copy skripsi yani

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, pembangunan Indonesia sangat bergantung pada “pajak” yang merupakan salah satu asset terbesar dan utama sebagai sumber dana dalam membiayai pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Hal tersebut menyebabkan timbulnya kewajiban setiap warga negara untuk membayar pajak dan dalam jangka panjang peranan perpajakan sebagai sumber keuangan negara akan terus bertambah penting. Namun kenyataanya tidaklah mudah karena pemerintah harus mengalami tiga kendala yang praktis dan harus ditanggulangi yaitu karena sistem perpajakan yang kurang baik, citra masyarakat terhadap pajak dan mutu aparat yang kurang memuaskan. Oleh karena itu pemerintah melakukan pembaharuan atau reformasi di bidang perpajakan contohnya memperkenalkan produk-produk atau ketentuan perpajakan baru yang lebih memudahkan pemahaman masyarakat terhadap perpajakan, salah satu diantaranya adalah

Upload: supra-karisma

Post on 11-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsi tentang ekonomi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, pembangunan Indonesia sangat bergantung pada pajak yang merupakan salah satu asset terbesar dan utama sebagai sumber dana dalam membiayai pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Hal tersebut menyebabkan timbulnya kewajiban setiap warga negara untuk membayar pajak dan dalam jangka panjang peranan perpajakan sebagai sumber keuangan negara akan terus bertambah penting.

Namun kenyataanya tidaklah mudah karena pemerintah harus mengalami tiga kendala yang praktis dan harus ditanggulangi yaitu karena sistem perpajakan yang kurang baik, citra masyarakat terhadap pajak dan mutu aparat yang kurang memuaskan. Oleh karena itu pemerintah melakukan pembaharuan atau reformasi di bidang perpajakan contohnya memperkenalkan produk-produk atau ketentuan perpajakan baru yang lebih memudahkan pemahaman masyarakat terhadap perpajakan, salah satu diantaranya adalah perubahan sistem pemungutan pajak dari official assessment menjadi self assessment.

Dari sistem assessment mengharuskan wajib pajak menghitung, menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri sehingga wajib pajak harus mengadakan pembukuan berdasarkan informasi dari pembukuan itu. Kemudian dihitung pajak yang terutang atas jumlah seluruh objek pajak yang diterima atau diperoleh selama masa pajak yang bersangkutan.

Surat edaran direktur jenderal pajak No. SE-50/PJ.71/1989 menyebutkan 3 arti pentingnya pembukuan untuk perpajakan yaitu :

1. Mempermudah wajib pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) nya. 2. Mempermudah perhitungan besarnya dasar pengenaan pajak atau penghasilan kena pajak.3. Penyajian informasi tentang posisi financial dan hasil usaha (pekerjaan ekonomis perusahaan).

Pembukuan yang biasa dilakukan oleh wajib pajak adalah secara akuntansi atau sering disebut laporan keuangan komersial. Sedangkan dalam perpajakan sering disebut laporan laba rugi fiskal. Dalam hal ini terdapat perbedaan-perbedaan dalam sistem pengakuan beban atau biaya dan pendapatan yang biasanya dikenal dengan istilah beda tetap dan beda waktu sehingga meyebabkan perbedaan dalam perolehan laba maka dari itu perlu dilakukan beberapa koreksi yang dapat berupa koreksi positif yang akan menambah penghasilan / laba atau mengurangi biaya / beban dan koreksi negatif yang akan mengurangi penghasilan / laba atau menambah biaya / beban sehingga diperoleh laporan laba rugi fiskal.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis mencoba untuk membahasnya dengan mengumpulkan data serta melakukan penelitian di PT. Shana Tova Anugerah untuk dijadikan bahan dalam penulisan skripsi yang berjudul Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Fiskal dan Komersil Sebagai Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. Shana Tova Anugerah.1.2. Perumusan Masalah Pokok Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok penelitian dirumuskan sebagai berikut :

Rekonsilasi fiskal menurut UU telah sesuai dengan PPH terutang PT. Shana Tova Anugerah.

1.3. Spesifikasi Masalah Pokok Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah pokok penelitian dapat dispesifikasikan sebagai berikut :

Apakah rekonsiliasi laporan keuangan yang dibuat perusahaan sudah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan pajak?1.4. Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya penghasilan kena pajak sebagai dasar pengenaan pajak penghasilan dengan melakukan rekonsiliasi fiskal.1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia dan membandingkan antara teori yang diperoleh selama kuliah dengan praktek yang ada di lapangan.b. Bagi Perusahaan

Diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat dan membantu dalam perkembangan perusahaan.c. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna bagi perusahaan khususnya terhadap Laporan laba rugi fiskal yang dijadikan Dasar perhitungan pajak penghasilan Wajib Pajak Badan.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Review Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis mengambil referensi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmadi Sulistiono, mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia (STEI) jurusan Akuntansi, tahun 2008, dengan karya tulis akhirnya yang berjudul Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Dalam Usaha Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan pada PT. Bhakti Finance

Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa setelah dilakukan koreksi fiskal terdapat perbedaan antara laporan laba rugi fiskal yang dibuat perusahaan dengan hasil perhitungan laba rugi fiskal yang dibuat oleh penulis. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya beda tetap dan beda waktu. Perbedaan ini bisa dilakukan untuk meminimalkan beban pajak penghasilan PT. Shana Tova Anugerah. Perbedaan ini meliputi koreksi negatif beda tetap atas sewa guna usaha dan koreksi positif beda waktu beban imbalan kerja.

Selain itu Endawati, tahun 2008 dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Laba Rugi Komersial pada Rumah Sakit Islam Jakarta - Sukapura

Dari penelitian tersebut, mereka menyimpulkan bahwa pelaporan laba rugi terdapat laba rugi menurut komersial dan laba rugi fiskal. Keduanya mempunyai perbedaan yaitu laporan laba rugi komersial perhitungannya menurut SAK dan laba rugi menurut fiskal perhitungannya menurut Undang Undang perpajakan. Laporan Keuangan Fiskal adalah apabila laporan disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan. Laporan Keuangan Komersial adalah laporan yang disusun dengan prinsip akuntansi bersifat netral atau tidak memihak. Untuk mengetahui perbedaan antara Laporan Keuangan Fiskal dengan Laporan Keuangan Komersial, maka digunakan alat analisis deskriptif. Dan menggunakan metode pengumpulan data dengan study lapangan serta study kepustakaan. Salah satu faktor perbedaan antara laporan laba rugi komersial dengan laporan laba rugi fiskal yaitu karena adanya beberapa pos yang harus dikoreksi karena tidak diperkenankan mengurangi pajak, Pembukuan dapat diselenggarakan berdasarkan standar akuntansi dengan penyesuaian ketentuan perpajakan.

Berdasarkan pernyataan diatas sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan antara Laporan laba Rugi Komersial dan Laporan Laba Rugi Fiskaltingkat kepatuhan wajib pajak badan usaha antara lain sistem pengendalian internal dan kualitas informasi akuntansi keuangan perusahaan.2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pajak Penghasilan

Penghasilan yang telah diperoleh oleh setiap wajib pajak yang telah memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) wajib dikenakan pajak yaitu pajak penghasilan. Ada 4 pendapat tentang mendefinisikan pajak penghasilan yaitu :1. Menurut Siti Resmi (2003)Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak.

2. Menurut Bambang Kesit (2001)Pajak Pengahasilan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima orang pribadi atau badan usaha yang bertempat tinggal di Indonesia. 3. Menurut Hartanto (2003)Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atau dipungut hanya atas penghasilan (yang berasal dari harta atau modal), dan bukan pajak yang dipungut atau dikenakan atas harta dan modal4. Menurut Standar Akuntansi Keuangan Pajak (2002)Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan.

2.2.2. Konsep Dasar Penghasilan

Untuk bisa menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar atau terutang oleh wajib pajak, terlebih dahulu harus ditentukan jumlah penghasilan dari wajib pajak yang bersangkutan. Terdapat 3 ( tiga ) konsep penghasilan yaitu :

a. Konsep Ekonomi

Berdasarkan konsep ekonomik kenaikan nilai sumber-sumber ekonomi yang dimiliki atau dikuasai oleh suatu entitas atau tambahan kemampuan ekonomis dipandang sebagai penghasilan. Asal tahu sumber kenaikan nilai, daya beli atau tambahan kemampuan ekonomis itu sendiri dianggap tidak relevan, sehingga hadiah atau warisan yang diterima oleh suatu entitas misalnya, harus dipandang sehingga penghasilan (konsep ekonomik tentang penghasilan berbeda dengan konsep akuntansi, yang mendefinisikan penghasilan hanya terbatas pada keuntungan yang diperoleh dari harta atau modal dan imbalan yang diterima dari jasa tenaga kerja).

b. Konsep Akuntansi

Dalam konsep akuntansi menggunakan pendekatan transaksi konsep harga pertukaran sehingga dasar pengukuran penghasilan sebagai akibat harga nilai atau perubahan nilai barang atau jasa yang didapat atau terjasi dalam suatu transaksi atau peristiwa dapat diakui sebagai suatu penghasilan. Suatu penghasilan termasuk keuntungan dianggap belum diperoleh atau belum derealisasikan sampai dengan penghasilan dan atau keuntungan dapat diasosiasikan dengan transaksi atau peristiwa tertentu yang bias mengakibatkan timbulnya penghasilan dan atau keuntungan tersebut. Artinya jasa sudah diberikan atau barang sudah harus dijual, diserahkan, ditukarkan, dan atau dikonversikan menjadi barang atau jasa yang lain terlebih dahulu sebelum jumlah penghasilan dan atau keuntungan dianggap telah diperoleh, atau dapat direalisasikan. Pada hakekatnya penghasilan adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsikan dalam suatu periode ditambah kenaikan nilai kekayaan modal dalam periode terkaitnya dalam mengukur perubahan nilai kekayaan atau modal konsep akuntansi harga pertukaran (harga histories atau nilai perolehan dan bukan nilai atau harga yang sekarang berlaku).

c. Konsep Fiskal

Undang-undang pajak penghasilan (No.17 Tahun 2000) Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak, dengan nama dan dalam apapun. Subyek dan obyek pajak pajak penghasilan merupakan dua konsep yang menetukan jenis, saat, dan jumlah penghasilan beserta kewajiban pajaknya. Wajib pajak berkewajiban membayar pajak penghasilan melekat pada subyek pajak dan pajak atas penghasilan juga dipungut atau dikenakan subyeknya. Namun dalam hal tertentu kewajiban untuk membayar pajak penghasilan yang dianggap melekat peda sumber atau obyeknya sehingga pajak penghasilan dipungut atau dikenakan pada sumber atau obyeknya.

2.2.3. Subyek Pajak Penghasilan

Subyek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan. Undang undang Pajak Penghasilan di Indonesia mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subyek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subyek Pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima atau penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan undangan yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008, Subyek Pajak dikelompokkan sebagai berikut (Siti Resmi, 2009, 81-82) :1. Subyek Pajak Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai Subyek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun diluar Indonesia.

2. Subyek Pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subyek Pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukkan warisan yang belum terbagi sebagai subyek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

3. Subyek Pajak Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.4. Subyek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa :

1. Tempat kedudukan manajemen;

2. Cabang perusahaan;

3. Kantor perwakilan;

4. Gedung kantor;

5. Pabrik;

6. Bengkel;

7.Gudang

8. Ruang untuk promosi dan penjualan

9. Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang

digunakan untuk eksplorasi pertambangan;

10. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

11. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

12. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari enem puluh hari dalam jangka waktu dua belas bulan;

13. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;

14. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia15.Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.Penhasilan yang bukan subyek pajak penghasilan, sesuai dengan pasal 3 UU Pajak Penghasilan, yaitu :

1. Kantor Perwakilan Negara Asing

2. Pejabat pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat pejabat lain dari negara asing, dan orang orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3. Organisasi organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat :

a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

c. Pejabat - pejabat perwakilan organisasi internasioanal yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2.2.4. Obyek Pajak Penghasilan

Obyek pajak merupakan segala sesuatu (barang, jasa, kegiatan atau keadaan) yang dikenakan pajak. Obyek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;

2. Penghasilan dari usaha kegiatan;

3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak maupun harta tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha; dan

4. Penghasilan lain lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan wajib pajak.

Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan yang termasuk Obyek Pajak adalah (Siti Resmi: 2009: 87-91) :1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang undang ini;

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

3. Laba Usaha;

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk;

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena pengembalian utang;

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

9. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

12. Keuntungan Selisih Kurs mata uang asing;

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aset;

14. Premi Asuransi ;

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan;

19. Surplus Bank Indonesia;

2.2.4.1. Penghasilan yang bukan Obyek Pajak

Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008, terhadap penghasilan penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan (bukan merupakan Obyek Pajak). Penghasilan yang tidak ditermasuk Obyek Pajak menurut ketentuan tersebut adalah :

1. a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikkan, badan sosial termasuk yayasan , koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikkan, atau penguasaan diantara pihak pihak yang bersangkutan;2. Warisan3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b UU PPh sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan norma perrhitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 UU PPh;5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikkan saham pada badan yang memeberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

8. Penhasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada angka 7, dalam bidang bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari persekutuan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

10. Penghasilan yang diterima ataiu diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia

11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikkan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikkan dan/atau penelitian dan pengembangan, jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.2.2.4.2. Obyek Pajak Penghasilan Final

Berdasarkan UU PPh Pasal 4 ayat (2) terdapat beberapa jenis penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final. PPh bersifat final artinya PPh yang dipotong atau dibayar sendiri dari suatu penghasilan tertentu pada saat terjadinya dan tidak lagi diperhitungkan dalam SPT Tahunan Badan walaupun tetap dilaporkan dalam SPT.

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang Negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.b. Penghasilan berupa hadiah undian.c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa kontruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.2.3. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar hukum yang mengatur pajak penghasilan di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU No. 7 Tahun 1991, UU No. 10 Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000, UU No. 36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, keputusan Direktur Jenderal Pajak maupun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak.2.4. Tarif Pajak Penghasilan

Tarif Pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak berdasarkan Undang Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009 adalah sebagai berikut, bagi : Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :

No.Lapisan Penghasilan Kena PajakTarif Pajak

1Sampai dengan Rp. 50.000.000.005% (Lima Persen)

2Rp. 50.000.000.00 Rp. 250.000.000.0015% (Lima Belas Persen)

3Rp. 250.000.000.00 Rp. 500.000.000.0025% (Dua Puluh Lima Persen)

4Diatas Rp. 500.000.000.0030% (Tiga Puluh Persen)

Tarif Tertinggi sebagaimana dimaksud di atas dapt diturunkan menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif pajak yaitu 28% (dua puluh delapan persen) mulai tahun pajak 2009 dan 25% mulai tahun pajak 2010 atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. 2.5. Pajak Penghasilan Terutang

2.6. Laporan Keuangan Komersial

BAB IIIPROSEDUR PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di PT. Shana Tova Anugerah, yang beralamat di Jalan Boulevard Timur Raya No. 9, Pegangsaan Dua Kelapa Gading, Jakarta Utara. Waktu penelitian ini direncanakan pada Bulan Maret 2013 sampai dengan Bulan Juni 2013.3.2. Strategi & Metode Penelitian

3.2.1. Strategi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan strategi penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang mencoba untuk mencari suatu keadaan dengan cara mengumpulkan fakta fakta yang berupa data data.(Ibid : 558)

Penelitian deskriptif bertujuan mendapatkan keterangan dan informasi mengenai kondisi yang sebenarnya. Penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan data data yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dengan selengkap mungkin, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data data deskriptif berupa kata tertulis dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati (Ibid : 558). Dengan demikian, dapat dilihat bagaimana perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal pada PT. Shana Tova Anugerah.3.2.2. Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey, yaitu teknik pengumpulan data & studi keperpustakaan yang dilakukan dengan mempelajari literatur literatur yang berhubungan dengan laporan keuangan komersial maupun fiskal baik itu pernyataan pernyataan, pertauran undang undang, dokumen dokumen dokumen, artikel maupun literatur lainnya yang membantu pemecahan masalah. Data yang terkumpul disusun secara sistematis & logis untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai konsep teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek penelitian yaitu laporan laba rugi komersial dan fiskal pada PT. Shana Tova Anugerah.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi komersial dan fiskal pada PT. Shana Tova Anugrah tahun 2011.

3.4. Unit unit Analisis Penelitian

Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rupiah, dimana rupiah merupakan unit analisis dari laporan laba rugi komersial dan fiskal yang terdapat pada PT. Shana Tova Anugerah tahun 2011.3.5. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendukung penilaian dan analisis terhadap masalah yang akan diteliti, maka diperlukan data yang relevan. Untuk mendukung penelitian tersebut maka diperlukan data yang berasal dari sumber yang benar dan dapat dipercaya, maka penulis menggunakan data data yaitu :

1. Data Primer

Yaitu data yang berasal dari sumber yang asli yang dikumpulkan secara khusus untuk menjawab penelitian yang penulis lakukan terhadap PT. Shana Tova Anugerah. Untuk memperoleh data tersebut, maka teknik pengumpulan data dengan cara :

Interview (wawancara), yaitu melakukan wawancara atau bertanya langsung kepada pejabat/ karyawan bagian keuangan yang mempunyai hubungan langusng dengan masalah penelitian. Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematik, melainkan hanya berupa garis garis besar permasalahan yang terkait. 2. Data Sekunder

Yaitu data yang telah ada atau telah ada atau telah dikumpulkan oleh pihak lain.

1.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Metode Penelitian Deskriptif, dimana penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai laporan laba rugi fiskal dan komersial sebagai dasar perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Shana Tova Anugerah.1.2. Unit Analisis Penelitian1.3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif dan bersifat kuantitatif. Data bersifat kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna atau data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar serta tidak dapat diukur dalam skala numerik. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan dalam bentuk yang sudah terdokumentasi seperti profil company, struktur organisasi dan data lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

1.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk dapat merumuskan masalah penelitian yang ingin dipecahkan diperlukan metode pengumpulan data yang akan memberikan data yang diinginkan.

Selain itu untuk mendapatkan data yang optimal, diperlukan juga teknik-teknik dalam pengumpulan data dimana penulis menggunakan 2 (dua) teknik pengumpulan data yaitu :1. Study Pustaka (Library Research)Study pustaka ini merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan buku-buku bacaan, bahan-bahan liteature dan sumber-sumber terkait.2. Study Lapangan (Field Research)

Pemulis mengadakan penelitian dengan mandatangi objek yang diteliti yaitu PT. Shana Tova Anugerah. Adapun tujuan dari riset ini untuk memperoleh data secara langsung dari pihak perusahaan. Dalam penelitian lapangan ini ada 2 jenis data yaitu :a. Data Primer, yaitu data mentah yang diikuti langsung serta diolah peneliti dari responden individual. Jenis instrumen yang digunakan yaitu dengan wawancara, bagian yang menangani dalam bidang akuntansi perusahaan.

b. Data sekunder, adalah data yang telah disediakan oleh unit lembaga dimana data itu dihasilkan. Data sekunder yang diperoleh dari PT. Shana Tova Anugerah penulis melakukan observasi pada PT. Shana Tova Anugerah dan mewawancarai Accounting dan Tax Staff dari observasi yang dilakukan penulis, penulis mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.1.5. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Data Deskriptif Kuantitatif dan Metode Analisis Data Deskriptif Kualitatif.

Metode Analisis Data Deskriptif Kuantitatif yaitu analisis data dengan berdasarkan pada angka-angka, dimana untuk mengolahnya dapat digunakan statistik deskriptif, seperti Perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Shana Tova Anugerah.

Metode analisis Data Deskriptif Kualitatif yaitu analisis yang didasarkan pada pernyataan keadaaan dan ukuran kualitas, seperti membandingkan teori perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dengan hasil analisa untuk diambil suatu kesimpulan. DAFTAR PUSTAKAAnastasia dan Lilis S 2005. Perpajakan Indonesia : Konsep, Aplikasi, dan Penunrun Praktis, Penerbit Andi, Yogyakarta.Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Lumbantoruan, Sophar, Akuntansi Pajak Edisi Revisi 1996, Gramedia Widiasarana, Jakarta

Moenawir, S.M. 2006. Perpajakan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Moh. Mansyur dan Teguh Hadi, 2006. Pajak Terapan Brevet A dan B, Tax Sys, Jakarta

Rochmat Soemitro, Perpajakan Edisi Revisi.2006, Jakarta Republik Indonesia, Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

Waluyo dan Wiraman B Ilyas. 2006. Perpajakan Indonesia : Pembahasan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan Perundang-undangan Perpajakan, Salemba Empat, JakartaWaluyo 2005. Cara Mudah Menghitung Pajak Penghasilan Badan Dengan Undang-undang Pajak Terbaru, Salemba Empat, Jakarta.Zain, Mohamad 2007. Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta