ckd nara

32
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) A. Definisi CKD Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mil/min. Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat. Azotemia adalah peningkatan BUN dan ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat. Uremia adalah sindrom akibat gagal ginjal yang berat. Gagal ginjal terminal adalah ketidakmamapuan renal berfungsi dengan adekuat untuk keperluan tubuh (harus dibantu dialisis dan transplantasi ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama edisi ketiga,2008 ). Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare,2001). B. Etiologi 1. Penyebab gagal ginjal kronik yaitu : 1

Upload: opik-taufiqurrahman

Post on 20-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ckd

TRANSCRIPT

Page 1: CKD NARA

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Definisi CKD

Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan

ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi

bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mil/min.

Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan

irreversible. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang

dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat. Azotemia adalah peningkatan BUN dan

ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat. Uremia adalah sindrom akibat

gagal ginjal yang berat. Gagal ginjal terminal adalah ketidakmamapuan renal

berfungsi dengan adekuat untuk keperluan tubuh (harus dibantu dialisis dan

transplantasi ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama edisi ketiga,2008 ).

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

irreversible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare,2001).

B. Etiologi

1. Penyebab gagal ginjal kronik yaitu :

a. Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, pielonefritis, penyakit ginjal

polikistik.

b. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, nefropati, hipertensi, diabetes

mellitus

2. Dibawah ini adalah penjelasan perjalanan penyakit gagal ginjal kronik :

a. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan pada glomerulus

yang diakibatkan karena adanya pengendapan kompleks antigen antibodi.

Kompleks biasanya terbentuk 7 – 10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh

streptokokus. Reaksi peradangan diglomerulus menyebabkan pengaktifan

komplemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan peningkatan

permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi glomerulus. Protein-protein

1

Page 2: CKD NARA

plasma dan sel darah merah bocor melalui glomerulus. Glomerulonefritis

dibagi menjadi dua : 

1) Glomerulonefritis akut, adalah peradangan glomerulus secara mendadak.

2) Glomerulonefritis kronik, adalah peradangan yang lama dari sel-sel

glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut tidak

membaik atau timbul secara spontan.

b. Pielonefritis

Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal itu sendiri.

Pielonefritis dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut biasanya

terjadi akibat infeksi kandung kemih asenden. Pielonefritis akut juga dapat

terjadi melalui infeksi hematogen. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat

infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,

obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pada infeksi ginjal, terjadi respons

imun dan peradangan yang menyebabkan edema interstisium dan

kemungkinan pembentukan jaringan parut. Yang paling sering terkena adalah

tubulus dan dapat mengalami atrofi. Pada pielonefritis kronik, terjadi

pembentukan jaringan parut dan obstruksi tubulus yang luas. Kemampuan

ginjal untuk memekatkan urine menurun karena kerusakan tubulus-tubulus.

c. Penyakit Ginjal Polikistik

Penyakit ginjal polikistik (PKD) ditandai dengan kista-kista multipel, 

bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan

parenkim ginjal normal akibat penekanan.. Kista –kista ini terisi oleh cairan

jernih atau hemoragik. Ginjal yang membesar dan tubulus distal serta duktus

pengumpul berdilatasi menjadi elongasi kista. Semakin lama ginjal tidak

mampu mempertahanakan fungsi ginjal, sehingga ginjal akan menjadi rusak

(GGK).

d. Nepritis Lupus

Nefritis lupus disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang

terperangkap dalam membrane basalis glomerulus (GBM) dan menimbulkan

kerusakan. Pada kasus SLE tubuh membentuk antibody terhadap DNAnya

sendiri. Gambaran klinis dapat berypa glomerulonedfritis akut atau sindrom

nefrotik. Perubahan yang paling dini seringkali hanya mengenai sebagian

rumbai glomerulus atau hanya mengenai beberapa glomerulus yang tersebar. 

2

Page 3: CKD NARA

e. Nefropati Analgetik

Nefropati analgetik adalah bentuk penyakit tubulo intertisial yang

disebabkan oleh pemberian obat-obatan analgetik (khususnya fenasetin dan

NSAID), nefropati analgesik juga berkaitan dengan nekrosis papilar. Setelah

terpajan obat penyebab dalam waktu lama, pasien akan menderita gagal

ginjal tubulus dengan poliuria dan akhirnya menjadi gagal ginjal kronik.

f. Penyakit Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang

menetap diatas batas normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau

sistolik 140 mmHg. Pada ginjal, atrerosklerosis ginjal akibat hipertensi lama

menyebabkan nefrosklerosis benigna. Gangguan ini merupakan akibat

langsung iskemia renal. Ginjal mengecil, biasanya simetris, dan mempuyai

permukaan yang berlubang-lubang dan bergranula. Secara histologi, lesi

yang esensial adalah sklerosis arteri-arteri kecil serta arteriol yang paling

nyata pada arteriol aferen. Penyumbatan arteri dan arteriol akan

menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga seluruh

nefron rusak. 

g. Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah penyebab tunggal ESRD yang tersering,

berjumlah 30 % hingga 40 % dari semua  kasus. Diabetes melitus menyerang

struktur dan fungsi ginjal dalam bentuk nefropati diabetik. Nefropati diabetik

adalah istilah yang mencangkup semua lesi yang terjadi di ginjal pada

diabetes melitus.

3

Page 4: CKD NARA

C. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan

tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron

yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai

reabsorpsi, walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif

ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai 3/4 dari nefron–nefron rusak. Beban

bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi

berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron

yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana

timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas

kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini

fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau

lebih rendah.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka

gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

4

Page 5: CKD NARA

PATHWAY CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

VV

v

5

ZAT T0KSIK VASKULAR INFEKSI 0BS. SAL KEMIH

BATU BESAR DAN KASAR

RETENSI URIN

TERTIMBUN GINJAL

ARTERI0-SKLER0SIS

REAKSI ANTIGEN ANTIB0DI

suplay darah ginjal turun

GFR TURUN

GGK

Menekan saraf perifer

Iritasi/cedera jaringan

Nyeri pinggang

hematuria

anemia

Total CES naik

Resiko infeksi

Sekresi protein terganggu Retensi Na Sekresi eritropoitis turun

Sindrom uremiaProduksi Hb turun

Urokrom tertimbun di

kulit

Gangguan keseimbangan asam basa

Tek kapiler naikPer pospatemia

Suplai nutrisi dalam darah turun

Prod asam lambung naik

pruritisPerubahan warna kulit

Nausea vomitus

Gangg. nutrisiVolume interstisial naik

Kerusakan integritas kulit

Iritasi lambung

Oksihemoglobin turunedema

Suplai O2 kasar turun

Pre load naik

Resiko perdarahan Beban jantung naik

int oleransi aktivitas

Hipertrofi ventrikel kiri

Mual muntah

gastritis melena

anemia Payah jantung kiri

Ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer

Page 6: CKD NARA

v

6

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

keletihan

Suplai 02 jaringan turun

Suplai 02 ke 0tak turun

Aliran darah ginjal turun

Bendungan atrium kiriC0P turun

Tekanan vena pulmonalis

Kapiler paru naik

Gangguan pertukaran gas

RAA turun Edema paru

Retensi Na & H20

Syncope (kehilangan kesadaran)

Kelebihan v olume cairan

Asam laktat naik

Metabolisme anaerob

nyeri

Fatigue, Nyeri sendi

Page 7: CKD NARA

D. Klasifikasi

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

1. Stadium 1

Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 50 % – 75 %). Tahap inilah yang

paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum

merasasakan gejala - gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih

dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood

Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik.

2. Stadium 2

Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini penderita dapat

melakukan tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada

tahap ini lebih dari 50 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru

mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda

beda, tergantung dari kadar protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin

serum mulai meningkat melebihi kadar normal.

3. Stadium 3

Gagal ginjal stadium akhir atau Uremia (faal ginjal sekitar 10-20%). Semua

gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tidak dapat

melakukan tugas sehari hari sebagaimana mestinya. Pada Stadium ini,  sekitar 90

% dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10-20 % dari keadaan normal

dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.

E. Manifestasi klinis

1. Gangguan kardiovaskuler

a. Hipertensi

b. nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis

c. effusi perikardiac

d. gagal jantung akibat penimbunan cairan

e. gangguan irama jantung

f. pitting edema.

7

Page 8: CKD NARA

2. Gangguan Pulmoner

a. Nafas dangkal

b. Kussmaul

c. Batuk dengan sputum kental dan liat

d. Suara krekels.

3. Gangguan gastrointestinal

a. Konstipasi/diare

b. Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme

protein dalam usus

c. Perdarahan pada saluran gastrointestinal

d. Ulserasi dan perdarahan pada mulut.

4. Gangguan muskuloskeletal

a. Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan )

b. burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki)

c. tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.

5. Gangguan Integumen

a. Kulit kering dan bersisik

b. kulit berwarna pucat akibat anemia dan

c. kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom

d. gatal – gatal akibat toksik

e. kuku tipis dan rapuh.

6. Gangguan endokrin

a. Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun

b. Gangguan menstruasi dan amenore.

c. Atrofi testis

7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

a. Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium

dan dehidrasi

b. Asidosis,

c. Hiperkalemia

d. Hipomagnesemia

e. Hipokalsemia.

8

Page 9: CKD NARA

8. System hematologi

Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga

rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat

berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi

gangguan fungsi trombosis dan trombositopenia.

F. Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain:

1. Hiperkalemia

2. Perikarditis

3. Hipertensi

4. Anemia

5. Penyakit tulang (Smeltzer & Bare,2001).

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan biokimia plasma untuk meengetahui fungsi ginjal dan gangguan

elektrolit,mikroskopis urin, urin analisa, tes serologi untuk mengetahui penyebab

glumerulonefritis, dan tes – tes penyaringan sebagai persiapan sebelum dialysis

(biasanya hepatitis B dan HIV)

2. USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan penyebab gagal

ginjal, misal adanya kista atau obstruksi pelvis ginjal. Dapat pula dipakai foto

polos abdomen. Jika ginjal lebih kecil dibandingkan usia dan besar tubuh pasien

maka lebih cenderung kea rah gagal ginjal kronik.

3. Pemeriksaan laboratorium darah

BUN, keratin, elektrolit ( Na, K, Ca, Phosphat ) hematologi (Hb, trombosit, Ht,

leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)

4. Pemeriksaan urine

Warna, PH, bau, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen).

9

Page 10: CKD NARA

H. Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah untuk meminimalkan komplikasi dan

memperlambat perkembangan penyakit. Penyebab dan berbagai keadaan yang

memperburuk gagal ginjal kronik harus segera dikoreksi.

Diet rendah protein ( 0,4 – 0,8 gr/ kg BB ) bisa memperlambat perkembangan

gagal ginjal kronik. Tambahanvitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet

ketat atau menjalani dianalisa. Pada penderita gagal ginjal kronik biasanya kadar

trigliserida dalam darah tinggi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi seperti stroke dan seranagan jantung. Untuk menurunkan kadar trigliserida

diberikan gemfibrozil. Kadar asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu

rendahnya kadar garam (natrium) dalam darah. Asupan garam biasanya tidak dibatasi

kecuali jika ada edema ( penimbunan cairan di dalam jaringan ) atau hipertensi.

Makanan kaya kalsium harus dihindari Hiperkalsemia ( tingginya kadar

kalsium dalam darah ) sangat berbahaya karena meningkatkan risiko terjadinya

gangguan irama jantung atau cardiac arrest.

Jika kadar kalium terlalu tinggi maka berikan saja natrium polisteren sulfonat

untuk mengikat kalium sehingga kalium dapat dibuang bersama tinja. Kadar fosfat

dalam darah dikeendalikan dengan membatasi asupan makanan kaya fosfat (misalnya

produk olahan susu, hati, polong, kacang – kacangan dan minuman ringan. Bias

diberikan obat – obatan yang mengikat fosfat, seperti kalsium karbonat, kalsium

asetat dan aluminium hidroksida. Anemia terjadi karena gagal ginjal menghasilkan

eritropoetion dalam darah mencukupi. Tranfusi darah hanya diberikan jika anemianya

berat atau menimbulkan gejala. Kecenderungan mudahnya terjadi perdarahan untuk

sementara waktu bisa diatasi dengan tranfusi sel darah merah atau platelet atau

dengan obat – obatan ( demopresin atau estrogen). Gejala gagal jantung biasanya

terjadi akibat penimbunan cairan dan natrium. Pada keadaan ini dilakukan

pembatasan asupan natriumatau diberikan diuretic misalnya furosemid, bumetanid,

torsemid.

10

Page 11: CKD NARA

I. Pencegahan

Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan

sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.

Penurunan terjadi yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian

terhadap masalah kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan

pemeriksaan urinalis.

Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang

menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepadsa

pengobatan masalah medis dengan sempurnadan mengawasi status kesehatan orang

pada waktu mengalami stress (injeksi, kehamilan).

11

Page 12: CKD NARA

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Pengkajian

1. Biodata

Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda,

dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.

2. Keluhan utama

Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak ada selera makan

(anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum),

gatal pada kulit.

3. Riwayat penyakit

a. Sekarang : Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis.

b. Dahulu : Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,

payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik,  

Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.

c. Keluarga : Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).

4. Pemeriksaan Fisik

a. Pernafasan (B1: Breathing)

1) Gejala : Nafas pendek, dispnea, nokturnal paroksismal, batuk

dengan/tanpa sputum, kental dan banyak

2) Tanda :

a) Takhipnea, dispnea

b) Peningkatan frekuensi

c) Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)

b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

1) Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau

angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.

2) Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki,

telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik,

friction rub. perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan,

kuning.kecendrungan perdarahan.

12

Page 13: CKD NARA

c. Persyarafan (B 3 : Brain)

Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.

d. Perkemihan-Eliminasi Urine (B.4 : Bladder)

1) Gejala :

Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), tidak dapat kencing.

Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)

2) Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan), oliguria

dapat menjadi anuria

e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan

Diare, abdomen kembung.

f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

1) Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk

saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.

2) Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada

kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi

keterbatasan gerak sendi.

5. Pola Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a. Pola aktivitas / istirahat

1) Kelemahan (malaise),

2) kelelahan ekstremitas,

3) gangguan tidur ( insomnia,/gelisah atau samnolen)

4) kelemahan otot

5) kehilangan tonus

6) penurunan rentang gerak.

b. Pola Respirasi

Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal paroksimal, batuk dengan

atau tanpa sputum kental dan banyak

Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekunsi/kedalaman

(pernapasan kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda- encer

(edema)

13

Page 14: CKD NARA

c. Pola nutrisi / cairan

Gejala :

1) Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, nyeri uluhati

2) Rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia)

3) intake minum yang kurang

4) Peningkatan berat badan cepat (edema) penurunan berat badan

(malnutrisi)

Tanda :

1) Distensi abdomen/ ansietas, pembesaran hati ( tahap akhir)

2) Edema (umum dan tergantung)

3) Perubahan turgor kulit/kelembaban

4) Ulserasi gusi,perdarahan gusi/ lidah

5) Penurunan otot,penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga

d. Pola Eliminasi

Gejala : Penurunan frekuensi urine ( kurang dari 400 cc/hari) oliguria,

anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria

atau anuria.

e. Pola hubungan dan peran

Gejala : Kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja,

mempertahankan fungsi peran).

f. Pola sensori dan kognitif

Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati /

mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien

mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami

disorientasi/ tidak.

g. Pola persepsi dan konsep diri.

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan

penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,

banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami

kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

14

Page 15: CKD NARA

h. Pola seksual dan reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ

reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan

kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta

orgasme. Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

i. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor

stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena

ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,

kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien

tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada

kekuatan,

Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan

kepribadian.

j. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta

gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah

maupun mempengaruhi pola ibadah klien.

B. DIAGNOSA

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin, diet berlebih

dan retensi cairan dan natrium

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah

dan prosedur dialisis.

15

Page 16: CKD NARA

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan 1 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

haluran urin, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium

a. Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

b. Kriteria Hasil

1) Menunjukkan perubahan- perubahan berat badan yang lambat

2) Mempertahankan pembatasan diet dan cairan

3) Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema

4) Menunjukkan tanda- tanda vital normal

5) Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher

6) Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi nafas

pendek

7) Melakukan hygine oral dengan sering

8) Melaporkan penurunan rasa haus

9) Melapor berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut.

16

Page 17: CKD NARA

17

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji status cairan :

a. Timbang berat badan

harian

b. Keseimbangan masukan

dan haluran

c. Turgor kulit dan adanya

edema

d. Distensi vena leher

e. Tekanan darah, denyut

dan irama nadi.

1. Pengkajian merupakan

dasar dan data dasar

berkelanjutan untuk

memantau perubahan dan

mengevaluasi intervensi

2. Batasi masukan cairan 2. Pembatasan cairan akan

menentukan berat tubuh

ideal, haluaran urin, dan

respon terhadap terapi

3. Identifikasi sumber potensial

cairan :

a. Medikasi dan cairan

yang digunakan untuk

pengobatan : oral dan

intravena

b. Makanan

3. Sumber kelebihan cairan

yang tidak dapat diketahui

dapat diidentifikasi

4. Jelaskan pada pasien dan

keluarga rasional pembatasan

4. Pemahaman

meningkatkan kerja

sama pasien dan

keluarga dalam

pembatasan cairan.

5. Bantu pasien dalam

menghadapi

ketidaknyamanan akibat

pembatasan cairan

5. Kenyamanan pasien

meningkatkan kepatuhan

terhadap pembatasan

diet

6. Tingkatkan dan dorong

hygine oral dengan sering

6. Hiygine oral mengurangi

kekeringan membran

mukosa mulut

Page 18: CKD NARA

Diagnosa keperawatan 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan

membran mukosa mulut.

a. Tujuan : Mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat

b. Kriteria Hasil :

1) Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi

2) Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet

3) Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet

4) Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak

menimbulkan rasa kenyang

5) Menjelaskan dengan kata- kata sendiri rasional pembatasan diet dan

hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea

6) Mengkonsulkan daftar makan yang dapat diterima

7) Melaporkan peningkatan nafsu makan

8) Menunjukkan tidak adanya pertambahan atau penurunan berat badan yang

cepat

9) Menunjukkan turgor kulit yang noramal tanpa edema : Kadar albumin

plasma dapat diterima

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji status nutrisi :

a. Perubahan berat badan

b. Pengukuran

antropometrik

c. Nilai laboratorium

(elektrolit serum, BUN,

kreatinin, protein,

transferin, dan kadar

besi).

1. Menyediakan data dasar untuk

memantau perubahan dan mengevaluasi

intervensi

2. Kaji pola diet nutrisi 2. Pola diet dahulu dan sekarang dapat

18

Page 19: CKD NARA

pasien :

a. Riwayat diet

b. Makanan kesukaan

c. Hitung kalori

dipertimbangkan dalam menyusun menu

3. Kaji faktor yang berperan

dalam merubah masukan

nutrisi :

a. Anoreksia, mual, atau

muntah.

b. Diet yang tidak

menyenangkan bagi

pasien.

c. Depresi

d. Kurang memahami

pembatasan diet

e. Stomatitis

3. Menyediakan informasi menegenai

faktor lain yang dapat diubah atau

dihilangkan untuk meningkatkan

masukan diet.

4. Menyediakan makanan

kesukaan pasien dalam

batas- batas diet

4. Mendorong peningkatan masukan diet

5. Tingkatkan masukan

protein yang mengandung

nilai biologis tinggi : Telur,

susu, daging.

5. Protein lengkap diberikan untuk

mencapai keseimbangan nitrigen yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan

penyembuhan

6. Anjurkan cemilan tinggi

kalori, rendah protein,

rendah natrium, diantara

waktu makan

6. Mengurangi makanan dan protein yang

dibatasi dan menyediakan kalori untuk

energi, membagi protein untuk

pertumbuhan dan penyembuhan

jaringan

7. Ubah jadwal medikasi

sehingga medikasi ini tidak

segera diberikan sebelum

makan.

7. Ingesti medikasi sebelum makan

menyebabkan anoreksia dan rasa

kenyang

8. Jelaskan rasional 8. Meningkatkan pemahaman pasien

19

Page 20: CKD NARA

pembatasan diet dan

hubungannya dengan

penyakit ginjal dari

peningkatan urea dan kadar

kreatinin

tentang hubungan antara diet, urea,

kadar kreatinin dengan penyakit renal.

9. Sediakan daftar makanan

yang dianjurkan secara

tertulis dan anjuran untuk

memperbaiki rasa tanpa

menggunakan natrium atau

kalium

9. Daftar yang dbuat menyediakan

pendekatan positif terhadap pembatasan

diet dan merupakan referensi untuk

pasien dan keluarga yang dapat

digunakan dirumah.

10. Ciptakan lingkungan yang

menyenangkan selama

waktu makan

10. Faktor yang tidak menyenangkan yang

berperan dalam menimbulkan anoreksia

dihilangkan.

11. Timbang berat badan harian 11. Untuk memantau status cairan dan

nutrisi

12. Kaji bukti adanya masukan

protein yang tidak adekuat :

a. Pembentukan edema

b. Penyembuhan yang

lama

c. Penurunan kadar

albumin serum

12. Masukan protein yang tidak adekuat

dapat menyebabkan penurunan albumin

dan protein lain, pembentukan edema,

dan perlambatan penyembuhan.

Diagnosa keperawatan 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,

retensi produk sampah dan prosedur dialisis.

20

Page 21: CKD NARA

a. Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

b. Kriteria Hasil :

1) Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan

2) Melaporkan peningkatan rasa sejahtera

3) Melakukan istirahat dan aktifitas secara bergantian

4) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih

D. IMPLEMENTASI

Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah

21

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan :

a. Anemia

b. Ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit

c. Retensi produk samapah

d. Depresi

1. Menyediakan informasi tentang

indikasi tingkat keletihan

2. Tingkatkan kemandirin dalam

aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi : Bantu jika

keletihan terjadi.

2. Meningkatkan aktivitas ringan atau

sedang dan memperbaiki harga diri

3. Anjurkan aktivitas alternatif

sambil istirahat

3. Mendorong latihan dan aktivitas

dalam batas- batas yang dapat

ditoleransi dan idtirahat yang adekuat.

4. Anjurkan untuk beristirahat

setelah dialisis

4. Istirahat yang adekuat dianjurkkan

setelah dialisis, yang bagi banyak

pasien sangat melelahkan.

Page 22: CKD NARA

dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien.

E. EVALUASI

1. Intake dan output yang seimbang

2. Status nutrisi yang adekuat

3. Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.

4. Tidak terjadi perubahan / gangguan konsep diri.

5. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

6. Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: CKD NARA

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid

3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai

Penerbit FKUI

23