cover 1 sisi -...

26
2018 SIMPOSIUM NASIONAL Tema : KONSERVASI PERAIRAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Konservasi Perairan Untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati dan Perikanan Berkelanjutan http://www.simnas2017.konservasi-perairan.org/ PROSIDING 9-10 Mei 2017

Upload: ngocong

Post on 07-Mar-2019

263 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

2018

SIMPOSIUM NASIONAL

Tema :

KONSERVASI PERAIRAN PESISIR

DAN PULAU-PULAU KECIL

Konservasi Perairan Untuk Perlindungan

Keanekaragaman Hayati dan Perikanan Berkelanjutan

http://www.simnas2017.konservasi-perairan.org/

PROSIDING

9-10 Mei 2017

Page 2: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

Lokasi Studi Kasus

Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Peta Lokasi Kajian Studi Kasus yang dipresentasikan dalam Simposium Nasional Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2017

Page 3: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL KONSERVASI PERAIRAN PESISIR DAN

PULAU-PULAU KECIL

Gedung Mina Bahari IV, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Jakarta, Indonesia

8 - 9 Mei 2017

Reviewer

Dr. Ir. Yvonne Indrajati Pattinaja, DEA

Dr. Aulia Riza Farhan, M. SciTech

Dr. Fitryanti Pakiding

Dr. Imam Bachtiar

Dr. Moch. Nurhudah, A.Pi., M.Sc

Dr. Zulhamsyah Imran, S.Pi, M.Si

Estradivari, M.Sc

www.simnas2017.konservasi-perairan.org

Penerbit :

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Bekerjasama dengan : WWF Indonesia

Coastal and Ocean Journal

2018

Page 4: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL KONSERVASI PERAIRAN PESISIR DAN PULAU-

PULAU KECIL

Desain Sampul: WWF-Indonesia

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau

seluruhnya, dalam bentuk dan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronis,

termasuk fotokopi, rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.

Prosiding ini diterbitkan bersama oleh Kementerian Kelautan Perikanan, Yayasan WWF

Indonesia, dan Coastal and Ocean Journal. Semua pilihan substansi, tulisan, dan penyajian

materi yang disajikan dalam prosiding ini tidak mewakili pendapat dari penerbit, reviewer, dan

penyunting serta tidak ada komitmen tertulis sebelumnya dengan Kementerian Kelautan

Perikanan, Yayasan WWF Indonesia, dan Coastal and Ocean Journal terkait dengan isi materi.

Penulis bertanggung jawab penuh atas pilihan substansi tulisan dan penyajian materi yang

terkandung dalam prosiding ini.

Diterbitkan Oleh:

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Jalan Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat, Telp : (021) 3519070

DKI Jakarta, INDONESIA

Bekerjasama dengan:

WWF-Indonesia

Graha Simatupang Tower 2 Unit C Lt 7th-11th, Jalan TB Simatupang, Jati Padang

Pasar Minggu, RT.4/RW.8, Jati Padang, Ps. Minggu, Jakarta Selatan. Telp : (021) 7829461

DKI Jakarta, INDONESIA

Coastal and Ocean Journal

Kampus IPB Baranangsiang, Jalan Raya Pajajaran No. 1, Bogor, 16127

Phone: (62-251) 8374816, 8374820, 8374839

Jawa Barat, INDONESIA

© Kementerian Kelautan dan Perikanan, WWF-Indonesia, dan Coastal and Ocean Journal

Sitasi : Pattinaja Y.I., Farhan A.R., Pakiding F., Bachtiar I., Nurhudah M., Imran Z.,

Estradivari (ed.). 2018. Prosiding Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan, WWF-Indonesia, Coastal and

Ocean Journal, Jakarta : Indonesia.

Penyunting : Christian Novia N. Handayani, Desita Anggraeni, Anissa Fajari, Aloysia

Rarasningtias, Amindari F. Fitrianti, Renata Felichiko N, dan Antoninus Satria.

ISBN : 978-602-71086-4-6

Jakarta: Februari 2018

677 hlm; 21 cm x 29,7 cm

Page 5: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

i

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan

rahmat-Nya sehingga buku prosiding “Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil” dapat diselesaikan. Buku prosiding ini disusun berdasarkan hasil

Simposium Nasional yang diselenggarakan atas kerja sama Direktorat Konservasi dan

Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Yayasan WWF-

Indonesia di Gedung Mina Bahari IV Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta pada

tanggal 9-10 Mei 2017, yang bertujuan untuk mendapatkan data, informasi dan best practices

dari pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, pihak swasta, lembaga swadaya

masyarakat, maupun kelompok masyarakat lain yang terlibat dalam konservasi perairan pesisir

dan pulau-pulau kecil baik perencanaan maupun pengelolaannya.

Buku prosiding ini diharapkan dapat menjadi referensi dan pertimbangan bagi

pengambil kebijakan dan para mitra dalam melakukan upaya pengelolaan konservasi pesisir

dan pulau-pulau kecil ke depan. Akhir kata, semoga prosiding ini bermanfaat bagi semua

pihak.

Jakarta, Desember 2017

Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut

Ir. Andi Rusandi, M.Si

Page 6: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

ii

KATA PENGANTAR

Upaya pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Indonesia sudah berjalan

selama tiga dekade. Saat ini Pemerintah Indonesia menargetkan untuk membentuk KKP seluas

20 juta hektar di tahun 2019. Sampai dengan Desember 2016, sudah terbentuk 17,9 juta hektar,

yang artinya 2,1 juta hektar sisanya harus terbentuk hanya dalam waktu kurang dari 3 tahun.

Upaya untuk menghadapi kebijakan tersebut salah satunya adalah mencari strategi baru yang

lebih mutakhir dan berkembang agar mendapatkan metode, model serta inisiatif yang sesuai,

efektif dan efisien. Upaya ini dilakukan untuk percepatan pembentukan KKP baru yang dapat

memaksimalkan manfaat perlindungan keanekaragaman hayati dan mendorong perikanan

berkelanjutan.

Prosiding Simposium Nasional Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau kecil ini berisi

tentang ide-ide baru yang mengupas pembelajaran dan hasil nyata dari pembentukan, manfaat

dan strategi pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia yang

meliputi kondisi ekologi, sosial dan ekonomi, serta rekomendasi desain KKP yang potensial

dibentuk. Ide-ide ini berasal dari pembelajaran dari beberapa pemerintah daerah, perguruan

tinggi, lembaga penelitian, pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat, maupun kelompok

masyarakat lain yang berperan langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan,

pengelolaan, dan pemanfaatan KKP di Indonesia.

WWF-Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KemenKP), khususnya Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut serta

lembaga Jurnal Pesisir dan Kelautan sebagai pihak yang telah bekerja sama untuk suksesnya

acara Simposium Nasional ini. Semoga prosiding ini dapat memberikan ilmu, informasi, dan

manfaat untuk para pemangku kepentingan yang berperan dalam pembentukan dan

pengelolaan KKP di Indonesia.

Jakarta, September 2017

Direktur Program Coral Triangle WWF-Indonesia

Wawan Ridwan

Page 7: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

iii

Simposium Nasional

Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Susunan Kepanitiaan

Pengarah

Brahmantya Satyamurti Poerwadi - Direktur Dirjen Pengelolaan Ruang Laut

Penanggung Jawab

Andi Rusandi - Direktur Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut

Wawan Ridwan - Direktur Program Coral Triangle, WWF-Indonesia

Ketua

Amehr Hakim - Kepala Subdit Penataan Kawasan Konservasi

Anton Wijonarno - MPA for Fisheries Manager Coral Triangle, WWF-Indonesia

Sekertaris

M. Subhan Wattiheluw - Kepala Seksi Penataan Kawasan Konservasi Daerah

Agus Widayanto - Kepala Seksi Penataan Kawasan Konservasi Nasional

Christian Novia Ngesti Handayani - Marine Spatial Planning & Monitoring Senior Officer,

WWF Indonesia

Dwi Aryo Tjiptohandono - Marine & Fisheries Campaign Coordinator, WWF-Indonesia

Pelaksana

Muhamad Saefudin, Tendy Kuhaja, Ervien Julianto, Muschan Ashari, Leny Dwihastuti, Ririn

Widyastutik, Yusuf Arief Afandy, Pertiwi Aprianty, Fahrizal Ari Iwari, Hadi Yoga Dewanto,

Dinah Yunitawati, Akhmad Muharram, Hery Gunawan Daulay, Amkieltiela, Hana Ulinnuha,

Yoppy Endano, Lelyana Ramadhini, Navisa Nurbandika, Ninish Fajrina, Edy Setiawan, Nara

Wisesa, Roy Pangalila, Dewi Satriani, Desita Anggraeni, Fikri Firmansyah, Ignatia

Dyahapsari, Nara Wisesa, Adella Adiningtyas, Imanda Hikmat Pradana, Deti Triani, Hardie

Martua, Gracia Satya Widi, Arezka Ari Hatyanto, Imelda Theresia, Gladys Respati

2018

Page 8: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

iv

Ucapan Terima Kasih

Panitia Simposium Nasional Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyukseskan acara simposium nasional

dari awal hingga akhir. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami

sampaikan kepada para pembicara kunci yaitu Bapak Andi Rusandi, Bapak Udhi Eko

Hernawan, Bapak Dasril, Bapak Ahman Kurniawan, Mr. Peter Mumby, Bapak Ngurah

Nyoman Wiadnyana, dan Bapak Wawan Ridwan.

Terima kasih kepada para penyunting yang telah membantu menelaah naskah, makalah dan

jurnal peserta Simposium Nasional. Terima kasih kami ucapkan kepada Yvonne Indrajati

Pattinaja, Aulia Riza Farhan, Fitryanti Pakiding, Imam Bachtiar, Moch. Nurhudah,

Zulhamsyah Imran, dan Estradivari.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih juga kepada para Moderator yang telah memandu

setiap paparan dalam Simposium Nasional ini. Ucapan Terima kasih kami ucapkan kepada

Anton Wijonarno, Mudatstsir, Taufik Alansar, Irfan Yulianto, Muhammad Subhan

Wattiheluw, Syamsul Bahri Lubis, Handoko Susanto, Imran Amin, Amehr Hakim, Agus

Widayanto, Saefudin, Firdaus Agung, Subianto, Ronny Megawanto, Sarmintohadi,

Sukendi, Ihsan Ramli, Rudyanto, dan Veda Santiaji.

Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh institusi yang mendukung acara

Simposium Nasional ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih kami

sampaikan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan khususnya Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut Direktorat Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati

Laut (KKHL) serta Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

(BRSDM-KP), Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(P2O-LIPI), UPTD Konservasi Penyu Kab. Pangumbahan, Dinas Kelautan dan

Perikanan Kota Pariaman, Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Institut Pertanian Bogor,

Universitas Mataram, Universitas Papua, WWF-Indonesia, University of Queensland,

Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program, RARE, The Nature

Conservancy (TNC) Indonesia, Coral Triangle Center (CTC), Conservation

International (CI) Indonesia, GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale

Zusammenarbeit) Indonesia dan OnTrack Media.

Page 9: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

v

DAFTAR ISI Kata Sambutan ............................................................................................................... i Kata Pengantar ............................................................................................................... ii Susunan Kepanitiaan ...................................................................................................... iii Ucapan Terima Kasih ...................................................................................................... iv Daftar Isi ......................................................................................................................... v Ringkasan Eksekutif ....................................................................................................... xiv Abstrak Keynote Speaker Status, Ancaman, dan Konservasi Ekosistem Pesisir dan Keanekaragaman Hayati

Laut di Indonesia

Udhi Eko Hernawan – Peneliti Pertama PO2-LIPI .................................................................. 1

Pembelajaran Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kota

Pariaman Provinsi Sumatera Barat

Dasril – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman ............................................... 2

Implementasi Pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Dengan Memanfaatkan CSR (Coorporate Social Responsibility) di Taman Pesisir

Pantai Penyu Pangumbahan Kabupaten Sukabumi

Ahman Kurniawan - Kepala Balai Pengawasan dan Konservasi Sumber Daya Kelautan dan

Perikanan Wilayah Selatan Pangumbahan ........................................................................... 3

MPAs For Fisheries: From Policy to Implementation

Peter J. Mumby - Lecturer and Head of Marine Spatial Ecology Lab, University of

Queensland ...................................................................................................................... 4

Kawasan Konservasi Perairan : Investasi Cerdas Untuk Perlindungan

Keanekaragaman Hayati Laut dan Membangun Perikanan Indonesia

Wawan Ridwan – Direktur Program Coral Triangle WWF-Indonesia ........................................ 5

Membangun Sektor Maritim, Kelautan, dan Perikanan di Indonesia: Tantangan dan

Kesempatan

Andi Rusandi – Direktur Dit. KKHL-KepmenKP ..................................................................... 6

TOPIK 1. Manfaat Kawasan Konservasi Perairan 1.1 Dinamika Perubahan Budaya Masyarakat di Kawasan Konservasi Perairan:

Studi Kasus di Bentang Laut Kepala Burung Papua Joice Pangulimang, Fitryanti Pakiding, Michael Mascia, Louise Glew, Albertus Girik

Allo, Kezia Salloso, Fadli Zainuddin, dan Marjan Bato ................................................. 7

Page 10: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

vi

1.2 Kontribusi Pengelolaan Akses Area Perikanan di Kawasan Konservasi Terhadap Sustainable Development Goal 14 “Kehidupan Bawah Laut”

Imanda Hikmat Pradana, Arwandrija Rukma, Handoko Adi Susanto, Galuh Sekar

Arum, dan Deti Triani .............................................................................................. 8 1.3 Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem

Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi* Fikri Firmansyah, Adib Mustofa, Estradivari, Adrian Damora, Christian Handayani,

Gabby Ahmadia, Jill Harris, Amkietiela, Klaas J. Teule, Sugiyanta, Veda Santiadji,

Anton Wijonarno, dan Muhammad Yusuf .................................................................. 9 1.4 Rumah Belajar Sebagai Komponen Penting Konservasi Penyu Belimbing di

Distrik Abun Papua Barat Oleh: Alberto Y. T. Allo, Fitryanti Pakiding, Deasy Lontoh, Kartika Zohar, dan Sinus

Keroman .............................................................................................................................. 19

1.5 Manfaat Daerah Perlindungan Laut (DPBL): Kajian Terhadap Kelimpahan

Kerang di Padang Lamun

Sam Wouthuyzen dan Jonas Lorwens ................................................................................ 25 1.6 Manfaat Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau Kecil (KKP3K) Pulau Koon

dan Perairan Sekitarnya Bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Hellen Nanlohy, Natelda Timisela, Ignatia Dyahapsari, dan Rizal ...................................... 26 1.7 Pengaruh Jenis Pekerjaan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di

Kawasan Konservasi Perairan Bentang Bentang Laut Kepala Burung Maya Paembonan, Fitryani Pakiding, Louise Glew, Michael Mascia, Dariani

Matualage, Yori Turu Toja, dan Albertus Girik Allo ............................................................. 27 1.8 Manfaat Kawasan Konservasi Mangrove di Pesisir Desa Bengkak

Kabupaten Banyuwangi Yanuar Rustrianto Buwono ................................................................................................. 28 1.9 Analisis Pengaruh Kawasan Konservasi Laut Terhadap Produksi Perikanan

Tangkap di Indonesia

Prabowo dan Widyono Soetjipto ......................................................................................... 29 1.10 Efektivitas Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Bunaken Taman

Nasional Bunaken Provinsi Sulawesi Utara Joshian N.W. Schaduw ........................................................................................... 36 1.11 Strategi Pengelolaan Ekowisata Pesisir di Taman Nasional Baluran Dengan

Metode Multidimensional Scalling (Mds)* Nike I. Nuzula, Daniel M. Rosyid, dan Haryo D. Armono ............................................. 47 1.12 Kawasan Konservasi Perairan dan Pengentasan Kemiskinan: Dampak

Sosial Jangka Pendek di Bentang Laut Kepala Burung Papua Fitryanti Pakiding, Louise E. Glew, dan Michael Mascia .............................................. 55 1.13 Efektivitas Sub Zona Perlindungan Setasea di Kawasan Konservasi

Perairan TNP Laut Sawu, NTT* Mujiyanto, Riswanto, dan Adriani Sri Nastiti ....................................................................... 56

1.14 Membangun Desain Jejaring Kawasan Konservasi Perairan: Studi Kasus

Provinsi Maluku*

Page 11: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

vii

Estradivari, Christian Novia N. Handayani, Dirga Daniel, dan Adib Mustofa ................... 68

1.15 Strategi Pengelolaan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang, Kabupaten Jepara

Munasik, Rudhi Pribadi, Ita Riniatsih, Sri Rejeki, dan Sugiyanto ................................... 81

1.16 Ketahanan Pangan Masyarakat Pemilik Hak Sumber Daya Perairan di

Bentang Laut Kepala Burung Papua Dariani Matualage, Fitryanti Pakiding, Michael Mascia, Louise Glew, Yori Turu Toja,

Albertus Girik Allo, Kezia Salloso, Fadli Zainuddin, dan Marjan Bato ............................ 87

1.17 Konservasi Penyu Belimbing di Bentang Laut Kepala Burung Papua Melalui

Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Pemilik Pantai Peneluran Deasy Lontoh, Fitryanti Pakiding, dan Kartika Zohar ................................................... 88

1.18 Pemantauan Kesehatan Terumbu Karang Untuk Melihat Efektivitas

Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Berbasis Zonasi di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Evi Nurul Ihsan, Estradivari, Amkieltiela, La Hamid, Mulyadi, Purwanto, Dedi

Parenden, dan Juswono Budisetiawan ...................................................................... 89 1.19 DPL vs KKPD : Menguji Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi

(Telaah Kasus Kondisi Terumbu Karang Perairan Kabupaten Buton Pasca Coremap II)

Ma’ruf Kasim ......................................................................................................... 101 1.20 Dampak Kepmen KP Nomor KEP.59/MEN/2011 Tentang Penetapan Status

Perlindungan Terbatas Jenis Ikan Terubuk (Tenualosa macrura) Dalam Meningkatlan Populasi Ikan Terubuk di Provinsi Riau

Deni Efizon ............................................................................................................ 109 1.21 Tantangan Pengelolaan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Nusa Tenggara

Barat, Indonesia A. Boby Yefry Adi Rianto ......................................................................................... 110 1.22 Kajian Pembentukan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Pulo Aceh,

Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh Munawar Khalil, Zulfikar, dan Muhammad Rusdi ........................................................ 111 TOPIK 2. Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 2.1 Model Sebaran Larva Karang di Kawasan Konservasi Taman Wisata

Perairan Kapoposang* Zulfikar Afandy, Ario Damar, Syamsul Bahri Agus, dan Budy Wiryawan ........................ 120 2.2 Lesson Learned Dalam Perencanaan Tata Ruang Kelautan di Ekoregion

Sunda Kecil Putu Oktavia, Uly Faoziyah, B. Kombaitan, Djoko Santoso Abi Suroso, Andi

Oetomo, dan Gede Suantika ............................................................................................... 134

2.3 Urgency on Shifting Fishing Ground From Coral Reef Fishery to Pelagic in

Selayar Lisda H. Hanaruddin, Jamaluddin Jompa, dan Peter J. Mumby ......................................... 149 2.4 EMC (Ecotourism and Mangrove Conservation): Strategi Inovatif Pelestarian

Hutan Mangrove Berbasis Ecotourism di Pulau Sapudi, Madura

Page 12: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

viii

Bachtiar Rivai dan Syahlaini ............................................................................................... 150 2.5 Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Provinsi Aceh

Berbasis Kearifan Lokal (Hukum Adat Laot) Marzuki dan TeukuMuttaqin Mansur ......................................................................... 157 2.6 Peran Kelembagaan Panglima Laot di Kota Sabang Dalam Mewujudkan

Perikanan Tangkap yang Berkelanjutan* Baskoro Pakusadewo, Akhmad Solihin, dan Ernani Lubis ........................................... 167 2.7 Konsep Konservasi Berbasis Kawasan Dalam Rangka Pemulihan Populasi

Endemik Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni)* Abigail Mary Moore, Samliok Ndobe, dan Jamaluddin Jompa ........................................... 180

2.8 Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Baros Melalui Pertimbangan

Jasa Ekosistem Menurut Perspektif Masyarakat Pengguna Jasa* Mochammad Yenny, Boedi Hendrarto, dan Jafron W. Hidayat ..................................... 189

2.9 Pembelajaran Proses Harmonisasi Pengelolaan Kawasan Konservasi di

Provinsi Nusa Tenggara Barat Tasrif Kartawijaya, Fajar Ardiyansyah, Adi Triana Mihardja, dan Hernawati ................... 196

2.10 Alternatif Rejim Pengelolaan Kawasan Konservasi Penyu Dengan Pendekatan Pembayaran Jasa Ekosistem (Payment For Ecosystem Services – PES)

Studi Kasus Kawasan Konservasi Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan Sukabumi

Leny Dwihastuty, Luky Adrianto, dan Fredinan Yulianda ............................................. 197

2.11 Pemanfaatan Kearifan Lokal Sasi Dalam Sistem Zonasi Kawasan Konservasi Perairan di Raja Ampat Paulus Boli ............................................................................................................ 198

2.12 Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Indrapurwa Lhok

Peukan Bada Berbasis Hukum Adat Laot Rika Astuti ............................................................................................................. 205 2.13 Pemodelan Perilaku Nelayan Pada Program Konservasi Penyu di Taman

Nasional Karimunjawa Susi Sumaryati dan Kuswadi ................................................................................... 217 2.14 Dukungan Kearifan Lokal “Hoholok/Papadak” Dalam Pengelolaan TNP Laut

Sawu Berbasis Masyarakat di Kabupaten Rote Ndao, NTT Rahmad Hidayat, Ikram M. Sangadji, dan Imam Fauzi ................................................ 225 2.15 Analisis Zonasi Sembilan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Provinsi

Sulawesi Tenggara* Desita Anggraeni, Christian Novia N.H., Dirga Daniel, Agus Wahyudi, Tarlan

Subarno, Zulfikar Afandy, Dyah Rahmatika, Fikri Firmansyah, dan Estradivari ............... 236 2.16 Identifikasi Kemunculan Hiu Karang di Perairan Meko Dalam Mendukung

Upaya Pengelolaan di KKPD Flores Timur Ranny Ramadhani Yunaeni dan Casandra Tania ....................................................... 246

Page 13: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

ix

2.17 Membangun Jejaring Kawasan Konservasi Perairan di Bird’s Head Seascape – (BHS) Papua: Konektivitas Migrasi Spesies dan Genetik*

Roni Bawole dan Rony Megawanto .......................................................................... 247 2.18 Protokol Kajian Cepat: Perangkat Pengumpulan Informasi Sosio-Ekologi

Untuk Survei Dengan Waktu dan Aksesibilitas Terbatas Nara Wisesa, Estradivari, Christian Novia N. Handayani, Ignatia Dyahapsari, Adrian

Damora, Amkieltiela, dan Louise Glew ...................................................................... 260 2.19 Melawan Destructive Fishing, Menumbuhkan Usaha Keramba Belajar dari

Nelayan Pulau Bontosua Kep. Spermonde, Sulawesi Selatan Munsi Lampe ......................................................................................................... 261 2.20 Identifikasi Lokasi Prioritas Konservasi di Indonesia Berdasarkan

Konektivitas Darat-Laut* Christian Novia N. Handayani, Estradivari, Dirga Daniel, Oki Hadian, Khairil Fahmi

Faisal, Dicky Sucipto, dan Puteri Maulida .................................................................. 262 2.21 Pengelolaan Sumber Daya Laut Berbasis Kearifan Lokal di Kawasan

Konservasi Pulai Kei Kabupaten Maluku Tenggara* Natelda R. Timisela, Hellen Nanlohy, Estradivari, Ignatia Dyahapsari, dan Rizal ............ 281 2.22 Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Berbasis Kearifan

Lokal di Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat Endang Gunaisah, Yazid Bin Saleh, dan Nasir Bin Nayan ........................................... 297 2.23 Upaya Pengelolaan Pesisir dan Laut Berkelanjutan Melalui Pendidikan

Konservasi Sejak Dini di Pulau Pari, Kepulauan Seribu* Sarah Rosemary Megumi Wouthuyzen, Nurdien Harry Kistanto, dan Agus Hartoko ....... 309 2.24 Model Integrasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Status

Pengelolaan Perikanan: Kasus Taman Pulau Kecil Kei Kecil* James Abrahamsz, Tofik Alansar, Taufik Abdillah, Marvin M. Makailipessy, dan

Mozart Thenu ........................................................................................................ 323 2.25 Pengaruh Kepemimpinan Lingkungan (Environmental Leadership) dan

Kawasan Warisan Geologi Gumuk Pasir Pesisir Parangtritis Mega Dharma Putra, Etik Siswanti, Theresia Retno Wulan, Edwin Maulana, Farid

Ibrahim, Anggara Setyabawana Putra, Dwi Sri Wahyuningsih, Fajrun Wahidil

Muharram, Gianova Andika Putri, dan Bernike Hendrastuti ......................................... 339 3.2 Status Keberlanjutan Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Pasca Penetapan

Kawasan Konservasi Perairan di Pulau Koon dan Sekitarnya Adrian Damora, Aliana Nafsal, dan Taufik Abdillah ..................................................... 349

Kemampuan Kognitif (Cognitive Ability) Tentang Kelautan dan Perikanan Terhadap Kemampuan Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan (Decision Making). Sebuah Studi Expost Facto terhadap Pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Pengelolaan Sustainable Fisheries (2017)

TOPIK 3. Status dan ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau kecil 3.1 Aplikasi DPSIR Framework Berbasis Spasial Pada Degradasi Lahan di

Simon Boyke Sinaga, I Made Putrawan, Nadiroh………………………………………........ 329

Page 14: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

x

3.3 Status Pemutihan Karang Akibat Meningkatnya Suhu Permukaan Air Laut di Indonesia Tahun 2016

Firdaus Agung, Derta Prabuning, Yvonne Pattinaja, Hadi Yoga, Novi Setyo, Beginer

Subhan, Permana Yudiarso, Muhamad Abrar, dan Rizya Ardiwidjaya ........................... 350 3.4 Strategi Pengelolaan Wisata Bahari Minat Khusus Hiu Paus (Rhincodon

typus) dan Daya Dukung Kawasan di Taman Nasional Teluk Cenderawasih Kabupaten Nabire Indonesia

Donny Juliandri Prihadi, Aris Nuryana, Walim Lili, dan Evi Nurul Ihsan ............................. 359

3.5 Analisis Perubahan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove di

Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat*

Nurul Ihsan Fawzi ................................................................................................................ 369 3.6 Upaya Perlindungan Hiu (Apendiks II CITES) di Timur Indonesia Arief Reze Fahlevi dan Zarlin Rikola ......................................................................... 380 3.7 Pemantauan Partisipatif Kondisi, Ancaman, dan Persepsi Masyarakat

Terhadap Cetacean di Perairan Pantai Wawaran dan Tawang Pacitan Nurul Kusuma Dewi ................................................................................................ 386 3.8 Mengurangi Resiko Pencemaran Air Laut Akibat Pembuangan Air Pendingin

Mesin Diesel Kapal Nelayan di Wakatobi Ari Kuncoro, Mamuri, dan Susilo Wisnugroho ............................................................ 387 3.9 Kajian Potensi Biofisik TWP Selat Tiworo Al Furkan, Muh. Hamsir Lasikada, dan Fajar Izas ....................................................... 395 3.10 Perilaku Masyarakat Lokal Kampung Menawi Terhadap Rusaknya Terumbu

Karang di Perairan Teluk Samiri, Kabupaten Yapen Dolfina Lea Ansanay dan Zhelvyanie .................................................................................. 396

3.11 Identifikasi Ancaman Terhadap Kawasan Konservasi Perairan Taman

Wisata Perairan Laut Banda, Pulau Hatta, dan Pulau Ay Julham MS Pelupessy, Iqbal S. Gultom, Adil M. Firdaus, dan Jimmi RP Tampubolon ..... 407

3.12 Ancaman Kerusakan Habitat Lamun di Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi

Nanda Radhitia Prasetiawan ................................................................................... 422

3.13 Status dan Ancaman Terhadap Mikrohabitat Ikan Endemik Terancam Punah

Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni)* Samliok Ndobe, Jamaluddin Jompa, dan Abigail Mary Moore ...................................... 431 3.14 Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Pulau Nusa Manu dan Nusa Leun

untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah Ilham Marasabessy, Achmad Fahrudin, Zulhamsyah Imran, dan Syamsul Bahri

Agus ..................................................................................................................... 439

3.15 Analisis Spatial Identifikasi Lokasi Kawasan Konservasi Perairan yang Ideal

di Kota Tual, Provinsi Maluku* Taufik Abdillah, Christian Novia N. Handayani, dan Dirga Daniel .................................. 454 3.16 Studi Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Wisata Bahari

Pulau Liukang Loe Kabupaten Bulukumba

Page 15: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xi

Nirwan, Muhammad Syahdan, dan Dafiuddin Salim ................................................... 462 3.17 Status Kondisi Sosial, Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan Habitat Pesisir

di Teluk Sawai Ignatia Dyahapsari, Fikri Firmansyah, dan Nara Wisesa .............................................. 476 3.18 Pemanfaatan Citra Landsat untuk Upaya Konservasi Pulau-pulau Kecil dan

Terluar, Studi Kasus: Pulau Tikus, Bengkulu Adhitya Wisnu Nugraha, Angela Dini Anandathassa, dan Anindya Wirasatriya .............. 486 3.19 Pemodelan Numerik Sebaran Do Estuari Wonorejo, Surabaya dan

Dampaknya Terhadap Ekosistem Perairan Estuari Wazirotus Sakinah dan Suntoyo .............................................................................. 494 3.20 Evaluasi Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pantai Goa Cemara

Sebagai Entitas Ekosistem Pesisir Dengan Analisis CASM* Bernike Hendrastuti, Theresia Retno Wulan, Edwin Maulana, Farid Ibrahim, Mega

Dharma Putra, Fajrun Wahidil Muharram, Dwi Sri Wahyuningsih, dan Gianova

Anfika Putri ............................................................................................................ 502 3.21 Status Ekosistem Terumbu Karang Kawasan Konservasi Perairan di

Bentang Laut Sunda Banda Amkieltiela, Fikri Firmansyah, dan Estradivari ............................................................ 510 3.22 Kesehatan Terumbu Karang Taman Nasional Komodo Jensi Sartin, Khaifin, Amkieltiela, Andi Kefi, dan Jackson Benu .................................... 520 3.23 Daya Dukung Fisik Kunjungan Wisatawan ke Poncan Marine Resort, Pulau

Poncan Gadang Kota Sibolga Hamzah Lubis ........................................................................................................ 521 3.24 Karakteristik Populasi Hiu Paus dan Pola Perilaku Tinggalnya di Pantai

Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo* Kris Handoko, R. Andry Indryasworo Sukmoputro, Mahardika R. Himawan, dan

Casandra Tania ..................................................................................................... 522 3.25 Status Pemutihan Karang di Karangasem Bali dan di Gili Matra Nusa

Tenggara Barat Ayub, Permana Yudiarso, Nirmaya, I Made Jaya Ratha, I Made Dharma Jaya

Aryawan, dan Derta Prabuning ................................................................................ 529 POSTER 4.1 Sistem Pengetahuan Lokal Masyarakat Nelayan Suku Bajo Kabupaten Bone

Terhadap Konservasi Ekosistem Pesisir Dalam Perspektif Etnografi Muhammad Ansarullah S. Tabbu ............................................................................. 538 4.2 Studi Awal Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut Menggunakan

Pendekatan Resiliensi Sosial-Ekologi Terumbu Karang dan Spatial System Dynamics: Studi Kasus KKPD Pulo Pasi Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan

Suryo Kusumo, Luky Adrianto, Mennofatria Boer, dan Suharsono .................................... 548

4.3 Egek, (Konservasi) yang Membangunkan Malaumkarta

Wiwit Handayani, Jaquolina Ania Kusaly, dan Arief Reza Fahlevi ..................................... 563

Page 16: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xii

4.4 Pengelolaan Berbasis Kearifan Lokal (Sasi) di Kawasan Konservasi

Perairan Pulau Koon dan Pulai Neiden Rizal ..................................................................................................................... 571 4.5 Penilaian Kesesuaian Lahan Pada Kawasan Konservasi Mangrove Baros

Muara Sungai Opak Sebagai Pencadangan Taman Pesisir di Kabupaten Bantul

Farid Ibrahim, Fiqih Astriani, Lutfi Gita Iriani, Theresia Retno Wulan, Mega Dharma Putra, Edwin Maulana, Dwi Sri Wahyuningsih, Fajrun Wahidil Muharram, Gianova

Andika Putri, Bernike Hendrastuti, Taufik Walinono, dan Wico Nandityanta Mulia .......... 579 4.6 Strategi Ekofeminisme Dalam Konservasi Perairan Pesisir Indonesia yang

Berkelanjutan Nova Scorviana H. dan Shahibah Yuliani ........................................................................... 586

4.7 Wanamina, Upaya Pengoptimalan Kawasan Konservasi Mangrove Sebagai

Lahan Budidaya Udang (Litopenaeus vannamei) di Parigi, Pangandaran Siti Rahmania Sari, Ikfa Permatasari, dan Baihaqi Wisnumurti Wiharno ........................ 592

4.8 Strategi Pengelolaan Wisata Bahari Berbasis Konservasi Penyu di KKP3K

Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya Meriussoni Zai dan Nofri Yani .................................................................................. 597

4.9 Urgensi Data Spasial Resolusi Tinggi untuk Konservasi Kawasan

Kepesisiran (Studi Kasus: Pemotretan Udara Kawasan Desa Parangtritis, Kabupaten Bantul, DIY)

Theresia Retno Wulan, Guridno Bintar Saputro, Mone Iye Cornelia Marchiavelli,

Edwin Maulana, dan Anggara Setyabawana Putra ..................................................... 605 4.10 Keberadaan Penyu Serta Upaya Konservasi dan Zonasi di Pantai Paloh,

Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat Dinda Rizky dan Johannes Riter .............................................................................. 614

4.11 Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Laut di KP3K Kei Kecil dan

Sekitarnya Rafika Puspita Army dan Rizal ................................................................................. 623 4.12 Pemodelan Numerik Sebaran Do Estuari Wonorejo, Surabaya dan

Dampaknya Terhadap Ekosistem Perairan Estuari Wazirotus Sakinah dan Suntoyo .............................................................................. 629 4.13 Status Populasi Sumber Daya Kima (Bivalvia, Cardiidae, Tridacninae) di

Perairan Taman Nasional Wakatobi Muhammad Nur Findra, Isdrajad Setyobudiandi, Nurlisa A. Butet, dan Dedy Duryadi

Solihin .................................................................................................................. 637 4.14 Studi Pola Pemanfaatan Sumber Daya Laut di Taman Nasional

Karimunjawa Puji Prihatinningsih, Raymond Jacob, dan Yusuf Syaifuddin ........................................ 646 4.15 Raja Ampat Sebagai No Take Zone Perikanan Hiu di Wilayah Indonesia

Timur Gulam Arafat ......................................................................................................... 653

Page 17: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xiii

4.16 Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu

Ratri Cahyani, Kutriyani, Agathis Noor L., Vivi Yuliana, Bondan Wisnuaji, Fitrian

Hana, dan Sri Lestari .............................................................................................. 660 Profil Reviewer ................................................................................................................ 670 Profil Pembicara kunci .................................................................................................... 673 Profil Presenter Terbaik .................................................................................................. 676 Profil Organisasi Penyelenggara ..................................................................................... 677 *Makalah ini dipublikasikan dalam Coastal and Ocean Journal No 1 Vol 2 (2017). Makalah yang disajikan dalam prosiding ini merupakan Salinan dari jurnal tersebut.

Page 18: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF

PENDAHULUAN Kekayaan laut Indonesia harus bisa bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Namun

pemanfaatan sumber daya laut harus memperhatikan aspek berkelanjutan agar bisa terus

dimanfaatkan antar generasi. Meski saat ini sebagian besar sumber daya laut mendapat

tekanan, namun upaya pelestarian dan perlindungan juga semakin intensif didorongkan oleh

pemerintah, mitra dan masyarakat. Sejalan dengan 30 tahun pembentukan Kawasan

Konservasi di Indonesia, diperlukan strategi untuk mengoptimalkan efektivitas

pengelolaannya agar dapat memaksimalkan manfaat perlindungan keanekaragaman hayati

dan mendorong perikanan berkelanjutan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan dan WWF-Indonesia, serta bekerjasama

dengan Jurnal Pesisir dan Kelautan menyelenggarakan Simposium Nasional Konservasi

Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Auditorium Gedung Kementerian Kelautan dan

Perikanan, Jakarta, pada tanggal 9-10 Mei 2017. Simposium yang bertema “Konservasi

perairan untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan perikanan berkelanjutan” memiliki

tujuan untuk mengupas pembelajaran dan hasil nyata dari pembentukan, manfaat dan strategi

pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia.

Foto bersama dengan Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Bapak Brahmantya Satyamurti Poerwadi, 2017

Simposium ini dihadiri oleh tujuh pembicara kunci dan sekitar 200 peserta dari

berbagai penjuru nusantara yang merupakan perwakilan pemerintah, pengelola kawasan

konservasi, akademisi, dan LSM. Sebanyak 102 (oral dan poster) pemakalah

mempresentasikan hasil penelitiannya secara paralel. Simposium ini dibagi menjadi tiga

simposia dengan topik sebagai berikut:

Page 19: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xv

Topik 1. Manfaat Kawasan Konservasi Perairan

Makalah yang disajikan dalam topik ini adalah berbagai pembelajaran dari lapangan

mengenai manfaat ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya yang dirasakan oleh masyarakat

sebagai dampak dari adanya kawasan lindung pesisir dan perairan di wilayahnya. Kawasan

lindung di sini tidak terbatas pada kawasan konservasi perairan yang disahkan oleh

pemerintah, tetapi juga kawasan lindung secara tradisional yang dimiliki oleh masyarakat

secara turun temurun.

Topik 2. Strategi Konservasi Perairan dan Pulau-pulau Kecil

Makalah yang dipresentasikan dalam topik ini adalah berbagai penelitian atau pembelajaran

mengenai strategi pengelolaan KKP dan perikanan. Selain itu topik ini juga membahas

pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam pembuatan desain KKP maupun pengelolaan sumber

daya perikanan dalam KKP.

Topik 3. Status dan ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau kecil

Makalah yang disajikan dalam topik ini mengenai berbagai informasi terbaru mengenai status

ekosistem pesisir di berbagai lokasi di Indonesia, dampak dari aktivitas manusia terhadap

kondisi ekologi dan sosial serta dampak perubahan iklim terhadap kondisi ekologi.

RINGKASAN SIMPOSIUM

Laut Indonesia kaya, namun terancam

Laut Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia, namun sumber

daya lautnya terancam oleh pembangunan wilayah pesisir, aktivitas perikanan

merusak, pencemaran laut, sedimentasi, dan perubahan iklim global. Hernawan

(2017, hal 1) menyatakan status kondisi kesehatan lamun di Indonesia per tahun 2015

adalah 13,29% untuk kategori sehat (persentase tutupan ≥ 60%), 72,49% untuk

kategori kurang sehat (persentase tutupan antara 30%-59,9%) dan 14,22% untuk

kategori tidak sehat (persentase tutupan ≤ 29,9%). Lebih lanjut, status kesehatan

ekosistem terumbu karang per tahun 2015 adalah 5% untuk kategori sangat baik

(tutupan karang keras ≥ 75%), 27% untuk kategori baik (tutupan karang keras antara

50%-74,9%), 38% untuk kategori sedang (tutupan karang keras antara 25%-49,9%)

dan 30% untuk kategori buruk (tutupan karang keras < 25%).

Di kawasan Bentang Laut Sunda Banda, melalui pendataan ekologi di delapan KKP,

diketahui bahwa rerata tutupan karang keras adalah 32,2% ± 0,9%, rerata kelimpahan

16 famili ikan mencapai 3.951 ± 264 ind/ha dan rerata biomassa 16 famili ikan sebesar

985,3 ± 224,5 kg/ha. Selain karang keras, substrat dasar didominasi oleh tingginya

persentase tutupan pecahan karang (rubble) yaitu sebesar 15,2%. Pecahan karang

merupakan substrat yang tidak stabil dan bukan merupakan substrat yang ideal untuk

rekrutmen karang (Amkieltiela et al., 2017, hal 510)

Fenomena pemutihan karang secara massal pernah terjadi beberapa kali dalam

beberapa dekade belakangan. Di tahun 2016, ekosistem terumbu karang Indonesia

kembali terancam oleh pemutihan karang massal akibat dari peningkatan suhu

permukaan laut. Dari 21 provinsi yang diamati, pemutihan karang terjadi di 20 provinsi

dengan berbagai variasi dampak. Provinsi Papua Barat merupakan provinsi yang

dilaporkan tidak terjadi pemutihan karang (Agung et al., 2017, hal 350).

Page 20: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xvi

Status Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia (KKP)

Hingga Desember 2016, Indonesia memiliki 166 KKP dengan total luasan mencapai 17,98

juta hektar. Dari 166 KKP, 124 (75%) diantaranya memiliki tipe Kawasan Konservasi Perairan

Daerah dengan total luasan mencapai 7,9 juta hektar. Sebanyak 19,3% (32) KKP dikelola

oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan 80,7% (134) KKP dikelola oleh

Kementerian Kelautan dan Perikanan.

KKP yang dikelola jangka panjang dan secara efektif, bisa memberikan manfaat positif

untuk masyarakat dan lingkungan

KKP dipercaya dapat memberikan berbagai manfaat untuk masyarakat dan lingkungan.

Namun manfaat positif ini sangat beragam dari aspek waktu dan lokasi (Pakiding et al., 2017,

hal 55), sangat tergantung dari berbagai faktor seperti usia KKP, jenis kegiatan pengelolaan

yang dijalankan, karakteristik masyarakat, jenis pemanfaatan dan intensitas yang terjadi, dll.

Untuk itu, diperlukan pemantauan secara berkala untuk menilai perubahan ekologi dan sosial-

ekonomi yang terjadi akibat dari pembentukan KKP.

Dalam tujuh tahun pengelolaan Taman Nasional Wakatobi (2009-2016), terjadi

peningkatan biomassa dan kelimpahan ikan fungsional (yaitu ikan yang memiliki fungsi

ekologis terdiri dari famili Acanthuridae, Scaridae, dan Siganidae) hingga 3x lebih

tinggi dari data awal (T0). Peningkatan biomassa dan kelimpahan ikan fungsional

terjadi lebih tinggi di zona larang ambil daripada di zona pemanfaatan. Selain itu,

pengelolaan kawasan yang efektif dapat menurunkan tutupan pecahan karang

(rubble) secara signifikan (Firmansyah et al., 2017, hal 9).

Pendirian Daerah Perlindungan Laut di Pulau Pari berdampak pada peningkatan

populasi kerang kere (Gafrarium tumindum) hingga 5,8x dalam 5 tahun (2013-2017).

Kerang muda yang berukuran kecil juga lebih sering ditemukan di dalam DPL

(Wouthuyzen & Lorwens, 2017, hal 25)

Dalam studi kasus di tiga KKP di Bentang Laut Kepala Burung, yaitu Kawasan

Kawasan Konservasi Laut Raja Ampat (diwakili oleh Teluk Mayalibit dan Selat

Dampier), Kawasan Konservasi Laut Kaimana dan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih diketahui bahwa jenis pekerjaan memiliki dampak yang signifikan

terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga. Keluarga dengan penghasilan utama

melaut memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan

keluarga dengan sumber penghasilan bertani (Paembonan et al., 2017, hal 27)

Melalui kampanye “Fish forever” di beberapa KKPD di Indonesia, terjadi peningkatan

kesadaran nelayan (dari 26,2% ke 61,3%) mengenai kepatuhan terhadap regulasi

yang berlaku di zona larang ambil, penurunan jumlah kapal (dari 4,3 kapal/hari ke 1,7

kapal/hari) yang menangkap ikan di dalam zona larang ambil, peningkatan Catch Per

Unit Effort (CPUE/Tangkapan per Unit Upaya) dari 1,64 kg/jam menjadi 4,9 kg/jam di

Teluk Mayalibit, dan peningkatan rerata tutupan karang keras (dari 33% ke 37%)

(Pradana et al., 2017, hal 8)

Pembentukan KKP dapat menimbulkan dampak sosial-ekonomi jangka pendek dan hal

ini harus diantisipasi dalam rencana pengelolaan kawasan

Meski belum banyak diteliti, namun diketahui bahwa pembentukan KKP dapat merelokasi

daerah penangkapan ikan nelayan dan/atau membatasi akses masyarakat terhadap sumber

daya laut. Hal ini dapat mengakibatkan dampak sosial-ekonomi jangka pendek, melalui konflik

Page 21: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xvii

sosial, penurunan tangkapan, rendahnya dukungan masyarakat dalam pengelolaan, dll.

Kemungkinan dampak ini perlu diketahui dan dimitigasi oleh pengelola dalam rencana

pengelolaan kawasan, agar tidak menghambat upaya jangka panjang KKP dalam melindungi

keanekaragaman hayati serta meningkatkan perikanan di dalam dan di sekitar KKP.

Berdasarkan kajian di delapan KKPD di Bentang Laut Kepala Burung, dalam rentang

dua hingga empat tahun pengelolaan KKPD, masyarakat yang memiliki hak

pengelolaan sumber daya perairan yang lebih tinggi cenderung memiliki status

ketahanan pangan yang rendah, kecuali di KKPD Teluk Mayalibit dan Misool Selatan.

Pengelolaan keuangan yang tidak efektif diperkirakan menjadi penyebabnya.

Masyarakat yang memiliki hak pengelolaan sumberdaya biasanya menggunakan

uangnya untuk keperluan lain selain pangan (Matualage et al., 2017, hal 87).

• Keterkaitan emosi masyarakat (yaitu hubungan emosional antara seseorang dengan

KKP di tempat tinggalnya) di delapan KKPD di Bentang Laut Kepala Burung

cenderung menurun. Pengetahuan tentang lingkungan, lama bermukim dan jenis

pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan dengan keterikatan emosi masyarakat di

BLKB terhadap lingkungan lautnya (Pangulimang et al., 2017, hal 7). Kemungkinan

besar hal ini terkait dengan perubahan ekonomi masyarakat dan kependudukan yang

terjadi secara luas di BLKB beberapa tahun terakhir (Ahmadia et al., 2016).

Pergeseran lokasi penangkapan ikan karang di Kabupaten Selayar yang semakin jauh

dari daratan mengakibatkan penurunan estimasi total tangkapan tahunan masyarakat

dari tahun 2011 ke 2015 (Hanaruddin et al., 2017, hal 149).

Di KKPD Pulau Koon dan sekitarnya, CPUE dari famili Nemipteridae, Scaridae,

Latidae dan Lethrinidae mengalami peningkatan pada periode 2012-2015, namun

kemudian menurun di tahun 2016. Sementara CPUE famili Serranidae, Caesionidae,

Carangidae, dan Lutjanidae cenderung mengalami penurunan pada periode 2012-

2016. Penurunan CPUE ini diperkirakan berkaitan dengan penguatan pengelolaan

lokal yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah setempat sehingga aktivitas

penangkapan ikan di zona-zona tertentu menjadi terbatas. Bila upaya pengelolaan

kawasan semakin diefektifkan, maka berdasarkan pemodelan Kobe Plot, KKP Koon

dan sekitarnya yang dikelola efektif dapat mengembalikan stok kerapu macan, lencam

dan kakatua, dalam durasi 4-8 tahun ke depan (Damora et al., 2017, hal 349).

Membangun jejaring KKP merupakan langkah solutif untuk meningkatkan manfaat tiap

KKP di kawasan regional yang lebih luas

KemenKP melihat pentingnya membangun jejaring KKP untuk meningkatkan manfaat tiap

KKP disaat sumber daya yang tersedia terbatas. Oleh karena itu, KemenKP mengeluarkan

peraturan menteri No. 13 tahun 2014 mengenai Jejaring KKP agar para pemerintah provinsi

bisa segera bersinergi untuk membentuk jejaring KKP di kawasannya. Hingga tahun 2017,

pembentukan jejaring KKP baru dalam tahap inisiasi, oleh karena itu pembelajaran yang

tersedia baru sebatas mengenai pembuatan desain jejaring KKP.

Estradivari et al. (2017, hal 68) menggunakan metode 3K, yaitu Keterwakilan,

Keterulangan dan Konektivitas untuk mendesain jejaring KKP di Provinsi Maluku.

Metode ini digunakan untuk melihat gap konservasi di kawasan regional/provinsi dan

memberikan masukan ilmiah untuk para pengambil kebijakan untuk membangun

jejaring KKP yang dapat memberikan manfaat untuk lingkungan dan perikanan.

Metode ini cukup fleksibel digunakan ketika data setingkat regional tidak banyak

Page 22: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xviii

tersedia dan telah digunakan dalam mendesain jejaring KKP lainnya di Bentang Laut

Sunda Kecil, Provinsi Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau dan Sumatra bagian Barat.

Jejaring KKP di Bentang Laut Kepala Burung dibangun berdasarkan konektivitas

biofisik, seperti pola migrasi beberapa spesies karismatik terancam punah yaitu penyu,

hiu, setasea, pari manta dan dugong; pergerakan larva planktonik; dan keterkaitan

antar ekosistem pesisir yaitu terumbu karang, mangrove dan padang lamun (Bawole

& Megawanto, 2017, hal 247).

Informasi konektivitas larva di Indonesia dapat memperkuat desain KKP yang lebih baik

Konektivitas merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan KKP

dalam melindungi keanekaragaman hayati laut dan mendorong perikanan. Namun penelitian

konektivitas larva belum banyak dilakukan karena kurangnya data yang tersedia.

Desain zonasi di sembilan KKPD di Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun melalui

pemodelan konektivitas larva ikan dan pemodelan ukuran zona inti ideal, dan

dikombinasikan dengan analisa spasial menggunakan MARXAN. Penggunaan

pemodelan ini dapat memberikan masukan untuk para pengambil keputusan dalam

menentukan zonasi dalam KKPD yang dapat memberikan manfaat perikanan secara

optimal untuk masyarakat di dalam dan di sekitar KKPD (Anggraeni et al., 2017, hal

236).

Pola konektivitas sebaran larva karang di Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang

dibangun berdasarkan pemodelan hidrodinamika untuk mengetahui lokasi source,

sink dan local retention larva karang. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi

daerah-daerah baru yang penting untuk dilindungi (Afandy et al., 2017, hal 120).

Integrasi kearifan lokal dapat meningkatkan keberhasilan pengelolaan KKP

Sesuai dengan Peraturan No. 60 tahun 2007 mengenai perlindungan sumber daya ikan,

kearifan lokal merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam

melakukan konservasi sumber daya ikan. Bagian ini akan menjabarkan beberapa upaya

integrasi kearifan lokal ke dalam pengelolaan KKP.

Panglima laot merupakan kelembagaan lokal di Aceh yang telah ada lebih dari 400

tahun. Pelibatan lembaga/masyarakat adat ini ke dalam pengelolaan KKPD mutlak

diperlukan karena lembaga ini mempunyai hak, antara lain: (a) akses terhadap

bagian perairan pesisir yang sudah diberi izin; (b) mengusulkan wilayah

penangkapan ikan secara tradisional; (c) mengusulkan wilayah masyarakat

hukum adat; dan (d) melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir

berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-

undang. Peraturan yang ditetapkan oleh Panglima Laot ini merupakan perwujudan dari

pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dengan menerapkan sistem kolaborasi

antara pemerintah dan masyarakat lokal (Marzuki & Mansur, 2017, hal 157;

Pakusadewo et al., 2017, hal 167).

Pengelolaan sumber daya laut dengan sistem sasi masih dijumpai hampir di seluruh

kampung di Kabupaten Raja Ampat dengan nama lokal kabus dan samson. Jenis

sasi yang berlaku umumnya berdasarkan pada aspek lokasi, jenis komoditas,

pelaksana upacara, waktu buka-tutup, pengaruh musim angin dan kepemilikan ulayat.

Di Kabupaten Raja Ampat, telah terjadi adopsi kearifan lokal sasi khususnya dalam

sistem zonasi melalui pembentukan (1) Zona Ketahanan Pangan dan Wisata Bahari

dan (2) Zona Sasi (Boli, 2017, hal 198).

Page 23: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xix

Penerapan kearifan lokal Hoholok/Papadak dalam pengelolaan TWP Laut Sawu di

Provinsi Nusa Tenggara Timur didukung oleh berbagai pihak termasuk masyarakat.

Integrasi kearifan lokal ini didasari oleh adanya kerusakan ekosistem terumbu karang

dan mangrove akibat aktivitas penangkapan ikan yang merusak. Bentuk komitmen

bersama dari integrasi kearifan lokal ini berupa peraturan dan sanksi adat bagi

masyarakat yang melanggar aturan adat, penguatan kelembagaan adat,

pengembangan pengawasan berbasis masyarakat, serta peningkatan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan (Hidayat et al., 2017, hal 225).

Timisela et al. (2017, hal 281) mengungkapkan bahwa strategi pengelolaan KKPD Kei

Kecil perlu mengintegrasikan berbagai kearifan lokal yang sudah ada secara turun

temurun seperti budaya sasi laut, budaya makan bersama, penangkapan ikan secara

tradisional dan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan.

Pemberdayaan masyarakat dan pendidikan lingkungan sejak dini dapat meningkatkan

keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan KKP

Pelibatan masyarakat melalui Kelompok Pecinta Mangove (KPM) di Pulau Sapudi,

Madura sangat bermanfaat untuk membantu perlindungan, pelestarian dan

pemanfaatan mangrove secara berkelanjutan. Selain itu, melalui pembentukan

Learning Center Mangrove (LCM) yang dikelola oleh KPM dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat sekitar (dari 10% sebelum dilakukan sosialisasi menjadi 75%

setelah sosialisasi) akan pentingnya ekosistem mangrove (Rivai & Syahlaini, 2017, hal

150).

Rumah belajar merupakan komponen penting dalam upaya konservasi penyu

belimbing. Studi kasus di Distrik Abun, Provinsi Papua Barat menunjukkan bahwa

anak didik memperlihatkan kemampuan membaca meningkat 10,23% , menulis

10,23% dan berhitung 7,95% dalam satu tahun. Selain itu anak didik ini juga

memperlihatkan peningkatan kesadaran dalam konservasi penyu belimbing (Allo et

al., 2017, hal 19).

Berdasarkan studi kasus di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Wouthuyzen et al. (2017,

hal 309) mengungkapkan bahwa penerapan pendidikan konservasi sumber daya

hayati dan pesisir pada anak usia 8-9 tahun dapat secara efektif meningkatkan

pengetahuan dan sikap mereka dalam upaya konservasi. Para murid ini diharapkan

dapat menjadi agen perubahan untuk masyarakat di sekitarnya seiring mereka tumbuh

dewasa.

TANTANGAN IMPLEMENTASI KONSERVASI PERAIRAN Berdasarkan Undang-Undang No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, tanggung

jawab untuk konservasi dan pengelolaan sumber daya laut diambil alih oleh pemerintah

nasional atau provinsi, dari sebelumnya di bawah tanggung jawab pemerintah kabupaten. Hal

ini mengakibatkan implementasi pengelolaan kawasan dan sumber daya kelautan berjalan

lambat karena adanya ketimpangan dalam proses transfer kewenangan khususnya terkait

tata kelola, penegakan hukum dan pembiayaan kawasan konservasi. Salah satu akibat dari

tantangan ini adalah masih rendahnya jumlah KKP yang “efektif” – yaitu yang memiliki

perangkat pengelolaan secara komplit dan KKP dapat berjalan secara mandiri, sehingga KKP

yang ada belum bisa memberikan manfaat secara maksimal dalam melindungi

keanekaragaman hayati laut dan mendorongkan pemanfaatan sumber daya secara lestari.

Page 24: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xx

Tantangan lainnya dalam implementasi pengelolaan kawasan dan sumber daya laut

adalah terpisahnya tata ruang nasional antara darat dan laut. Hal ini seringkali mengakibatkan

tidak sinkronnya pembagian ruang darat dan laut untuk pemanfaatan dan perlindungan. Di

banyak kasus, implementasi KKP untuk melindungi kawasan tidak dapat berjalan efektif

karena terjadi pemanfaatan darat yang intensif misalnya pembangunan hotel dan resort untuk

pariwisata, pembangunan pelabuhan yang tidak ramah lingkungan, pembangunan

perumahan dan tekanan reklamasi.

REKOMENDASI

Dalam rangka melindungi sumber daya laut Indonesia agar bisa dimanfaatkan secara

lestari, maka diperlukan upaya secara terstruktur untuk mendorongkan pembentukan KKP

baru dan meningkatkan efektifitas konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil yang

sudah ada. Untuk mencapai target ini, dibutuhkan kerjasama erat antar berbagai pemangku

kepentingan, termasuk para pengelola, pemerintah, akademisi, LSM, perusahaan swasta dan

masyarakat lokal melalui sistem pengelolaan kolaboratif (co-management). Terdapat tiga

pendekatan utama yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan, yaitu (1)

mengoptimalkan desain kawasan konservasi berbasis ilmiah, (2) meningkatkan tata kelola

kawasan konservasi dan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan (3)

mendorong pembangunan terintegrasi.

1. Mengoptimalkan desain kawasan konservasi berbasis ilmiah

Memastikan pembuatan desain kawasan konservasi dan rencana zonasinya dibangun

menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru (contohnya menggunakan

MARXAN, pemodelan penyebaran larva, dll) dan berdasarkan data ilmiah terbaik yang

tersedia.

Membuat peta konektivitas larva di Indonesia dan melihat gap konservasi. Informasi

konektivitas larva ikan, karang, dll. sangat penting untuk menentukan lokasi prioritas

untuk kawasan konservasi, pemanfaatan perikanan atau pemanfaatan sumber daya

lainnya.

Mengkaji ulang ukuran zona larang ambil (No-Take Zone/NTZ) dalam Peraturan

Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 20 Tahun 2010 untuk memastikan zona ini

mampu melindungi sebagian besar biota laut. NTZ idealnya melindungi 20-30%

habitat pesisir dan berukuran antara 1-20 km (Ridwan, 2017, hal 5; Mumby, 2017, hal

4). Ukuran NTZ yang terlalu kecil tidak efektif karena tidak mampu melindungi ikan-

ikan yang memiliki daya jelajah (home range) sedang dan besar. Sementara ukuran

NTZ yang terlalu besar juga tidak efektif karena akan menimbulkan biaya pengelolaan

yang lebih tinggi dari tingginya konflik akibat penutupan daerah penangkapan ikan,

biaya patroli di zona inti, dll.

Mengintegrasikan kearifan lokal dan sistem pengelolaan tradisional/adat yang ada ke

dalam desain zonasi KKP. Lokasi-lokasi yang dikelola secara tradisional atau adat

dapat dimasukkan sebagai zona pemanfaatan tradisional atau zona lainnya, seperti

zona ketahanan pangan dan zona wisata bahari.

Page 25: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xxi

2. Meningkatkan tata kelola kawasan konservasi dan pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil

Memperbanyak KKP baru khususnya di lokasi-lokasi yang memiliki nilai konservasi

tinggi untuk mendorong perikanan di tingkat Wilayah Pengelolaan Perikanan. Target

pemerintah untuk membentuk 20 juta ha KKP hingga tahun 2020 baru melindungi

sekitar 6% dari laut Indonesia dan nilai ini dibawah dari target global keanekaragaman

hayati (Aichi target, sebesar 10%). Untuk itu, Pemerintah perlu membangun target dan

strategi/roadmap baru untuk penambahan KKP baru di Indonesia setelah tahun 2020.

Mempercepat dan memperbanyak pembentukan jejaring KKP di Indonesia. Target ini

harus didorongkan oleh KemenKP, selaku management authority tertinggi, kepada

para pemerintah provinsi. Jejaring KKP yang dibangun harus memastikan aspek

keharmonisan antara peraturan tata ruang darat dan laut, serta mengakomodasi

keterkaitan biofisik serta sosial, ekonomi dan budaya antara KKP yang berjejaring.

Memadukan antara pengelolaan KKP dengan pengelolaan perikanan melalui

pendekatan ekosistem (Ecosystem Approach to Fisheries Management/EAFM).

Wilayah KKP dapat difungsikan sebagai zona perlindungan untuk sebagian besar

ikan-ikan target perikanan dalam satu Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). KKP

yang dibentuk harus mampu melindungi lokasi pemijahan, lokasi pembesaran dan

lokasi makan terpenting untuk ikan-ikan target perikanan.

Memastikan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) saling terintegrasi dengan

Rencana Pengelolaan KKP.

Memastikan kearifan lokal, jika ada, terintegrasi dalam rencana pengelolaan KKP.

Kearifan lokal baik yang masih dijalankan maupun yang akan direvitalisasi oleh

masyarakat dapat memberikan dampak positif dalam pengelolaan KKP terutama

dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan. Lembaga adat

setempat dapat difungsikan sebagai bagian dari unit pengelola dan pengawasan.

Mendorongkan pengelolaan kolaboratif secara kontinu. BKKPN sebagai pemegang

mandat Undang-Undang bisa menjadi badan yang memimpin pengelolaan kolaboratif

khususnya untuk pengelolaan kawasan konservasi. Pengelolaan KKP secara

kolaboratif perlu dituangkan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) untuk memberikan arahan

sistematis terkait pengelolaan KKP yang melibatkan berbagai unsur pemangku

kepentingan termasuk pemerintah, lembaga adat, akademisi, kelompok masyarakat,

LSM, pihak swasta, dll. Sinergi antar berbagai pemangku kepentingan dapat

meningkatkan efisiensi pelaksanaan program pengelolaan KKP dan mendorong

terjadinya inovasi tepat guna di dunia konservasi.

Mendorongkan pemantauan ekologi, sosial, ekonomi dan budaya secara berkala di

tiap KKP untuk melihat dan mendeteksi perubahan serta dampak yang terjadi.

Pemantauan berkala ini berguna untuk pengelolaan KKP secara adaptif. Untuk

memastikan data dan informasi yang dikumpulkan bisa dibandingkan antar tahun dan

antar lokasi, diperlukan standaridasi metode yang disepakati oleh berbagai pemangku

kepentingan.

Mengurangi tekanan-tekanan lingkungan yang dapat dikontrol, misalnya sedimentasi,

pembangunan pesisir, penangkapan ikan merusak, dll, serta meningkatkan daya

adaptasi masyarakat terhadap dampak perubahan iklim.

Menyediakan sumber daya dan kapasitas manusia yang memadai untuk melakukan

pengelolaan kawasan konservasi secara efektif.

Page 26: cover 1 sisi - simnas2017.konservasi-perairan.orgsimnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/prosiding/1... · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

xxii

Meningkatkan upaya/aksi pengelolaan, seperti diantaranya melakukan sosialisasi dan

penegakan peraturan, mendorongkan program pendidikan dan penjangkauan

(outreach), melibatkan berbagai pemangku kepentingan secara partisipatif dan

membuat mekanisme penyelesaian konflik.

3. Mendorong pembangunan terintegrasi

Memberikan hak ekslusif untuk pemanfaatan perikanan untuk nelayan lokal melalui

zona pemanfaatan tradisional dalam KKP. Upaya ini dapat mengurangi kompetisi

pemanfaatan dengan nelayan luar dan meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat

lokal terhadap sumber daya laut.

Mengembangkan strategi ekowisata pesisir yang menerapkan kebijakan terpadu

antara program konservasi sumber daya pesisir, optimasi kegiatan ekowisata pesisir,

dan penguatan kebudayaan lokal. Kegiatan ekowisata pesisir yang bertanggung jawab

dan berjalan optimal bisa memberikan keuntungan ekonomi, mendorong

pembangunan infrastruktur dan meningkatkan kapasitas masyarakat.

Menguatkan pendidikan serta meningkatkan kesadartahuan dan kapasitas

masyarakat terkait lingkungan dan konservasi.