skripsi pungky - copy
DESCRIPTION
FVGBTRANSCRIPT
A. Judul
Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja, dan Peran Kuasa Pengguna Anggaran Pendapatan Belanja Desa
Terhadap Kinerja Perangkat Desa (Studi Kasus Desa Menoro, Kecamatan Sedan,
Kabupaten Rembang).
B. Latar Belakang
Istilah desa sering kali identik dengan masyarakatnya yang miskin,
tradisionalis, dan kolot. Namun sebenarnya desa mempunyai keluhuran dan
kearifan lokal yang luar biasa. Menurut kacamata politik, desa dipahami sebagai
organisasi kekuasaan yang memiliki kewenangan tertentu dalam struktur
pemerintahan negara. Desa adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom dan
berdaulat penuh. Dalam persepktif sosiologis, desa adalah komunitas yang
menempati wilayah tertentu yang warganya saling mengenal satu sama lain
dengan baik, bercorak homogen, dan banyak tergantung pada alam. Sejak lama,
desa telah memiliki sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial
masing-masing. Sampai saat ini pembangunan desa masih dianggap seperempat
mata oleh pemerintah. Peraturan memberikan landasan bagi semakin otonomnya
desa secara praktek, bukan hanya sekedar normatif. Dengan adanya pemberian
kewenangan pengelolaan keuangan dan adanya alokasi dana desa, seharusnya
desa semakin terbuka dan responsibel terhadap proses pengelolaan keuangan.
Akan tetapi pada kenyataannya banyak desa yang belum dapat memanfaatkan
1
keistimewaannya tersebut, ketergantungan dana dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah sangat kuat. Penyusunan dan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang seharusnya diisi dengan kegiatan atau
program-program yang dibutuhkan oleh masyarakat belum dapat diwujudkan.
Penyusunan APBDes pada tahun 2014 telah menyesuaikan secara
keseluruhan dengan anggaran berbasis kinerja, baik kode dan nama rekening
maupun rincian setiap program, kegiatan dan objek kegiatan. Kemampuan
penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa
didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), Bantuan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD. APBDes
terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Tetapi
penyesuaian struktur APBD tersebut tidak menjadi jaminan terhadap pencapaian
kinerja karena struktur tersebut hanya merupakan aturan main dalam pelaksanaan
fungsi pemerintahan dan pembangunan yang diemban oleh pemerintah daerah.
Rancangan APBDes dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan
desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDes setiap tahun dengan
peraturan desa. Desa Menoro merupakan desa yang terletak di Kecamatan Sedan,
Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah. APBDes Menoro dari tahun ke
tahun selalu mengalami perubahan dan selalu naik turun pendapatannya, dapat
dilihat pada Tabel I.
2
Tabel IAnggaran Pendapatan Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten
Rembang Tahun 2011-2014Tahun Jumlah (Rp)2011 635.852.000
2012 264.114.000
2013 268.114.000
2014 647.772.000Sumber : Laporan APBDes Menoro, 2011-2014.
Berdasarkan data APBDes tahun 2011 sampai dengan 2014 di atas terdapat
kenaikan dan penurunan di setiap tahunnya dalam penyusunan anggaran. Tujuan
adanya penyusunan anggaran yang diharapkan adalah dapat memaksimalkan
penggunaan anggaran yang telah ditetapkan serta digunakan sesuai dengan
program dan kegiatan untuk mencapai visi dan misi Desa Menoro.
Dari permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
dapat diketahui dan diukur melalui kriteria atau standar keberhasilan yang telah
ditetapkan oleh organisasi. Dalam melakukan suatu pekerjaan diperlukan
pengelolaan kinerja setiap karyawan untuk meningkatkan akuntabilitas karyawan
dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk mewujudkan visi (Mulyadi
dalam Isnaini dan Praptoyo, 2013).
Untuk mencapai visi desa dalam pengelolaan anggaran dan peningkatan
kinerja karyawan diperlukan penyusunan anggaran. Anggaran merupakan suatu
instrumen penting di dalam manajemen karena merupakan bagian dari
perencanaan yang termasuk dalam fungsi manajemen. Di dalam dunia bisnis
3
maupun organisasi sektor publik termasuk pemerintah, anggaran merupakan
bagian dari aktifitas yang dilakukan secara rutin. Anggaran dalam akuntansi
pemerintahan merupakan dasar pelaksanaan suatu kegiatan yang dapat dibiayai
oleh keuangan negara atau daerah. Sedangkan penganggaran (budgeting)
merupakan aktivitas mengalokasikan sumber keuangan yang terbatas untuk
pembiayaan belanja negara yang cenderung tanpa batas (Bahtiar dkk dalam
Isnaini dan Praptoyo, 2013).
Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran mempunyai hubungan
yang positif dengan pencapaian tujuan organisasi. Bawahan mempunyai
kesempatan untuk melaporkan informasi yang dimiliki kepada atasannya (kepala
desa), sehingga atasan dapat memilih keputusan yang baik untuk mencapai
tujuan organisasi. Partisipasi merupakan cara efektif menyelaraskan tujuan pusat
pertanggungjawaban dengan tujuan organisasi secara menyeluruh (Siegel dan
Marconi dalam Kasili dan Saerang, 2013). Anggaran yang telah ditetapkan
bersama untuk dilaksanakan oleh satuan kerja yang ada dalam desa dengan
sendirinya akan berinteraksi dengan individu-individu yang ada dalam
pemerintahan desa. Kinerja dari masing-masing individu tersebut akan
berpengaruh pada kinerja perangkat desa. Dalam rangka mewujudkan kinerja
perangkat desa secara menyeluruh tidak berhenti pada tahap penganggaran,
namun dibutuhkan peran manajerial pimpinan untuk mengelola keuangan desa.
Sebelum berlakunya sistem anggaran berbasis kinerja, metode
penganggaran yang digunakan adalah metode tradisional. Cara penyusunan
4
anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus
dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititik beratkan
pada kebutuhan untuk belanja dan sistem pertanggungjawabannya tidak diperiksa
dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efesien atau
tidak. Oleh karena itu pengelolaan keuangan harus dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip pengelolaan keuangan (Mardiasmo dalam Isnaini dan Praptoyo,
2013). Menurut Mardiasmo dalam Isnaini dan Praptoyo (2013), menyatakan
bahwa prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan adalah transparasi,
akuntabilitas dan value for money (diterapkannya tiga prinsip dalam prinsip
penganggaran yaitu ekonomi, efisien, dan efektifitas).
Peran menunjukkan partisipasi seseorang dalam mewujudkan tujuan
organisasi. Desentralisasi memberikan kesempatan pengelola keuangan desa
untuk mendorong kreatifitas pengelolaan keuangan. Individu yang terlibat dan
diberi tanggungjawab dalam penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras
untuk mencapai tujuan, sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi (Hansen
dan Mowen dalam Kasili dan Saerang, 2013).
Kuasa pengguna anggaran selain sebagai salah satu pihak yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan keuangan juga bertanggungjawab atas
pelaksanaan pemerintah pada unit kerja masing-masing sesuai fungsinya sebagai
sekretaris desa, asisten, kepala bidang dan kepala desa atau satuan atau unit kerja.
Kuasa pengguna anggaran adalah pejabat yang memiliki kepentingan dan
5
menyusun, menggunakan dan melaporkan anggaran atau sebagai pelaksana
keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul Pengaruh
Partisipasi Penyusunan Anggaran, Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja dan
Peran Kuasa Pengguna Anggaran Pendapatan Belanja Desa Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Kasus Desa Menoro Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang
Tahun 2011-2014).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja
perangkat desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten
Rembang ?
2. Bagaimana pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap
kinerja perangkat desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten
Rembang ?
3. Bagaimana pengaruh peran kuasa pengguna APBDes terhadap kinerja
perangkat desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten
Rembang ?
6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk membuktikan pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap
kinerja perangkat desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten
Rembang.
2. Untuk membuktikan pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja
terhadap kinerja perangkat desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan,
Kabupaten Rembang.
3. Untuk membuktikan pengaruh peran kuasa pengguna APBDes terhadap
kinerja karyawan perangkat desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan,
Kabupaten Rembang.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat berdasarkan aspek teoritis
dan praktis sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis.
Secara teori, dalam penelitian yang akan dilakukan penulis diharapkan
dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan pengembangan teori
akuntansi tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, implementasi
anggaran berbasis kinerja, dan peran kuasa pengguna APBDes terhadap
kinerja karyawan.
7
2. Manfaat Praktis.
Secara paktis, diharapkan penelitian yang akan dilakukan peneliti
dapat memberikan manfaat dan sebagai referensi bagi para pimpinan atau
perangkat desa untuk memahami pentingnya pengaruh partisipasi
penyusunan anggaran, implementasi anggaran berbasis kinerja, dan peran
kuasa pengguna APBDes terhadap kinerja perangkat desa di Desa Menoro,
Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang.
F. Landasan Teori
1. Tinjauan Pustaka.
a. Teori Motivasi.
Motivasi merupakan proses dimana individu didorong untuk
melakukan tindakan yang menyebabkan individu tersebut dalam
usahanya yang mengarah pada tujuan. Pada prinsipnya, tidak ada tugas
yang dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya dukungan
kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakannya. Kemampuan
merupakan bakat yang dimiliki oleh individu untuk menjalankan tugas
dalam rangka mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai kinerja
terbaik , individu juga harus memiliki motivasi untuk mendorong dirinya
mencapai kinerja terbaik. Teori motivasi meliputi teori hirarki kebutuhan,
teori achievement motivation, dan teori dua faktor (Setiawan dan Ghozali,
2006:127).
8
Teori hirarki kebutuhan menurut Maslow dalam Setiawan dan
Ghozali (2006:127) dapat dikatakan bahwa dalam diri individu terdapat
lima jenis jenjang kebutuhan yaitu antara lain :
1) Kebutuhan psikologis.
Kebutuhan ini merupakan yang paling mendasar seperti kebu-
tuhan seksual, kebutuhan makan, minum dan tempat berlindung yang
cukup.
2) Kebutuhan keamanan.
Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan psikologi. Kebutuhan
keamanan mencakup kemantapan ketergantungan, perlindungan, ce-
mas, dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, batas-batas
dan sebagainya.
3) Kebutuhan sosial.
Kebutuhan ini mencakup cinta, kasih sayang dan rasa memiliki.
Selain itu juga mencakup kebutuhan menerima dan memberi.
4) Kebutuhan penghargaan.
Seluruh manusia membutuhkan penghargaan baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain.
5) Aktualisasi diri.
Manusia memiliki kencederungan berfikir apa yang orang lain
mampu, dan melakukannya. Kecenderungan inilah yang merupakan
motivasi seseorang untuk menjadi mampu dalam berbagai hal.
9
Teori kedua adalah teori achievement motivation oleh Mc.
Clelland dalam Setiawan dan Ghozali (2006:129) konsep penting lain dari
teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia
adalah motivasi prestasi. Menurut Setiawan dan Ghozali (2006:130), ada
tiga kebutuhan yaitu:
1) Kebutuhan prestasi.
Merupakan dorongan menjadi unggul, dorongan memenuhi stan-
dar-standar yang ditetapkan, dan dorongan untuk maju.
2) Kebutuhan kekuasaan.
Dorongan untuk memaksa seseorang untuk bertindak sesuai apa
yang diinginkan.
3) Kebutuhan afiliasi.
Dorongan untuk menciptakan hubungan pertemanan dan hubun-
gan interpersonal.
Mc. Clelland dalam Setiawan dan Ghozali (2006) memandang
bahwa power merupakan unsur yang esensial untuk memahami dan
memprediksi keberhasilan manajerial.
Menurut Herzberg dalam Setiawan dan Ghozali (2006:131)
mengemukakan teori dua faktor. Dua faktor yaitu motivator dan hygienes.
Motivator, faktor-faktor yang tergolong adalah pekerjaan itu sendiri,
pengakuan, kemajuan, atau pencapaian dan tanggung jawab. Faktor-
faktor tersebut berkaitan dengan perasaan positif individual terhadap
10
pekerjaannya dan merupakan kandungan dari pekerjaan itu sendiri.
Dengan kata lain motivator merupakan faktor intrinsik yang secara
langsung berhubungan dengan pekerjaan dan bersifat internal dalam diri
individu. Faktor-faktor hygiene mencakup kebijakan perusahaan dan
administrasi, survei teknis, gaji, tunjangan, kondisi pekerjaan, dan
hubungan interpersonal. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan perasaan
negatif individual terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan
lingkungan dimana individu bekerja atau merupakan faktor ekstrinsik.
Penelitian ini menggunakan teori motivasi, karena berhubungan
dengan kinerja perangkat desa maka dengan adanya teori motivasi untuk
karyawan dalam partisipasi penyusunan anggaran, implementasi anggaran
berbasis kinerja dan peran kuasa pengguna anggaran akan meningkatkan
produktivitas kinerja perangkat desa yang nantinya akan memberikan
dampak positif bagi desa.
b. Partisipasi Penyusunan Anggaran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam Anwar dan
Jatmiko (2013) menerangkan bahwa anggaran merupakan pedoman
tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, yang diukur dalam satuan
rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk
suatu periode.
11
Menurut Supriyono dalam Mulyani dan Rahman (2012) anggaran
memiliki dua peranan penting yaitu sebagai perencanaan dan kriteria
kinerja. Anggaran sebagai perencanaan berisi tentang rencana-rencana
keuangan organisasi di masa yang akan datang, sedangkan anggaran
sebagai kriteria kinerja berfungsi sebagai bagian dari proses pengendalian
manajemen yang dapat dinyatakan secara formal. Partisipasi anggaran
adalah proses penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap
target anggaran (Narfin dalam Mulyani dan Rahman, 2012).
Menurut Halim dalam Anwar dan Jatmiko (2013) anggaran
(budget) adalah suatu rencana operasional yang dinyatakan dalam suatu
uang dari suatu organisasi, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan
pendapatan atau penerimaan guna menutupi pengeluaran tersebut untuk
periode tertentu yang umumnya satu tahun. Partisipasi merupakan suatu
konsep di mana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan
sampai tingkat tertentu bersama atasannya (Robbins dalam Savitri dan
Sawitri, 2014).
Menurut Munandar dalam Anwar dan Jatmiko (2013), anggaran
adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi
seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan
datang. Bawahan mempunyai kesempatan untuk melaporkan informasi
yang dimiliki kepada atasannya, sehingga atasan dapat memilih
12
keputusan yang baik untuk mencapai tujuan organisasi. Partisipasi
merupakan cara efektif menyelaraskan tujuan pusat pertanggungjawaban
dengan tujuan organisasi secara menyeluruh (Falikhatun dalam Anwar
dan Jatmiko, 2013).
Partisipasi anggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang
melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi
tanggungjawabnya. Tingkat partisipasi yang lebih tinggi akan
menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula.
Partisipasi telah ditunjukkan berpengaruh secara positif terhadap sikap
pegawai, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan
meningkatkan kerjasama diantara manajer.
Sistem penganggaran merupakan suatu kombinasi dari arus
informasi dengan prosedur dan proses administratif yang umumnya
merupakan bagian intergal dari perencanaan jangka pendek dan
pengendalian dari suatu organisasi (Marchant dalam Asmas, 2014).
Sedangkan pengertian partisipasi penyusunan anggaran adalah suatu
proses dimana partisipasi individu akan dievaluasi dan mungkin diberi
penghargaan berdasarkan prestasi karyawan pada sasaran (target) yang
dianggarkan dimana para karyawan dan perangkat desa terlibat dalam
proses tersebut dan mempunyai pengaruh pada penentuan target tersebut
(Asmas, 2014).
13
Menurut Anwar dan Jatmiko (2013) , bahwa supaya efektif suatu
anggaran harus memiliki karakteristik berikut:
1) Kemampuan prediksi.
2) Saluran komunikasi.
3) Wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
4) Informasi yang akurat dan tepat waktu.
5) Kesesuaian, bersifat menyeluruh, dan kejelasan informasi.
Indikator yang digunakan oleh Setyowati dan Purwantoro (2013)
dalam partisipasi anggaran adalah sebagai berikut:
1) Keikutsertaan dan kepuasan dalam penyusunan anggaran.
Partisipasi dalam penyusunan anggaran melibatkan semua
tingkat manajemen untuk mengembangkan rencana anggaran.
2) Kebutuhan dan kerelaan memberikan pendapat.
Kemampuan individu memberikan pendapat dalam penyusunan
anggaran.
3) Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir.
Pendapat setiap individu berpengaruh sangat besar dalam
penetapan pencapaian anggaran.
c. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
Suatu anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem
yang mencakup kegiatan penyusunan program. Penerapan sistem
anggaran berbasis kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan
14
perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah
yang sesuai dengan program tersebut (Mardiasmo, 2009).
Secara beruntun, pemerintah dalam rangka reformasi manajemen
keuangan daerah mengeluarkan peraturan pemerintah diantaranya PP
Nomor 105 Tahun 2000 yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 58 tahun 2005 dalam Anugerahani dan Wahjono (2013) tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah sekaligus memberlakukan penyusunan
APBD. Anggaran berbasis kinerja (ABK) adalah proses penyusunan
APBD yang diberlakukan dengan harapan dapat mendorong proses tata
kelola pemerintahan yang baik. Penerapannya diharapkan akan
membuat proses pembangunan menjadi lebih efesien dan partisipatif,
karena melibatkan pengambil kebijakan, pelaksana kegiatan, bahkan
dalam tahap tertentu juga melibatkan warga masyarakat sebagai
penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik (Utomo dkk dalam
Anugerahani dan Wahjono, 2013). Dalam penganggaran berbasis
kinerja, suatu anggaran disusun berdasarkan partisipasi aktif unit-unit
organisasi mulai level bawah sampai atas dalam menyampaikan target
anggaran dan kinerja yang disusun. Anggaran memiliki fungsi sebagai
penilaian kerja (Mardiasmo, 2009) tercapainya target anggaran yang
telah ditetapkan mengindikasikan adanya kinerja yang baik, demikian
pula sebaliknya.
15
Menurut Halim dalam Anwar dan Jatmiko (2013), penganggaran
berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen
untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-
kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efesiensi
dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Menurut penelitian Anugerahani dan Wahjono (2013), terlihat
bahwa seluruh program atau kegiatan yang ditetapkan telah memuat
indikator kinerja yang meliputi :
1) Input
Sumber daya dalam bentuk dana, SDM, peralatan dan material
yang digunakan untuk menghasilkan output.
2) Output
Barang-barang yang diproduksi, jasa yang diberikan atau hasil
lain dari proses atas input.
3) Outcome
Tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui output.
4) Sasaran Kegiatan
Tujuan organisasi yang sudah dinyatakan dengan disertai
batasan yang jelas.
d. Peran Kuasa Pengguna Anggaran.
Peran menunjukkan partisipasi seseorang dalam mewujudkan
organisasi. Peran manajerial pengelola keuangan menunjukkan
16
tercapainya mekanisme penyelenggaraan pemerintah yang efesien dan
efektif. Individu yang terlibat dan diberi tanggungjawab dalam
penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan,
sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi (Hansen dan Mowen
dalam Kasili dan Saerang, 2013).
Kuasa pengguna anggaran selain sebagai salah satu pihak yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan pemerintahan pada unit kerjanya
masing-masing sesuai fungsinya sebagai sekretaris desa, asisten, kepala
bidang, dan kepala kantor, satuan atau unit kerja. Kuasa pengguna
anggaran adalah pejabat yang memiliki kepentingan dalam menyusun,
menggunakan dan melaporkan anggaran atau sebagai pelaksana
keuangan dari pemerintah (Kasili dan Saerang, 2013).
Indikator yang digunakan oleh Kasili dan Saerang (2013) dalam
peran kuasa pengguna anggaran untuk pengukuran kinerja adalah
sebagai berikut :
1) Tujuan
Pernyataan secara umum tentang apa yang ingin dicapai
organisasi.
2) Efisien
Hubungan optimal antara input dan output.
3) Efektifitas
Pencapaian suatu tujuan.
17
e. Kinerja Perangkat Desa.
Dalam menjalankan kegiatan usaha, suatu perusahaan tentunya
membutuhkan berbagai sumber daya, seperti modal, material dan mesin.
Perusahaan membutuhkan sumber daya manusia, yaitu karyawan.
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun dalam Isnaini dan
Praptoyo, 2013).
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepada karyawan atau pegawai (Mankunegara
dalam Murty dan Hudiwinarsih, 2012). Kinerja yang lebih tinggi
mengandung arti terjadinya peningkatan efisiensi, efektivitas, atau
kualitas yang lebih tinggi dari penyelesaian serangkaian tugas yang
dibebankan kepada seorang karyawan dalam suatu organisasi atau
perusahaan.
Menurut Mulyadi dalam Isnaini dan Praptoyo (2013), kinerja
adalah keberhasilan personil, tim atau unit organisasi dalam
mewujudkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan. Istilah kinerja sering digunakan untuk
menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok
18
individu tersebut dan mempunyai kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Kriteria tersebut berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang
hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan dan target, kinerja seseorang atau
organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok
ukurnya. Menurut Kasili dan Saerang (2013) kinerja merupakan prestasi
yang dapat dicapai organisasi dalam periode tertentu.
Menurut Mahmudi dalam Isnaini dan Praptoyo (2013),
pengukuran kinerja merupakan bagian penting dari proses pengendalian
manajemen baik organisasi sektor publik maupun swasta. Tujuan
dilakukan penilaian kinerja di sektor publik yaitu :
1) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi.
2) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai atau karyawan.
3) Memperbaiki kinerja periode berikutnya.
4) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward dan punishment.
5) Memotivasi pegawai.
6) Menciptakan akuntabilitas pegawai.
Menurut Halim dalam Isnaini dan Praptoyo (2013) secara lebih
lengkap, manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
1) Mengelola operasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
19
2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan seperti promosi transfer, dan pemberhentian.
3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan menilai kinerja karyawannya.
5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Indikator yang digunakan oleh Mas’ud dalam Parjanti dkk
(2014) dalam kinerja karyawan adalah:
1) Kualitas
Tingkat dimana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati
sempurna, dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari
penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan
dari suatu aktivitas.
2) Kuantitas
Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit dan jumlah
siklus yang diselesaikan.
3) Ketepatan waktu
Tingkat suatu aktivitas pada waktu awal yang diinginkan,
dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain.
20
4) Efektivitas
Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi
dimaksimalkan dengan maksud menaikkan keuntungan dan
mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber
daya.
5) Kemandirian
Tingkat dimana seorang pegawai dapat melakukan fungsi
kerjanya tanpa meminta bimbingan dari pengawas atau meminta
turut campurnya pengawas untuk menghindari hasil yang
merugikan.
2. Tinjauan Penelitian Terdahulu.
a. Penelitian Silmilian (2012).
Penelitian Silmilian (2012) mengenai pengaruh partisipasi
penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparatur pemerintah
dengan motivasi kerja dan internal locus of control, sebagai variabel
moderating (studi empiris pada SKPD Pemerintah Daerah Kota
Padang). Variabel penelitian Silmilian (2012) meliputi dua variabel
yaitu variabel independen (pengaruh partisipasi penyusunan anggaran,
internal locus of control, dan motivasi kerja), dan variabel dependen
(kinerja manajerial aparatur pemerintah). Sumber data dalam penelitian
Silmilian (2012) merupakan data primer.
21
Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
Silmilian (2012) sama-sama menggunakan variabel dependen tentang
kinerja dalam penelitian dan variabel independennya tentang pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan
Silmilian (2012) yaitu objek penelitian Silmilian (2012) adalah kinerja
Pemerintahan Daerah Kota Padang, sedangkan objek penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah Kinerja pada Desa Menoro,
Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. Responden yang dipilih
dipenelitian Silmilian (2012) adalah kepala SKPD dan manajerial
SKPD, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah semua
perangkat yang menyusun dan melaksanakan anggaran Desa Menoro,
Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang, peneliti juga hanya
menggunakan data primer dalam penelitiannya. Tahun penelitian
Silmilian (2012) yaitu pada tahun 2012, sedangkan peneliti akan
melakukan penelitian pada tahun 2016.
b. Sinthia Anelia Kasili dan David P. E. Saerang (2013).
Penelitian Kasili dan Saerang (2013) mengenai pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran dan peran kuasa pengguna anggaran
terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Variabel dalam penelitian Kasili dan Saerang (2013) meliputi dua jenis
variabel yaitu variabel independen (pengaruh partisipasi penyusunan
22
anggaran dan peran kuasa pengguna anggaran), dan variabel dependen
(kinerja pemerintah). Sumber data penelitian Kasili dan Saerang (2013)
merupakan data primer.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan Kasili dan Saerang (2013) adalah sampel
yang digunakan sama-sama mengunakan sumber data primer yang di
dalam penelitian diperoleh secara langsung dari survey yang dilakukan
dalam pembagian kuesioner. Variabel dependennya sama-sama
menggunakan kinerja dan variabel independennya sama-sama
menggunakan partisipasi penyusunan anggaran dan peran kuasa
pengguna anggaran.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
Kasili dan Saerang (2013) yaitu objek penelitian Kasili dan Saerang
(2013) adalah kinerja Pemerintahan Daerah Kabupaten Kepulauan
Taulud, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah kinerja
perangkat desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten
Rembang. Responden yang dipillih pada penelitian Kasili dan Saerang
(2013) adalah pejabat kuasa pengguna anggaran di lingkungan
pemerintah Kabupaten Taulud berjumlah 103 orang yang terdiri dari
sekretaris daerah, asisten, kepala bidang, kepala kantor, kepala cabang
dinas pendidikan, kepala sekolah, kepala puskesmas, kepala UPTD dan
lurah, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah semua
23
karyawan yang menyusun dan melaksanakan anggaran Desa Menoro,
Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. Tahun penelitian yang
dilakukan oleh Kasili dan Saerang yaitu tahun 2013, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan pada tahun 2016.
c. Ika Dian Anugerahani dan Sentot Imam Wahjono (2013).
Penelitian Anugerahani dan Wahjono (2013) mengenai pengaruh
implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pegawai (studi
pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten
Kediri). Dalam penelitian tersebut terdapat dua jenis variabel yaitu
variabel independen (pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja),
dan variabel dependen (kinerja pegawai). Sumber data penelitian
tersebut merupakan data primer.
Populasi dan sampel penelitian Anugerahani dan Wahjono (2013)
menggunakan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai unit
analisis. Populasi dalam penelitian Anugerahani dan Wahjono (2013)
adalah seluruh pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Kediri yang jumlahnya 58 orang. Adapun teknik sampling
yang digunakan adalah sampel total atau sensus. Usman dalam
Anugerahani dan Wahjono (2013) mengatakan pengambilan sampel
total atau sensus ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil. Jadi
sampel dalam penelitian Anugerahani dan Wahjono adalah seluruh
pegawai di BPKAD Kabupaten Kediri yang berjumlah 57 orang, dimana
24
subjek dari populasi mempunyai kesempatan yang sama. Pengumpulan
data digunakan teknis dokumentasi, wawancara, dan kuesioner yang
disebarkan responden penelitian dengan teknik analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan efektivitas penerapan
sistem informasi akuntansi, pemanfaatan dan kesesuaian tugas dengan
teknologi informasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan peneliti
Anugerahani dan Wahjono (2013) pada penelitian yang akan dilakukan
responden yang dipilih adalah seluruh karyawan kelurahan Desa
Menoro Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang, sedangkan penelitian
Anugerahani dan Wahjono (2013) responden yang dipilih adalah
seluruh pegawai di BPKAD Kabupaten Kediri. Objek penelitian
Anugerahani dan Wahjono (2013) adalah BPKAD di Kabupaten Kediri,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah kinerja karyawan
Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan Anugerahani dan Wahjono (2013)
menggunakan variabel independen pengaruh implementasi anggaran
berbasis kinerja dalam penelitian. Penelitian yang akan dilakukan
sama-sama mengunakan model regresi linier berganda. Variabel
dependennya sama-sama mengunakan kinerja karyawan.
25
3. Pengembangan Hipotesis.
a. Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Perangkat
Desa.
Partisipasi penyusunan anggaran dilakukan karena salah satu cara
untuk menciptakan sistem pengendalian manajemen yang baik sehingga
diharapkan dapat tercapai tujuan institusi yang terkait. Partisipasi
bawahan dalam penyusunan anggaran mempunyai hubungan yang
positif dengan pencapaian tujuan organisasi. Bawahan mempunyai
kesempatan untuk melaporkan informasi yang dimiliki kepada
atasannya, sehingga atasan dapat memilih keputusan yang baik untuk
mencapai tujuan organisasi. Partisipasi merupakan cara efektif
menyelaraskan tujuan pusat pertanggungjawaban dengan tujuan
organisasi secara menyeluruh (Falikhatun dalam Kasili dan Saerang,
2013).
Sardjito dan Muthaher (2007) mengemukakan bahwa tingkat
partisipasi yang lebih tinggi akan menghasilkan moral yang lebih baik
dan insiatif yang lebih tinggi pula. Partisipasi telah ditunjukkan
berpengaruh secara positif terhadap sikap pegawai, meningkatkan
kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerja sama diantara
manajer. Sehingga hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut:
H1: Diduga partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif
terhadap kinerja Perangkat Desa.
26
b. Hubungan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja dengan Kinerja
Perangkat Desa.
Implementasi anggaran berbasis kinerja dilakukan karena untuk
menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah untuk untuk
mendukung pencapaian tujuan penyelenggaraan otonomi daerah
berdasarkan prinsip tata pemerintahan yang baik. Hasil penelitian
Yusriati dalam Anugerahani dan Wahjono (2013) menyimpulkam
bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif
terhadap kinerja pegawai, semakin baik kinerja anggaran berbasis
kinerja maka akan semakin baik juga kinerja pegawainya. Hal ini juga
sejalan dengan tujuan diberlakukannya anggaran berbasis kinerja.
Sehingga hipotesis penelitiannya sebagai berikut:
H2: Diduga implementasi anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif
terhadap kinerja Perangkat Desa.
c. Hubungan Peran Kuasa Pengguna Anggaran dengan Perangkat Desa.
Peran menunjukkan partisipasi seseorang dalam mewujudkan
tujuan organisasi. Individu yang terlibat dan diberi tanggung jawab
dalam penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras untuk mencapai
tujuan, sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi (Hansen dan
Mowen dalam Kasili dan Saerang, 2013). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Kasili dan Saerang (2013) menunjukkan bahwa peran
kuasa pengguna anggaran berpengaruh terhadap kinerja pemerintahan
27
daerah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi peran kuasa
pengguna anggaran maka akan semakin meningkatkan kinerja
karyawan. Sehingga hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
H3: Diduga peran kuasa pengguna anggaran berbasis kinerja
berpengaruh positif terhadap kinerja Perangakat Desa.
d. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja, dan Peran Kuasa Pengguna Anggaran Pendapatan
Belanja Desa Terhadap Kinerja Perangakat Desa.
Dijelaskan bahwa partisipasi penyusunan anggaran,
implementasi anggaran berbasis kinerja dan peran kuasa pengguna
APBDes mempengaruhi kinerja karyawan. Kinerja Perangkat Desa
semakin baik akan berdampak pada nilai pemerintahan yang semakin
tinggi. Penggunaan anggaran merupakan konsep yang sering digunakan
untuk melihat kinerja organisasi publik. Partisipasi aparat pemerintah
desa dalam proses penganggaran pemerintah desa mangarah pada
seberapa besar tingkat keterlibatan aparat desa dalam menyusun
anggaran desa serta pelaksanaanya untuk mencapai target anggaran.
Tujuan utama implementasi anggaran berbasis kinerja untuk
meningkatkan kinerja Perangkat Desa untuk mencapai tujuan bersama
berdasarkan prinsip tata pemerintahan yang baik. Berdasarkan uraian
mengenai hipotesis H1, H2, dan H3 dari berbagai teori dan penelitian
28
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (+)
terdahulu, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H4 : Diduga Partisipasi Penyusunan Anggaran, Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja, dan Peran Kuasa Pengguna
Anggaran secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap
Kinerja Perangkat Desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan,
Kabupaten Rembang.
Sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti ingin menjelaskan bagaimana
hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran, Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja, dan Peran Kuasa Pengguna Anggaran terhadap Kinerja
Perangkat Desa pada Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang.
Maka disusun suatu kerangka pemikana teoritis sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Penelitian
G. Metode Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel.
a. Variabel Dependen.
29
Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X2)
Peran Kuasa Pengguna APBDes (X3)
Kinerja Perangkat Desa
(Y)
Variabel dependen (Y) atau variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independen (X). Variabel
terkait dalam penelitian ini adalah kinerja perangkat desa. Kinerja
(performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi (Mahsun dalam Isnaini dan Praptoyo,
2013).
Indikator yang digunakan oleh Mas’ud dalam Parjanti dkk (2014)
dalam kinerja perangkat desa adalah:
1) Kualitas
2) Kuantitas
3) Ketepatan waktu
4) Efektivitas
5) Kemandirian
b. Variabel Independen.
Variabel independen (X) atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen (Y). Variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran,
implementasi anggaran berbasis kinerja, peran kuasa pengguna APBdes.
30
1) Partisipasi Penyusunan Anggaran.
Partisipasi anggaran adalah salah satu cara untuk menciptakan
sistem pengendalian manajemen yang baik sehingga diharapkan dapat
tercapai tujuan institusi yang terkait. Partisipasi merupakan cara
efektif menyelaraskan tujuan pusat pertanggungjawaban dengan
tujuan organisasi secara menyeluruh (Siegel dan Marconi dalam
Kasili dan Saerang). Indikator yang digunakan oleh Setyowati dan
Purwantoro (2013) dalam partisipasi anggaran adalah sebagai berikut:
a) Keikutsertaan dan kepuasan dalam penyusunan anggaran.
b) Kebutuhan dan kerelaan memberikan pendapat.
c) Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir.
2) Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
Anggaran berbasis kinerja (ABK) adalah proses penyusunan
APBD yang diberlakukan dengan harapan dapat mendorong proses
tata kelola pemerintahan yang baik. Penerapannya diharapkan akan
membuat proses pembangunan menjadi lebih efesien dan partisipatif,
karena melibatkan pengambil kebijakan, pelaksana kegiatan, bahkan
dalam tahap tertentu juga melibatkan warga masyarakat sebagai
penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik (Utomo dkk dalam
Anugerahani dan Wahjono, 2013). Menurut Anugerahani dan
Wahjono (2013), terlihat bahwa seluruh program atau kegiatan yang
ditetapkan telah memuat indikator kinerja yang meliputi :
31
a) Input
b) Output
c) Outcome
d) Sasaran Kegiatan
Dengan adanya indikator kinerja setiap program atau kegiatan
yang ditetapka. Hal ini sejalan dengan pendapat Mardiasmo dalam
Anugerahani dan Wahjono (2013) yang menyatakan bahwa anggaran
berbasis kinerja adalah suatu sistem penyusunan dan pengelolaan
anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja.
3) Peran Kuasa Pengguna APBdes.
Peran menunjukkan partisipasi seseorang dalam mewujudkan
organisasi. Peran manajerial pengelola keuangan menunjukkan
tercapainya mekanisme penyelenggaraan pemerintah yang efesien
dan efektif. Indikator yang digunakan oleh Kasili dan Saerang (2013)
dalam peran kuasa pengguna anggaran untuk pengukuran kinerja
adalah sebagai berikut :
a) Tujuan
b) Efisien
c) Efektifitas
32
2. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei, yaitu dengan
menggunakan kuesioner. Metode survei memberikan tanggung jawab kepada
responden untuk membaca dan memberi tanggapan atas pernyataan dari
kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala
likert dengan alternatif jawaban dari satu (sangat tidak setuju), sampai dengan
lima (sangat setuju). Skala likert pada umumnya menggunakan lima angaka
penelitian yang mendukung (favourable) yaitu:
a. STS = Sangat Tidak Setuju skor : 1
b. TS = Tidak Setuju skor : 2
c. RR = Ragu-ragu skor : 3
d. S = Setuju skor : 4
e. SS = Sangat Setuju skor : 5
Untuk yang unfavourable digunakan untuk menguji konsistensi
responden dalam menjawab item-item pertanyaan, yaitu:
a. STS = Sangat Tidak Setuju skor : 5
b. TS = Tidak Setuju skor : 4
c. RR = Ragu-ragu skor : 3
d. S = Setuju skor : 2
e. SS = Sangat Setuju skor : 1
33
3. Jenis dan Sumber Data.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subjek (data
yang bersifat personal atau perseorangan). Menurut Supomo (2002:145) data
subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau
karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subjek
penelitian (responden). Data subjek yaitu data mengenai pendapat responden
tentang partisipasi anggaran ,implementasi anggaran dan peran kuasa
pengguna anggaran yang diperoleh langsung dari responden dengan
memberikan tanggapan atas pernyataan secara langsung.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara
empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung (Supomo,
2002:146-147). Sumber data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
langsung dari perangkat Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten
Rembang berupa pengisian kuisioner.
4. Populasi dan Sampel.
a. Populasi.
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2014:148).
Populasi dalam penelitin yang dilakukan adalah seluruh perangkat desa,
Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang yang berjumlah 20
orang.
34
b. Sampel Jenuh.
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti dan dianggap bisa mewakili keseluruhan dari populasi (Sugiyono,
2014:148). Dikarenakan penelitian ini adalah penelitian populasi, maka
subjek penelitian ini adalah seluruh populasi, sehingga tidak dilakukan
pengambilan sampel.
5. Uji Instrumen.
Sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen
penelitian untuk mengetahui, memperoleh, mengolah dan mengintepretasikan
informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola yang sama. Uji
instrumen pada data primer mencakup dua uji reliabilitas dan uji validitas
(Ghozali, 2011:47).
a. Uji Reliabilitas.
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel konstruk (Ghozali, 2011:47). Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach
alpha > 0,70 (Ghozali, 2011:48).
b. Uji Validitas.
Uji validitas adalah tingkat keadalan alat ukur yang digunakan. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika suatu pernyataan pada suatu kuesioner
35
mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2011:52). Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung
dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah
jumlah sampel, dengan tingkat signifikan 0,05. Jika rhitung lebih besar dari
rtabel dan nilai positif maka butir atau pernyataan atau indikator tersebut
dinyatakan valid (Ghozali, 2011:53).
6. Teknik Analisis Data.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda. Analisis regresi linear berganda adalah analisis mengenai
pengaruh beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen
(Ghozali, 2011:59). Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis regresi
linier berganda yaitu:
a. Analisis Regresi Linier Berganda.
Alat uji yang digunakan untuk analisis penelitian adalah analisis
regresi linier berganda untuk melihat pengaruh partisipasi penyusunan
anggaran, implementasi anggaran berbasis kinerja, dan peran kuasa
pengguna anggaran APBDes terhadap kinerja karyawan. Dalam penelitian
ini persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = α + + + +e
Keterangan :
36
Y = Kinerja karyawan
Α = Konstanta
1, 2, 3, = Koefisien Regresi
= Partisipasi Penyusunan Anggaran
= Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
= Peran Kuasa Pengguna APBDes
= Standart Error
b. Pengujian Hepotisis.
Uji hipotesis merupakan suatu alat uji untuk mengetahui dugaan atas
pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat (Hudiwinarsih dan
Murty, 2012).
1) Uji Parsial (Uji t).
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali,
2011:178). Adapun langkah-langkah uji statistik t adalah:
a) Menentukan Hipotesis.
H0: β1:β2:β3 ≤ 0 artinya bahwa partisipasi penyusunan anggaran,
implementasi anggaran berbasis kinerja, dan
peran kuasa pengguna APBDes tidak
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
37
ttabel thitung
Ha ditolakH0 diterima
Ha diterimaH0 ditolak
0
Ha: β1:β2:β3 > 0 artinya bahwa partisipasi penyusunan anggaran,
implementasi anggaran berbasis kinerja, dan
peran kuasa pengguna APBDes berpengaruh
positif terhadap kinerja karyawan.
b) Penerimaan dan Penolakan Hipotesis.
H1,H2,H3 diterima jika thitung >ttabel.
H1,H2,H3 ditolak jika thitung ≤ ttabel.
Gambar 2. Kurva Uji t Satu Titik Kanan
Sumber: Sugiyono, 2013:102
2) Uji Simultan (Uji F).
Uji simultan menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh bersama-
sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Adapun
langkah-langkah uji f adalah:
a) Menentukan Hipotesis.
H0 : β4 ≤ 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif signifikan
38
ftabel fhitung
Ha ditolakH0 diterima
Ha diterimaH0 ditolak
0
antara partisipasi penyusunan anggaran, implementasi
anggaran berbasis kinerja dan peran kusa pengguna
APBDes terhadap kinerja karyawan.
H0 : β4 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
Partisipasi penyusunan anggaran, implementasi
anggaran berbasisi kinerja dan peran kuasa pengguna
APBDes terhadap kinerja karyawan.
b) Penerimaan dan Penolakan Hipotesis.
H4 diterima jika fhitung > ftabel
H4 ditolak jika fhitung ≤ ftabel
Gambar 3.Kurva pengujian Hipotesis Uji F
Sumber: Sugiyono, 2013:102
3) Koefisien Determinasi (R2).
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
39
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap jumlah variabel yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat
tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
H. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar
Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal
Bimbingan Proposal
ACC Proposal
Ujian Proposal
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Penyampaian Hasil
40
I. Daftar Pustaka
Anugerahani, Ika Dian dan Sentot Imam Wahjono, 2013, “Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada BPKAD Kabupaten Kediri)”, Jurnal Ilmu Manajemen, REVITALISASI, Vol. 2, Nomor 2, Juni 2013.
Anwar, Misbahul dan Bambang Jatmiko, 2013, “Konstribusi dan Peran Pengelolaan Keungan Desa Untuk mewujudkan Anggaran pendapatan dan Belanja Desa Yang Transparan dan Akuntabel”, Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Vol. 2 No. 2 (2013).
Asmas, Denny, 2014, “Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja manajerial (Studi Empiris Pada PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia)”, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol. 14 No. 3 Tahun 2014.
Damayanti, Syaiko Rosyidi dan Riskin Hidayat, 2015, Buku Pedoman Penyusunan Skripsi STIE ‘YPPI’ Rembang, STIE ‘YPPI’ Rembang, Rembang.
Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Menggunakan SPSS, Cetakan V. Semarang: Badan Penelitian Universitas Diponegoro.
Hertati, Diana, 2009, “Hubungan Kompensasi Dengan Kinerja Karyawan di VICO Indonesia Company Muara Badak Kalimantan Timur”, Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 7 No. 2, Mei 2009.
Isnaini, Fajar dan Sugeng Praptoyo, 2013, “Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Sebagai Alat Pengukur Kinerja Pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya”, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 7 (2013).
Kasili, Sinthia Anelia dan David P. E. Saerang, 2013, “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Peran Kuasa Pengguna Anggaran Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud”, Jurnal Accountability Vol. 2 No. 1, Juni 2013.
Mulyani, Sri dan Rahman Firdaus A., 2012, “ Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Tekanan anggaran, Komitmen Organisasi dan Kompleksitas Tugas Terhadap Slack Anggaran pada Perbankan di Pekanbaru”, Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi Vol. 18 No. 1 Juni 2012.
Murty, Windy Aprilia dan Hudiwinarsih Gunasti, 2012, “Pengaruh Kompensasi, Motivasi dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan
41
Bagian Akuntansi”, The Indonesian Accounting Review Vol. 2 No. 2, July 2012.
Parjanti, dkk, 2014, “Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi, Gaya Kepemimpinan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja Karyawan”, Jurnal Paradigma Vol. 12, No. 01.
Riayadi, Slamet, 2011, “Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Mnufaktur di Jawa Timur”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 13 No. 1.
Sardjito, Bambang dan Osmad Muthaher, 2007, “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintahan Daerah : Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating”, Simposium Nasional Akuntansi X, UNHAS Makasar 26-28 Juli 2007.
Savitri, Enni dan Sawitri Erianti, 2014, “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Anggaran dan Informasi Asimetri Terhadap Timbulnya Kesenjangan Anggaran”, Jurnal Akuntansi Vol.2 No. 2, April 2014.
Setiawan, Ivan Aries dan Imam Ghozali, 2006, Akuntansi Keperilakuan Konsep dan Kajian Empiris Perilaku Akuntan, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Setyowati, Lilis dan Purwantoro, 2013, “Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dan Kepuasan Kerja pada Pemerintah Kota Semarang”, Media Ekonomi dan Teknologi informasi, Vol.21, No.2 (2013).
Silmilian, 2012, “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparatur Pemerintah Dengan Motivasi Kerja dan Internal Locus Of Control Sebagai Variabel Moderating”, Jurnal Akuntansi Vol.2 No.2 (2012).
Sugiyono, 2013, Statistika untuk Penelitian, Alfabetha, Bandung.
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Manajemen, CV. Alfabeta, Bandung.
Supomo dan Indriantoro, 2002, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen”, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Yogyakarta, Yogyakarta.
42
KUESIONER PENELITIAN
Responden yang terhormat,
Dalam rangka penelitian skripsi tentang “Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran, Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja, dan Peran Kuasa
Pengguna Anggaran Pendapatan Belanja Desa Terhadap Kinerja Perangkat
Desa (Studi Kasus Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang)”,
saya memohon dengan hormat kepada Bapak/Ibu untuk dapat mengisi kuesioner
dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban sesuai dengan
pemahaman Bapak/Ibu.
Semua informasi yang terkumpul akan disajikan secara umum (tidak secara
individu) sebagai ringkasan dari hasil analisis yang akan dilaporkan atau
dipublikasikan dan akan dijamin kerahasiaannya.
Atas kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kuesioner, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Pungki Lusi Anjarsari
43
Daftar Pertanyaan
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ................................................................
2. Alamat : ................................................................
3. Umur : ................................................................
4. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
5. Jabatan : ................................................................
6. Kantor cabang : ................................................................
KUESIONER
Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban berikut:
Keterangan: SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
44
Seluruh jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian
PERNYATAAN
No Pernyataan STS TS RR S SS
Keikutsertaan dan kepuasan dalam penyusunan anggaran
1 Saya dilibatkan dalam penyusunan anggaran.
2 Saya merasa puas karena diikutkan dalam penyusunan anggaran.
3 Saya tidak puas karena diikutkan dalam penyusunan anggaran.
Kebutuhan dan kerelaan dalam memberikan pendapat
4 Saya memiliki kemampuan untuk berpendapat dalam penyusunan anggaran.
5 Saya perlu memberikan pendapat saat penyusunan anggaran.
6 Saya berhak memberikan pendapat dalam penyusunan anggaran.
Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir
7 Pendapat saya berpengaruh terhadap penetapan anggaran akhir.
8 Pendapat saya dalam penyusunan anggaran menghasilkan anggaran yang baik.
A. Pertisipasi Penyusunan Anggaran.
B. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
No Pernyataan STS TS RR S SS Input
1
Menurut kami anggaran yang kami terima sudah sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan.
2Menurut kami anggaran yang kami keluarkan sudah sesui yang dibutuhkan.
45
Output
3 Menurut kami pembangunan di desa kami sudah sesuai dengan anggaran.
4 Menurut kami pembangunan di desa kami sudah sesuai dengan prosesnya.
Outcome
5 Kami sudah menjalankan anggaran sesuai dengan fungsinya.
6 Kami sudah melaksanakan pembangunan desa sesuai anggaran yang kami terima.
Sasaran Kegiatan
7 Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditetapkan.
8 Saya mampu melaksanakan kegiatan sesuai tujuan yang ditetapkan.
C. Peran Kuasa Pengguna Anggaran.
No Pernyataan STS TS RR S SS
Tujuan
1 Kepala desa menggunakan anggaran desa untuk pembangunan desa.
2Kepala desa menetapkan anggaran desa sesuai dengan persetujuan bersama.
Efesiensi
3 Kepala desa mengoptimalkan anggaran sesuai yang dibutuhkan.
4 Kepala desa mampu dan bertanggungjawab dalam pengelolaan keuangan desa
Efektivitas
46
5 Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target.
6 Saya mampu memahami standar dalam penyusunan anggaran.
D. Kinerja Perangkat Desa.
No Pernyataan STS TS RR S SS Kualitas
1 Saya melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2 Saya menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang ideal.
3 Pekerjaan yang saya lakukan memiliki tingkat kesalahan yang kecil.
Kuantitas
4 Pekerjaan yang saya hasilkan sesuai target yang diharapkan.
5 Pekerjaan yang saya hasilkan dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
Ketepatan Waktu
6 Saya dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
7 Saya menyelesaikan pekerjaan tidak melebihi waktu yang telah ditentukan.
8 Saya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Efektivitas
9 Saya melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP.
10 Saya mampu mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya
47
yang ada. Kemandirian
11 Saya dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.
12 Saya mampu memecahkan masalah dalam pekerjaannya sendiri.
48