chapter iii-v.pdf

23
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formula sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan dan uji kesukaan (Hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, neraca analitis, freeze dryer, mesin pengering, spatula, sudip, kaca objek, lumpang dan alu porselen, ayakan mesh 60 dan mesh 100, cawan penguap, tissue, alat pencetak, alat penguji kekerasan (copley) dan wadah bedak kompak. 3.1.2 Bahan-bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel (Daucus carota L). Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, Seng oksida, kaolin, talkum, magnesium karbonat, oleum citri, nipagin, gliserol dan gom arab. Universitas Sumatera Utara

Upload: yatyibrahim

Post on 05-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter III-V.pdf

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi

penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formula sediaan, pemeriksaan

mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan dan uji kesukaan (Hedonic test)

terhadap variasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium,

neraca analitis, freeze dryer, mesin pengering, spatula, sudip, kaca objek,

lumpang dan alu porselen, ayakan mesh 60 dan mesh 100, cawan penguap,

tissue, alat pencetak, alat penguji kekerasan (copley) dan wadah bedak

kompak.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel

(Daucus carota L). Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, Seng

oksida, kaolin, talkum, magnesium karbonat, oleum citri, nipagin, gliserol dan

gom arab.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter III-V.pdf

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi

tumbuhan dan pengolahan sampel.

3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah

wortel yang masih segar yang terdapat di Desa Sempa Jaya, Kecamatan

Brastagi Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

3.2.2 Determinasi tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense,

Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU.

Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 43.

3.2.3 Pengolahan sampel

Buah wortel yang masih segar dikumpulkan kemudian disortasi, dicuci

hingga bersih, dikikis kulitnya. Setelah itu ditimbang berat wortel seluruhnya.

3.3 Pembuatan Sari Wortel

Buah wortel segar seberat 3 kg yang telah dicuci bersih, kemudian di

juice dengan juicer, didapat 750 ml sari wortel yang kedalamnya ditambahkan

0,1% Natrium metabisulfit di freeze drying selama 24 jam pada suhu -40ºC

dengan tekanan 2 atm.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter III-V.pdf

3.4 Pembuatan Bedak Kompak dengan Sari Wortel sebagai Pewarna dalam Berbagai Konsentrasi

3.4.1 Formula

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan bedak kompak

dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Formularium

Kosmetika Indonesia, 1985):

R/ Seng oksida 16,7 g

Kaolin 33,5 g

Talkum 33,3 g

Magnesiumkarbonat 16,5 g

Zat warna q.s

Parfum q.s

3.4.2 Formula yang dimodifikasi

Dalam penelitian ini, formula standar dari Formularium Kosmetika

Indonesia setelah dimodifikasi sebagai berikut:

R/ Seng oksida 16,7 g

Kaolin 33,5 g

Magnesium karbonat 16,5 g

Sari wortel x %

Parfum q.s

Nipagin 0,1 g

Pengikat q.s

Talkum (g) ad 100

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter III-V.pdf

Pengikat gom arab: Gom arab 5%

Gliserol 5%

Air 90%

Keterangan x = 7,5%, 10%, 12,5%, 15%

Konsentrasi sari wortel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

7,5%, 10%, 12,5%, 15% dan blanko (tanpa zat warna). Modifikasi formula

sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Modifikasi formula sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel sebagai pewarna dalam berbagai konsentrasi

Keterangan: Sediaan 1 : Formula tanpa sari wortel Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 7,5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 10% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 12,5% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 15%

3.4.3 Prosedur pembuatan pengikat

Gom arab dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditambahkan air

sebanyak 1,5 kali dari berat gom arab. Di diamkan beberapa saat, kemudian

digerus kencang sampai terbentuk mucilago. Setelah itu, ditambahkan gliserol

sambil terus digerus. Ditambahkan sisa air lalu, digerus homogen.

Komposisi Sediaan 1 2 3 4 5

Seng oksida (g) 16,7 16.7 16,7 16,7 16,7 Kaolin (g) 33,5 33,5 33,5 33,5 33,5 Magnesium karbonat (g) 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 Sari wortel (%) 0 7,5 10 12,5 15 Parfum (g) q.s q.s q.s q.s q.s Nipagin (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Pengikat (g) 12 12 12 12 12 Talkum (g) 21,2 13,7 11,2 8,7 6,2

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter III-V.pdf

3.4.4 Prosedur pembuatan bedak kompak

Seng oksida digerus terlebih dahulu, kemudian diayak dengan

pengayak mesh 60. Dimasukkan magnesium karbonat ke dalam lumpang.

Ditambahkan kaolin dan seng oksida, lalu digerus homogen. Kemudian

ditambahkan nipagin yang telah dihaluskan, digerus homogen (Massa I).

Didalam lumpang yang lain, digerus zat warna sari wortel bersama talkum

(Massa II). Dimasukkan massa II ke dalam massa I, dihomogenkan.

Ditambahkan parfum lalu, digerus perlahan sampai homogen. Kemudian

disemprotkan dengan sejumlah larutan pengikat secara perlahan-lahan dan

digerus hingga homogen. Ayak dengan pengayak mesh 60. Masukkan ke

dalam mesin pengering (dikeringkan kira-kira selama 10-20 menit). Kemudian

diayak kembali dengan pengayak mesh 100. Dikempa lalu dimasukkan ke

dalam wadah.

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap masing-masing

sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik meliputi: pemeriksaan

homogenitas, uji poles, daya sebar, uji kekerasan, uji keretakan dan stabilitas

sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan

bau dari sediaan.

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Pewarna pada bedak wajah harus dapat terdispersi secara homogen

dalam dasar bedak. Tidak boleh ditemukan adanya warna yang tidak merata

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter III-V.pdf

pada bedak. Pemeriksaan homogenitas dapat dilakukan dengan menyebarkan

bedak pada kertas putih dan dilihat homogenitasnya pada kaca pembesar. Jika

warna pada dasar bedak menyebar secara merata, maka bedak dikatakan

homogen (Butler, 2000).

3.5.2 Uji poles

Uji poles dapat dilakukan dengan mempoleskan sediaan bedak kompak

dengan menggunakan aplikator yang benar. Pengompakan yang tidak benar

akan mempengaruhi hasil dari parameter ini. Jika tekanan terlalu besar bedak

kompak yang dihasilkan tidak dapat dipoles dengan mudah dan akan ada gaya

adhesi yang cukup terhadap puff. Jika tekanannya terlalu rendah bedak kompak

akan menjadi kurang kompak dan mempunyai kecendrungan menjadi remuk

dan pecah (Butler, 2000).

3.5.3 Daya sebar

Sediaan dihaluskan terlebih dahulu lalu ditimbang sebanyak 0,5 gram

dan diletakkan ditengah-tengah kaca ditutup dengan kaca lain yang telah

ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter

sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit,

lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus-menerus hingga diperoleh

diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan

diameter sebar sediaan (Garg, et al., 2002).

3.5.4 Uji kekerasan

Sediaan yang telah di buat di uji kekerasannya dengan menggunakan

alat uji kekerasan (copley). Dihidupkan alat uji kekerasan dengan menekan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter III-V.pdf

tombol on yang terdapat dibelakang alat. Diletakkan 1 sediaan uji coba terlebih

dahulu lalu ditekan tombol new size, tujuannya agar alat selanjutnya dapat

menyesuaikan ukuran sediaan yang akan diuji kekerasannya. Setelah itu,

dibersihkan guard dengan kuas lalu, diletakkan sediaan yang akan diuji

kekerasannya. Kemudian tekan tombol test, maka alat akan menampilkan nilai

kekerasan dari sediaan.

3.5.5 Uji keretakan

Uji keretakan bedak kompak dilakukan dengan menjatuhkan bedak

kompak pada permukaan kayu beberapa kali (2-3 kali) pada ketinggian 8-10

inci. Jika bedak kompak tidak rusak, menunjukkan bahwa kekompakannya

lulus uji dan dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal yang tidak memuaskan

(Butler, 2000).

3.5.6 Uji stabilitas

Uji ini meliputi parameter organoleptik yaitu dilakukan pengamatan

terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan bedak kompak

dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu

kamar pada hari ke 1, hari ke 7, hari ke 15 dan selanjutnya setiap 5 hari sekali

hingga hari ke 90 (Anvisa, 2005).

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan,

kemudian dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test)

terhadap sedian yang dibuat.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter III-V.pdf

3.6.1 Uji iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan bedak kompak dengan maksud

untuk mengetahui bahwa bedak yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada

kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang

akan segera timbul sesaat setelah terjadi perlekatan atau penyentuhan pada

kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah

penyentuhan atau perlekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka

(open Test) pada lengan bagian bawah dalam terhadap 10 orang panelis. Uji

tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi

lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa

yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari selama dua hari

berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal atau

bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya

eritema diberi tanda (+), eritema dan papula (++), eritema, papula disertai

pembentukan vesikula(+++), edema dan vesikula (++++) dan yang tidak

menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-) (Tranggono dan Latifah, 2007).

3.6.2 Uji kesukaan (Hedonic test)

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis

terhadap sediaan yang dibuat. Jumlah panel uji kesukaaan makin besar semakin

baik. Sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang panelis. Pengujian dilakukan

dengan cara: setiap panelis mengoleskan masing-masing sediaan bedak

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter III-V.pdf

kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya lalu, memberikan

penilaian terhadap masing-masing bedak kompak berdasarkan tekstur dan

warna.

Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan penyapuan

sediaan bedak kompak, homogenitas dan intensitas warna. Menurut Badan

Standarisasi Nasional (2006) data yang diperoleh dari lembar penilaian

ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaan setiap sediaan dengan mencari hasil

rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%, menggunakan rumus:

P (

Keterangan: P : tingkat kepercayaan : Nilai rata-rata 1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95% S : Simpangan baku n : Banyaknya panelis Kriteria panelis (Soekarto, 1981):

1. Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil

secara acak sebanyak 30 orang panelis. Jumlah anggota panelis semakin

besar semakin baik.

2. Berbadan sehat.

3. Tidak dalam tekanan.

4. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian

organoleptik.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter III-V.pdf

3.7 Uji Angka Lempeng Total

Pengujian angka lempeng total dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, USU.

Sebanyak 1 gram sediaan bedak kompak yang telah dihaluskan

dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi 10 ml aquabides steril

(pengenceran 1:10), sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Dipersiapkan 4 buah

tabung reaksi. Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 lalu, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi I yang telah berisi 9 ml aquabides steril, diperoleh pengenceran

10-2. Kemudian dipipet 1 ml pengenceran 10-2 lalu, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi II yang telah berisi 9 ml aquabides steril, diperoleh pengenceran

10-3. Demikian seterusnya hingga diperoleh pengenceran 10-5. Setelah itu,

dipipet 1 ml pengenceran 10-5 kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri.

Lalu ditambahkan 8-10 ml media PCA (Plate Count Agar) yang suhunya 38-

40ºC kemudian dihomogenkan. Diinkubasi selama 24-48 jam dengan suhu

37ºC. Dihitung jumlah koloni bakteri menggunakan Colony Counter.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter III-V.pdf

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Sari Wortel

Hasil sari berupa karamel berwarna orange sebanyak 64,49 gram yang

diperoleh dari 3 kg wortel. Randemen yang diperoleh yaitu 2,15%.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak

Variasi konsentrasi pewarna sari wortel yang digunakan menghasilkan

perbedaan warna pada sediaan bedak kompak. Bedak kompak dengan

konsentrasi sari wortel 7,5% menghasilkan warna krem dan pada konsentrasi

10% menghasilkan warna oranye lemah, pada konsentrasi 12,5% menghasilkan

warna oranye muda dan konsentrasi 15% menghasilkan warna oranye tua.

Aroma bedak kompak adalah aroma khas dari oleum citri. Warna sediaan

bedak kompak yang ada dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Warna yang dihasilkan

No Warna

1

2

3

4

Keterangan:

1. Warna krem 2. Warna oranye lemah 3. Warna oranye muda 4. Warna oranye tua

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter III-V.pdf

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak

4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat

homogen dan tidak ada ditemukan warna yang tidak merata pada saat

ditaburkan pada kertas putih.

4.3.2 Hasil uji poles bedak

Sediaan bedak kompak menghasilkan pengolesan yang baik jika

memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dipoleskan pada

punggung tangan. Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa sediaan yang

menghasilkan pengolesan yang baik adalah sediaan pada konsentrasi sari

wortel 7,5, 10 dan 12,5%. Hal ini ditandai dengan satu sampai dua kali

pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif dan homogen saat

dipoleskan pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan dengan

konsentrasi sari wortel 15% tidak memberikan warna yang intensif dan sukar

dipoleskan di kulit punggung tangan. Hal ini disebabkan tingkat zat warna sari

wortel yang tinggi. Wortel mengandung gula yang cukup tinggi, dimana gula

dapat berfungsi sebagai pengikat. Sehingga ketika ditambahkan pengikat gom

arab membuat sediaan bedak kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel

15% ini semakin mengeras dan sukar dipoleskan pada kulit punggung tangan.

Agar sediaan dapat dipoles maka jumlah pengikat harus diturunkan. Hasil uji

poles dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 54.

4.3.3 Hasil uji daya sebar

Pengujian daya sebar pada penelitian ini dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter III-V.pdf

membandingkan daya sebar bedak kompak yang menggunakan sari wortel

sebagai pewarna dengan bedak kompak yang beredar dipasaran. Data hasil

pemeriksaan daya sebar dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak

Sediaan

keterangan

Perlakuan (cm)

Nilai rata-rata

(cm) 1 2 3 1

Sebelum ditambah pemberat

2,7

2,7

2,8

2,7

Setelah ditambah pemberat

2,8

2,8

2,9

2,8

2

Sebelum ditambah pemberat

2,7

2,7

2,7

2,7

Setelah ditambah pemberat

2,8

2,8

2,8

2,8

3

Sebelum ditambah pemberat

2,7

2,6

2,6

2,6

Setelah ditambah pemberat

2,8

2,7

2,7

2,7

4

Sebelum ditambah pemberat

2,8

2,8

2,8

2,8

Setelah ditambah pemberat

2,9

2,9

2,9

2,9

5

Sebelum ditambah pemberat

2,7

2,7

2,7

2,7

Setelah ditambah pemberat

2,8

2,8

2,8

2,8

6

Sebelum ditambah pemberat

2,9

2,9

2,9

2,9

Setelah ditambah pemberat

3

3

3

3

Keterangan: Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15% Sediaan 6: Sediaan bedak kompak caring colours martha tilaar (blooming pink)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter III-V.pdf

Berdasarkan hasil pemeriksaan daya sebar yang telah dilakukan, daya

sebar sediaan bedak kompak menggunakan zat warna sari wortel sesuai dengan

daya sebar sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran.

4.3.4 Hasil uji kekerasan

Masing-masing konsentrasi dari bedak kompak diuji kekerasannya

menggunakan alat pengukur kekerasan (copley). Hasil uji kekerasan dapat

dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Data pemeriksaan kekerasan pada sediaan bedak kompak

Sediaan Perlakuan ke 1 (kg)

Perlakuan ke 2 (kg)

Perlakuan ke 3 (kg)

Nilai rata-rata (kg)

1 0,34 0,32 0,34 0,34 2 0,38 0,37 0,40 0,38 3 0,49 0,40 0,45 0,44 4 0,43 0,47 0,45 0,45 5 0,69 0,70 0,73 0,70 6 0,36 0,34 0,36 0,35

Keterangan: Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15% Sediaan 6: Sediaan bedak kompak caring colours martha tilaar (blooming pink)

Hasil uji kekerasan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak

dengan konsentrasi 7,5, 10, 12,5 dan 15% menunjukkan hasil yang berbeda.

Semakin tinggi konsentrasi semakin meningkat tingkat kekerasan bedak. Hal

ini disebabkan kandungan gula pada wortel, dimana gula dapat sebagai

pengikat. Sehingga bedak dengan konsentrasi sari wortel tertinggi memiliki

tingkat kekerasan yang besar pula. Kekerasan sediaan 1 dan 2 mendekati

kekerasan sediaan yang ada dipasaran. Sementara, kekerasan sediaan 3, 4 dan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter III-V.pdf

5 di atas kekerasan sediaan yang ada dipasaran. Namun, kekerasan sediaan

yang dibuat ini masih dapat digunakan.

4.3.5 Hasil uji keretakan

Pengujian keretakan sediaan bedak kompak dilakukan untuk

mengetahui kekompakan dari sediaan. Hasil uji keretakan pada setiap sediaan

bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Data pemeriksaan keretakan pada sediaan bedak kompak

Sediaan Dijatuhkan pada permukaan kayu dengan ketinggian 8-10 inci sebanyak 3 (tiga) kali

1 Tidak pecah 2 Tidak pecah 3 Tidak pecah 4 Tidak pecah 5 Tidak pecah

Keterangan: Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15%

Menurut Butler (2000), Jika bedak kompak tidak rusak, menunjukkan

bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal

yang tidak memuaskan. Dari hasil yang diperoleh maka, seluruh sediaan yang

dibuat memenuhi persyaratan uji keretakan.

4.3.6 Hasil uji stabilitas

Uji stabilitas dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan selama

penyimpanan. Hasil uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter III-V.pdf

Tabel 4.5 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bentuk sediaan Lama pengamatan (Hari)

Pengamatan Bentuk Warna Bau Sediaan Sediaan Sediaan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 7 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 15 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 20 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 25 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 30 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 35 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 40 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 45 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 50 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 55 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 60 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 65 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 70 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 75 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 80 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 85 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk 90 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk

Keterangan: b : bentuk (baik) Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel bk : bau khas Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% p : putih Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% k : krem Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% ol : oranye lemah Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15 om : oranye muda ot : oranye tua m : memudar

Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi

perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk,

didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan bedak kompak yang dibuat tidak

terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan selama 90 hari pada

penyimpanan suhu kamar. Dari hasil pengamatan warna, seluruh sediaan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter III-V.pdf

dibuat tetap stabil selama penyimpanan pada suhu kamar selama 60 hari

pengamatan. Pada hari ke 65 sampai hari ke 90 warna sediaan memudar.

Dengan bertambahnya konsentrasi zat warna sari wortel, warna bedak yang

dihasilkan semakin pekat. Bedak kompak dengan konsentrasi sari wortel 7,5%

memberikan warna krem, konsentrasi 10% memberikan warna oranye lemah,

konsentrasi 12,5% memberikan warna oranye muda dan konsentrasi 15%

memberikan warna oranye tua. Perubahan warna yang terjadi pada bedak

kompak pada hari ke 65 hingga hari ke 90 ini disebabkan kandungan beta

karoten yang terdapat dalam wortel. Beta karoten sangat mudah teroksidasi

dengan adanya cahaya, sehingga warna menjadi tidak stabil. Untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan warna yang disebabkan adanya

cahaya, penyimpanan dilakukan dalam wadah gelap. Sedangkan bau yang

dihasilkan dari seluruh sediaan bedak kompak adalah bau khas dari parfum

yang digunakan yaitu oleum citri. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan

90 hari pengamatan pada suhu kamar.

4.3.7 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang

dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan bedak kompak pada kulit lengan

bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua

panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang

diamati yaitu adanya eritema, edema, papula dan vesikula. Dari hasil uji iritasi

tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan bedak kompak yang dibuat tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter III-V.pdf

menyebabkan iritasi. Data hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut

ini.

Tabel 4.6 Data uji iritasi

No

Pernyataan

Sukarelawan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Edema - - - - - - - - - -

2 Eritema dan Papula - - - - - - - - - -

3 Eritema, Papula dan Vesikula

- - - - - - - - - -

4 Edema dan Vesikula - - - - - - - - - -

Keterangan: - = Tidak ada reaksi + = Eritema ++ = Eritema dan papula +++ = Eritema, papula dan vesikula ++++ = Edema dan vesikula 4.3.8 Hasil uji kesukaan (Hedonic test)

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan

ditentukan untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap

panelis pada tingkat kepercayaan 95%.

Setiap panelis diminta untuk mengoleskan masing-masing sediaan

bedak kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter

pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan bedak kompak,

homogenitas dan intensitas warna dari bedak kompak saat dipoleskan. Panelis

memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan.

Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter III-V.pdf

Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonic test)

Panelis

Umur (tahun)

Sediaan 1 2 3 4 5

1 22 - 5 7 9 9 2 22 - 8 7 5 5 3 22 - 5 6 8 9 4 22 - 5 6 8 5 5 23 - 6 7 8 5 6 24 - 8 6 5 4 7 25 - 8 4 4 5 8 22 - 6 7 8 8 9 23 - 5 6 9 8 10 23 - 5 7 8 5 11 19 - 5 7 8 7 12 27 - 7 8 9 7 13 18 - 6 7 9 7 14 19 - 5 7 8 8 15 18 - 8 6 8 8 16 30 - 7 8 6 6 17 35 - 7 7 9 9 18 20 - 7 7 8 8 19 24 - 7 7 7 8 20 20 - 7 8 7 8 21 22 - 7 8 9 9 22 20 - 7 8 8 8 23 20 - 7 8 9 9 24 38 - 7 7 9 9 25 36 - 6 6 8 9 26 29 - 7 7 9 9 27 24 - 7 7 9 9 28 34 - 7 7 9 9 29 38 - 7 7 9 8 30 36 - 7 7 9 9

Total - 196 207 239 227

Keterangan: Amat suka : 9 Agak suka : 6 Tidak suka : 3 Sangat suka : 8 Netral : 5 Sangat tidak suka : 2 Suka : 7 Agak tidak suka : 4 Amat sangat tidak suka : 1 Sediaan 1 : Formula tanpa sari wortel Tidak diuji : - Sediaan 2 : Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3 : Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4 : Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5 : Formula dengan sari wortel 15%

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter III-V.pdf

Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic test) terhadap 30 orang

panelis, diketahui bahwa ada tiga sediaan bedak kompak yang disukai, yaitu

sediaan dengan konsentrasi 10, 12,5 dan 15%. Sediaan 4 yaitu bedak kompak

konsentrasi zat warna sari wortel 12,5% dengan presentase kesukaan 7,49%

panelis menyukai sediaan ini. Sediaan bedak kompak dengan konsentrasi zat

warna sari wortel 12,5% mudah dipoles dan memberikan warna yang sesuai

dengan warna kulit, sehingga banyak disukai kebanyakan panelis. Sediaan 5

yaitu bedak kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 15% dengan

presentase 7,01% panelis menyukai sediaan ini. Presentase kesukaan pada

sediaan 3 yaitu dengan konsentrasi sari wortel 10% dengan presentase

kesukaan 6,61% panelis menyukai warna sediaan ini. Panelis yang menyukai

sediaan ini karena warna sediaan yang tidak terlalu gelap dan sesuai dengan

warna kulit panelis yang berwarna coklat. Dan pada sediaan 2 yaitu bedak

kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 7,5% dengan presentase

kesukaan 6,18% panelis agak menyukai warna sediaan ini. Panelis yang lebih

memilih sediaan ini, memiliki kulit coklat muda dan warna dari sediaan ini

dapat menyatu dengan warna kulit panelis yang berkulit coklat muda.

Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonic test) pada Lampiran 18, halaman 60.

4.3.9 Hasil uji angka lempeng total

Pengujian angka lempeng total dilakukan pada bedak kompak yang

telah melalui uji kesukaan (Hedonic test). Kemudian dipilih satu konsentrasi

warna sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel yang memiliki total

nilai tertinggi dari uji kesukaan, yaitu konsentrasi 12,5% dan sediaan bedak

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter III-V.pdf

kompak tanpa pewarna sari wortel (blanko) untuk dilakukan pengujian angka

lempeng total.

Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil bahwa sediaan bedak

kompak tanpa pewarna sari wortel (blanko) memiliki nilai angka lempeng total

4x105 dan sediaan bedak kompak dengan konsentrasi warna sari wortel 12,5%

memiliki nilai angka lempeng total 1x105. Menurut “Keputusan Direktur

Jenderal Pengawas Obat Dan Makanan” tentang persayaratan cemaran

mikroba pada kosmetika menyatakan bahwa persayaratan angka lempeng total

pada sediaan rias wajah compact powder adalah 1x102.

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa

sediaan bedak kompak tidak memenuhi persyaratan menurut Keputusan

Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini mungkin disebabkan

karena kondisi ruang kerja dan bahan-bahan baku yang dipakai kurang

memadai sehingga dapat memicu tumbuhnya mikroba pada sediaan bedak

kompak. Hasil uji angka lempeng total pada Lampiran 19, halaman 64.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter III-V.pdf

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Zat warna sari wortel dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi

sediaan bedak kompak. Semakin bertambah konsentrasi sari wortel yang

digunakan dalam formula maka semakin bertambah pekat warna sediaan

bedak kompak yang dihasilkan. Bedak dengan konsentrasi 7,5% berwarna

krem, bedak dengan konsentrasi 10% berwarna oranye lemah, bedak

dengan konsentrasi 12,5% berwarna oranye muda dan bedak dengan

konsentrasi 15% berwarna oranye tua.

b. Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan

yang dibuat stabil, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna

dan bau dalam penyimpanan selama 60 hari. Pada hari ke 65 sampai hari

ke 90 warna sediaan memudar.

c. Dari uji kesukaan sediaan yang disukai adalah bedak dengan konsentrasi

zat warna sari wortel 10, 12,5 dan 15%. Berdasarkan hasil uji iritasi yang

dilakukan terhadap 10 orang panelis menunjukkan sediaan bedak kompak

yang dibuat tidak menyebabkan iritasi.

5.2 Saran

a. Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai cara

pencegahan perubahan warna beta karoten.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter III-V.pdf

b. Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan

beta karoten sebagai antiaging.

c. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dilakukan penambahan evaluasi

sediaan bedak kompak, seperti uji daya lekat.

d. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dilakukan sterilisasi bahan baku

terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara