clostridium botulinum

4
1. Terjadinya pencemaran oleh bakeri Clostridium botulinum 2. Nama bakteri: Clostridium botulinum Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk batang, anaerobik (tidak dapat tumbuh di lingkungan yang mengandung oksigen bebas), Gram-positif, dapat membentuk spora, dan dapat memproduksi racun syaraf yang kuat. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam makanan dengan pemrosesan yang kurang sesuai atau tidak benar. Ada tujuh tipe botulisme (A, B, C, D, E, F dan G) yang dikenal, berdasarkan ciri khas antigen dari racun yang diproduksi oleh setiap strain. Tipe A, B, E, dan F dapat menyebabkan botulisme pada manusia. Tipe C dan D menyebabkan sebagian besar botulisme pada hewan. Hewan yang paling sering terinfeksi adalah unggas liar dan unggas ternak, sapi, kuda, dan beberapa jenis ikan. Walaupun tipe G telah diisolasi dari tanah di Argentina, belum ada kasus yang diketahui disebabkan oleh strain ini. Botulisme karena makanan (untuk membedakan dari botulisme pada luka dan botulisme pada bayi) merupakan jenis keracunan makanan yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang mengandung racun syaraf yang kuat, yang dibentuk selama pertumbuhan organisme. Racun ini tidak tahan panas dan dapat dihancurkan dengan pemanasan pada temperatur 80°C selama10 menit atau lebih. Penyakit ini jarang terjadi, tetapi sangat diperhatikan karena apabila tidak segera dirawat dengan benar, tingkat kematiannya tinggi. Kebanyakan kasus yang dilaporkan setiap tahunnya berkaitan dengan makanan yang kurang diproses, dikalengkan di rumah tangga, tetapi kadang-kadang makanan yang diproduksi secara komersial juga terlibat dalam kasus tersebut. Sosis, produk daging, sayuran kaleng, dan produk makanan laut, paling sering menjadi perantara dalam kasus botulisme pada manusia. rganisme ini dan sporanya tersebar luas di alam. Bekteri ini ada di tanah, baik di tanah olahan, tanah hutan, endapan di dasar sungai, danau, dan perairan pantai, dan di dalam usus ikan dan mamalia, dan di dalam insang dan organ dalam kepiting dan jenis-jenis kerang lainnya. Kasu Clostridium botulinum Tetanus adalah penyakit akut, sering fatal, disebabkan oleh

Upload: ryu-ryants

Post on 29-Jun-2015

495 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Clostridium botulinum

1. Terjadinya pencemaran oleh bakeri Clostridium botulinum

2. Nama bakteri: Clostridium botulinum

Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk batang, anaerobik (tidak dapat tumbuh di lingkungan yang mengandung oksigen bebas), Gram-positif, dapat membentuk spora, dan dapat memproduksi racun syaraf yang kuat. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam makanan dengan pemrosesan yang kurang sesuai atau tidak benar. Ada tujuh tipe botulisme (A, B, C, D, E, F dan G) yang dikenal, berdasarkan ciri khas antigen dari racun yang diproduksi oleh setiap strain. Tipe A, B, E, dan F dapat menyebabkan botulisme pada manusia. Tipe C dan D menyebabkan sebagian besar botulisme pada hewan. Hewan yang paling sering terinfeksi adalah unggas liar dan unggas ternak, sapi, kuda, dan beberapa jenis ikan. Walaupun tipe G telah diisolasi dari tanah di Argentina, belum ada kasus yang diketahui disebabkan oleh strain ini. Botulisme karena makanan (untuk membedakan dari botulisme pada luka dan botulisme pada bayi) merupakan jenis keracunan makanan yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang mengandung racun syaraf yang kuat, yang dibentuk selama pertumbuhan organisme. Racun ini tidak tahan panas dan dapat dihancurkan dengan pemanasan pada temperatur 80°C selama10 menit atau lebih. Penyakit ini jarang terjadi, tetapi sangat diperhatikan karena apabila tidak segera dirawat dengan benar, tingkat kematiannya tinggi. Kebanyakan kasus yang dilaporkan setiap tahunnya berkaitan dengan makanan yang kurang diproses, dikalengkan di rumah tangga, tetapi kadang-kadang makanan yang diproduksi secara komersial juga terlibat dalam kasus tersebut. Sosis, produk daging, sayuran kaleng, dan produk makanan laut, paling sering menjadi perantara dalam kasus botulisme pada manusia. rganisme ini dan sporanya tersebar luas di alam. Bekteri ini ada di tanah, baik di tanah olahan, tanah hutan, endapan di dasar sungai, danau, dan perairan pantai, dan di dalam usus ikan dan mamalia, dan di dalam insang dan organ dalam kepiting dan jenis-jenis kerang lainnya.

Kasu Clostridium botulinum

Tetanus adalah penyakit akut, sering fatal, disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan dalam luka akibat Clostridium tetani. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang penting, dengan perkiraan angka kejadian mencapai satu juta kasus di seluruh dunia. Prevalensi tetanus sangat tinggi di negara berkembang, dimana termasuk dalam 10 penyebab kematian terbesar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyakit dan determinan mortalitas tetanus di Bagian Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Jenis penelitian adalah historical cohort (retrospektif cohort), dan subyek penelitian merupakan data sekunder, meliputi status dan catatan medik tetanus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, mulai 1 Januari 2000-31 Desember 2002. Sampel diambil dengan metode purposive sampling kemudian diolah dengan SPSS 11.0 for windows serta Stata 7.0 dan dilakukan uji statistik analisis regresi logistik.

Dari penelitian didapatkan 86 orang sampel, dimana laki-laki sebanyak 70 orang, 81.40% lebih banyak dari perempuan. Kasus terbanyak pada usia 40-53 tahun, tercatat 23 kasus (26.74%). Luka luar sebelum menderita tetanus ditemukan pada 61 pasien (70.93%). Mortalitas terjadi pada 32 kasus tetanus, dengan laki-laki 24 orang (34.29%) sedangkan perempuan 8 orang (50%). Mortalitas terbanyak pada rentang usia 54-62 tahun. Kemudian 29 (47.54%) kasus mortalitas ditemukan dengan latar belakang luka luar. Penyebab mortalitas tersering adalah

Page 2: Clostridium botulinum

asfiksia ditemukan pada 10 orang (31.250%), kemudian gagal nafas 7 (21.875%), dan bronkospasme pada 5 orang (15.625%). Hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) laki laki terhadap mortalitas 0.45 kali dibanding perempuan. OR kuartil umur ke-3 (K3), yaitu 54-62 tahun, 1.86 kali dibanding K1 (?39 tahun), sedangkan K2 dan K4 mempunyai resiko 0.99 dan 1.10 kali. OR adanya luka luar 7.94 kali dibanding tanpa luka luar. Nilai p>Chi-square=0.0140.

Penyakit tetanus lebih banyak terjadi pada laki-laki. Dengan tidak membedakan jenis kelamin, didapatkan usia pasien tetanus paling banyak adalah 40-53 tahun. Pada pasien dengan adanya luka luar sebagai port d’entrée kuman penyebab tetanus, Clostridium tetani, penyakit tetanus paling banyak ditemukan. Selain itu didapatkan adanya hubungan antara kematian tetanus dengan luka luar, dengan hasil penelitian yang bermakna. Sedangkan jenis kelamin dan usia pasien tidak berpengaruh terhadap kematian tetanus

3.Dampak bakteri.Clostridium botulinum

dampaknya adalah terserang penyakit tianus. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, t erutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupanImunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandungkotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Sporakuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.Port ofentry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui :1.Luka tusuk,gigitan binatang, luka bakar.2.Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengabaik.3.OMP, caries gigi.4.Pemotongan tali pusat yang tidak s teril.5.Penjahitan luka robekyang tidak steril Ada empat tipe botulisme yang dikenal: botulisme karena makanan, botulisme pada bayi, botulisme pada luka, dan botulisme yang belum diklasifikasikan. Makanan-makanan tertentu telah dilaporkan sebagai sumber spora dalam kasus-kasus botulisme pada bayi dan kategori yang belum diklasifikasikan; botulisme pada luka tidak terkait dengan makanan. Botulisme karena makanan merupakan nama penyakit (sebenarnya keracunan makanan) yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang mengandung racun syaraf yang diproduksi oleh C. botulinum . Botulisme pada bayi, yang pertama kali dikenal tahun 1976, menginfeksi bayi di bawah usia 12 bulan. Botulisme tipe ini disebabkan karena konsumsi spora C. botulinum yang kemudian menghuni usus dan memproduksi racun dalam saluran usus bayi ( intestinal toxemia botulism ). Di antara berbagai sumber lingkungan yang potensial seperti tanah, air yang ditampung, debu, dan makanan, madu merupakan sumber spora C. botulinum yang sejauh ini dapat dipastikan menjadi penyebab botulisme pada bayi, baik dari hasil penelitian laboratorium maupun penelitian epidemiologi. Jumlah botulisme pada bayi yang dilaporkan meningkat tajam karena meningkatnya pengetahuan para petugas kesehatan sejak dikenalnya penyakit ini pada tahun 1976. Sekarang penyakit ini telah dikenal secara internasional, dan kasusnya dilaporkan dari lebih banyak negara.

4. Cara mengatasi bakteri Clostridium botulinum

Dengan diberukan obat 1. Antibiotika Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.

Page 3: Clostridium botulinum

Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C. tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat dilakukan.

2.Antitoksin

Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin (TIG) dengan dosis 3000- 6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada sebelah luar.