analisis gap kompetensi pada pt hm sampoerna …

28
1 ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA Oleh: Edward Otha Kusuma NIM : 212011006 KERTAS KERJA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

1

ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA

Oleh:

Edward Otha Kusuma

NIM : 212011006

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …
Page 3: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …
Page 4: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

2

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jalan Diponegoro 52 -60

����:(0298) 321212, 311881

Telex 322364 ukswsa ia

Salatiga 50711 - Indonesia

Fax. (0298) -3 21433

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

N a m a : Edward Otha Kusuma

N I M : 212011006

Program Studi : Manajemen

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,

Judul : Analisis Gap Kompetensi Pada PT HM Sampoerna

Pembimbing : Neil Semuel Rupidara, SE., M.Sc., Ph.D.

Tanggal di uji : 23 Januari 2015

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain

yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau

simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan

pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru

tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi

sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 23 Januari 2015,

Yang memberi pernyataan,

Edward Otha Kusuma

Page 5: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

3

ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA

Oleh:

Edward Otha Kusuma

NIM : 212011006

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

Disetujui oleh:

Neil Semuel Rupidara, SE., M.Sc., Ph.D. Pembimbing

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 6: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

4

ABSTRACT

This research explain about competence gap in PT HM Sampoerna. This study

based on fact that happened at PT HM Sampoerna in addressing the gap. This

paper’s aim is to explain the process of competence gap, also the considerations and

actions by companies and workers to fit the gap. Competence gap that experienced

by PT HM Sampoerna is due to the demands to adapt the change. Efficiency and

urgency factors require the company took the decision to move people from one

position to another position . This action cause a problem of competence gaps .

Companies addressing the problem by provide training before and after the transition

office . Cultural organizations that implement continuous learning is also support

companies and workers to solve the problems of this competence gap.

Keyword: Gap Competence, Competency , Learning Culture

Page 7: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

5

PENDAHULUAN

Kompetensi adalah prediktor kinerja. Orang akan berkinerja baik atau kurang

tergantung pada kompetensi yang dimilikinya (Linawati & Suhaji, 2012) . Karyawan

yang tidak mempunyai kompetensi yang sesuai untuk pekerjaannya akan berpengaruh

terhadap kinerja. Dari berbagai penelitian tentang kompetensi, para peneliti

memberikan kesimpulan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan, seperti penelitian pada karyawan PT PP London Sumatra Tbk

(Ayuningrum, 2010), pegawai dinas pendidikan di Kabupaten Sukoharjo (Sriwidodo,

2010), penelitian pegawai PT Allianz Life (Listio, 2010), pada Dinas Tenaga Kerja

Bekasi (Murbijanto, 2013) , dan pada karyawan Bank Bukopin cabang Makassar

(Arcynthia, 2013).

Di dalam kompetensi terdapat berbagai komponen yang menunjukkan tolok

ukur kualitas seorang karyawan. Hutapea & Nurianna (2008) mengungkapkan bahwa

ada empat komponen utama pembentukan kompetensi, yaitu pengetahuan yang

dimiliki seseorang, kemampuan, pengalaman, dan perilaku individu. Karena

kompetensi pada umumnya menyangkut kemampuan dasar seseorang untuk

melakukan suatu pekerjaan, maka tanpa adanya kompetensi seseorang akan sulit

menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan. Oleh

karenanya, perusahaan dapat mencapai keberhasilan apabila didukung pegawai yang

berkompetensi tinggi. Dari penjelasan tersebut maka tidak heran jika setiap

perusahaan berusaha mencari karyawan yang mempunyai kompetensi yang sesuai

dengan pekerjaannya.

Namun, tidak semua posisi pekerjaan diisi oleh orang yang kompetensinya

seperti yang dibutuhkan jabatannya itu. Inilah fenomena gap kompetensi. Fenomena

ini terjadi di banyak negara, termasuk negara maju seperti Amerika. Dari berita yang

dilansir oleh www.cnbc.com (Wastler, 2013) pada tanggal 7 September 2013, survei

dari Adecco Staffing AS menunjukkan 92% dari eksekutif senior di AS mengakui ada

kesenjangan serius dalam keterampilan tenaga kerja. Di sisi lain, berdasarkan data

dari worldbank (www.worldbank.org, 2010) , employee skill survey pada tahun 2008

di Indonesia menunjukkan masih terjadi gap kompetensi pada komunikasi dan team

skill sebesar 8,2 dan 7,9. Sesuai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa

kompetensi berhubungan dengan kinerja, maka akan menjadi suatu masalah jika

Page 8: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

6

terjadi gap kompetensi pada diri karyawan di jabatannya. Perusahaan tentu tidak mau

jika karyawannya memiliki kinerja yang buruk.

Dalam dunia kerja di Indonesia kita dapat menjumpai gap kompetensi terjadi

juga pada perusahaan besar sekalipun. Perusahaan rokok sebesar PT HM Sampoerna

pun masih mengalami gap kompetensi pada struktur jabatan. Dari 19 salesman pada

kantor cabang PT HM Sampoerna di Tengaran, Salatiga, 9 salesman adalah karyawan

yang dulunya driver PT HM Sampoerna. Adanya situasi manajerial yang harus

menyesuaikan dengan lingkungan dan strategi perusahaan mendesak atasan untuk

mengambil keputusan managerial dengan memindahkan orang dari jabatan sales

assistant (driver) ke jabatan sales. Keadaan ini menunjukkan adanya dugaan

kesenjangan kompetensi, yaitu tuntutan kompetensi yang dibutuhkan salesman malah

diisi oleh orang-orang yang dulunya adalah driver. Kompetensi yang dimiliki driver

tidak sesuai dengan yang dituntut oleh jabatan salesman. Perusahaan tentunya

menginginkan karyawan yang berkompeten dalam mengisi jabatan itu sendiri, oleh

karena itu PT HM Sampoerna harus dapat mengisi kesenjangan kompetensi tersebut.

Gap kompetensi merupakan hal yang tidak jarang terjadi di dunia kerja.

Namun, di samping gap kompetensi adalah masalah potensial bagi kinerja

perusahaan, pertimbangan apa saja yang menjadi alasan para pengambil keputusan

untuk berani mengambil keputusan yang pada akhirnya dapat menimbulkan gap

kompetensi ini merupakan masalah yang diangkat oleh penelitian ini. Di sisi lain,

bagaimana proses sebelum dan setelah munculnya gap kompetensi juga menjadi

alasan penelitian ini. Analisis terhadap gap kompetensi ini dilakukan di PT HM

Sampoerna cabang Tengaran, Salatiga.

Persoalan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut, persoalan penelitian yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Mengapa terjadi gap kompetensi di PT HM Sampoerna?(termasuk

didalamnya kompetensi apa saja yang teridentifikasi mengalami gap)

2. Bagaimana tindakan perusahaan (dan pekerja) mengisi gap kompetensi

yang terjadi?

Page 9: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

7

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami alasan dan proses PT HM

Sampoerna dalam fenomena gap kompetensi.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini untuk perusahaan adalah untuk mengetahui kesenjangan

kompetensi yang terjadi pada karyawannya dan menjadi bahan pertimbangan dalam

mengadakan pelatihan dan mengembangkan karyawannya.

Manfaat untuk penulis dan pembaca adalah untuk dapat memahami alasan dan

proses dibalik keputusan perusahaan memindahkan seseorang yang mebuka peluang

terjadinya gap kompetensi.

Page 10: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

8

LANDASAN TEORI

Kompetensi

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, perilaku yang

harus dimiliki seseorang dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (Anung,

2010). Hutapea & Nurianna (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga komponen utama

pembentukan kompetensi, yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang, kemampuan,

dan perilaku individu. Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang dimiliki

seseorang karyawan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan

bidang yang digelutinya. Keterampilan (skill) merupakan suatu upaya untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada seorang

karyawan dengan baik dan maksimal. Sikap (attitude) merupakan pola tingkah laku

seorang karyawan/pegawai di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

sesuai dengan peraturan perusahaan. Penjelasan tentang kompetensi tersebut sejalan

dengan apa yang dikemukakan oleh Moeheriono (2009), Marshall (2003), Robbins

(2001), Rivai (2004), Malthis (2006), dan Vathanophas (2007) yang berarti

kompetensi merupakan suatu kemampuan seseorang dengan karakteristik tertentu

yang memiliki hubungan dengan kinerja.

Banyak model kompetensi yang dibangun seperti menurut Vathanophas

(2007) dan Palan (2008), tetapi model tersebut tidak jauh berbeda dengan model

kompetensi menurut Spencer & Spencer (1993). Model yang membentuk suatu

kompetensi menurut Spencer & Spencer (1993) adalah motives, yaitu konsistensi

berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang. Traits,

yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi

tertentu. Self concept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang. Knowledge,

informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Skills, yaitu kemampuan untuk

mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.

Penelitian terdahulu membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh positif

terhadap kinerja. Penelitian pada karyawan PT PP London Sumatra Tbk

(Ayuningrum, 2010) menunjukkan hasil koefisien korelasi antara kompetensi sumber

daya manusia dengan kinerja karyawan memiliki hubungan positif dan signifikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa kompetensi sumber daya

manusia di PT.PP Lonsum, Tbk sudah baik sehingga dapat mempengaruhi kinerja

karyawan. Penelitian pada pegawai Dinas Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo

Page 11: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

9

(Sriwidodo, 2010). Hasil analisis menunjukkan empat variabel independen secara

individual mempengaruhi kinerja karyawan . Variabel kompetensi memiliki pengaruh

dominan terhadap kinerja. Penelitian pada pegawai PT Allianz Life (Listio, 2010)

menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari kompetensi terhadap

kinerja karyawan PT Allianz Life Indonesia wilayah Jawa Barat. Nilai koefisien jalur

yang bertanda positif menunjukkan kompetensi yang makin tinggi akan membuat

kinerja karyawan juga semakin tinggi, maka disimpulkan bahwa kompetensi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Allianz Life Indonesia

wilayah Jawa Barat. Dari hasil pengolahan SEM, menunujukkan kompetensi dengan

indikator pelayanan internal dan eksternal karyawan memiliki pengaruh yang tinggi

terhadap kinerja karyawan, dengan indikator keseringan dalam penyelesaian

pekerjaan. Penelitian pada karyawan Bank Bukopin cabang Makassar (Arcynthia,

2013) menunjukkan bahwa dimensi kompetensi (pengetahuan, keterampilan, perilaku

dan pengalaman kerja) berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan

pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Makassar. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil

perbandingan antara nilai ρ value dari masing-masing variabel kompetensi dengan

kinerja karyawan sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan, keterampilan,

perilaku dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kinerja karyawan, dengan demikian maka hipotesis pertama yang

diajukan terbukti kebenarannya. Penelitian pada kinerja pengelolaan keuangan daerah

pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya (Safwan, Nadirsyah, & Abdullah,

2014) menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan

keuangan daerah.

Gap Kompetensi dan Urgensinya

Gap kompetensi menurut Lutek (Sikora, 2013) adalah “A lack or a deficiency

of abilities” necessary to reach the goals and tasks of the organization or to achieve

the results which the managerial staff regard to be ”attainable” with the existing

material and personnel resources; or achieving the results obtained by the leader or a

group of the best companies in a given industry. “ The difference between the

desirable (in managers’ opinion) competences and the actual ones, and between the

structure and the level of competences owned by the managerial staff and the

desirable or required competences.”

Page 12: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

10

Ini berarti gap kompetensi merupakan kurangnya kemampuan yang diperlukan

untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi kedua menyebutkan bahwa gap organisasi

merupakan perbedaan kompetensi yang dibutuhkan dengan yang sebenarnya. “A

competency gap refers to the absence of a skill in the individual’s profile.” (Zarandi

& Fox,2012) berarti bahwa gap kompetensi merujuk pada hilangnya kemampuan

pada seseorang. “There is usually a divergence between the competences of an

enterprise and those that are necessary to accomplish its goals. It is defined as

competency gap.” (Lutek & Curie, 2011). Hal ini berarti gap kompetensi

mengindikasikan adanya perbedaan kompetensi yang diharapkan suatu perusahaan

dan orang-orang yang diperlukan untuk mencapai tujuannya.

Dari landasan teori tersebut, berarti seseorang yang tidak mempunyai

kompetensi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan pada jabatannya akan menjadi

masalah bagi kinerjanya sendiri. Gap kompetensi merupakan kurangnya kemampuan

seseorang, dimana kompetensi sendiri mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kinerja. Seseorang dituntut mempunyai kompetensi yang sesuai dengan jabatannya.

Metode Pengukuran Kompetensi

Pengukuran kompetensi dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang

tepat sesuai dengan kebutuhan. Menurut Spencer & Spencer (1993) metode

pengukuran meliputi Behavioral Event Interviews (BEI), Tests, Assessment Centers,

Biodata, dan Ratings. Menurut Kusumastuti (2004) terdapat beberapa metode dan

alat ukur yang digunakan dalam pengukuran kompetensi seperti Assessment Center,

Psikotes, Graphology/Astrology/phrenology, Wawancara Perilaku (Behavioral

Event Interview/ Competency Based Interview), Self Assessment, Panel, Penilaian

360, Kuesioner Ordinal/Likert, dan Biodata (Life History Assessment).

Page 13: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

11

Metode Pengisian Gap Kompetensi

Pelatihan sumber daya manusia menurut pendapat Dessler (2003) “Training is

the process of teaching new employees the basic skills they need to perform their jobs.

Training refers to a planned effort to facilitate employees the learning of job-related

competencies”. Dari definisi tersebut, juga dari definisi Kaswan (2011) dan

Mangkunegara (2003) dapat dipahami bahwa training atau pelatihan merupakan

upaya yang dilakukan untuk memberikan pengajaran kepada seseorang karyawan

untuk melakukan pekerjaannya, Semua definisi tersebut berfokus pada pemberian

pelatihan untuk dapat menjadikan karyawan mempunyai kompetensi dalam

melakukan pekerjaannya

Menurut Bangun (2010) metode on the job training merupakan metode yang

paling banyak digunakan perusahaan dalam melatih tenaga kerjanya. Para karyawan

mempelajari pekerjaannya sambil mengerjakan secara langsung. Kebanyakan

perusahaan menggunakan orang dalam perusahaan yang melakukan pelatihan

terhadap sumber daya manusianya, biasanya dilakukan oleh atasan langsung.

Menggunakan metode ini lebih efektif dan efisien, karena disamping biaya pelatihan

yang lebih murah, tenaga kerja yang dilatih lebih mengenal dengan baik pelatihnya.

Adapun empat metode yang digunakan adalah rotasi pekerjaan (job rotation),

penugasan yang direncanakan, pembimbingan, pelatihan posisi. Di lain sisi, Hasibuan

(2005) memaparkan metode pengembangan training tentang classroom methods

adalah metode pertemuan dalam kelas meliputi lecture (pengajaran), conference

(rapat), programmed instruction, metode kasus, role playing, metode diskusi, dan

metode seminar.

Page 14: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

12

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Menurut Moleong (2006) penelitian kualitatif yaitu bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi kasus deskriptif. Studi kasus

deskriptif ini menurut Baxter (2008) “... is used to describe an intervention or

phenomenon and the real-life context” in which it occurred.”

Metode pengumpulan data dan sumber data

Metode kualitatif lazimnya meliputi pengamatan, wawancara dan penelaahan

dokumen (Moleong, 2007). Data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata keterangan

dari narasumber. Menurut Arikunto (2002), sumber data adalah subjek dari mana

data diperoleh. Sumber data tersebut bisa dari person (orang), paper (kertas), place

(tempat). Data ini diperoleh dari sumber aslinya yaitu kantor cabang PT HM

Sampoerna di Tengaran, Salatiga. Dalam hal ini, data merupakan data lisan hasil

wawancara peneliti dengan para karyawan (sales dan supervisor). Menurut Nazir

(2009) wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara

dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara). Mengacu pada (Sugiyono, 2010), wawancara

dilakukan secara semistruktur, yaitu karena disamping peneliti sudah tahu garis besar

permasalahan, peneliti juga ingin lebih menggali lebih dalam informasi yang didapat

dari narasumber. Wawancara yang dilakukan dengan datang langsung ke kantor PT

HM Sampoerna di Tengaran Salatiga yang dapat ditempuh kurang lebih 15 menit dari

rumah peneliti. Wawancara dilakukan pada sore hari saat aktivitas kantor sudah mulai

selesai. Peneliti telah membuat janji terlebih dahulu kepada para mantan sales

assistant yang menjadi responden utama yang akan digali informasinya. Itu pun

peneliti harus cukup lama menunggu karena padatnya tugas para sales ini sehingga

saat peneliti datang masih ada rapat dan ada yang baru kembali dari tugasnya. Saat

menunggu sales yang akan diwawancarai, peneliti aktif mengamati keadaan di kantor

guna menambah ide untuk pertanyaan yang akan diajukan. Peneliti juga berbincang-

Page 15: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

13

bincang dengan sales yang kebetulan duduk di ruang tunggu. Wawancara dilakukan

bertahap, peneliti mengawali wawancara dengan satu orang sales dulu untuk

kemudian dapat mengembangkan pertanyaan untuk sesi wawancara tahap kedua.

Tahap ketiga wawancara sales dilakukan secara informal lewat telepon atau sms

karena sibuknya aktivitas kantor. Wawancara untuk manajer sedikit mengalami

kesulitan karena terdesak masalah kesibukan kerja yang pada akhirnya peneliti tidak

dapat menggali informasi dari manajer. Hal ini juga dikarenakan masalah jarak karena

manajer yang terlibat langsung untuk pemindahan para sales assistant ini berada di

Solo. Di sisi lain, peneliti dapat melakukan wawancara informal dengan supervisor

yang sedikit banyak tahu tentang data-data yang dibutuhkan peneliti.

Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992), terdapat 3 tahap pengolahan data

kualitatif yang disebut interactive model. Tiga tahap tersebut adalah penyajian data (

display data ), reduksi data (data reduction), penarikan kesimpulan (Verification ).

Peneliti menerapkan metode tersebut pada keterangan-keterangan yang telah didapat.

Data yang didapat dari hasil wawancara telah direkam oleh peneliti. Pertama-tama

peneliti mendengarkan hasil wawancara yang telah direkam sebelumnya. Dari hasil

wawancara yang didengar tersebut, peneliti menyaringnya dengan menulis poin-poin

yang penting dari setiap jawaban narasumber. Setelah itu, dari keterangan yang telah

ditulis, peneliti melihat kembali hal-hal yang sama dari setiap jawaban narasumber.

Hal ini dilakukan untuk mendapat gambaran tentang apa yang terjadi di lapangan,

maka dapat ditarik hubungan antara fakta satu dan fakta lainnya sehingga dapat

terlihat pola yang jelas guna justifikasi. Setelah tahap tersebut, data kemudian

dianalisis untuk ditarik sebuah kesimpulan.

Page 16: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

14

TEMUAN PENELITIAN

Perpindahan Jabatan Kerja sebagai Awal Terjadinya Gap Kompetensi

Pada Januari 2013, Pak Adi (mantan sales assistant) menyebutkan memang

telah ada wacana pengalihan kerja sales assistant (driver) menjadi sales di Solo.

Perpindahan jabatan kerja dari sales assistant (driver) ke sales pada PT HM

Sampoerna Salatiga cabang Tengaran tersebut menurut penjelasan dari Pak Albert

(Supervisor) merupakan salah satu tindakan yang dilatarbelakangi pertimbangan

tertentu. Tindakan tersebut dilakukan karena efisiensi. Manajemen level atas

menginginkan dikuranginya lini bawah sales asistant (driver) menjadi sales

sepenuhnya dengan mengalihkan pekerjaan driver ke perusahaan penyedia tenaga

kerja (outsourcing). Hal ini menjadikan semua driver yang sekarang adalah orang luar

yang bukan sales assistant. Fenomena perpindahan dari sales assistant (driver) dengan

mengangkat semua driver juga dikarenakan faktor urgensi sehubungan dengan

dibukanya kantor cabang baru di Tengaran Salatiga. Perusahaan beranggapan bahwa

pengisian job sales pada pembukaan kantor cabang baru Tengaran Salatiga pada awal

2014 dengan mencari orang dari luar (eksternal) akan memakan banyak waktu.

Adanya keputusan tersebut menimbulkan masalah gap kompetensi. Menurut

keterangan dari Pak Albert (Supervisor) 9 dari 11 sales assistant yang ditawari job

sales ini memilih untuk menerimanya. Alasan utama mereka menerima tawaran yang

juga didalamnya ada unsur perintah adalah masalah gaji. Ternyata, 4 dari 5 sales yang

telah diwawancarai yaitu Pak Budi, Pak Rudi, Pak Andre, dan Pak Galih menjelaskan

bahwa faktor utama yang mereka pertimbangkan adalah gaji yang lebih besar dari

jabatan mereka sebelumnya. Pak Budi (mantan sales assistant) contohnya, berkata,

”Gaji kan selisihnya kalau dari driver ke sales hampir separuh.” Ada yang merasa

pekerjaan sales lebih mempunyai prestise daripada pekerjaan driver yang sekedar

menyetir, seperti yang dikatakan oleh Pak Rudi , ”Kalo secara sosial dilihat itu lebih

gagah, karena seragamnya beda, mas.” Pekerjaan sales juga diterima karena adanya

alasan untuk pengembangan karir dari pekerjaannya dulu. Hal ini juga dikemukakan

oleh Pak Galih (mantan sales assistant) yang dalam tanggapannya secara cepat dia

memaparkan, ”Siapa sih yang tidak mau naik grade?” Ada juga yang menolak untuk

menerima tawaran tersebut. Pak Albert selaku Supervisor dan Pak Andre (mantan

sales assistant) pun menyebutkan bahwa orang-orang ini biasanya sudah terlalu tua

Page 17: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

15

dan memang tidak mau untuk menerima tawaran tersebut, orang-orang yang menolak

ini kemudian mundur dari pekerjaan. Dari 5 sales yang diwawancarai menyebutkan

mereka merasa telah cukup yakin karena mereka sudah cukup memahami atau punya

pengetahuan tentang job sales itu sendiri, Pak Budi (mantan sales assistant ) misalnya,

berkata ”Nah, untuk kalau masalah itu bisa atau tidak, kita kebetulan setiap harinya

kan jalan dengan salesman, apalagi kita saling tukar ilmu.”

Perpindahan jabatan kerja tersebut berlangsung selama 2 tahap di mana

pertama-tama perusahaan hanya meminta orang-orang pilihan supervisor pada

pertengahan tahun 2013 , namun pada bulan oktober 2013, menurut Pak Adi (mantan

sales assistant) ada perubahan dari manajemen level atas dimana mereka memutuskan

untuk mengangkat semua sales asisstant (driver) yang ada karena membutuhkan

tenaga sales banyak untuk kantor cabang baru di Tengaran, Salatiga. Dari proses

tersebut lahirlah sales-sales dari sales assistant (driver) yang sekarang bekerja di PT

HM Sampoerna kantor cabang Tengaran Salatiga.

Identifikasi Gap Kompetensi Akibat Perpindahan Jabatan Kerja

Pada dasarnya, ada gap kompetensi antara uraian jabatan sales assistant

(driver) dan uraian jabatan sales itu sendiri. Berdasarkan standar kompetensi yang

didapat, Pak Albert (Supervisor) menjelaskan bahwa kompetensi yang dibutuhkan

untuk sales assistant adalah achievement orientation, integrity, dan integrity & co-

operation. Kompetensi yang dibutuhkan untuk seorang sales adalah achievement

orientation, customer service orientation, integrity, dan integrity & co-operation. Ini

berarti menunjukkan adanya kesenjangan pada jenis kompetensi customer service

orientation. Pada tingkat kesesuaian kompetensi pekerjaan dengan kompetensi yang

dimiliki oleh pekerja juga mengalami gap. Hal ini tampak dari penjelasan mantan

sales assistant yang diwawancarai. Pak Rudi (mantan sales assistant) mengatakan

kalau sales assistant (driver) dituntut untuk mempunyai pengetahuan tentang berbagai

hal yang berkenaan dengan aktivitas sales itu sendiri. Beliau sendiri menambahkan

kalau dirinya masih harus banyak belajar untuk itu. Pak Rudi (mantan sales assistant)

berkata, “Kalau kita punya program, kita harus tau program itu apa , harus display

apa, harus ngecer apa, hadiahnya apa.” Di lain sisi, pada job sales sendiri, menurut

Pak Rudi (mantan sales assistant), “Pekerjaan sales tidak hanya berjualan saja, tetapi

kita lihat di mana itu ada konsumen, di mana itu ada keramaian, di mana toko, analisa

Page 18: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

16

pasar, mau ada program apa, di area mana kita harus tau.” Menurutnya, sales dituntut

lebih dari pekerjaan sales yang terdahulu karena selain dapat menawarkan produk

atau program-program yang telah ada, sales juga harus dapat melakukan analisis pasar

dan menentukan sendiri langkah yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan karena

belakangan ini job marketing tersebut telah dilebur menjadi job sales. Hal yang

selanjutnya menurut Pak Rudi (mantan sales assistant) adalah sales dituntut dapat

berorientasi kepada customer dan dapat melakukan edukasi kepada toko. Hal ini

menurutnya membuat beliau masih harus banyak belajar. Hal yang sama juga

disampaikan oleh Pak Galih (mantan sales assistant) kalau dirinya juga merasa

mempunyai kemampuan yang baru setelah menjadi sales.

Proses Penyesuaian Kompetensi

Adanya keputusan perpindahan job Sales Assistant (driver) menuju ke Sales

oleh pihak managemen atas memang merupakan langkah yang memerlukan

penyesuaian kompetensi. Langkah ini dilakukan tidak semata-mata karena tindakan

yang bersifat spekulatif. Dari pengalaman sales yang dulunya berasal dari sales

assistant ini, dapat dilihat sebenarnya pihak manajemen telah berupaya melakukan

penyesuaian kompetensi sebelum mengambil keputusan tersebut. Awalnya

manajemen level atas menghendaki supervisor merekomendasikan orang-orang dari

sales asisstant yang dianggap mampu dalam pekerjaan sales itu sendiri. Proses

penyesuaian kompetensi sudah dilakukan baik sebelum maupun sesudah para sales

assistant (driver) ini menjadi sales.

• Sebelum menjadi sales

Menurut Pak Albert (Supervisor), orang orang yang dikirim pada tahap

pertama (pertengahan tahun 2013) berdasarkan pertimbangan sikap kerja secara

subjektif (feeling) dan performanya dilihat dari pencapaian target mereka karena

mereka dulunya adalah orang-orang yang bersama-sama dalam satu tim sales. Maka

jika timnya berhasil, dapat dikatakan sales assistant ini juga dianggap berkinerja baik.

Pengiriman orang-orang tersebut pun telah dilakukan dan sempat menghasilkan

beberapa orang yang telah disetujui menjadi sales salah satunya adalah Pak Rudi dan

Pak Agung. Namun pada bulan Oktober 2013, menurut Pak Adi (mantan sales

Page 19: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

17

assistant) ada perubahan dari manajemen level atas dimana mereka memutuskan

untuk mengangkat semua sales asisstant (driver) yang ada. Selanjutnya, orang-orang

tersebut mendapatkan training menjadi sales. Pak Rudi (mantan sales assistant)

menambahkan training tersebut dilakukan ke seluruh sales assistant di semua kantor

cabang sehingga dibutuhkan jadwal training yang memang harus bergantian. Sales

assistant ini mendapat jadwal in class training setiap hari kamis tiap minggunya.

Materi yang diberikan pada in class training ini adalah pengenalan job sales dan

pengantar seputar konsep bisnis bagaimana Sampoerna memandang bisnis rokok.

Sales assistant yang telah mengikuti training hanya dapat mengetahui hasil peserta

yang baik biasanya hanya 3 orang yang diumumkan, proses ini berlanjut seterusnya

sampai proses training selesai. Pak Adi (mantan sales assistant ) berkata manajemen

memutuskan untuk memberi kesempatan bagi mereka yang masih mendapat nilai

jelek dalam proses training tersebut karena kebetulan perusahaan juga sedang

membutuhkan sales banyak.

Usaha penyesuaian kompetensi juga telah dilakukan jauh sebelum adanya

pelatihan yang diberikan kepada sales assistant ini, dari 5 driver yang diwawancarai,

mereka mengatakan bahwa driver sudah terbiasa mendapat ilmu dari sales yang

bersama-sama dengan mereka dulunya. Ini juga sudah menjadi budaya dari PT HM

Sampoerna untuk selalu belajar dan membagikannya kepada pekerja yang lain. Pak

Budi (mantan sales assistant) menyebutkan, ”Kalo di Sampoerna itu istilahnya kalau

orang Jawa bilang, tukar ilmu atau tukar kawruh sudah menjadi wajib Sampoerna.”.

Semua sales yang diwawancarai juga mengatakan bahwa atasan selalu memberi saran

dan perintah jika driver hendaknya dapat bertukar peran (role) setidaknya sekali

dalam seminggu untuk menjadi sales. Hasilnya, driver yang telah bertukar peran dapat

menggunakan handheld, sebuah alat untuk melakukan pencatatan order barang. Pak

Rudi dan Pak Adi (mantan sales assistant ) mengutarakan bahwa mereka telah merasa

mempunyai kemampuan dalam hal menganalisis pasar yang memang dibutuhkan

dalam pekerjaan sales itu sendiri.

• Sesudah menjadi sales (proses dalam job baru)

Setelah mendapatkan training, sales assistant ini saatnya untuk menghadapi

job sales yang sesungguhnya. Walaupun telah menerima pelatihan baik pada in class

training dari segi materi (pengenalan konsep bisnis Sampoerna) dan praktek saat on

Page 20: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

18

the job training (bertukar peran), awalnya driver juga mengalami beberapa kendala

saat menjadi sales. Semua driver yang diwawancarai mengakui masih adanya

kesulitan beradaptasi dalam mengoperasikan teknologi. Mereka masih bingung

menggunakan komputer. Perusahaan sebenarnya telah berupaya untuk meningkatkan

kemampuan karyawan dalam hal penguasaan teknologi. Pak Budi (mantan sales

assistant) menyebutkan bahwa semua sales di Sampoerna wajib mempunyai laptop

dan handphone yang modern. Walaupun demikian, semua driver yang diwawancarai

mengaku masih kesulitan untuk beradaptasi dengan teknologi. Pak Rudi (mantan sales

assistant ) misalnya, dia sudah sempat mencoba mengisi kekurangan tersebut dengan

berniat untuk mengikuti kursus, tetapi dia mendapat semangat dari teman sesama

sales dengan menawarkan bantuan untuk mendapat pengajaran komputer. Di lain sisi,

Pak Galih (mantan sales assistant) mengaku masih kesulitan untuk dapat

berkomunikasi dengan owner toko dan melakukan pendekatan konsumen. Pak Galih

(mantan sales assistant) yang merasa belum dapat melakukan pendekatan konsumen

dan berkomunikasi dengan baik, berinsiatif untuk mempelajari setiap kali atasannya

berbicara dengan owner toko/konsumen. ”Saya belajar dari mereka yang senior itu

bicara ke toko dan bagaimana mereka mengambil hati, mengetahui apakah owner

toko penguasa atau apa,” kata Pak Galih (mantan sales assistant). Ada juga yang

merasa susah untuk menerima materi-materi dalam bahasa inggris. Hal ini dialami

oleh Pak Adi (mantan sales assistant) ,beliau menjelaskan umumnya materi

kebanyakan dalam bentuk materi dan Pak Adi (mantan sales assistant) bertanya

langsung ke atasan saat ada bahasa yang tidak ia pahami, karena umumnya semua

materi dan istilah yang digunakan dalam bidang sales itu sendiri adalah menggunakan

bahasa inggris. Dari semua driver yang diwawancarai, mereka mengatakan peluang

untuk dapat berdiskusi dengan atasan sangat sering dilakukan untuk membantu

mereka yang mengalami kesulitan pada pekerjaannya.

Page 21: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

19

PEMBAHASAN

Perusahaan PT HM Sampoerna melakukan perubahan organisasi guna

efisiensi. Perubahan organisasi umumnya peralihan kondisi masa kini yang mengacu

pada kondisi masa depan guna meningkatkan efektifitas dan efisiensinya (Lili , 2007).

Robbins (2003) menyebutkan bahwa organisasi menghadapi lingkungan dinamik

yang menyebabkan timbulnya keharusan untuk berubah. Perubahan yang dilakukan

adalah penggantian lini bawah sales assistant menjadi sales sepenuhnya. Menurut

Winardi (2005), pada hakekatnya tipe perubahan organisasi meliputi perubahan

struktur dan orang dimana mencakup perubahan wewenang dan rancang ulang

pekerjaan. Pemangkasan lini bawah sales assistant menjadi sales telah menimbulkan

masalah gap kompetensi. Lili (2007) menambahkan perubahan pada tingkat basis

kelompok dapat mempengaruhi desain pekerjaan.

Perusahaan PT HM Sampoerna dalam mempertahankan eksistensinya juga

melakukan succession planning. Program succession planning adalah sistem yang

kompleks yang di desain untuk menjaga kesejahteraan organisasi (Jackson &

Schuller, 1990). Kuswati (2009) menyebutkan seleksi dalam succession planning

dilakukan melalui seleksi internal saja, artinya siapa saja karyawan yang siap dengan

jabatan tertentu yang sedang dibutuhkan atau bila tidak, siapa yang akan disiapkan

enam bulan kedepan untuk jabatan tertentu dari dalam perusahaan tanpa melihat

eksternal SDM, dengan kriteria seleksi pada skills dan pengalaman saja. Adanya

keadaan yang yang mengharuskan PT HM Sampoerna untuk menyesuaikan dengan

perubahan mengakibatkan gap kompetensi. Succession planning yang dilakukan

tidak lagi melihat kompetensi yang benar-benar cocok untuk pekerjaan sales, maka

hal ini mengakibatkan gap kompetensi. Hal ini terbukti dengan kompetensi customer

orientation yang masih belum banyak dimiliki oleh para mantan sales assistant.

Motif karyawan yang mau menerima pekerjaan dikarenakan gaji juga

mengakibatkan kesesuaian kompetensi yang jauh dari harapan, mereka hanya

menerima pekerjaan berdasarkan kebutuhan gaji dan bukan karena mereka memiliki

kompetensi yang sesuai. Dari alasan-alasan yang dipaparkan para sales untuk

menerima tawaran dari perusahaan, sebenarnya hal ini merupakan alasan wajar,

mengingat menurut Abraham Maslow (1970) manusia mempunyai kebutuhan dasar

diantaranya adalah basic needs, safety needs,love needs, esteem needs, self

Page 22: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

20

actualitation needs. Seseorang dapat mengambil keputusan dengan didasari oleh

kebutuhan dasar ini. Kebutuhan hidup dasar kebanyakan dipengaruhi oleh uang, hal

ini juga menyebabkan keputusan sales assistant untuk menerima pekerjaan sales.

Kebutuhan esteem needs atau kebutuhan untuk dihargai juga merupakan alasan yang

dipertimbangkan dalam pengambilan tawaran pekerjaan, begitu juga halnya dengan

kebutuhan aktualisasi diri/pengembangan. Karyawan yang menerima tawaran untuk

menjadi sales juga mempertimbangkan masalah status sosial. Hal ini juga sejalan

dengan yang disebutkan oleh Saydam (2000) bahwa status dan kedudukan tertentu

adalah dambaan setiap karyawan dalam bekerja di perusahaan.

Gap kompetensi adalah suatu resiko yang telah diperhitungkan oleh PT HM

Sampoerna. Tindakan untuk mengisi gap tersebut telah dilakukan sebelum dan

sesudah keputusan dibuat. Hariandja (2007) menyatakan terdapat beberapa alasan

pentingnya pelatihan dilakukan, diantaranya karena pegawai yang baru direkrut sering

kali belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan. Pemberian

training setelah perpindahan jabatan dengan cara diskusi juga dilakukan PT HM.

Hariandja (2007) menyebutkan training penting untuk dilakukan karena perubahan

dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja; meningkatkan daya saing perusahaan;

ataupun untuk menyesuaikan peraturan yang ada.

PT HM Sampoerna menekankan budaya saling belajar satu sama lain seperti

yang dikatakan oleh Pak Budi, ”Kalo di Sampoerna itu istilahnya kalau orang Jawa

bilang, tukar ilmu atau tukar kawruh sudah menjadi wajib Sampoerna.” Pedler

(Ortenbald, 2010) menambahkan suatu organisasi pembelajaran adalah organisasi

yang salah satunya mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara individu

terdorong untuk belajar dan mengembangkan potensi penuh mereka serta memperluas

budaya belajar. Gap kompetensi yang berpotensi menyebabkan adanya penurunan

kinerja mampu ditutupi PT HM Sampoerna dengan melakukan budaya organisasi

pembelajaran. Perusahaan tersebut terus mendorong para karyawannya untuk terus

membudayakan saling tukar ilmu dan belajar satu sama lain sehingga diharapkan

karyawan yang tidak memiliki kompetensi yang sesuai dapat menghasilkan kinerja

yang baik. Kebiasaan ini secara tidak langsung menciptakan kompetensi yang

diinginkan perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Fitriati & Tobing

(2009) yang menemukan bahwa organisasi pembelajaran memiliki hubungan positif

dan signifikan terhadap peningkatan kompetensi karyawan. Hidayat (2008) juga

menemukan jika organisasi pembelajaran turut berpengaruh terhadap kompetensi

Page 23: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

21

seseorang. Selanjutnya learning organization dapat menciptakan kompetensi inti

(Huseno, 2011). Menurut Yeo’s (Budiharjo & Purnama, 2009) pembelajaran secara

kolektif antar anggota dalam organisasi akan dapat memengaruhi kinerja perusahaan

sehingga dapat memberikan competitive advantage bagi organisasi tersebut.

Menciptakan organisasi pembelajaran (learning organization) akan membuat

karyawan, kelompok, maupun organisasi secara konstan mengembangkan

kapasitasnya untuk mencapai hasil optimal, yang lazim disebut kinerja. Marsick &

Watkins (Budiharjo & Purnama, 2009) juga menyatakan bahwa budaya organisasi

yang mendukung pembelajaran dapat mendorong peningkatan kinerja. Pada

kenyataannya orang-orang yang diangkat ini dapat lebih mudah dalam mengerjakan

pekerjaan barunya dikarenakan adanya kebiasaan di perusahaan untuk selalu belajar

dan bertukar peran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Pak Budi (mantan sales

assistant) dimana PT HM Sampoerna sendiri membiasakan adanya budaya saling

belajar antara karyawannya sehingga hal ini dapat lebih membantu perusahaan dalam

mengatasi gap kompetensi yang terjadi. Menurut Harrison (2002) salah satu budaya

organisasi adalah budaya pendukung (support culture) yaitu budaya dimana ada

kelompok yang mendukung seseorang yang mengusahakan terjadinya integrasi dan

seperangkat nilai bersama dalam organisasi tersebut, dan suatu waktu dapat terjadi

adanya perubahan dengan menanamkan budaya untuk belajar terus menerus. Hal ini

sejalan dengan Rivai (2003) yang mengatakan bahwa budaya organisasi dibuat untuk

meningkatkan prestasi kerja, yang berarti erat kaitannya dengan kemampuan

seseorang tersebut dalam meningkatkan kemampuan pada pekerjaannya.

Page 24: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

22

KESIMPULAN

1. Kondisi gap kompetensi terjadi karena masalah-masalah managerial yaitu

keputusan organisasi untuk melakukan efisiensi di perusahaan dan adanya faktor

urgensi. Para pekerja yang menyadari adanya kemampuan yang kurang, menerima

tawaran yang diberikan karena adanya hal-hal yang menjadi kebutuhan dasar seperti

gaji yang lebih tinggi. Hal ini juga menjadi penyebab terjadinya gap kompetensi di PT

HM Sampoerna. Jenis kompetensi yang mengalami kesenjangan adalah kompetensi

customer orirentation, dimana sales lebih dituntut untuk dapat melakukan pendekatan

ke customer dan dapat melakukan edukasi pada pelanggan. Sedangkan pada saat

menjadi sales assistant ( driver) hanya dituntut untuk sekedar tahu.

2. Perusahaan PT HM Sampoerna cabang Tengaran Salatiga menghadapi gap

kompetensi dengan cara melakukan upaya-upaya penyesuaian kompetensi sebelum

dan sesudah perpindahan jabatan. Upaya dilakukan secara terus menerus sehingga

diharapkan karyawan dapat semakin dekat dan sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan pada pekerjaaan itu sendiri. Tindakan yang dilakukan sebelum

perpindahan adalah training on the job training dan in class training, sedangkan

training yang diberikan setelah perpindahan lebih banyak mengarah pada on the job

training dan diskusi. Di lain sisi, penerapan budaya belajar yang dilakukan oleh PT

HM Sampoerna sebelum dan sesudah perpindahan jabatan sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan proses penyesuaian kompetensi tersebut.

Page 25: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

23

IMPLIKASI TEORI

Perencanaan sumber daya manusia pada suatu organisasi seringkali

menimbulkan masalah gap kompetensi. Perusahaan seringkali dihadapkan pada

pilihan yang sulit dalam mengatur sumber daya manusianya. Keadaan ini disebabkan

oleh perusahaan sebagai organisasi tidak dapat menghindar dengan lingkungan yang

dinamis. Perusahaan harus dapat menyesuaikan dan mampu beradaptasi dengan

segala perubahan yang terjadi. Perencanaan sumber daya manusia yang telah

diprogram sedemikian rupa dapat berubah dikarenakan adanya perubahan lingkungan,

yang dipengaruhi baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Perusahaan harus

dapat mengambil keputusan yang bersifat praktis kaitannya dalam merespon

perubahan yang terjadi. Keputusan yang diambil perusahaan dalam bidang sumber

daya manusia bisa saja menyebabkan masalah gap kompetensi. Gap kompetensi

merupakan masalah potensial yang berkaitan dengan kinerja karyawan. Hal ini boleh

saja terjadi, asal perusahaan harus dapat melakukan penyesuaian kompetensi yang

terjadi akibat gap yang timbul tersebut. Perusahaan dapat secara dini melakukan

upaya penyesuaian kompetensi dengan melakukan training sebelum timbulnya gap

kompetensi. Perusahaan sebaiknya juga melakukan training setelah gap tersebut ada,

kedua cara ini dapat lebih efektif jika perusahaan terus menerus membangun budaya

belajar dalam organisasinya sehingga karyawan yang mengalami masalah gap

kompetensi dapat lebih mudah dalam beradaptasi mengisi kekosongan kompetensi

yang terjadi.

Page 26: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

24

DAFTAR PUSTAKA

Anung, P. (2010). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Negeri

Dipekerjakan Pada Kopetis Wilayah V Yogyakarta. JBTI Volume 1 nomor 1 .

Anonym. (2010). Retrieved from www.worldbank.org.

Arcynthia, L. (2013). Analisis Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.

Bank Bukopin, Tbk Cabang Makassar. Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Hasanuddin Makassar .

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Ayuningrum, W. (2010). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja

Karyawan Di PT PP London Sumatera Tbk, Medan. Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sumatera Utara Medan .

Bangun, W. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Erlangga.

Baxter, P. A. (2008). Qualitative Case Study Methodology. Study Design.

Budiharjo, A. & Purnama, M. (2009). Peran Budaya Pembelajaran dan Knowledge

Management. Jurnal Manajemen Bisnis. Integritas

Dessler, G. (2003). Human Resource Management Tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall

Hariandja, M. T. E. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan, Pengembangan,

Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta : Grasindo.

Hasibuan, Malayu S.P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta :

Bumi Aksara

Harisson, R. (2002). Understanding your Organization’s Character. Harvard Business

Review. May-June: 119-128

Hidayat, D. S. (2008). Strategi Membangun Kompetensi Organisasi Dalam Rangka

Meningkatkan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Jawa Tengah. Program Studi

Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Huseno, T. (2011). Learning Organization Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia Dalam Era Globalisasi. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Fakultas

Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

Hutapea, P., & Nurianna, T. (2008). Kompetensi Plus. Jakarta: PT Gramedia.

Jackson, S.,E & Schuller, R.,S. (1990). Human Resource Planning: Challenges for

Industrial/Organizational Psichologist. American Psichologist

Page 27: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

25

Kaswan. (2011). Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja SDM.

Bandung: Alfabeta.

Kusumastuti, D. (2004). Implementasi SDM Berbasis Kompetensi-Pengukuran Kebutuhan

Kompetensi Jabatan. Lembaga Manajemen Pemerintahan Daerah.Bandung.

Kuswati, R. (2009). Succession Management: Upaya Human Resource Planning Menuju

Success Corporate. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lili, K. F. (2007). Perubahan dan Pengembangan Organisasi. Equilibrium3 No. 5.

Linawati, & Suhaji (2012). Pengaruh Motivasi, Kompetensi, Kepemimpinan dan Lingkungan

Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT Herculon Carpet Semarang).

Jurnal Akuntansi Perilaku No 4 Volume 2 .

Listio, R. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Kerja Terhadap Karyawan PT Allianz

Life Indonesia Wilayah Jawa Barat.Program Pasca Sarjana Bandung .

Lutek, A. S. & Curie, M. (2011). Organizational Competency Gap And Methods Of Its

Reduction. Skłodowska University. Poland

Malthis, R. L. (2006). Human Resource Management. Jakarta: Salemba Empat.

Mangkunegara, A. P. (2003). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Bandung. Penerbit Refika Aditama.

Marshall, P. (2003). Mengapa Beberapa Orang Lebih Sukses Dari Yang Lainnya?. PT

Bhuana Ilmu Populer.

Maslow, A. B. (1970). Motivation and Personality. New York: Harper & Row Publisher

Miles, B. d. (1992). Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press Jakarta.

Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Ghalia Indonesia.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Cetakan keduapuluh

dua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Murbijanto, R. E. (2013). Analisis Pengaruh Kompetensi Kerja Dan Lingkungan Kerja Fisik

Terhadap Kinerja Pegawai. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro

Semarang .

Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia.

Ortenbald, A. (2010). Organisasi Pembelajaran dan Pembelajaran Organisasi. Sekolah Pasca

Sarjana ITB Bogor.

Palan, R. (2008). Competency Management. Cetakan kedua. Jakarta Pusat: PPM.

Prihadi, S. 2004. Kinerja, Aspek Pengukuran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Page 28: ANALISIS GAP KOMPETENSI PADA PT HM SAMPOERNA …

26

Rivai, Vl.(2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rivai, V. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi Kedua. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Robbins, S. (2001). Perilaku Organisasi Jilid I. Jakarta: Prenhallindo.

Robbins, S. (2003). Organizational Behavior. Pretince Hall

Safwan, N, & Abdullah, S. (2014). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap kinerja

pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah daerah Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal

Akutansi Pascasarjana Univerritas Syiah Kuala .

Saydam, G. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource) Suatu Pendekatan

Mikro. Jakarta: Djanbatan.

Sikora, U. S. (2013). Reducing Competence Gap And The Interprise’s Effectivenes. Maria

Curie-Sklodowska University, Poland

Spencer, L. M. & Signe M. Spencer. 1993. Competence Work: Model for Superior

Performance. John Wiley and Sons, Inc.

Sriwidodo, U. (2010). Pengaruh Kompetensi, Motivasi, Komunikasi Dan Kesejahteraan

Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidkan. Fakultas Ekonomi Universitas Slamet

Riyadi Surakarta .

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumarno. (2008). Analisis Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Malang

Intermedia Pers2008. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang .

Tobing, S. Y. L. & Fitriati, R. (2009). Pengaruh Organisasi Pembelajar terhadap Kompetensi

Pegawai Bank. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. Bisnis & Birokrasi.

Vathanophas, V. d. (2007). Competency Requirements for Effective Job Performance in The

Thai Public Sector. Contemporary Management Research, Bangkok Vol.3 , No.1 , 45-

70

Wastler, A. (2013, 9 7). Retrieved from http://www.cnbc.com/id/101012437.

Wijono, S. (2010). Psikologi Industri & Organisasi : Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi

Sumber Daya Manusia edisi revisi. Jakarta: Kencana

Winardi. (2005). Manajemen Perubahan. Jakarta: Kencana

Zarandi, M. F. & Fox, M. S. (2012). Reasoning about Skills and Competencies. University of

Toronto, Toronto, Canada.