contoh bab 1 penelitian fisika
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi laju pesat, dan
cenderung tak terkendali. Bahkan hampir-hampir tak mampu dikendalikan oleh
dunia pendidikan. Pendidikan merupakan hal utama dan menjadi salah satu faktor
terpenting dalam menjalani hidup bermasyarakat. Sebab tanpa pendidikan,
manusia tidak akan pernah mengubah strata sosialnya untuk menjadi lebih baik.
حوا في ل لكم تفسوا إذا قي ذين آمن ا اله ا أي يله لكم وإذا قي ح الل حوا يفس المجالس فافسوا منكم ذين آمن ه ال ع اللزوا يرف انشزوا فانشونا تعمله بم ات واللوا العلم درج ذين أوت وال
(١١خبير )
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera
dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan khususnya kualitas
pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat
dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah
1
2
mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan
memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkelanjutan.
Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik.
Dalam pergaulan terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi.
Hubungan ini jika meningkat ke taraf hubungan pendidikan, maka menjadi
hubungan antara pribadi pendidik dan anak didik, yang pada akhirnya melahirkan
tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan (Hasbullah. 1996: 5).
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dalam dirinya, dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara (Departemen Pendidikan Nasional. 2003, 2).
Pendidikan diselenggarakan untuk mengarahkan siswa memiliki
kecakapan hidup di masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengembangan
pendidikan harus bersandar pada empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh
United Nations Educational, Scientific, and Culture (UNESCO). Keempat
pilarpendidikan itu adalah (1) belajar untuk berpengetahuan, (2) belajar untuk
berbuat,(3) belajar untuk hidup bersama, dan (4) belajar untuk jati diri. Jika
mengacu pada pilar-pilar tersebut, maka proses pembelajaran seyogianya tidak
hanya terfokus pada penguasaan materi. Pilar pendidikan belajar untuk
berpengetahuan dan belajar untuk berbuat mengarahkan proses pembelajaran pada
3
pola berpikir dan bertindak, yang merefleksikan pemahaman konsep,
keterampilan proses, dan sikap ilmiah siswa. Pilar pendidikan belajar untuk hidup
bersama dan belajar untuk jati diri mengarahkan proses pembelajaran pada
pengembangan pemahaman konsep siswa (Sukmadinata,2004).
Upaya inovatif telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai mutu
pendidikan yang lebih baik, yaitu menyempurnakan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP,
bahkan saat ini pemerintah telah berupaya mensosialisasikan Kurikulun 2013
(K13). Disempurnakannya KBK menjadi KTSP menuntut perubahan paradigma
pendidikan dan pembelajaran. Paradigma proses pembelajaran diharapkan
mengalami perubahan. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru
berubah menjadi berpusat pada siswa. Perubahan paradigma pembelajaran
tersebut diharapkan dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam membangun
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pemerintah telah berupaya meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di kelas melalui Permendiknas RI Nomor 41 Tahun
2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Kegiatan inti pembelajaran meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Proses pembelajaran yang berpusat pada pengalaman siswa dapat memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya.
Dengan demikian, siswa memperoleh pemahaman yang mendalam melalui
pengalaman belajar serta mengembangkan pemahaman konsep siswa dan pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa (Trianto, 2007).
4
Upaya-upaya yang telah ditempuh tersebut ternyata belum memberikan
hasil yang maksimal. Rendahnya pemahaman konsep siswa Indonesia ditunjukkan
oleh penelitian dan penilaian. Permasalahan pada rendahnya pemahaman konsep
siswa Indonesia tampak pada hasil penilaian dari Trend International
Mathematics Science (TIMSS) tahun 2007, yang mengukur tentang kemampuan
scientific inquiry. Kemampuan scientific inquiry yang diukur mencakup domain
konten (fisika, biologi, kimia, dan kebumian) dan domain kognitif (knowing,
applying, reasoning). Hasil penilaian menyatakan Indonesia berada pada
peringkat 36 dari49 negara di dunia. Nilai rata-rata kemampuan sains siswa
Indonesia pada tiap aspek domain kognitif (knowing, applying, reasoning) masih
rendah. Nilai rata-rata kemampuan kognitif knowing (recognize, define, describe,
illusstrate with example, use tools and procedures) sebesar 40,37 lebih tinggi
dibandingkan dengan aspek kognitif applying (compare, classify, use models,
relate, interpret information, find solution) sebesar 36,96 dan reasoning (analyze,
synthesize, predict, plan, draw conclusion, generalize, evaluate, justify) sebesar
33,01. Pencapaian nilai rata-rata sains siswa Indonesia adalah 34,57 masih
dibawah rata-rata internasional, yaitu sebesar 43,40. Berdasarkan hasil tersebut
ditunjukkan bahwa aspek-aspek pemahaman konsep siswa terukur masih rendah
(Gonzales et al., 2008).
Apabila siswa dibiarkan pada suatu konsep dasar fisika yang salah maka
rendahnya pemahaman konsep dasar fisika siswa akan meluas khususnya pada
sekolah yang belum mampu mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada para siswa.
Dengan diadakannya program pemerintah untuk pemerataan mutu pendidikan
5
maka diharapkan sekolah yang khususnya pada daerah pedesaan mampu
mengatsai miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga tingkat pemahaman
konsep dasar fisika akan semakin membaik.
Di pusat-pusat perkotaan bukan hanya banyak tersedia lebih banyak
sekolah, yang juga lebih mudah dapat dimanfaatkan dari pada di daerah pedesaan.
Hal yang jauh berbeda yang di jumpai di daerah pedesaan. Suatu pertanyaan yang
berulang-ulang dikemukakan orang berkenaan dengan usaha pemberantasan buta
huruf ialah bacaan apakah yang tersedia di daerah pedesaan yang terpecil bagi
seorang yang telah berhasil memperoleh kepandaian membaca. Dalam keadaan
demikian program pendidikan formal dihadapkan kepada tugas yang jauh lebih
berat daripada di daerah perkotaan (Combs, 1984: 27).
Terkadang siswa yang berasal dari daerah diluar perkotaan sering
mengeluh soal pelajaran di SMA dan juga mengeluhkan persaingan dengan siswa
yang berasal dari daerah induk perkotaan membuat kekhawatiran kepada siswa
yang berasal dari daerah pedesaan untuk terus bersaing dengan siswa dari daerah
induk perkotaan. Kekhawatiran tentang kurangnya pemahaman konsep dasar bagi
siswa yang berasal dari smp pedesaan dapat menyebabkan kesulitan proses
pembelajaran pada tingkat lanjutan. Jika silabus mata pelajaran ditingkat smp baik
yang berasal dari smp pedesaan maupun kota adalah sama, maka tentunya
pemahaman konsep dasar fisika seharusnya juga tidak berbedah jauh. Apakah
kekhawatiran tentang perbedaan pemahaman konsep dasar fisika pada smp
pedesaan maupun perkotaan dapat berpengaruh terhadap penerimaan pelajaran
ditingkat sma, maka peneliti tertarik mengambil judul “Komparasi Pemahaman
6
Konsep Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP Induk Perkotaan dan
SMP Pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal
dari SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2
Majene?
2. Bagaimana tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal
dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene?
3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman konsep dasar fisika antara
siswa yang berasal dari smp induk perkotaan dan smp pedesaan pada
siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene?
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto
2006, 71). Sedangkan menurut Sugiyono (2010, 96) memberikan pengertian
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Sama halnya dengan Moh Nazir (2003, 151) mendefinisikan hipotesis
7
adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus
diuji secara empiris.
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah “Terdapat Perbedaan
Pemahaman Konsep Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP Induk
Perkotaan dan SMP Pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene”.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep dasar fisika siswa
yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2
Majene.
2. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep dasar fisika siswa
yang berasal dari SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA
Negeri 2 Majene.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat Komparasi Pemahaman Konsep
Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP induk perkotaan dan
SMP pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian inni adalah:
1. Untuk SMA Negeri 2 Majene
Sebagai masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar dan menunjang tercapainya target kurikulum sesuai
dengan yang diharapkan.
8
2. Untuk para dosen/guru
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru fisika SMP dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar fisika.
3. Untuk siswa
Akan memberikan motivasi kepada siswaa untuk dapat lebih giat dan aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugasnya dan
mampu mengelola diri dengan baik sehingga akan memungkinkan peningkatan
pada hasil belajarnya.
4. Untuk orang tua
Sebagai bahan pertimbangan bahwa seorang anak juga membutuhkan
perhatian dan motivasi dari orang tua sehingga siswa mampu mengatasi masalah-
masalah yang muncul dalam proses pembelajarannya.
F. Definisi Operasional Variabel
Untuk mendapatkan gambaran dan memudahkan pemahaman serta
memberikan persepsi yang sama antara penulis dan pembaca terhadap judul serta
memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka penulis terlebih dahulu
mengemukakan pengertian yang sesuai dengan variabel dalam judul skripsi ini,
sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya.
1. Pemahaman Konsep Dasar Fisika
pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian
seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa
9
yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang
lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang
suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu
mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih
dipahami. Adapun indikator pada penelitian ini adalah menerjamahkan (translasi),
menginterpretasi (interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation).
2. Siswa yang berasal dari SMP pedesaan dan SMP induk perkotaan
Siswa dari SMP pedesaan adalah seorang individu yang telah lulus dari
SMP yang berada di daerah pedesaan atau SMP yang berada di sekitar induk
perkotaan dan kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Majene yang
berada di daerah Induk Perkotaan. Sedangkan Siswa yang berasal dari SMP induk
perkotaan adalah seorang individu yang telah lulus dari SMP yang berada di
daerah induk perkotaan atau jamtumg perkotaan yang pada umumnya menjadi
SMP unggulan dan kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Majene yang
berada di daerah induk perkotaan.
G. Garis besar isi skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang pertama adalah latar belakang, bab
dua adalah tinjauan pustaka, bab tiga adalah metodologi penelitian, bab empat
adalah hasil dan pembahasan dan bab lima adalah kesimpulan dan saran. Masing-
masing bab saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Kelima bab tersebut akan menguraikan hal-hal sebagai
berikut:
10
Bab I merupakan bab pendahuluan yang merupakan pengantar sebelum
lebih jauh mengkaji dan mambahas apa yang menjadi substansi penelitian ini.
Didalam bab I terdiri dari latar belakang yang menguraikan hal-hal yang melatar
belakangi timbulnya permasalahan. Selanjutnya rumusan masalah yang terdiri dari
beberapa pokok masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini, kemudian
hipotesis tindakan yaitu dugaan sementara sebelum penelitian dilakukan,
kemudian tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan penelitian yaitu suatu hasil yang
akan dicapai oleh peneliti berdasarkan rumusan masalah yang telah ada di atas.
Sedangkan manfaat penelitian adalah suatu hasil yang diharapkan oleh peneliti
setelah melakukan penelitian kemudian definisi operasional variabel yang berisi
penjelasan mengenai variabel penelitian. Dan yang terakhir dari bab I ini adalah
garis besar isi skripsi.
Bab II merupakan kajian pustaka yang uraiannya meliputi pengertian
pemahaman, pengertian konsep, pemahaman konsep dasar fisika, serta perbedaan
SMP Perkotaan dan SMP Pedesaan. Pada setiap bagian dibahas kajian-kajian teori
yang menjelaskan secara terperinci defenisi operasional yang digunakan yaitu
pemahaman konsep dan pemahaman konsepdasar fisika itu sendiri dan objek yang
akan di teliti yaitu asal sekolah SMP Induk Perkotaan dan SMP Pedesaan.
Bab III merupakan metode penelitian yang memuat jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian komparatif . Subjek penelitian yaitu semua siswa kelas
X IPA SMA Negeri 2 Majene. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes
tentang pemahaman konsep dasar dan format dokumentasi berupa hasil
wawancara. Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
11
dan tahap pelaporan. Teknik pengumpulan data dengan tes pemahaman yang
berkaitan dengan konsep dasar fisika serta wawancara dengan guru matapelajaran.
Teknik analisis data yang digunakan dalam mengelola data yang diperoleh dari
penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Bab IV memuat hasil penitiian yaitu data-data yang diperoleh pada saat
penelitian yaitu hasil tes pemahaman konsep dasar fisika di kelas X IPA SMA
Negeri 2 Majene serta hasil analisis data statistic deskriptif dan statistic inferensial,
sedangkan pada pembahasan memuat penjelasan-penjelasan dari hasil penelitian
yang diperoleh.
Bab V merupakan penutup, yang berisi kesimpulan-kesimpulan yang
diambil dari hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diangkat.
Terakhir adalah saran-saran yang dinilai bermanfaat bagi semua pihak untuk
perbaikan dan peningkatan pemahaman konsep dasar fisika yang akan datang.