pedoman cpob - manajemen cpotb all.docx

62
PEDOMAN CPOB / GMP PHARMA: MANAJEMEN MUTU Posted by GMP Center March 9, 2011 2 Comments 5 Votes BAGIAN 1 PENDAHULUAN DAN MANAJEMEN MUTU PENDAHULUAN PRINSIP Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat di buat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan seseuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu

Upload: ade-bsb

Post on 07-Aug-2015

1.373 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

PEDOMAN CPOB / GMP PHARMA: MANAJEMEN MUTUPosted by GMP Center ⋅ March 9, 2011 ⋅ 2 Comments       5 Votes

BAGIAN 1

PENDAHULUAN DAN

MANAJEMEN MUTU

PENDAHULUAN

PRINSIP

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan  untuk menjamin obat di buat secara konsisten, memenuhi  persyaratan yang ditetapkan dan seseuai  dengan tujuan penggunaannya.

CPOB mencakup  seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu

Page 2: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

UMUM

1. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan.

2. Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting  adalah bahwa mutu harus dibentuk kedalam produk tersebut. Mutu obat tergantung  pada bahan awal, bahan pengemas, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.

3. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja ; namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang terkendali dan di pantau secara cermat.

4. CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan penggunanya; bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan dan di capai.

5. Otoritas pengawasan Obat hendaklah menggunakan Pedoman ini sebagai acuan dalam penilaian penerapan CPOB, dan semua peraturan lain yang berkaitan dengan CPOB hendaklah dibuat minimal sejalan dengan pedoman ini.

6. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagaiu dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.

7. Selain aspek umum yang tercakup di dalam pedoman ini, dipadukan juga serangkaian pedoman suplemen untuk aspek tertentu yang hanya berlaku untuk industri farmasi yang aktifitasnya berkaitan.

8. Pedoman ini berlaku terhadap pembuatan obat dan produk sejenis yang digunakan manusia.

9. Cara lain selain tercantum di dalam pedoman ini dapat diterima sepanjang memenuhi prinsip pedoman ini.

Pedoman ini bukanlah bermaksud untuk membatasi pengembangnan konsep baru atau teknologi baru yang telah di validasi dan memberikan tingkat Pemastian Mutu sekurang kurangnya ekuivalen dengan cara yang tercantum dalam Pedoman ini.

Page 3: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

MANAJEMEN MUTU

PRINSIP

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuanpenggunaanya, memenuhi persyaratan yang tercanum dalam dokumen izin edar (registerasi) dan tidak menimbulkan resko yang membahayakan penggunanya  karena tidak aman, muu rendah atau  tidak efektif.  Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui  suatu “Kebijakan Mutu”  yang memerlukan partisipasi  dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam  perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang di desain secara manyeluruh dan deterapkan secara benar.

Unsur dasar manajemen mutu adalah :

Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, dan sumber daya  dan

Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapat kepastian dengan tingkat kepercayaan tinggi , sehingga produk (atau jasa pelayanan ) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu/ Quality Assurance.

Semua bagian sistem Pemastian Mutu  hendaklah di dukung dengan tersedianya personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab hukum hendaklah diberikan kepada Kepala Bagian Menejemen Mutu (Pemastian Mutu).

1.1.     Konsep dasar  Pemastian Mutu COPB  dan Pengawasan mutu  adalah aspek manajemen Mutu yang saling terkait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk menekankan hubungan dan betapa  pentingnya unsur –unsur tersebut dalam produksi dan pengendalian obat.

PEMASTIAN MUTU

1.2.     Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan  untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu   yang sesuai engan tujuan pemakaiannya. Karena  itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor  lain di luar pedoman ini, seperti desain dan pengembangan obat.

Sistem Pemastian Mutu yang benar tepat bagi industri farmasi hendaklah memastikan bahwa :

Page 4: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang   memperhatikan persyaratan CPOB dan Cara Berlaboaturium yang Baik

Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan  secara jelas  dan CPOB di terapkan.

Tanggung jawab menejerial diuraikan dengan jelas  dalam uraian jabatan Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pasokan dan penggunaan bahan awal, bahan

pengemas yang benar. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses (in-process control) lain serta validasi yang diperlukan

Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses pengemasaan dan pengujian bets dilakukan sebelum memberikan pengesahaan pelulusan untuk distribusi penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian dan atau pengawasan selamaproses, pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dan spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasaan akhir

Obat tidak di jual atau tidak di pasok sebelum Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk .

Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani  sedemikian rupa agar mutu  tetap dijaga selama masa edar/simpan obat

Tersedia prosedur inspeksi diri dan /atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu

Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi  spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan

Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahaan yang berdampak pada mutu produk Prosedur pengolahaan ulang, evaluasi dan di setujui  dan Evaluasi mutu produk berkala dilakukan verifikasi konsistensi proses dan memastikan

perbaikan proses yang berkesinambungan.

CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK  (CBOP)

1.3    CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai  standar mutu yang sesuai dengan tujuan pengguanaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk.

CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.  Persyaratan dasar  dari CPOB adalah :

Page 5: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas  dikaji secara sistematis berdasarkan pengalam terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan

Tahap proses yang kritis  dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang  serta perubahannya yang signifikan di validasi

Tersedia semua sarana yang di perlukan dalam CPOB termasuk ;

o Personil yang terkualifikasi  dan terlatiho Bangunan dan sarana  dengan luas yang memadahio Peralatan dan  sarana penunjang  yang sesuaio Bahan, wadah  label yang benaro Prosedur dan instruksi yang disetujuio Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.

Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk intruksi dengan bahasa  yang jelas , tidak bermakana ganda , dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia

Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar Pencatatan dilakukan secara manual dengan alat  pencatat selama pembuatan

menunjukkan bahwa langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan  benar-benar dilaksanakan  dan jumlah serta mutu  produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan  dicatat secara lengkap dan di investigasi.

Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah di akses

Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko terhadap mutu obat Tersedia sistem penarikan kmbali bets obat maupun dari peredaran Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu di investigasi

serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan penangulangan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan.

PENGAWASAN MUTU / QUALITY CONTROL

1.4      Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang  telah diperlukan dan  relevan dilakukan dan bahwa bahan yang belum dilakukan  tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya di nilai dan dinyatakan memenuhi syarat

Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai  hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif  dan dapat diandalkan

Page 6: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu  adalah  bahwa :

Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang telah terlatih  dan prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB

Pengambilan  sempel bahan awal, bahan pengemasan, produk antara  produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode  yang di setujui oleh  Pengawas Mutu

Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila Perlu ) Produk  jadi  berisi zat aktif dengan komposisi  secara kualitatif dan kuantitatif sesuai

dengan  yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai  dan diberi label yang benar

Pengawasan  Mutu secara menyeluruh juga memunyai tugas lain, antara lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan  mutu, mengevaluasi, mengawasi dan menyimpan baku pembandingan, memastikan kebenaraan label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas  dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian investigasi keluhan yang berkaitan dengan produk dan ikut mengambil bagian  dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur  tertulis dan jika perlu dicatat.

Personil Pengawasaan Mutu  hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk melakukan pengambilan  sampel dan investigasi bila  di perlakukan.

PENGKAJIAN MUTU PRODUK

1.5    Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah  dilakukan terhadap semua obat terdaftar,termasuk produk ekspor,dengan tujuan untuk membuktikan konsentrasi proses,kesesuaian dari spesifikasi bahan awal , bahhan pengemas dan obat jadi , untuk melihat trend an mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan  utuk produk dan proses.

Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya  dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan dengan mempertimbangkan hasil  kajian ulang  sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit :

Kajian terhadap bahan awal  dan bahan pengemasan yang dibutuhkan digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru

Kajian terhadap pengawasaan selama proses yang kritis  dan hasil pengujian obat jadi Kajian terhadap semua bets  yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan

investigasi yang dilakukan Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidak sesuaian yang signifikan, dan

efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahaan Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode

Analisa

Page 7: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

Kajian terhadap  variasi yang diajukan disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang  telah disetujui termasuk dokumen registerasi untuk produk ekspor

Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak diinginkan

Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan

Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang sebelumnya

Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan persetujuan  pendaftaran  dan obat  dengan persetujuan pendaftaran variasi

Status  kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan missal sistem tata udara (HVAC), air, gas bertekanan , dan lain lain  dan

Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu up to date

Industri farmasi dan pemegang izin edar bila berbeda, hendaklah  melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan melakukan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan  apakah tindakan perbaikan atau pencegahan ataupun validasi ulang  harus dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan yang  telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif  dan tepat waktu. Hendaklah tersedia prosedur menejemen yang sedang berlangsung  dan pengkajian aktivitas serta efektif prosedur tersebut  yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila Dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokan  menurut jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain.

Bila pemilik persetujuan pendaftar bukan industri farmasi, maka perlu ada suatu kesepakatan teknis dari semua pihak terkait yang menjabarkan siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan kajian uutu. Kepala Bagian Manajemen  Mutu (Pemastian Mutu), yang bertanggung jawab untuk sertifikasi bets, bersama dengan pemilik persetujuan pendaftaran hendaklah memastikan bahwa pengkajian mutu dilakukan tepat waktu dan hemat.

Sumber dari:  Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, BPOM 2006

PEDOMAN CPOB/ GMP PHARMA: PENGENDALIAN PRODUKSIPosted by GMP Center ⋅ April 23, 2011 ⋅ Leave a Comment       4 Votes

PENGENDALIAN

Page 8: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

PRODUKSI

PRINSIP

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti posedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).

A. UMUM

1. Produksi hendaklah dilakukan dan  diawasi oleh personil yang kompeten2. Penanganan bahan dan produk jadi seperti penerimaan dan karantina, pengambilan

sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat

3. Seluruh bahan kimia diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan bilamana perlu diberi penandaan dengan  data yang sesuai.

4. Kerusakaan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada bagian Pengawasan mutu.

5. Bahan yang diterima  dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi.

6. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditanggani seperti penerimaan bahan awal.

7. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatannya dan diatur sedemikian agar ada pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok.

8. Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekokonsiliasinya hendaklah dilakukan sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan.

9. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah  tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruangan kerja yang sama kecuali tidak ada resiko terjadi campur baur atau pencemaran kontaminasi silang.

10. Tiap tahapan pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau pencemaran lain.

11. Bila bekerja dengan bahan atau produk dan bahan hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta  penyebaranya. Hal ini terrutama dilakukan pada  penanganan bahan yang sangat aktif atau menyebabkan sensitive.

12. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada ) dan

Page 9: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahapan proses produksi.

13. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna seringkali sangat membantu  untuk menunjukan status (misal : karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain)

14. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyaluran dan alat lain untuk transfer produk dari satu ke tempat lain yang telah terhubung dengan benar.

15. Penyimpanan terhadap instuksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan. Bila terjadi penyimpanan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari Kepala Bagian Pemastian Mutu bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.

16. Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang berwenang.

17. Pada umumnya pembuatan produk non obat hendaklah dihindarikan dibuat di area dengan peralatan yang khusus untuk produk obat.

B. BAHAN AWAL

1. Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.

2. Semua penerima, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal  daluwarsa bila ada.

3. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label dalam spesifikasinya. Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak di pakai.

4. Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang akan menunjukan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah  untuk memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan dipasang.

5. Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan pengambilan sempel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai bets terpisah.

6. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan metode yang telah disetujui oleh Kepala Bagian Pengawasan Mutu.

7. Wadah dari mana sampel bahan diambil hendaklah diberi identifikasi.8. Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi, dalam

keadaan tertentu. Pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat ditunjukan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang dilakukan sendiri.

9. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatau pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan salah penandaan wadah termasuk oleh pemasok.

Page 10: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

10. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh Kepala Bagian Pengawasan Mutu.

11. Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:

o Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan ;o Nomor bets/control yang diberikan pada saat penerimaan bahan ;o Status bahan (misal : karantina sedang diuji, diluluskan, ditolak,);o Tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu ;o Jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang divalidasi

lengkap, maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan yang terbaca pada label.

12. Label yang menunjukan status bahan awal hendaklah ditempelkan personil yang di tunjuk oleh Kepala Bagian Pengawasan Mutu. Untuk mencegah kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda dengan  label yang digunakan oleh pemasok misalnya dengan mencantumkan nama atau logo perusahaan. Bila status bahan mengalami perubahan, maka label penujuk status hendaklah juga berubah.

13. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk menyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik. Terhadap bahan tersebut hendaklah dilakukan pengambilan sampel dan pengujian ulang secara berkala sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Pelaksanaan pengambilan sampel ulang hendaklah diawali dengan penempelan lebel uji ulang dan / atau dengan mengunakan sisitem dokumentasi yang sama efektifnya.

14. Bahan awal, terutama yang  dapat mengalami kerusakan karena terpapar pada panas, hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat. Bahan yang peka terhadap kelembaban dan atau cahaya hendaklah disimpan  dengan benar di dalam ruangan yang dikendalikan kondisinya.

15. Penyerahan bahan awal untuk produksi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang berwenang sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.

16. Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai dengan jumlah bahan yang akan ditimbang

17. Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberikan penandaan untuk dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.

C. VALIDASI PROSES

1. Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesui dengan prosedur yang telah ditetapka, hasil validasi dan kesimpulan hendaklah dicatat.

Page 11: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

2. Sebelum suatu prosedur Pengolahan induk diterapkan, hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu.

3. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu.

4. Hendaklah secara rutin dilkukan validasi dan/atau penijauan ulang secara kritis terhadap proses dan prosedur produksi untuk memastikan bahwa proses dan prosedur produksi untuk memastikan bahwa proses dan prosedur tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.

 

D. PENCEGAHAN PENCEMARAN SILANG

1. Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan. Resiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak  terkendalinya debu dan gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian operator. Tingkat resiko pencemaran ini tergantung dari jenis  pencemaran produk yang tercemar. Diantara pencemaran yang paling berbahaya yang dapat menimbulkan sensifitas kuat. Preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormone tertentu, bahan sitotoksik dan bahan  lainya yang berpotensi  tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh pencemaran adalah  sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis  besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu panjang.

2. Tiap tahapan poses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain.

3. Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya :

o Produksi didalam gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti penisilin, hormone seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung bakteri hidup serta produk darah);

o Tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara :o Memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi

ulang atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara tidak memadai.

o Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area  di mana produk yang beresiko tinggi  terhadap pencemaraan silang diproses;

o Menggunakan system self-contained;o Pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat.

4.  Tindakan pencegahaan terhadap pencemaraan silanag dan efektifitasnya hendaklah diperiksa secara berkala sesuai prosedur yang ditetapkan.

E. SISTEM PENOMORAN BEST/LOT

1. Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci yang menjelaskan penomoran best/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap best/lot produk jadi dapat diidentifikasi.

Page 12: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

2. Sistem penomoran best/lot yang digunakan pada tahapan pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling berkaitan.

3. Sistem penomoran best/lot hendaklah menjamin bahwa nomer best/lot yang sama tidak dipakai secara berulang .

4. Alokasi Nomor best/lot hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan pemeberian nomer, identitas produk dan ukuran best/lot yang bersangkutan.

F. PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN

1. Penimbangan atau perhitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara  dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk  memprodusi, dari gudang,a rea penyerahan, atau antar bagian produksi adaklah sangat penting.

2. Cara penangaanan, penimbangan, perhitungan dan penyerahan bahan awal bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan  hendaklah tercakup dalam prosedur  tertulis.

3. Semua pengeluaran bahan awal dan bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan termasuk bahan tambahan yang telah diserahkan sebelumnya ke produksi, hendaklah didokumentasikan dengan benar.

4. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah dilulusaan oleh Pengawas Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan.

5. Untuk menghindari terjadinya campur baur, pencemaran silang, hilangnya identitas dan keragu-raguan, maka hanya bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terkait dari satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam area penyerahaan, setelah  penimbangan penyerahan dan penandaan, bahan awal produk antara dan produk ruahan hendaklah diangkut dan disimpan dengan cara yang benar sehingga keutuhannya masih tetap terjaga sampai saat pengolahan berikutnya tiba.

6. Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awal hendaklah diperiksa kebenaran, penandaan, termasuk label pelulusan dari Bagian Pengawasan Mutu.

7. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbangan dan alat ukur yang dipakai hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditakar.

8. Untuk tiap penimbanagnan, pengukuran hendaklah dilakukan pembuktian kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang atau di  ukur oleh dua orang personil yang independen ,dan pembuktian tersebut dicatat.

9. Ruang timbang  dan penyerahaan  hendaklah dijaga kebersihanya. Bahan awal steril yang akan dipakai untuk produk steril hendaklah ditimbang dan diserahkan diarea steril .

10. Kegiatan penimbangan dan penyerahan hendaklah dilakukan dengan memakai peralatan yang sesuai dan bersih.

11. Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang kebenaranya dan ditanda tanggani oleh Supervisior produksi sebelum dikirim ke bagian produksi.

12. Sesudah ditimbang atau dihitung ,bahan untuk tiap bets hendaklah disimpan dalam satu kelompok dan diberi penandaaan yang jelas.

G. PENGEMBALIAN

Page 13: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

1. Semua bahan awal, bahan pengemas produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi.

2. Bahan awal, bahan pengemasan, produk antara dan produk ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

H. PENGOLAHAN

1. Semua bahan yang dipakai didalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum dipakai.2. Kegiatan pembuatan produk yanag berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau

beruntun dilakukan diruangan yang sama kecuali tidak terjadi resiko campur baur atau pencemaran silang .

3. Kondisi lingkungan diarea pengolahaan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada ditempat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Sebelum kegiatan dimulai hendaklah diambil langkah untuk memastikan area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang akan dilakukan.

4. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan.

5. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis. Tiap penyimpanagan hendaklah dipertanggung jawabkan dan dilaporkan.

6. Wadah dan tutup yang akan dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk antara dan produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang  tepat sifat dan jenisnya untuk melindungi produk atau bahan terhadap pencemaraan atau kerusakan.

7. Semua wadah dan peralatan yang berisi dengan benar yang menunjukan tahap pengolahan. Sebelum label ditempelkan, semua penandaan terdahulu hendaklah dihilangkan.

8. Semua produk antara dan ruahan hendaklah diberikan label dengan benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh Bagian Pengawasan Mutu.

9. Semua pengawasan selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan akurat pada saat pelaksanaannya.

10. Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets hendaklah dicatat dan diperiksa serta dibandingkan dengan hasil teoritis.

11. Dalam semua tahapan pengolahan bets perhatian utama hendaklah diberikan kepada masalah pencemaran silang.

12.  Batas waktu dan kondisi Penyimpanan produk dalam-proses hendaklah ditetapkan.13. Untuk sistem komputerisasi yang kritis hendaklah disiapkan sistem penggantian

manakala terjadi kegagalan.

I. BAHAN DAN PRODUK KERING

1. Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang terjadi pada saat  penangganan bahan dan produk kering perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain. Pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai  sistem pembuatan tertutup atau metode lain  yang sesuai.

2. Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang dengan lubang pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau proses lain. Sistem penyaringan udara efektif atau sistem lain  sesuai hendaklah dipasang untuk

Page 14: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

menyaring debu. Pemakaian alat penghisab debu pada pembuatan tablet dan kapsul  sangat dianjurkan.

3. Perhatian Khusus hendaklah diberikan untuk melindungi produk terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas. Pemakaian peralatan gelas sedapat mungkin dihindari. Ayakan punch dan die hendaklah diperiksa terhadap keausan sebelum dan sesudah pemakaian.

4. Hendaklah dijaga agar tablet atau kapsul tidak ada yang terselip atau tertinggal tanpa terdeteksi dimesin, alat penghitung atau wadah produk ruahan.

J. PENCAMPURAN ATAU GRANULASI

1. Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengan sistem pengendali debu, kecuali digunakan sistem tertutup.

2. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan dan suhu )untuk tiap proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan hendaklah tercantum dalam dokumen produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta dicatat dalam catatan, bets.

3. Kantong filter yang dipasang pada mesin  pengering fluid bed tidak boleh dipakai untuk produk yang berbeda tanpa pencucian lebih dahulu. Untuk produk yang beresiko  tinggi atau yang dapat menimbulkan sensititas hendaklah digunakan kantong fiter khusus bagi masing masing produk. Udara yang masuk kedalam alat pengering ini hendaklah disaring. Hendaklah dialakukan tindakan pengamanan untuk  mencegah, pencemaran silang oleh debu yang keluar dari alat pengering tersebut.

4. Pembuatan dan pengunaan larutan atau suspense hendaklah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga resiko pencemaran atau pertumbuhan mikroba dapat diperkecil.

K. PENCETAK TABLET

1. Mesin percetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pegendalian debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindari campur baur antar produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan ditempatkan dalam ruang  terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan untuk produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendalian udara yang  tertutup maka dapat ditempatkan dalam ruangan tanpa  pemisah.

2. Untuk mencegah campur baur perlu dilakukan pengendalian yang memadai baik secara fisik, prosedural maupun penandaan.

3. Hendaklah selalu tersedia  alat timbang yang akurat  dan telah dikalibrasi untuk pemantauan bobot tablet selama-proses.

4. Tablet yang diambil dari ruang pencetak tablet untuk keperluan pengujian atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi kedalam bets yang bersangkutan.

5. Tablet yang ditolak atau yang disingkirkan hendaklah ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas mengenai jumlah dan statusnya dicatat pada catatan pengolahan bets.

6. Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die hendaklah diperiksa diperiksa keausanya dan kesesuainya terhadap spesifikasi. Catatan Pemakaian hendaklah disimpan.

L. PENYALUTAN

1. Udara yang dialirkan kedalam panci  penyalutan untuk pengeringan hendaklah disaring dan mempunyai mutu yang tepat.

Page 15: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

2. Larutan penyalutan hendaklah dibuat dan digunakan dengan sedemikian rupa untuk mengurangi risiko pertumbuhan mikroba. Pembuatan dan pemakaian larutan penyalut hendaklah didokumentasikan.

M. PENGISIAN KAPSUL KERAS

1. Cangkang kapsul hendaklah diperlakukan sebagai bahan awal. Cangkang kapsul hendaklah disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah kekeringan dan kerapun atau efek  lain  yang  disebabkan oleh kelembaban.

2. Persayaratan persayaratan yang tertulis pada “K” pada’’ Pencetak tablet “juga berlaku untuk pengisian kapsul keras.

N. PENANDAAN TABLET SALUT DAN KAPSUL

1. Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk menghindari campur baur selama proses penandaan tablet salut dan kapsul. Bilamana dilakukan penandaan pada produk atau bets yang berbeda dalam saat yang bersamaan hendaklah dilakukan pemisahan yang memadai.

2. Tinta yang digunakan penandaan hendaklah yang memenuhi persyaratan untuk bahan makanan.

3. Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk  menghindari campur baur selama proses pemeriksaan, penyortiran dan pemolesan kapsul dan tablet salut.

O. CAIRAN , KRIM DAN SALEP, (Non Steril)

1. Produk cairan, krim dan salep hendaklah diproduksi sedimikian rupa terlindung dari pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Penggunaan sistem tertutup untuk produksi dan transfer sangat dianjurkan. Area Produksi dimana produk atau wadah bersih tanpa tutup terpapar ke lingkungan hendaklah diberi ventilasi yang efektif dengan udara yang disaring.

2. Tangkai wadah pipa dan pompa yang digunakan hendaklah di disain dan dipasang sedemikian rupa sehingga memudahkan pembersihan dan bila perlu disanitasi. Di dalam mendisain peralatan hendaklah diperhatikan agar sesedikit mungkin adanya sambungan mati (dead-legs) atau ceruk dimana residu dapat terkumpul dan menyebabkan perkembanagn mikrobial.

3. Penggunaan peralatan dari kaca sedapat mungkin dihindarkan, baja tahan karat bermutu tinggi merupakan bahan pilihan untuk peralatan yang bersentuhan dengan produk.

4. Kualitas Kimia dan Mikrobiologi air yang digunakan hendaklah ditetapkan dan selalu dipantau. Pemeliharaan sistem air hendaklah diperhatiakan untuk menghindari perkembangbiakan mikroba. Sanitasi secara secara Kimiawi pada sistem air hendaklah diikuti pembilasaan yang prosedurnya telah divalidasi agar sisa bahan sanitasi dihilangkan secara efektif.

5. Perhatian hendaklah diberikan pada transfer bahan melalui pipa untuk memastikan bahan tersebut ditransfer ke tujuan yang benar.

6. Apabila jaringan pipa digunakan untuk mengalirkan bahan awal atau produk ruahan, hendaklah diperhatikan agar sistem tersebut mudah dibersihkan. Jaringan pipa hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar dan dibersihkan.

Page 16: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

7. Ketelitian sistem pengukuran hendaklah diverifikasi. Tongkat pengukuran hanya boleh digunakan untuk bejana tertentu dan telah dikalibrasi untuk bejana yang bersangkutan. Tongkat pengukur hendaklah terbuat dari bahan yang tidak bereaksi dan tidak menyerap (misal ;bukan kayu).

8. Perhatian hendaklah diberikan untuk mempertahankan homogenitas campuran, suspensi  dan produk lain selama pengisisan. Proses pencampuran dan pengisian hendaklah divalidasi. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada awal pengisian, sesudah penghentian dan akhir proses pengisian untuk memastikan produk selalu dalam keadaan homogen.

9. Apabila produk ruahan tidak langsung dikemas hendaklah dibuat ketetapan mengenai waktu paling lama produk ruahan boleh disimpan serta kondisi penyimpananya dan ketetapanya ini hendaklah di patuhi.

P. BAHAN PENGEMAS

1. Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal.

2. Perhatian   khusus hendaklah diberikan kepada bahan cetak. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas dan bahan cetak lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup untuk menghindarkan campur baur. Bahan pengemas hendaklah diserahkan kepada orang yang berhak sesuai prosedur yang disetujui.

3. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukan identitasnya.

4. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete hendaklah dimusnahkan dan pemusnahanya dicatat.

5. Untuk menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas cetak atau bahan cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat kodifikasi tersebut.

Q. KEGIATAN PENGEMASAN

1. Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan dibawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.

2. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan identifikasi produk ruahan dan produk pengemas. Pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan bahan pengemas cetak dan bukan cetak serta bahan cetak lain yang akan dipakai adalah benar, pengawasa -selama-proses pengawasan rekonsiliasi terhadap produk ruahan, bahan pengemasan cetak dan bahan cetak lain, serta pemeriksaan hasil akhir pengemasan. Semua kegiatanpengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan intruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur Pengemasan induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam Catatan Pengawasan Bets.

3. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan.

Page 17: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

4. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemasan dan bahan cetak lain hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap prosedur Pengemasan induk atau perintah pengemasan khusus.                                                                                           Pra-kondifikasi Bahan Pengemas

5. Label, karton dan bahan pengemas cetak lain yang memerluan pra-kondifikasi nomor best/lot, tanggal dalwarsa dan informasi lain sesuai dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi dengan ketat pada tiap  tahap, proses, sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari produk atau dimusnahkan.

6. Bahan pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasi untuk pra-kondifikasi hendaklah disimpan di dalam wadah tertutup rapat dan ditempatkan di area terpisah serta terjamin keamananya.

7. Proses pra-kondifikasi bahan pengemasan dan bahan cetak lain hendaklah dilakukan di area yang terpisah dari kegiatan pengemasan lainya.

8. Seluruh bahan pengemas dan bahan cetak lain yang telah diperiksa sebelum ditransfer ke area pengemasan. Kesiapan lajur harus di pastikan.

9. Segera menempatkan bahan pengemasan dan bahan cetak lainya pada jalur pengemasan, personil penanggung jawab yang ditujuk dari bagian pengemasan hendaklah melakukan pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan prosedur tertulis yang disetujuai oleh Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu ), untuk;                                                                                                                              a)     Memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas dari kegiatan sebelumnya telah benar disingkirkan dari jalur pengemasan dan area sekitarnya.                                                b)    Memeriksa kebersihan jalur dan area sekitarnya; dan                  c)    Memastikan keberhasilan peralatan yang akan dipakai.                                                                                                                                                                                                                           Praktik Pengemasan

10.  Resiko kesalahan terjadi dalam pegawasan dapat diperkecil dengan cara sebagai berikut;                                                                            a)     Menggunakan label pada gulungan;                                               b)    Pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label;     c)    Dengan menggunakan alat pemindai dan penghitungan label elektronis;                                                                                                               d)    Label dan bahan cetak lainya didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda dan                                                                             e)    Di samping pemeriksaan secara independen oleh Bagian Pengawasan Mutu selama pada akhir proses pengemasan.

11. Produk yang penampilanya mirip hendaklah tidak dikeamas pada jalur yang berdampingan kecuali ada pemisah secara fisik.

12. Pada tiap jalur pengemasan nama dan nomor bets produk yang sedang dikemas hendaklah dapat terlihat dengan jelas.

13. Wadah yang dipakai untuk menyimpan bahan ruahan, produk yang baru  sebagian dikemas, atau sub-bets hendaklah diberi label penandaan yang menunjukan identitas, jumlah nomor bets dan status produk tersebut.

14. Wadah yang akan diisi hendaklah diserahkan ke jalur atau tempat pengemasan dalam keadaan bersih.

15. Semua personil bagian pengemasan hendaklah memperoleh pelatihan agar memahami persyaratan pengawasan-selama-proses dan melaporkan tiap penyimpangan yang ditemukan pada saat mereka menjalankan tanggung jawab spesifikasi tersebut.

Page 18: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

16. Area pengemasan hendaklah dibersihkan secara teratur dan sering selama jam kerja dan tiap ada tumpahan bahan. Personil kebersihan hendaklah diberi pelatihan untuk melakukan praktik yang dapat menyebabkan campur baur atau pencemaran silang.

17. Bila ditemukan bahan pengemas cetak pada saat pembersihan hendaklah diberikan kepada Supervisior, yang selanjutnya ditempatkan di dalam wadah di sediakan untuk keperluan rekonsiliasi dan kemudian dimusnahkan pada akhirnya proses pengemasan.

18. Kemasan akhir dan kemasan setengah jadi yang ditemukan diluar jalur pengemasan hendaklah diserahkan kepada Supervisor dan tidak boleh langsung dikembalikan ke jalur pengemasan. Bila produk tersebut telah diperiksa oleh supervisor ternyata identitasnya sama dengan bets yang sedang dikemas dan keadaannya baik, maka supervisor dapat mengembalikannya ke jalur pengemasan yang sedang berjalan. Kalau tidak, maka bahan tersebut hendaklah dimusnahkan dalam jumlahnya dicatat.

19.  Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tetapi belum diberikan label hendaklah dipisahkan dan diberikan penandaan untuk menghindari campur baur.

20.  Bagian peralatan pengemasan yang biasanya tidak bersentuhan dengan produk ruahan tapi dapat menjadi tempat penumpukan debu, serpihan bahan pengemas ataupun produk yang dapat jatuh kedalam produk atau mencemari atau dapat menjadi penyebab campur baur produk yang sedang dikemas, hendaklah dibersihkan dengan cermat.

21. Hendaklah diambil tindakan untuk mengendalikan penyebaran debu selama proses pengemasan khususnya produk kering. Area pengemasan yang terpisah diperlukan untuk produk tertentu misalnya obat yang berdosis rendah dan berpotensi tinggi atau produk toksik dan bahan yang dapat menimbulkan sensititasasi. Di  udara bertekanan tidak boleh digunakan untuk membersihkan peralatan di area kegiatan pengemasan  di mana pencemaran silang dapat terjadi.

22. Pemakaian sikat hendaklah dibatasi karena dapat menimbulkan bahaya pencemaran dari bulu sikat dan/atau pertikel yang menempel pada sikat.

23. Personil hendaklah dilarang untuk tidak menaruh bahan pengemas atau produk dalam saku mereka. Bahan tersebut hendaklah dibawa dengan  tangan atau di dalam wadah yang tertutup dan diberi tanda yang jelas.

24. Bahan yang diperlukan dalam proses pengemasan seperti pelumasan, perekatan, tinta, cairan pembersih, dan sebagainya , hendaklah disimpan di dalam wadah yang jelas tampak berbeda dengan wadah yang dipakai untuk pengemasan produk dan hendaklah diberi penandaan yang jelas dan mencolok sesuai dengan isinya.                                    Penyelesaian Kegaiatan Pengemasan

25. Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir diperiksa dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.

26. Hanya produk yang berasal dari satu bets dari satu kegiatan pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton yang tidak penuh maka jumlah kemasan hendaklah dituliskan pada karton tersebut.

27. Setelah proses rekonsiliasi pengemasan , kelebihan bahan pengemasan dan produk ruahan yang akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya bahan dan produk yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke gudang untuk dimanfaatkan lagi. Bahan dan produk tersebut hendaklah diberikan penandaan yang jelas.

28. Supervisor hendaklah mengawasi perhitungan dan pemusnahan bahan pengemas dan produk ruahan yang tidak dapat lagi dikembalikan ke gudang. Semua sisa  bahan pengemas yang sudah diberi penandaan tapi tidak terpakai hendaklah dicatat pada catatan pengemas bets.

Page 19: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

29. Setelah Rekonsiliasi  disetujui, produk jadi hendaklah ditempatkan di karantina produk jadi sambil menunggu pelulusan  dari Kepala Bagian Manajemen Mutu(Pemastian Mutu)

R. PENGAWASAN-SELAMA-PROSES

1. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan  obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu(Pemastian Mutu ) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk.

2. Prosedur tertulis untuk pengawasan-selama-proses berjalan, selama-proses hendaklah dipatuhi. Prosedur tersebut hendaklah melaksanakan titk pengambilan sampel, frekuensi pengambilan sempel yang diambil ,spesifikasi yang harus diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi.

3. Disamping iu pengawasan-selama-proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum sebagai berikut ;               a)     Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengawasan ; dan                                                                b)    Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama  proses pengemasan dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaianya dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur Pengawasan Induk.

4. Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditujuk.

5. Hasil pengujian/inspeksi selama proses tersebut hendaklah menjadi bagian dari catatan bets.

6. Spesifikasi pengawasan-selama –proses hendaklah konsisten dengan spesifikasi tersebut hendaklah berasal dari rata-rata proses sebelumnya yang diterima dan bila rata-rata proses sebelumnya yang diterima dan bila mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan ditentukan dengan menggunakan metode statistis yang cocok bila ada.

   

   S. BAHAN DAN PRODUK YANG DITOLAK, DIPULIHKAN 

        DAN DIKEMBALIKA    

1. Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberikan penandaan yang jelas dan disimpan terpisah di “area terlarang “(restricted). Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnakan. Langkah apapun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat,

2. Pengolahan ulang produk yang ditolak hendaklah merupakan suatu kekecualian. Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu produk akhirnya tidak terpengaruh, bila spesifikasinya dipenuhi dengan prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui setelah dilakukan evaluasi terhadap resiko yang mungkin timbul. Catatan pengolahan ulang hendaklah disimpan.

Page 20: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

3. Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi persyaratan mutu , dengan cara penggabungan ke dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat, hendaklah diotoritasi pembuatan obat sebelumnya. Pemulian

4. Ini hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan setelah dilakukan evaluasi terhadap resiko yang mungkin terjadi, termasuk kemungkinan pengaruh terhadap masa edar produk. Pemulihan ini hendaklah dicatat.

5. Kepala Bagian Manajeman Mutu ( Pemastian Mutu )hendaklah mempertimbangkan perlunya pengujian tambahan untuk produk hasil pengolahan ulang, atau bets yang mendapat produk yang dipulihkan.

6. Bets  yang mengandung produk pemulihan hanya boleh diluluskan setelah semua bets asal produk pulihan yang bersangkutan telah dinilai dan dinyatakan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

7. Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dai pengawasan industri pembuat hendaklah dimusnahkan, produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa ragu mutunya masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara ktitis oleh Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai Prosedur tertulis. Evaluasi tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi dan riwayat produk serta lamanya produk dalam peredaran. Bilamana ada keraguan terhadap mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan untuk memperoleh kembalinya bahan aktif dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil hendaklah dicatat dengan baik.

T. KARANTINA DAN PENTYERAHAN PRODUK JADI

1. Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum siap diluluskan untuk diserahkan ke gudang pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.

2. Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara penyerahan produk jadi ke area karantina, cara penyimpanan sambil menunggu pelulusan, persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh pelulusan, dan cara pemindahan selanjutnya ke gudang produk jadi.

3. Selama menunggu pelulusan dari Bagian Manajeman Mutu (Pemastian Mutu ), seluruh bets/lot yang sudah dikemas hendaklah ditahan dalam status karantina.

4. Kecuali sampel untuk pengawasan Mutu tidak boleh ada produk yang diambil dari suatu bets/lot selama produk tersebut masih ditahan di area karantina.

5. Area karantina merupakan area terbatas  hanya bagi personil yang benar-benar diperlukan untuk  berkerja atau diberi kewenangan  untuk masuk ke area tersebut.

6. Produk jadi yang memerlukan kondisi penyimpanan  khusus hendaklah diberi penandaan jelas yang menyatakan kondisi penyimpanan yang diperlukan dan produk tersebut hendaklah disimpan di area karantina dengan kondisi yang sesuai.

7. Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian yang memuaskan dari paling  tidak hal sabagai berikut :                                                                                                                   a)     Produk memenuhi persayaratan mutu dalam  semua spesifikas pengolahan dan pengemasan ;                                               b)    Sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam  jumlah yang mencukupi untuk pengujian dimasa mendatang;          c)    Pengemasan dan penandaan memenuhi persyaratan sesuai hasil pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu                                  d)    Rekonsiliasi bahan pengemas

Page 21: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

cetak dan bahan cetak dapat diterima ;dan                                                                                                           e)    Produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dangan jumlah yang tertera padaa dokumen  penyerahan barang.

8. Setalah pelulusan suatu bets/lot oleh Bagian Manajemen  Mutu (Pemastian Mutu) produk tersebut hendaklah dipindahkan darrii area karantina ke gudang produk jadi.

9. Sewaktu menerima produk jadi, personil gudang hendaklah mancatat  pemasukan bets tersebut kedalam kartu stok yang bersangkutan.

U. CATATAN PENGENDALIAN PENGIRIMAN OBAT           

1. Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikan rupa utnuk memastikan produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu.

2. Sistem distribusi hendaklah menghasilkan catatan sedamikaian rupa seingga tiap bets/lot obat dapat segera dikatahui untuk mempermudah penyelidikan atau penariakan kembali jika  diperlukan

3. Prosedur tertulis mengenai distibusi obat hendaklah dibuat dan dipatuhi.4. Penyimpanan terhadap konsep First-in First-out (FIFO) atau First Expire Fisrt-

out(FEFO) hedaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan pimpinan yang bertanggung jawab.

V.  PENYIMPANAN BAHAN AWAL, BAHAN PENGEMASAN,

        PRODUK ANTARA ,PRODUK RUHAN DAN PRODUK JADI

         

1. Semua bahan dan produk hendaklah  disimpan secara rapi teratur  untuk mencegah resiko campur baur atau pencemaran serta  memudahkan pemeriksaan dan pemeliharan.

2. Bahan dan produk hendaklah tidak diletakkan langsung dilantai dan dengan jarak yang cukup terhadap sekeliling.

3. Bahan dan produk hendaklah disimpan dangan kondisi  lingkungan yang sesuai. Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan.

4. Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji  stabilitas.

5. Data pemantauan suhu hendaklah tersedia untuk evaluasi. Alat yang dipakai untuk pemantauan hendaklah diperiksa pada selang waktu yang telah ditentukan dan hasil pemeriksaan hendaklah dicatat dan disimpan. Semua catatan pementauan hendaklah disimpan untuk jangka waktu paling tidak sama dengan umur bahan atau produk yang bersangkutan ditambah 1 tahun, atau sesuai dengan peraturan pemerintah. Pemetaan suhu hendaklah dapat menunjukan suhu sesuai batas spesifikasi di semua area fasilitas penyimpanan. Disarankan agar alat pemantau suhu diletakkan di area yang paling sering menunjukan fluktuasi suhu.

6. Penyimpanan di luar gedung diperbolehkan untuk behan yang dikemas dalam wadah yang kedap (misalnya drum logam ) dan mutunya tidak terpengaruh oleh suhu atau kondisi lain.

7. Kegiatan pergudangan hendaklah terpisah dari kegiatan lain.8. Semua penyerahan ke area penyimpanan, termasuk bahan kembalian, hendaklah

didokumentasikan dengan baik.

Page 22: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

9. Tiap bets bahan awal ,bahan pengemas, produk antara, produk,produk ruahan dan produk jadi yang disimpan di area gudang hendaklah mempunyai kartu stok. Kartu stok tersebut hendaklah secara periodik direkonsiliasi dan bila ditemukan perbedaan hendaklah  dicatat dan diberikan alasan bila jumlah yang disetujui untuk pemakaian berbeda dari jumlah pada saat penerimaan atau pengiriman. Hal ini hendaklah didokumentasikan dengan penjelasan tertulis.                                                                                                                                Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas

10. Pemisahan secara fisik atau cara lain yang tervalidasi (misalnya cara elektronis ) hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk yang ditolak, daluwarsa, ditarik dari peredaran atau obat atau bahan kembalian. Bahan atau Produk, dan area penyimpanan tersebut hendaklah diberi identitas yang tepat.

11. Semua bahan awal dan bahan pengemasan yang diserahkan ke area penyimpanan hendaklah diperiksa kebenaran identitas, kondisinya, wadah  dan tanda pelulusan oleh Bagian Pengawasan Mutu.

12. Bila identitas atau kondisi wadah bahan awal atau bahan pengemasan diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisi dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah tersebut hendaklah dikirim ke area karantina . Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu hendaklah menentukan status bahan tersebut.

13. Bahan awal dan bahan pengemas yang ditolak hendaklah tidak disimpan bersama-sama dengan bahan yang sudah diluluskan, tapi dalam area khusus yang diperuntukan bagi bahan yang ditolak.

14. Bahan cetak hendaklah disimpan di”area penyimpanan terlarang “(restriced storage area ) dan penyerahan di bawah pangawasan yang ketat.

15. Stok tertua bahan awal dan bahan pengemasan dan yang mempunyai tanggal daluwarsa paling dekat hendaklah digunakan terlebih dahulu (prisip FIFO dan FEFO).

16. Bahan awal dan bahan pengemas hendaklah di uji ulang terhadap identitas kekuatan, mutu dan kemurnian, sesuai kebutuhan , misalnya setelah disimpan lama, atau kondisi lain yang mungkin berdampak buruk terhadap mutu.                                                                                                      Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk Jadi

17. Produk antara, produk ruahan dan produk jadi hendaklah  dikarantina selama menunggu hasil uji mutu dan penentuan status

18. Tiap penerimaan hendaklah diperiksa untuk memastikan bahwa bahan  yang diterima sesuai denga dokumen pengiriman.

19. Tiap wadah produk antara , produk ruahan dan produk jadi yang diserahkan ke area penyimpanan hendaklah diperiksa kesesuain identitas dan kondisi wadah.

20. Bila identitas atau kondisi wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah tersebut hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu hendaklah menentukan status produk tersebut.

W. PENGIRMIAN DAN PENAGANKUTAN

1. Bahan dan obat hendakalah diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak merusak keutuhannya dan kondisi penyimpanannya terjaga.

2. Perhatian khusus hendaklah diberikan bila menggunakan es kering dalam rangkaian system pendinginan. Disamping itu, tindakan pengamanan hendaklah memastikan agar bahan atau produk tidak bersentuhan langsung dengan es kering tersebut, karena dapat berdampak buruk terhadap mutu produk, misalnya terjadi pembekuan.

Page 23: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

3. Bilamana perlu, dianjurkan pengguanaan alat untuk memantau kondisi, misalnya suhu, selama pengankutan. Hasil pemantauan tersebut hendaklah dicatat untuk pengkajian.

4. Pengiriman dan pengankutan bahan atau obat hendaklah dilaksanakan hanya setelah ada order Pengiriman. Tanda terima Order pengiriman dan pengankutan bahan hendaklah didokumentasikan.

5. Prosedur pengiriman hendaklah dibuat dengan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan sifat bahan dan obat yang akan dikirim serta tindakan pencegahan khusus yang mungkin diperlukan.

6. Wadah luar yang akan dikirim hendaklah memberikan perlindungan yang cukup diberi label yang jelas dan tidak terhapuskan.

7. Catatan pengiriman hendaklah disimpan, yang menyatankan minimal:

Tanggal pengiriman ; Nama dan alamat pelangan ; Uraian tetnag produk, missal nama, bentuk dan kekuatan sediaan (bila Perlu) nomor

bets dan jumlah ; dan Kondisi pengenkutan dan penyimpanan. Semua catatan hendaklah mudah di akses dan tersedia bila di minta.

 

PEDOMAN CPOB / GMP PHARMA: SANITASI & HIGIENEPosted by GMP Center ⋅ March 12, 2011 ⋅ Leave a Comment       1 Vote

BAGIAN 5

SANITASI DAN HIGIENE

Page 24: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

PRINSIP

Tingkatan sanitasi dan higiene yang tinggi  hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

HIGIENE PERORANGAN

5.1   Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya.

5.2   Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung hendaklah berlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi baik karyawan purna waktu, paruh waktu atau bukan karyawan yang berada di area pabrik, misalnya karyawan kontraktor, pengunjung, anggota menajemen senior dan ispektur.

5.3   Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat di pakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian.

5.4    Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan di adaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur kesehatan, praktik higiene dan pakaian pelindung  personil. Prosedur hendaklah dipahami dan di patuhi secara  ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan. Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi pelatihan

Page 25: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

5.5   Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat di rekruet. Industri harus bertanggung jawab agar tersedia instruksi yang memastikan bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat mempengaruhi mutu produk diberitahukan kepada manajemen industri. Sesudah pemerikasaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala.  Petugas pemeriksa visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata secara berkala.

5.6   Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik. Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorang. Semua personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memperhatikan tingkat higiene perorangan yang tinggi

5.7   Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai dia  sembuh kembali.

5.8   Semua personil hendaklah diperintahkan dan didorong untuk melaporkan kepada atasan langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan atau personil ) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produksi.

5.9  Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung  antara tangan operator dengtn bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian yang bersentuhan dengtn produk.

5.10  Personil  hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci tanganya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu perlu dipasang poster yang sesuai.

5.11  Merokok, makan, minum, menggunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk  merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboraturiom, area gudang dan area lain yang memungkinkan berdampak  terhadap mutu produk.

5.12 Persyaratan khusus untuk pembuatan produk steril di atur terpisah.

SANITASI  BANGUNAN DAN FASILITAS

Page 26: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

5.13   Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah di desain  dan di konstruksi dengan tepat untuk memudahkan di sanitasi yang baik.

5.14  Hendaklah tersedia  dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci  bagi para personil yang letaknya mudah diakses dari area pembuatan.

5.15   Hendaklah disediakan sarana yang memadai untuk  penyimpanan pakaian personil dan milik pribadinya di tempat yang tepat.

5.16  Penyiapan, penyiapan dan konsumsi makanan dan minuman hendaklah dibatasi  diarea khusus misalnya kantin. Sarana ini hendaklah memenuhi standar saniter.

5.17  Sampah tidak  boleh dibiarkan menumpuk, sampah hendaklah dikupulkan di dalam wadah yang sesuai  untuk dipindahkan ke tempat  penampungan di luar bagunan dan dibuang secara teratur dan berkala dengan mengindahkan persyaratan saniter.

5.18   Rodentisida,  insektisida, agen fumigasi dan bahan  sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan sedang diproses atau produk jadi.

5.19  Hendaklah ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida agen fungisida, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis tersebut hendaklah disusun dan dipatuhi untuk mencegah pencemaran terhadap terhadap peralatan, bahan awal, bahan  pengemas dan label atau produk jadi. Rodentisida, insektisida dan fungisida hendaklah tidak   digunakan kecuali sesuai peraturan terkait.

5.20  Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan yang harus digunakan  untuk membersihkan sarana dan bangunan. Prosedur terkait hendaklah di patuhi.

5.21   Prosedur  sanitasi hendaklah berlaku untuk  pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor atau karyawan sementara maupun karyawan purna waktu  selama pekerjaan operasional biasa.

5.22   Segala praktik  tidak higienis diarea pembuatan atau area lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu produk hendaklah dilarang

Page 27: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

5.23   Persyaratan khusus untuk pembuatan produk steril di atur dalam persyaratan lain.

PEMBERSIHAN DAN SANITASI PERALATAN

5.24 Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur. Serta dijaga dan disimpan dalam kondisi  yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan

5.25  Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan. udara bertekanan  dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan sedapat mungkin dihindari karena menambah resiko pencemaran produk.

5.26  Pembersihan dan penyimpanan peralatan dapat dipindah-pindahkan dan penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan.

5.27  Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan  dalam pembuatan obat  hendaklah dibuat, divalidasi dan ditaati. Prosedur ini hendaklah dirancang agar pencemaran peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini  setidaknya  meliputi penanggung jawab pembersihan , jadwal, metode. peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana, jika perlu, prosedur juga meliputi sterilisasi peralatan, penghilangan identitas bets sebelumnya serta perlindungan peralatan terhadap pencemaran sebelum digunakan

5.28  Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan inspeksi sebelum pengunaan peralatan hendaklah disimpan secara benar.

5.29   Disinfektan dan deterjen hendaklah dipantau terhadap pencemaran mikroba, pengenceran disinfektan dan deterjen hendaklah disimpan dalam wadah yang sebelumnya telah dibersihkan dan hendaklah disimpan untuk jangka waktu tertentu kecuali bila disterilkan.

VALIDASI PROSEDUR PEMBERSIHAN DAN SANITASI

5.30  Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan evektivitas prosedur memenuhi persyaratan.

Page 28: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

PEDOMAN CPOB/ GMP PHARMA: PERALATANPosted by GMP Center ⋅ March 11, 2011 ⋅ Leave a Comment       1 Vote

BAGIAN 4

PERALATAN PRINSIP

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran  memadai serta di tempatkan dan dikualifikasi dengan tepat ,agar mutu obat terjamin sesuai dan seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.

DESAIN DAN KONSTRUKSI

Desain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

4.1  Peralatan di desian dan di kontruksikan sesuai dengan tujuannya;

Page 29: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

4.2   Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi  tidak boleh menimbulkan reaksi atau adisi ,atau absorsi  yang dapat mempengaruhi

identitas, mutu atau kemurnian  di luar batas yang ditentukan

4.3   Bahan yang diperlukan untuk pengoprasian alat khusus , misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi

4.4   Peralatan tidak boleh  merusak produk akibat katub bocor, tetesan  pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat

4.5  Peralatan hendaklah di desain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering

4.6   Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran

4.7   Peralatan yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, adiktif, atau absorbtif yang dapat mepengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk

4.8  Semua peralatan khusus unuk  pengolahan bahan  mudah terbakar atau kimia atau dimana diletakan di area dimana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan  elektris yang bersifat kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar

4.9  Hendaklah tersedia alat timbang  dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang digunakan untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah diperiksa  ketepatannya dan kalibrasi sesuai program dan prosedur yang ditetapkan.Hasil pemeriksaan dicatat dan disimpan dengan baik

4.10  Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak lepaskan serat kedalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walalupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat dan

Page 30: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

4.11  Pipa air suling air De-ionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah di sanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan

PEMASANGAN DAN PENEMPATAN

4.12  Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperke

cil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antara bahan  di area yang sama. Peralatan  hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindari resiko kekeliruan atau pencemaran.

4.13   Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur baur produk.

4.14   Semua sabuk (belt) dan Pully mekanis terbuka hendaklah dilengkapi dengan pengaman.

4.15  Air uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang sedemikian rupa  agar mudah diakses pada  tiap tahapan proses. pipa hendaklah diberi penandaan yang jelas untuk menunjukan isi dan arah aliran.

4.16  Tiap peralatan utama hendaklah diberikan tanda dengan nomor identitas yang jelas . Nomor ini dicantumkan didalam semua perintah dan catatan bets untuk menunjukan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuataan bets tersebut kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja

4.27  Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dari area produksi dan pengawasan mutu, atau setidaknya, diberi penandaan yang jelas.

PERAWATAN

Page 31: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

4.18  Peralatan hendaklah dirawat sesuai dengan jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

4.19  Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan resiko terhadap mutu  produk.

4.20  Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia lainya seperti cairan alat penguji suhu hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan proses formal

4.21  Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi.

4.22  Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukan tanggal, waktu, produk, kekuatanya dan nomor setiap bets atau lot yang di olah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.

Sumber: Cara pembuatan Obat yang Baik, BPOM 2006

PANDUAN CPOB / GMP PHARMA: BANGUNAN DAN FASILITASPosted by GMP Center ⋅ March 10, 2011 ⋅ Leave a Comment       Rate This

BAGIAN 3

BANGUNAN DAN FASILITAS

Page 32: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

PRINSIP

Banguna dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikn kondisinya dan dirawat denagn baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus  dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan , sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu Obat.

UMUM

3.1 Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lainya yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.

3.2 Bangunan dan Fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah  serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama.

3.3 Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan, dimana perlu, di disinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan desinfeksi hendaklah disimpan.

3.4 Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan  dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan   hati-hati agar  kegiatan tersebut tidak mengurangi mutu obat pasokan.

3.5 Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban  dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan  baik secara langsung maupun tidak langsung

Page 33: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan dan ketelitian fungsi dari peralatan.

3.6 Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :

Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lainya yang mungkin dilakukan didalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan dan

Pencegahaan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalulintas umum bagi personil dan bahan atau produk, sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses.

3.7 Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur yang tidak bekerja di area tersebut.

3.8  Kegiatan dibawah ini hendak dilakukan di area yang ditentukan :

Penerimaan bahan Karantina barang masuk Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas Penimbang dan penyerahan barang atau produk Pengolahan Pencucian peralatan Penyimpanan peralatan Penyimpanan produk ruahan Pengemasan Karantina produk jdi sebelum memperoleh kelulusan akhir Pengiriman produk dan Laboratourium

AREA PENIMBANGAN

3.9  Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata hendaklah dilakukan diarea penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.

AREA PRODUKSI

3.10 Untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius  akibat terjadinya pencemaran silang , suatu sarana khusus dan self-container hendaklah disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitif tinggi, produk lainya seperti anti biotik tertentu (missal penisilin). Produk hormone seks, produk sitotoksik, produk tertentu dengan bahna aktif berpotensi tinggi, produk biologi (misal: yang berasal dari mikroorganisme hidup ) dan produk non-obat hendaklah diprodukdsi di bangunan terpisah.

Page 34: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

3.11 Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan herbisida tidak boleh dilakukan disarana produksi obat

3.12  Tata-letak ruangan produksi sebaiknya dirancang  sedemikian rupa untuk :

Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang di persyaratkan.

Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan  dan Memungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif.

3.13  Luas area  kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil resiko  terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko terlewatnya atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.

3.14  Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan dimana terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau ruahan yamg terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka. tidak melepaskan praktikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.

3.15  Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air permukaannya rata dan memungkinkan pelaksanaan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. sudut antara dinding  dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.

3.16     Pipa, fiting lampu, titik fentilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah dirancang sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan sedapat mungkin instalasi sarana penujang seperti ini hendaklah dapat di jangkau dari luar area pengolahan.

3.17  Pipa yang terpasang didalam ruangan tidak boleh menempel diding tetapi digantung dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.

3.18   Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam hendaklah  dihindari. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan di ikuti.

3.19  Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.

Page 35: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

3.20  Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan bak  control serta ventilasi yang baik maupun mencegah aliran balik sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.

3.21 Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan mengunakan sistem pengendalian udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendalian kelembaban udara sesuai  kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan  dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya.

3.22  Area dimana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat pengambilan sempel, penimbangan bahan /produk, pencampuran dan pengolahan bahan atau produk pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan pembersihan.

3.23     Tata letak  ruang area pengemasan dirancang khusus untuk mencegah campur baur atau pencemaran silang.

3.24  Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama penerangan di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.

3.25  Pengawasan selama proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan resiko terhadap produksi obat.

3.26  Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, separti pintu bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dapat  digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu keluar. Pintu dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.

AREA PENYIMPANAN

3.27 Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk

menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemasan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang di tolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik  dari peredaran.

3.28  Area penyimpanan hendaklah di desain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik ; terutama area tersebut hendaklah bersih, kering dan dapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan

Page 36: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

3.29  Apabla kondisi penyimpanan khusus (misal Suhu, Kelembaban ) dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dipantau dan di catata di mana diperlukan.

3.30  Area penyimpanan dan pengiriman  barang         hendaklah  dapat memberikan perlindungan terhadap  bahan dan produk terhadap cuaca. Area  penerimaan  hendaklah didesain dan dilengkapi dengan pearalatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu.

3.31  Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan area terpisah, maka area tersebut harus diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi personil yang berwenang . Sistem lain untuk mengantikan sistem karantina barang secara fisik hendaklah memberikan pengamanan yang setara

3.32  Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali  untuk pengambilan sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dialakukan sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran atau pencemran silang, maka  prosedur pembersihan yang memadai  bagi ruang  pengambilan sampel hendaklah tersedia.

3.33  Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk menyimpan bahan atau produk yang di tolak, atau yang ditarikkembali atau yang di kembalikan

3.34  Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotika, obat berbahaya lain dan zat atau bahan yang mengandung resiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan hendaklah  disimpan di area yang terjamin keamananannya. Hendaklah disimpan di tempat terkunci

3.35 Bahan pengemasan cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran produk menurut penandaanya. Perhatian khusus hendaklah di berikan dalam keamanannya. Bahan label hendaklah disimpan ditempat terkunci.

AREA PENGAWASAN MUTU

3.36  Laboratorium Pengawasan Mutu hendaklah terpisah  dari area produksi, area

pengujian biologis, mikrobiologi dan radio isotope hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.

3.37  Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Luas ruangan hendaklah memadai untuk mencegah campur baur dan pencemaran 

Page 37: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

silang . Hendaklah disediakan tempat penyimpanan yang luas memadai untuk sempel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali) pelarut pereaksi dan catatan.

3.38  Suatau ruangan yang terpisah mungkin di perlukan untuk perlindungan istrumen terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi instrumen.

3.39  Desain laboratorium hendaklah memperhatikan kesesuaian bahan bangunan yang di pakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke laboratorium hendaklah di pisah dari pasokan ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk masing masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan isotop.

SARANA PENDUKUNG

3.40  Ruangan istirahat  dan kantin hendaklah dipisah dari area produksi dan laboratorium Pengawasan Mutu.

3.41  Sarana untuk mengganti pakaian kerja,              membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses . Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area  produksi atau area penyimpanan. Ruangan ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan  area produksi namun  letaknya terpisah.

3.42  Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan  dan perawatan peralatan terpisah dari area produksi . Apabila suku cadang, aksesoris mesin dan perkakas bengkel disimpan di area produksi, hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan tersebut.

3.43   Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik terhadap area lainya dan dilengkapi dengan akses hewan serta unit pengendali udara yang terpisah.

Sumber dari: Cara Pembuatan Obat yang Baik, BPOM 2006

PEDOMAN CPOB / GMP PHARMA : PERSONALIAPosted by GMP Center ⋅ March 9, 2011 ⋅ Leave a Comment       2 Votes

Page 38: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

BAGIAN 2

PERSONALIA

PRINSIP

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan  dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu  industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan   personel berkualitas  dalam jumlah yang memadi untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami  tanggung jawab masing –masing  dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami  prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai hygiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

UMUM

2.1      Industri farmasi hendaklah memiliki personil  yang berkualitas dan berpengalaman  dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak  dibebani tanggung jawab yang berlebihan  untuk menghindari resiko terhadap mutu obat.

2.2       Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi tugas spesifikasi dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepaa wakil yang mereka tunjuk serta mempunyai tingkatan kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih  dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.

PERSONIL KUNCI

2.3       Personil Kunci mencakup Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu ) posisi utama tersebut di jabat  oleh personalia purna waktu. Kepala Bagian Produksi  dan Kepala  Bagian Manajemen Mutu ( Pemastian Mutu ) Kepala Bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Beberapa  fungsi  yang disebut dalam butir-butir. 2.5 , 2.6, 2.7 bila perlu dapat di delegasikan.

ORGANISASI, KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB

Page 39: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

2.4       Sturktur organisai industri farmasi hendaklah  sedemikian rupa sehingga Bagian Produksi, Manajemen Mutu (Pemastian Mutu )/ Pengawasan Mutu dipimpin oleh orang berbeda serta  tidak saling bertanggung jawab  satu terhadap  lain. masing –masing personil diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan  tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan dilain organisasi yang dapat menhambat atau membatasi kewajiban dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial.

2.5       Kepala Bagian Produksi  hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang  pembuatan obat dan ketrampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan  tugas seacra profesional. Kepala Bagian Produksi  hendaklah diberi kewenangan  dan tanggug  jawab penuh dalam produksi obat termasuk :

Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.

Memberikan persetujuan kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan bahwa petunjuk karja diterapkan secara tepat.

Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh Kepala Bagian Produksi sebelum diserahkan kepada Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu )

Memeriksa pemeliharaan  bangunan fasilitas  serta peralatan dibagian produksi Memastikan bahwa Validasi yang sesuai telah dilaksananakan dan Memastikan bahwa pelatihan awal  dan berkesinambungan bagi personil di

departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Disamping itu, Kepala Bagian Produksi bersama dengan Kepala Bagian Pengawaasan Mutu (lihat Butir 2.8 ) dan penanggung jawab teknik hendaklah memiliki tanggung jawab bersama terhadap aspek yang berkaitan dengan Mutu.

2.6       Kepala Bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang berkualifikasi dan lebih di utamakan seorang apoteker memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan ketrampil menejerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas

Page 40: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

secara profesional. Kepala  Bagian Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan  mutu termasuk :

Menyetujui atau menolak bahan  awal, bahan pengemasan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi

Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan Memberikan persetujuan kerja pengambilan contoh, metode pengujian dan prosedur

pengawasan mutu lain Memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis Memeriksa bangunan dan fasilitas serta peralatan di Bagian Pengawasan Mutu Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan Memastikan bahwa pelatihan awal berkesinambungan bagi personil  di

departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Tugas lain departemen Pengawasan Mutu dirangkum  pada Bagian  7.

2.7       Kepala Bagian Manjemen Mutu ( Pemastian Mutu) hendaklah seorang Apoteker

yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh  pelatihan sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan ketrampilan menejerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala Bagian Manajemen  Mutu (Pemastian Mutu ) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas  yang berhubungan dengan sistem mutu/pemastian mutu, termasuk :

Memastikan penerapan( dan bila diperlukan, membentuk ) sistem mutu Ikut serta dalam atau memprakasrsai pembentukan acuan mutu perusahaan Memprakarsai dan  mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala Melakukan  pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasaan Mutu Memprakarsai dan berpartisipasi dalam  pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap

pemasok ) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program Validasi Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Otoritas Pengawasan  Obat

(OPO) yang berkaitan dengan mutu produk jadi Mengevaluai  /mengkaji catatan bets dan Meluluskan atau menolak produk jadi  untuk penjualan dengan mempertimbangkan

semau faktor terkait.

2.8       Masing-masing Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (pemastian Mutu ) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan OPO mencakup :

Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amademen Pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat Hygiene pabrik Validasi proses Pelatihan Persetujuan dan pemantauan pemasok bahan Persetujuan dan pemantauan  pembuatan obat atas dasar kontrak Penetapan dan pemantuan kondisi penyimpanan bahan dan produk Penyimpanan catatan

Page 41: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

Pemantauan pemenuhan terhadap Persyaratan Inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel Pemantauan faktor yang memungkinkan berdampak terhadap mutu produk

PELATIHAN

2.9       Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang tugasnya harus berada didalam produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.

2.10     Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatih sesuai dengan tugas yang  diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas juga  dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia  program pelatihan yang masing masing catatan pelatih hendaklah disimpan.

2.11     Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang berkerja di area dimana pencemaran merupakan bahaya, misal area bersih atau area penanganan bahaya berpotensi tinggi toksik atau bersifat sensitif.

2.12     Pengunjungan atau personil yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan hendaklah mereka diberi penjelasan terlebih dahulu, teruatama  mengenai hygiene perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta  diawasi dengan ketat.

2.13     Konsep pemastian mutu dan semua tindakan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama pelatihan

2.14     Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang berkualifikasi.

Di sadur dari : Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, BPOM 2006

GOOD MANUFACTURING PRACTICESPosted by GMP Center ⋅ February 13, 2011 ⋅ 4 Comments

Page 42: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

2 Votes

GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP)

DI INDONESIA

Apa yang di  maksud GMP?

Merupakan suatu konsep manajemen dalam bentuk prosedur dan mekanisme berproses yang tepat untuk menghasilkan out put yang memenuhi stándar dengan tingkat ketidak sesuaian yang kecil.

Good Manufacturing Practices yang dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan menjadi Cara Produksi yang Baik (CPB) di terapkan oleh industri yang produknya di konsumsi dan atau digunakan oleh konsumen dengan tingkat resiko yang sedang sampai tinggi seperti : produk obat-obatan, produk makanan, produk kosmetik, produk perlengkapan rumah tangga, dan semua industri yang terkait dengan produksi produk tersebut.

Page 43: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada standar internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO. Oleh karena itu berbagai negara dapat mengembangkan standar GMP tersendiri, seperti di Indonesia terdapat berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan. Sebagai contoh beberapa standar GMP tersebut:

1. Standar GMP untuk industria obat-obatan di sebut dengan CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik)

2. Standar GMP untuk industri makanan di sebut dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang Baik)

3. Standar GMP untuk industri kosmetik di sebut dengan CPKB ( Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik)

4. Standar GMP untuk industri obat tradisional di sebut dengan CPOTB ( Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)

Berbagai referensi standar GMP pada prinsip dasarnya sama yakni  bertujuan untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan aman.  Pilihan referensi GMP yang akan digunakan oleh industri mempertimbankan berbagai hal:

1. Penerapan GMP apakah akan dilakukan sertifikasi? Bila ya, lembaga sertifikasi mana yang digunakan? Sertifikasi GMP di Indonesia dapat dilakukan oleh BPOM, atau lembaga sertifikasi independen lainnya.

2. Kemana produk yang dihasilkan akan di jual ( lokal atau ekspor), maka standar GMP yang digunakan sebagai referensi mempertimbangkan standar GMP di negara dimana produk tersebut di jual.

3. Penerapan GMP sebagai standar tunggal, atau merupakan bagian dari penerapan standar yang lain dan sertifikasi yang dilakukan merupakan sertifikasi dari standar yang lainya tersebut seperti: ISO 22000;2005, HACCP, BRC, SQF, IFS dan lain-lain.

Kapan menerapkan GMP?

Pada dasarnya semua industri yang terkait dengan makanan, obat-obatan, kosmetik, pakan ternak wajib menerapkan sejak prabrik didirikan  dan proses produksi pertama dilakukan, karena penerapan GMP merupakan persyaratan dasar bagi industri tersebut beroperasi.  Namun karena rata-rata industri di indonesia bermula dari UKM, yang kemudian berkembang menjadi industri besar dengan tingkat pengetahuan GMP yang terbatas sehingga acap kali penerapannya di abaikan. Baru setelah ada tuntutan oleh pelanggan untuk sertifikasi GMP atau standar lainnya seperti ISO 22000, HACCP, BRC, IFS, dan SQF baru GMP tersebut di terapkan.

Page 44: PEDOMAN CPOB - Manajemen CPOTB All.docx

Apa cakupan standar GMP?

Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan hanya dengan pengujian ( Inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses produksi. Oleh karena itu cakupan secara umum dari penerapan standar GMP adalah:

1. Disain dan fasilitas2. Produksi (Pengendalian Operasional)3. Jaminan mutu4. Penyimpanan5. Pengendalian hama6. Hygiene personil7. Pemeliharan, Pembersihan dan perawatan8. Pengaturan Penanganan limbah9. Pelatihan10. Consumer Information (education)

Bagiamana strategi penerapan GMP?

Bukan suatu hal yang mudah ketika suatu industri akan menerapkan GMP, sehingga perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya:

1. Bangun komitmen pemilik perusahaan, manajemen dan karyawan. Komitmen merupakan hal yang paling utama, karena dalam merapkan GMP di butuhkan sumber daya terutama financial yang cukup besar. Di tambah lagi dengan komitmen karyawan untuk mau melaksanakan standar GMP secara efektif, karena bisa jadi di perlukan peruabahan pola pikir, dan kebiasaan.

2. Pilih standar referensi penerapan GMP secara tepat dengan mempertimbangkan berbagai hal di atas.

3. Tetapkan indikator-indikator keefektifan penerapan GMP, dan lakukan evaluasi kinerja penerapan GMP yang digunakan alat untuk peningkatan.

4. Bentuk tim yang solid, dengan penanggung jawab personel yang memiliki jiwa kepemimpinan serta motivasi yang kuat.

5. Secara terus-menerus lakukan awareness baik untuk manajer, supervisor maupun karyawan.

Like this:Like

Be the first to like this.