bab iii metode penelitian 3.1. jenis penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/chapter...

20
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analitik dengan desain Cross Sectional yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan pemakaian alat pelindung diri dengan gangguan pernafasan pada petugas Dinas Pehubungan lalu lintas dan angkutan jalan raya Kota Medan. 3.2. Lokasi Dan Waku Penelittian Penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Medan di beberapa wilayah Kota Medan dari bulan Januari-Agustus 2016. 3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas Dishub Lalu Lintas Angkutan dan Jalan Raya Kota Medan yang dibagi kedalam 11 wilayah : wilayah I berjumlah 20 orang, wilayah II berjumlah 20 orang, wilayah III berjumlah 20 orang, wilayah IV berjumlah 26 orang, wilayah V berjumlah 25 orang, wilayah VI berjumlah 12 orang, wilayah VII berjumlah 21 orang, wilayah VIII berjumlah 23 orang, wilayah IX berjumlah 6 orang, wilayah X berjumlah 20 orang dan wilayah XI berjumlah 5 orang. Jumlah keseluruhan dari petugas Dishub Lalu Lintas sebanyak 198 orang. UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analitik dengan desain

Cross Sectional yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan pemakaian alat

pelindung diri dengan gangguan pernafasan pada petugas Dinas Pehubungan lalu

lintas dan angkutan jalan raya Kota Medan.

3.2. Lokasi Dan Waku Penelittian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Medan di beberapa

wilayah Kota Medan dari bulan Januari-Agustus 2016.

3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas Dishub Lalu Lintas

Angkutan dan Jalan Raya Kota Medan yang dibagi kedalam 11 wilayah : wilayah I

berjumlah 20 orang, wilayah II berjumlah 20 orang, wilayah III berjumlah 20 orang,

wilayah IV berjumlah 26 orang, wilayah V berjumlah 25 orang, wilayah VI

berjumlah 12 orang, wilayah VII berjumlah 21 orang, wilayah VIII berjumlah 23

orang, wilayah IX berjumlah 6 orang, wilayah X berjumlah 20 orang dan wilayah XI

berjumlah 5 orang. Jumlah keseluruhan dari petugas Dishub Lalu Lintas sebanyak

198 orang.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

20

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael, 2008) dalam

Siswanto (2014). Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik simple random

sampling. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan rumus Taro

Yamane/Slovin yang dikutip oleh Siswanto (2014), sebagai berikut:

N 198

n = = = 66

N (d)2 + 1 198 (0,1)

2 + 1

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Berdasarkan perhitungan diatas

apabila jumlah populasi 198 maka diperoleh jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak 66 orang.

Untuk memenuhi jumlah sampel pada perhitungan di atas dilakukan

dengan menggunakan teknik simple random sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari responden dengan wawancara menggunakan

kuesioner penelitian berupa pernyataan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang

sudah dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

21

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak Dinas Perhubungan Kota Medan berupa

data jumlah petugas Dinas Perhubungan lalu lintas dan data lain yang dibutuhkan.

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Hasil

Pengukuran

Skala

Pengukuran

1. Alat

Pelindung

Diri

Masker

Seperangkat alat

yang harus

digunakan pekerja

saat memasuki

area kerja dan

melakukan

pekerjaan.

Alat pelindung

pernfasan, mulut,

hidung dan paru-

paru.

Kuesinoer

1. Tidak Pakai

2. Pakai

Nominal

2. Masa

Kerja

Lamanya petugas

bekerja di lalu

lintas yaitu tahun

dimulai bekerja

sampai wawancara

dalam hitungan

tahun.

Kuesioner 1. Baru (< 5

tahun)

2. Lama ( ≥

5 tahun)

Ordinal

3. Waktu

Kerja

Lamanya petugas

bekerja dalam

hitungan hari.

Kuesioner 1. ≤ 8 jam

2. > 8 jam

Ordinal

4. Gangguan

pernafasan

Perasaan tidak

nyaman disekitar

saluran pernafasan

yang ditandai

dengan salah satu

gejala berupa :

batuk, sesak nafas,

nyeri dada.

Kuesioner 1. Ada Gangguan

2. Tidak Ada

Gangguan

Ordinal

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

22

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Alat Pelindung Diri

Untuk mengukur pemakaian alat pelindung diri diajukan pertanyaan dengan

alternatif jawaban Pakai dan Tidak Pakai.

3.6.2. Masa Kerja

Variabel masa kerja diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner.

Jawaban responden pada kuesioner selanjutnya akan dikategorikan menjadi 2 (dua)

kategori yaitu :

1. Masa kerja baru < 5 tahun

2. Masa kerja lama ≥ 5 tahun

3.6.3. Lama Kerja

Variabel waktu kerja diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner.

Jawaban responden pada kuesioner selanjutnya akan dikategorikan menjadi 2 (dua)

kategori yaitu :

1. Waktu kerja ≤ 8 jam

2. Waktu kerja > 8 jam.

3.6.4. Gangguan Pernafasan

Untuk mengukur gangguan pernafasan di ajukan pertanyaan dengan alternatif

jawaban Ada gangguan dan Tidak ada gangguan.

3.7. Pengolahan Data

Proses kegiatan analisa data/pengolahan data ini terdiri dari 3 jenis kegiatan,

yaitu (Imron & Munif, 2010) dalam Siswanto (2014) :

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

23

1. Memeriksa data (editing)

Yang dimaksud memeriksa data atau proses editing adalah memeriksa data

hasil pengumpulan daata, yang berupa daftar pertanyaan, kartu, buku register

dan lain-lain.

2. Memberi kode (coding)

Salah satu cara menyederhanakan data hasil penelitian tersebut dengan

memberi simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data yang sudah

diklasifikasikan.

3. Memasukkan data (Entry)

Setelah peneliti mengubah data responden dan hasil kuesioner kedalam bentuk

angka, kemudian selanjutnya peneliti memasukkan data tersebut kedalam

software computer (microsoft exel) yaitu dalam bentuk master tabel,

kemudian peneliti memasukkan dengan bantuan komputerisasi.

4. Tabulasi data (tabulating)

Yang dimaksud yaitu menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa,

sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun

dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

3.8 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing

variabel yang telah ditentukan dalam penelitian yaitu variabel independen dan

variabel dependen.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

24

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dan

variabel dependen dengan menggunakan uji chi square ( pada tingkat

kepercayaan 90%. Rumus uji chi square ( (Hastono, 2010), yaitu:

Keterangan :

X2

= Chi Square

O = efek yang diamati

E = efek yang diharapkan

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Medan

4.1.1. Sejarah Dinas Perhubungan

Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan

Indonesia yang dibentuk berdasarkan periode Kabinet-kabinet Republik Indonesia.

Rencana trategis Dinas Perhubungan Kota Medan disusun berawal dari pemikiran

strategis tentang nilai-nilai luhur yang dianut/dimiliki oleh seluruh pimpinan dan staf

Dinas Perhubungan Kota Medan yang merupakan karakteristik inti dari tugas pokok

yang diemban oleh Dinas Perhubungan Kota Medan.

Sebagai gambaran umum Dinas Perhubungan Kota Medan sebelum tahun

2002 semula bernama Cabang Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) yang

berada di bawah induk Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) Tingkat I

Provinsi Sumatera Utara yang kemudian diubah namanya menjadi Dinas Lalu Lintas

Angkutan Jalan Raya (LLAJR) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.32 Tahun

2002 tentang penyerahan sebagian wewenang pemerintah pusat tentang Lalu Lintas

Angkutan Jalan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota yang sampai sekarang

dikenal dengan nama Dinas Perhubungan Kota Medan.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

26

a. Visi Dinas Perhubungan Kota Medan

Visi Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara adalah mewujudkan

penyelenggaran pelayanan perhubungan yang handal, berdaya saing dan

memberikan nilai tambah dalam upaya menciptakan masyarakat yang

beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan yang

didukung tata pemerintahan yang baik.

b. Misi Dinas Perhubungan Kota Medan

Misi Dinas Perhubungan Kota Medan Yang menjadi Misi dari Dinas

Perhubungan Kota Medan adalah :

a. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, baik aparatur maupun

masyarakat.

b. Mewujudkan sistem angkutan massal terpadu.

c. Menyediakan aksesibilitas transportasi bagi semua golongan.

d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja pelayanan transportasi.

e. Mempromosikan transportasi yang tertib, selamat dan ramah.

c. Tujian Dinas Perhubungan Kota Medan

Adapun tujuan dari Dinas Perhubungan ini adalah untuk mewujudkan

pelayanan yang baik di bidang perhubungan yang semakin maju agar dapat terus

memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan kemajuan Ilmu dan Tekhnologi yang

berlaku.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

27

a. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan

b. Pembagian Wilayah Kerja Petugas Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya

Dinas Perhubungan Kota Medan

1. Wilayah I : Jalan Sudirman sampai Jalan Pemuda. Jumlah petugas LLAJR

sebanyak 20 orang.

2. Wilayah II : Jalan Letdjen Suparman sampai simpang Jalan Putri Hijau.

Jumlah petugas LLAJR sebanyak 20 orang.

3. Wilayah III : Jalan Putri Hijau sampai Jalan Yos Sudarso. Jumlah petugas

LLAJR sebanyak 20 orang.

4. Wilay IV : Plaza Thamrin sampai Plaza Suka Ramai. Jumlah petugas

LLAJR sebanyak 26 orang.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

28

5. Wilayah V : Jalan Jamin Ginting (Simpang Pos) sampai Jalan Tritura

Amplas. Jumlah petugas LLAJR sebanyak 25 orang.

6. Wilayah VI : Jalan Brayan sampai Jalan Belawan. Jumlah petugas LLAJR

sebanyak 12 orang.

7. Wilayah VII : Mesjid Raya sampai Makam Pahlawan. Jumlah petugas

LLAJR sebanyak 21 orang.

8. Wilayah VIII : Jalan Ring Road (Pondok Kelapa) sampai Jalan Gatot

Subroto(Simpang Barat). Jumlah petugas LLAJR sebanyak 23 orang.

9. Wilayah IX : Jalan H.M.Yamin sampai Kecamatan Medan Tembung.

Jumlah petugas LLAJR sebanyak 6 orang.

10. Wilayah X : Jalan Tritura Sisingamanga Raja sampai Sisingamanga Raja

simpang UISU. Jumlah petugas LLAJR sebanyak 20 orang.

11. Wilayah XI : Jalan Bambu Sutomo sampai Jalan Krakatau Simpang

Cemara. Jumlah petugas LLAJR sebanyak 5 orang.

c. Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Dinas perhubungan menerapkan beberapa program keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) seperti :

1. Lama Kerja

Waktu kerja petugas LLAJR Dinas Perhubungan kota Medan adalah 11 jam

perhari yaitu dari pukul 07.00-18.00 WIB.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

29

2. Penyediaan APD

Dinas Perhubungan kota Medan menyediakan alat pelindung diri yaitu

masker dan topi diganti setiap tiga bulan sekali sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.PER.08/MEN/VII/2010

tentang Alat Pelindung Diri Pasal 2 ayat (1) tentang Pengusaha wajib

menyediakan APD bagi pekerja atau buruh ditempat kerja.

3. Pelayanan Kesehatan

Dinas Perhubungan kota Medan memberikan jaminan kesehatan melalui

program BPJS ketenagakerjaan (Dishub, 2015).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisa Univariat

4.2.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja dan Waktu Kerja Petugas

Dinas Perhubungan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya Tahun

2016

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1 Masa Kerja

a. < 5 tahun 27 40,9%

b. ≥ 5 tahun 39 59,1%

2 Lama Kerja

a. ≤ 8 jam 25 37,9%

b. > 8 jam 41 62,1%

Jumlah 66 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kategori masa kerja responden yang

paling banyak adalah kelompok masa kerja ≥ 5 tahun yaitu sebanyak 39 orang

(59,1%) sedangkan kelompok masa kerja < 5 tahun sebanyak 27 orang (40,9%).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

30

Responden yang paling banyak adalah kelompok lama kerjanya > 8 jam yaitu

sebanyak 41 orang (62,1%) sedangkan kelompok lama kerja ≤ 8 jam adalah

sebanyak 25 orang (37,9%).

4.2.2 Analisa Bivariat

4.2.2.1 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri Masker Dengan Gangguan

Pernafasan

Tabel 4.2. Hasil Uji Statistik Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri

Masker Dengan Gangguan Pernafasan Petugas Dinas

Perhubungan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya Tahun 2016

APD

Masker

Gangguan Pernafasan

Jumlah % PR (CI

90%) P Ada

gangguan %

Tidak

Ada

gangguan

%

Tidak

Pakai 35 100% 0 0% 35 100% 31,000

(4,508-

213,168)

0,000 Pakai 1 3,2% 30 96,8% 31 100%

Jumlah 36 47% 30 53% 66 100%

Dari 66 orang petugas yang tidak memakai alat pelindung diri masker terdapat

35 orang petugas (100%) yang mengalami gangguan pernafasan. Dapat dilihat secara

statistik dengan menggunakan uji chi Square diperoleh hasil p=0,000 (p < 0.1).

Dengan nilai PR = 31,000 dan CI dari 4,508-213,168. Ini berarti dapat dinyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian alat pelindung diri

masker dengan gangguan pernafasan.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

31

4.2.2.2 Hubungan Masa Kerja Dengan Gangguan Pernafasan

Tabel 4.3. Hasil Uji Statistik Hubungan Masa Kerja Dengan Gangguan

Pernafasan Petugas Dinas Perhubungan Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan Raya Tahun 2016

Masa

Kerja

Gangguan Pernafasan

Jumlah %

PR

(CI

90%)

P Ada

gangguan %

Tidak

ada

gangguan

%

< 5 tahun 5 18,5% 22 81,5% 27 100% 0,278

(0,122-

0,632)

0,000 ≥ 5 tahun 26 66,7% 13 33,3% 39 100%

Jumlah 31 47% 35 53% 66 100%

Dari 66 orang petugas yang masa kerjanya ≥ 5 tahun ada 26 orang (66,7%)

yang mengalami gangguan pernafasan. Dapat dilihat secara statistik dengan

menggunakan uji chi Square diperoleh hasil p=0,000 (p < 0.1). Dengan nilai PR =

0,278 dan CI 0,122-0,632. Ini berarti dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan pernafasan.

4.2.2.3 Hubungan Waktu Kerja Dengan Gangguan Pernafasan

Tabel 4.4. Hasil Uji Statistik Hubungan Waktu Kerja Dengan Gangguan

Pernafasan Petugas Dinas Perhubungan Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan Raya Tahun 2016

Lama

Kerja

Gangguan Pernafasan

Jumlah %

PR

(CI

90%)

P

Ada

gangguan %

Tidak

ada

gangguan

%

0,001 ≤ 8 jam 5 20% 20 80% 25 100% 0,315

(0,139-

0,714)

>8 jam 26 63,4% 15 36,6% 41 100%

Jumlah 31 47% 35 53% 66 100%

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

32

Dari 66 orang petugas yang lama kerjanya > 8 jam ada 26 orang (63,4%) yang

mengalami gangguan pernafasan. Dapat dilihat secara statistik dengan menggunakan

uji chi Square diperoleh hasil p=0,001 (p < 0.1). Dengan nilai PR 0,315 dan CI 0,139-

0,714. Ini berarti dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

waktu kerja dengan gangguan pernafasan.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri Masker Dengan Gangguan

Pernafasan

Menurut UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja di lingkungan

perusahaan tenaga kerja pada Bab XII pasal 164 ayat 1 yaitu: “Upaya kesehatan

kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan bebas dari gangguan

kesehatan serta pengaruh buruk yang di akibatkan oleh pekerjaan di suatu

perusahaan”. Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan dan kesehatan

pekerja itu sendiri dan orang lain disekelilingnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas Dinas Perhubungan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan Raya yang tidak memakai alat pelindung diri masker sebanyak

35 orang (53%) dan yang memakai alat pelindung diri masker sebanyak 31 orang (47

%). Dari hasil analisis chi square diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,1) yang artinya

terdapat hubungan antara pemakaian alat pelindung diri masker dengan gangguan

pernafasan. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Nofidahanum (2011) mengenai

Pengaruh Faktor Lingkungan, Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan Merokok Dan

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

33

Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Gejala Gangguan Saluran Pernafasan Pada

Pekerja Industri Meubel Di Kota Banda Aceh diperoleh (p = 0,003 < 0,05) artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan terjadinya gejala

gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri meubel.

Adanya hubungan antara pemakaian alat pelindung diri masker dengan

gangguan pernafasan dikarenakan para petugas Dinas Perhubungan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Raya menggunakan masker disaat mereka merasakan adanya banyak

debu dijalan. Dari hasil wawancara juga didapatkan petugas tidak merasa nyaman

menggunakan masker pada saat bertugas karena mereka sudah terbiasa tanpa

menggunakan masker. Penyediaan alat pelindung diri sudah disediakan oleh Dinas

Perhubungan seperti yang diatur dalam Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja khususnya pasal 9,13 dan 14 yang mengatur penyediaan dan

penggunaan alat pelindung diri ditempat kerja.

Sama halnya dengan penelitian Tulu (2012) mengenai Hubungan antara Lama

Bekerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Kebiasaan Merokok dengan

Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resort Kota Manado

diperoleh (p= 0,01<0,05) berarti ada hubungan penggunaan alat pelindung dengan

Kapasitas Vital Paru (KVP).

4.3.2. Hubungan Masa Kerja Dengan Gangguan Pernafasan

Masa kerja adalah seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) disuatu

lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung.

Dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat mempengaruhi dan

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

34

menurunkan kapasitas paru pada pekerja. Semakin lama manusia terpapar debu di

tempat kerja yang bisa dilihat dari masa kerja maka debu kemungkinan besar

tertimbun di paru-paru. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak dia

telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Hal ini

merupakan hasil akumulasi dari inhalasi selama bekerja. Masa bekerja bertahun-

tahun dapat memperparah kondisi kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan yang

sering. Masa kerja adalah kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di sutau

tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja positif maupun kinerja negatif. Akan

memberi pengaruh positif pada pekerja bila dengan semakin lamanya masa kerja

personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan

memberi pengaruh negatif apabila semakin lamanya masa kerja akan timbul

kebiasaan pada tenaga kerja.

Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan di kategorikan menjadi 3 yaitu :

3. Masa kerja baru < 5 tahun

4. Masa kerja lama ≥ 5 tahun (Suma’mur, 2009).

Pada penelitian ini menunjukkan masa kerja responden yang paling banyak

mempunyai masa kerja lama ≥ 5 tahun sebesar 39 orang (59,1%) dan yang memiliki

masa kerja baru < 5 tahun sebesar 27 orang (40,9%). Dari hasil analisis menggunakan

chi square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,1) yang artinya terdapat hubungan masa

kerja dengan gangguan pernafasan. Penelitian serupa yang dilakukan Saputra (2016)

mengenai Hubungan Masa Kerja Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan

Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pada Karyawan Di Pt. Madubaru Kabupaten

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

35

Bantul di peroleh (p=0,01<0,05) berarti ada hubungan antara masa kerja dengan

keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja pabrik gula dan spritus PT.

Madubaru Padokan Tirtonirmolo Kasihan.

Adanya hubungan antara masa kerja dengan gangguan pernafasan karena

lebih banyak petugas yang masa kerjanya ≥ 5 tahun sehingga lebih lama petugas

terpapar oleh debu dijalan. Seperti yang dikemukakan oleh Khumaidah (2009) lama

kerja diperlukan untuk menilai lamanya pekerja terpajan debu. Semakin lama

seseorang terpajan debu, akan semakin besar risiko terjadinya gangguan fungsi

pernafasan. Pada pekerja yang berada dilingkungan dengan kadar debu tinggi dalam

waktu lama memiliki risiko tinggi terkena penyakit paru obstruktif. Masa kerja dapat

berpengaruh positif dan negatif. Adapun yang berpengaruh positif adalah seseorang

pekerja semakin trampil dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan yang

berpengaruh negatif bagi seseorang pekerja adalah semakin lama terpapar debu yang

dapat mempengaruhi kesehatan terutama saluran pernafasan.

4.3.3. Hubungan Lama Kerja Dengan Gangguan Pernafasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan waktu kerja responden

paling banyak mempunyai lama kerja > 8 jam sebanyak 41 orang (62,1%) dan yang

memiliki lama kerja ≤ 8 jam sebanyak 25 orang (37,9%). Dari hasil analisis chi

square diperoleh nilai p= 0,001 (p=0,1) yang artinya terdapat hubungan antara lama

kerja dengan gangguan pernafasan.

Waktu kerja petugas Dinas Perhubungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Raya tidak mengikuti peraturan Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

36

Ketenagakerjaan BAB X pasal 77 yang membahas tentang waktu kerja yaitu waktu

kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan

40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)

minggu atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan,

efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Lama kerja dapat berpengaruh

terhadap gangguan kesehatan sehingga perlu diimbangi dengan istirahat yang cukup

dalam sehari. Istirahat yang cukup akan mengembalikan energi yang hilang saat

bekerja.

Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut

biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal,

bahkan biasanya terlihat penurunan kecendrungan untuk terjadinya gangguan

kesehatan, penyakit akibat kerja dan kecelakaan. Dalam seminggu, seseorang

biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu, kemungkinan

besar untuk timbul hal-hal yang negatif bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan

pekerjanya itu sendiri. Semakin panjang waktu kerja dalam seminggu, semakin besar

kecendrungan terjadinya hal-hal yang tidak diingini (Suma’mur, 2009).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan pada Dinas Perhungan dari 66 Petugas dapat

di simpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan pemakaian alat pelindung diri masker dengan gangguan

pernafasan pada petugas Dinas Perhubungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Raya diperoleh hasil p=0,000 (p<0,1).

2. Ada hubungan masa kerja dengan gangguan pernafasan pada petugas Dinas

Perhubungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya diperoleh hasil p=0,000

(p<0,1).

3. Ada hubungan lama kerja dengan gangguan pernafasan pada petugas Dinas

Perhubungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya diperoleh hasil p=0,001

(p<0,1).

5.2. Saran

1. Diharapkan petugas menyadari pentingnya menggunakan masker untuk

mengurangi terjadinya gangguan pernafasan.

2. Diharapkan kepada Dinas Perhubungan kota Medan untuk mengawasi petugas

dalam penggunaan APD masker.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitianrepository.sari-mutiara.ac.id/57/5/CHAPTER III-V.pdf · dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya

38

3. Peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang gangguan pernafasan

diharapkan melakukan pengukuran kualitas lingkungan dan pemeriksaan

pernafasan dengan bantuan paramedis.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA