chapter iii-v.pdf
TRANSCRIPT
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi
penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formula sediaan, pemeriksaan
mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan dan uji kesukaan (Hedonic test)
terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium,
neraca analitis, freeze dryer, mesin pengering, spatula, sudip, kaca objek,
lumpang dan alu porselen, ayakan mesh 60 dan mesh 100, cawan penguap,
tissue, alat pencetak, alat penguji kekerasan (copley) dan wadah bedak
kompak.
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel
(Daucus carota L). Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, Seng
oksida, kaolin, talkum, magnesium karbonat, oleum citri, nipagin, gliserol dan
gom arab.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Penyiapan Sampel
Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi
tumbuhan dan pengolahan sampel.
3.2.1 Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah
wortel yang masih segar yang terdapat di Desa Sempa Jaya, Kecamatan
Brastagi Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
3.2.2 Determinasi tumbuhan
Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU.
Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 43.
3.2.3 Pengolahan sampel
Buah wortel yang masih segar dikumpulkan kemudian disortasi, dicuci
hingga bersih, dikikis kulitnya. Setelah itu ditimbang berat wortel seluruhnya.
3.3 Pembuatan Sari Wortel
Buah wortel segar seberat 3 kg yang telah dicuci bersih, kemudian di
juice dengan juicer, didapat 750 ml sari wortel yang kedalamnya ditambahkan
0,1% Natrium metabisulfit di freeze drying selama 24 jam pada suhu -40ºC
dengan tekanan 2 atm.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pembuatan Bedak Kompak dengan Sari Wortel sebagai Pewarna dalam Berbagai Konsentrasi
3.4.1 Formula
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan bedak kompak
dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Formularium
Kosmetika Indonesia, 1985):
R/ Seng oksida 16,7 g
Kaolin 33,5 g
Talkum 33,3 g
Magnesiumkarbonat 16,5 g
Zat warna q.s
Parfum q.s
3.4.2 Formula yang dimodifikasi
Dalam penelitian ini, formula standar dari Formularium Kosmetika
Indonesia setelah dimodifikasi sebagai berikut:
R/ Seng oksida 16,7 g
Kaolin 33,5 g
Magnesium karbonat 16,5 g
Sari wortel x %
Parfum q.s
Nipagin 0,1 g
Pengikat q.s
Talkum (g) ad 100
Universitas Sumatera Utara
Pengikat gom arab: Gom arab 5%
Gliserol 5%
Air 90%
Keterangan x = 7,5%, 10%, 12,5%, 15%
Konsentrasi sari wortel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
7,5%, 10%, 12,5%, 15% dan blanko (tanpa zat warna). Modifikasi formula
sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Modifikasi formula sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel sebagai pewarna dalam berbagai konsentrasi
Keterangan: Sediaan 1 : Formula tanpa sari wortel Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 7,5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 10% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 12,5% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 15%
3.4.3 Prosedur pembuatan pengikat
Gom arab dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditambahkan air
sebanyak 1,5 kali dari berat gom arab. Di diamkan beberapa saat, kemudian
digerus kencang sampai terbentuk mucilago. Setelah itu, ditambahkan gliserol
sambil terus digerus. Ditambahkan sisa air lalu, digerus homogen.
Komposisi Sediaan 1 2 3 4 5
Seng oksida (g) 16,7 16.7 16,7 16,7 16,7 Kaolin (g) 33,5 33,5 33,5 33,5 33,5 Magnesium karbonat (g) 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 Sari wortel (%) 0 7,5 10 12,5 15 Parfum (g) q.s q.s q.s q.s q.s Nipagin (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Pengikat (g) 12 12 12 12 12 Talkum (g) 21,2 13,7 11,2 8,7 6,2
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Prosedur pembuatan bedak kompak
Seng oksida digerus terlebih dahulu, kemudian diayak dengan
pengayak mesh 60. Dimasukkan magnesium karbonat ke dalam lumpang.
Ditambahkan kaolin dan seng oksida, lalu digerus homogen. Kemudian
ditambahkan nipagin yang telah dihaluskan, digerus homogen (Massa I).
Didalam lumpang yang lain, digerus zat warna sari wortel bersama talkum
(Massa II). Dimasukkan massa II ke dalam massa I, dihomogenkan.
Ditambahkan parfum lalu, digerus perlahan sampai homogen. Kemudian
disemprotkan dengan sejumlah larutan pengikat secara perlahan-lahan dan
digerus hingga homogen. Ayak dengan pengayak mesh 60. Masukkan ke
dalam mesin pengering (dikeringkan kira-kira selama 10-20 menit). Kemudian
diayak kembali dengan pengayak mesh 100. Dikempa lalu dimasukkan ke
dalam wadah.
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
Pemeriksaan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap masing-masing
sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik meliputi: pemeriksaan
homogenitas, uji poles, daya sebar, uji kekerasan, uji keretakan dan stabilitas
sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan
bau dari sediaan.
3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Pewarna pada bedak wajah harus dapat terdispersi secara homogen
dalam dasar bedak. Tidak boleh ditemukan adanya warna yang tidak merata
Universitas Sumatera Utara
pada bedak. Pemeriksaan homogenitas dapat dilakukan dengan menyebarkan
bedak pada kertas putih dan dilihat homogenitasnya pada kaca pembesar. Jika
warna pada dasar bedak menyebar secara merata, maka bedak dikatakan
homogen (Butler, 2000).
3.5.2 Uji poles
Uji poles dapat dilakukan dengan mempoleskan sediaan bedak kompak
dengan menggunakan aplikator yang benar. Pengompakan yang tidak benar
akan mempengaruhi hasil dari parameter ini. Jika tekanan terlalu besar bedak
kompak yang dihasilkan tidak dapat dipoles dengan mudah dan akan ada gaya
adhesi yang cukup terhadap puff. Jika tekanannya terlalu rendah bedak kompak
akan menjadi kurang kompak dan mempunyai kecendrungan menjadi remuk
dan pecah (Butler, 2000).
3.5.3 Daya sebar
Sediaan dihaluskan terlebih dahulu lalu ditimbang sebanyak 0,5 gram
dan diletakkan ditengah-tengah kaca ditutup dengan kaca lain yang telah
ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter
sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit,
lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus-menerus hingga diperoleh
diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan
diameter sebar sediaan (Garg, et al., 2002).
3.5.4 Uji kekerasan
Sediaan yang telah di buat di uji kekerasannya dengan menggunakan
alat uji kekerasan (copley). Dihidupkan alat uji kekerasan dengan menekan
Universitas Sumatera Utara
tombol on yang terdapat dibelakang alat. Diletakkan 1 sediaan uji coba terlebih
dahulu lalu ditekan tombol new size, tujuannya agar alat selanjutnya dapat
menyesuaikan ukuran sediaan yang akan diuji kekerasannya. Setelah itu,
dibersihkan guard dengan kuas lalu, diletakkan sediaan yang akan diuji
kekerasannya. Kemudian tekan tombol test, maka alat akan menampilkan nilai
kekerasan dari sediaan.
3.5.5 Uji keretakan
Uji keretakan bedak kompak dilakukan dengan menjatuhkan bedak
kompak pada permukaan kayu beberapa kali (2-3 kali) pada ketinggian 8-10
inci. Jika bedak kompak tidak rusak, menunjukkan bahwa kekompakannya
lulus uji dan dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal yang tidak memuaskan
(Butler, 2000).
3.5.6 Uji stabilitas
Uji ini meliputi parameter organoleptik yaitu dilakukan pengamatan
terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan bedak kompak
dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu
kamar pada hari ke 1, hari ke 7, hari ke 15 dan selanjutnya setiap 5 hari sekali
hingga hari ke 90 (Anvisa, 2005).
3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan,
kemudian dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test)
terhadap sedian yang dibuat.
Universitas Sumatera Utara
3.6.1 Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan bedak kompak dengan maksud
untuk mengetahui bahwa bedak yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada
kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang
akan segera timbul sesaat setelah terjadi perlekatan atau penyentuhan pada
kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah
penyentuhan atau perlekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka
(open Test) pada lengan bagian bawah dalam terhadap 10 orang panelis. Uji
tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi
lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa
yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari selama dua hari
berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal atau
bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya
eritema diberi tanda (+), eritema dan papula (++), eritema, papula disertai
pembentukan vesikula(+++), edema dan vesikula (++++) dan yang tidak
menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-) (Tranggono dan Latifah, 2007).
3.6.2 Uji kesukaan (Hedonic test)
Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap sediaan yang dibuat. Jumlah panel uji kesukaaan makin besar semakin
baik. Sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang panelis. Pengujian dilakukan
dengan cara: setiap panelis mengoleskan masing-masing sediaan bedak
Universitas Sumatera Utara
kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya lalu, memberikan
penilaian terhadap masing-masing bedak kompak berdasarkan tekstur dan
warna.
Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan penyapuan
sediaan bedak kompak, homogenitas dan intensitas warna. Menurut Badan
Standarisasi Nasional (2006) data yang diperoleh dari lembar penilaian
ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaan setiap sediaan dengan mencari hasil
rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%, menggunakan rumus:
P (
Keterangan: P : tingkat kepercayaan : Nilai rata-rata 1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95% S : Simpangan baku n : Banyaknya panelis Kriteria panelis (Soekarto, 1981):
1. Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil
secara acak sebanyak 30 orang panelis. Jumlah anggota panelis semakin
besar semakin baik.
2. Berbadan sehat.
3. Tidak dalam tekanan.
4. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian
organoleptik.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Uji Angka Lempeng Total
Pengujian angka lempeng total dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, USU.
Sebanyak 1 gram sediaan bedak kompak yang telah dihaluskan
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi 10 ml aquabides steril
(pengenceran 1:10), sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Dipersiapkan 4 buah
tabung reaksi. Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 lalu, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi I yang telah berisi 9 ml aquabides steril, diperoleh pengenceran
10-2. Kemudian dipipet 1 ml pengenceran 10-2 lalu, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi II yang telah berisi 9 ml aquabides steril, diperoleh pengenceran
10-3. Demikian seterusnya hingga diperoleh pengenceran 10-5. Setelah itu,
dipipet 1 ml pengenceran 10-5 kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri.
Lalu ditambahkan 8-10 ml media PCA (Plate Count Agar) yang suhunya 38-
40ºC kemudian dihomogenkan. Diinkubasi selama 24-48 jam dengan suhu
37ºC. Dihitung jumlah koloni bakteri menggunakan Colony Counter.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Sari Wortel
Hasil sari berupa karamel berwarna orange sebanyak 64,49 gram yang
diperoleh dari 3 kg wortel. Randemen yang diperoleh yaitu 2,15%.
4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak
Variasi konsentrasi pewarna sari wortel yang digunakan menghasilkan
perbedaan warna pada sediaan bedak kompak. Bedak kompak dengan
konsentrasi sari wortel 7,5% menghasilkan warna krem dan pada konsentrasi
10% menghasilkan warna oranye lemah, pada konsentrasi 12,5% menghasilkan
warna oranye muda dan konsentrasi 15% menghasilkan warna oranye tua.
Aroma bedak kompak adalah aroma khas dari oleum citri. Warna sediaan
bedak kompak yang ada dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Warna yang dihasilkan
No Warna
1
2
3
4
Keterangan:
1. Warna krem 2. Warna oranye lemah 3. Warna oranye muda 4. Warna oranye tua
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak
4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat
homogen dan tidak ada ditemukan warna yang tidak merata pada saat
ditaburkan pada kertas putih.
4.3.2 Hasil uji poles bedak
Sediaan bedak kompak menghasilkan pengolesan yang baik jika
memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dipoleskan pada
punggung tangan. Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa sediaan yang
menghasilkan pengolesan yang baik adalah sediaan pada konsentrasi sari
wortel 7,5, 10 dan 12,5%. Hal ini ditandai dengan satu sampai dua kali
pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif dan homogen saat
dipoleskan pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan dengan
konsentrasi sari wortel 15% tidak memberikan warna yang intensif dan sukar
dipoleskan di kulit punggung tangan. Hal ini disebabkan tingkat zat warna sari
wortel yang tinggi. Wortel mengandung gula yang cukup tinggi, dimana gula
dapat berfungsi sebagai pengikat. Sehingga ketika ditambahkan pengikat gom
arab membuat sediaan bedak kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel
15% ini semakin mengeras dan sukar dipoleskan pada kulit punggung tangan.
Agar sediaan dapat dipoles maka jumlah pengikat harus diturunkan. Hasil uji
poles dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 54.
4.3.3 Hasil uji daya sebar
Pengujian daya sebar pada penelitian ini dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
membandingkan daya sebar bedak kompak yang menggunakan sari wortel
sebagai pewarna dengan bedak kompak yang beredar dipasaran. Data hasil
pemeriksaan daya sebar dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak
Sediaan
keterangan
Perlakuan (cm)
Nilai rata-rata
(cm) 1 2 3 1
Sebelum ditambah pemberat
2,7
2,7
2,8
2,7
Setelah ditambah pemberat
2,8
2,8
2,9
2,8
2
Sebelum ditambah pemberat
2,7
2,7
2,7
2,7
Setelah ditambah pemberat
2,8
2,8
2,8
2,8
3
Sebelum ditambah pemberat
2,7
2,6
2,6
2,6
Setelah ditambah pemberat
2,8
2,7
2,7
2,7
4
Sebelum ditambah pemberat
2,8
2,8
2,8
2,8
Setelah ditambah pemberat
2,9
2,9
2,9
2,9
5
Sebelum ditambah pemberat
2,7
2,7
2,7
2,7
Setelah ditambah pemberat
2,8
2,8
2,8
2,8
6
Sebelum ditambah pemberat
2,9
2,9
2,9
2,9
Setelah ditambah pemberat
3
3
3
3
Keterangan: Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15% Sediaan 6: Sediaan bedak kompak caring colours martha tilaar (blooming pink)
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pemeriksaan daya sebar yang telah dilakukan, daya
sebar sediaan bedak kompak menggunakan zat warna sari wortel sesuai dengan
daya sebar sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran.
4.3.4 Hasil uji kekerasan
Masing-masing konsentrasi dari bedak kompak diuji kekerasannya
menggunakan alat pengukur kekerasan (copley). Hasil uji kekerasan dapat
dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Data pemeriksaan kekerasan pada sediaan bedak kompak
Sediaan Perlakuan ke 1 (kg)
Perlakuan ke 2 (kg)
Perlakuan ke 3 (kg)
Nilai rata-rata (kg)
1 0,34 0,32 0,34 0,34 2 0,38 0,37 0,40 0,38 3 0,49 0,40 0,45 0,44 4 0,43 0,47 0,45 0,45 5 0,69 0,70 0,73 0,70 6 0,36 0,34 0,36 0,35
Keterangan: Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15% Sediaan 6: Sediaan bedak kompak caring colours martha tilaar (blooming pink)
Hasil uji kekerasan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak
dengan konsentrasi 7,5, 10, 12,5 dan 15% menunjukkan hasil yang berbeda.
Semakin tinggi konsentrasi semakin meningkat tingkat kekerasan bedak. Hal
ini disebabkan kandungan gula pada wortel, dimana gula dapat sebagai
pengikat. Sehingga bedak dengan konsentrasi sari wortel tertinggi memiliki
tingkat kekerasan yang besar pula. Kekerasan sediaan 1 dan 2 mendekati
kekerasan sediaan yang ada dipasaran. Sementara, kekerasan sediaan 3, 4 dan
Universitas Sumatera Utara
5 di atas kekerasan sediaan yang ada dipasaran. Namun, kekerasan sediaan
yang dibuat ini masih dapat digunakan.
4.3.5 Hasil uji keretakan
Pengujian keretakan sediaan bedak kompak dilakukan untuk
mengetahui kekompakan dari sediaan. Hasil uji keretakan pada setiap sediaan
bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Data pemeriksaan keretakan pada sediaan bedak kompak
Sediaan Dijatuhkan pada permukaan kayu dengan ketinggian 8-10 inci sebanyak 3 (tiga) kali
1 Tidak pecah 2 Tidak pecah 3 Tidak pecah 4 Tidak pecah 5 Tidak pecah
Keterangan: Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15%
Menurut Butler (2000), Jika bedak kompak tidak rusak, menunjukkan
bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal
yang tidak memuaskan. Dari hasil yang diperoleh maka, seluruh sediaan yang
dibuat memenuhi persyaratan uji keretakan.
4.3.6 Hasil uji stabilitas
Uji stabilitas dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan selama
penyimpanan. Hasil uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bentuk sediaan Lama pengamatan (Hari)
Pengamatan Bentuk Warna Bau Sediaan Sediaan Sediaan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 7 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 15 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 20 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 25 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 30 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 35 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 40 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 45 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 50 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 55 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 60 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 65 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 70 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 75 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 80 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 85 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 90 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk
Keterangan: b : bentuk (baik) Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel bk : bau khas Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% p : putih Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% k : krem Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% ol : oranye lemah Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15 om : oranye muda ot : oranye tua m : memudar
Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi
perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk,
didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan bedak kompak yang dibuat tidak
terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan selama 90 hari pada
penyimpanan suhu kamar. Dari hasil pengamatan warna, seluruh sediaan yang
Universitas Sumatera Utara
dibuat tetap stabil selama penyimpanan pada suhu kamar selama 60 hari
pengamatan. Pada hari ke 65 sampai hari ke 90 warna sediaan memudar.
Dengan bertambahnya konsentrasi zat warna sari wortel, warna bedak yang
dihasilkan semakin pekat. Bedak kompak dengan konsentrasi sari wortel 7,5%
memberikan warna krem, konsentrasi 10% memberikan warna oranye lemah,
konsentrasi 12,5% memberikan warna oranye muda dan konsentrasi 15%
memberikan warna oranye tua. Perubahan warna yang terjadi pada bedak
kompak pada hari ke 65 hingga hari ke 90 ini disebabkan kandungan beta
karoten yang terdapat dalam wortel. Beta karoten sangat mudah teroksidasi
dengan adanya cahaya, sehingga warna menjadi tidak stabil. Untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan warna yang disebabkan adanya
cahaya, penyimpanan dilakukan dalam wadah gelap. Sedangkan bau yang
dihasilkan dari seluruh sediaan bedak kompak adalah bau khas dari parfum
yang digunakan yaitu oleum citri. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan
90 hari pengamatan pada suhu kamar.
4.3.7 Hasil uji iritasi
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang
dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan bedak kompak pada kulit lengan
bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua
panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang
diamati yaitu adanya eritema, edema, papula dan vesikula. Dari hasil uji iritasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan bedak kompak yang dibuat tidak
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan iritasi. Data hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut
ini.
Tabel 4.6 Data uji iritasi
No
Pernyataan
Sukarelawan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Edema - - - - - - - - - -
2 Eritema dan Papula - - - - - - - - - -
3 Eritema, Papula dan Vesikula
- - - - - - - - - -
4 Edema dan Vesikula - - - - - - - - - -
Keterangan: - = Tidak ada reaksi + = Eritema ++ = Eritema dan papula +++ = Eritema, papula dan vesikula ++++ = Edema dan vesikula 4.3.8 Hasil uji kesukaan (Hedonic test)
Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan
ditentukan untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap
panelis pada tingkat kepercayaan 95%.
Setiap panelis diminta untuk mengoleskan masing-masing sediaan
bedak kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter
pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan bedak kompak,
homogenitas dan intensitas warna dari bedak kompak saat dipoleskan. Panelis
memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan.
Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonic test)
Panelis
Umur (tahun)
Sediaan 1 2 3 4 5
1 22 - 5 7 9 9 2 22 - 8 7 5 5 3 22 - 5 6 8 9 4 22 - 5 6 8 5 5 23 - 6 7 8 5 6 24 - 8 6 5 4 7 25 - 8 4 4 5 8 22 - 6 7 8 8 9 23 - 5 6 9 8 10 23 - 5 7 8 5 11 19 - 5 7 8 7 12 27 - 7 8 9 7 13 18 - 6 7 9 7 14 19 - 5 7 8 8 15 18 - 8 6 8 8 16 30 - 7 8 6 6 17 35 - 7 7 9 9 18 20 - 7 7 8 8 19 24 - 7 7 7 8 20 20 - 7 8 7 8 21 22 - 7 8 9 9 22 20 - 7 8 8 8 23 20 - 7 8 9 9 24 38 - 7 7 9 9 25 36 - 6 6 8 9 26 29 - 7 7 9 9 27 24 - 7 7 9 9 28 34 - 7 7 9 9 29 38 - 7 7 9 8 30 36 - 7 7 9 9
Total - 196 207 239 227
Keterangan: Amat suka : 9 Agak suka : 6 Tidak suka : 3 Sangat suka : 8 Netral : 5 Sangat tidak suka : 2 Suka : 7 Agak tidak suka : 4 Amat sangat tidak suka : 1 Sediaan 1 : Formula tanpa sari wortel Tidak diuji : - Sediaan 2 : Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3 : Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4 : Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5 : Formula dengan sari wortel 15%
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic test) terhadap 30 orang
panelis, diketahui bahwa ada tiga sediaan bedak kompak yang disukai, yaitu
sediaan dengan konsentrasi 10, 12,5 dan 15%. Sediaan 4 yaitu bedak kompak
konsentrasi zat warna sari wortel 12,5% dengan presentase kesukaan 7,49%
panelis menyukai sediaan ini. Sediaan bedak kompak dengan konsentrasi zat
warna sari wortel 12,5% mudah dipoles dan memberikan warna yang sesuai
dengan warna kulit, sehingga banyak disukai kebanyakan panelis. Sediaan 5
yaitu bedak kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 15% dengan
presentase 7,01% panelis menyukai sediaan ini. Presentase kesukaan pada
sediaan 3 yaitu dengan konsentrasi sari wortel 10% dengan presentase
kesukaan 6,61% panelis menyukai warna sediaan ini. Panelis yang menyukai
sediaan ini karena warna sediaan yang tidak terlalu gelap dan sesuai dengan
warna kulit panelis yang berwarna coklat. Dan pada sediaan 2 yaitu bedak
kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 7,5% dengan presentase
kesukaan 6,18% panelis agak menyukai warna sediaan ini. Panelis yang lebih
memilih sediaan ini, memiliki kulit coklat muda dan warna dari sediaan ini
dapat menyatu dengan warna kulit panelis yang berkulit coklat muda.
Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonic test) pada Lampiran 18, halaman 60.
4.3.9 Hasil uji angka lempeng total
Pengujian angka lempeng total dilakukan pada bedak kompak yang
telah melalui uji kesukaan (Hedonic test). Kemudian dipilih satu konsentrasi
warna sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel yang memiliki total
nilai tertinggi dari uji kesukaan, yaitu konsentrasi 12,5% dan sediaan bedak
Universitas Sumatera Utara
kompak tanpa pewarna sari wortel (blanko) untuk dilakukan pengujian angka
lempeng total.
Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil bahwa sediaan bedak
kompak tanpa pewarna sari wortel (blanko) memiliki nilai angka lempeng total
4x105 dan sediaan bedak kompak dengan konsentrasi warna sari wortel 12,5%
memiliki nilai angka lempeng total 1x105. Menurut “Keputusan Direktur
Jenderal Pengawas Obat Dan Makanan” tentang persayaratan cemaran
mikroba pada kosmetika menyatakan bahwa persayaratan angka lempeng total
pada sediaan rias wajah compact powder adalah 1x102.
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
sediaan bedak kompak tidak memenuhi persyaratan menurut Keputusan
Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini mungkin disebabkan
karena kondisi ruang kerja dan bahan-bahan baku yang dipakai kurang
memadai sehingga dapat memicu tumbuhnya mikroba pada sediaan bedak
kompak. Hasil uji angka lempeng total pada Lampiran 19, halaman 64.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Zat warna sari wortel dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi
sediaan bedak kompak. Semakin bertambah konsentrasi sari wortel yang
digunakan dalam formula maka semakin bertambah pekat warna sediaan
bedak kompak yang dihasilkan. Bedak dengan konsentrasi 7,5% berwarna
krem, bedak dengan konsentrasi 10% berwarna oranye lemah, bedak
dengan konsentrasi 12,5% berwarna oranye muda dan bedak dengan
konsentrasi 15% berwarna oranye tua.
b. Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan
yang dibuat stabil, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna
dan bau dalam penyimpanan selama 60 hari. Pada hari ke 65 sampai hari
ke 90 warna sediaan memudar.
c. Dari uji kesukaan sediaan yang disukai adalah bedak dengan konsentrasi
zat warna sari wortel 10, 12,5 dan 15%. Berdasarkan hasil uji iritasi yang
dilakukan terhadap 10 orang panelis menunjukkan sediaan bedak kompak
yang dibuat tidak menyebabkan iritasi.
5.2 Saran
a. Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai cara
pencegahan perubahan warna beta karoten.
Universitas Sumatera Utara
b. Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan
beta karoten sebagai antiaging.
c. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dilakukan penambahan evaluasi
sediaan bedak kompak, seperti uji daya lekat.
d. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dilakukan sterilisasi bahan baku
terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara