cpob-cpobd 1.ppt

22
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB / GMP=Good Manufacturing Product) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Dinamis (CPOBD) Oleh: Kelompok I SUDARYATI (H51106301) ASIRAH (H51106317) NUR SUKMAWATY (H51106303) RISMAWATI (H51106322) A.HALIMAH USMAN(H51106341) EVA (H51106314) ZAKIA RAFI(H51106316) NURLELA (H51106326)

Upload: syifaasy

Post on 18-Jan-2016

507 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB / GMP=Good Manufacturing

Product) dan

Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Dinamis (CPOBD)

Oleh:Kelompok I

SUDARYATI (H51106301)ASIRAH (H51106317)

NUR SUKMAWATY (H51106303)RISMAWATI (H51106322)

A.HALIMAH USMAN(H51106341)EVA (H51106314)

ZAKIA RAFI(H51106316)NURLELA (H51106326)

FARMASI INDUSTRIFarmasi berasal dari kata pharmakon (bahasa latin) yang berarti obat.Industri berarti pabrikasi, manufakturing atau pembuatan.Jadi farmasi industri berarti membuat obat atau pabrikasi obat. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/

SK/V/1990 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri obat jadi dan Industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah melalui seluruh tahapan proses pembuatan. Proses pembuatan meliputi seluruh rangkaian kegitan yang menghasilkan suatu obat yang terdiri dari produksi dan pengawasan mutu mulai dari pengadaan bahan obat, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi untuk didistribusikan.

Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pertama kali diterbitkan pada tahun 1988, dan diikuti dengan Petunjuk Operasional Penerapan CPOB pada tahun 1989 yang kemudian direvisi pada tahun 1990. Berdasarkan keputusan Kepala Badan POM, maka Tim Revisi CPOB telah menyusun Pedoman CPOB edisi tahun 2001 yang merupakan revisi dari edisi 1988.

Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik disusun berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan MAkanan No.HK.00.05.3.2522 tahun 2003 tentang Penerapan Pedoman CDOB yang mengacu pada Good Distribution Practice (GDP) for Pharmaceutical Products, WHO 2003 dan WHO Managing Drugs Supply, WHO 1997, serta Cara Pembuatan Obat yang Baik, BAdan POM 2001. Kemudian pada tahun 2003 menuu AFTA dan harmonisasi ASEAN sehingga meningkat menjadi CPOBD.

PERSYARATAN INDUSTRI FARMASI

• Badan hukum berbentuk PT, koperasi, perusahan nasional maupun patungan antara perusahan penanam modal asing dengan perusahaan nasional

• Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)

• Memiliki IMB, HO, SIUP, TDP, dll

• Memenuhi persyaratan CPOB /c-GMP (bangunan, peralatan, sistem, dll)

• Memiliki minimal 2 tenaga Apoteker yang bekerja penuh sebagai penanggung jawab produksi dan pengawasan mutu

• Memiliki sistem dan prasarana pengolahan limbah (KA-ANDAL, ANDAL, RKL, RPL)

SEJARAH CPOB-CPOBD1969 : WHO mengeluarkan konsep “Good Practices in Manufacture and

Quality Control of Drug”1971 : SK Menkes no 4234/A/SK/71 tentang dasar-dasar dan pengawasan

atas mutu obat dan cara-cara yang baik dalam pengawasan produksi dan mutu obat-obatan dikeluarkanPenerapan CPOB secara sukarela

1988 : SK Menkes no 43/MENKES/SK/II/1988 tentang cara pembuatan obat yang baik (Pedoman CPOB edisi I) dikeluarkan dan mulai penerapannya

1989 : SK Dirjen POM no 05411/A/SK/XII/1989 tentang penerapan CPOB pada industri farmasi dikeluarkan. SK ini berisi petunjuk operasional penerapan CPOB

1990 : Sertifikasi CPOBPetunjuk Operasional penerapan CPOB direvisi

2001 : Berdasarkan keputusan Kepala Badan POM, maka Tim Revisi CPOB telah menyusun Pedoman CPOB edisi II yang merupakan revisi dari edisi 1988.

2004 : Addendum IV, GMP for Human Blood and Blood Product2005 : Draft Pedoman CPOB edisi III dibuat (c-GMP)2006 : Finalisasi pedoman CPOB edisi III (c-GMP)

CPOB – CPOBD Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyangkut

seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu dan bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan umum yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

• CPOBD menyangkut penjaminan mutu, khasiat, keamanan dan keabsahan obat sampai ke tangan konsumen melalui pengawasan obat secara komprehensif termasuk pada jaringan distribusi obat.

• Pada CPOB lebih ditekankan pada sistem manajemen mutu (Quality Management System) dan sistem pengemasan dan penandaan dimana pada CPOB hal ini tidak terlalu diperhatikan

MENGAPA CPOB

Beberapa alasan yang mendasari penerapan CPOB di Industri Farmasi yaitu :

•Obat dibuat untuk manusia

•Pemastian (jaminan) mutu produk adalah tanggung jawab utama dari

Pabrik Farmasi

•Pengujian hasil akhir tidak memberikan jaminan mutu oleh sebab itu harus menerapkan CPOB

OBAT• Obat adalah bahan atau campuran bahan-bahan baik

yang berasal dari alam ataupun sintesis yang digunakan untuk diagnosis, mencegah, mengobati penyakit atau gejala-gejalanya, memulihkan kesehatan baik pada manusia ataupun hewan. Obat dikatakan bermutu bila memenuhi persyaratan aman, berkhasiat tinggi dan dapat diterima masyarakat.

• Obat bermutu adalah obat yang mampu memberikan khasiat atau efektivitas farmakologis sesuai tujuan penggunaannya (untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit), serta aman digunakan baik secara farmakologis maupun fisik, untuk mencapai hal tersebut, maka segala aspek yang berkaitan dengan produksi suatu obat harus diawasi secara ketat dan dilaksanakan sesuai aturan yang terdapat dalam CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).

KUALITAS

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Mutu produk yang dihasilkan disesuaikan dengan harapan-harapan konsumen untuk obat :•Aman•Manjur•Berkhasiat•Acceptable (dapat digunakan oleh pengguna)

Diakui oleh pemerintah (Badan POM)Layak untuk digunakanStabil untuk penyimpanan lama

ASPEK CPOB CPOB melibatkan beberapa komponen yang sering menimbulkan masalah tetapi apabila dikelola dengan baik sesuai pedoman CPOB, semuanya akan saling terkait dan dapat menghasilkan produk bermutu sesuai standar. Komponen tersebut meliputi :

Ketentuan UmumPersonilBangunan dan fasilitas ruanganPeralatan dan mesinSanitasi/higieneProduksiPengemasan dan labelisasiPengawasan mutu (QC)DokumentasiBahan awalPengaduan dan penarikan produkInspeksi diri (self inspection)Validasi

TUJUAN CPOB yang Dinamis• Upaya pemerintah (Badan POM) untuk

meningkatkan kemampuan industri farmasi Indonesia sesuai dengan standar internasional agar lebih kompetitif baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor

• Adanya jaminan terhadap khasiat, keamanan, mutu obat produksi farmasi Indonesia

• Mendorong industri farmasi Indonesia agar lebih efisien untuk fokus dalam pelaksanaan produksi obat, termasuk pemilihan fasilitas produksi yang paling fleksibel untuk dikembangkan

ASPEK CPOB YANG DINAMIS Umum

Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)

Bangunan, Sarana Penunjang dan Peralatan

Sistem Penanganan Bahan

Sistem Produksi

Sistem Pengemasan dan Penandaan

Sistem Manajemen Mutu (Quality Assurance)

Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) terdiri atas :Kewenangan QA/QC

Pengendalian Perubahan

Sistem Pelulusan Batch

Penanganan Penyimpangan

Pengolahan Ulang

Rencana Induk Validasi (RIV), Protokol Validasi dan Laporan Validasi

Kualifikasi dan Pelatihan Personalia (umum/keseluruhan)

Sistem Dokumentasi

Penanganan Keluhan, Obat Kembalian dan

Penarikan Kembali Obat Jadi

Sistem Pengemasan dan Penandaan

• Pengecek label, penggunaan label, penyimpanan label dan rekonsiliasi

• Pelaksanaan pengemasan• Protap dan dokumen pengemasan• Validasi proses pengemasan

PERSYARATAN KUALITAS OBATMenurut Academy of Pharmaceutical Science, USA :Mengandung kuantitas masing-masing bahan aktif sesuai dengan persyaratan pada etiket, yang masih dalam nilai batas sesuai dengan spesifikasinya.

Mengandung kualitas bahan aktif yang sama, dalam setiap satuan takaran obat. Tidak boleh mengandung bahan lain, yang tidak dinyatakan secara jelas.

Sampai saat digunakan oleh penderita, tetap terjaga potensi, penampilan, dan ketersediaan terapeutiknya untuk tujuan pengobatan.

Pada saat digunakan, melepaskan bahan aktif agar supaya tercapai secara penuh ketersediaan biologisnya

JENIS-JENIS INDUSTRI FARMASIBerdasarkan jenis kegiatannya, industri farmasi dapat

dikelompokkan:1.Industri Riset (Inovasi) Farmasi

Menghasilkan obat dan atau bahan baku obat hasil penelitian sendiri,memperoleh hak paten selama periode tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional dan internasional

2. Industri Sintesis dan atau Fermentasi FarmasiMenghasilkan bahan aktif obat atau bahan baku lainnya, (baik yang masih mempunyai bahan hak paten atau sudah kadaluwarsa)(yang merupakan hasil sintesis)

3.Industri Manufaktur FarmasiMenghasilkan obat jadi dari bahan baku yang dihasilkan industri farmasi riset dan atau industri farmasi sintesis atau fermentasi. Termasuk dalam kategori ini adalah industri farmasi fitofarmaka, yang menghasilkan produk obat dari bahan alam

4.Industri Jasa Farmasi Memberikan jasa, berupa jasa penelitian, sintesis dan atau formulasi bermacam studi tentang pasar obat baik secara nasional, regional maupun internasional, meneliti dan mempelajari kecenderungan yang sedang terjadi, membuat perkiraan perkembangan masa datang, yang sangat diperlukan oleh pengambil keputusan baik di lingkungan industri farmasi maupun pemerintah

CIRI-CIRI INDUSTRI FARMASICiri-ciri industri farmasi yang perlu diperhatikan

• Industri farmasi adalah indusrti yang diatur secara ketat (seperti registrasi obat, CPOB, distribusi dan perdagangan produk yang dihasilkan)

• Industri farmasi selain menghasilkan obat untuk penderita, juga merupakan suatu industri yang berorientasi untuk memperoleh keuntungan (tidak hanya aspek sosial tapi juga aspek ekonomi)

• Industri farmasi adalah suatu industri beresiko tinggi, karena bukan tidak mungkin kelak dikemudian hari jika terbukti terjadi akibat yang tidak diinginkan akibat penggunaan obat industri farmasi dituntut membayar ganti rugi (contoh : industri farmasi penghasil Thalidomide ditutup karena tidak mampu lagi membayar tuntutan ganti rugi)

• Industri farmasi adalh industri berbasis riset yang selalu memerlukan inovasi, karena usia hidup obat relatif singkat (lebih kurang 25 tahun) dan setelah itu ditemukan obat generasi baru yang lebih baik lebih aman dan lebih efektif (fenomena merger beberapa perusahan farmasi raksasa seperti GlaxoSmithKline-Becheem, Aventis, Novartis Biochemie, Rhoce-Bayer,dll )

CIRI-CIRI PRODUK FARMASI

Ciri-ciri produk industi farmasi yang perlu diperhatikan :

• Konsumen tidak selalu menggunakan obat yang dipilihnya (kecuali obat bebas dan obat bebas terbatas) akan tetapi dipilihkan oleh dokter. Dalam hal ini konsumen betul-betul tidak berdaya dan peranan dokter serta promosi obat kepada dokter sangat berperan, yang sering menimbulkan kolusi antara dokter dan industri farmasi dalam konotasi negatif

• Produk industri farmasi merupakan salah satu produk industri yang diatur sangat ketat baik secara nasional maupun internasional

• Usia simpan obat relatif singkat (dibeberapa negara hanya 3 tahun) oleh karena itu diberikan masa kadaluwarsa

• Obat, terutama obat bebas dan obat bebas terbatas, memerlukan biaya promosi langsung yang besar, sedangkan obat ethical memerlukan biaya promosi baik langsung maupun tidak langsung.

PERBEDAAN CPOB DAN CPOBD• Pada CPOBD perhatian dititik beratkan pada bagian

personalia dimana mutu obat tidak dititik beratkan pada satu devisi atau satu departemen saja tetapi melibatkan semua yang terkait sehingga dikenal dengan sistem manajemen mutu dan serta bagian penandaan dan pengemasan. Sedangkan dalam CPOB hal ini tidak begitu diperhatikan secara ketat.

• Pengawasan mutu pada CPOB hanya dipegang oleh QC sedangkan pada CPOBD selain pengawasan mutu (QC) juga terdapat bagian pemastian mutu (QA) yang mampu memberikan jaminan terhadap mutu obat yang dihasilkan

MANFAT CPOB DAN CPOBD• Pada dasarnya kedua metode ini dapat dimanfaatkan

sebagai pemberi jaminan mutu bagi konsumen bahwa obat tersebut layak dikonsumsi dan dapat memberikan efek farmakologis sesuai dengan harapan.

• Pada CPOBD jaminan mutu seragam untuk seluruh pabrik di Indonesia diamana kini diaudit berdasarkan check list.

• Sasaran pemasaran keduanya berbeda karena obat yang diproduksi dengan CPOB hanya mampu bersaing di dalam negeri saja. Sedangkan penerapan CPOBD dalam produksi obat diharapkan mampu menghasilkan obat yang dapat memberi kepercayaan dan mampu bersaing di dunia internasional

KERUGIAN CPOB DAN CPOBD

• Penerapan CPOB dalam proses produksi belum mampu memberikan jaminan dari produk obat tersebut untuk bersaing di dunia internasiona.

• Penerapan CPOBD akan menyebabkan penyempitan lahan pekerjaan karena sebagian besar kegiatan produksi ditangani oleh mesin dengan pengawasan dari tenaga ahli instrumen.

PENETAPAN STRATA INDUSTRI FARMASI• Temuan per-individual komponen check list dibobot dengan

prosentase berdasarkan tingkatan kekritisan pemenuhan.• Penetapan Starata Industri Farmasi

– Strata A• Hardware & Software memadai serta dilaksanakan secara

konsisten.• Boleh berproduksi di fasilitas milik sendiri.

– Strata B• Salah satu diantara Hadrware/Software memerlukan perbaikan

minor• Boleh berproduksi di fasilitas milik sendiri dengan perbaikan

internal.– Starata C

• Hadrware dan Software perlu perbaikan.• Sebagian diproduksi di fasilitas sendiri, sebagian toll

manufacture.– Strata D

• Hadrware dan Software perlu perbaikan signifikan.• Toll Manufacture (jangka waktu tertentu)

PROFIL PENERAPAN CPOBD

Analisis Hasil Audit Mapping Badan POM (2004)

Keterangan : C = CriticalM = Mayorm = Minor

No. Persyaratan Pemenuhan (%) Rata-Rata

C M m

1 Quality Assurance 65.05 44.78 45.75 51.86

2 Validasi 24.92 26.75 41.44 31.04

3 Stability - 38.58 54.52 46.55

4 Produk Steril 54.52 69.15 54.30 59.32

5 Bangunan 46.12 44.16 47.51 45.93

6 Water System 53.01 53.66 35.65 47.44

7 HV AC 26.01 28.23 - 27.12

8 Dokumentasi 71.42 43.65 53.39 56.15

RAta-Rata 48.42 43.62 47.51 46.62