tersandung kenaikan cukai pilihan investor asing menilik...

1

Upload: vuongkien

Post on 10-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PORTOFOLIO 5Kontan Selasa, 24 Juli 2018

■SAHAM ■AKSI EMITEN

Aksi beli asing bisa jadi sinyal untuk

mengamati fundamental saham tersebut.

Hadrian, Head of Marketing Universal Broker Indonesia

Menilik Tren Saham Pilihan Investor AsingPekan lalu, BBCA dan PTBA membukukan net foreign buy terbesar

JAKARTA. Sepanjang tahun ini, investor asing lebih cende-rung meninggalkan bursa sa-ham domestik. Ini tercermin dari net sell asing Rp 50,08 triliun sejak awal tahun hing-ga Senin (23/7).

Kendati demikian, ada se-jumlah saham yang masih jadi buruan investor asing. Data RTI menunjukkan, asing ter-catat banyak menanamkan duit di saham Bank Central Asia (BBCA) dan Bukit Asam (PTBA). Masing-masing me-norehkan net foreign buy se-besar Rp 751,17 miliar dan Rp 270,67 miliar dalam kurun waktu sepekan terakhir.

Direktur Investa Saran Man-diri Hans Kwee mengatakan, investor asing kembali me-nyesuaikan portofolio, seiring ketidakpastian global yang berkembang. Ini membuat asing keluar dari sejumlah sa-ham. “Mereka sudah untung besar dan profi t taking,” kata dia, Senin (23/7).

Selain itu, potensi kenaikan yield investasi di Amerika Se-rikat (AS) akibat kenaikan

suku bunga The Federal Re-serve membuat pemodal asing memilih meletakkan dana di negeri Paman Sam tersebut. Meski memindahkan sebagian besar portofolio, namun asing masih tetap masuk ke sejum-lah saham tertentu. Hans me-nilai, rilis laporan keuangan semester I-2018 bisa mendo-rong asing kembali menam-bah posisi di dalam negeri.

Lihat fundamental

Rovandi, analis Trimegah Sekuritas, menjabarkan, net buy asing terlihat pada chart BBCA yang masih bullish. Sementara IHSG dan saham sektor perbankan turun.

Menurut dia, dalam jangka pendek, BBCA akan terkorek-si dengan support dan resis-tance di rentang 23.000-23.500. Namun, jangka panjang masih berpeluang uptrend.

Namun Head of Marketing Universal Broker Indonesia, Hadrian, mengingatkan, in-vestor jangan secara memba-bi-buta mengikuti asing dan masuk membeli saham yang diburu asing. Ia menyebut, aksi beli asing bisa jadi sinyal

untuk mengamati fundamen-tal saham tersebut. “Acuan investor tetap kepada senti-men dan fundamental saham yang diminati asing,” papar Hadrian, kemarin.

Menurut dia, kinerja BBCA hingga Mei 2018 memang ma-sih solid. Penyaluran kredit masih tumbuh 13,37% year on year menjadi Rp 486,5 triliun. Namun, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia ke-mungkinan berdampak pada lesunya kredit.

Terkait PTBA, lanjut Hadri-an, fundamentalnya masih kuat. Hingga semester I-2018, penjualan batubara mencapai Rp 10,52 triliun, naik 17,27% yoy. Porsi ekspor meningkat menjadi 51,14% atau setara dengan Rp 5,38 triliun.

Tahun lalu, porsi penjualan ekspor hanya Rp 3,14 triliun atau 35%. "PTBA dapat me-manfaatkan dengan baik tren pelemahan rupiah. Laba PTBA naik 50% menjadi Rp 2,61 trili-un," paparnya.

Tapi nasib berbeda terjadi pada saham Indah Kiat Pulp & Paper (INKP). Sebelumnya, sa-ham produsen kertas ini juga jadi buruan asing. Sebulan ter-

akhir, asing mencetak net buy Rp 216,07 di saham ini.

Tapi, seminggu terakhir, asing mencetak net buy sebe-sar Rp 202,39 triliun. Ini terja-di lantaran harga kertas dunia mulai bergerak turun.

Analis Panin Sekuritas Wil-liam Hartanto menuturkan, saham INKP saat ini bergerak menurun di bawah indikator MA20. "Indikasi kurang bagus, namun bila ada akumulasi asing saat harga menurun, bisa jadi pertanda saham ini masih bagus," kata dia.

William menyarankan wait and see untuk INKP. Investor bisa masuk saat harga terko-reksi ke kisaran 16.800-17.500.

Sedangkan harga BBCA dan PTBA, kata William, kondisi-nya berbanding terbalik de-ngan INKP yang sudah naik tinggi. Kedua saham ini baru saja breakout. Jadi akumulasi asing sangat wajar jika diiringi dengan kenaikan harga.

Saran William, beli BBCA dan PTBA dalam jangka pen-dek dengan target harga ma-sing-masing 25.000 dan 5.000. Kemarin, BBCA ditutup di 23.350, PTBA di level 4.310 dan INKP seharga 18.275. ■

Yoliawan Hariana

HM Sampoerna Hampir Tersandung Kenaikan CukaiJAKARTA. Kenaikan cukai rokok rupanya turut membe-rikan imbas negatif terhadap emiten rokok. Salah satu yang terkena adalah PT HM Sam-poerna Tbk (HMSP).

Berdasarkan laporan Phillip Morris International (PMI), volume penjualan produk Sampoerna dengan merek A Mild tercatat sebesar 10,17 miliar batang di kuartal dua tahun ini. Jumlah ini turun 4,2% dibanding kuartal I-2017.

Jika diakumulasikan, penju-alan A Mild paruh waktu ta-hun ini sebesar 18,79 miliar batang, turun 8,4% dibanding semester I-2017. "Ada kenaik-an harga di atas infl asi, pada saat yang bersamaan daya beli belum pulih," tulis manajemen PMI dalam keterangan resmi.

Seperti diketahui, pemerin-tah menaikkan tarif cukai ha-sil tembakau 10,04 % beberapa waktu lalu. Pemberlakuannya dimulai 1 Januari 2018.

Akibat kenaikan cukai, pro-

dusen rokok menaikkan harga di pita cukai. Untuk A Mild, harganya naik jadi sekitar Rp 19.000 per bungkus, dari sebelumnya sekitar Rp 15.000. Untuk harga eceran, nilainya bisa lebih tinggi, yakni sekitar Rp 21.000 per bungkus.

Tapi, ini bukan cuma terjadi pada HMSP. Hal tersebut ter-cermin dari penurunan volu-me penjualan rokok secara nasional sebesar 0,6% jadi 75,2 miliar batang secara kuartal-an, dan turun 1,5% jadi 144,5 miliar batang secara tahunan.

Beruntung, volume penjual-an merek Dji Sam Soe bisa mengompensasi penurunan penjualan. Penjualan secara kuartalan justru naik 43% menjadi 6,88 miliar batang. Sedang secara tahunan, kena-ikannya sebesar 46,5% menja-di 13,57 miliar batang.

Kenaikan penjualan Dji Sam Soe ditambah turunnya kon-sumsi rokok nasional membu-at penguasaan pasar HMSP

meningkat. Semester I-2018, pangsa pasarnya naik jadi 33,2% dari sebelumnya 32,8% di periode yang sama tahun sebelumnya.

Christine Natasya, analis Mirae Asset Sekuritas Indone-sia, mengatakan, HMSP masih memberikan sinyal positif. Emiten produsen rokok ini punya kemampuan menjaga pangsa pasar. Tapi, bertahan-nya pangsa pasar HMSP dito-pang oleh produk dengan harga jual lebih rendah. "Ini menimbulkan kecenderungan margin turun," imbuh Christi-ne, Senin (23/7).

Dengan mempertimbang-kan hal tersebut, sembari me-nunggu kinerja keuangan HMSP akhir pekan ini, Chris-tine merekomendasikan hold HMSP dengan target harga Rp 3.750 per saham. Kemarin, saham HMSP naik 2,93% ke level Rp 3.870 per saham.

Dityasa Hanin Forddanta

KINERJA EMITEN■

Waskita Precast Mencairkan Pembayaran Rp 5,21 Triliun

JAKARTA. Posisi arus kas PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) kembali positif. Hal ini terwujud seiring dengan masuknya sejumlah pemba-yaran termin ke kantong anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) tersebut.

Sebelum batas waktu paruh waktu tahun ini berakhir, per-usahaan ini menerima pemba-yaran termin senilai Rp 5,21 triliun. "Itu pembayaran dari proyek yang sedang berjalan, Becakayu, Bocimi, Cibitung-Cilincing dan lainnya," ujar Sekretaris Perusahaan WSKT Ratna Ningrum, Senin (23/7).

Pembayaran termin terse-but merupakan piutang terta-gih. Pencatatannya pun meng-ubah posisi arus kas.

Di semester I-2017, arus kas dari aktivitas operasi WSBP minus Rp 1,54 triliun. Namun, karena ada pembayaran yang masuk, posisinya di semester satu tahun ini menjadi surplus Rp 52,39 miliar.

Potensi WSBP mengantongi tambahan pemasukan juga masih terbuka lebar. Sebab, awal pekan ini WSBP mengan-tongi kontrak baru sekitar Rp 300 miliar. Sehingga, kon-trak baru WSBP sekarang bertambah jadi Rp 3,27 triliun

dari Rp 2,97 triliun per semes-ter I-2018.

Namun, Ratna belum berse-dia mengungkapkan berasal dari mana kontrak baru terse-but. "Belum bisa dipublikasi-kan karena masih menunggu konsolidasi dengan induk," tambah Ratna.

Sepanjang semester I-2018, WSBP membukukan penda-

patan Rp 3,84 triliun, naik 44% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedang laba bersihnya naik 58% men-jadi Rp 690,68 miliar.

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menye-but, prospek WSBP di tahun ini cukup positif. Sebab, WSBP merupakan perusaha-an penunjang induk usaha. "Pemerintah Indonesia masih fokus pada infrastruktur, se-hingga prospeknya masih po-

sitif," ujar Bertoni.Direktur Investa Saran Man-

diri Yohanis Hans Kwee me-nuturkan, sebagai produsen bahan baku konstruksi, per-usahaan precast sangat diun-tungkan dengan adanya pro-yek infrastruktur. "Karena saat perusahaan konstruksi dapat dana, mereka dapat uang lebih dulu," kata Hans.

Cuma memang, investor perlu mencermati beberapa sentimen negatif yang muncul belakangan. Hans menyebut, pasar khawatir pada semester kedua tahun ini belanja peme-rintah lebih rendah, karena penerimaan pajak yang tak terlalu bagus.

Dia juga menyebut, tekanan pada nilai tukar rupiah bisa menyebabkan pemerintah memangkas belanja infra-struktur, untuk mengurangi impor bahan baku dan barang modal.

Meski ada berbagai risiko tersebut, Hans tetap bullish dan merekomendasikan buy saham WSBP dengan target harga Rp 345 per saham hing-ga akhir tahun. Kemarin, sa-ham WSBP turun 0,52% ke le-vel Rp 382 per saham.

Dian Sari Pertiwi

ARUS KAS EMITEN■

Cairnya

pembayaran

proyek membuat

arus kas menjadi

positif.

Pergerakan Indeks Sektoral di BEI Periode 16-23 Juli 2018

1.428,6016 Jul '18

1.462,8423 Jul '18

Perubahan : 2,40%

Agrikultur

Sumber: Bloomberg

772,7116 Jul '18

770,4023 Jul '18

Perubahan : -0,30%

Industri Dasar

2.447,2416 Jul '18

2.451,5123 Jul '18

Perubahan : 0,17%

Barang Konsumer

1.035,6516 Jul '18

1.037,1023 Jul '18

Perubahan : 0,14%

Keuangan

1.068,4516 Jul '18

1.106,2023 Jul '18

Perubahan : 3,53%

Infrastruktur

2.009,6316 Jul '18

2.021,1623 Jul '18

Perubahan : 0,57%

Tambang

1.174,5916 Jul '18 1.171,96

23 Jul '18

Perubahan : -0,22%

Industri Lain-lain

444,1016 Jul '18

449,7323 Jul '18

Perubahan : 1,27%

Konstruksi & Properti

883,9416 Jul '18

853,5123 Jul '18

Perubahan : -3,44%

Perdagangan

KONTAN/Carolus Agus Waluyo

WSBP sepanjang semester I 2018 membukukan pendapatan Rp 3,84 triliun.

langgeng
Typewriter
24 Juli 2018, Kontan | Hal. 5