contoh bab i,ii,iii 8 des10

52
DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN...................................1 1.1 LATAR BELAKANG....................................1 1.2 MASALAH PENELITIAN................................3 1.3 TUJUAN PENELITIAN.................................4 1.4 PEMBATASAN MASALAH................................4 1.5 SITEMATIKA PENULISAN..............................4 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA................................6 2.1 SISTEM JARINGAN JALAN.............................6 2.1.1 Sistim Jaringan Jalan Primer...............6 2.1.2 Sistem Jaringan Jalan Sekunder..............7 2.2 KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA....................7 2.2.1 Pembagian Jalan Berdasarkan Status..........8 2.2.2 Pembagian Jalan Berdasarkan Fungsi dan Peranan...........................................9 2.3 KATEGORI PEKERJAAN BIDANG JALAN...................9 2.4 STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN JALAN..........14 2.5 PEMBIAYAAN JARINGAN JALAN........................17 2.6 PENANGANAN PRASARANA JALAN.......................20 2.7 INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ).....................21 2.8 KINERJA JARINGAN JALAN BERDASARKAN INDEKS AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS......................23

Upload: agrifadhil

Post on 12-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asd

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1

1.2 MASALAH PENELITIAN............................................................................3

1.3 TUJUAN PENELITIAN................................................................................4

1.4 PEMBATASAN MASALAH........................................................................4

1.5 SITEMATIKA PENULISAN.........................................................................4

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA..................................................................................6

2.1 SISTEM JARINGAN JALAN.......................................................................6

2.1.1 Sistim Jaringan Jalan Primer...........................................................6

2.1.2 Sistem Jaringan Jalan Sekunder.......................................................7

2.2 KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA......................................................7

2.2.1 Pembagian Jalan Berdasarkan Status...............................................8

2.2.2 Pembagian Jalan Berdasarkan Fungsi dan Peranan..........................9

2.3 KATEGORI PEKERJAAN BIDANG JALAN..............................................9

2.4 STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN JALAN......................14

2.5 PEMBIAYAAN JARINGAN JALAN.........................................................17

2.6 PENANGANAN PRASARANA JALAN....................................................20

2.7 INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ)........................................................21

2.8 KINERJA JARINGAN JALAN BERDASARKAN INDEKS

AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS.........................................................23

2.8.1 Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Aksesibilitas..............23

2.8.2 Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Mobilitas...................23

2.9 METODE PREDIKSI MARKOVIAN.........................................................24

2.10 PENDAPATAN ASLI DAERAH................................................................24

Page 2: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

2.10.1 Pajak Daerah...................................................................................25

2.10.2 Retrebusi Daerah............................................................................25

2.10.3 Perusahaan Daerah.........................................................................26

BAB 3 METODOLOGI.......................................................................................27

3.1 KERANGKA PENELITIAN........................................................................27

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data.............................................................27

3.1.1 Teknik Analisis Data......................................................................28

3.2 KEBUTUHAN DANA UNTUK SEKTOR JALAN....................................28

3.2.1 Penetapan Kriteria Alokasi Dana Pengelolaan Jaringan Jalan.......28

3.2.2 Prioritas Kegiatan Pengelolaan Jaringan Jalan...............................29

Page 3: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Jalan merupakan salah satu elemen transportasi darat yang ditujukan untuk

memudahkan orang atau barang dalam melakukan pergerakan dari tempat asal

menuju ke tempat tujuan yang penyediaan dan pengelolaannya sepenuhnya

dilaksanakan oleh pemerintah, sebagai salah satu kewajibannya dalam penyediaan

pelayanan public (Oglesby, 1954). Jalan sebagai salah satu sarana transportasi

yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat mempunyai peranan yang

penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan perwujudan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (UU No. 38 Tahun 2004). Jalan mempunyai

peran yang sangat strategis, ini dapat dilihat bahwa jalan melayani sekitar 80% -

90% dari seluruh angkutan barang dan orang (Rantetoding, 2003). Apalagi setiap

tahun panjang jalan terus bertambah akibat adanya pembangunan jalan baru untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan prasarana jalan

yang dapat menjangkau ke pelosok-pelosok daerah.

Kota Sungai Penuh baru berdiri selama dua tahun yaitu pada tahun 2008,

yang sebelumnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Dasar terbentuknya Kota Sungai Penuh adalah undang – undang No. 25 Tahun

2008, tentang pembentukan Kota Otonom Sungai penuh, disahkan dengan

Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 98, tanggal 21 Juli 2008. Disamping

sebagai ibukota dan pusat pemerintahan, Kota Sungai Penuh juga masih

dimanfaatkan Kabupaten Kerinci sebagai pusat pengumpul distribusi hasil-hasil

pertanian sekaligus, perdagangan, dan sosial ekonomi masyarakat.

Jalan sebagai salah satu aset infrastruktur daerah perlu di kelola serta

difungsikan secara optimal. Sesuai dengan karakteristiknya, jalan akan cenderung

Page 4: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan

pada perkerasan jalan. Untuk memperlambat kecepatan penurunan kondisi dan

mempertahankan kondisi pada tingkat yang layak, jaringan jalan tersebut perlu

penanganan pemeliharaan yang baik. Penanganan yang kurang baik, selain

mempercepat proses kerusakan jalan juga sekaligus akan berdampak pada

kebutuhan untuk biaya pemeliharaan yang semakin besar pula.

Pengelolaan jaringan jalan dan pembiayaan jaringan jalan suatu hal yang

tidak dapat dipisahkan karena Jalan sebagai penunjang pembangunan suatu daerah,

hendaknya mendapatkan suatu alokasi dana yang cukup untuk bisa

mempertahankan jalan tersebut tetap dalam kondisi baik. Ketersediaan dana adalah

merupakan kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan dana bagi

penanganan jalan(Haris.S 2010).

Kota Sungai Penuh memiliki panjang jalan 179,73 km. Kondisi jalan di

Kota Sungai Penuh terdiri dari, kondisi baik 95,60 km (53,19%), kondisi sedang

25,20 km (14,02%) dan kondisi rusak 58,93 km (32,79%).

Pada tahun 2009 Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh

mengalokasikan dana untuk penanganan jaringan jalan sebesar Rp.1.448.135.000,

terdiri dari pemeliharaan jalan sebesar Rp. 491.976.000 dan untuk peningkatan

jalan sebesar Rp.956.159.000.

Sedangkan pada Tahun Anggaran 2010 alokasi dana untuk penanganan

jalan sebesar Rp. 34.291.945.000, terdiri dari pemeliharaan jaringan jalan sebesar

Rp. 4.472.374.000, dan untuk peningkatan jaringan jalan Rp.29.819.571.000

Dari uraian diatas terlihat bahwa kondisi jalan di Kota Sungai Penuh 50%

dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan Kota Sungai Penuh yang baru berdiri

masih mendapat alokasi anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand)

kabupaten Kerinci dan provinsi Jambi untuk membiayai seluruh kegiatan

daerahnya. Namun kondisi ini apakah masih bisa dipertahankan setelah alokasi

alokasi anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand) pemerintah kabupaten

dan provinsi tidak ada lagi.

Page 5: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Pada umumnya daerah-daerah kabupaten termasuk Kota Sungai Penuh

yang baru berdiri selama 2 (dua) tahun memiliki sumber pendapatan yang terbatas

sehingga dana yang diperuntukkan untuk sektor jalan pun terbatas pula, karena

dana yang ada dipakai untuk membiayai seluruh kegiatan daerah dalam satu tahun

anggaran yang bersumber dari anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand)

kabupaten Kerinci dan provinsi Jambi yang hanya disediakan selama 3 (tiga)

tahun sejak Kota Sungai Penuh dibentuk (UU No. 25 tahun 2008). Besarnya dana

yang disediakan untuk penanganan jalan sangat tergantung dari besarnya Dana

Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), potensi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang dimiliki, besarnya kebutuhan kegiatan rutin dan besarnya

biaya yang digunakan untuk pembangunan sektor lain.

Dengan keterbatasan dana tersebut, dalam menetapkan suatu anggaran

hendaknya disertai dengan melakukan pemantauan terhadap penggunaan anggaran

tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui apakah anggaran yang

dialokasikan sudah dapat memenuhi harapan yang ingin dicapai. Seperti

penggunaan anggaran yang dialokasikan untuk sektor jalan belum ada

evaluasinya. Dengan demikian dampak penggunaan anggaran tersebut belum

dapat diukur. Pengalokasian anggaran untuk sektor jalan diharapkan dapat

mengujudkan suatu jaringan jalan yang mempunyai kinerja yang baik. Kinerja

jaringan jalan yang baik akan dapat membantu pemerintah daerah dalam rangka

mengujudkan tujuan pembangunan yaitu mencapai masyarakat yang sejahtera.

1.2 MASALAH PENELITIAN

Karena Kota Sungai Penuh merupakan kota yang baru disahkan dan pada

saat ini dan sampai tahun 2011 masih menerima dana hibah (block grand) dari

Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Provinsi Jambi yang memekarkan

wilayahnya (UU No. 25 tahun 2008), maka masalah yang akan dibahas adalah :

a. Berapakah jumlah kebutuhan dana dalam pengelolaan keseluruhan jaringan

jalan di kota Sungai Penuh pada saat ini.

Page 6: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

b. Apakah dana APBD cukup untuk pengelolaan jaringan jalan di kota Sungai

Penuh setelah tidak menerima dana hibah (block grand) dari Pemerintah

Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Provinsi Jambi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui berapa jumlah kebutuhan dana pengelolaan jaringan

jalan di kota Sungai Penuh.

b. Memprediksi kebutuhan dana pengelolaan jaringan jalan di kota Sungai

Penuh selama lima tahun kedepan.

c. Mencari Alternatif sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk

pembiayaan jaringan jalan di kota Sungai Penuh.

1.4 PEMBATASAN MASALAH

Pengkajian pembiayaan pengelolaan jaringan jalan ini dibatasi hanya pada

masalah:

a. Ruas – ruas jalan yang dikaji adalah jaringan jalan kolektor primer di kota

Sungai Penuh provinsi Jambi.

b. Sumber dana pembiayaan yang digunakan hanya untuk membiayai

pengelolaan jaringan jalan di kota Sungai Penuh provinsi Jambi.

1.5 SITEMATIKA PENULISAN

Tesis ini akan terbagi dalam lima bagian, yaitu bagian pendahuluan,

bagian kajian literatur, bagian gambaran wilayah studi, bagian pendekatan dan

metodologi, bagian analisa dan pembahasan dan bagian penutup berupa

kesimpulan dan saran.

Secara keseluruhan dapat dirincikan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang yang menyoroti pengelolaan dan masalah

pembiayaan jaringan jalan di kota Sungai Penuh.

Page 7: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang dasar-dasar teori yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan

jalan, pembiayaan jaringan jalan dan metode analisa yang dipakai dalam

penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang metode penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik

pengelolaan data yang dipakai dalam penelitian.

BAB 4 DATA DAN ANALISA

Berisikan tentang lokasi studi, data dan pengolahan data dengan analisis kinerja

jaringan jalan yang terjadi selama ini, dilihat dari indeks Prasarana Jalan (IPJ),

efisiensi, efektifitas serta indeks aksesbilitas dan indeks mobilitas, perdiksi

kerusakkan dan pembiayaan jalan.

BAB 5 PENUTUP

Merupakan bagian penutup dari penelitian ini berisikan tentang kesimpulan dari

hasil analisa data dan saran-saran studi lanjutan.

Page 8: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SISTEM JARINGAN JALAN

Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, jalan adalah prasarana

transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah

dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan

jalan kabel. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peranan

penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik,

pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat. Sistem jaringan jalan merupakan kesatuan ruas jalan yang saling

berhubungan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dalam wilayah yang berada

dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hierarki. Penyusunan sistim

jaringan jalan dilakukan dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan

dengan memperhatikan keterhubungan antar dan/atau di dalam kawasan

perkotaan, dan kawasan pedesaan. Sistem jaringan jalan dibedakan atas sistem

jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder

2.1.1 Sistim Jaringan Jalan Primer

Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalandengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untukpengembangan semua wilayah

di tingkat nasional, yang menghubungkansemua simpul jasa distribusi yang

berwujud pusat-pusat kegiatan.Penyusunan sistem jaringan jalan primer dilakukan

Page 9: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

dengan mengikuti rencana tata ruang dan memperhatikan keterhubungan antar

kawasan perkotaan yang merupakan pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

a. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan

wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan.

b. Menghubungkan antar kegiatan nasional

2.1.2 Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder merupakan system jaringan

jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untukmasyarakat di

dalam kawasan perkotaan.

Penyusunan sistem jaringan jalan sekunder ini dilakukan dengan

mengikuti rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten yang menghubungkan

secara menerus kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi

sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya

sampai ke persil.

2.2 KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA

Menurut Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, sesuai

dengan peruntukkannya jalan dibedakan atas,

a. Jalan Khusus

b. Jalan Umum

Jalan khusus yaitu jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan

atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri dan bukan diperuntukkan

bagi lalu lintas dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.

Termasuk jalan khusus antara lain adalah jalan dalam kawasan pelabuhan, jalan

kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di kawasan industri

dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah.

Sedangkan jalan umum adalah jalan diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan

umum dapat dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas. Untuk

mencapai tujuan penyelenggaraan jalan, maka system jaringan jalan di Indonesia

Page 10: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

diatur menurut fungsi, peran dan kewenangan pengelolaannya. Aturan yang

berlaku di Indonesia mengenai jalan adalah Undang-undang nomor 38 tahun 2004

tentang Jalan.

2.2.1 Pembagian Jalan Berdasarkan Status

Berdasarkan status atau yang bertanggung jawab dalam pembangunan

dan pengelolaannya jalan dikelompokkan sebagai berikut,

a. Jalan Nasional adalah jalan arteri dan kolektor dalam system jaringan jalan

primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, jalan strategis nasional,

serta jalan tol. Wewenang penyelenggaraan jalan nasional ada pada

pemerintah pusat melalui Menteri Pekerjaan Umum. Wewenang ini berkaitan

dengan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan

b. Jalan Propinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang

menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar

kota, atau antar ibukota kabupaten, atau ibukota kabupaten dengan kota, atau

jalan strategis propinsi. Wewenang penyelenggaraan jalan propinsi ada pada

pemerintah propinsi. Wewenang ini berkaitan dengan pengaturan, pembinaan,

pembangunan, dan pengawasan.

c. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang

tidak termasuk pada jalan nasional dan propinsi yang menghubungkan

ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan,

ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal,

dan jalan strategis kabupaten, serta jaringan jalan sekunder di daerah

kabupaten. Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten ada pada pemerintah

kabupaten.

d. Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, menghubungkan antar

pusat permukiman dan berada di dalam kota. Kewenangan penyelenggaran

jalan ini dilakukan oleh pemerintah kota.

Page 11: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

e. Jalan Desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dalam desa

dan antar pemukiman, serta jalan lingkungan. Wewenang penyelenggaraan

jalan desa ada pada pemerintah kabupaten

2.2.2 Pembagian Jalan Berdasarkan Fungsi dan Peranan

Didalam pengelompokan sistem jaringan jalan primer dan sekunder, tiap

ruas dalam sistem tersebut mempunyai fungsi masing - masing yakni sebagai

arteri, kolektor, lokal atau lingkungan.

a. Jalan Arteri, jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan

jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara

berdaya guna.

b. Jalan Kolektor, jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagi dengan

ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan

masuk dibatasi.

c. Jalan Lokal, jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk

tidak dibatasi.

d. Jalan Lingkungan, jalan yang melayani angkutan lingkungan dengan ciri-ciri

perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rendah.

2.3 KATEGORI PEKERJAAN BIDANG JALAN

Penyelenggara jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan,

dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan

jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan (UU No: 38

Tahun 2004). Jenis-jenis pekerjaan jalan dibagi dalam tiga kelompok besar

sebagai berikut :

a. Pembangunan Baru

Pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk meningkatkan jalan tanah atau

jalan setapak agar dapat dilalui kendaraan roda empat. Karena kondisi jalan

yang berat ini, umumnya biaya yang diperlukan mahal dan memerlukan

pekerjaan tanah yang besar pula.

Page 12: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

b. Pekerjaan Peningkatan

Dapat dikatakan untuk meningkatkan standar pelayanan dari jalan yang ada,

baik membuat lapisan jadi lebih halus seperti pengaspalan jalan terhadap

jalan yang belum di aspal atau menambah lapis tipis aspal beton (HRS)

kepada jalan yang menggunakan lapis penetrasi (LAPEN); atau menambah

lapisan struktural yang berarti untuk memperkuat perkerasannya; atau

memperlebar lapisan perkerasan yang ada.

c. Pekerjaan Pemeliharaan

Pemeliharaan jalan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang diberikan hanya pada lapis

permukaan berupa perbaikan ringan yang bersifat reaktif dan pada ruang

milik jalan (rumija) seperti bahu jalan, selokan samping untuk

meningkatkan kualitas berkendaraan, tanpa meningkatkan kekuatan

struktur dan dilakukan menerus sepanjang tahun. Pemeliharaan rutin

umumnya dilakukan pada jalan dengan kondisi baik.

2) Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan

pada waktu-waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya

meningkatkan kemampuan struktur jalan. Pemeliharaan berkala dapat

berupa tindakan pencegahan (preventif), pelapisan ulang lapis permukaan

(Resurfacing) dan rekonstruksi perkerasan.

Tabel 2.1 Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan (Departemen PU, 2005)

Katagori Kegiatan Tipe Kegiatan UraianAktivitas Kegiatan yang dilaksanakan

Pemeliharaan Rutin Pekerjaan tersebut

dilaksanakan tiap tahun

Dananya dialokasikan tiap tahun

Mempunyai siklus tertentu (cyclic)

Kegiatan pemeliharaan rutin yang dilakukan secara terjadwal dengan interval tertentu untuk mengantisipasi akibat dari pengaruh lingkungan

Jalan beraspal/tidak beraspal : Pembersihan jalan

dan bangunan pelengkap jalan

Pengendalian tanaman/pemotongan rumput

Pemeliharaan gorong-gorong dan saluran drainase

Page 13: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

sampingKeadaan/kondisi kerusakan yang ada (reactive)

Kegiatan perbaikan kerusakan jalan secara responsif berdasarkan kondisi kerusakan yang terjadi untuk mengantisipasi

Jalan Beraspal: Taburan Pasir

(Sanding) Laburan Aspal Pasir

Setempat(local sealing)

Katagori Kegiatan Tipe Kegiatan UraianAktivitas Kegiatan yang dilaksanakan

Page 14: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Pencegahan(Preventive)

kerusakan ringan akibat pengaruh lalu lintas dan lingkungan

Penambahan lapis tipis aspal pada permukaan guna memperbaik integritas permukaandan sebagai lapis kedap air namun tidak meningkatkan kekuatan struktur dari perkerasan

Penyumbatan Retak (cracksealing)

Penambalan Permukaan/Perataan Permukaan (skinpatching/ filing in)

Penambalan struktural (deeppatching)

Penambalan Kerikil Setempat(spot regraveling/ patching)

Perataan Bahu dan lereng(filling on shoulder and slopes).

Perbaikan Drainase(improvement drainase)

Perbaikan Bahu Jalan(shoulder improvement)

Jalan Tidak Beraspal: Perbaikan Lubang

(Potholes) Perbaikan Alur Dragging Grading

Jalan Berasapal: Laburan Aspal

Taburan Pasir– BURAS (Resealing)

Lapis Tipis Aspal Pasir – LATASIR/ HRSLapis Bubur Aspal (Slurry Seal)

Page 15: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Katagori Kegiatan Tipe Kegiatan UraianAktivitas Kegiatan yang dilaksanakan

Pelaburan(Resurfacing)

Penambahan lapispermukaan gunamemperbaiki integritas dan kedap air dan tidak untuk meningktakan kekuatan strukutr dari perkerasan

Jalan Beraspal: Laburan Permukaan

Aspal (Surface Dressing), yaitu Burtu dan Burda.

Lapis Tipis Aspal Beton – LATASTON (Thin Overlay)

Jalan Tidak Beraspal: Regravelling

Pelapisan Tambah(Overlay)

Penambahan teballapisan perkerasandengan tebal tertentuguna meningkatkanintegritas struktural dan menginkatkan kekuatan struktur dari perkerasan

Jalan Beraspal: Lapis Penetrasi

Macadam – LAPEN (Macadam).Lapis Aspal Beton – LASTON (Asphalt Concrete).

RekonsruksiPerkerasan(PavementReconstruction)

Mengganti sebagian atau keseluruhan dariperkerasan dankemudian menambahnya dengan yang baru untuk meningkatkan itegritas struktural dan kekuatanstruktur perkerasan

Jalan Beraspal: Inlay Mill and Replace Full pavement

Recosntruction

Pemeliharaan Khusus(Special Works) Pekerjaan tsb tidak

dapat dipastikan diawal.

Dibutuhkan dana khusus/ dana kontigensi & dapat dimasukkan kedalam pemeliharaan tahunan.

Pekerjaan Darurat (Emergency works)

Penanganan jalan secara darurat untuk jalan yang terhambat atau tertutup akibat bencana alam atau kecelakaan kendaraan.

Jalan Beraspal/ Tdk Beraspal: Penanggulangan

Kecelakaan kendaraan.

Penanggulangan Bencana alam.

Pemeliharaan rutin dan penanganan yang tepat pada waktunya merupakan

hal yang menentukan dalam mempertahankan kinerja pelayanan jalan dengan

biaya yang seminimal mungkin. Keterlambatan dalam penanganan jalan akan

berakibat bertambahnya biaya yang diperlukan. Dengan demikian alokasi

anggaran harus dapat memprioritaskan penanganan pemeliharaan jalan.

Pemeliharaan jalan yang baik dan berkesinambungan akan dapat memperpanjang

Page 16: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Produk pembangunan baru

Pemeliharaan berkala

Peningkatan

Batas mantap

Tanpa pemeliharaan

Pemeliharaan rutinTingkat pelayanan

Waktu

Jalan mantap

umur pelayanan jalan karena dapat menunda kerusakan jalan seperti terlihat dalam

siklus kondisi jalan yang ditunjukkan didalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Hubungan kondisi dan umur (masa layan) jalan

(Puslibang Prastrans,2005)

Menurut M. Y. Shahin, pekerjaan penanganan jalan dibedakan atas

pekerjaan pemeliharaan (maintenance), dan rehabilitasi (rehabilitation).

Berdasarkan cakupan pekerjaannya pekerjaan pemeliharaan jalan dibagi menjadi:

a. Localized Maintenance & Rehabilitation

Pekerjaan Localized M & R merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah. Jenis pekerjaan

pemeliharaan perkerasan jalan berupa patching, full deep patching dan

crack sealing. Full deep patching digunakan untuk memperbaiki

kerusakan retak buaya (alligator cracking), alur (rutting), keriting

(corrugation). Crack sealing dilakukan dengan cara mengisi celah retak

dengan bahan pengisi (misalnya aspal cair). Jenis kerusakan perkerasan

jalan yang dapat ditangani antara lain retak memanjang, retak melintang

dan retak refleksi.

b. Global Maintenance & Rehabilitation

Page 17: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Pekerjaan global M&R berupa fog seal dan slurry seals. Perbaikan fog seal

dilakukan dengan cara memberi lapis aspal tipis pada permukaan jalan.

Pekerjaan fog seal bertujuan untuk mempertahankan kondisi permukaan

jalan dengan cara mengurangi pelepasan butiran (raveling) dan

meningkatkan kekedapan terhadap air.

c. Major Maintenance & Rehabilitation

Pekerjaan Major M & R merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk

memperbaiki kekuatan struktural perkerasan dan memperbaiki kondisi

permukaan perkerasan jalan. Pekerjaan Major M & R baik digunakan

untuk jalan-jalan yang telah mengalami kerusakan yang cukup besar. Jenis

penanganan jalan berupa cold milling, cold or hot recycling, dan overlay.

Cold milling adalah pekerjaan penanganan jalan dengan cara mebongkar

sebagian dari ketebalan lapisan permukaan jalan dengan menggunakan

mesin, kemudian dicampur dengan agregat dan aspal baru. Cold recycling

adalah pekerjaan penanganan jalan dengan mendaur ulang bahan

perkerasan dengan menambahkan aspal tanpa menggunakan proses

pemanasan pada pencampurannya. Pekerjaan ini ditujukan untuk

memperbaiki kondisi perkerasan yang sudah mengalami kerusakan cukup

parah, misalnya perkerasan yang mengalami ravelling. Hot recycling

adalah teknik penanganan jalan dengan mendaur ulang lapis perkerasan,

dengan menambahkan agregat, aspal dan bahan pendaur ulang yang

dicampur pada keadaan panas. AC overlay adalah teknik penanganan

dengan cara menambahkan satu atau lebih lapisan perkerasan di atas

perkerasan lama. AC overlay umumnya digunakan untuk meningkatkan

kapasitas struktural perkerasan, meningkatkan kekesatan jalan dan

memperbaiki kondisi permukaan jalan. Pada umumnya pelaksanaari AC

overlay akan ekonomis jika dilakukan pada perkerasan yang masih baik.

2.4 STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN JALAN

Pemeliharaan jalan dimaksudkan sebagai usaha untuk dapat

mempertahankan jalan pada kondisi yang selalu dapat melayani lalu lintas secara

nyaman, aman dan murah. Ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian

Page 18: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

dalam manajemen pemeliharaan jalan, yaitu aspek institusi dan aspek pembiayaan

jalan (Antameng, 2002). Aspek institusi, diharapkan ada yang mengatur

keterlibatan seluruh stakeholder jalan untuk ikut bersama-sama menyusun strategi

serta melakukan pengawasan terhadap kondisi ataupun manajemen jalan, yang

sekarang masih ditangani oleh pihak pemerintah. Aspek pembiayaan, diharapkan

pembiayaan pemeliharaan jalan tidak lagi tergantung pada anggaran pemerintah,

akan tetapi dapat dikelola secara profesional melalui mekanisme pengawasan

yang transparan dan terbuka bagi semua stakeholder jalan

Penanganan suatu ruas jalan bertujuan untuk menjadikan jalan tersebut

menjadi mantap, baik mengenai konstruksi maupun pelayanannya. Aspek-aspek

yang mempengaruhi pemeliharaan jalan dapat dibedakan menjadi dua aspek.

Aspek pertama adalah bahwa program pemeliharaan merupakan sebuah upaya

dalam rangka mengamankan aset atau investasi pada bidang pembangunan

prasarana jalan. Aspek yang kedua adalah bahwa penanganan pemeliharaan jalan

haruslah merupakan jaminan akan adanya ketersediaan jaringan jalan yang

mantap.

Tujuan penanganan jalan oleh Departemen Pekerjaan Umum adalah untuk

mencapai jaringan jalan dengan kondisi seratus persen jalan mantap. Tingkat

kemantapan jalan ditentukan oleh dua kriteria, yaitu mantap secara konstruksi dan

mantap dalam layanan lalu lintas.

Jalan mantap konstruksi adalah jalan dengan kondisi konstruksi di dalam

kategori mantap, dimana untuk penanganannya hanya memerlukan pemeliharaan

berkala dan bertujuan tidak untuk menambah nilai konstruksi. Sedangkan jalan

tidak mantap konstruksi adalah jalan dengan kondisi di luar kategori mantap

dengan penanganan minimalnya adalah pemeliharaan berkala dan maksimal

peningkatan jalan dengan maksud untuk menambah nilai struktur konstruksi.

Jalan mantap layanan adalah jalan dengan kondisi lalu lintas dalam

kategori mantap adalah jalan yang penanganannya tidak memerlukan adanya

penambahan lebar jalan. Sedangkan jalan tidak mantap layanan adalah jalan

dengan kondisi lalu lintas di luar kategori mantap, dimana dalam hal ini

penanganannya memerlukan adanya penambahan lebar jalan.

Page 19: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Pada prinsipnya semua jalan mantap setiap tahunnya harus mendapatkan

prioritas untuk ditangani dengan pemeliharaan rutin dan/atau pemeliharaan

berkala. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar permukaan ruas jalan

mendekati kondisi semula, dan juga diperlukan agar suatu proyek pekerjaan berat

memungkinkan untuk tetap bertahan sesuai dengan umur desain yang

direncanakan. Untuk mencapai kondisi jalan yang mantap konstruksi dilakukan

dengan melaksanakan kegiatan penanganan jalan sebagai berikut :

a. Ruas jalan yang mempunyai kondisi baik ditangani dengan pemeliharaan

rutin.

b. Ruas jalan yang mempunyai kondisi sedang ditangani dengan

pemeliharaan berkala.

c. Ruas jalan yang mempunyai kondisi rusak ditangani dengan peningkatan

perkerasan jalan.

Melihat kondisi jaringan jalan yang ada saat ini, kegiatan pembinaan dan

penyelenggaraan jalan dapat dikelompokkan ke dalam proses penanganan

jaringan jalan berupa kegiatan pemeliharaan jalan dan pembangunan. Kegiatan

pemeliharaan adalah seluruh pekerjaaan yang ditujukan agar jalan dapat

memberikan tingkat pelayanan sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan

pemeliharaan ini meliputi pekerjaan pemeliharaan dan pekerjaan perkuatan

struktur

Pekerjaan pemeliharaan merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan

secara terus menerus sepanjang tahun untuk mengatasi kerusakan jalan yang

bersifat minor dan memerlukan penanganan yang bersifat segera, seperti

penambalan lubang, penutupan retak-retak, pembersihan saluran dan lain

sebagainya.

Kondisi yang terjadi di daerah-daerah kabupaten dan kota dalam kegiatan

pemeliharaan jalan pada umumnya adalah terbatasnya dana untuk kegiatan

pemeliharaan. Karena panjang jaringan jalan yang cukup besar, akibatnya tidak

semua jaringan jalan dapat ditangani program pemeliharaan dengan baik. Untuk

mengatasi hal tersebut maka salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah

membuat prioritas penggunaan biaya sesuai dengan dana yang dialokasikan untuk

kegiatan pemeliharaan jalan. Menurut seri panduan pemeliharaan jalan dalam

Page 20: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

melakukan prioritas berdasarkan sumber daya yang terbatas, hendaknya

berpegang pada prinsip-prinsip ekonomi teknik. Salah satu prinsip dasar dalam

program pekerjaan jalan adalah melindungi apa yang telah diinvestasikan

sebelumnya dan untuk itu tahapan yang diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Lakukan pemeliharaan rutin untuk jaringan jalan yang berkondisi baik dan

sedang.

b. Jika masih tersedia dana, lakukan perbaikan setempat pada segmen

tertentu untuk jalan yang berkondisi rusak pada suatu ruas jalan dan

pemeliharaan periodik dengan cara pelapisan ulang ataupun resealing

untuk mencegah kerusakan yang lebih parah.

c. Kalau dana masih tersedia, maka dapat dilakukan pemeliharaan periodik

lainnya seperti rehabilitasi atau peningkatan untuk ruas-ruas jalan yang

berkondisi rusak berat.

d. Jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk kegiatan pemeliharaan

periodik, maka dilakukan kegiatan penunjangan untuk dapat meningkatkan

kemampuan pelayanan pada ruas jalan dengan kondisi kemampuan

pelayanan tidak mantap atau kritis, agar ruas jalan tersebut tetap dapat

berfungsi melayani lalu lintas dan agar kondisi jalan pada setiap saat tidak

semakin menurun. Kegiatan ini adalah merupakan kegiatan pemeliharaan

jalan yang bersifat darurat atau sementara.

2.5 PEMBIAYAAN JARINGAN JALAN

Dengan diterapkannya otonomi daerah berakibat pada terjadinya

perubahan dalam pengelolaan dan pendanaan prasarana jalan di Indonesia. Hal

ini terutama terjadi pada jalan dengan status provinsi dan kabupaten/kota, dimana

keputusan untuk pengalokasian anggaran lebih banyak ditentukan oleh daerah.

Kendala yang sering dihadapi adalah adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh

daerah yang sangat tergantung dari potensi daerah yang dimiliki. Untuk mengatasi

masalah tersebut diperlukan adanya suatu strategi bagi daerah dalam menyusun

program penanganan jalan baik program pemeliharaan maupun program

pengembangan jaringan jalan.

Page 21: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis,

transparan dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi

dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah serta besaran

pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan, (UU No. 33

Tahun 2004).

Dalam Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah, disebutkan yang menjadi

sumber-sumber penerimaan daerah terdiri atas pendapatan daerah dan

pembiayaan. Pendapatan daerah adalah bersumber dari pendapatan asli daerah,

dana perimbangan serta lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah

(PAD) bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah dan lain-lain PAD yang sah, dimana pelaksanaannya disesuaikan dengan

undang-undang. Dana perimbangan sebagai sumber pendapatan daerah adalah

bersumber dari dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK). Sumber pendapatan daerah dari lain-lain pendapatan yang sah

terdiri dari pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Sedangkan sumber

penerimaan daerah dari pembiayaan terdiri dari sisa lebih perhitungan anggaran

daerah dan penerimaan pinjaman daerah. Pinjaman Daerah bersumber dari

pemerintah yang diberikan melalui Menteri Keuangan, pemerintah daerah lain,

lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat.

Sumber-sumber pendanaan untuk penanganan jalan kabupaten pada

umumnya bersumber dari APBD Kabupaten, Dana Alokasi Khusus (DAK) dan

dana dari pinjaman. Dana dari APBD merupakan dana utama yang dipakai untuk

penanganan jalan kabupaten terutama dipakai untuk kegiatan pemeliharaan rutin

dan pemeliharaan berkala. Sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan

suatu dana alternatif yang dipakai untuk dana peningkatan jalan dan pembangunan

jalan baru. Dana pinjaman dapat berasal dari pinjaman dalam negeri maupun luar

negeri, dimana dalam prosesnya pemerintah daerah harus mampu meyakinkan

para pemberi pinjaman tentang kelayakan usulan penanganan jalan yang akan

didanai. Hal yang perlu diperhatikan bila dana pengelolaan jalan dari dana

pinjaman ini adalah pemerintah daerah harus mempunyai kemampuan untuk

Page 22: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

mengembalikan pinjaman tersebut sehingga tidak akan membebani APBD dalam

jangka waktu yang panjang.

Suatu jaringan jalan sangat memerlukan adanya suatu alokasi anggaran

yang mencukupi. Hal yang perlu diperhatikan mengenai jaringan jalan di

Indonesia adalah diperlukan adanya ketersediaan dana yang berkesinambungan

dengan jumlah yang semakin bertambah setiap tahun. Sistem melalui anggaran

pemerintah, dana yang terkumpul dari pajak yang dibayar oleh pengguna jalan

dikumpulkan melalui rekening pemerintah dan kemudian dialokasikan kembali

untuk belanja sektor jalan melalui suatu bentuk anggaran tahunan. Keseluruhan

dana yang terkumpul dari pajak yang dibayar oleh pengguna jalan tidak

seluruhnya kembali ke sektor jalan tetapi juga dialokasikan untuk sektor-sektor

lain. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari sistem pembiayaan melalui

anggaran pemerintah, seringkali urutan prioritasnya lebih mengarah kepada

pertimbangan politis daripada pertimbangan teknis. Sistem pembiayaan jalan

dengan anggaran pemerintah ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

a. Jumlah anggaran untuk sektor jalan semakin menurun sedangkan dana

pengeluaran untuk sektor jalan semakin meningkat.

b. Bila dana yang tersedia untuk sektor jalan semakin kecil, maka

pemerintah semakin sulit untuk membuat suatu perencanaan jangka

panjang bagi sektor jalan.

c. Dengan sistem anggaran pemerintah, terdapat pemisahan antara fungsi

penerimaan dan fungsi pengeluaran. Hal ini akan menyebabkan para

pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam penanganan

sektor jalan tidak mengetahui dengan tepat berapa besarnya dana yang

dapat digunakan setiap tahunnya. Stakeholder hanya menyusun program

tanpa mengetahui besarnya dana yang tersedia, sehingga apabila ada

keterbatasan dana maka tidak seluruh program yang direncanakan dapat

dilaksanakan.

d. Pengambilan keputusan mengenai sektor mana yang menjadi prioritas

sering dipengaruhi oleh kepentingan politik, yang dapat mengabaikan

kepentingan sektor jalan.

Page 23: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

2.6 PENANGANAN PRASARANA JALAN

Penanganan prasarana jalan bertujuan untuk menjaga kinerja jalan

sehingga fungsinya dalam sistem infrastruktur jalan atau dalam jaringan jalan

dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan penyelenggaraan

prasarana jalan yaitu penanganan adalah untuk menjaga kondisi fisik dan

operasional dari jaringan jalan agar tetap dalam kondisi baik. Dengan demikian

akan dapat dioperasikan atau dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.

Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia

(Departemen Kimpraswil, 2001)

NoBidang

Pelayanan

Standar Pelayanan

Ket.Kuantitas

KualitasCakupan Konsumsi/Produksi

1 Jaringan Jalan

Aspek Aksesibiltas

Seluruh Jaringan

Kepadatan Penduduk

(jiwa/km2)

Indeks

Aksesibilitas

Panjang jalan/luas

(km/km2)

Sangat tinggi > 5000 > 5

Tinggi > 1000 > 1,5

Sedang > 500 > 0,5

Rendah > 100 > 0,15

Sangat rendah < 100 > 0,05

Aspek MobilitasSeluruh Jaringan

PDRB per kapita

(juta Rp/kap/th)

Indeks

Mobilitas

Panjang jalan/1000 penduduk

Sangat tinggi > 10 > 5

Tinggi > 5 > 2

Sedang > 2 > 1

Rendah > 1 > 0,5

Sangat rendah < 1 > 0,2

Aspek Keselamatan

Seluruh Jaringan

Pemakai Jalan Indeks Kecelakaan 1

Kecelakaan

/100.000 km

kendaraan

Kepadatan Penduduk

(jiwa/km2)

Indeks Kecelakaan 2 Kecelakaan

/Km/tahun

Sangat tinggi > 10

Tinggi > 5

Sedang > 2

Rendah > 1

Sangat Rendah < 1

2 Ruas Jalan

Kondisi Jalan

Lebar jalan MinVolume lalulintas

(kend/hari)Kondisi IRI/RCI

2 X 7 m LHR > 20.000 IRI<6,0 atau RCI>6,5

7 m 20.000>LHR>8000 IRI<6,0 atau RCI>6,5

6 m 8000>LHR>3000 IRI<8,0 atau RCI>5,5

4,5 m LHR < 3000 IRI<6,0 atau RCI>6,5

Page 24: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

NO Bidang Pelayanan

Standar pelayanan

KetKuantitasKualitas

Cakupan Kosumsi produksi

Kondisi Pelayanan

Fungsi Jalan Pengguna JalanKecepatan Tempuh

Min

Arteri primer Lalulintas regional jarak jauh

25 km/jam

Kolektor primer Lalulintas regional jarak sedang

20 km/jam

Lokal primer Lalulintas lokal 20 km/jam

Arteri sekunder Lalulintas kota jarak jauh 25 km/jam

Kolektor sekunder Lalulintas kota jarak sedang

20 km/jam

Lokal sekunder Lalulintas lokal kota 20 km/jam

2.7 INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ)

Untuk menilai kinerja setiap tahapan suatu program diperlukan sejumlah

indikator yang akan memberikan gambaran bagaimana elemen sistem yang

dibentuk berinteraksi, dengan acuan sesuai dengan tujuan penyelenggaraan

kegiatan dalam sistem tersebut di setiap tahapannya. Salah satu ukuran kinerja

adalah efisiensi dan efektivitas jaringan jalan. Dalam konteks kajian transportasi

secara makro, efisiensi penyelenggaraan sistem jaringan jalan dapat diartikan

sebagai ukuran kinerja yang berkaitan dengan masukan (dana dan sumber daya)

dan keluaran berupa volume kegiatan penanganan, kuantitas dan kualitas sistem

jaringan jalan. Sedangkan efektivitas dalam kajian makro dikaitkan dengan

tingkat penyediaan prasarana (hasil) dan pemanfaatannya dalam konteks yang

lebih luas yang dikaitkan dengan pencapaian misi dan kebijakan pengembangan

jaringan jalan, keterpaduan fungsi prasarana wilayah, sebagai hasil dari

pengembangan jaringan jalan (Depkimpraswil., 2000).

Kinerja dari suatu jaringan jalan dapat ditentukan dengan melakukan

evaluasi terhadap kondisi jalan tersebut. Evaluasi ini dinyatakan dalam suatu

indeks yang disebut Indeks Prasarana Jalan (IPJ). Perhitungan IPJ pada

prinsipnya berkaitan dengan beberapa variabel penting yaitu sebagai berikut :

a. Ketersediaan jalan, merupakan perbandingan antara total panjang jalan

dengan luas wilayah.

b. Kinerja jalan, merupakan perbandingan antara panjang jalan dalam kondisi

mantap dengan total panjang jalan.

Page 25: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

c. Pelayanan jalan, merupakan perbandingan antara total panjang jalan

dengan jumlah penduduk suatu wilayah.

d. Beban lalu lintas, merupakan perbandingan antara total panjang jalan

dengan jumlah kendaraan dalam suatu wilayah.

Besarnya nilai IPJ didapat kombinasi dari keempat variabel tersebut yaitu

ketersediaan jalan, kinerja jalan, pelayanan jalan dan beban lalu lintas. Adapun

persamaan yang dipakai menentukan nilai IPJ berdasarkan Direktorat Jenderal

Pengembangan Prasarana Wilayah adalah sebagai berikut (Ditjen Pengembangan

Prasarana Wilayah, 2004) :

IPJ =

dengan :

IPJ : Indeks Prasarana Jalan.

Ppr(ktj) : Proporsi ketersediaan jalan.

Ppr(knj) : Proporsi kinerja jalan.

Ppr(pyp) : Proporsi pelayanan jalan.

Ppr(bln) : Proporsi beban lalu lintas.

W(ktj) : Faktor beban ketersediaan jalan.

W(knj) : Faktor beban kinerja jalan.

W(pyp) : Faktor beban pelayanan jalan.

W(bln) : Faktor beban lalu lintas.

Dan bobot perwilayah dapat dihitung dengan persamaan berkut:

Ppr(ktj)xW(ktj) + Ppr(knj)xW(knj) + Ppr(pyp)xW(pyp) + Ppr(bln)xW(bln)

4

…(2.1)

Page 26: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Bobot wilayah=¿❑❑IPJ wilayah

∑ IPJwilayah¿ ...............................................

(2.2)

Untuk Wilayah dengan bobot terkecil mempunyai kinerja pelayanan jalan

terburuk berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Alokasi dana pemeliharaan

jalan dilakukan berdasarkan bobot masing-masing wilayah untuk mengurangi

ketimpangan antar wilayah. Alokasi dana pengelolaan jaringan jalan dapat

dihitung dengan persamaan berikut:

Dana Jalan=¿❑❑1 – Bobot wilayah

∑ 1−Bobot wilayahx total Dana¿...............................

(2.3)

2.8 KINERJA JARINGAN JALAN BERDASARKAN INDEKS

AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS

2.8.1 Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Aksesibilitas

Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang jalan di Indonesia,

kinerja jaringan jalan ditentukan oleh indeks aksesibilitas dari jaringan jalan

tersebut. Indeks aksesibilitas merupakan standar pelayanan secara kualitas,

berkaitan dengan kepadatan penduduk yang merupakan standar palayanan secara

kuantitas.

2.8.2 Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Mobilitas

Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang jalan di Indonesia,

kinerja jaringan jalan ditentukan oleh indeks mobilitas dari jaringan jalan

Penentuan batas minimal indeks mobilitas suatu jaringan jalan ditentukan oleh

besarnya nilai PDRB per kapita (juta Rp/kap/Tahun) suatu daerah. Ini

menunjukkan bahwa penambahan jaringan jalan dapat mengakibatkat adanya

peningkatan perekonomian masyarakat yang ditandai dengan peningkatan PDRB

per kapita pertahun. Dengan peningkatan taraf perekonomian masyarakat tersebut

akan mengakibatkan peningkatan mobilitas dari masyarakat, sehingga diperlukan

Page 27: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

adanya penambahan panjang jaringan jalan dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.

2.9 METODE PREDIKSI MARKOVIAN

Teknik prediksi Markovian didasarkan pada penentuan prediksi yang

dihubungkan dengan kondisi perkerasan dalam menentukan tingkatan kondisi,

apakah tetap dalam kondisi yang sama atau mengalami penurunan ke kondisi yang

lebih rendah setelah selesainya masa pelaksanaan pekerjaan (Shahin, 1994) .

Dalam metode prediksi ini, yang menjadi kunci adalah bagaimana

menghasilkan suatu Matriks Transisi. Matriks ini dapat dihitung berdasarkan data

series beberapa tahun kebelakang. Semakin banyak data, akan semakin akurat

prediksi yang dihasilkan.

[a11 a12 a13a21 a22 a23a31 a32 a33]

Baris pertama pada Matriks menunjukkan perubahan kondisi berdasarkan

kecenderungan selama tahun pengamatan, sedangkan baris kedua dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan (2.4)

a + b(a22) = c .....................................................................(2.4)

dengan:

a = jumlah penurunan kondisi baik dalam dua tahun terakhir

b = kondisi sedang pada dua tahun terakhir

c = kondisi sedang pada tahun terakhir

a22 = persentase jalan

2.10 PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-

sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah. Pada

uraian terdahulu berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 disebutkan

Page 28: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, dan

perusahaan daerah.

2.10.1 Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 disebutkan bahwa pajak

daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada

daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembengunan daerah.

Pasal 2 ayat (1) dan (2) didalam Undang–Undang Nomor 28 tahun 2009

disebutkan bahwa jenis pajak daerah yaitu :

1. Jenis pajak provinsi, terdiri dari: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama

kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kenderaan bermotor, pajak air

permukaan, dan pajak rokok.

2. Jenis pajak kabupaten/kota, terdiri dari : pajak hotel, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan

logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak

sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan

dan perkotaan.

Tarif pajak untuk provinsi diatur dengan peraturan pemerintah dan

penetapannya seragam di seluruh Indonesia. Sedang untuk kabupaten/kota,

selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masing-masing. Memperhatikan

sumber pendapatan asli daerah yang bervariasi untuk masing-masing daerah,

sehingga penetapan pajak untuk setiap daerah juga bervariasi.

2.10.2 Retrebusi Daerah

Retribusi adalah pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat

pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang

diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan

prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi

daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retrebusi sangat

Page 29: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang

membutuhkan.

Jenis-jenis retribusi yang diserahkan kepada kabupaten/kota dapat kita

lihat kelompokkan retribusi sebagai berikut:

Retribusi jasa umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan.

Retribusi jasa usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan

menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.

2.10.3 Perusahaan Daerah

Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu

mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Perusahaan Daerah adalah

kesatuan produksi yang bersifat :

1. Memberi jasa

2. Menyelenggarakan pemanfaatan umum

3. Memupuk pendapatan

Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan

daerah dan pembangunan kebutuhan rakyat. Perusahaan daerah bergerak dalam

lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-

undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah.

Page 30: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 KERANGKA PENELITIAN

Secara garis besar metodologi penelitian ini meliputi studi literatur,

pengumpulan data sekunder, analisis mengenai pembiayaan jaringan jalan. Di

samping itu dengan data yang ada, dilakukan mengaji ketersediaan dana di masa

yang akan datang serta alternatif pembiayaan pengelolaan jaringan jalan di kota

Sungai Penuh, dapat diuraikan tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Pengumpulan data sekunder seperti panjang jalan, kondisi jalan, jumlah

kendaraan, jumlah penduduk, besarnya Produk Domistik Regional Bruto

(PDRB) serta data mengenai alokasi dana yang dianggarkan untuk

prasarana jalan.

b. Dari data yang terkumpul dilakukan suatu penilaian terhadap dampak yang

terjadi pada kondisi jaringan jalan di kota Sungai Penuh. Dalam hal ini

akan dilihat hubungan antara alokasi dana yang dianggarkan tiap tahun

terhadap perkembangan kondisi jaringan jalan.

c. Tahap selanjutnya dilakukan suatu analisis mengenai kinerja jaringan jalan

kabupaten yang terjadi selama ini, dilihat dari Indeks Prasarana Jalan

(IPJ), efisiensi, efektifitas serta Indeks Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas.

d. Tahap selanjutnya melakukan suatu analisis guna memprediksi kondisi

atau kerusakan jaringan jalan lima tahun kedepan dari data yang ada yaitu

dua tahun terakhir.

Page 31: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kajian alokasi dana

pengelolaan jaringan jalan adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data dari studi literatur, dilakukan dengan mengumpulkan

data dari bahan kepustakaan yang berkaitan dengan tujuan kajian.

b. Pengumpulan data sekunder, dengan cara mengumpulkan data dari

instansi pemerintah dalam hal ini dari Dinas Pekerjaan Umum Kota

Sungai Penuh dan BPS Kabupaten Kerinci. Data yang diperlukan adalah:

1) Data jaringan jalan Kota Sungai Penuh dan kondisinya dari tahun

2009 dan tahun 2010.

2) Data jumlah penduduk dan luas tiap wilayah.

3) Data tahunan yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin

dan pemeliharaan berkala.

4) Data PDRB.

3.1.1 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah sebagai

Berikut:

a. Menghitung Indeks Prasarana Jalan (IPJ), bobot tiap wilayah dan bobot

alokasi dengan menggunakan persamaan 2.1 , 2.2 dan 2.3.

b. Menghitung prediksi bobot keadaan atau kerusakkan jalan alokasi dana

pengelolaan jaringan jalan dikota Sungai Penuh selama lima tahun dengan

menggunakan metode prediksi Markovian dengan menggunakan

persamaan 2.4.

3.2 KEBUTUHAN DANA UNTUK SEKTOR JALAN

3.2.1 Penetapan Kriteria Alokasi Dana Pengelolaan Jaringan Jalan

Dalam penetapan kriteria untuk pengalokasian dana pengelolaan jaringan

jalan harus dipenuhi beberapa azas yaitu:

Page 32: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

a. Berdasarkan kebutuhan, Kriteria yang dipilih harus mengakomodasi

kebutuhan dana yang diperlukan untuk pemeliharaan jalan dengan

mengacu pada SPM.

b. Sederhana, kriteria yang digunakan diusahakan sesederhana mungkin,

dengan rumus yang tidak rumit dan berdasarkan data yang mudah

diperoleh.

c. Transparan, kriteria tersebut menggunakan data yang dapat diperoleh

secara umum dan sulit dimanipulasi seperti: jumlah penduduk, luas

wilayah, PDRB, panjang dan kondisi jalan.

d. Adil, dalam pengalokasian pada setiap cadin harus memperhatikan fungsi

dan kontribusi kawasan.

Kriteria yang digunakan dalam kajian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1,

yang dalam kajian ini menggunakan empat kriteria yaitu kriteria ketersediaan

jalan, pelayanan jalan, kinerja jalan dan pengembangan kawasan.

Tabel 3.1 Kriteria dalam alokasi dana penegelolaan jaringan jalan

(Kepmen Kimpraswil No.534/KPT/M/2001)

NO KRITERIA VARIABEL

1

2

3

4

Fungsi ketersediaan jalan

Fungsi pelayanan jalan

Kinerja jalan

Fungsi pengembangan kawasan

Sumbangan ruas jalan terhadap tingkataksesibilitas (panjang jalan/luas wilayah)

Sumbangan ruas jalan terhadap tingkatmobilitas (panjang jalan/jumlah penduduk)Kondisi jalan (jalan baik/panjang jalan)

Pertumbuhan ekonomi (PDRB wilayah/panjang jalan)

3.2.2 Prioritas Kegiatan Pengelolaan Jaringan Jalan

Secara ideal kegiatan pengelolaan jaringan jalan dilakukan pada seluruh

ruas jalan yang ada. Namun karena adanya keterbatasan dana, maka perlu perlu

diadakan penentuan prioritas agar dapat dicapai pemanfaatan dana secara efektif.

Sebagai pedoman, penentuan prioritas untuk operasional kegiatan pengelolaan

jaringan jalan dapat ditentukan dengan menggunkan matrik hubungan antara

Page 33: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

hirarki lalulintas dengan hirarki aktifitas pemeliharaan (Pulitbang PrasTrans

Departemen PU, 2005), matrik ini dapat dilihat pada table 3.2

Tabel 3.2 Matriks Prioritas Pemeliharaan Jalan (Pulitbang PrasTrans

Departemen PU, 2005)

Peringkat Kegiatan Pemeliharaan

PrioritasKategori Lalulintas

LL-1 LL-2 LL-3 LL-4 LL-5 LL-6 LL-7 LL-8

Pekerjaan darurat (Emergency works) 1 7 8 9 10 11 12 13Pekerjaan pemeliharaan drainase (Cyclic drainage work)

2 14 15 16 17 18 19 20

Pekerjaan perbaikan kerusakkan perkerasan (Reactive works on pavenment)

3 21 24 27 30 33 36 39

Pekerjaan pelaburan ulang dan pencegahan secara periodik (Periodic preventive and resurfacing work)

4 22 25 28 31 34 37 40

Pekerjaan pengendalian tanaman dan pembersihan jalan/bangunan pelengkap (Other cyclic and reactive work)

5 23 26 29 32 35 38 41

Overlay secara perodik dan rehabilitasi perkerasan jalan(Peridic overlay and pavement construction)

6 42 43 44 45 56 47 48

Prioritas pemeliharaan dilakukan dengan urutan 1 merupakan prioritas tertinggi

dan 48 merupakan prioritas terendah.

Sedangkan urutan prioritas untuk lalulintas tersebut dapat dilihat pada

table 3.3, dengan pertimbangan bahwa ruas jalan dengan lalulintas tinggi

merupakan jalan yang penting dari sudut ekonomi dan jalan tersebut lebih cepat

rusak/aus.

Tabel 3.3 Kategori LaluLintas (Pulitbang PrasTrans Departemen

PU, 2005)

Kategori lalulintas LHR Jenis perkerasanLL-1 Jalan strategis DiperkerasLL-2 >1.000 DiperkerasLL-3 500-1000 DiperkerasLL-4 200-500 Diperkeras

Page 34: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

LL-5 >200 Tidak diperkerasLL-6 <200 DiperkerasLL-7 50-200 Tidak diperkerasLL-8 <50 Tidak diperkeras

Data : Panjang Jalan Kondisi Jalan Jumlah penduduk Luas Wilayah Jumlah Kendaraan Jumlah Anggaran yang Dialokasikan

Untuk Pengelolaan Jaringan jalan

Studi Literatur

Kesimpulan dan Saran

Kebutuhan Dana Untuk Sektor Jalan: Bedasarkan Kriteria Berdasarkan Prioritas

Analisis Pembiayaan Jaringan Jalan Berdasarkan IPJ Indeks Aksesibilitas & Mobilitas

Masalah Penelitian:Jumlah kebutuhn dana pengelolaan jalan

Batasan Masalah: Ruas jalan yang dikaji Sumber dana pembiayaan hanya untuk

jaringan jalan

Tujuan Penelitian: Mengetahui jumlah kebutuhan dana pengelolaan

jaringan jalan Memprediksi kebutuhan dana pengelolaan

jaringan jalan Mencari alternatif sumber pembiayaan

Latar Belakang Masalah

Mulai

Page 35: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Gambar 1.1 Bagan Alir Penelitian

Selesai

Page 36: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

DAFTAR PUSTAKA

Oglesby, Clarkson H, 1954, Higway Engineering, John Willey and Son, New

York, USA.

Rantetoding, Patana, 2003, Penyertaan Masyarakat Pemakai Jalan dalam

Pengelolaan dan Pembiayaan Road Fund, Makalah Seminar Nasional Road

Fund 2003, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik

Parahyangan Bandung.

Antameng, Max, 2002, Meniti Kemungkinan Penerapan Road Fund di Jawa

Barat, ,Faedah dan Masalah Dalam Pengimplementasiannya, Seminar –

Lokakarya Pemeliharaan Jalan, Bandung, 2002

Haris S, 2010, Perkiraan Anggaran Minimum Pemeliharaan Jalan di Provinsi

Jawa Barat, Simposium XIII FSTPT 2010, Universitas Kristen

Soegijapranata, Semarang.

Shahin, M.Y, Pavement Management For Airports, Roads, and Parking Lots,

Chapman & Hall, New York, Unitet State of America 1994.

Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Seri Panduan Pemeliharaan Jalan

Kabupaten, Puslitbang Prasarana Transportasi, Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum, Teknik Pengelolaan Jalan, Puslitbang Prasarana

Transportasi, Bandung, 2005

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor

534/KPTS/M/2001 Tentang Penentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM),

Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, 2004. Undang –Undang Nomor 33 Tahun 2004

Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,

Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, 2004. Undang – undang No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan, Jakarta

Page 37: Contoh BAB I,II,III 8 Des10

Pemerintah Republik Indonesia, 2009. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009

tentang Pajak dan Retrebusidaerah, Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, 2008. Undang – undang No. 25 Tahun 2008

tentang Pembentukkan kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, Produk Domestik Regional Bruto Kota

Sungai Penuh 2009, BPS Kabupaten Kerinci, 2009.

Pemerintah Kota Sungai Penuh, 2009, Catatan Laporan Keuangan Tahun 2009,

Sungai Penuh.