crs seksio caesar

10
SEKSIO SESAREA 1.1. Pengertian Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan Latin Caedere yang artinya memotong. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998). Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991). 1.2 . Klasifikasi Seksio sesarea Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008). Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio sesarea memilih teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan. Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada

Upload: alfimuhammad47

Post on 05-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Medicine

TRANSCRIPT

Page 1: Crs Seksio Caesar

SEKSIO SESAREA

1.1. Pengertian

Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan Latin Caedere yang artinya memotong.

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding

uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998).

Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada

dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi ini tidak termasuk

melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan abdominal

(Pritchard dkk, 1991).

1.2 . Klasifikasi Seksio sesarea

Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi

pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah

rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan kelainan letak terutama jika

selaput ketuban sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ismika atau profundal (low

servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan

melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008). Hampir 99 % dari seluruh

kasus seksio sesarea memilih teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti

kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan.

Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio

sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada miomatousus

yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan

(Manuaba, 1999). Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior

ke dalam rongga uterus (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang

dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan

kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah kemudian uterus dibuka dengan insisi di

segmen bawah (Manuaba, 1999).

1.3. Indikasi Seksio Sesarea

Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu persalinan

yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu, psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat salah satu

gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan

dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan

janin (Mohctar, 1998).

Page 2: Crs Seksio Caesar

Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan

menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun indikasi dilakukannya seksio

sesarea adalah persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi, disproporsi sefalo-

pelvis, distress janin, prolaps tali pusat, plasenta previa, abrupsio plasenta, penyakit pada

calon ibu, bedah sesarea ulangan (Simkin dkk, 2008).

Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah, pembukaan

yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah dilakukan usaha untuk

mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi lebih kuat; malpresentasi atau malposisi

dimana letak bayi dalam rahim tidak menguntungkan untuk melahirkan lewat vagina. Contoh

malpresentasi adalah posisi transversal, presentasi sungsang. Malposisi mencakup posisi

oksiput posterior yang persisten atau asinklitisme; disproporsi sefalo-pelvis dimana kepala

bayi terlalu besar, struktur panggul ibu terlalu kecil atau kombinasi keduanya; distress janin

dimana perubahan tertentu pada kecepatan denyut jantung janin dapat menunjukkan adanya

masalah pada bayi. Perubahan kecepatan jantung ini dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau

berkurangnya aliran darah teroksigenasi ke plasenta. Memantau respon kecepatan jantung

janin terhadap rangsang kulit kepala atau menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin

dapat membantu pemberi perawatan mengetahui apakah bayi mengompensasi keadaan ini

dengan baik atau mulai mengalami efek kekurangan oksigen. Jika bayi tidak mampu lagi

mengompensasinya, perlu dilakukan bedah sesar; prolaps tali pusat dimana jika tali pusat

turun melalui leher rahim sebelum si bayi, kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat

tersebut dan secara drastis mengurangi pasokan oksigen sehingga mengharuskan

dilakukannya melahirkan secara bedah sesar segera; plasenta previa dimana plasenta

menutupi sebagian leher rahim. Saat leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim

menyebabkan perdarahan yang tidak sakit pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan

oksigen ke janin. Melahirkan lewat vagina yang aman tidak dimungkinkan pada plasenta

previa, karena plasenta akan keluar sebelum si bayi (Duffet, 1995; Kasdu, 2003; Simkin dkk,

2008).

Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari dinding rahim. Keadaan

ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan tersembunyi dengan sakit perut

yang spontan. Pemisahan ini merupakan pasokan oksigen ke janin dan bergantung pada

seberapa banyak plasenta yang terlepas, perlu dilakukan bedah sesar; penyakit pada calon ibu

misalnya ibu mempunyai sakit jantung atau kondisi medis lain yang serius, ibu mungkin tidak

akan mampu menahan stress persalinan dan melahirkan lewat vagina. Adanya luka herpes

pada atau di dekat vagina pada saat persalinan juga merupakan indikasi untuk melahirkan

Page 3: Crs Seksio Caesar

sesar karena bayi akan tertular infeksi jika dilahirkan melewati jalan lahir. Seorang ibu yang

positif HIV akan dapat mengurangi risiko penularan virus ke bayinya jika ia menjalani

melahirkan sesar yang sudah direncanakan (Duffet, 1995; Simkin dkk, 2008).

1.4. Komplikasi Seksio Sesarea

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya (Bobak,

2004). Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan

pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan

anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus

urinarius, infeksi pada luka (Manuaba, 2003; Bobak. 2004).

Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5 0 Celcius

(Heler, 1997). Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis

yang menandakan adanya suatu komplikasi serius . Morbiditas febris merupakan komplikasi

yang paling sering terjadi pasca pembedahan seksio seksarea (Rayburn, 2001).

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah lebih dari

1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis di tempat

insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri (Karsono dkk, 1999). Komplikasi

pada bayi dapat menyebabkan hipoksia, depresi pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan

trauma persalinan (Mochtar, 1988).

2. Anastesi

Tindakan anestasi yang biasa dilakukan adalah anestasi regional dan anestasi umum.

Anestasi umum adalah hilangnya rasa sakit yang menyeluruh disertai hilangnya kesadaran

(tidur), sedangkan anestasi regional adalah hilangnya rasa sakit pada sebagian tubuh tanpa

disertai dengan kehilangan kesadaran (tidak tidur). Anestasi regional yang akan dibicarakan

di sini adalah anestasi spinal dan anestasi epidural.

2.1 Anestasi Spinal

Keuntungan spinal anestasi untuk seksio sesarea adalah tekniknya sederhana, efeknya

cepat, kontak foetus dengan obat-obatan minimal, pasiennya sadar dan bahaya aspirasi

sedikit.

Page 4: Crs Seksio Caesar

Kerugian anestasi spinal adalah tingginya kejadian penurunan tekanan darah, mual-

muntahan selama pembedahan, kemungkinan adanya sakit kepala pasca anestasi, serta lama

kerja obat anestasi terbatas. Kejadian hipotensi ibu sebesar 80%. Perubahan tekanan darah ini

disebabkan karena blokade simpatis dan diperbesar oleh penekanan aorta dan vena cava

inferior oleh uterus yang hamil ketika pasien dalam posisi terlentang.

Lebih tinggi blokade simpatis, lebih tinggi resiko hipotensi dan timbulnya gejala

muntah-muntah. Pada kepustakaan Barat disebutkan bahwa posisi terlentang meningkatkan

kejadian hipotensi secara nyata. Penelitian pada hampir 250 pasien di Indonesia, posisi

terlentang tidak menurunkan tekanan darah (kejadian supine hypotension syndrome, tidak

ada).

Hipotensi Ibu bisa mengancam kehidupan Ibu dan foetus bila penurunan tekanan

darah dan curah jantung tidak cepat dikoreksi. Keadaan hipotensi maternal yang singkat, bisa

menyebabkan penurunan Apgar score (keadaan bayi 5-10 menit setelah dilahirkan),

pemanjangan waktu bayi mencapai nafas yang adekuat, dan menyebabkan perubahan

neurologis paling sedikit 48 jam pada infant yang lahir dari Ibu yang dilakukan seksio sesare

dengan epidural analgesia.

Karena spinal anestasi mempunyai keuntungan-keuntungan untuk seksio sesare,

berbagai usaha dilakukan untuk mencegah hipotensi maternal. Dicoba dengan pemberian

1000-1500 ml cairan infus Ringer laktan 15-30 menit sebelum spinal anestasi, dan dengan

pemberian obat vasopresor.

Mual-mual sering terjadi pada spinal anstasi. Hal ini disebabkan karena :

Penurunan tekanan darah menyebabkan menurunnya aliran darah otak dan

menyebabkan otak kekurangan oksigen.

Tarikan peritonium atau viskera yang menyebabkan reaksi vegal berupa bradikardi

dan penurunan curah jantung.

Mual-muntahan setelah bayi lahir dapat dikurangi dngan pemberian obat antimuntah.

Sakit kepala pasca spinal merupakan masalah utama setelah spinal anestasi pada

obstetri. Kejadian post spinal headache bervariasi dari satu institusi ke institusi yang lainnya.

Page 5: Crs Seksio Caesar

Berkisar 0-10%. Dokter anstesi, misalnya ukuran dan bentuk ujung jarum, serta cara

penyuntikan.

Tidak semua pasien seksio sesarea dapat dilakukan spinal anestesi. Ada beberapa

keadaan yang mana anestesi spinal tidak dapat dilakukan, antara lain :

1. pendarahan hebat pada Ibu

2. hipotensi hebat

3. gangguan pembekuan

4. kelainan neurologis

5. pasien menolak

6. kesulitan teknis

7. tubuh pasien pendek atau morbid obesitas

8. sepsis, baik lokal atau general

2.2 Anestesi Epidural

Keuntungan anestasi epidural untuk seksio sesarea adalah :

1. Kejadian dan beratnya hipotensi Ibu lebih rendah dari pada anestasi spinal.

2. Tidak ada tusukan dura, menyebabkan berkurangnya kejadian sakit kepala

dibandingkan dengan setelah dilakukan spinal anestasi.

3. Dengan memasang kateter, dapat dipakai untuk operasi yang lama juga untuk

menghilangkan rasa sakit pada periode pascabedah.

Kerugian Epidural analgesia :

1. teknik lebih silit dari pada anestasi spinal

2. onset obat anestasi lebih lama

3. membutuhkan obat anestasi lokal yang lebih banyak.

Page 6: Crs Seksio Caesar

Masalah : Ada beberapa efek kardiovaskular antara epidural anestasi dan spinal anestasi

untuk seksio sesarea. Penurunan tekanan darah umumnya lebih kurang pada epidural karena

onset bloknya lebih lambat. Akan tetapi, karena memakai jarum yang lebih besar maka

kejadian sakit punggung pascabedah (backache) lebih besar setelah epidural dari pada setelah

spinal anestasi.

Sama seperti spinal anestesia maka ada beberapa kontraindikasi anestesi epidural, yaitu:

1. hipotensi hebat

2. gangguan pembekuan darah

3. kelainan saraf

4. pasien menolak

5. kesulitan teknis

6. sepsis, lokal atau menyeluruh

Pasien harus mendapat penerangan yang jelas tentang kedua teknik ini, sehingga pasien

dapat memilih, sepanjang kedua teknik ini dapat dilakukan pada pasien tersebut.

2.3. Anestesi Umum

Anestesi umum adalah anestesi di mana pasien tidak sadar (tidur), hilang rasa sakit

seluruh tubuh. Keuntungan anestesi umum adalah efek kerjanya cepat, mudah dikendalikan,

kegagalan anestesi tidak ada, dapat menghindari terjadinya hipotensi. Kerugiannya adalah :

kemungkinan adanya aspirasi, masalah pengelolaan jalan nafas, bayi terkena obat-obat

narkotik serta ada kemungkinan awareness.

Aspirasi pneumonia akibat aspirasi cairan lambung dapat dicegah dengan persiapan

anestesi yang lebih baik. Secara teori kejadian aspirasi besar, tapi pada kenyataannya dari

puluhan ribu pasien yang dilakukan anestesi umum untuk seksio sesarea sangat sedikit yang

mengalami aspirasi. Sama seperti kejadian yang disebut “penurunan tekanan darah akibat

posisi terlentang” sangat kecil atau hampir tidak ada pada pasien orang Indonesia.

Obat anestesi yang dipakai di jaman sekarang ini, hampir tidak mempengaruhi bayi.

Efek obat anti sakit selama pembedahan tidak mempengaruhi bayi karena diberikan setelah

Page 7: Crs Seksio Caesar

bayi lahir. Karena efek obat-obatan tidak mempengaruhi janin maka yang penting adalah

menjaga jangan sampai terjadi penurunan tekanan darah. Tentang mencegah kejadian aspirasi

setelah selesai operasi, dapat dengan melakukan ekstubasi (mencabut selang nafas) setelah

refleks pasien pulih.