chapter ii_7.pdf

18

Click here to load reader

Upload: moesriatul-wahieda-kadiiss

Post on 18-Feb-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II_7.pdf

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tekanan Darah

1.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.

Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap

tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai

140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam

pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam

proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk

menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan

ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan

darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

1.2 Pengukuran Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan

darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung

atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam

arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat

berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare,

7 Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II_7.pdf

2001). Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat

pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan

darah karena tertekuknya kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan

tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan

menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun

atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang

berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa

sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam

milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare,

2001).

Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan

manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan

pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial

menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah

dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar

20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset

dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun

palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan

dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih

akurat (Smeltzer & Bare, 2001).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk

corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku

(rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II_7.pdf

diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai

3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang

menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi

Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar

dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan

diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).

Adapun prosedur pengukuran tekanan darah dapat dilihat pada lampiran 4.

1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa

kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah

di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa

isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal

tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua

informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju

organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan

mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi

secara otomatis (Hayens, 2003).

Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan

gas) di dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin

dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh

darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari

beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar

adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti adrenalin dan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II_7.pdf

aldosteron juga ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan

tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon tiroksin, yang juga berperan penting

dalam pengontrolan tekanan darah (Hayens, 2003).

Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis

yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah

mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat

berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka

dapat terjadi tekanan darah tingggi.

2. Hipertensi

2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90

mmHg (Smeltzer & Bare, 2001). Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa

hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada

tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan

secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau

beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam

mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, 2003).

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu hipertensi

esensial (primer) dan hipertensi skunder. Hipertensi esensial (primer) merupakan

tipe yang hampir sering terjadi 95 persen dari kasus terjadinya hipertensi.

Hipertensi esensial (primer) dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II_7.pdf

kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Sedangkan hipertensi sekunder

berkisar 5 persen dari kasus hipertensi. Hipertensi sekunder disebabkan oleh

kondisi medis lain (misalnya penyakit jantung) atau reaksi terhadap obat-obatan

tertentu (Palmer, 2007).

2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan

tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi

Kategori Tekanan Darah

Sistolik

Tekanan Darah

Diastolik

Normal Di bawah 130

mmHg

Di bawah 85 mmHg

Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Hipertensi Ringan (stadium 1) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi Sedang (stadium 2) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Hipertensi Berat (stadium 3) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Hipertensi Maligna (stadium 4) 210 mmHg atau

lebih

120 mmHg atau

lebih

Diambil dari Wiryowidagdo (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung,

Darah Tinggi, &Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka.

2.3 Respon Penderita Hipertensi

Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah,

sebaliknya tekanan darah dipengaruhi oleh kegiatan harian sehingga bila semakin

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II_7.pdf

aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya. Dapat dibayangkan

semakin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi kekuatan yang

mendorong darah dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan

perdarahan (haemmorrhage) yang dapat terjadi di otak dan jantung sehingga dapat

mengakibatkan, stroke, gagal jantung bahkan kematian (Hayens, 2003).

Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah

yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan

komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan

pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu

check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Seseorang baru merasakan

dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari

ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung,

koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke (Lenny, 2008).

Pada penelitian ini, untuk menghindari hasil penelitian yang bias, maka

penderita hipertensi yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu penderita

hipertensi yang tidak mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi sehingga dapat

dilihat hasil pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, pada penelitian ini lebih

difokuskan untuk melihat pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang ringan dan sedang saja.

2.4 Bahaya Hipertensi

Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat

menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II_7.pdf

mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens, 2003).

Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Ina, 2008).

Pada organ jantung, hipertensi adalah faktor resiko pendukung terbesar

di seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah jantung (Ezzati et al.,

2003 dalam Kaplan, 2006). Infokes (2007) mengatakan bahwa hipertensi adalah

salah satu penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi pembuluh

darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner,

imfark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan jaringan)

jantung, stroke, gagal ginjal dan angka kematian yang tinggi. Dari pemaparan di

atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan

dapat mengakibatkan kematian.

2.5 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis

atau dan penatalaksanaan non farmakologis. Pengobatan hipertensi juga dapat

dilakukan dengan terapi herbal.

2.5.1 Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada

berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis,

yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II_7.pdf

2.5.1.1 Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan

tubuh (melalui kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang

sehingga daya pompa jantung lebih ringan (Dalimartha, et al, 2008). Menurut

Hayens (2003), diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara megurangi

jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah.

Sehingga tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena

hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum

menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah

menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi ini

membantu tekanan darah menjadi normal kembali.

2.5.1.2 Penghambat adrenergik (β-bloker)

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita

yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial

(Lenny, 2008). Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan

pernapasan seperti asma bronkial karena pada pemberian β-bloker dapat

mengkambat reseptor beta 2 di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta 2

di tempat lain. Penghambatan beta 2 ini dapat membuka pembuluh darah dan

saluran udara (bronki) yang menuju ke paru-paru. Sehingga penghambatan beta 2

dari aksi pembukaan ini dengan β-bloker dapat memperburuk penderita asma

(Hayens, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II_7.pdf

2.5.1.3 Vasodilator

Agen vasodilator bekeja langsung pada pembuluh darah

dengan merelaksasi otot pembuluh darah (Wikipedia, 2008). Contoh yang

termasuk obat jenis vasodilator adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan

yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing

(Dalimartha, et al, 2008).

2.5.1.4 Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-

angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah

angiotensin (angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan menurunkan

perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003).

2.5.1.5 Antagonis Kalsium

Antagonis Kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja

mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di

dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran

darah dan tekanan darah. Antagonis Kalsium bertindak sebagai vasodilator atau

pelebar (Hayens, 2003). Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung

dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk

golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping

yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny,

2008).

2.5.2 Penatalaksanaan Non Farmakologis

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II_7.pdf

Menurut Dalimartha, et al (2008), upaya pengobatan hipertensi dapat

dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup

yang tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang

sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan

dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri (Palmer, 2007).

Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para

penderita hipertensi yaitu:

2.5.2.1 Mengontrol Pola Makan

Hayens (2003) menyarankan mengkonsumsi garam sebaiknya

tidak lebih dari 2000 sampai 2500 miligram. Karena tekanan darah dapat

meningkat bila asupan garam meningkat. Dimana pembatasan asupan sodium

dapat mempertinggi efek sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati

tekanan darah tinggi kecuali kalcium antagonis.

Dalimartha, et al (2008) menyarankan lemak kurang dari 30%

dari konsumsi kalori setiap hari. Mengonsumsi banyak lemak akan berdampak

pada kadar kolestereol yang tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan

resiko terkena penyakit jantung (Sheps, 2005).

2.5.2.2 Tingkatkan Konsumsi Potasium dan Magnesium

Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi

salah satu faktor pemicu tekanan darah tinggi. Buah-buahan dan sayuran segar

merupakan sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut untuk menurunkan tekanan

darah (Dalimartha, et al, 2008).

2.5.2.3 Makan Makanan Jenis Padi-padian

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II_7.pdf

Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical

Nutrition yang ditulis dalam Dalimartha, et al (2008) ditemukan bahwa pria yang

mengkonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari jenis padi-padian per hari

mempunyai kemungkinan yang sangat kecil (0-20%) untuk terkena penyakit

jantung. Semakin banyak konsumsi padi-padian, semakin rendah resiko penyakit

jantung koroner, termasuk terkena hipertensi (Dalimartha, et al, 2008).

2.5.2.4 Aktivitas (Olah Raga)

Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik

aerobik selama 30-45 menit per hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang

akan menurunkan tekanan darah (Yundini, 2006). Palmer (2007) mengatakan

bahwa ada delapan cara untuk meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan

menyempatkan berjalan kaki misalnya mengantar anak kesekolah, sisihkan 30

menit sebelum erangkat bekerja untuk berenang di kolam renang terdekat,

gunakan sepeda untuk pergi kerja selama 2 sampai 3 hari dalam satu minggu,

mulailah berlari setiap hari dimana melakukan latihan ringan pada awalnya dan

tingkatkan secara perlahan-lahan, pada sat istirahat makan siang tinggalkan meja

kerja anda dan mulailah berjalan, pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau

bersepeda bersama keluarga atau teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan

aktivitas baru misalnya bergabung dengan klub tenis atau bulu tangkis atau belajar

dansa, yang terakhir pilih tangga dibandingkan lift atau eskalator.

2.5.2.5 Bantuan dari Kelompok Pendukung

Sertakan keluarga dan teman menjadi kelompok pendukung

pola hidup sehat (Dalimartha, et al, 2008). Sehingga keluarga dan teman-teman

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II_7.pdf

mengerti sepenuhnya tentang besarnya resiko jika tekanan darah kita tidak

terkendali. Dengan demikian keluarga dan teman akan membantu dengan

memperhatikan makanan kita atau mengingatkan saat tiba waktunya untuk minum

obat atau untuk melakukan aktivitas berjalan-jalan setiap hari dan mungkin saja

mereka bahkan akan menemani kita (Sheps, 2005). Penelitian yang ditulis dalam

Dalimartha, et al (2008) menunjukkan dukungan kelompok terbukti berhasil

dalam mengubah gaya hidup untuk mencegah hipertensi

2.5.2.6 Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol berlebih

Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya

tekanan darah. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-

paru dan diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke

otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal

untuk melepas epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan

menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat

karena tekanan yang lebih tinggi (Sheps, 2005).

Demikian juga dengan alkohol, efek semakin banyak

mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan darah, sehingga peluang

terkena hipertensi semakin tinggi (Hayens, 2003). Menurut Sheps (2005) alkohol

dalam darah merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain

yang membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih

banyak natrium dan air. Selain itu minum-minuman alkohol yang berlebihan

dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan

magnesium, rendahnya kadar dari kalsium dan magnesium berkaitan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II_7.pdf

peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005). Beberapa laporan mnyimpulkan bahwa

efek alkohol dimulai dari asupan alkohol yang paling rendah. Jadi, seseorang yang

tidak mengkonsumsi alkohol maka cenderung memiliki tekanan darah yang

normal. Laporan lain menunjukkan ada batas atau ambang tertentu dari alkohol

yang dapat mempengaruhi tekanan darah (Hayens, 2003).

2.5.3 Terapi Herbal

Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam cita

rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Penyajian jenis

obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi disuguhkan dengan

beberapa cara, misalnya dengan dimakan langsung, disajikan dengan dibuat jus

untuk diambil sarinya, diolah menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai

pelengkap menu sehari-hari (Dalimartha, et al, 2008).

Adapun tanaman obat tradisional yang dapat di gunakan untuk

penyakit hipertensi yaitu: bawang putih (Allimun sativum L), seledri (Apium

graveolens L), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), belimbing (Averrhoa

carambola L), teh (Camellia sinensis L), wortel (Daucus carota L), mengkudu

(Morinda citrifolia L), mentimun (Cucumis sativus L) dan lain-lain

(Wiryowidagdo, 2002).

3. Mentimun (Cucumis Sativus)

3.1 Pengertian

Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) adalah tanaman merambat,

batangnya menjulur, berbulu halus dan panjangnya sampai tiga meter. Bentuk

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II_7.pdf

daunnya seperti bentuk tangan, besar dan berbulu kasar serta berkeping 3 sampai

7, berakar serabut dan bentuknya bulat panjang, berwarna hijau muda dan

mengandung banyak air. Isi buahnya lembut dan berbiji kecil-kecil berbentuk

pipih (Wiryowidagdo, 2002).

Para ahli menamai mentimun Cucumis Sativus L. Mentimun termasuk

keluarga besar suku labu-labuan atau Cucurbitaceae. Timun biasanya dipanen

sebelum matang benar. Timun berupa herbal menjalar atau setengah merambat. Ia

termasuk tanaman semusim. Artinya setelah berbunga dan berbuah ia akan mati.

Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah namun dalam budidaya biasanya

jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang baik (Fikri, 2008).

3.2 Sejarah

Menurut Fikri (2008) di dalam berbagai literatur tertulis, timun merupakan

tumbuhan asli India. Tumbuhan ini ditemukan pertama kali 10.000 tahun lalu.

Uniknya, dari India timun justru tidak menyebar ke negara Asia lainnya, tetapi

malah ditanam di Yunani dan Italia. Setelah itu barulah bibit timun di bawa ke

China. Pada abad ke-9 timun ditanam di Prancis. Kemudian abad ke-14 ditanam

di Inggris, dan dua abad kemudian barulah timun masuk ke Amerika Utara. Saat

itu, tahun 1494 timun sudah ditanam di Haiti. Tahun 1535 tumbuhan ini ditanam

petani di Montreal, kemudian tahun 1584 ditanam di Florida. Tidak jelas benar

kapan timun masuk ke Indonesia. Yang jelas kini timbuhan ini dapat ditemukan di

hampir seluruh dunia (Fikri, 2008).

3.3 Jenis Mentimun (Cucumis Sativus)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II_7.pdf

Ada banyak jenis mentimun yang bisa ditemukan di pasaran. Mentimun-

mentimun ini bervariasi dalam bentuk, ukuran, maupun warna kulitnya. Tetapi

efek sehat yang terkandung dalam masing-masing jenis ini sama ampuhnya untuk

menyembuhkan penyakit (Majalah Nirmala, 2008 dalam

http://cybermed.cbn.net.id).

3.3.1 Mentimun Lokal. Sayuran berbentuk bulat panjang dengan kulit

berwarna hijau berlarik-larik putih kekuningan ini bisa dimakan mentah sebagai

lalapan, campuran keredok den rujak, serta bisa diolah menjadi acar, dijus,

direbus, atau dikukus. Mentimun lebih disarankan untuk dimakan mentah, karena

proses pemasakan dan pengolahan menjadi acar akan mengurangi kandungan

vitamin dan mineralnya, terutama vitamin C (Majalah Nirmala, 2008 dalam

http://cybermed.cbn.net.id).

3.3.2 Mentimun Jepang (Kyuri). Timun asal negeri sakura ini memiliki

bentuk yang lebih 'ramping' dan panjang dibanding mentimun lokal. Kulitnya

berwarna hijau gelap dengan bintik-bintik putih timbul yang membuat

permukaannya tidak rata. Rasa dan teksturnya lebih lembut daripada mentimun

lokal. Mentimun jeinis kyuri sangat cocok diolah menjadi campuran salad dan

acar (Majalah Nirmala, 2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id).

3.3.3 Mentimun Gherkin. Disebut juga mentimun acar atau baby kyuri.

Sesuai namanya mentimun ini lebih sering diolah menjadi acar. Ukurannya lebih

kecil dengan kulit berwarna hijau tua dan ada bintik-bintik yang timbul seperti

kyuri. Rasanya renyah, tidak terlalu berair dan tidak bergetah (Majalah Nirmala,

2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II_7.pdf

3.3.4 Zucchini. Sayuran yang masih bersaudara dengan mentimun ini

sering disebut sukini atau timun Italia. Memiliki ukuran lebih besar den tidak

terlalu berair dibanding mentimun. Bentuknya tidak bulat sempurna, tapi bersegi-

segi. Warna kulitnya hijau lumut tua dan mengkilap. Bagian dalamnya berwarna

putih menyerupai oyong. Majalah Nirmala (2008 dalam

http://cybermed.cbn.net.id) mengatakan berbeda dengan mentimun, sukini jarang

dimakan mentah.

3.4 Habitat

Masyarakat pada umumnya menanam mentimun (Cucumis Sativus) di

sawah atau di ladang sebagai tanaman komersial. Mentimun tumbuh sepanjang

tahun dan tergolong tanaman merambat (Mangonting, et al, 2008).

3.5 Kandungan Mentimun (Cucumis Sativus)

Buah mentimun (Cucumis Sativus) mengandung sejumlah zat kimia alami

diantaranya, vitamin A, B, C, E, saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi,

belerang, flavonoid dan polifenol. Secara rinci di dalam 100 gram buah timun

terdapat energi 20 kkal, karbohidrat 3.63 gr, gula 1.67 gr, serat pangan 0.5 gr,

lemak 0.11 gr, protein 0.65 gr, Vitamin B1 0.027 mg, Vitamin B2 0.033 mg,

Vitamin B3 0.098 mg, vitamin B5 0.259 mg, vitamin B6 0.040 mg, folate 2%,

vitamin C 2.8 mg, kalcium 16 mg, zat besi 0.28 mg, magnesium 13 mg, fospor 24

mg, potassium 147 mg, zinc 0.20 mg (Fikri, 2008).

3.6 Khasiat Mentimun (Cucumis Sativus)

Mentimun (Cucumis Sativus) mempunyai banyak khasiat. Dalam berbagai

uji coba yang dilakukan, ekstrak mentimun berdampak positif jika digunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II_7.pdf

untuk mengobati penyakit seperti susah buang air besar, menurunkan kolesterol,

meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah hepatitis, sariawan, demam, darah

tinggi dan beberapa gangguan kesehatan lainnya (Mangonting, et al, 2008).

Kandungan serat dalam mentimun dapat menurunkan kadar lemak tubuh

dan kolesterol serta memberi efek mengenyangkan sehingga kita jadi tidak

gampang lapar. Selain itu, mentimun juga mengandung asam malonat yang dapat

mencegah gula darah berubah menjadi lemak, sehingga sangat membantu

menurunkan berat badan (Majalah Nirmala, 2008 dalam

http://cybermed.cbn.net.id).

3.7 Pemanfaatan Mentimun terhadap Tekanan Darah Tinggi

Pemanfaatan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni)

(Mangonting, et al, 2008). Dimana mentimun mengandung mineral yaitu

potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun juga bersifat diuretic

karena mengandung banyak air sehingga menbantu menurunkan tekanan darah

(Myrank, 2009). Sementara di dalam Majalah Nirmala (2008, dalam

http://cybermed.cbn.net.id) Penderita hipertensi sangat disarankan untuk

mengkonsumsi mentimun, karena kandungan mineral kalium, magnesium, dan

serat di dalam timun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Serta mineral

magnesium yang juga berperan melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf.

3.8 Cara Meramu atau Membuat Jus Mentimun (Cucumis Sativus)

Cara meramu atau membuat jus mentimun untuk penyakit hipertensi yaitu:

buah mentimun segar sebanyak 300 gram dicuci dan diparut kemudian diperas

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II_7.pdf

dan selanjutnya disaring. Pemarutan bisa dilakukan secara manual maupun non

manual. Pemakaian hasil saringan diminum sekaligus, sementara untuk

penggulangan harus dibuat ramuan baru (Wiryowidagdo, 2002). Sementara

menurut Fikri (2008) cara meramu mentimun (Cucumis Sativus) untuk

menurunkan tekanan darah tinggi yaitu ambil sebanyak 2 buah timun ukuran

sedang. Cuci sampai bersih lalu potong-potong seperlunya. Kemudian rebus

dengan 3-4 gelas air sampai tersisa separuhnya. Dinginkan, saring. Bagi ramuan

menjadi dua. Minum pagi dan malam. Lakukan pengobatan sampai sembuh.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih ramuan mentimun menurut

Wiryowidagdo, (2002) dimana sebanyak 300 gram mentimun dicuci dan diparut

kemudian diperas dan selanjutnya disaring dan diminum 2 kali sehari yaitu pagi

dan sore hari.

Universitas Sumatera Utara