cover fishay acara 1
DESCRIPTION
laporan fisika hayati acara 1TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA HAYATI
TPT 3401
ACARA I
PERUBAHAN KUALITAS BUAH SELAMA PENYIMPANAN
DISUSUN OLEH :
Nama : Bayu Kuncoro
NIM : 13/346913/TP/10639
Hari/Gol : Senin / B
Co.Ass : 1. Selamat Sagunawan Hutagalung
2. Rahmawati
LABORATORIUM FISIKA HAYATI
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang
dikonsumsi dalam bentuk segar. Akan tetapi komoditas tersebut sangatlah rentan
akan kerusakan karena memiliki kandungan air yang relatif tingggi salah satu
contohnya adalah buah tomat. Kualitas buah tomat terus berubah setelah
pemanenan. Selama periode penyimpanan, dapat terjadi overripe (lewat matang)
secara cepat tergantung dari temperatur dan kematangan saat panen. Buah yang
lewat matang mengalami penurunan kualitas dan pengurangan umur simpannya
karena buah terlalu lunak. Penanganan pasca panen melalui proses penyimpanan
merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk mempertahankan mutu dari
buah tersebut. Penyimpanan dapat dilakukan dengan perlakuan suhu rendah pada
buah. Penyimpanan dingin pada suhu yang optimum disertai kelembaban tinggi
merupakan cara yang efektif untuk memperpanjang umur simpan.
Suatu bahan tanaman yang telah dipanen dapat terus hidup (sampai tahap
tertentu) jika membran sel dan enzim tetap berfungsi, dan hal ini sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan atau suhu simpan. Terdapat ambang batas suhu
maksimum dan minimum yang berbeda untuk masing-masing bahan tamanan.
Pada tiap tanaman sebenarnya telah berkembang mekanisme pelindung untuk
mengatasi suhu dingin. Namun beberapa spesies dari daerah tropis seperti tomat,
tidak dapat mentoleransi pembekuan dan dapat terserang chilling injury pada suhu
dingin lingkungan (0-12⁰C), sehingga proses penyimpanan pada suhu dingin tidak
selalu menjamin konstannya dalam mempertahankan mutu dan kualitas buah
dikarenakan Pendinginan hanya akan memperlambat respirasi, pematangan,
penuaan, dan pengeluaran panas
Parameter kualitas tomat diantaranya adalah warna, ukuran, bentuk,
firmness, vitamin, volatil material, serta tingkat kemasakan Meskipun parameter
pertama yang dipertimbangkan oleh konsumen adalah tampilan luar, namun hasil
dari penyimpanan pada suhu dingin yang masih nampak bagus, juga tidak
menutup kemungkinan bahwa dapat terjadi penurunan kualitas dalam tomat itu
sendiri, sehingga perlu diketahui bagaimana pengaruh penyimpanan pada kondisi
tertentu mempengaruhi perubahan kualitas suatu bahan, dalam hal ini buah
tomat,sehingga praktikum ini sangat penting untuk dilakukan.
1.2. Tujuan
1. Mengamati dan mengukur perubahan warna buah yang terjadi selama
penyimpanan pada berbagai suhu dengan menggunakan colormeter.
2. Mengamati dan mengukur parameter kualitas buah selama penyimpanan
yaitu Brix dan tekstur.
3. Melakukan analisis hubungan antara lama penyimpanan terhadap warna
dan kualitas buah.
4. Melakukan analisis hubungan antara warna dengan kualitas buah selama
penyimpanan.
1.3. Manfaat
Praktikan dapat mengetahui hubungan antara keadaan penyimpanan pada
kondisi tertentu terhadap perubahan kualitas suatu buah, sehingga dalam
kaitannya dengan bidang keteknikan pertanian dapat menentukan kondisi
penyimpanan yang optimal terhadap produk pertanian berdasarkan perubahan
kualitas bahan yan terjadi selama penyimpanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah tomat adalah buah buni (beri) berdaging, permukaannya agak
berbulu ketika masih muda, tetapi halus ketika matang. Buah sebagian besar
kultivar berbentuk bundar, bentuk lain adalah memanjang, plum dan pir. Warna
buah matang biasanya merata adalah merah, merah jambu, jingga muda, jingga,
kuning, atau belum berwarna. Warna merah disebabkan oleh pigmentasi likopen,
warna kuning disebabkan karotenoid. Warna pertengahan disebabkan oleh
perbedaan nisbah pigmen ini dalam kombinasi dengan warna kulit buah
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Buah tomat tergolong komoditas yang sangat mudah rusak, kerusakan
pascapanen pada buah tomat meliputi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis dan
patologis. Jenis-jenis kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat
kesegaran buah tomat, sedangkan konsumen pada umumnya menginginkan buah
tomat dalam keadaan segar. Selain berakibat terhadap penurunan mutu fisik,
kerusakan juga menyebabkan penurunan nilai gizi (Cahyono, 1998).
Menurut (Wills et al.,1989) perubahan yang umum terjadi antara lain :
1. Perubahan warna
Warna adalah perubahan yang paling nyata yang terjadi pada buah dan
merupakan kriteria utama yang paling sering digunakan oleh konsumen
untuk menentukan kematangan buah. Yang paling umum terjadi adalah
hilangnya warna hijau akibat degradasi struktur klorofil. Beberapa teknik
telah dikembangkan untuk menganalisis parameter warna seperti dengan
menggunakan Colormeter,Color Chart,dan Computer Vision System.
2. Pemecahan karbohidrat
Pemecahan polimer karbohidrat merupakan perubahan kuantitatif terbesar
yang berkaitan dengan pemasakan, terutama konversi pati menjadi gula.
Hal ini memiliki efek ganda yakni mengubah rasa dan tekstur buah tomat.
3. Penurunan asam organik
Biasanya asam organik menurun selama pemasakan karena respirasi atau
berubah menjadi gula. Asam dapat dianggap sebagai sumber cadangan
energi untuk buah, oleh karena itu diharapkan menurun lebih besar selama
aktivitas metabolik dibandingkan selama proses pematangan.
4. Perubahan komposisi nitrogen
Perubahan unsur utama nitrogen menunjukkan variasi dalam aktivitas
metabolik selama fase pertumbuhan yang berbeda. Selama fase
klimakterik buah-buahan, terjadi banyak penurunan asam amino bebas dan
mencerminkan adanya peningkatan aktivitas sintesis protein.
5. Perubahan aroma
Aroma memainkan peran penting dalam penilaian kualitas paling optimal
buah yang layak konsumsi. Hal ini disebabkan sintesis banyak senyawa
organik yang mudah menguap (volatil) selama fase pematangan.
Setelah panen, bahan pangan hasil pertanian secara fisiologis masih hidup.
Proses ini berlangsung dengan menggunakan persediaan cadangan makanan yang
ada, yaitu substrat yang terakumulasi selama pertumbuhan dan pemasakan. Hal ini
berarti setelah panen buah-buahan masih melakukan proses respirasi dan proses
metabolisme lainnya. Proses metabolisme ini terus berlangsung dan selalu
mengakibatkan perubahan yang akhirnya menyebabkan kerusaka (Kalman.1985),
Menurut (Pantastico.1986), laju respirasi merupakan petunjuk yang baik
untuk mengetahui daya simpan buah setelah pemanenan. Intensitas respirasi
dianggap sebagai laju jalannya metabolisme, sehingga sering dianggap sebagai
petunjuk mengenai potensi daya simpan buah. Pola respirasi buah dibagi dalam
dua kelompok, yaitu buah klimakterik dan non klimakterik. Buah tomat termasuk
dalam golongan buah klimakterik. Perbedaan yang mendasar antara buah
klimakterik dan non klimakterik adalah adanya peningkatan yang tajam dalam
respirasi yang ditunjukkan oleh peningkatan produksi CO2 atau penurunan O2
internal (Santoso dan Purwoko, 1995)
Tomat tidak perlu dipanen pada saat masak di tanaman, karena dapat
masak sempurna setelah dipanen (Pantastico, 1986). Selain itu, buah klimakterik
merupakan kelompok yang rentan terhadap perubahan suhu. Suhu yang
meningkat akan memacu pemasakan produk yang pada akhirnya akan
mempercepat pembusukan (Sakti, 2010).
penyimpanan pada kondisi yang tepat juga merupakan suatu hal yang
penting bagi produk hortikultura. Tujuan utama penyimpanan adalah
pengendalian laju transpirasi, respirasi, infeksi penyakit, dan mempertahankan
produk dalam bentuk yang paling berguna bagi konsumen (Pantastico, 1986).
Umumnya penyimpanan untuk produk hortikultura ditempatkan pada suhu
yang rendah karena suhu rendah mampu mengurangi laju respirasi dan transpirsi,
dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat aktivitas
metabolisme jaringan tanaman. Penurunan 10 ºC biasanya memperlambat laju
respirasi hingga 2 atau 3 kali dan penurunan suhu dari 30 –0ºC dapat mengurangi
respirasi hingga 1/27 dari normal. Suhu yang optimal dapat digambarkan dengan
penundaan senesen dan mempertahankan kualitas tanpa menyebabkan kerusakan
dari pendinginanatau pembekuan. Suhu akan tergantung pada jenis buah,
permeabilitas plastik yang digunakan dan toleransi buah dengan konsentrasi gas
yang berbeda (Riquelme et al., 1994).
Studi yang dilakukan Javanmardi dan Kubota (2006) menunjukkan bahwa
perkembangan tomat dipengaruhi proses-proses pemasakan dan suhu selama
penyimpanan, yang dapat berdampak buruk terhadap kandungan nutrisi akhir
buah, zat lycopene, dan aktivitas antioksidan dalam tomat. Jumlahnya dapat
berubah signifikan sesuai suhu selama penanganan pasca panen. Penyimpanan
pada suhu 5⁰C terbukti mampu menghambat peningkatan zat lycopene dan
aktivitas antioksidan serta dapat mempertahankan bobot buah.
Cool storage merupakan pendinginan mekanik untuk mengontrol
temperatur ruang simpan. Alat ini mengatur konsentrasi N tinggi dan O2 rendah
atau menggunakan gas freon. Penggunaan gas freon saat ini sudah tidak
dianjurkan lagi karena tidak ramah lingkungan. Komposisi alat ini antara lain
adalah klep pengatur, evaporator, kompresor dan kodensor. Sistem pengontrol
tambahan dari sistem penyimpanan ini berasal dari panas lingkungan sekitar dan
produk. Penyimpanan dalam pendingin ini harus diperhatikan suhunya. Suhu
dalam lemari es diatur tidak sampai di bawah 10ºC karena dikhawatirkan buah
tomat akan rusak karena chilling injury. Tanda-tanda terjadinya chilling injury
antara lain adalah buah tomat akan membeku ketika dingin tapi saat dikeluarkan
di suhu ruang, buah tomat seperti berkerut dan berair (Widianarko et al.,2000).
Colorimeter adalah instrumen alat uji yang peka terhadap cahaya yang
mengukur berapa banyak warna yang diserap oleh objek atau substansi. Hal ini
menentukan warna berdasarkan komponen dari cahaya yang diserap oleh objek,
Ketika cahaya melewati medium, sebagian dari cahaya yang diserap, dan sebagai
hasilnya, ada penurunan beberapa banyak cahaya yang dipantulkan oleh medium.
Alat uji colorimeter merupakan solusi bagi pengguna untuk dapat menganalisa
konsentrasi zat tertentu dalam medium tersebut. Perangkat ini berdasar pada
hukum Beer-Lambert yang menyatakan bahwa penyerapan cahaya yang
ditransmisikan melalui media berbanding lurus dengan konsentrasi medium.
Colorimeter tersedia dalam berbagai jenis termasuk densitometer warna, yang
mengukur kepadatan warna primer, dan fotometer warna, yang mengukur refleksi
dan transmisi warna (Anonim.2014).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan adalah :
a. Refrigerator (untuk mendapatkan suhu 15ºC)
b. Termometer
c. Colormeter
d. Log book (untuk pencatat data)
e. Refractometer
f. Blender
g. Pipet
h. Plastik hitam
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah buah tomat yang berwarna hijau masak
atau kekuningan.
3.2. Cara Kerja
Buah tomat yang telah dicuci bersih disiapkan dan dikeringkan, Kemudian
Refrigerator disiapkan dan dibersihkan dari kotoran yang dapat mengurangi
kualitas pengamatan.Suhu refrigerator di set pada suhu 15ºC dan ditunggu
selama ± 15 menit untuk tercapai kestabilan suhu. Suhu dicek dengan
menggunakan termometer. kondisi fisik buah tomat Dicatat meliputi : warna,
kesegaran, dan kondisi kulit. Setelah dicatat, Warna Lab tomat diukur
menggunakan colormeter dan dicatat sebagai hari ke-0. Masing-masing 7 buah
tomat diletakkan pada suhu lingkungan (28ºC) dan Refrigerator (15ºC). Setiap
2 hari pada jam yang sama selama 14 hari, kenampakan fisik diamati dan
warna tomat diukur menggunakan colormeter dan dicatat nilai Lab dan waktu
pengamatannya. Pengukuran warna dilakukan 3x pada bagian yang berbeda
dengan pemberian tanda pada bagian tomat yang diukur dengan colormeter.
Setelah diukur menggunakan Colormeter, Tomat diblender lalu disaring,
sehingga hanya cairan saja yang tertinggal untuk diukur kandungan Brix
dengan refractometer dengan dilakukan 3 kali ulangan. Sebelum diblender
penampakan tomat difoto terlebih dahulu. Pengamatan dilakukan selama 14
hari dan Hasil dicatat di dalam log book.
3.3. Analisa data
1. Grafik hubungan t (x) vs L (y)
2. Grafik hubungan t (x) vs a* (y)
3. Grafik hubungan t (x) vs b* (y)
4. Grafik hubungan t (x) vs Brix (y)
5. Grafik hubungan L (x) vs Brix (y)
6. Grafik hubungan a* (x) vs Brix (y)
7. Grafik hubungan b* (x) vs Brix (y)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2014. Colorimeter. http://www.alatuji.com/kategori/45/colorimeter.
Diakses tanggal 8 Oktober 2015 pukul 07.30 WIB.
Cahyono, B. 1998.Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanesius.
Javanmardi, J and C. Kubota. 2006. Variation of lycopene, antioxidant activity,total soluble solids, and weight loss of tomato during postharvest storage. .Post. Bio. Tech. 41:151-155.
Kalman,P. 1985. Product Handling Packaging and Distribution. The AVI Publishing Company Inc, Westport, Connecticut. 25 Muchtadi, D. 1988
. Pantastico, Er. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika.(Diterjemahkanoleh Kamariyani; editor G. Tjitrosoepomo). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Riquelme, F; M.T. Pretel; G. Martinez; M. Serrano; A. Amoros; and F. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. Sayuran Dunia 3 Prinsip Produksi dan Gizi. Edisi Kedua. ITB. Bandung.
Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. Sayuran Dunia 3 Prinsip Produksi dan Gizi. Edisi Kedua. ITB. Bandung.
Sakti, G.A.W. 2010. Kajian Perubahan Suhu Dalam Kemasan Berventilasi Untuk Komoditas Hortikultura Studi Kasus Kemasan Karton (Corrugated Box) Dengan Komoditas Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) FakultasTeknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Santoso, B.B. dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca PanenTanaman Hortikultura. AUSAID.
Widianarko, B., A.R. Pratiwi dan C. Retnaningsih. 2000. Memilih dan Menyimpan Buah Tomat. http://www.ristek.go.id. Diakses 8 Oktober 2015pukul 06.53 WIB.
Wills, R.B.H; W.B. McGlasson; D.Graham;T.H. Lee and E.G. Hall . 1989. Postharvest an Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. An Avi Book, Reinhold. New York.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Pengamatan Suhu ruang dan Refrigerator
tanggal t (hari) suhu ruang suhu refrigerator
10/05/2015 0 28,8 18
10/07/2015 2 27,9 15
10/09/2015 4 28,7 12
10/11/2015 6 29 19
13/10/2015 8 27,7 18
15/10/2015 10 28,3 18
17/10/2015 12 24 18
19/10/2015 14 21 16
Tabel 1.a. Data Pengamatan Suhu ruang dan Refrigerator
4.1.2. Hasil Pengamatan Kenampakan Fisik
tanggal t (hari)Kenampakan fisik
suhu ruang suhu refrigerator
warna kesegaran kondisi kulit warna kesegaran kondisi kulit
10/05/2015 0Merah
kekuningan
Segar Kencang/Halus - - -
10/07/2015 2Merah
kekuningan
Segar Kencang/HalusMerah Kuning pucat
Segar Kencang/Halus
10/09/2015 4Merah
kekuningan
Segar Kencang/Halus Kuning Pucat Kurang segar Mulai Keriput
10/11/2015 6Merah
kekuningan
Kurang SegarSedikit
kencang/mulai keriput
Merah Pucat Kurang segar Mulai Keriput
13/10/2015 8Merah
kekuningan
Segar Mulai timbul keriput Merah dominan Kurang segar Mulai Keriput
15/10/2015 10 Dominan merah Tidak segar Keriput Pucat Dominan
merah Kurang segar Mulai Keriput
17/10/2015 12 Merah Tidak segar Keriput Pucat Merah Kurang segar Sedikit Keriput
19/10/2015 14 Merah Tidak segar Keriput PucatMerah
Kekuningan
Tidak segar Sedikit Keriput
Tabel 1.b. Data Pengamatan Kenampakan Fisik
4.1.3. Hasil pengamatan warna dg colormeter suhu ruang
tanggal t (hari)Perubahan warna
L a* b*1 2 3 rata-rata 1 2 3 rata-rata 1 2 3 rata-rata
10/05/2015 0 29,43 29,17 31,31 29,97 23,42 26,69 21,94 24,017 32,14 29,46 27,28 29,627
10/07/2015 2 27,46 27,43 31,75 28,88 24,72 20,63 20,16 21,837 31,13 32,15 29,51 30,930
10/09/2015 4 26,22 26,9 27,84 26,987 24,17 20,25 18,61 21,010 28,86 28,11 26,36 27,777
10/11/2015 6 13,55 9,047 9,444 10,680 19,8 20,22 23,04 21,020 18,29 15,75 26,04 20,027
13/10/2015 8 24,59 26,21 25,93 25,577 24,66 25,44 29,52 26,540 25,24 22,83 26,19 24,753
15/10/2015 10 32,8 28,63 30,28 30,57 30,32 25,41 25,78 27,170 29,65 22,77 25,98 26,133
17/10/2015 12 23,13 33,38 30,34 28,95 28,1 27,2 30,1 28,467 17,25 27,21 22,64 22,367
19/10/2015 14 33,1 33,95 31,02 32,69 46,07 43,53 48,42 46,007 37,36 37,55 38,57 37,827
Tabel 1.c. data pengamatan warna dg colormeter suhu ruang
4.1.4. Hasil pengamatan warna dg colormeter suhu ruang
tanggal t (hari)Perubahan warna
L a* b*1 2 3 rata-rata 1 2 3 rata-rata 1 2 3 rata-rata
10/05/2015 0 10/07/2015 2 26,55 28,7 26,41 27,220 18,14 14,58 20,55 17,757 27,93 32,37 28,1 29,46710/09/2015 4 29,24 27,82 28,14 28,400 22,04 20,41 18,6 20,350 23,2 24,17 21,7 23,02310/11/2015 6 19,32 20,160 17,58 19,020 -1,375 -4,61 -2,3 -2,762 24,51 21,26 24,78 23,51713/10/2015 8 27,57 25,91 29,29 27,590 17,82 19,59 24,23 20,547 24,81 24,5 30,31 26,54015/10/2015 10 32,52 29,9 27,57 29,997 26,25 22,96 24,28 24,497 25,65 18,74 10,16 18,18317/10/2015 12 39,27 30,95 30,61 33,610 24,24 27,12 29,96 27,107 20,98 29,15 23,57 24,56719/10/2015 14 32,93 28,04 30,19 30,387 40,62 39,64 42,99 41,083 38,29 37,94 36,94 37,723
Tabel 1.d. data pengamatan warna dg colormeter suhu Refrigerator.
4.1.5. Hasil Pengamatan Brix suhu ruang
tanggal t (hari)Kadar Brix
Ulangan1 2 3 rata-rata
10/05/2015 0 4 4 4 4
10/07/2015 2 3,6 3,8 4 3,800
10/09/201 4 4,1 4,10 4,1 4,100
510/11/201
5 6 4,5 4,200 4,4 4,36713/10/201
5 8 4 4,1 4,2 4,10015/10/201
5 10 4 4,1 4,1 4,06717/10/201
5 12 4 4 4,2 4,06719/10/201
5 14 4,1 4,2 4,2 4,167
Tabel 1.e. Data Pengamatan Brix pada suhu ruang
4.1.6. Hasil Pengamatan Brix suhu Refrigerator
tanggal t (hari)Kadar Brix
Ulangan
1 2 3 rata-rata10/05/201
5 0 10/07/201
5 2 4 4 4 4,00010/09/201
5 4 3,8 3,80 3,9 3,83310/11/201
5 6 4,5 4,800 4,8 4,70013/10/201
5 8 4 4,1 3,9 4,00015/10/201
5 10 3,2 3,3 3,2 3,23317/10/201
5 12 4,2 4,1 4,1 4,13319/10/201
5 14 4,4 4,6 4,6 4,533
Tabel 1.f. Data Pengamatan Brix pada suhu Refrigerator
4.2. Analisa Data
4.2.1. Hubungan antara waktu vs L
0 2 4 6 8 10 12 14 1605
10152025303540
t (hari) vs L
L (suhu ruang)L (suhu refrigerator)
t (hari)
L
Gambar 4.2.a Grafik t vs L
4.2.2. Hubungan antara waktu dengan a*
0 2 4 6 8 10 12 14 16-10.000
0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
t (hari) vs a*
a* (suhu ruang)a* (suhu refrigerator)
t (hari)
a*
Gambar 4.2.b Grafik t vs a*
4.2.3. Hubungan antara waktu vs b*
0 2 4 6 8 10 12 14 160.0005.000
10.00015.00020.00025.00030.00035.00040.000
t (hari) vs b*
b* (suhu ruang)b* (suhu refrigerator)
t (hari)
b*
Gambar 4.2.c Grafik t vs b*
4.2.4. Hubungan antara waktu vs brix
0 2 4 6 8 10 12 14 160
0.51
1.52
2.53
3.54
4.55
t (hari) vs kadar brix
Brix (suhu ruang) Brix (suhu refrigerator)
t (hari)
Brix
Gambar 4.2.d Grafik t vs Brix
4.2.5. Hubungan antara L vs brix
5 10 15 20 25 30 35 400
0.51
1.52
2.53
3.54
4.55
L vs Kadar brix
suhu ruangsuhu refrigerator
L
brix
Gambar 4.2.e Grafik L vs Brix
4.2.6. Hubungan antara a* vs brix
-10.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.0000
0.51
1.52
2.53
3.54
4.55
a* vs kadar brix
suhu ruangsuhu refrigerator
a*
brix
Gambar 4.2.a Grafik a* vs Brix
4.2.7. Hubungan antara b* vs brix
15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.0000
0.51
1.52
2.53
3.54
4.55
b* vs kadar brix
suhu ruangsuhu refrigerator
b*
brix
Gambar 4.2.g Grafik b* vs Brix