupan lahan dengan tanaman tutupan lahan dan tanaman penguat tanah.

• Terbangun tindakan sipil teknis untuk meningkatan resapan air.

• Mengembangkan sekolah lapangan (SL) konservasi.

• Membangun jaringan sekolah lapangan.

• Membentuk forum multipihak yang berperan aktif mendukung konservasi kawasan sub das pusur.

• Melakukan advokasi dukungan kebijakan dari pemerintah desa.

• Melakukan advokasi kebijakan ke pemerintah kabupaten.

Page 7: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

4

• Memfasilitasi pengembangan sumber-sumber pendapatan baru atau alternative dari kegiatan

konservasi di sector pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, pendidikan, industri rumah

tangga.

• Edukasi wisata konservasi pengembangan industri souvenir.

3. Metodologi dan Pendekatan

• Participatory Action Research (PAR):

• Warga setempat sebagai peneliti dan pelaku utama langsung, sekaligus pengorganisir sesama

warga (community organizers).

• Pelaksana program dari LPTP sebagai fasilitator dan rekan peneliti (co-researcher) bagi para

warga setempat.

• Semua analisis dan keputusan bersama berdasarkan data dan pembuktian lapangan yang

teruji, baik menurut kearifan lokal maupun ilmu pengetahuan.

• Pendekatan agro-ecosystem & kawasan terpadu:

Mengembangkan rakitan teknologi stabilisasi lahan dan usaha tani konservasi dengan merekayasa

unsur-unsur bio-fisika yang sesuai dengan kondisi setempat (specific location), yang mampu

mengendalikan erosi dan sekaligus memberikan hasil yang tinggi.

4. Hasil

Pada tahap awal Kegiatan PUSUR INSTITUTE difokuskan pada wilayah tengah sub-DAS yang terfokus di

kecamatan Polanharjo. Pertimbangan ini didasarkan pada beragam kepentingan yang ada diwilayah

tersebut dan sangat terkait dengan sungai Pusur. Namun di wilayah hulu secara terpisah juga di

intervensi dengan kegiatan-kegiatan yang lebih diarahkan kepada kegiatan konservasi dan penjagaan

wilayah recharge area yang akan berpengaruh kepada kuantitas, kualitas serta keberlanjutan

sumberdaya air bagi wilayah tengah dan hilirnya. Pada waktunya seiring dengan kebutuhan ditingkat

tapak untuk menghubungkan inisiatif yang berada diwilayah hulu, tengah dan hilir akan dijahit menjadi

satu konsep pengelolaan sub-DAS Pusur yang terintegrasi.

Gambaran aktifitas yang sedang dilakukan oleh berbagai komunitas disekitar sub-DAS Pusur yang

berada dibawah payung PUSUR INSTITUTE adalah sebagai berikut :

a. Program kali bersih melalui pengelolaan sampah terpadu

Page 8: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

5

Program kali bersih melalui pengelolaan sampah terpadu di

Kecamatan Polanharjo yang berbatasan dengan sungai Pusur.

Sampai saat ini telah terbentuk 16 bank sampah dengan total

nasabah 480 orang. Pengelolaan sampah dilakukan berbasis sampah

rumah tangga yang dipilah sebagai sampah layak jual, layak kreasi

dan layak buang sehingga pada akhirnya volume yang terbuang ke

TPA akan semakin kecil dan diharapkan potensi pembuangan sampah ke sungai Pusur dapat ditekan.

Disisi lain sampah-sampah yang layak kreasi dimanfaatkan menjadi produk-produkkreasi daur ulang

sampah baik yang memiliki nilai estetika maupun nilai guna seperti, tas wanita, tas laptop, tutup

gallon, sandal, fashion dan lainnya. Saat ini komunitas bank sampah mulai tumbuh dengan salah satu

indikator perkembangan omset bank sampah.

b. Program River Care melalui pengembangan wisata tubing

Komunitas ini pada awalnya di inisiasi oleh 10

generasi muda yang memiliki hobi

berpetualang disungai sambil menjaga

kebersihan sungai dan didukung oleh para

pihak lain seperti pemerintah desa, kecamatan

dan swasta. Saat ini sudah ada 4 wisata tubing

di Pusur Institute yaitu RTPA, Watukapu, River

Moon dan Banyu Gemlinding. Rata-rata setiap

minggu selalu menerima kunjungan rombongan tamu dengan pendapatan setiap bulannya mencapai

5 juta. Dampak ekonomi yang bermula dari kepeduliaan bersih sungai ini juga dirasakan oleh ibu-ibu

yang tinggal di sekitar wisata tubing ini karena mendapatkan tambahan penghasilan untuk mengelola

paket konsumsi para tamu.

c. Sekolah Lapang Petani

Dilakukan oleh Gapoktan se-Kecamatan Polanharjo untuk

mengelola potensi yang bersumber dari kegiatan

pertanian yang mana sebagai penerima manfaat terbesar

pada wilayah tengah sub-DAS Pusur sehingga melalui

sekolah lapang petani dan didirikannya laboraturium

lapang di desa Polan dan klinik pertanian di desa

Karanglo. Dua laboraturium pertanian yang menjadi

Page 9: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

6

tempat petani belajar dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta kesadaran petani dalam

mengelola lahan budidaya pertanian (padi) dengan ramah lingkungan.

d. Membangun Jaringan Sekolah Lapang

Forum Sub DAS Pusur di Deklarasikan pada tanggal 8 Desember 2018 oleh Bupati Klaten.

Berkembang sampai menjadi salah satu Komunitas Peduli Sungai (KPS) yang cukup dikenal oleh

pegiat lingkungan. Dengan membangun jaringan sekolah lapang komunitas Hulu sampai Hilir. Pada

bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring.

Transeck di awali kawasan hulu sampai dengan hilir dengan melibatkan OPD Klaten, Boyolali, UNS,

UGM, Media, Relawan, Pegiat sungai dan lingkungan dan Mitra CSR PT. TIV Klaten.

e. Konservasi Kawasan Hulu

Konservasi kawasan hulu dilakukan karena adanya problematika seperti degradasi hutan dan lahan,

tanah Porous sebagai daerah tangkapan air, tidak ada mata air, ancaman bencana longsor, ekploitasi

tambang GALIAN C. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Konservasi vegetatif

o Kegiatan vegetatif dilakukan dengan penanaman

tanaman keras / tahun dari tahun 2017-2018 dengan

jumlah tanaman 65.982 pohon. Kegiatan ini kolaborasi

dengan Kodim Boyolali, BPDAS Serayu Opak Progo,

BPDAS Bengawan Solo, Dinas Pertanian Boyolali ,

pelaksanaan penanaman di hadiri oleh Wakil Bupati

Boyolali, Sekda Boyolali, Dandim Boyolali, Kepala DLH Boyolali, Muspika Musuk, tim TAGANA

Boyolali, SAR Boyolali, PT. TIV Klaten, LPTP, Media, Pemerintah Desa, Tokoh masyarakat dan

warga masyarakat Mriyan khususnya Montong, Gumuk, Gobumi. Terpasang label pada

tanaman dan sign board, tanman terinput database pohon dalam system database on line

pada tanaman buah Alpukat, kepel, kesemek, dan mangga. Dalam sign board tercantum jenis

tanaman, waktu penanaman, lokasi & titik koordinat blok penanaman

o Tertanam tanaman kopi sebanyak 4.500 batang di desa Mriyan.

o Tertanam anggrek sebanyak 216 anggrek hibrid dan 45 anggrek spesies :

• Budi daya anggrek secara kolektif berada di masing – masing rumah tangga

• Adopsi anggrek lokal ke kawasan TNGM dengan sistem adopter

• Berada di Dukuh Gumuk Desa Mriyan Kecamatan Tamansari Kab. Boyolali

• Anggrek hybrid yang berhasil dibudi dayakan jenis anggrek bulan dan dendro

• Anggrek yang mulai dalam proses ujicoba adopsi adalah vanda tree colour

Page 10: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

7

• Melibatkan kelompok Karya Muda, Kelompok Wanita Tani Sekar Dewani, KABID

Pemberdayaan masyarakat BNPB, dan LPTP

• Tertanan bunga krisan sebanyak 69.200 bibit di 5 green house selama tiga tahun terakhir

2. Pengembangan Sekolah Lapang

Ada beberapa kegiatan dalam sekolah lapang antara lain :

• Pelatihan konservasi air yang melibatkan desa – desa bantaran Sub Das Pusur.

Pelatihan dilakukan bersama seluruh perwakilan masyarakat bantaran sungai dari bagian hulu

Sub DAS Pusur. Dilaksanakan untuk menyusun strategi konservasi yang sesuai dengan kondisi

Sub DAS Pusur. Diikuti oleh 3 desa dari Desa Mriyan, Desa Pagerjurang, dan Desa Mundu. Hasil

dari pertemuan adalah teridentifikasi kondisi terkini masing – masing desa, munculnya teknik

konservasi yang sesuai dengan kondisi masing – masing, muncul jaringan bersama untuk

berkolaborasi dalam pelestarian Sungai Pusur.

• Sekolah Lapang Kopi

Terlaksana Fasilitasi pertemuan Sekolah

Lapang Kopi, kegiatan diikuti oleh 10

peserta di Dusun Gumuk, Desa Mriyan,

pertemuan dilakukan anjangsana di rumah

anggota. Hasil: terbentuk satu kelompok

SL kopi dengan anggota 10 orang, ada

kesepakatan pertemuan rutin setiap bulan

sekali, menyusun jadwal pertemuan,

menyusun kurikulum. Internal kelompok terkendala konflik social tentang pengelolaan lahan

kas desa (antara penyewa kas desa yang telah habis masa sewa dengan pemerintah desa).

• Sekolah Lapang Anggrek

Sekolah Lapang Anggrek dilakukan sejak tahun 2017, berlokasi di Dukuh Gumuk Desa Mriyan

Kec. Tamansari Kab.Boyolali. Diikuti oleh 11 petani yang tergabung dalam kelompok tani Karya

Muda.. Hasil : Pada fase I mulai dengan mengenal tanaman anggrek, pada fase II mulai dengan

ujicoba pengembangan budidaya anggrek, terlaksana 8 kali SL anggrek selama satu tahun di

Dukuh Gumuk, terlaksana update database anggrek dan pemilahan tanaman anggrek jenis

species dan hybrid di 3 Green House. terlaksana pelatihan pembuatan nutrisi organik bersama

expert untuk pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman anggrek di lakukan pada 17

September 2019 di hikuti oleh 12 anggota kelompok Karya Muda, terlaksana ujicoba aplikasi

Page 11: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

8

perbandingan pertumbuhan tanaman anggrek dengan nutrisi organik dan kimia (quick grown)

untuk jenis hybrid (Dendro) umur baby dan siap bunga. Terbangun satu unit green house (GH)

baru dengan ukuran 5 x 3 m² di lahan anggota, untuk tanaman anggrek bibit baru, total ada 4

GH anggrek.

• Sekolah Lapang krisan

Bunga krisan dikembangkan sejak tahun 2016, berlokasi di Kadus III dusun Montong, desa

Mriyan. Berkembang bersama Kelompok Wanita Tani Sekar Dewani sebanyak 15 perempuan.

Dimulai dari 1 green house sebagai demplot pusat belajar kelompok dan berkembang pada

2017 sebanyak 9 green house. Tahun 2019 ada perluasan sekolah lapang krisan baru di Kadus I

dusun Kayulawang, desa Mriyan. Hasil : terlaksana 8 kali SL krisan selama satu tahun baik di

kelompok krisan lanjutan maupun di kelompok krisan baru, tersusun draft kurikulum dan

jadwal kegiatan SL selama satu tahun, pengamatan rutin dan kendala di dalam kelompok.

• Kampung Wisata Energi

Kegiatan yang sudah dilakukan di Kampung Wisata Energi Mundu antara lain :

Pengembangan/Replikasi Arisan Biogas kepada keluarga penerima manfaat baru

Workshop Persiapan Pembentukan Asosiasi Pemilik Biogas

Dalam menyiapkan kebutuhan (perlengkapan dan peralatan pengembangan biogas)

bersama dimana semua pengguna biogas masuk dalam satu organisasi. Salah satu inisiatif

yang difasilitasi oleh LPTP Surakarta mulai mendorong pengguna biogas baik yang berada

di lokasi Desa Mundu dan Desa di sekitarnya. Tujuan dari pembentukan paguyuban biogas

ini adalah untuk mempersiapkan warga yang berminat dan terlibat aktif kedepan. Aturan

main dan peraturan dalam asosiasi pengguna biogas ini. Agar pengguna biogas tidak serta

merta dalam merawat biogas. Ada pemenuhan secara teknis dan instalasi energy skala

rumah tangga.

Pelatihan Pemanfaatan Slurry untuk Tanaman Sayur

Kegiatan terlaksana dua kali. Pertemuan di gubug Dungus dengan dihadiri 27 orang pemilik

biogas, 1 orang nara sumber, 2 orang dari POLSEK Kec. Tulung, 4 orang fasilitator LPTP, 1

orang perangkat desa, 1 orang dari PT. TIV Klaten.

Stimulan Untuk Arisan Biogas

Dalam rangka menunjang penyebarluasan teknologi biogas tampaknya memang harus

kembali menggerakan budaya lokal yang bernada gotong – royong. Kembali menghidupkan

Page 12: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

9

arisan sebagai budaya lokal yang tidak pernah hilang dari sisi kehidupan masyarakat.

Sedikit demi sedikit memang harus didorong untuk menambah pemilik seklaigus pengguna

biogas. Tujuan dari memunculkan stimulan dari arisan biogas ini adalah untuk memastikan

tambahan dari pengguna biogas. Dengan sistem arisan dan suplay subsidi silang yang

sering diterapkan oleh LPTP Surakarta. Sejak dimulainya program mulai Juni 2016 sampai

Maret 2017 sudah ada 7 unit biogas yang menyebar sebagai stimulant arisan biogas.

Sebaran tersebut ada di Desa Mundu 4 unit dan Desa Kembangsari Kecamatan Musuk,

Boyolali. 3 unit. Sebagian dari dana subdsidi silang yang sengaja diterapkan sebagai dana

awal pengembangan paguyuban biogas yang sejatinya akan dikonsepkan sebagai koperasi

yang berhubungan dengan teknis biogas maupun perlengkapan biogas.

Pertemuan Arisan Biogas Satu Bulan Sekali

Dalam rangka menunjang menyebarluaskan teknologi biogas tampaknya memang

haruskembali menggerakan budaya lokal yang bernada gotong – royong. Kembali

menghidupkan arisan sebagai budaya lokal yang tidak pernah hilang dari sisi kehidupan

masyarakat. Sedikit demi sedikit memang harus didorong untuk menambah pemilik

sekaligus pengguna biogas. Pertemuan ini bermaksud untuk memperkenalkan kembali

teknologi biogas ini kepada masyarakat lainya. Hal ini, dikarenakan biogas yang

berkembang masih berada di satu wilayah saja. Melalui kelompok arisan inilah nantinya

akan menjadi motor penggerak bagi masyarakat lainnya.

Pengelolaan dan Diversifikasi Olahan Susu, Pupuk Organik dan Biogas

Pelatihan olahan susu terletak di Dukuh Dungus Desa Mundu Kecamatan Musuk

Kabupaten Klaten. Bersama dengan kelompok wanita tani Margo Mulyo sebanyak 15

peserta aktif dalam mengikuti pelatihan olahan susu ini. Selain itu, Universitas Sebelas

Maret juga menjadi expert dalam memberikan alternatif lain produk yang lebih kreatif.

Beberapa produk yang sudah dipraktekan adalah sabun susu, kerupuk susu, dan juga

permen susu yang sebelumnya sudah pernah dilakukan. .

Terbangun Satu Tempat Pengolahan Susu dan Outlet di Satu Desa

Lokasi pengolahan susu dilaksanakan secara kolektif. Munculnya ide untuk membentuk

satu industri yang berbasis rumah tangga tampaknya ditangkap secara baik oleh kelompok

masyarakat. Terdapat ide untuk mengumpulkan segala kreativitas dan ide – ide untuk

membuat satu tempat sebagai tujuan produk olahan susu sapi perah. Fungsi dari outlet ini

adalah sebagai media koleksi dan transaksi pengunjung kampung energi. Orang tidak akan

mencari dimana tempat produk yang dijadikan oleh – oleh ketika ada pengunjung dari luar.

Page 13: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

10

Outlet terbangun dan didesain semirip mungkin dengan industri rumah tangga yang

bertema olahan susu. Pastinya disesuaikan dengan potensi lokal yang ada. Dimulai dari 27

oktober 2018 dan sampai saat ini mengalami perbaikan terus menerus. Terletak di rumah

Ibu Sudarti yang merupakan anggota kelompok wanita tani Margo Mulyo. Dibangun

dengan menggunakan subsidi silang dan gotong royong antara kelompok margo mulyo dan

dana CSR PT. TIV Klaten. outlet produk olahan susu berisi segala macam produk dari olahan

susu lokal di Desa Mundu. Produk yang didisplay adalah kerupuk susu, permen susu, dan

sabun susu. Diharap outlet ini terbangun maka akan ada promosi yang lebih cepat

Terbangun Satu Desa Edu Wisata Energi

Pada tahun 2017, Desa Mundu cukup berubah drastis dengan menjadi bagian program

pioner untuk pergerakan kampung energi. Masuknya mundu sebagai salah satu nominator

desa mandiri energi. Menjadi salah satu kebangaan kabupaten yang mampu diharap

mampu menjawab permasalahan yang ada di kawasan Kabupaten Klaten. sejumlah

kumpulan biogas menjadi salah satu media edukasi kepada para wisatawan yang sudah

terkumpul dan menjadi titik tumbuh pendidikan di kawasan Sub DAS Pusur.

Semenjak munculnya kegiatan arisan biogas, interval jumlah biogas pada tahun 2014

sampai dengan tahun 2018 total 40 unit biogas. Dari stimulan yang berjumlah 1 orang

akhirnya muncul gaya lokal yakni tradisi arisan mulai dimanfaatkan sebagai salah satu titik

gotong royong masyarakat. Pada saat ini inisiasi dijadikan satu destinasi wisata yang tetap

mengundang semua orang untuk kembali mengunjungi Desa Mundu terutama di Dukuh

Dungus.

Destinasi memang muncul secara bertahap di Desa Mundu ini. Dimulai dari kegiatan

gotong royong kekuatan kelompok yang solid munculnya kampung yang unik dengan

kemandirian energi yang nyata. Berikut adalah destinasi yang bisa dinikmati sebagai media

pendidikan mengenal energi di Desa Mundu Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten:

Kandang Komunal

Kandangan komunal merupakan bentuk pendidikan dan suasana pendidikan yang

didesain kampung dan suasana lokal desa. Tempat dimana sapi perah bisa dikenalkan

kepada pengunjung. Bisa belajar untuk mulai mengenal memerah sapi, memberikan

makanan sapi yang sehat sesuai nutrisinya, dan pendidikan untuk membuat pakan

alternatif yang sesuai kebutuhan sapi perah.

Page 14: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

11

Pendidikan Olahan Susu

Pengunjung bisa menikmati pendidikan untuk mengolah dan membuat olahan susu

perah langsung. Bahan dan media langsung tersedia dari lokasi kampung energi. Mulai

dari kualitas dan tatacara mengolahnya. Difasilitasi oleh ibu - ibu yang tergabung

dalam kelompok wanita ternak margo mulyo. Tentunya, kelompok wanita yang sudah

terlatih dan mampu mendampingi pengunjung dengan berbagai kalangan levelnya.

Aplikasi Slurry Biogas

Pendidikan pembuatan aplikasi slurry padat maupun cair menjadi salah satu edukasi

pengunjung yang menarik. Dengan menggunakan beberapa sentuhan pada media

pekarangan yang akan dimanfaatkan untuk teknologi slurry. Mulai dari kotoran yang

dianggap limbah sampai kotoran yang dianggap berkah. Pemanfaatan ini tentunya

menjadi salah satu destinasi yang menarik jika disebarluaskan ke khalayak publik.

Sasaranya adalah siswa dan kelompok tertentu untuk mengenal kotoran yang disulap

menjadi keberkahan.

Slurry biogas merupakan limbah ternak yang dikeluarkan oleh hasil fermentasi biogas

yang ada di dalam digester. Pengunjung bisa menikmati beberapa atraksi aplikasi slurry

yang praktekan langsung terhadap media tanam sayuran maupun media tanam jamur

merang. Tentunya, ini menjadi bahan edukasi yang menarik bagi semua publik

pendidikan terutama sasaranya adalah publik pendidikan usia dini dan kelompok yang

tertaik akan pendidikan ternak.

Pendidikan Pelatihan Instalasi Biogas

Beberapa tukang ahli sudah terlatih di

Dukuh Dungus sebanyak 2 orang

peternak masuk dalam kategori siap

menjadi ahli bagi kebutuhan pembuatan

biogas. Tukang ini pada dasarnya telah

memiliki skill dalam membangun rumah

atau tata letak membangun infastruktur

lainya. Namun, berkat kegigihan dan

beberapa daya serap ilmu yang cukup sabar tukang di Dukuh Dungus mampu

menjawab kebutuhan pihak luar terutama dalam pembuatan biogas. Pengalamanya

sudah teruji sejak beberapa program nasional LPTP di beberapa lokasi di 20 kabupaten.

Page 15: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

12

Mulai dari tanah sumatera sampai tanah sulwesi mampu dijadikan pengalaman yang

berharga.

Pengembangan wisata kampung energy

Kegiatan yang dilakukan adalah sarasehan perencanaan & pengembangan desa wisata

energi, terlaksana selama 2 hari tanggal 21 s.d 22 Agustus di Gubug Pertemuan

Dungus Mundu Tulung Klaten. Nara sumber kegiatan sarasehan : Pak Rama Zakaria (PT

TIV Klaten), peserta sarasehan sejumlah 37 orang

• Program Sipil Teknis

Berikut ini adalah beberapa tindakan sipil teknis yang sudah dilaksanakan oleh LPTP dalam

pengembangan program konservasi di kawasan Sub DAS Pusur :

Terbangun 503 Buah Rorak

Rorak merupakan salah satu bentuk tindakan konservasi sipil teknis yang mulai dilakukan

di wilayah Sub DAS Pusur sejak tahun 2018. Rorak akan berfungsi untuk membantu air

meresap air secara cepat. Sudah ada beberapa rorak yang terbangun pada program kali ini.

Sejumlah 503 rorak yang sudah terbangun. Rorak yang dibuat merupakan kesepakatan

dengan kelompok tani di Desa Mundu. Sebaranya berada di Dukuh Dungus, Kebon Pakel

dan masing – masing individu berkontribusi dalam pembuatan rorak ini. Sebaranya berada

di pekarangan dan kandang komunal Desa Mundu. Sedangkan, sebaran lainya berada di

Desa Pagerjurang Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Perlahan rorak dibuat dengan

bekerja sama dengan kelompok tani dan pemerintah desa.

Terbangun 22 Sumur Resapan,

Telah terlaksana pembangunan sumur resapan sejumlah 22 titik di 4 wilayah Kecamatan

Musuk, Tulung, Delanggu dan Juwiring, sesuai kriteria di 6 Desa (Mundu, Sudimoro,

Sorogaten, Tlobong, Pundungan dan Bulurejo) dengan kapasitas resapan 0,5 liter per detik.

Pembangunan diikuti oleh warga, tokoh masyarakat, dan pemerintah desa setempat yang

merupakan bagian dari target sasaran kegiatan. Kegiatan pembangunan sumur resapan

telah 100% terlaksana.

Terpasang 1.035 Biopori

Telah terlaksana pemasangan biopori di 15 titik yang berada di wilayah Kadus II Desa

Sudimoro dengan kapasitas 0,1 liter. Target sasaran kegiatan adalah Kelompok tani,

pemerintah desa, LPTP, dan narasumber. Biopori dipasang di lahan pekarangan warga dan

Page 16: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

13

dilakukan oleh warga masing-masing. Apabila diukur dengan prosentase, maka 100%

kegiatan sudah terlaksana, dan tepat target sasaran.

Memperkuat kelembagaan Pusur Institute sebagai wadah multipihak dalam melindungi

daerah resapan air dan sungai

Terlaksana pra konsolidasi Pusur Institute pada tanggal 8 Oktober 2019 di Aula Kantor

kecamatan Polanharjo, dihadiri oleh 25 anggota PI agenda persiapan untuk pembentukan

pengurus PI, penyusunan program PI, pembentukan regulasi forum PI dan rencana aksi

forum untuk perlindungan DRA

5. Refleksi / Pengetahuan Baru yang Didapatkan

Dalam aksi kolektif para pihak dalam pelestarian sungai pusur muncul inovasi baru dalam pengelolaan

Sub DAS dan peningkatan ekonomi masyarakat antara lain :

a. Terbangun satu desa edu wisata konservasi

• Menyelenggarakan workshop untuk penyusunan SET PLAN Desa wisata kampung anggrek

• Muncul desain paket dan visualisasi Kampung Wisata Konservasi di Gumuk

b. Terbangun Satu Desa Edu Wisata Energi

• Terlaksananya pertemuan koordinasi kelompok Margo Mulyo, Pemerintah Desa Mundu,

Kecamatan Tulung, LPTP dan Setda Bagian perekonomian Klaten, OPD terkait (BLH, Pertanian,

Pendidikan, PDAM, PLN, PU PR, Pariwisata) di ruang B1 Setda Klaten pada tanggal 4 Juni 2018

jam 09.00, dan pertemuan kelompok Margo Mulyo untuk persiapan mengikuti lomba DME,

• Hasil ; pengisian form-form lomba DME tingkat Provinsi, adanya kesepakatan untuk mengikuti

lomba tingkat provinsi

c. Terbangun jaringan wisata kawasan sub das pusur

• Mengidentifikasi potensi dan masalah melalui metode transeck

• Membangun jaringan melalui pembentukan wisata air di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten

• Melakukan ekpedisi sungai pusur mulai dari hulu sampai dengan hilir

• Hilir : wisata air

• Tengah : bank sampah, pusat belajar tani, RTPA

• Hulu : Kampung bunga dan kampung mandiri energi

• Terbangun rumah produksi slurry

d. Terbangunnya satu unit rumah produksi pupuk slury di Dukuh Dungus, Desa Mundu.

Page 17: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

14

• Lokasi lahan di kandang komunal dengan luas 8 x 4 meter

• Proses pembangunan oleh 15 orang anggota kelompok Ternak Margo Mulyo secara bergotong

royong

• Pembangunan di mulai pada tanggal 6 - 27 Oktober 2019, design rumah slurry semi permanen

di design oleh kelompok Ternak Margo Mulyo.

e. Terlaksana lomba KPS (Komunitas Peduli Sungai)

Lomba dilakukan pada tanggal 22 Mei 2019 di Kantor PSDA Surakarta meraih juara 1 tingkat

Karesidenan dan lokasi lapangan Pusur pada tanggal 11 Juni 2019 Institute dan Provinsi pada

tanggal 3 Juli 2019 kunjungan lapang dan 8 Juli 2019 paparan di kantor PU SDA TARU Semarang.

***

Page 18: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

15

LPTP STASIUN WONOSOBO

PENATAAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PRODUKTIF SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN

DI AREA DAS SERAYU

Page 19: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

16

Wawan, fasilitator LPTP Kabupaten Tuban

Pengantar

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu wilayah yang dialiri Sungai Serayu. Kabupaten ini jika di klasifikasikan dalam skema Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah wilayah hulu yang memegang peranan penting dalam menjaga keberadaan dan keberlangsungan sumber air.

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau1. Dari definisi di atas, dapat disederhanakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Kawasan DAS dapat dikatakan dalam kondisi baik jika ekosistem yang berada dalam kawasan tersebut masih seimbang.

Secara umum jumlah Daerah Aliran Sungai di Indonesia adalah 17.081 dengan pembagian pengelolaan sebanyak 36 Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS). Dari jumlah tersebut terdapat 108 DAS yang ditetapkan dalam kondisi kritis oleh Kemetrian Kehutanan pada tahun 2009 dan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Naisonal (RPJMN) tahun 2015-2019 pemerintah mencantumkan 15 Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas untuk dipulihkan. Dari 15 DAS prioritas Sungai Serayu merupakan salah satu DAS dengan kondisi kritis dan masuk dalam prioritas tersebut.

DAS Serayu merupakan kawasan yang menjadi perlintasan Sungai Serayu. Sungai Serayu melintas sepanjang 181 km dengan melewati 5 kabupaten dan bermuara di Samudra Hindia. 5 Kabupaten yang menjadi perlintasan sungai serayu yaitu: Kab. Wonosobo, Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab. Banyumas, Kab. Cilacap.

Hulu Sungai Serayu berada di Kab. Wonosobo dan berasal dari mata air Bimalukar yang berada di lereng Gunung Prau.

1 https://www.bappenas.go.id/files/1213/5053/3289/17kajian-model-pengelolaan-daerah-aliran-sungai-das-terpadu__20081123002641__16.pdf

Page 20: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

17

Sejak tahun 2012 Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) melakukan riset di wilayah hulu Sungai Serayu untuk melihat seberapa besar perubahan ekosistem yang terjadi. Dari sisi sistem tataguna lahan misalnya:

• 4.000 ha lahan dinyatakan kritis2. • Rata-rata kemiringan lahan 25 – 40%. • Kondisi seperti ini petani memanfaatkan lahan untuk budidaya sayur dengan pengolahan

tanah yang intesif dan input kimia yang tinggi terutama untuk tanaman kentang. • Tingkat erosi mencapai angka 10,7 mm/tahun atau rata-rata 161 ton/ha/tahun3.

Dari kondisi tersebut, Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta menyusun program sebagai usaha untuk melakukan perbaikan ekosistem dengan cara mengembalikan sumber-sumber penghidupan melalui 4 pendekatan:

1. Program pertanian berkelanjuan 2. Program konservasi tanah dan air 3. Program pengembangan industri rumah tangga 4. Program sanitasi lingkungan

Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya program ini adalah untuk meningkatkan tata kelola fungsi lingkungan yang menjamin kelestarian sumberdaya air untuk mendukung sumber-sumber penghidupan masyarakat yang berkelanjutan di 5 desa (Kelurahan Kejiwan Kecamatan Wonosobo, Desa Blederan, Desa Bumirejo, Kelurahan Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Desa Mlandi Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo).

1. Sektor Industri Rumah Tangga • Meningkatkan dan mengembangkan usaha produktif skala rumah tangga • Mengembangkan kelembagaan ekonomi mikro sebagai akses permodalan usaha • Mendorong kebijakan kepada pemerintah

2. Konservasi Lingkungan • Meningkatkan tata kelola fungsi lingkungan (tanah dan air) yang menjamin kelestarian

sumberdaya air 3. Pertanian Berkelanjutan

• Meningkatkan produktifitas lahan dengan pola pertanian SRI • Mengembangkan pertanian berbasis ruang

4. Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan • Mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga • Mengembangkan teknologi sanitasi

2 Tim Kerja Pemulihan Dieng (TKPD) tahun 20073 http://diengplateau.com/save-dieng-kerusakan-lingkungan-dan-bencana-alam-dieng/

Page 21: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

18

Metode yang digunakan

1. Participatory Action Research (PAR) • Masyarakat/komunitas sebagai peneliti dan pelaku utama sekaligus sebagai

pengorganisir (community organizers) • LPTP sebagai fasilitator dan rekan peneliti (co-researcher) • Semua analisis dan keputusan bersama berdasarkan data dan pembuktian lapangan

yang teruji, baik menurut kearifan lokal maupun ilmu pengetahuan. 2. Pendekatan Sekolah Lapang Rakyat

• Mempengaruhi seseorang tidak bisa dengan hanya satu tindakan tertentu, namun menggunakan tindakan yang sistematis

• LPTP adalah fasilitator, bukan guru • Pengalaman hidup masyarakat merupakan materi pembelajaran dalam sekolah

Hasil

Kegiatan pendampingan yang dilakukan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan telah memberikan hasil bagi masyarakat. Hasil yang muncul dari kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Sektor Industri Rumah Tangga Kegiatan di sektor industri rumah tangga merupakan hilir dari hasil kegiatan yang telah dilakukan yaitu dengan cara memasarkan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan baik di sektor konservasi, pertanian dan sanitasi.

2. Sektor Konservasi Lingkungan Hasil dari kegiatan di sektor konservasi lingkungan adalah munculnya sekelompok orang yang memiliki kesadaran untuk melakukan pengelolaan lingkungan yang secara perlahan melakukan penanaman tanaman keras di lahan yang dipergunakan untuk budidaya sayur.

Penanaman tanaman keras merupakan salah satu upaya konservasi yang dilakukan untuk mengurangi sedimentasi tanah dan limpasan air hujan.

3. Sektor Pertanian Pertanian Berkelanjutan Hasil dari kegiatan sektor pertanian adalah adanya kesadaran dari petani untuk melakukan budidaya pertanian dengan cara yang ramah lingkungan, tidak banyak menggunakan bahan kimia untuk merangsang pertumbuhan tanaman.

Budidaya pertanian dengan cara yang menghindari penggunaan bahan kimia merupakan upaya untuk menghadirkan sumber pangan sehat bagi keluarga.

4. Sektor Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Sektor sanitasi merupakan sektor penopang dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dari sampah dan limbah rumah tangga. Kegiatan sanitasi telah mendorong kepada masyarakat untuk melakukan pengelolaan (pemilahan) sampah rumah tangga.

Dengan adanya pengelolaan sampah rumah tangga, secara praktis menjadikan lingkungan pemukiman menjadi bersih dari tumpukan dan serakan sampah.

Page 22: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

19

Refleksi study/pengetahuan baru yang didapatkan

Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya memiliki tujuan untuk menjadikan masyarakat lebih berdaya dan merdeka, sehingga untuk menjadikan masyarakat lebih berdaya pendamping/faslitator harus menggali sebanyak-banyaknya potensi yang ada dan dimiliki oleh masyarakat atau komunitas.

Potensi tidak hanya berbicara soal kemampuan finansial dan sumber daya alam, lebih jauh dari itu, potensi juga harus berbicara soal pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat.

Pengetahuan merupakan modal dasar yang harus dimunculkan karena hal tersebut merupakan aspek fundamental dari kehidupan manusia. Manusia dapat melakukan kehidupan dan dapat bertahan hidup karena memiliki pengetahuan yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Pengetahuan tidak selalu berbicara tentang sesuatu hal yang tercatat dan terbukukan. Pengetahuan juga dapat berupa suatu kearifan yang dipraktikkan untuk menunjang kehidupan misalnya: dalam tindakan sipil teknis konservasi ada yang disebut dengan rorak. Rorak merupakan lubang tanah dengan ukuran sekitar 50x50x300 cm yang sengaja dibikin sebagai jebakan air. Rorak dibikin sebagai upaya untuk memaksakan air supaya masuk ke dalam tanah.

Petani di dataran tinggi dieng mengenal rorak dengan sebutan sukon. Sukon merupakan hal yang sama dengan rorak. Jika rorak dibikin dengan ukuran tertentu, sukon dibikin dengan panjang sesuai dengan ukuran panjang lahan pertanian. Misalnya jika ukuran panjang lahan mencapai 50 meter, maka ukuran panjang sukon juga 50 meter. Menurut keyakinan petani sayur, jika disuatu lahan tidak dibikinkan sukon, mereka menganggap petani pemilik atau penggarap lahan tersebut merupakan petani yang bodoh. Bodoh dalam artian mereka hanya akan membuang-buang tanah lapisan paling atas ketika terjadi hujan atau dalam artian petani tersebut merelakan tanahnya terkikis.

Jika terjadi pengikisan tanah seperti ini akan menguntungkan petani yang memiliki lahan dibawahnya, karena dia mendapatkan kiriman humus tanah (tanah subur) dari lahan yang terdapat diatasnya.

***

Page 23: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

20

LPTP STASIUN TUBAN

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG NELAYAN

Page 24: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

21

Fahruz, fasilitator LPTP Kabupaten Tuban

A. Latar Belakang Sampah adalah sesuatu yang sudah tidak memiliki nilai atau sudah tidak berharga yang berada

disekitar lingkungan masyarakat. Di Indonesia kita dapat melihat sampah dimana-mana dan sekarang

menjadi masalh besar lingkungan Indonesia.

Sampah di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius dan juga menjadi masalah social, ekonomi

dan budaya. Dan hampir di semua kota di Indonesia mengalami kendala dalam mengolah sampah. Hal

ini terjadi karena pengolahan TPA (tempat pembuangan akhir) di sebuah kota lahannya masih kurang

sehingga masyarakat banyak membuang sampah di sungai yang berujung dilaut bahkan di bagian

pesisir laut dijadikan sebagai tempat sampah.

Sehingga kebersihan dan ekosistem laut akan rusak, misalnya seperti ikan dan terumbu karang akibat

sampah plastik yang di buang oleh warga yang tinggal di sekitar pantai. Dan ada diberitakan bahwa

seekor paus di temukan di pinggir pantai dengan se isi perutnya terdapat berbagai macam sampah

plastik yang telah masuk dalam perutnya dan sulit untuk melakukan pencernaan makanan.

Indonesia termasuk ke dalam 10 besar Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Hal ini

tidak menutup kemungkinan menimbulkan sejumlah persoalan lanjutan, diantaranya adalah produksi

sampah dan pembuangannya.

Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bahwa Indonesia memproduksi sampah

hingga 65 juta ton pada 2016 tahun lalu. Dan jumlah sekarang naik 1 juta ton dari sebelumnya.

Berdasarkan laporan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan sampah yang

dihasilkan berdominan sampah organic yang mencapai sekitar 60 persen dan sampah plastik yang

mencapai 15 persen dari total timbulan sampah, hal tersebut juga terjadi di daerah pesisir jawa.

Di pesisir jawa timur, desa karangagung kecamatan palang, kabupaten Tuban, masalah lingkungan yang

timbul di lingkungan pesisir adalah munculnya sampah di beberapa tempat seperti di sepanjang bibir

pantai, tambak, belakang, lorong, dan pojok pemukiman. Jika ditotal keselurahan, sampah yang

Page 25: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

22

diproduksi oleh masyarakat di Desa Karangagung sebesar 3.2 ton per hari.4 Hal ini disebabkan oleh

kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di sembarang temapat, masih ada sebagian

masyarakat yang mau membakar sampahnya walaupun menimbulkan masalah baru yang disebabkan

polusi udara. Pemerintah Desa Karangagung, Pemerintah Kabupaten, maupun lembaga non

pemerintah sudah sering melakukan sosialisasi terkait perilaku hidup bersih dan sehat untuk menjaga

kebersihan serta kesehatan lingkungan, namun tidak ada perubahan yang berarti sebab masih saja

masyarakat membuang sampah sembarang tempat.

Tabel 1.4 Perilaku Masyarakat Terhadap Sampah Desa Karangaagung

Sunber : Diolah dari hasil Sistem Infromasi Nelayan (SIN) Desa Karangagung Tahun 2018

Selain masalah sampah, masyarakat nelayan juga mengadapi masalah sanitasi bahwa 35% penduduk

Desa Karangaagung masih tidak memiliki WC. Adapun yang dilakukan mereka adalah melakukan BAB di

tempat terbuka seperti di sekitar tambak, dan ada juga yang memasukkan kedalam kantng plastic

kemudian dibuang di tempat sampah.

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan yang dilakukan adalah Memperbaiki sisitem pengelolaan sanitasi. Aktivitas yang dilakukan antara lain:

a. Membangun MCK komunal sebagai media untuk penyadaran masyarakat dalam mengelola sanitasi lingkungan yang sehat

b. Memperbaiki perilaku hidup bersih dan sehat c. Mengembangkan edukasi dan sarana pengelolaan sampah

4Diolah dari hasil Sistem Infromasi Nelayan (SIN) Desa Karangagung Tahun 2018

65%

35%

Perilaku Terhadap sampah

Buang dilaut/tambak

Page 26: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

23

C. Metode

Metodologi dan pendekatan Ada 2 metode yang dipakai dalam program pengembangan kawasan pesisir Tuban yaitu: 1. Participatory learning and action

Inti dari participatory learning and action adalah bahwa setiap tindakan yang dilakukan merupakan hasil refleksi atas pengelaman dan kenyataan hidup masyarakat

2. Participatory technology development Metode ini intinya, melibatkan masyarakat didalam mengembangkan teknologi yang mendukung penghidupan mereka. Pendekatan yang digunakan yaitu melalui sekolah lapang nelayan. Bahwa untuk mempengaruhi seseorang tidak hanya satu tindakan tertentu, namu menggunakan tindakan yang sistemasis dan berkelanjutan. Dalam pendekatan ini LPTP adalah fasilitator bukan seorang guru. Sedangkan materi pembelajarannya adalah pengelaman hidup masyarakat.

D. Hasil 1. Implementasi dan evaluasi

Implementasi program 1. Memperbaiki system pengelolaan sanitasi

• Menbangun MCK komunal sebagai media untuk penyadaran masyarakat dalam mengelola sanitasi lingkungan yang sehat Penyediaan tempat Buang Air Besar (MCK) merupakan salah satu fokus program untuk mengatasi masalah penting utama di Desa Karangagung. Oleh karena itu, LPTP memberi perhatian sangat khusus pada proses pembangunan dan kwalitas kerjanya. LPTP menyadari, keberhasilan pembangun fisik gedung MCK ini tidak akan berarti apa-apa jika prilaku masyarakat tidak berubah, apalagi jika masyarakat tidak merasa memiliki infrastruktur ini. Oleh karena itu, sejak awal perencanaan, implementasi dan pengelolaan MCK ini seluruhnya melibatkan masyarakat dan aparat pemerintah, seperti yang diuraikan berikut ini.

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan ini dibentuk tim untuk menentukan lokasi pembangunan MCK Plus yang dilakukan tim ahli LPTP dan dibantu perangkat desa. Tim survei ini selain menentukan lokasi pembangunan MCK Terpadu juga bertugas membuat desain bangunan sampai penyusunan rancang bangun (DED). Dengan beberapa pertimbangan dan analisa bersama, maka lokasi pembangunan MCK Terpadu diputuskan di tanah kas desa yang berada di perbatasan Dusun Tengah dan Dusun Barat sebelah selatan. Setelah penetapan lokasi pembangunan, langkah selanjutnya dilakukan workshop bersama dalam penyepakatan desain dan penyusunan DED. Untuk persiapan lapangan Koordinasi dengan perangkat desa (Kiri: Kades; Kanan Ketua RT 09)

Page 27: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

24

dilakukan penunjukan panitia pembangunan dari desa (Tim TPK) dan rekrutmen tenaga tukang. Setelah didapatkan 2 tenaga tukang lokal, 5 pembantu tukang lokal dan 2 tukang ahli dari LPTP, dilakukan pelatihan bersama dan pembagian peran di lapangan.

2. Pelaksanaan

Tiga jenis bangunan dibangun untuk MCK Terpadu ini antara lain satu bangunan MCK yang terdiri dari 4 kamar WC dan 2 kamar mandi, satu instalasi biogas yang berukuran 8 m3 dan satu bangunan IPAL dengan ukuran 20 m3. Pada tahap awal semua tim tukang fokus pada pekerjaan MCK Komunal sampai pekerjaan mencapai 60% (bangunan berdiri, tanpa atap dan

keramik), sebagaian tukang mulai mengerjakan konstruksi biogas dan IPAL. Secara fisik pembangunan MCK Terpadu ini terdiri dari Bangunan MCK dengan 4 kamar WC, 2 kamar mandi. dengan desain dan kontstruksi yang ditentukan dalam DED (keramik lantai dasar, atap rangka baja ringan dengan genting Galfalum dll). Fasilitas PDAM dan jaringan listrik sebesar 450 watt prabayar sudah terpasang. Ada tambahan berupa pagar depan untuk keamanan dari ternak agar tidak masuk dan pagar di sekeliling MCK, kubah digester dan IPAL untuk antisipasi longsor tanah urug bangunan.

• Mengembangkan edukasi dan sarana pengelolaan sampah

a. Pengembangan sekolah lapang sampah (Sl Sampah) 1) Pembentukan tim

a) Membangun kesepakatan Peserta difasilitasi untuk memahami sekolah lapangan pengelolaan sampah dan dipersiapkan untuk menyusun kurikulum sekolah lapangan pengelolaan sampah. Hasil pertemuan adalah didapatkannya kerangka penyusunan kurikulum SL yang akan disusun dalam workshop penyusunan kurikulum.

b) Identifikasi dan pemetaan lokasi pembuangan sampah

Lokasi pembangunan sebelum dibangun MCK

Pengurugan tambak Pondasi bangunan MCK

Page 28: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

25

Peserta bersama-sama mengamati keadaan lapangan, dimana saja lokasi tumpukan sampah, sumber tumpukan sampah dari mana dan menentukan titik untuk melakukan pengukuran.

c) Penyusunan kurikulum Peserta dibagi menjadi kelompok kecil sebanyak 2 atau 3 orang untuk berdiskusi mengenai materi belajar yang diinginkan untuk pengelolaan sampah, cara belajarnya, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan kegiatan tindak lanjutnya. Peserta juga menyepakati jadwal kegiatan dan menyusun pengurus SL. Kurikulum belajar disepakati adalah: i. Sampah ii. Bahaya dan dampak sampah iii. Pengelolaan sampah organik dan an organik iv. Kebijakan pengelolaan sampah

d) Menyusun agenda kegiatan Peserta bersama-sama menyepakati kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama proses sekolah lapang, agenda kegiatan SL sampah adalah: i. Pertemuan rutin ii. Workshop iii. Praktik iv. Study banding v. Aksi

Konstruksi

Pondasi digester biogas

Bangunan digeter dan outlet biogasPembuatan IPAL

Penggalian digester biogas

MCK Komunal Plus

Page 29: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

26

2) Proses Belajar

a) Pengenalan sampah i. Pengamatan lokasi sampah

Peserta bersama-sama jalan kaki mengelilingi lokasi yang sudah disepakati (dusun tengah), melihat kondisi pemukiman dan tambak yang ada, kemudian diminta memberikan komentar terhadap apa saja yang di alami selama mengelilingi lokasii tersebut.

ii. Pengenalan jenis-jenis sampah b) Pembuatan lahan pengamatan

Bersama-sama menentukan lokasi dimana orang biasanya membuang sampah, kemudian di ukur setiap minggu baik luasan, tinggi, dan volume

c) Pengamata sampah d) Bahaya sampah

i. Sharing bahaya sampah ii. Pemutaran video bahaya sampah

e) Dampak sampah Peserta melakukan wawancara terhadap masyarakat tentang dampak sampah rumah tangga yang tidak terkelola terhadap kesehatan manusia dan lingkungan

f) Pengamatan akhir g) Praktik

i. Pemilahan sampah Peserta di beri perngetahuan terlebih dahulu mengenai jenis-jenis sampah dan ciri-cirinya, kemudian peserta megidentifikasi sampah dan dipilah sesuai jenisnya, yaitu sampah organik, anorganik dan B3. Selain itu peserta membawa sampah dari rumah masing-masing kemuidian bersama-sama di pilah sesuai jenisnya

Page 30: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

27

ii. Pembutan pupuk organik Peserta dilatih membuat komposter rumah tangga dari ember berukuran 15 L. Selanjutnya peserta diajak praktek membuat pupuk organik dengan menggunakan komposter dari drum 100 L. Pupuk organik dibuat dari sisa makanan, daun, kulit sayur dan buah, ampas tebu, dan sisa buah-buahan. Pupuk padat yang dihasilkan sekitar 20 kg sedangkan yang cair 8 L. Pupuk padat dan cair sudah dimanfaatkan ke lahan pekarangan untuk menambah hara tanah. Paska pelatihan, setiap minggu peserta melakukan pengadukan sampah organik dalam komposter dan sekaligus melakukan pengamatan perkembangan proses pengomposan. Setelah kurang lebih 3 bulan pupuk organik sudah siap digunakan.

iii. Daur ulang sampak anorganik

Peserta dilatih membuat daur ulang sampah berupa bros bentuk bunga dari kemasan kopi, bunga dari kresek, vas bunga dari koran, teknik menganyam kemasan plastik. Setelah dilatih peserta membuat bunga dari kresek, vas dari koran, vas dari bahan kain, tas yang dijahit dari plastic kemasan, dan seluruh peserta pelatihan membuat bros dari bungkus kopi.

Page 31: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

28

iv. PHBS

Peserta dilatih cara berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga. Peserta juga diberikan informasi hasil survey kesehatan Desa Karangagung oleh bidan desa. Setelah dilatih, peserta mampu mengevaluasi pola hidup yang selama ini mereka terapkan di rumah dan mengetahui apa yang harus dirubah dalam perilaku bersih dan sehat di rumah tangga.

h) Study banding

peserta mendapatkan pengalaman baru tentang pengelolaan sampah terpadu yang dilakukan di BS Gemah Ripah dengan perjuangan untuk menyadarkan masyarakat dari kebiasaan membuang sampah sembarangan dan membakar sampah. Hal serupa terjadi di Desa Karangagung saat ini dan dengan keberhasilan BS Gemah Ripah untuk bertahan memberikan motivasi bagi peserta SL untuk mendirikan bank sampah juga di Desa Karangagung.

3) Aksi a) Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan agar ilmu dan pengetahuan baru yang diperoleh selama proses sekolah lapang tidak hanya peserta yang mengetahui, namun perlu di sebarkan juga kepada masyarakat. Sebelum sosialisasi dilakukan peserta menyiapkan media untuk sosialisasi, dengan topik antara lain jenis-jenis

Peserta SL sedang menyusun materi poster sosialisasi

Page 32: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

29

sampah dan ajakan pemilahan sampah, bahaya dan dampak sampah yang tidak terkelola, cara membuat pupuk organik, bank sampah, dan cara mencuci tangan yang benar.

b. Sarana pengelolaan sampah 1. Pembentukan Bank Sampah

Untuk melanjutkan kegiatan sekolah lapangan pengelolaan sampah, dibentuklah wadah pengelolaan sampah yaitu Bank Sampah. Bank sampah sendiri merupakan unit usaha yang bergerak di bidang pengumpulan sampah dari rumah tangga dan menjualnya kembali ke pembeli sampah atau mendaur-ulang sampah menjadi barang kerajinan yang memiliki nilai ekonomi.

Proses pembentukan bank sampah: a. Pembentukan pengurus

Dalam agenda ini dibentuk kepengurusan bank sampah yang terdiri atas Badan Pengurus Harian (ketua, sekretaris, bendahara), Divisi Pemilahan, Penampungan, Pemasaran, Divisi Pengolahan Sampah Non Organik, dan Divisi Pengolahan Sampah Organik. Setelah pembentukan.

b. persiapan

Pada akhirnya, sebanyak 2 orang anggota bank sampah yang menyatakan siap menjalankan bank sampah dengan semua persiapannya. Perisiapan operasional bank sampah ini meliputi: pengumpulan informasi tentang tingkat harga di beberapa pengepul, membuat daftar harga penerimaan sampah di bank sampah, menyiapkan alat, bahan, administrasi, dan tata tertib nasabah, penyiapan gudang, sistem kerja, dan sosialisasi kepada masyarakat. Bank sampah Permata Bahari mulai berjalan di rumah Ibu Diana (RT 01

Page 33: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

30

Dusun Barat). Kegiatan Bank Sampah Permata Bahari dilakukan setiap hari Minggu jam 09.00-12.00 WIB.

c. Publikasi Semua pengurus memasarkan bank sampah kepada masyrakat sehingga masyarakat mau bergabung dan menjadi nasabah bank sampah.

Registrasi Nasabah Nasabah membawa sampah untuk

ditabung

Penimbangan sampah Sampah disimpan digudang

Sampah dipilah Sampah ditimbang sebelum dijual

Sampah siap dijual Edukasi sampah kepada anak kecil

Page 34: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

31

2. Pembangunan Pusat Pelyanan dan Pengelolaan Sampah Terpadu (P3ST) Pembangunan P3ST ini dilatar belakangi karena bertambahnya bank sampah, jumlah nasabah bank sampah semakin meningkat, sehingga volume sampah yang diterima juga meningkat, namun gudang penyimpanan sampah tidak bisa menampung sampah tersebut. Selian itu pengurus bank sampah jumlahnya terbatas sehingga proses pemilahan menjadi lama, dan juga harga jual sampah yang tidak menentu dari pengepul. Hingga akhirnya dibutuhkan wadah untuk memfasilitasi bank sampah – bank sampah agar tetap berjalan. a. Pembangunan P3ST

Pra Pembangunan Survei Teknis Pembangunan P3ST Tim LPTP telah berkoordinasi dengan pihak pemerintah desa dalam rencana pembangunan P3ST . Survey telah dilakukan bersama dengan Kepala Desa Karagngagung. Selanjutnya dilakukan survey teknis oleh tim LPTP terkait desain bangunan dan penghitungan bahan dan luasan pengurugan tambak. Dalam pembangunan, tim LPTP dibantu Pak Shokib Kaur Pembangunan Desa Karangagung untuk menyiapkan tim lokal pembangunan dan kebutuhan material. Adapun IMB telah dikoordinasikan dengan kepala desa dan akan diurus pihak desa bersamaan dengan IMB MCK Komunal dan IMB Gedun-gedung terbagun.Proses pembangunan dibantu oleh 2 tukang lokal dan 3 orang pembantu tukang.

Page 35: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

32

Bangunan P3ST berdiri di lahan bengkok desa di RT 02 RW 01 Dusun Barat di sebelah barat depo sampah Dusun Tengah. Luas lahan adalah 10 x 9,5 m dan luas bangunan adalah 8 x 7 m. Bangunan terdiri atas ruang kantor dan ruang gudang. Dalam gudang akan digunakanuntuk ruang pengelolaan sampah organik menjadi kompos dan ruang pengelolaan sampah anorganik diantaranya proses penimbangan, pemilahan, dan penyimpanan sampah. Konstruksi bangunan menggunakan konstruksi besi untuk penyangganya dan atap menggunakan galvalum. Untuk memberikan sirkulasi udara yang bebas, gudang dibangun dengan konsep setengah bagian ditutup bata dan bagian atasnya diberi jaring kawat. Adapun ruangan kantor dipasang bata seluruh bagian. Untuk listrik dan air telah dipasang dengan mengikuti meteran milik MCK Komunal.

b. Pembentukan Pengurus P3ST 1) Rapat Koordinasi Pengelolaan P3ST dengan Pemerintahan Desa

Karangagung

Untuk mensosialiasikan kegiatan pembangunan P3ST dan kegiatan yang akan dilaksanakan di dalamnya, LPTP melakukan rapat koordinasi bersama pemerintahan Desa Karangagung yang dihadiri oleh

Kepala Desa, Sekdes, Kepada Dusun 3 wilayah, 2 orang BPD, 2 orang LPMD, 3 orang dari BUMDes, dan 2 orang SL Permata Bahari. Kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Karangagung. Dalam kegiatan ini juga dilakukan diskusi pengelolaan P3ST yang mengerucut pada sumber pendanaan P3ST. P3ST memiliki sistem kerja layaknya bank sampah dimana sampah yang diterima merupakan sampah terpilah dari masyarakat. Oleh karenanya diperlukan adanya kerja sama antara pihak pengelola P3ST dan seluruh perangkat desa. Koordinasi ini menghasilkan bahwa kepengurusan P3ST dilakukan langsung oleh SL Permata Bahari selaku kader lingkungan yang telah dididik dalam sekolah lapangan pengelolaan sampah.

Page 36: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

33

Kepengurusan P3ST berdiri sendiri dan tidak bermitra maupun menjadi unit BUMDes namun untuk pendanaan P3ST, pihak desa dan seluruh peserta menyetujui bahwa P3ST direkomendasikan untuk mendapat dana pemberdayaan dari desa. Dana pemberdayaan ini akan dibahas kembali oleh desa dalam Musrenbangdes untuk dilakukan perubahan dalam RAPBDes untuk pencairan di tahun 2019.

2) Workshop Pembentukan Pengurus P3ST

Workshop 1 Workshop pembentukan pengurus P3ST dilaksanakan dua kali yaitu pada tanggal 23 September dan 30 September 2018. Kegiatan pada tanggal 23 September 2018 di gedung kantor P3ST membahas hasil pertemuan dalam rapat koordinasi bersama pemerintahan desa dimana P3ST diharapkan dapat berjuang sendiri dulu untuk membuktikan kerjanya dalam melakukan riset dan edukasi untuk masyarakat. Selain itu dibuat rencana struktur kepengurusan, diskusi terkait badan hukum P3ST, serta langkah selanjutnya untuk P3ST. Rencana tindak lanjut dari pertemuan pertama adalah mempelajari bank sampah induk di Surabaya untuk kemudian menjadi referensi dalam struktur kepengurusan, mekanisme kerja, dan kegiatan yang dilakukan di BSI Surabaya. Selain itu perlu dipertimbangkan dalam pembuatan badan hukum dan diawali dengan pembuatan profil kelompok. Kemudian RTL adalah pengisian sarana dan prasarana serta pelatihan penggunaan sarana dan prasarana P3ST. Workshop 2

Workshop kedua dilakukan pada 30 September 2018 di gedung P3ST. Peserta yang hadir 6 orang dari SL dan 1 orang dari Bank Sampah Organik Dzusan. Berdasarkan diskusi yang dilakukan di gedung P3ST, disepakati struktur kepengurusan P3ST meliputi:

Page 37: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

34

Untuk permulaan akan dilakukan kegiatan perumusan administrasi P3ST seperti pengecekan harga sampah di pengepul-pengepul besar di Tuban (Semanding, Manunggal, Rembes, dan Glodog), pembuatan buku administrasi, dan penetapan harga sampah untuk P3ST. Selain itu, kegiatan P3ST disepakati setiap hari Minggu. Selain itu akan dilakukan simulasi pengelolaan sampah organik dan anorganik oleh pengurus untuk selanjutnya dibuat mekanisme kerja P3ST. Sampah organik yang akan dikelola untuk langkah awal berasal dari sampah pasar. Oleh karenanya akan dilakukan komunikasi antara anggota P3ST dengan pengurus Pasar Karangagung. Adapun untuk sampah anorganik saat ini P3ST baru bekerja sama dengan Bank Sampah Permata Bahari.

c. Pengadaan Sarana dan Prasarana P3ST

Untuk menunjang kegiatan P3ST maka LPTP melakukan pengadaan sarana dan prasarana di P3ST. Sarana yang saat ini sudah terdapat di P3ST antara lain mobil roda 3 Nozomi Azabu 150 cc, mesin jahit Butterfly, etalase, alat kebersihan (sapu, lap tangan, sabun cuci tangan, kemoceng, keset lantai), ATK (spidol, whiteboard, penggaris, buku besar), lemari arsip, kursi, alat cacah sampah organik, alat penyaring kompos, dan komposter.

Direktur Sandro Prasiawan

Manajer Transportasi Abdul Hanan

Manajer Pengelolaan Sampah Organik Sampah Organik

Muh. Ulul Albab

Manajer Pengelolaan Sampah Anorganik Sampah Anorganik

Salissatin Erdiana

Sekretaris Tanti

Bendahara Alfiyah

Page 38: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

35

d. Pelatihan Pemanfaatan Sarana P3ST Pelatihan yang dilakukan untuk mengoperasionalan mesin cacah sampah organik dan mesin penyaring kompos. Pemateri berasal dari CV Inovasi Anak Negeri selaku produsen produk yang dipesan untuk P3ST dari Malang. Materi yang disampaikan meliputi cara penggunaan alat, cara perawatan, dan pengenalan komponen alat. Materi diikuti dengan praktek penghidupan mesin oleh tim P3ST dimana alat seperti mesin perahu sehingga para pengurus tidak terlalu asing. Untuk maintenance alat sendiri banyak dari pemuda Desa Karangagung yang dapat membantu bila ada kerusakan nantinya. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2018 di P3ST. Dalam menyelenggarakan pembangunan P3ST, pendampingan nelayan, dan riset pengendalian asap, LPTP melibatkan hampir seluruh elemen masyarakat, pemerintah desa, lembaga-lembaga yang berada di desa Karangagung untuk mengikuti proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Pendekatan ini memberi pengaruh akan terjadinya inisiatif oleh warga masyarakat.

e. Pengetahuan baru yang didapatkan Dalam pelaksanaan kegiatan di kawasan pesisir tuban, LPTP melibatkan hampir seluruh elemen masyarakat, pemerintah desa, lembaga-lembaga yang berada di desa Karangagung, untuk mengikuti setiap prosesnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi. Dengan hal tersebut memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk memunculkan inisiatif-inisiatif baru untuk berinovasi.

****

Page 39: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

36

LPTP STASIUN BOJONEGORO

MEMBANGUN, MENGELOLA & MEMBERDAYAKAN

SISTEM INFORMASI DESA

(SID)

Page 40: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

37

Muslim, fasilitator LPTP Kabupaten Bojoneogoro

1. Latar Belakang

Sejak dimulai era pembangunan di Indonesia (1960an), orientasi pembangunan nasional

mengutamakan industrialisasi sektor perkotaan dan dalam banyak hal mengabaikan sektor

pedesaan. Akibatnya terjadi jurang pembeda kemajuan (growth gap) yang sangat

signifikan atanra keduanya. Desa tidak di posisikan sebagai subyek pembangunan yang

paling utama melainkan sebagai sasaran dan penerima manfaat pembangunan. Padahal, di

wilayah pedesaanlah pusat sumberdaya pembangunan berada dengan telah disyahkan

Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 berikut peraturan. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2014 yang

akan berlaku efektif mulai tahun 2015, akan terjadi perubahan status dan posisi desa

dalam struktur politik pembangunan nasional di Indonesia. Setidaknya desa memiliki

peluang sangat besar untuk benar-benar menjadi subyek utama dalam pembangunan

nasional, meskipun berdasar kajian-kajian kritis selama ini ditemuakan masih terdapat

berbagai ketentuan yang membatasi kewenangan desa untuk benar-benar menjadi

otonom.

Bagian yang paling strategis dari pembangunan otonomi desa adalah perencanaan

pembangunan desa baik menyangkut perencanaan spasial, sosial, ekonomi, lingkungan,

penganggaran, dan penataan kelembagaan. Selama ini, perencanaan pembangunan desa

sangat buruk dan tidak mencerminkan kebutuhan pembangunan desa dan kebutuhan

pelayanan masyarakat dari pemerintah desa. Perencanaan pembangunan desa secara

normatif hanyalah turunan dari perencanaan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten.

Undang-undang desa tersebut mengatur bahwa desa harus membuat sendiri perencanaan

pembangunan desa jangka menengah (RJMDES) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa

Tahunan (RKPDES), yang keduanyaP harus di buat dalam bentuk Peraturan Desa (PERDES).

Page 41: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

38

Proses pembuatan nya pun harus dilakukan melalui serangkaian kegiatan-kegiatan

musyawarah pembangunan desa.

Dalam rangka implementasi Undang-undang Desa tersebut, beberapa kelemahan

mendasar yang dihadapi oleh hampir di semua desa di Indonesia adalah rendahnya

pemahaman pemerintah desa dan masyarakat desa terhadap Undang-Undang Desa dan

aturan pelaksanaannya, belum tersedia sistem database dan sistem informasi desa yang

dapat dijadikan landasan dan acuan dalam menyusun perencanaan pembangunan desa,

rendahnya kapasitas masyarakat dan pemerintahan desa dalam memahami persoalan

mendasar dan menyusun perencanaan pembangunan desa, serta terbatasnya

pengetahuan dan penguasaan informasi terkait dengan model-model pembanguan desa

yang benar-benar dapat memajukan desa dan mensejahterakan warga desa. Bila aspek-

aspek mendasar tersebut tidak segera di atasi, maka upaya-upaya mempercepat

terwujudnya otonomi desa akan sangat sulit di ciptakan, demikian pula sebaliknya.

Menggambarkan situasi pembangunan desa di hari ini tidakdapat dilepaskan begitu saja

dari konteks pengalaman di masa pemerintahan Orde Baru yang pernah berkuasa selama

tiga dekade. Desa, kala itu seringkali diposisikan sebagai perpanjangan tangan pemerintah

pada level terbawah, dimana sistemsentralistik lah yang diberlakukan sehingga membatasi

banyak hak-hak desa. Hal tersebut terbukti dengan substansi UU no. 5 tahun 1979 yang

menempatkan desa dalam pengertian administratif yang juga telah melakukan perubahan-

perubahan struktur desa yaitu :

1. Penyeragaman struktur pemerintahan desa. Ini merupakan strategi dari Orde Baru

untuk memberikan legitimasi dalam hal kontrol negara terhadap desa.

2. Pengintegrasian struktur pemerintah desa pada pemerintah nasional. Menempatkan

pemerintah desa sebagai rantai akhir dan terbawah dari sistem birokrasi pemerintah

yang sentralistik. Ini menjadikan desa hanya menjadi kepanjangan tangan pemerintah

pusat.

3. Penghapusan lembaga perwakilan desa dan sentralisasi kekuasaan desa pada kepala

desa.

Orde Baru dengan instrumen pendanaan legendarisnya yang bersifat top down dikenal

dengan Inpres bantuan desa, mengumbar segudang cerita sukses pembangunan desa.

Hingga hari ini sebagian orang masih beromantisme terhadap era itu sebagai puncak

Page 42: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

39

kejayaan yang tidak pernah dihasilkan oleh pemerintahan sesudah Orde Baru. Sederet

cerita sukses pembangunan pedesaan di masa Orde Baru tidak dapat menutupi kenyataan

bahwa pencapaian yang ada tidak terjadi secara merata . Keberhasilan program ketahanan

pangan yang dilalukan selama periode 1970-1995, di satu sisi mengakibatkan struktur

perekonomian desa yang sebelumnya berjalan dengan moda-produksi tradisional berubah

menjadi moda produksi bergantung modal yang bermuara pada ketidakmerataan tingkat

kesejahteraan. Pada kerangka pembangunan ekonomi yang demikian, kemerosotan terjadi

pada dimensi pembangunan di tingkat nasional. tergambarkan pada pranata sosial dengan

ciri gotong royong yang sebelumnya menyokong sendi kehidupan, berubah secara

perlahan menjadi relasi yang bersandarkan pada transaksi. komersial dan menghilangkan

rasa saling percaya yang telah diwariskan masyarakat desa dari generasi ke generasi di

masa lampau. Dalam perangkap ketergantungan serta eksploitasi sumber daya, terutama

di sektor pangan dan pertanian, kita menemukan desa hingga di hari ini.

Kegagalan pembangunan pedesaan di masa lampau dapat diidentifikasi sebagai sejumlah

poin krusial tentang masalah yang perlu diatasi hingga hari ini. RPJMN 2004-2009

misalnya, mengidentifikasi sejumlah masalah krusial tersebut: terbatasnya alternatif

lapangan kerja berkualitas; lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral

maupun spasial; timbulnya hambatan (barrier) distribusi dan perdagangan antar daerah;

tingginya risiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku usaha di pedesaan;

rendahnya aset yang dikuasai masyarakat pedesaan. Memaparkan pengertian

perencanaan pembangunan partisipatif sebagai suatu model perencanaan pembangunan

yang mengikutsertakan masyarakat. Masyarakat aktif melibatkan diri dalam melakukan

identifikasi masalah, perumusan masalah. Pencarian alternatif pemecahan masalah,

penyusunan agenda pemecahan, terlibat dalam proses penggodogan (konersi), ikut

memantau implementasi, dan ikut aktif melakukan ealuasi. Pelibatan masyarakat tersebut

diwakili oleh kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri atas kelompok politik, kelompok

kepentingan, dan kelompok penekan. Kategori kelompok yang terakhir ini dapat diwakili

oleh organisasi, kelompok atau indiidu yang concern dengan kondisi normatif yang ideal,

seperti kelompok mahasiswa, alim ulama, tokoh masyarakat pemuda, perempuan dan

lain-lain. Sesungguhnya di luar UU no. 32/2004 dan PP no. 72/2005 yang menghendaki

Page 43: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

40

pemerintahan desa menjadi kuat dan aktif 6, juga terdapat UU no. 26 tahun 2007 tentang

Penataan ruang yang menitikberatkan pada aspek kewilayahan dan ekonomi.

2. Tujuan

A. Mendeskripsikan sejarah dan proses dinamika lahirnya sistem informasi desa

B. Mendefinisikan dan mendeskripsikan sistem informasi desa yang sudah

diimplementasikan di beberapa desa.

C. Menganalisis kelebihan dan kelemahan sistem informasi desa

3. Metode

Pada dasarnya, metode yang digunakan untuk merancang dokumen perencanaan ini

menggunakan pendekatan partisipatif. Dengan mengandalkan metode PAR (participatory

action research), fasilitator mencoba untuk menggali segala kendala dan permasalahan

urgen yang ada pada masyarakat. Setidaknya, ada beberapa langkah yang harus dijadikan

pedoman dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan desa ini.

2.1 Teknik

Beberapa teknik yang digunakan oleh tim penyusun dokumen perencanaan ini

menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Pemetaan Sosial

Pemetaan sosial merupakan proses mengenali kondisi sebenarnya yang berada di

masyarakat. Baik kondisi pada saat ini, kondisi pada masa lalu, dan kondisi yang akan

dating. Proses ini akan banyak melibatkan masyarakat sebagai subyek informan utama

dan pelaku perubahan yang ada pada lingkunganya. Pemetaan sosial ini beradasarkan

atas kondisi lingkungan keluarga, mulai dari kondisi rumah tangga, kesehatan, belanja

rumah tangga, peternakan, perikanan, pertanian.

b. Pemetaan Spasial

Pemetaan spasial mengidentifikasi kondisi masyarakat dan lingkunganya yang fokus

terhadap tata ruang, kawasan, bentuk wilayah. Hal ini sangat berhubungan dengan

kondisi sosial yang berada di masyarakat.

c. Analisa Stakeholder

Page 44: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

41

Dalam merencanakan segala macam bentuk kepentingan dari berbagai pihak, ada

beberapa identifikasi

d. PRA (Partisipatoty Rural Appraisal)

Menggunakan teknik PRA dengan beberapa kajian yang fokus dan mendalam tentunya.

Salah satu yang digunakan adalah kalander musim, diagram venn, alur sejarah, trend

and change, dan juga analisa peta sosial.

4. Hasil

A. Lahirnya Sistem Informasi Desa

Selama beberapa tahun terakhir saya menyaksikan hingar-bingar kehadiran profil desa

(PD) dan sistem informasi desa (SID). PD merupakan e olusi dari monografi desa (yang

sering saya jumpai ditulis secara parmanen pada sebuah papan di kantor desa).

Pemerintah, terutama Kementerian Dalam Negeri, memberi amanat kepada desa

untuk menyusun PD sebagai basis untuk penyusunan perencanaan desa dan pelayanan

administrative kepada warga desa. Di balik instrumen ini, para pejabat Ditjen PMD

Kemendagri selalu mengajarkan kepada kepala desa agar menguasai betul data yang

akurat tentang wilayah, aset desa dan penduduk desa. Data diharapkan menjadi

pijakan penting bagi kepala desa untuk mengambil keputusan secara tepat dalam

pembangunan desa.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor

6 tahun 2014 yang akan berlaku efektif mulai tahun 2015, akan terjadi perubahan

status dan posisi desa dalam struktur politik pembangunan nasional di Indonesia.

Setidaknya desa memiliki peluang sangat besar untuk benar-benar menjadi subyek

utama dalam pembangunan nasional, meskipun berdasar kajian-kajian kritis selama ini

ditemuakan masih terdapat berbagai ketentuan yang membatasi kewenangan desa

untuk benar-benar menjadi otonom. Bagian yang paling strategis dari pembangunan

otonomi desa adalah perencanaan pembangunan desa baik menyangkut perencanaan

spasial, sosial, ekonomi, lingkungan, penganggaran, dan penataan kelembagaan.

Selama ini, perencanaan pembangunan desa sangat buruk dan tidak mencerminkan

kebutuhan pembangunan desa dan kebutuhan pelayanan masyarakat dari pemerintah

desa. Perencanaan pembangunan desa secara normatif hanyalah turunan dari

Page 45: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

42

perencanaan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten. Undang-undang desa

tersebut mengatur bahwa desa harus membuat sendiri perencanaan pembangunan

desa jangka menengah (RJMDES) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa Tahunan

(RKPDES), yang keduanyaP harus di buat dalam bentuk Peraturan Desa (PERDES).

Proses pembuatan nya pun harus dilakukan melalui serangkaian kegiatan-kegiatan

musyawarah pembangunan desa.

LPTP telah merespon secara cepat berkaitan dengan masalah-masalah diatas, anatara

lain mengadakan kajian-kajian kritis implikasi Undang-Undang Desa terhadap

percepatan otonomi desa baik dalam bentuk kajian terbatas, seminar, dan bahkan

beberapa jaringan kerja Insist telah membuat berberapa proyek percontohan di di

berbagai wilayah seperti di Klaten Jawa Tengah, Sikka dan Ende, NTT, dan beberap

wilayah di Propinsi Jambi. Berdasarkan evaluasi selama ini, proyek-proyek percontohan

tersebut telah berhasil memberikan dampak yang sangat positif dalam penguatan

desa.

Berdasarkan atas beberapa pengalaman diatas, LPTP segera memperdalam beberapa

kajian yang kritis dan terfokus ke beberapa pengembangan sistem informasi desa.

Dimulai dengan beberapa contoh di wilayah program IPWD (Integrated Pusur

Watershed Development) Klaten. Pada tahun 2013 dan diselesaikan sebanyak 4 desa di

wilayah kerja kawasan tersebut. Di lokasi berbeda juga dikembangkan program yang

sama dengan mengintegrasikan pemetaan secara sosial dan spasial dalam program

pendampingan pasca bencana di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada sampai

saat ini berkembang di beberapa desa di Jawa Timur sampai dengan intergasi dalam

perencanaan pembangunan desa.

2013 - 2015

• Klaten, NTT, dan Wonosobo

• Piloting Project Geospatial Mapping

2015 - 2016

• Wonosobo, Sukoharjo, NTT, Bojonegoro

• Integrasi Geospatial Mapping

2017 - 2019

• Bojonegoro, Tuban, Wonosobo

• Integrasi pemetaan dan perencanaan pembangunan desa

• aplikasi layanan administrasi dan web desa

Page 46: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

43

B. Mengenal Sistem Informasi Desa dan Proses Alur Proses Implementasinya

1) Gambaran SID

Secara singkat SID kepanjangan dari sistem informasi desa. Melalui amanah UU

desa yang sudah disahkan sejak 2014, sistem informasi desa banyak yang

memaknai dengan profil desa atau gambaran tentang desa. Namun, format profil

desa yang digagas akan menjadi gambaran yang sesungguhnya, tidak mampu

bekerja sesuai dengan harapan desa. Profil desa hanya berfungsi sebagai identitas

desa. Tidak mampu banyak membantu desa dalam menyediakan data yang mampu

dianalisa secara menyeluruh. Apalagi membantu dalam rencana pembangunan

desa.

Sistem informasi desa merupakan integrasi antara pemetaan sosial dan spasial

yang menjelaskan tentang kondisi masyarakat yang sesungguhnya. Terdapat

beberapa data yang sudah terintegrasi yang mampu untuk dianalisa secara

sektoral. Mulai dari sektor pangan, pertanian, perkebunan, peternakan, sanitasi,

energi, kesehatan, dan juga tata ruang kawasanya. Jika digambarkan dalam bentuk

bagan alur maka sebagai berikut gambaran dari SID :

Pemetaan spasial dan sosial merupakan proses penggambaran kondisi secara

fakta dan terkini yang berhubungan dengan tata ruang dan kawasan desa.

Pemetaan sosial sendiri merupakan penggambaran kondisi terkini masyarakat yang

berhubungan dengan kondisi rumah, sanitasi, anggota keluarga, peternakan,

pertanian, belanja rumah tangga. Pemetaan ini disajikan dalam bentuk aplikasi

digital yang bersifat open source. Sehingga desa yang akan dipermudah dalam

pengelolaanya.

Pemetaan Spasial dan Sosial Sistem Database Analisa Database Sistem Informasi

Desa

Page 47: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

44

Dalam membangun sistem informasi desa ini ada beberapa syarat yang harus

dimiliki oleh desaagar mampu memproduksi sistem ini. Berikut adalah syarat –

syaratnya :

• Data : Kumpulan Data, Informasi,

• Personil : tim database, operator, User (Pemakai)

• Softwere (perangkat lunak) : masterdata, aplikasi GIS

• Hardwere (pearangkat keras) : Peralatan/Fasilitas kerja data, Media Informasi

2) Tata Alur Penyusunan SID

Tahapan untuk menyusun dokumen perencanaan ini tidak terjadi secara tiba – tiba.

Ada konsep yang jelas dan terencana sejak awal. Untuk lebih jelasnya, berikut

tahapan besar yang dilakukan oleh tim penyusun dokumen pembangunan Desa :

a. Pemetaan spasial dan sosial

Tahapan awal yang harus dimulai adalah dengan melakukan pemetaan spasial

dan sosial. Tahapan ini dilakukan dengan memetakan seluruh kondisi yang ada

pemukiman, rumah, sumber daya alam, dan infastruktur pada masyarakat.

Pemetaan Spasial &

Sosial

Sistem Database

Desa SID

Perencanaan

Pemb. Desa

Kebijakan Desa

Page 48: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

45

Proses ini dilakukan dengan memetakan sebaran pemukiman, potensi,

permasalahan.

b. Pengelolaan Data Melalui Sistem Database Desa

Tahapan pemetaan yang sudah selesai, maka akan dikemas dalam format data

yang mudah diakses oleh operator yang sudah terlatih di desa. Format yang

muncul adalah database desa. Sistem database desa ini akan sangat mudah

memuat data dari hasil pemetaan sosial dan spasial. Bentuk format

diaplikasikan dengan sistem acces, peta digital melalui Quantum GIS, dan

sistem perhitungan Microsoft excel. Semua data bisa diakses dengan

mengoperasikan dan dianalisa secara komprehensif.

c. Penyusunan Sistem Informasi Desa

Tahapan ketiga adalah dengan menyusun sistem informasi desa. Sistem

informasi ini terbentuk karena ada pemetaan dan sistem database desa.

Belum disebut dengan sistem informasi ketika data yang sudah tersusun

belum teranalisa secara menyeluruh. Tentunya dalam menganalisa

mempunyai beberapa metode dan sistem tersendiri. Salah satunya adalah

memakai standarisasi nasional maupun internasional sebagai basis data dan

mutu kualitas kondisi desa. Dari sistem informasi ini akan memunculkan data

hasil perhitungan dan kedepan akan mampu menjawab perencanaan yang

sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

d. Menyusun Perencanaan Pembangunan Desa

Tahapan keempat adalah menyusun perencanaan pembangunan desa yang

akan dijadikan bagian dari rencana pembangunan desa janka menengah.

Penyusunan perencanaan pembangunan desa dibangun melalui proses analisa

dari berbagai sektoral.

e. Pengembangan Kebijakan Desa

Pada tahapan akhir ini merupakan bentuk dari upaya keberlanjutan tahapan

sebelumnya. Mengembangkan hasil penyusunan pembangunan kedalam

kebijakan desa dilakukan dengan memasukan segala kajian dan rencana yang

sudah dihasilkan kedalam rencana pembangunan jangka menengah. Dikemas

bentuk master plan desa dan diimplementasikan dengan dukungan anggaran

desa.

Page 49: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

46

C. Mengungkap Manfaat SID

1) Sistem informasi desa sebagai pedoman dasar acuan perencanaan pembangunan

desa. Sudah ada pada pengantar di dalam latar belakang masalah yang muncul

dalam artikel ini. Tidak semua data yang ada pada desa, membantu desa. Tidak

semua aplikasi mampu menjawab kebutuhan desa. Dan tidak semua dokumen

yang ada di desa bisa menyelesaikan masalah di desa. SID hadir pada yang cukup

tepat dengan dibutuhkanya dalam merancang pembangunan di desa. Beberapa

indikator dalam sistem informasi desa diarahkan untuk menjawab segala macam

kebutuhan untuk perencanaan pembangunan kedepan.

2) Sistem informasi desa sebagai media pengontrol data kondisi terbaru desa. Secara

peraturan memang sulitnya mengakses data dari pemerintah daerah dan

kecamatan. Ada beberapa data yang sebenarnya diperoleh dari desa namun tidak

dikembalikan kepada desa. Justru data tersebut kembali ke atas untuk disimpan

oleh pemerintah yang lebih tinggi levelnya. Munculnya, sistem informasi desa

dengan kelebihan aplikasi mampu merubah pandangan tentang cara tercepat

dalam memperbarui data. Data yang dinamis setiap waktu mampu untuk secara

tepat dan cepat ter-update dalam sistem olah data. Mulai dari keluar dan masuk

penduduk, lahir dan kematian penduduk, dan kepemilikan asset penduduk yang

menjadi bahan penting bagi pemerintah desa.

3) Sistem informasi desa sebagai media layanan administrasi desa. Sistem informasi

desa menjadi salah satu aplikasi yang sudah cukup dikenal dengan feature yang

bisa menjawab kebutuhan data secara cepat. Salah satu yang cukup memuaskan

adalah dengan menyajikan data kependudukan dipadukan dengan data suart

menyurat. Seluruh template sudah menyurat sudah menjadi satu dalam satu

aplikasi sehingga tidak ada perbedaan. Ketika membutuhkan surat maka cukup

kroscek surat yang dibutuhkan dan memilah NIK yang berkebutuhan.

4) Sistem informasi desa sebagai media meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

menguasai informasi tentang ruang kehidupanya. Pada saat ini, generasi yang

hidup pada era modern mayoritas adalah generasi dengan kehidupan milenial. Ada

beberapa kehidupan yang memang cukup tidak dikenal oleh generasi saat ini.

Sistem infomasi desa menjadi alat yang berusaha menjelaskan tentang kondisi yang

Page 50: DAFTAR ISI - LPTP Surakartalptp.or.id/wp-content/uploads/2019/12/book-lptp-4...bagian hilir mulai muncul komunitas peduli sungai Pusur di Desa Pundungan Kecamatan Juwiring. Transeck

47

sebenarnya pada masyarakat mengenai kondisi yang fakta. Dikarenakan data yang

sudah disusun akan ditampilkan kembali kepada masyarakat. Sehingga masyarakat

akan mampu mengenali wilayahnya sendiri. Masyarakat mulai asing dengan

kawasanya sendiri.

5. Refleksi

A. Metodologi. Ada beberapa catatan penting dalam memahami metodologi yang

berubah secara perlahan dalam dunia pendampingan. Pendekatan dalam menentukan

program dampingan yang selalui diawali dengan riset kritis. Salah satu teknik yang

sudah menjadi tradisi bagi LPTP adalah mengkaji secara mendalam dan basisnya adalah

kawasan. Pemetaan secara menyeluruh baik secara spasial maupun sosial akan

menjadi metode yang cukup efektif untuk menentukan kebutuhan, prioritas, dan

masalah yang fundamental dalam program.

B. Inovasi Teknologi Informasi. Perkembangan informasi mau tidak mau, harus diakui dan

terus disepakati tentang perubahanya secara cepat. Teknologi setiap waktu akan terus

berubah. Teknologi digital yang mulai diterapkan adalah dengan mengaplikasikan

kondisi desa secara cepat dengan menerapkan pemetaan geospasial dan sosial

kedalam aplikasi layanan desa. Desa mulai mengenal kondisinya sendiri dengan peta

digital dan mampu diakses oleh masyarakat pada umumnya.

C. Integrasikan teknik PRA dan SID. Dalam perencanaan pembangunan ada beberapa

teknik PRA yang pada umumnya dipergunakan untuk menfasilitasi rancangan

pembangunan desa. Beberapa teknik ini cukup efektif ketika berperan dalam

memahami kondisi desa secara cepat dan partisipatif. Namun, kurang kuatnya adalah

dalam penggunaanya beberapa teknik PRA tidak didukung dengan data yang

menyeluruh dengan basis rumah tangga. SID tampil sebagai salah satu peran

pendukung dalam melengkapi keberadaan PRA. Bukan manghapus peran PRA namun

lebih cenderung kepada pelengkap dalam menyajikan data yang diinginkan oleh

masyarakat dan fasilitator.

***