contoh menyajikan research gap. pada · pdf filecontoh menyajikan research gap. pada...

11
CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA PENELITIAN TENTANG PENGEMBANGAN KOLABORASI ANTAR ORGANISASI PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH. Oleh Dr. Faqih Nabhan, MM 1.1 ..... 1.2 ....... 1.3 Research Gap Kolaborasi yang efektif dapat meningkatkan efisiensi operasi, efektifitas organisasi dan kinerja. Erlena, Cerasi dan Daltung (2005) menyatakan bahwa kolaborasi lembaga keuangan memungkinkan efisiensi mendapatkan informasi melalui sharing informasi sehingga meningkatkan kualitas piutang dan kinerja keseluruhan perusahaan. Mereka juga menyatakan bahwa alasan lembaga keuangan melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam meyalurkan dananya pada suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan peningkatan pengawasan. Penyaluran dana bersama akan dapat menguntungkan apabila masing-masing lembaga keuangan memiliki informasi yang sama dan terjadi saling berbagi informasi sehingga meningkatkan efektifitas pengawasan terhadap perusahaan. Ann dan Steve (2006: 1176) menemukan bahwa kolaborasi dengan pertukaran informasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja. Hal ini diperoleh melalui efisiensi biaya, fleksibilitas, kualitas layanan dan pengadaan produk. Kolaborasi struktural hanya berpengaruh terhadap peningkatan fleksibilitas dan pengadaan. Terdapat dukungan empiris bahwa semakin tinggi tingkat kolaborasi antar perusahaan semakin tinggi peningkatan kinerja. Ken dan Nigel (2007: 207) menemukan bahwa semakin tinggi kolaborasi akan meningkatkan keuntungan organisasi melalui peningkatan kinerja. Beberapa peneliti menemukan bahwa kolaborasi tidak selamanya mampu meningkatkan kinerja. Diamond (1984) menyatakan bahwa kolaborasi justru akan menurunkan kinerja karena pengawasan menjadi tidak efisien. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengawasan dapat dilakukan dengan lebih efisien apabila dilakukan pendelegasian kepada

Upload: nguyenbao

Post on 06-Feb-2018

353 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP.

PADA PENELITIAN TENTANG PENGEMBANGAN KOLABORASI ANTAR

ORGANISASI PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH.

Oleh Dr. Faqih Nabhan, MM

1.1 .....

1.2 .......

1.3 Research Gap

Kolaborasi yang efektif dapat meningkatkan efisiensi operasi, efektifitas organisasi

dan kinerja. Erlena, Cerasi dan Daltung (2005) menyatakan bahwa kolaborasi lembaga

keuangan memungkinkan efisiensi mendapatkan informasi melalui sharing informasi

sehingga meningkatkan kualitas piutang dan kinerja keseluruhan perusahaan. Mereka juga

menyatakan bahwa alasan lembaga keuangan melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam

meyalurkan dananya pada suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan peningkatan

pengawasan. Penyaluran dana bersama akan dapat menguntungkan apabila masing-masing

lembaga keuangan memiliki informasi yang sama dan terjadi saling berbagi informasi

sehingga meningkatkan efektifitas pengawasan terhadap perusahaan.

Ann dan Steve (2006: 1176) menemukan bahwa kolaborasi dengan pertukaran

informasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja. Hal ini diperoleh melalui

efisiensi biaya, fleksibilitas, kualitas layanan dan pengadaan produk. Kolaborasi struktural

hanya berpengaruh terhadap peningkatan fleksibilitas dan pengadaan. Terdapat dukungan

empiris bahwa semakin tinggi tingkat kolaborasi antar perusahaan semakin tinggi

peningkatan kinerja. Ken dan Nigel (2007: 207) menemukan bahwa semakin tinggi

kolaborasi akan meningkatkan keuntungan organisasi melalui peningkatan kinerja.

Beberapa peneliti menemukan bahwa kolaborasi tidak selamanya mampu

meningkatkan kinerja. Diamond (1984) menyatakan bahwa kolaborasi justru akan

menurunkan kinerja karena pengawasan menjadi tidak efisien. Lebih lanjut dikatakan bahwa

pengawasan dapat dilakukan dengan lebih efisien apabila dilakukan pendelegasian kepada

Page 2: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

salah satu pihak saja. Kolaborasi lembaga keuangan mengakibatkan duplikasi pengawasan

yang tidak efisien sehingga menurunkan kinerja. Hubungan lembaga keuangan dengan

perusahaan secara ekslusif yang dilakukan dengan pengawasan tunggal menjadi bentuk

penyaluran dana yang optimal, karena pengawasan oleh lembaga keuangan secara tunggal

dapat dilakukan dengan menghindari duplikasi pengawasan. Dalam penelitiannya, Haris dan

Raviv (1979) menemukan bahwa pengawasan yang dilakukan dengan beberapa lembaga

keuangan memunculkan biaya yang lebih tinggi dibanding dengan yang dilakukan oleh

lembaga keuangan secara individual. Hal ini terjadi karena adanya tumpang tindih

pengawasan antara lembaga keuangan pertama dengan lembaga keuangan kedua. Bagian

yang sudah diawasi oleh satu lembaga keuangan, menjadi bagian lembaga keuangan lain

untuk diawasi. Apabila dilakukan oleh satu lembaga keuangan terhadap satu debitur maka

tidak akan terjadi pemborosan biaya pengawasan.

Pengawasan yang dilakukan secara tidak efisien mengakibatkan pengawasan oleh

beberapa lembaga keuangan menyebabkan tidak efisien bagi lembaga keuangan dan debitur.

Bolton dan Scharfstein (1996) menyatakan bahwa biaya pengawasan terhadap satu debitur

yang dilakukan oleh beberapa bank akan mengakibatkan duplikasi pengawasan yang tidak

efisien, dan renegosiasi hutang akan lebih kompleks apabila lebih banyak bank yang terlibat.

Petersen dan Rajan (1994) menyatakan bahwa kolaborasi perbankan dalam penyaluran dana

mengakibatkan peningkatan biaya pengawasan oleh bank dan debitur harus menanggung

biaya bunga bank yang lebih tinggi akibat tidak efisiensinya penyaluran kredit oleh bank. Hal

ini berarti dalam penyaluran dana beberapa bank, baik dari pihak bank maupun perusahaan

(sebagai debitur) harus mengeluarkan biaya lebih banyak.

Kolaborasi antar organisasi dilakukan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya

yang dimiliki sehingga memiliki daya saing yang unggul. Dalam pasar yang kompetitif,

lembaga keuangan berusaha untuk memenangkan persaingan. Begitu pula dalam proses

Page 3: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

penyaluran dana, lembaga keuangan berkompetisi dengan pihak lain, baik sesama bank,

lembaga keuangan mikro, pasar modal, perusahaan modal ventura dan perusahaan

pembiayaan lain, untuk dapat menyalurkan dana dengan tingkat keuntungan yang diinginkan.

Kegiatan pengawasan lembaga keuangan yang dilakukan secara eksklusif (satu

debitur dilayani dan diawasi oleh satu lembaga keuangan) mampu menghasilkan keunggulan

bersaing bagi lembaga keuangan. Kristiansen (2005) menunjukkan bahwa pengawasan

intensif oleh bank akan menghasilkan dua keuntungan, pertama, pengawasan mengurangi

masalah moral hazard debitur. Kedua, pengawasan menciptakan lock-in effects sehingga

pesaing (bank lain) tidak dapat ikut masuk berkompetisi menyalurkan dana.

Hughes (2000; 168-173) menemukan bahwa kolaborasi mampu meningkatkan

keunggulan bersaing (competitive advantage) dengan berorientasi pasar dan alasan efisiensi

produksi. Terdapat hubungan yang kuat antara komponen keunggulan bersaing dengan

kolaborasi (internasional), dan antara bentuk-bentuk kolaborasi (licensing, equity joint

venture, co-development, co-production) dan harapan dampak strategi pada keunggulan

bersaing.

Carleti et.al., (2005) menemukan bahwa kolaborasi lembaga keuangan meningkatkan

daya jangkau layanan nasabah sehingga meningkatkan kualitas layanan dan daya saing dalam

mendapatkan nasabah. Keuntungan yang diperoleh dari hubungan kerjasama antar lembaga

keuangan ini akan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Lembaga keuangan mampu

melayani nasabah yang berada diwilayah yang tidak dapat dijangkau oleh jaringannya

sendiri. Hubungan kerjasama lembaga keuangan meningkatkan kemampuan dalam memasuki

pasar baru lintas geografi dan sektoral. Sektor-sektor yang sebelumnya tidak dapat dilayani

memungkinkan menjadi peluang pasar baru dengan menjalin hubungan kerjasama dengan

lembaga keuangan lain. Hubungan kerjasama dengan lembaga keuangan lain juga akan

meningkatkan pengawasan pada nasabah yang tidak dapat dijangkau oleh bank secara sendiri

Page 4: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

karena adanya kendala lokasi, transportasi, sistem dan peraturan, perbedaan lembaga otoritas

perbankan dan budaya.

Kolaborasi dengan lembaga keuangan lain memungkinkan untuk melakukan lebih

banyak diversifikasi dalam alokasi penyaluran dana. Chiesa (2001) menemukan bahwa

kolaborasi lembaga keuangan memungkinkan lembaga keuangan untuk meningkatkan

kemampuan diversifikasi dan daya saing. Keterbatasan dana yang dimiliki oleh sebuah

lembaga keuangan membatasi lembaga keuangan untuk dapat menyalurkan dananya dengan

tingkat diversifikasi yang tinggi. Diversifikasi yang tinggi mampu menurunkan resiko

investasi dan meningkatkan daya saing yang berkelanjutan.

Meskipun demikian terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa kolaborasi tidak

selamanya berhasil. Zineldin dan Dodourova (2005:460), menyatakan bahwa tingkat

kegagalan dari kolaborasi dalam bentuk aliansi mencapai 70 persen. Park dan Ungson (2001:

37), menyatakan bahwa lima puluh persen dari strategi aliansi mengalami kegagalan. Lebih

lanjut Palakshappa dan Gordon (2007: 264) menemukan dalam penelitiannya bahwa

perusahaan tidak mampu merealisasikan keuntungan dari kegiatan kolaborasi. Perusahaan

yang melakukan kolaborasi juga tidak mampu mendapatkan ketrampilan dan kompetensi

baru dari kegiatan kolaborasi. Tingginya tingkat kegagalan kolaborasi yang dilakukan dalam

bentuk aliansi menimbulkan pertanyaan untuk diteliti lebih lanjut.

Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa kolaborasi memerlukan koordinasi

(Van de ven dan Ring, 1994; Oliver, 1990). Kegiatan koordinasi diantara partner yang

berkolaborasi mendorong saling ketergantungan (Blankerburg, H., et al., 1999). Saling

ketergantungan berarti derajat dapat digantikannya dan tergantungnya masing-masing

perusahaan terhadap partner dalam hal investasi dan sumberdaya (Kauser dan Shaw, 2004).

Penelitian empiris menemukan bahwa dalam kolaborasi aliansi saling ketergantungan

Page 5: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

meningkatkan kinerja (Monckza et al., 1998). Sebaliknya penelitian yang dilakukan Kauser

dan Shaw (2004), menemukan bahwa saling ketergantungan pemasaran dalam kegiatan

kolaborasi tidak berhubungan dengan kinerja, bahkan berpengaruh negatif dengan kepuasan.

Komunikasi dalam kolaborasi memberikan sarana bagi pertukaran informasi dan

pencapaian kesepahaman. Komunikasi memungkinkan bagi masing-masing pihak

menyatukan tujuan kolaborasi dan menyelesaikan masalah bersama. Zeybeck et al. (2003)

menemukan bahwa komunikasi diantara pihak yang berkolaborasi berpengaruh positif

terhadap kinerja. Sementara dalam penelitiannya Sarkar et al. (2001) menemukan bahwa

pertukaran informasi dengan komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

Keinginan untuk melindungi perusahaaan sendiri yang berlebihan menyebabkan keengganan

untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan bagi partner kolaborasi.

Hasil temuan di atas menunjukkan adanya ketidak konsistenan hasil temuan penelitian

kolaborasi kinerja kolaborasi. Sekelompok penelitian menyatakan bahwa kolaborasi mampu

mendorong peningkatan kinerja (Erlena et al., 2005; Dennis M. Garvis, 2000; Ann dan

Steve,2006; dan Ken dan Nigel, 2007), tetapi terdapat kelompok penelitian lain yang

menemukan bahwa kolaborasi justru akan menurunkan kinerja (Diamond, 1984; Haris dan

Raviv, 1979; Bolton dan Scharfstein, 1996; dan Petersen dan Rajan, 1994). Bahkan dalam

penelitiannya Zineldin dan Dodourova (2005) dan Park dan Ungson (2001) ditemukan bahwa

kolaborasi banyak mengalami kegagalan.

Dari telaah beberapa hasil temuan penelitian di atas maka ditemukan inkonsistensi

hasil penelitian kolaborasi antar organisasi dan hasilnya. Berikut disarikan peneliti dan hasil

temuannya yang menunjukkan adanya gap dalam tabel di bawah ini;

Tabel 1.1

Temuan Research Gap

Gap PENULIS TEMUAN

Isu: Kolaborasi antar perusahaan dan kinerja

Page 6: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

Research Gap:

Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh kolaborasi antar perusahaan terhadap

kinerja perusahaan

Kolaborasi

antar

perusahaan

berpengaruh

menurunkan

kinerja

perusahaan

Diamond,

1984

Kolaborasi mengakibatkan duplikasi pengawasan

yang tidak efisien sehingga menurunkan kinerja

Haris dan

Raviv, 1979

Pengawasan yang dilakukan dengan beberapa bank

memunculkan biaya yang lebih tinggi dibanding

dengan yang dilakukan oleh bank secara individual.

Bolton dan

Scharfstein,

1996

Kolaborasi penyaluran dana mengakibatkan

renegosiasi yang komplek

Kolaborasi perbankan menurunkan kinerja akibat

terjadi duplikasi pengawasan yang tidak efisien

Peterson dan

Rajan, 1994

Kolaborasi perbankan dalam penyaluran dana

mengakibatkan biaya yang lebih tinggi

Zineldin, M.

dan

Dodourova,

M., 2005

Kolaborasi tidak memberikan dampak terhadap

inovasi dan pencapaian sinerji

Park, S.H dan

Ungson, G.R,

2001

Setengah dari strategi aliansi mengalami kegagalan.

Palakshappa,

N. Dan

Gordon, M.E,

2007

Perusahaan tidak mampu merealisasikan keuntungan

dari kolaborasi. Perusahaan tidak mampu

mendapatkan ketrampilan dan kompetensi baru

Kolaborasi

antar

perusahaan

berpengaruh

meningkat-

kan kinerja

Erlena, Cerasi

dan Daltung,

2005

Kolaborasi perbankan memungkinkan efisiensi

mendapatkan informasi melalui berbagi informasi

sehingga meningkatkan kualitas piutang dan kinerja

Dennis M.

Garvis, 2000

Kolaborasi berpengaruh positif tehadap kinerja

keuangan dengan kepercayaan sebagai variabel

intervening.

Ann dan

Steve, 2006

Terdapat dukungan empiris yang kuat semakin tinggi

tingkat kolaborasi antar perusahaan semakin tinggi

peningkatan kinerja

Ken dan

Nigel, 2007

Semakin tinggi kolaborasi akan meningkatkan

keuntungan organisasi melalui peningkatan kinerja.

Salah satu hal utama dalam kolaborasi adalah kemampuan organisasi untuk

melakukan koordinasi dan bekerjasama dalam satu tim yang terdiri dari orang-orang yang

berasal lebih dari satu organisasi. Gomes (1999) menyatakan bahwa kolaborasi

membutuhkan kemampuan internal (internal capability) perusahaan untuk mengelola

kerjasama. Kolaborasi menghasilkan akses sumberdaya yang lebih luas dan membutuhkan

kapabilitas untuk dapat menjalankan kolaborasi secara baik.

Page 7: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

Kompetensi kolaborasi telah dianggap sebagai aset yang berharga. Miller dan

Shamsie (1995) menyatakan bahwa sumberdaya berbasis pengetahuan (knowledge-based

resources) dapat berwujud ketrampilan tertentu, termasuk ketrampilan kolaborasi dan

kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan dan pembelajaran bersama secara efektif.

Henderson dan Cockburn (1994) menyatakan bahwa fungsi kapabilitas perusahaan adalah

untuk memanfaatkan sumberdaya, mencipta, memproduksi dan menawarkan hasil melalui

pola tindakan yang berulang-ulang.

1.4 Fenomena empirik

Koperasi di Indonesia telah lama diakui perannya sebagai salah satu elemen penting

dalam perekonomian bangsa. Besarnya harapan terhadap peran koperasi ini tentu saja harus

senantiasa diimbangi dengan upaya dari semua pihak untuk mendukung eksistensinya.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) sebagai bagian dari koperasi yang beroperasi

dengan prinsip syariah memiliki karakteristik yang khas dalam hal tuntunannya untuk

melaksanakan kemitraan dalam akad mudharabah dan musyarakah. Akad ini berbeda dengan

koperasi non syariah.

Keadaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) di Jawa Tengah dapat dijelaskan

dari tabel 1.2. Dari tabel 1.2 tersebut dapat diketahui KJKS di Jawa Tengah ini memiliki asset

yang cukup besar yaitu lebih dari Rp2 triliun dan mampu mencatatkan keuntungan SHU

sebesar Rp134,6 milyar. KJKS di Jawa Tengah juga mampu menyerap tenaga kerja

sedikitnya 5.000 orang. Beberapa indikator ini menunjukkan besarnya kontribusi KJKS bagi

perekonomian daerah terutama di Jawa Tengah. Namun demikian dari 639 KJKS di Jawa

Tengah yang termasuk sebagai koperasi berkategori sehat tidak mencapai 20%. Melihat

keadaan KJKS di Jawa Tengah seperti ini maka perlu untuk terus-menerus didukung salah

Page 8: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

satunya dengan cara penelitian untuk semakin memperkuat pengembangan bisnis koperasi

syariah di Jawa Tengah.

Tabel 1.2

Indikator Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Jawa Tengah

Tahun Buku 2010

NO INDIKATOR KETERANGAN

1 Jumlah 639

2 Tingkat kesehatan:

Sehat 98 19.07%

Cukup Sehat 352 68.48%

Kurang Sehat 49 9.53%

Tidak Sehat 15 2.92%

3 Jml Karyawan 5,125

4 Jml Asset 2,017,520,270,262

5 SHU 134,639,199,962

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Tengah, 2011

Kolaborasi kemitraan telah menjadi salah satu piranti strategik bagi hampir semua

perusahaan yang beroperasi dalam jejaring sistem ekonomi saat ini. Kemitraan dapat

membantu KJKS dalam mempercepat akses pembiayaan, mendapatkan akses ke pasar yang

baru, berbagi resiko keuangan, pengembangan teknologi baru atau mendapatkan efisiensi dari

skala ekonomi (SKKNI-KJK, 2008).

Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang “Perkoperasian” telah mengatur bahwa

koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan

pinjam. Hal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang

“Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi”. Dalam rangka melaksanakan

peran koperasi tersebut maka telah dilakukan kerjasama antara koperasi dengan lembaga

yang lain seperti bank, lembaga keuangan mikro dan BUMN.

Beberapa bukti adanya kolaborasi kemitraan antara koperasi dengan perbankan

melalui dorongan pemerintah khususnya kementerian negara koperasi dan usaha kecil

menengah adalah adanya kredit usaha mikro dan kecil dengan dana Surat Utang Pemerintah

(SUP) nomor SU-005/MK/1999 tanggal 29 Desember tahun 1999. Kolaborasi koperasi

Page 9: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

dengan perbankan juga dilakukan pada program pembiayaan produktif koperasi dan usaha

mikro (P3KUM) pola syariah serta program perkuatan permodalan koperasi dalam rangka

program perempuan keluarga sehat dan sejahtera (PERKASA) pola syariah dan

konvensional. Jumlah dana yang tersalurkan dari kegiatan program kolaborasi koperasi dan

perbankan di atas selama periode tahun 2000 s.d 2006 adalah Rp2,41 triliun dengan

melibatkan 10.593 unit koperasi (Kemenkop dan UKM, 2007). Pada tahun 2006 juga terjadi

kolaborasi kemitraan dalam penyaluran kredit antara bank umum, BPR dan koperasi yang

disebut dengan program kredit kepada lembaga keuangan (KKLK). Kegiatan ini merupakan

kolaborasi antara bank umum dengan BPR/S dan koperasi dengan pola executing.

Meskipun demikian, Soetriono (2004, 2) mengemukakan bahwa saat ini koperasi

secara umum sedang menghadapi permasalahan kurangnya kemitraan usaha yang saling

menguntungkan. Permasalahan lain yang bersifat internal adalah permodalan kurang,

penguasaan teknologi rendah, kurang tangap terhadap berbagai perubahan, organisasi dan

manajemen belum berjalan baik, masih kurangnya kemitraan usaha yang saling

menguntungkan, serta terbatasnya akses pasar. Kendala sumberdaya manusia, manajemen

dan kendala kelembagaan juga menjadi masalah yang membebani koperasi pada umumnya.

Sebagai lembaga intermediasi bank berkepentingan untuk dapat menyalurkan dana

masyarakat pada sektor riil dengan tetap menjaga unsur-unsur prudential banking. Persaingan

dan keterbatasan sumberdaya diantara lembaga intermediasi lain menambah semakin

kompleks pertimbangan bank dalam meningkatkan kinerja penyaluran dananya. Pemerintah

melalui Bank Indonesia mendorong upaya kolaborasi penyaluran dana antara Bank Umum

dengan koperasi dan BPR/S melalui Linkage Program (Bank Indonesia, 2005).

Linkage program adalah program yang disponsori Bank Indonesia untuk

menjembatani kerjasama antara Bank Umum dengan koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat

(BPR). Bank Indonesia melihat program ini sebagai strategi untuk mendorong intermediasi

Page 10: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

dengan memberdayakan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kepada seluruh

komponen dalam industri keuangan. Terkait pilar pertama Arsitektur Perbankan Indonesia

(API), linkage program juga merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing BPR

sekaligus efisiensi pelaksanaan skim kredit Bank Umum (Deputi Gubernur Bank Indonesia,

Maman H. Somantri, 2006).

Melalui linkage program, keterbatasan jaringan yang dialami oleh bank umum dalam

menyalurkan kreditnya dapat diatasi. Sedangkan keterbatasan pembiayaan yang dirasakan

oleh BPR dapat pula diatasi melalui program ini, sehingga melalui linkage program dapat

tercipta sinergi yang akhirnya mampu mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan dan

mengembangkan potensi UMKM. Pada tabel 1.3 ditunjukkan perkembangan kolaborasi

lembaga keuangan secara agregat yang semakin meningkat, hal ini ditandai dengan semakin

bertambahnya bank umum dan BPR/S yang melakukan kolaborasi dan bertambahnya jumlah

plafon kredit.

Tabel 1.3

Jumlah Bank Umum, BPR/S dan Kredit Peserta Program Linkage

di Indonesia

Tanggal Tahap Jumlah Bank

Umum

Jumlah

BPR/S

Jumlah Kredit

(Milyar)

24-8- 2005 I 10 37 Rp10

26-1- 2006 II 13 41 Rp199

20-9- 2006 III 14 117 Rp369

27-12-2006 IV 14 250 Rp549

Sumber: Bank Indonesia, www.bi.go.id , dan Sriwijaya Post, Kamis, 28 Desember 2006 (data

diolah)

Meskipun demikian penyaluran kredit perbankan ke segmen UMKM melalui BPR

dan koperasi dengan skema linkage program belum diselenggarakan secara merata. Pada

tahun 2011 hanya ada 20 bank umum yang membuat kesepakatan untuk melaksanakan

linkage program dengan total nilai kredit Rp 979 miliar (Choir, 2011). Rusli Simanjuntak

(2007) mengatakan bahwa masih ada keraguan dari perbankan melaksanakan linkage

program, bahwa mereka hanya dapat fee based dan margin rendah.

Page 11: CONTOH MENYAJIKAN RESEARCH GAP. PADA · PDF filecontoh menyajikan research gap. pada penelitian tentang pengembangan kolaborasi antar ... 5 shu 134,639,199,962 sumber: dinas koperasi

Terdapat beberapa pendapat yang tidak setuju dengan kegiatan kolaborasi bank umum

dengan BPR/S dalam bentuk linkage program ini. Hal ini menunjukan kekhawatiran terjadi

resiko adverse selection terhadap bank umum. Walaupun terdapat kode etik yang telah diatur

oleh Bank Indonesia, tapi menurutnya penyimpangan oleh oknum bank umum tidak bisa

dibuktikan.

Kekhawatiran BPR/S dan koperasi terhadap ancaman bank umum akan merebut

segmen pasar yang dimiliki menjadi alasan yang cukup kuat terhadap kegiatan kolaborasi.

Aviliani (2006) mengatakan bahwa sangat mungkin terjadi perebutan konsumen antara bank

umum dengan BPR/S dan koperasi, oleh karena itu bank sentral perlu melakukan pengaturan

mengenai pembagian segmentasi pasar yang dapat dilayani oleh bank umum, BPR/S dan

koperasi.

1.5 Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dimulai dari adanya masalah

perbedaan hasil temuan penelitian mengenai keberhasilan kolaborasi, belum ada kesamaan

hasil penelitian konsep-konsep yang terkait dan dapat mendukung keberhasilan kolaborasi

kemitraan seperti telah disajikan pada tabel 1.1. Penelitian terdahulu memberikan sinyalemen

bahwa kapabilitas kolaborasi kemitraan merupakan sumberdaya yang penting dan

mempunyai peran besar dalam mendorong keberhasilan kolaborasi.

Oleh karena itu masalah penelitian yang diajukan dalam penelitian adalah: “Bagaimana

membangun suatu model kapabilitas kolaborasi yang dinamis, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kinerja bisnis bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) di Jawa Tengah”.