chapter iii-vi.pdf
TRANSCRIPT
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang penelitian, tinjauan pustaka dan pengembangan
hipotesis, maka kerangka konseptual digambarkan sebagai berikut:
Variabel Dependen
Variabel Independen
Variabel Moderating
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual di atas menunjukkan pengujian variabel
PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai
sebagai variabel pemoderasi. Hubungan antara PAD, DAU dan DAK terhadap
pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai pemoderasi adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh PAD (X1) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Menurut Mardiasmo (2002:132), PAD adalah penerimaan daerah dari sektor
PAD ( X1 )
DAU ( X2 )
DAK ( X3 )
PERTUMBUHAN EKONOMI
( Y )
BELANJA MODAL
( X4 )
Universitas Sumatera Utara
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah. Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari
pertumbuhan ekonomi (Saragih,2003). Daerah yang pertumbuhan ekonominya
positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Pemerintah
daerah di dalam membiayai belanja daerahnya, selain dengan menggunakan
transfer dari pemerintah pusat, mereka juga menggunakan sumber dananya
sendiri yaitu PAD. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan PAD yang
positif mempunyai kemungkinan untuk memiliki pendapatan perkapita yang
lebih baik (Harianto dan Adi,2007). Apabila suatu daerah PAD-nya meningkat
maka dana yang dimiliki pemerintah akan meningkat pula. Peningkatan ini
akan menguntungkan pemerintah, karena dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan daerahnya sehingga pertumbuhan ekonomi daerah tersebut
meningkat pula (Subchan dan Sudarman,2007). Menurut Subchan dan
Sudarman (2007), PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi
2. Pengaruh DAU (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Menurut Widjaja (2005:26), DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan
daerah dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografis,
jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah sehingga
perbedaan antar daerah yang maju dan daerah yang belum berkembang dapat
diperkecil. Adi (2006), membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu
daerah memberikan dampak yang positif terhadap PAD. Hal ini membuktikan
bahwa PAD dan transfer pemerintah dalam bentuk DAU memiliki peran yang
Universitas Sumatera Utara
penting di dalam perekonomian suatu daerah. Menurut Subchan dan
Sudarman (2007), DAU berpengaruh signfikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
3. Pengaruh DAK (X3
4. Belanja modal (X
) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Menurut Situngkir (2009), DAK adalah total dana transfer yang bersifat
khusus. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan
rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau
prioritas nasional. Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004, DAK
merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Menurut
Subchan dan Sudarman (2007), DAK berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
4
Menurut Halim (2004), belanja modal adalah belanja yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah
serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya pemeliharaan. Belanja modal ini meliputi belanja tanah, belanja
gedung dan bangunan, belanja peralatan dan mesin, belanja jalan, irigasi dan
jaringan dan belanja aset tetap lainnya. Menurut Darwanto dan Yustikasari
(2007), pemanfaatan anggaran belanja seharusnya dialokasikan untuk hal-hal
produktif, misalnya untuk pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah
seharusnya dialokasikan untuk program-program layanan publik. PAD, DAU
) memoderasi PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan
ekonomi (Y).
Universitas Sumatera Utara
dan DAK merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk belanja modal
guna pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka pemberian pelayanan
publik yang baik dari pemerintah daerah kepada masyarakat. Dengan adanya
sumber – sumber pembiayaan, pemerintah daerah harus mampu
mengalokasikan belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan
salah satu langkah bagi pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan
kepada publik. Pemberian pelayanan kepada publik dapat berupa infrastruktur
dan sarana prasarana. Infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah
akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Tingkat pertumbuhan
ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pusat.
Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan
pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan
lapangan pekerjaan yang baru yang akan mempengaruhi perkembangan
kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro,2004). Pertumbuhan
ekonomi merupakan kemampuan suatu negara atau dalam menyediakan
kebutuhan akan barang dan jasa kepada masyarakat dalam jumlah yang
banyak sehingga memungkinkan untuk kenaikan standar hidup yang mana
berdampak pula bagi penurunan tingkat pengangguran dalam jangka panjang
(Subchan dan Sudarman,2007).
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah,tinjauan teoritis, dan
kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. PAD, DAU dan DAK secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara .
2. Belanja Modal pemoderasi hubungan antara PAD, DAK, DAU dengan
Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian asosiatif. Menurut
Daulay (2012:10), penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis pengaruh variabel PAD,
DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal sebagai
variabel moderating pada kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara.
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Propinsi Sumatera Utara dengan mengambil
sampel sebanyak 30 kabupaten dan kota. Penelitian ini dilaksanakan dengan
memusatkan pembahasan pengaruh PAD, DAU, DAK, dan terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan variabel moderating belanja modal kabupaten dan kota di
Propinsi Sumatera Utara.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 dan selesai pada
bulan Oktober 2013. Jadwal dan waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.
4.3. Populasi dan Sampel
Lubis (2012:122), menyatakan populasi adalah keseluruhan dari subjek
penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan kabupaten dan
Universitas Sumatera Utara
kota di Propinsi Sumatera Utara berjumlah 33 kabupaten/kota Propinsi Sumatera
Utara.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut
Erlina (2011:87), purposive sampling adalah metode pengambilan sampel
berdasarkan suatu kriteria tertentu, kriteria yang digunakan dapat berdasarkan
perimbangan (judgement) atau kuota tertentu.
Pertimbangan yang dilakukan peneliti dalam pengambilan sampel dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Daerah kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan
laporan keuangannya secara lengkap dan konsisten dari tahun 2009 –
2011.
2. Pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak dimekarkan pada kurun
waktu dari tahun 2009 – 2011.
Hasil kriteria di atas, kabupaten/kota yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel adalah 30 kabupaten/kota, dengan masa penelitian selama 3
tahun. Hasil dari kriteria sampel dan data sampel populasi dapat dilihat dalam
tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian
No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel 1 2
1 Nias Sampel 1 2 Mandailing Natal Sampel 2 3 Tapanuli Selatan Sampel 3 4 Tapanuli Tengah Sampel 4 5 Tapanuli Utara Sampel 5 6 Toba Samosir Sampel 6 7 Labuhan Batu Sampel 7 8 Asahan Sampel 8 9 Simalungun Sampel 9
10 Dairi Sampel 10 11 Karo Sampel 11 12 Deli Serdang Sampel 12 13 Langkat Sampel 13 14 Nias Selatan Sampel 14 15 Humbang Hasundutan Sampel 15 16 Pakpak Barat Sampel 16 17 Samosir Sampel 17 18 Serdang Bedagai Sampel 18 19 Batubara Sampel 19 20 Padang Lawas Sampel 20 21 Padang Lawas Utara Sampel 21 22 Labuhan Batu Selatan Sampel 22 23 Labuhan Batu Utara Sampel 23 24 Nias Utara - - - 25 Nias Barat - - - 26 Sibolga Sampel 24 27 Tanjung Balai Sampel 25 28 Pematangsiantar Sampel 26 29 Tebing Tinggi Sampel 27 30 Medan Sampel 28 31 Binjai Sampel 29 32 Padangsidimpuan Sampel 30 33 Gunung Sitoli - - -
Sumber : bps sumut
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengambil
realisasi APBD kabupaten/kota Propinsi Sumatera Utara dari BPK Perwakilan
Universitas Sumatera Utara
Propinsi Sumatera Utara dan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Propinsi
Sumatera Utara dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut.
Jenis data dalam penelitian adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk
angka (Lubis,2012:107). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Propinsi Sumatera Utara dan BPS
Sumut. Penelitian ini menggunakan pooling data yang terdiri cross section data
yaitu 30 kabupaten/kota dan time series data yaitu 3 tahun dari 2009 – 2011.
Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) di Propinsi Sumatera Utara, sehingga jumlah jumlah data
amatannya sebanyak 90.
4.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
4.5.1. Defenisi Operasional
Variabel bebas (independent variabel) yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu PAD, DAU dan DAK. Variabel terikat (dependent variabel) yang
merupakan perhatian utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi,
sedangkan belanja modal sebagai variabel moderating. Untuk menghindari
kesimpangsiuran pemahaman (persepsi) pada penelitian ini, disusun defenisi dan
batasan operasional sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Ekonomi, perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah
dan kemakmuran masyarakat meningkat . Pertumbuhan ekonomi diproksikan
dengan PDRB harga konstan dan menggunakan skala rasio.
Universitas Sumatera Utara
2. PAD, merupakan total realisasi penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah atau penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah dengan
menggunakan skala rasio.
3. DAU adalah total dana transfer yang bersifat umum (block grant) untuk
mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan
utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dengan menggunakan
skala rasio.
4. DAK adalah total dana transfer yang berasal dari APBN, yang dialokasikan
kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. DAK
menggunakan skala rasio.
5. Belanja Modal, jumlah realisasi pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk untuk biaya
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,
meningkatkan kapasitas dan kualitas asset. Belanja modal meliputi belanja
tanah, gedung dan bangunan, belanja peralatan dan mesin, belanja jalan,
irigasi dan jaringan, dan belanja aset tetap lainnya. Skala pengukuran dengan
menggunakan skala rasio.
Universitas Sumatera Utara
4.5.2. Metode Pengukuran Variabel
Adapun pengukuran variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai berikut :
Tabel 4.2. Operasional Variabel
Nama Variabel Defenisi Variabel Pengukuran Skala Pengukuran
Pertumbuhan Ekonomi
(Y)
Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000 dari tahun 2010-2012
Rasio
PAD ( X1
Total Realisasi penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah atau penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah
) Realisasi PAD tahun 2009 - 2011
Rasio
DAU (X2
Total dana transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
) Realisasi DAU tahun 2009 - 2011
Rasio
DAK (X3
Total dana transfer yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional
) Realisasi DAK tahun 2009 – 2011
Rasio
Belanja Modal (X4
Jumlah realisasi pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas asset.
) Realisasi Belanja Modal tahun 2009 – 2011
Rasio
Universitas Sumatera Utara
4.6. Metode Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi linier
berganda dan uji residual sebagai pemoderasi dengan bantuan Software SPSS for
Windows.
4.6.1. Uji Asumsi Klasik
Analisa multivariate telah banyak digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian. Hal ini disebabkan permasalahan bisnis dan lainnya mempunyai aspek
multidimensional. Dalam melaksanakan pengujian dengan analisis multivariate,
peneliti perlu melakukan pengujian atas data yang akan digunakan. Pengujian
tersebut dilakukan untuk menghindari atau mengurangi bias atas hasil penelitian
yang diperoleh. Ghozali (2006:86), asumsi klasik yang dianggap paling penting
adalah:
1. Memiliki distribusi normal
2. Tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen
3. Tidak terjadi heteroskedastisitas atau varian variabel pengganggu yang
konstan (homoskedastisitas)
4. Tidak terjadi autokorelasi antar residual setiap variabel independen
Pengujian asumsi klasik meliputi normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi, yang penjelasannya sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah mengetahui apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,2006:147). Data
yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
distribusi normal (Nugroho,2005). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik dan uji
statistik. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov,
distribusi data dikatakan normal jika signifikan > 0,05.
2. Uji Multikolinieritas
Tujuan uji multikolinearitas menurut Ghozali (2006:95), adalah untuk menguji
apakah model regresi ditemukan dengan adanya korelasi diantara variabel
independen. Suatu model regresi yang baik tidak ditemukannya hubungan atau
korelasi di antara variabel independen. Pengujian multikolinieritas
menggunakan metode Variance Inflation Factor (VIF). Metode VIF ini
menjelaskan hubungan variabel independen yang mana menjelaskan variabel
independen yang lain. Multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika
nilai VIF > 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka model tersebut
dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas menurut Ghozali (2006:125), adalah untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang memiliki variance residual suatu periode pengamatan
dengan pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut
dan melakukan uji Glesjer (Nugroho,2005)
Universitas Sumatera Utara
4. Uji Autokorelasi
Ghozali (2006:99),uji autokorelasi ini mempunyai tujuan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan ada periode t – 1 atau
sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin Watson (Durbin – Watson Test), yaitu untuk mengetahui dan menguji
apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai d statistik.
Salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui adanya autokorelasi
dengan memakai uji statistik Durbin – Watson (DW test). Menurut Santoso
(2002) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut :
a. Angka D – W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
b. Angka D – W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
c. Angka D – W di atas + berarti ada autokorelasi negatif.
4.6.2. Model Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukannya uji asumsi klasik, maka dilakukan pengujian hipotesis
pertama sebagai berikut :
4.6.2.1. Analisis Regresi Berganda
Menurut Erlina (2011:111,) untuk menjawab hipotesis pertama dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk melihat secara
langsung pengaruh beberapa variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,
maka dilakukan pengujian terhadap variabel – variabel penelitian dengan cara
menguji secara simultan melalui signifikan simultan (uji statistik F), yang
bertujuan menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Untuk menguji masing – masing variabel secara parsial, dilakukan dengan uji
signifikansi parameter individual (uji t statistik) bertujuan untuk mengetahui
apakah variabel independen berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen,
serta variabel mana yang dominan mempengaruhi variabel dependen. Model
regresi yang digunakan adalah :
Y = α + β₁logX₁ + β₂logX₂ + β3
Keterangan :
logX3 + ε
Y = Pertumbuhan Ekonomi
α = Konstanta
β₁ = Koefisien dari PAD
β₂ = Koefisien dari DAU
β3 =
X₁ = PAD
Koefisien dari DAK
X₂ = DAU
X3
ε = error
= DAK
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh
variabel independen yaitu PAD, DAU, DAK secara simultan atau parsial terhadap
variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
4.6.2.1.1. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)
Uji statistik disebut juga sebagai uji signifikan individual. Uji ini
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen yaitu PAD,
DAU, DAK secara parsial terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan
ekonomi.
a. Bentuk pengujiannya
Ho : b1, b2, b3
Ha : b
= O, artinya PAD, DAU dan DAK secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
1, b2, b3
b. Kriteria pengambilan keputusan
≠ O, artinya PAD, DAU dan DAK secara parsial
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Jika probabilitas < 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika probabilitas > 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
4.6.2.1.2.Uji Signifikan Simultan (Uji – F)
Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua independen
yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen.
a. Bentuk pengujiannya
Ho : b1 = b2 = b3
Ha : b
= O, artinya PAD, DAU dan DAK secara simultan tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
1 ≠ b2 ≠ b3
≠ O,artinya PAD, DAU dan DAK secara simultan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
b. Kriteria pengambilan keputusan
Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
4.6.2.1.3. Koefisien Determinasi ( R2
Pengujian koefisien determinasi ( R
)
2 ) digunakan untuk mengukur
proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti
terhadap variasi naik turunnya variabel dependen atau dengan kata lain untuk
menguji goodness-fit dari model regresi. Nilai R2 koefisien determinasi
berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Nilai R2 dikatakan baik jika di atas
0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Nilai R2 sama dengan nol
(R2=0) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Bila R2 semakin besar mendekati 1
menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dan bila R2
semakin kecil mendekati nol menunjukkan semakin
kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
4.6.2.2. Model Pengujian Moderating
Untuk menjawab hipotesis kedua, menggunakan uji moderating. Menurut
Ghozali (2006:200), ada tiga metode yang digunakan untuk melakukan uji regresi
dengan variabel moderasi yaitu uji interaksi, uji nilai selisih mutlak absolut dan
uji residual. Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun uji nilai
selisih mutlak absolut mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolinearitas
yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan menyalahi asumsi klasik.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan metode lain yang
disebut uji residual (Ghozali,2006:207). Penelitian ini memakai metode variabel
moderating dengan metode uji residual. Maka rumusnya sebagai berikut :
M = α+ β₁X₁ + β₂X₂ + β3X3
│e │= α + β
+ ε…………………………………………( 1 )
4X4
Keterangan :
………………………………………………………… ( 2 )
X₁ = PAD
X₂ = DAU
X3
X
= DAK
4
β₁ = Koefisien regresi untuk PAD
= Belanja Modal
β₂ = Koefisien regresi untuk DAU
β3
β
= Koefisien regresi untuk DAK
4
M = Pemoderasi Belanja Modal
= Koefisien regresi untuk Belanja Modal
α = Konstanta
ε = error
a. Bentuk pengujiannya :
Ho : b4
Ha : b
= 0 ,artinya belanja modal tidak memoderasi hubungan PAD, DAU
dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi .
4
≠ 0,artinya belanja modal memoderasi hubungan PAD, DAU dan
DAK terhadap pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
b. Kriteria pengambilan keputusan :
Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Statistik Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah PAD,
DAU, DAK serta belanja modal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada
kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 – 2011. Variabel
independen pada penelitian ini adalah PAD, DAU, DAK. Variabel pemoderasi
adalah belanja modal dan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi.
Analisis statistik deskriptif masing – masing variabel dapat dilihat pada
tabel 5.1.
Tabel 5.1. Hasil Deskripsi Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PAD 90 2.39E9 9.95E11 4.5401E10 1.25581E11
DAU 90 1.44E11 1.07E12 3.6783E11 1.81983E11
DAK 90 1.11E9 9.12E10 4.4930E10 1.86207E10
B_MODAL 90 2.79E10 1.93E14 2.2714E12 2.03815E13
PDRB 90 1.65E11 4.15E13 4.1659E12 7.13868E12
Valid N (listwise) 90
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
• Bahwa jumlah N sampel sebanyak 90. Nilai PAD (X1) yang diterima pada
kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara (Sumut) yang paling kecil adalah
yaitu sebesar 2.3, sedangkan nilai tertinggi PAD sebesar 9.95, sedangkan nilai
rata – rata daerah menerima PAD sebesar 4.5401, dan standar deviasi sebesar
1.25581. Kota Medan merupakan daerah yang memperoleh PAD yang
Universitas Sumatera Utara
terbesar dan Kabupaten Pakpak Barat daerah yang memperoleh PAD yang
terkecil bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya.
• Nilai DAU (X2
• Nilai DAK (X
) yang diterima pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera
Utara (Sumut) yang paling kecil adalah yaitu sebesar 1.44, sedangkan nilai
tertinggi DAU sebesar 1.07, sedangkan nilai rata – rata sebesar 3.6783 dengan
standar deviasi DAU sebesar 1.8198. Kota Medan juga merupakan daerah
yang memperoleh DAU yang terbesar dan Kabupaten Pakpak Barat daerah
yang memperoleh DAU yang terkecil bila dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya.
3
• Nilai belanja modal (X
) yang diterima pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera
Utara (Sumut) yang paling kecil adalah yaitu sebesar 1.11, sedangkan nilai
tertinggi DAK sebesar 9.12. Nilai rata – rata DAK 4.4930 dengan nilai
standar deviasi pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara sebesar
1.86207 . Daerah yang memperoleh DAK tertinggi adalah Kabupaten Deli
Serdang. Daerah yang memperoleh DAK terendah adalah Kabupaten Labuhan
Batu Utara.
4) yang diterima pada kabupaten/kota di Propinsi
Sumatera Utara (Sumut) yang paling kecil adalah yaitu sebesar 2.79,
sedangkan nilai tertinggi belanja modal sebesar 1.93, sedangkan nilai rata –
rata belanja modal sebesar 2.2714. Standar deviasi pada kabupaten/kota di
Propinsi Sumatera Utara sebesar 2.03815 . Daerah yang belanja modalnya
lebih besar adalah Kabupaten Nias Selatan dan Kota Padangsidempuan adalah
daerah yang belanja modalnya terendah.
Universitas Sumatera Utara
• Nilai pertumbuhan ekonomi (Y) yang diterima pada kabupaten/kota di
Propinsi Sumatera Utara (Sumut) yang paling kecil adalah yaitu sebesar 1.65,
sedangkan nilai tertinggi belanja modal sebesar 4.15, dengan nilai rata – rata
sebesar 4.1659. Standar deviasi pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di
Propinsi Sumatera Utara sebesar 7.13868. Kota Medan merupakan kota yang
memperoleh pertumbuhan ekonomi tertinggi, sedangkan Kabupaten Pakpak
Barat memperoleh pertumbuhan ekonomi terendah.
5.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pelanggaran terhadap
asumsi-asumsi klasik yang menjadi dasar dalam model regresi linier berganda.
5.2.1. Uji Normalitas
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal (Ghozali, 2005:111). Hasil dari uji
normalitas data dapat dilihat dari grafik pada gambar 5.1.
Gambar 5.1. Grafik Normal P-Plot
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal grafik P-Plot, pola ini menunjukkan bahwa masing-
masing variabel berdistribusi secara normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Pola normalitas juga dapat dilihat pada grafik histogram pada gambar 5.2
yang menunjukkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang
normal tidak melenceng ke kiri maupun ke kanan.
Gambar 5.2. Grafik Histogram
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Menurut Ghozali (2006:149) dasar pengambilan keputusan normalitas
adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
Universitas Sumatera Utara
model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika data menyebar jauh dari
digonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
memenuhi pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara
visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya (Ghozali,
2006:149). Oleh karena itu selain melihat grafik, peneliti menggunakan uji
statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang dapat dilihat pada tabel
5.2.
Tabel 5.2. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parameters Mean a,b .0000000
Std. Deviation .23587454
Most Extreme Differences Absolute .082
Positive .059
Negative -.082
Kolmogorov-Smirnov Z .775
Asymp. Sig. (2-tailed) .586
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji non parametrik Kolmogorov-
Smirnov menunjukkan bahwa variabel diuji secara keseluruhan dengan nilai
Kolmogrov-Smirnov adalah 0.775 dan signifikansinya pada 0.586 dan nilainya
jauh diatas 0.05, berarti nilai residual variabel tersebut berdistribusi secara
normal.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2. Uji Multikolonieritas
Tujuan uji multikolonieritas menurut Ghozali (2005:111) bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(independen). Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai
toleransi dan variance inflation factor (VIP). Multikolonieritas terjadi apabila
nilai tolerance 0,10 dan nilai VIP 10. Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa tidak
terjadi multikolonieritas dimana nilai VIP untuk variabel PAD, DAU dan DAK <
10 sedangkan nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator variabel PAD, DAU dan DAK dalam penelitian ini tidak saling
berkolerasi.
Tabel 5.3. Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
PAD .345 2.900
DAU .292 3.427
DAK .645 1.550
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
5.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Nugroho,2005). Jika variance dari residual satu
Universitas Sumatera Utara
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali,2006:125).
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Berdasarkan gambar 5.3 terlihat
bahwa titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak
membentuk suatu pola tertentu sehingga penelitian ini terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
Gambar 5.3. Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki variance
residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang lain. Cara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar
scatter plot model tersebut dan melakukan uji Glesjer (Nugroho,2005). Hasil Uji
Glesjer terdapat pada tabel 5.4 sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Hasil Uji Glesjer
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .875 1.322 .662 .510
PAD -.051 .069 -.134 -.741 .461 .345 2.900
DAU -.061 .173 -.070 -.354 .724 .292 3.427
DAK .050 .070 .095 .715 .476 .645 1.550
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Hasil yang terlihat pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun
variabel PAD, DAU dan DAK yang signifikan mempengaruhi variabel
pertumbuhan ekonomi, dimana nilai signifikansi untuk setiap variabel independen
lebih besar dari 0.05. Nilai signifikansi variabel PAD sebesar 0.461. DAU dengan
tingkat signifikansi 0.724 sedangkan DAK dengan tingkat signifikansinya 0.476.
Hasil di atas dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas.
5.2.4. Uji Auto Korelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi (Ghozali, 2006:99). Cara yang digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dilakukannya uji Durbin-
Watson (DW).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Santoso (2002) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
adalah sebagai berikut :
d. Angka D – W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
e. Angka D – W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
f. Angka D – W di atas + berarti ada autokorelasi negatif.
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW)
sebesar 1.470, yang artinya tidak terjadi auto korelasi baik positif maupun negatif
( masih dalam kisaran angka D-W -2 dan +2).
Tabel 5.5. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .855 .732 a .722 .23995 1.470
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
5.3. Pengujian Hipotesis Pertama
5.3.1. Uji Parsial (Uji-t)
Uji parsial (Uji-t) dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing
variabel independen (PAD, DAU, DAK) terhadap variabel dependen
(pertumbuhan ekonomi). Hasil uji parsial (Uji-t) dapat dilihat pada tabel 5.6
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Hasil Uji-t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.575 1.974 -4.343 .000
PAD .229 .104 .210 2.208 .030
DAU 2.080 .258 .834 8.062 .000
DAK -.512 .105 -.339 -4.871 .000
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Berdasarkan pengujian pada Tabel 5.6, maka secara parsial pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Variabel PAD mempunyai nilai signifikasi sebesar 0.030 < 0.05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel PAD berpengaruh signifikan
dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara. Kondisi ini berarti Ho
2. Variabel DAU mempunyai nilai signifikasi sebesar 0.000 < 0.05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel DAU berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera
Utara. Kondisi ini berarti H
ditolak dan Ha diterima.
o
3. Variabel DAK mempunyai nilai tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa variabel DAK berpengaruh dan negatif
ditolak dan Ha diterima.
Universitas Sumatera Utara
terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera
Utara. Kondisi ini berarti Ho
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 5.6 diatas,dapat disusun
model persamaan regresi sebagai berikut :
ditolak dan Ha diterima.
P_EKONOMI = -8.575+ 0.229PAD + 2.080DAU – 0.512DAK + e
5.3.2. Uji simultan (Uji–F)
Uji simultan (Uji-F) dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen
(PAD, DAU, DAK) terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi) secara
bersama-sama. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil statistik
analisis secara simultan tercantum pada tabel 5.7.
Tabel 5.7. Hasil Uji-F
ANOVA
Model
b
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 13.502 3 4.501 78.165 .000a
Residual 4.952 86 .058
Total 18.453 89
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat dilihat hasil uji F menunjukkan semua
variabel PAD, DAU dan DAK secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonom di Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, dengan
nilai signifikansi 0.00, dimana pengujian menggunakan tingkat signifikasi 0.05.
Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Universitas Sumatera Utara
5.5.3. Uji Koefisien Determinasi ( )
Pengujian kesesuian dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model
regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel, maka kelayakan
tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Berdasarkan tabel 5.8
menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 0.722 atau sebesar 72.2%, artinya
72.2% variabel pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel independen
yaitu PAD, DAU dan DAK, sedangkan sisanya 27.8% dipengaruhi dan dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.
Tabel 5.8 Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .855 .732 a .722 .23995
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
5.4. Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian ini dilakukan setelah dilakukannya pengujian regresi berganda.
Pengujian hipotesis kedua menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
uji residual. Variabel pemoderasi pada penelitian ini adalah belanja modal
Penggunaan variabel pemoderasi ini dimaksud untuk membuktikan hipotesis
bahwa variabel belanja modal selaku variabel pemoderasi yang mempengaruhi
(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen (PAD,
DAU dan DAK) dan variabel dependen (belanja modal). Hasil persamaan uji
residual dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Hasil Analisis Regresi Hipotesis Kedua
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.320 3.065 2.062 .042
PAD .279 .161 .285 1.735 .086
DAU -.253 .401 -.113 -.631 .530
DAK .451 .163 .332 2.766 .007
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Berdasarkan tabel 5.9 persamaan regresi linier berganda antar variabel
independen (PAD, DAU dan DAK) terhadap variabel pemoderasi (belanja modal)
menghasilkan persamaan model sebagai berikut :
B_MODAL = 6.320 + 0.279PAD - 0.253DAU + 0.451DAK + e
Persamaan regresi linier berganda diatas, menunjukkan bahwa :
1. Variabel PAD signifikansi sebesar 0.086 > 0,05 dengan nilai koefisien positif,
menunjukkan PAD tidak berpengaruh dan positif terhadap belanja modal
2. Variabel DAU yang signifikansinya sebesar 0.530 > 0.05 dengan nilai
koefisien negatif, menunjukkan DAU tidak berpengaruh dan negatif terhadap
belanja modal.
3. Variabel DAK signifikansinya sebesar 0.007 < 0.05 dengan nilai koefisien
positif , menunjukkan DAK berpengaruh dan positif terhadap belanja modal.
Persamaan regresi tersebut menunjukkan adanya ketidak cocokkan (lack of
fit) hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, DAU dan DAK. Hasil regresi
tersebut kemudian dilakukan uji residual untuk mengetahui apakah belanja modal
merupakan variabel pemoderasi. Sebuah variabel dikatakan sebagai variabel
Universitas Sumatera Utara
pemoderasi jika hasilnya signifikan dan memiliki nilai koefisien parameternya
negatif (Ghozali, 2006:209). Hasil uji residual dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 5.10.
Tabel 5.10. Hasil Analisis Uji Residual Variabel Pemoderasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .560 .955 .587 .559
PDRB -.033 .077 -.045 -.423 .673
Sumber : Diolah dari Data Sekunder,2013
Berdasarkan tabel di atas persamaan residual antara variabel dependen
(pertumbuhan ekonomi) terhadap nilai absolut residual dari variabel pemoderasi
yaitu belanja modal menghasilkan persamaan model uji residual sebagai berikut :
= 0,560 - 0.033PDRB
Berdasarkan hasil uji residual diatas diketahui nilai variabel pertumbuhan
ekonomi dengan signifikan 0.673 > 0.05 dan nilai koefisien parameternya
bernilai negatif sebesar -0.033. Sebuah variabel dikatakan memoderasi jika
memiliki koefisien parameter negatif dan berpengaruh signifikan. Kesimpulan
dari pengujian residual ini bahwa variabel belanja modal bukan merupakan
variabel pemoderasi yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara PAD,
DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi (Ha ditolak dan Ho diterima).
Universitas Sumatera Utara
5.5. Pembahasan Hasil Penelitian
5.5.1. Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi
PAD, DAU dan DAK secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan pada
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 – 2011. Sumber – sumber
pokok keuangan daerah didukung oleh PAD dan dana perimbangan yang terdiri
dari DAU dan DAK. PAD harus selalu terus menerus di pacu pertumbuhannya
sedangkan DAU dan DAK sebagai bagian dari dana perimbangan merupakan
pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi
kepada daerah (Widjaja,2005:33).
Menurut Aramana (2011), dari semua sumber pendapatan daerah (PAD,
Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah), Dana
Perimbangan (DAU dan DAK) yang paling dominan berpengaruh terhadap
PDRB, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah masih bergantung dengan
dana transfer dari pemerintah pusat. PAD yang di peroleh pemerintah daerah dari
daerahnya sendiri masih rendah jika dibandingkan dengan dana perimbangan dari
Pemerintah Pusat, hal ini menunjukkan pemerintah daerah masih belum mandiri
dalam meningkatkan PAD. Temuan ini memberikan indikasi bahwa besarnya
PDRB sangat ditentukan oleh PAD.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Maryati dan Endrawati
(2010), yaitu PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Propinsi Sumatera Barat. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007) juga
mendukung hasil penelitian ini. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007)
Universitas Sumatera Utara
menyatakan PAD, DAU dan DAK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.
5.5.2. Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian ini menyatakan PAD berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan. Menurut
Halim (2004), PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah. Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari
pertumbuhan ekonomi (Saragih,2003). Hal ini berarti semakin tinggi PAD yang
dihasilkan oleh pemerintah daerah maka sernakin meningkat nilai PDRB
pemerintah daerah tersebut. Ini disebabkan karena tingkat PAD yang tinggi maka
pemerintah daerah lebih bisa untuk mengoptimalkan potensi PAD tersebut, karena
PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah, Jika PAD meningkat
maka dana yang dimiliki daerah akan meningkat pula, sehingga pemerintah
daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah daerah yang
dimiliki (Maryati dan Endrawati,2010).
Menurut Setiyawati dan Hamzah (2007), semakin tinggi PAD, maka
semakin meningkat laju pertumbuhan ekonominya. Hal ini dikarenakan pajak dan
retribusi daerah dikembalikan kepada masyarakat untuk mengembangkan dan
menumbuhkan perekonomian daerah. Menurut Darwanto (2007), kemandirian
dalam APBD sangat terkait dengan kemandirian PAD, sebab semakin besar
sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah, bukan sumber pendapatan
dari bantuan, maka daerah akan semakin leluasa untuk mengakomodasikan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan masyarakatnya tanpa muatan kepentingan pemerintah pusat yang
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah.
Penelitian Saragih (2006), konsisten dengan hasil penelitian ini yaitu PAD
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian Setiyawati dan Hamzah (2007), hasil penelitiannya
adalah PAD mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
5.5.3. Pengaruh DAU terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pengujian secara parsial variabel DAU berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan. Hal ini
menyatakan semakin tinggi DAU yang diterima oleh pemerintah daerah maka
semakin meningkat nilai PDRB pemerintah daerah kabupaten/kota. Ini
disebabkan karena peran DAU sangat signifikan, karena belanja daerah lebih di
dominasi dari jumlah DAU. Setiap DAU yang diterima pemerintah daerah akan
ditunjukkan untuk belanja pemerintah daerah, salah satunya adalah untuk belanja
modal (Maryati dan Endrawati,2010).
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah” menyebutkan bahwa DAU merupakan dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemeratan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Widjaja (2005:33), DAU bertujuan
untuk pemerataan kemampuan daerah termasuk jaminan kesinambungan
penyelenggaraan pemerintah daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar
kepada masyarakat dan merupakan satu kesatuan dengan penerimaan umum
Universitas Sumatera Utara
APBD. DAU dialokasikan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah,
keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat daerah
sehingga perbedaan daerah maju dengan daerah yang belum berkembang dapat
diperkecil.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Saragih (2006), DAU
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Simalungun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Maryati dan
Endrawati (2010), DAU secara parsial mempunyai berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Barat
5.5.4. Pengaruh DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian ini menyatakan DAK secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan . Hal
ini berarti semakin tinggi DAK yang diterima suatu pemerintah daerah, akan
semakin meningkat nilai PDRB pemerintah daerah tersebut. Berdasarkan Undang-
undang No. 33 Tahun 2004, DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Pengalokasian DAK memperhatikan ketersediaan dana dalam
APBD, yang berarti besaran DAK tidak dapat dipastikan setiap tahunnya.
Menurut Aswadi dalam Halim (2001), tujuan penggunaan DAK dapat diarahkan
pada upaya untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Nasional (IPM) yang
merupakan isu nasional yang harus dituntaskan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Aramana (2011), Dana Perimbangan (DAU dan DAK)
yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah daerah masih bergantung dengan dana transfer
dari pemerintah pusat. Harapan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah
adalah lebih meningkatkan pelayanan dalam aspek kehidupan sosial dan ekonomi.
Bagi masyarakat keberhasilan otonomi daerah adalah terwujudnya kehidupan
yang lebih baik, lebih adil serta lebih terlindung dari kriminalitas dan lingkungan
hidup yang lebih nyaman (Widjaja,2005:35).
Penelitian Subchan dan Sudarman (2007) juga mendukung hasil penelitian
ini. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007) menyatakan PAD, DAU dan DAK
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.
5.5.5. Belanja Modal memoderasi hubungan PAD, DAU dan DAK dengan
pertumbuhan ekonomi
Setelah dilaksanakan pengujian hipotesis pertama, maka pengujian kembali
dilakukan menggunakan variabel pemoderasi yaitu belanja modal. Menurut
Ghozali (2006:209), yang dianggap variabel moderating apabila koefisien
parameternya negatif dan signifikan. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua yang
menggunakan uji residual menunjukkan nilai koefisien parameternya negatif dan
tidak signifikan, sehingga dapat diartikan belanja modal (X4
Sidik (2002), menyatakan ciri utama yang menunjukkan suatu daerah
otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Hal ini
) merupakan bukan
variabel pemoderasi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara PAD,
DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
berarti, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk
menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal
mungkin, sehingga PAD khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi
bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan
keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem
pemerintahan negara. Hal ini berarti tercermin di dalam pertumbuhan PDRB dan
diharapkan dengan adanya otonomi daerah dapat lebih memeratakan
pembangunan sesuai dengan keinginan daerah untuk mengembangkan wilayah
menurut potensi masing-masing. Hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya karena penelitian sebelumnya tidak
mempergunakan belanja modal sebagai variabel moderating.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan berbagai uraian dan pengkajian analisis dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Secara simultan PAD, DAU dan DAK PAD, DAU dan DAK secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 – 2011. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Maryati dan Endrawati (2010),
yang menyatakan PAD, DAU dan DAK berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Barat.
2. Secara parsial PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil pengujian variabel ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Saragih (2006) yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel DAU secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian variabel ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2006) menunjukkan
bahwa DAU berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan variabel DAK secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007) juga
mendukung hasil penelitian ini. Penelitian Subchan dan Sudarman (2007)
menyatakan DAK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
di Propinsi Jawa Tengah.
Universitas Sumatera Utara
3. Variabel belanja modal bukan merupakan variabel pemoderasi yang
mempengaruhi atau memperlemah hubungan antara PAD, DAU, DAK
terhadap pertumbuhan ekonomi.
6.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada kabupaten/kota tertentu yang
mempunyai keterbatasan data yaitu 30 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera
Utara. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk
kabupaten/kota yang menjadi sampel penelitian, sehingga belum dapat di
generalisasi untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Diharapkan untuk
penelitian mendatang dapat memperluas atau menambah sampel penelitian.
2. Penelitian ini tidak memberikan secara terinci penggunaan PAD, DAU dan
DAK manakah yang memberikan memberikan kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi.
3. Keterbatasan dalam tahun penelitian yaitu tahun 2009 – 2011, sehingga
tidak dapat memberikan gambaran yang komprehensif yang berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi.
4. Keterbatasan data dalam penelitian ini, sehingga peneliti hanya
menggunakan variabel PAD, DAU, DAK, belanja modal dan pertumbuhan
ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
6.3. Saran
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Propinsi
Sumatera Utara, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
2. Bagi penelitian selanjutnya di masa mendatang dapat memperluas sampel
penelitian seperti kabupaten/kota di luar Sumaterat Utara dan menambah
tahun pengamatan.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel pemoderasi
atau intervening yang belum dianalisis dalam penelitian ini, seperti inflasi.
Atau peneliti selanjutnya menggunakan belanja daerah sebagai variabel
pemoderasi.
Universitas Sumatera Utara