chapter ii usu (drug management cycle)

Upload: ericha-apriyanti

Post on 01-Mar-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    1/25

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Manajemen Pengelolaan Obat

    Menurut Aditama (2006), bahwa fungsi manajemen pengelolaan obat

    membentuk sebuah siklus pengelolaan (1) fungsi perencanaan dan proses penentuan

    kebutuhan, mencakup aktifitas menetapkan sasaran, pedoman dan pengukuran

    penyelenggaraan bidang logistik, (2) fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk

    merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, (3) fungsi

    pengadaan, merupakan kegiatan memenuhi kebutuhan operasional sesuai fungsi

    perencanaan dan penentuan kepada instansi pelaksana, (4) fungsi penyimpanan dan

    penyaluran, diadakan melalui fungsi terdahulu untuk disalurkan kepada instansi

    pelaksana, (5) fungsi pemeliharaan, merupakan proses kegiatan untuk

    mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris, dan (6)

    fungsi penghapusan, berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari

    pertanggungjawaban yang berlaku, serta (7) fungsi pengendalian, merupakan usaha

    untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik.

    2.1.1. Persediaan

    Persediaan menurut Quick (1997) dalam Maimun (2008) adalah stok barang

    untuk keperluan produksi, pelayanan, atau memenuhi permintaan pasien/masyarakat.

    Untuk menjaga ketersediaan obat kebutuhan pasien perlu dilakkan manajemen

    persediaan obat secara cermat dan penuh tanggung jawab. Selain itu persediaan obat

    menjadi sangat penting karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    2/25

    persediaan. Pengendalian persediaan yang tepat memiliki pengaruh yang kuat dan

    langsung terhadap perolehan kembali investasi.

    Kekurangan persediaan obat akan mengakibatkan terlambatnya pelayanan

    pasien. Ketersediaan item yang tepat pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat

    akan membantu tujuan organisasi dalam melayani pasien, produktivitas, keuntungan

    dan kembali modal. Ini bisa berlaku kepada pabrik, pedagang grosir, eceran,

    pelayanan kesehatan, dan organisasi pendidikan. Dengan kata lain persediaan

    merupakan aset perusahaan. Mengukur kinerja dan produktivitas berbeda untuk setiap

    perusahaan, tetapi semuanya membutuhkan manajemen persediaan yang adekuat.

    Pada dasarnya persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalannya

    operasi perusahaan atau rumah sakit. Mengingat besarnya investasi yang disediakan

    diperlukan kebijakan yang bervariasi dan cepat tanggap terhadap perencanaan dan

    gaya kepemimpinan dari top manajemen. Pengendalian manajemen persediaan

    dilakukan dengan cara mengelola proses rutin pengadaan perbekalan farmasi,

    termasuk di dalamnya adalah mengatur pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan

    pengeluaran barang sampai pada pemesanan kembali. Maka diperlukan inventory

    system, yaitu suatu cara untuk menentukan bagaimana dan kapan suatu pembelian

    dilakukan untuk mengisi persediaan, sehingga diperlukan pencatatan stok yang benar

    dan akurat, sebagai sumber informasi, sehingga dapat digunakan untuk menghitung

    kebutuhan akan barang tersebut dan untuk memperkirakan pengadaan barang

    berikutnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    3/25

    Menurut Sabarguna (200), persediaan dapat dibedakan atas:

    1.

    Batch stock atau lot size inventory ytaitu persediaan yang diadakan karena kita

    membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih

    besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Terjadinya persediaan

    karena pengadaan bahan/barang yang dilakukan lebih banyak dari yang

    dibutuhkan.

    2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi

    fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Jadi apabila

    terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini

    dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya

    permintaan tersebut.

    3. Anticipation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi

    fluktuasi permintaan yang diramalkan, berdasarkan pola musiman yang

    terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan

    permintaan yang meningkat.

    4. Raw materials stock (Persediaan Bahan Baku) yaitu persediaan dari barang-

    barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat

    diperoleh dari sumber alam ataupun dibeli dari pemasokatau perusahaan yang

    menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.

    5. Purchased parts/components stock (persediaan bagian produk) yaitu

    persediaan barang-barang yang terdiri dari bagian-bagian yang diterima dari

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    4/25

    perusahaan lain, yang dapat secara langsung di assembling dengan bagian-

    bagian lain tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

    6. Supplies stock (persediaan bahan-bahan pembantu) yaitu persediaan barang-

    barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk

    membantu berhasilnya produksi.

    7. Work in process/progress stock (persediaan barang setengah jadi/barang

    dalam proses) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap

    bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu

    bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang

    jadi.

    Manajemen persediaan merupakan suatu cara mengendalikan persediaan agar

    dapat melakukan pemesanan yang tepat dengan biaya yang optimal. Oleh karena itu

    konsep mengelola sangat penting diterapkan oleh perusahaan agar tujuan efektifitas

    maupun efisiensi tercapai. Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang

    menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, antara lain:

    a. memberikan stock agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan

    terjadi.

    b. menyeimbangkan produksi dengan distribusi.

    c.

    memperoleh keuntungan dari potongankuantitas, karena membeli dalam

    jumlah banyak biasanya ada diskon.

    d. menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan

    pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    5/25

    e. menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.

    Pudjaningsih (1996) seperti yang dikutip oleh Patria Jati (2009) menyatakan

    bahwa manajemen persediaan merupakan serangkaian kegiatan kompleks dan

    merupakan suatu siklus yang saling terkait yang pada dasarnya terdiri atas 4 fungsi

    dasar yaitu seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi serta penggunaan.

    Quick (1997) dalam Patria Jati (2009) menyatakan dalam sistim manajemen

    obat, masing-masing fungsi utama terbangun berdasarkan fungsi sebelumnya dan

    menentukan fungsi selanjutnya. Seleksi seharusnya didasarkan pada pengalaman

    aktual terhadap kebutuhan untuk melakukan pelayanan kesehatan dan obat yang

    digunakan, perencanaan dan pengadaan memerlukan keputusan seleksi dan

    seterusnya. Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung

    manajemen (management support) yang meliputi organisasi, keuangan, atau finansial,

    sumber daya manusia (SDM), dan sistim informasi manajemen (SIM). Setiap tahap

    siklus manajemen obat yang baik harus didukung oleh keempat faktor tersebut

    sehingga pengelolaan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

    Pada dasarnya manajemen obat di rumah sakit adalah bagaimana cara

    mengelola tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan

    baik dan saling mengisi sehingga dapat dicapai tujuan pengelolaan obat yang efektif

    dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu tersedia setiap saat

    dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup dan mutu terjamin untuk mendukung

    pelayanan yang bermutu.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    6/25

    Menurut Subagya (1994), dalam Maimun (2009) manajemen obat sebagai

    bagian dari manajemen Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni

    serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,

    penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat.

    Bowersox (1995) dalam Zuliani (2009), manajemen logistik dapat didefinisikan

    sebagai suatu proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan

    penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para pemasok, diantara

    fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para pelanggan.

    Menurut Silalahi (1989) dalam Mulyardewi (2010), bahwa prinsip dasar

    manajemen obat adalah optimalisasi dana dalam rangka pengadaan obat keperluan

    lain rumah sakit. Setiap rumah sakit harus mempunyai stok obat dan bahan peninjang

    lainnya. Stok obat tidak bisa sampai di bawah titik aman (safety level).

    2.1.2. Tujuan Manajemen Persediaan

    Kementerian Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

    1197/MENKES/SK/X/2004 tentangstandar pelayanan farmasi, menjelaskan bahwa

    manajemen persediaan farmasi bertujuan untuk : (a) mengelola perbekalan farmasi

    yang efektif dan efisien, (b) menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan, (c)

    meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi, (d) mewujudkan sistim

    informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna, dan (e) melaksanakan

    pengendalian mutu pelayanan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    7/25

    2.1.3. Pengendalian Persediaan

    Menurut Aditama (2006) pengendalian persediaan bertujuan untuk

    menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu hasil

    stock opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan

    waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan, atau kurang dari satu tahun.

    Pengadaan barang yang dalam sehari-hari disebut juga pembelian, merupakan titik

    awal dari pengendalian persediaan. Jika titik awal ini sudah tidak tepat, maka

    pengendalian akan sulit dikontrol.

    Dalam pengendalian persediaan terdapat dua jenis keseimbangan, yaitu

    keseimbangan total dan keseimbangan komposisi. Keseimbangan total adalah

    keseimbangan antara seluruh persediaan dan permintaan, dengan kata lain antara

    seluruh pembelian dengan seluruh penjualan dilakukan secara professional. Wentz

    (1994) dalam buku The AUPHA Manual of Health Service Managementmenyatakan

    bahwa pengendalian dilakukan pada setiap tahapan proses manajemen persediaan

    untuk memastikan persediaan (a) didapat dengan harga yang disetujui, (b) sesuai

    dengan standar kualitas dan performa, (c) diterima dalam jumlah yang ditentukan dan

    dalam kondisi yang baik, (d) ridak rusak, atau mengalami proses perusakan selama

    penyimpanan, (e) aman dari pencurian, dan (f) siap untuk digunakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    8/25

    2.2. Perencanaan Kebutuhan Obat

    2.2.1. Perencanaan

    Perencanaan adalah suatu proses untuk merumuskan masalah-masalah

    kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya

    yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun

    langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

    (Muninjaya, 2004)

    Malayu (2006), perencanaan adalah pekerjaan mental untuk memilih sasaran,

    kebijakan, prosedur dan program yang diperlukan untuk mencapai apa yang

    diinginkan pada masa yang akan datang. Sedangkan rencana adalah sejumlah

    keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan itu.

    Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam

    manajemen, karena dengan adanya perencanaan akan menentukan fungsi manajemen

    lainnya terutama pengambilan keputusan. Fungsi perencanaan merupakan landasan

    dasar dari fungsi menajemen secara keseluruhan. Tanpa adanya perencanaan,

    pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Dengan demikian perencanaan

    merupakan suatu pedoman atau tuntunan terhadap proses kegiatan untuk mencapai

    tujuan secara efektif dan efisien (Muninjaya, 2004). Ada beberapa prinsip dalam

    suatu perencanaan antara lain:

    a) Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada

    pencapaian tujuan (principle of contribution to objective).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    9/25

    b) Suatu perencanaan efisien, jika perencanaan itu dalam pelaksanaannya dapat

    mencapai tujuan dengan biaya uang sekecil-kecilnya (principle of efficiency of

    planning)

    c) Asas mengutamakan perencanaan (principle of primary of planning)

    Perencanaan merupakan keperluan utama para pemimpin dan fungsi

    manajemen lainya (organizing, staffing, directing dan controlling). Seorang

    tidak akan dapat melaksanakan fungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui

    tujuan dan pedoman dalam menjalankan kebijaksanaan.

    d) Asas kebijaksanaan pola kerja (principle of policy frame work).

    Kebijaksanaan dapat mewujudkan pola kerja, prosedur-prosedur kerja dan

    program kerja tersusun.

    e) Asas waktu (principle of timing). Waktu perencanaan relatif singkat dan tepat.

    f) Asas keterikatan (the commitment principle). Perencanaan harus

    memperhitungkan jangka waktu keterkaitan yang diperlukan untuk

    pelaksanaan pekerjaan.

    g) Asas fleksibilitas (the principle of flexibilility). Perencanaan yang efektif

    memerlukan fleksibilitas, tetapi bukan berarti mengubah tujuan.

    h) Asas alternatif (principle of alternative). Alternatif pada setiap rangkaian

    kerja dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam

    pelaksanaan pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    10/25

    2.2.2. Kebutuhan Obat

    Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

    digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

    patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

    peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Kementerian Kesehatan RI,

    2009b).

    Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan

    jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

    anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang

    dapat dipertanggungjawabkan. Dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara

    lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi

    disesuaikan dengan anggaran persediaan. Pedoman Perencanaan antara lain (a)

    DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, (b) ketentuan setempat

    yang berlaku, (c) data catatan medik, (d) anggaran yang tersedia, (e) penetapan

    proritas, (f) siklus penyakit, (g) sisa persediaan, (h) data pemakaian periode lalu, dan

    (i) rencana pengembangan.

    Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 bahwa tujuan subsistem obat

    dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang

    mencukupi, terdistribusi secara adil dan merata serta termanfaatkan secara berdaya

    guna dan berhasil guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan

    guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    11/25

    utama subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari perencanaan, pengadaan,

    pemanfaatan dan pengawasan, yakni :

    1. Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penetapan jenis,

    jumlah dan mutu obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

    pembangunan kesehatan

    2. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan

    kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan

    mutu yang telah direncanakan sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan

    3. Pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemerataan dan

    peningkatan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.

    4. Pengawasan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin

    ketersediaan, keterjangkauan, keamanan serta kemanfaatan obat dan

    perbekalan kesehatan

    2.3. Langkah Langkah Perencanaan Kebutuhan Obat

    Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum melakukan

    proses pengadaan obat. Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan

    perencanaan kebutuhan obat antara lain :

    2.3.1.Tahap Pemilihan Obat

    Fungsi pemilihan/seleksi obat adalah untuk menentukan jenis obat yang

    benar-benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Dasar-dasar seleksi kebutuhan

    obat meliputi :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    12/25

    a) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis dan statistik yang memberikan

    efek terapi jauh lebih baik dibandingkan dengan risiko efek samping yang

    ditimbulkan

    b) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan

    kesamaan jenis. Apabila jenis obat dengan indikasi sama dalam jumlah

    banyak, maka kita memilih berdasarkan drug of choice dari penyakit yang

    prevalensinya tinggi

    c)

    Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik.

    d) Menghindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi

    tersebut mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal

    Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat adalah: (a) obat yang

    dipilih sesuai dengan standar mutu yang terjamin, (b) dosis obat sesuai dengan

    kebutuhan terapi, (c) obat mudah disimpan, (d) obat mudah didisitribusikan, (e) obat

    mudah didapatkan/diperoleh, (f) biaya pengadaan dapat terjangkau, (g) dampak

    administrasi mudah diatasi. Beberapa kriteria yang dipergunakan sebagai dasar acuan

    dalam pemilihan obat yakni :

    a) obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit;

    b) obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah;

    c)

    obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun

    bioavaibilitasnya (ketersediaan hayati);

    d) biaya pengobatan mempunyai rasio antar manfaat dan biaya yang baik;

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    13/25

    e) bila pilihan lebih dari satu, dipilih yang paling baik, paling lengkap data

    ilmiahnya dan farmakokinetiknya paling menguntungkan;

    f) mudah diperoleh dan harga terjangkau;

    g) obat sedapat mungkin sediaan tunggal.

    2.3.2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat

    Beberapa Informasi yang diperoleh dari kompilasi pemakaian obat adalah : a).

    jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan kesehatan, b)

    persentase (%) pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh

    unit pelayanan kesehatan, c) pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat pada tingkat

    kabupaten/kota.

    Manfaat informasi yang diperoleh dari kompilasi pemakaian obat diantaranya

    adalah sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat untuk pemakaian

    tahun mendatang dan menghitung stok/persediaan pengaman dalam rangka

    mendukung penyusunan rencana distribusi.

    2.3.3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

    Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang senantiasa

    dihadapi oleh apoteker dan tenaga farmasi yang bekerja di sarana pelayanan

    kesehatan. Baik kekosongan maupun kelebihan jenis obat tertentu dapat terjadi

    apabila perhitungan hanya berdasarkan teoritis. Dengan koordinasi dan proses

    perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui beberapa tahapan

    seperti di atas, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat baik ditinjau dari

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    14/25

    jenis, jumlah maupun waktu. Untuk menentukan kebutuhan obat dilakukan

    pendekatan perhitungan melalui metode konsumsi dan atau morbiditas.

    1. Metode Konsumsi

    Perhitungan dengan metode konsumsi adalah perhitungan berdasarkan atas

    analisa konsumsi obat pada tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang

    dibutuhkan dengan metode konsumsi perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain:

    (a) pengumpulan dan pengolahan data, (b) analisa data untuk informasi dan evaluasi,

    (c) perhitungan perkiraan kebutuhan obat, (d) penyesuaian jumlah kebutuhan obat

    dengan alokasi dana yang tersedia.

    Analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun atau lebih sebelumnya perlu

    dilakukan guna memperoleh kebutuhan obat yang mendekati tepat. Untuk itu data

    yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode konsumsi antara lain (a) daftar

    obat, (b) stok awal, (c) penerimaan obat, (d) pengeluaran obat,(e) sisa stok, (f) obat

    hilang/rusak, kedaluwarsa, (g) kekosongan obat, dan (h) pemaikaian rata-

    rata/pergerakan obat per tahun, (i) lead time (waktu tunggu), (j) stok pengaman, dan

    (k) perkembangan pola kunjungan

    2. Metode Morbiditas atau Epidemiologi

    Perhitungan kebutuhan obat dengan metode morbiditas adalah kebutuhan obat

    berdasarkan pola penyakit. Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola

    penyakit dan lead time. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam metode ini

    antara lain :

    a. Menyediakan pedoman pengobatan yang digunakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    15/25

    b. Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.

    c.

    Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit.

    d. Menghitung perkiraan kebutuhan obat.

    Adapun data yang perlu dipersiapkan dalam perhitungan metode morbiditas adalah :

    a. Perkiraan jumlah populasi penduduk yang diklasifikasikan berdasarkan

    jenis kelamin dan umur antara 0-4 tahun, 5-14 tahun, 15-44 tahun dan > 45

    tahun

    b.

    Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur.

    c. Kejadian masing-masing penyakit per tahun untuk seluruh populasi pada

    kelompok umur yang ada

    d. Menghitung perkiraan jenis dan jumlah obat untuk setiap diagnosa yang

    sesuai dengan pedoman pengobatan

    e. Frekuensi kejadian masing-masing penyakit per tahun untuk seluruh

    populasi pada kelompok umur yang ada

    f. Menghitung perkiraan jumlah obat tertentu dan jenis obat tertentu untuk

    setiap diagnosa yang dibandingkan dengan standar pengobatan

    g. Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat

    dapat dipergunakan pedoman pengobatan yang ada

    h.

    Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan

    memperhitungkan faktor perkembangan pola kunjungan, lead timedan stok

    pengaman

    i. Menghitung jumlah yang harus diadakan tahun anggaran yang akan datang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    16/25

    Instalasi Farmasi RS perlu mendata sepuluh besar penyakit dari unit terkait.

    Data ini bermanfaat untuk menentukan skala prioritas dalam menyesuaikan rencana

    pengadaan obat dengan dana yang tersedia.

    2.3.4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat

    Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini antara lain :

    a) Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan stok

    akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu dengan

    estimasi pemakaian rata-rata per bulan ditambah stok penyangga.

    b) Menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang.

    Perencanaan pengadaan obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan:

    = + +

    Keterangan :

    a.

    Rancangan pengadaan obat tahun yang akan datang

    b. Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan (sesuai dengan tahun anggaran

    yang bersangkutan)

    c. Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang

    d. Rancangan stok akhir tahun (lead time dan buffer stock)

    e. Stok awal periode berjalan / stok per 31 Desember di Gudang Farmasi

    f.

    Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari - Desember)

    c) Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan cara

    sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    17/25

    1)Melakukan analisis ABC VEN (vital, esensial, non esensial)

    2)

    Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan dengan

    anggaran yang tersedia

    3)Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan berdasarkan

    10 besar penyakit.

    d) Pengalokasian kebutuhan obat per sumber anggaran dengan melakukan

    kegiatan (1) menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat per

    sumber anggaran, (2) menghitung persentase (%) belanja untuk masing-

    masing obat terhadap masing-masing sumber anggaran, (3) menghitung

    persentase (%) anggaran masing-masing obat terhadap total anggaran dari

    semua sumber.

    Pada tahap proyeksi kebutuhan obat, jenis data yang diperlukan adalah lembar

    kerja perhitungan perencanaan pengadaan obat pada tahun anggaran yang akan

    datang untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan :

    a. Jumlah kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang

    b. Jumlah persediaan obat di Gudang Farmasi Kabapaten / Kota

    c. Jumlah obat yang akan diterima pada tahun anggaran berjalan

    d. Rencana pengadan obat untuk tahun anggaran berikutnya berdasarkan sumber

    anggaran

    e. Tingkat kecukupan setiap jenis obat.

    Suciati dan Adisasmito (2006) dalam penelitiannya mengenai analisis

    Perencanaan Obat Berdasarkan ABC indeks kritis di Instalasi Farmasi, menyatakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    18/25

    analisis data dalamanalisis ABC dan indeks kritis ABC dilakukan melalui langkah-

    langkah berikut ini ;

    1) Menghitung nilai pakai

    a) Menghitung total pemakaian obat

    b) Data pemakaian obat dikelompokkan berdasarkan jumlah pemakaian.

    c) Diurutkan pemakaian terbesar sampai terkecil

    d) Kelompok A dengan pemakaian 70% dari keseluruhan pemakaian obat.

    e)

    Kelompok B dengan pemakaian 20% dari seluruh pemakaian obat.

    f) Kelompok C dengan pemakaian 10% dari seluruh pemakaian obat.

    2) Menghitung nilai investasi

    Dikelompokkan berdasarkan nilai investasi obat. Diurutkan dari nilai investasi

    terbesar sampai terkecil, yaitu

    1. Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi

    mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total nilai inventory.

    2. Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item

    tapimempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total nilai inventory.

    3. Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapi

    mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai inventory (Suciati,

    2006).

    Menurut Heizer and Reinder (1991) seperti yang dikutip oleh Zuliani (2009)

    hasil analisis ABC harus diikuti kebijaksanaan dalam manajemen persediaan antara

    lain :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    19/25

    a) Perencanaan kelompok A harus mendapat perhatian lebih besar dari pada item

    lain.

    b) Kelompok A harus dilakukan kontrol fisik yang lebih ketat dibandingkan

    kelompok B dan C, pencatatan harus lebih akurat serta frekuensi pemeriksaan

    lebih sering.

    c) Pemasok juga harus lebih memperhatikan kelompok A agar jangan terjadi

    keterlambatan pengiriman.

    d)

    Cycle countingmerupakan verifikasi melalui internal audit terhadap pencatatan

    yang ada, dilaksanakan lebih sering untuk kelompok A yaitu 1 bulan 1 kali untuk

    kelompok B tiap 4 bulan sedangkan kelompok C tiap 6 bulan.

    3) Menentukan nilai kritis obat melalui upaya penyusunan kriteria nilai kritis obat,

    dan membagikan kusioner berupa daftar obat kepada dokter untuk mendapatkan nilai

    kritis obat dengan kriteria yang telah ditentukan. Dokter yang mengisi kuesioner

    tersebut adalah dokter yang berpengaruh terhadap peresepan obat.

    Kriteria nilai kritis obat adalah :

    a) Kelompok X atau kelompok obat vital adalah kelompok obat yang essensial

    atau vital untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi penyakit penyebab

    kematian ataupun untuk pelayanan pokok kesehatan. Kelompok ini tidak

    boleh terjadi kekosongan.

    b) Kelompok Y atau kelompok obat essensial adalah obat yang bekerja kausal

    yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit, logistik farmasi yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    20/25

    banyak digunakan dalam pengobatan penyakit terbanyak. Kekosongan obat

    kelompok ini dapat ditolerir kurang dari 48 jam.

    c) Kelompok Z atau kelompok obat non essensial adalah obat penunjang agar

    tindakan atau pengobatan menjadi lebih baik, untuk kenyamanan atau

    mengatasi keluhan. Kekosongan obat kelompok ini data ditolerir lebih dari 48

    jam.

    4) Untuk menentukan nilai indeks kritis obat dapat digunakan rumus :

    NIK=Nilai Pakai+Nilai Investasi+(2x Nilai Kritis)

    5) Obat kemudian akan dikelompokkan dalam kelompok ABC dengan kriteria :

    a) Kelompok A dengan NIK : 9,5 12;

    b) Kelompok B dengan NIK : 6,5 9,4, dan

    c) Kelompok C dengan NIK : 4 6,4

    Menurut Calhoun dan Campbell (1985) seperti yang dikutip oleh Zuliani

    (2009), dalam mengontrol persediaan diperlukan manajemen dan teknik kontrol yang

    berbeda untuk setiap kelompok. Biasanya kelompok A dikendalikan dengan model

    manajemen kontrol yang berbeda untuk setiap kelompok. Biasanya kelompok A

    dikendalikan dengan model manajemen kontrol seperti Economic Order Quantity

    (EOQ) danReorder Point(ROP) dengan menentukan kemungkinan dari perhitungan

    permintaan persediaan. Untuk kelompok B dapat digunakan model EOQ, tapi untuk

    ROP biasanya sudah diperkirakan. Sedangkan kelompok C dikendalikan dengan

    standarisasi persediaan dan mengacu pada EOQ dan ROP yang telah direncanakan

    pihak manajemen rumah sakit.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    21/25

    Perkiraan kebutuhan obat dalam suatu populasi harus ditetapkan dan ditelaah

    secara rutin agar penyediaan obat sesuai dengan kebutuhan. Ada tiga metode untuk

    memperkirakan kebutuhan obat dalam populasi : (Kristin, 2002)

    1. Berdasarkan prevalensi penyakit dalam populasi (population based).

    Population based merupakan metode penghitungan kebutuhan obat

    berdasarkan prevalensi penyakit dalam masyarakat dan menggunakan

    pedoman pengobatan yang baku untuk memperkirakan jumlah obat yang

    diperlukan. Penghitungan dengan metode ini diperlukan data akurat mengenai

    data prevalensi penyakit yang sering diderita oleh masyarakat termasuk

    kelompok umur yang rentan terhadap masing-masing penyakit. Hal ini tentu

    diperlukan survai atau pengumpulan data rutin mengenai pola epidemiologi

    penyakit (morbiditas dan mortalitas) di daerah setempat. Population based

    merupakan metode ideal untuk menghitung kebutuhan obat secara riil. Untuk

    dapat menggunakan metode ini diperlukan ketersediaan dana yang cukup

    untuk mengatasi setiap morbiditas penyakit secara adekuat.

    2. Berdasarkan jenis pelayanan kesehatan (service based). Service based

    merupakan metode penghitungan kebutuhan obat berdasarkan jenis pelayanan

    kesehatan yang tersedia serta jenis penyakit yang pada umumnya ditangani

    oleh masing-masing sarana pelayanan kesehatan. Berbeda dengan metode

    population based yang berdasarkan pola epidemiologi penyakit, service based

    lebih mendasarkan pada jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang ada.

    Secara teknis metode ini lebih tertuju pada kondisi penyakit tertentu yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    22/25

    ditangani oleh unit pelayanan kesehatan yang ada, yang biasanya hanya

    menyediakan jenis pelayanan kesehatan tertentu saja. Metode ini kurang

    menggambarkan kebutuhan obat dalam populasi yang sebenarnya, karena pola

    penyakit masyarakat yang tidak berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan

    tidak tergambarkan dengan baik.

    3. Berdasarkan pemakaian obat tahun sebelumnya (consumption based)

    Consumption based merupakan penghitungan kebutuhan obat berdasarkan

    pada data pemakaian obat tahun sebelumnya. Perkiraan kebutuhan obat

    dengan metode ini pada umumnya bermanfaat bila data penggunaan obat dari

    tahun ke tahun tersedia secara lengkap dan konsumsi di unit pelayanan

    kesehatan bersifat konstan atau tidak fluktuatif.

    2.4. Landasan Teori

    Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan

    beberapa landasan teori untuk penelitian perencanaan kebutuhan obat. Berdasarkan

    Pedoman Pengelolaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

    (2008), serta Standar Pelayanan Farmasi (2004), menjelaskan bahwa Perencanaan

    kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga

    perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari

    kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan

    dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    23/25

    Metode perencanaan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan metode

    konsumsi, dan metode morbiditas atau epidemiologi. Metode konsumsi dilakukan

    dengan mengevaluasi penggunaan obat masa lalu sebagai dasar penentuan perkiraan

    kebutuhan, kemudian disesuaikan dengan rencana strategis dari rumah sakit maupun

    farmasi rumah sakit, sehingga hasil akhir adalah daftar kebutuhan obat. Metode

    morbiditas atau epidemiologi dilakukan dengan melihat berapa episode masalah

    kesehatan yang ada, standar terapi, tingkat kepatuhan terhadap standar terapi,

    sehingga diperoleh jumlah obat yang dibutuhkan. Metode ini cukup sulit dipakai

    sebagai pilihan karena faktor sistem informasi yang belum tertata dengan baik

    demikian juga karena adanya ketidakpatuhan terhadap standar terapi dan penentuan

    masalah kesehatan yang ada beserta penentuan jumlah episode. Sebenarnya metode

    lebih menjanjikan ketepatannya tetapi karena sulit dilaksanakan maka dipilih metode

    konsumsi dengan kombinasi metode ABC-VEN (Vital Esensial dan Non Esensial),

    karena dapat disesuaikan dengan anggaran yang ada.

    Adapun siklus manajemen obat adalah terdiri perencanaan, pengadaan,

    penyimpanan dan distribusi, seperti pada gambar siklus berikut ini:

    Gambar 2.1. Siklus Manajemen Obat

    Perencanaan

    Pengadaan

    Penyimpanan

    Distribusi

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    24/25

    Pedoman Perencanaan antara lain (a) DOEN, formularium rumah sakit,

    standar terapi rumah sakit, (b) ketentuan setempat yang berlaku, (c) data catatan

    medik, (d) anggaran yang tersedia, (e) penetapan proritas, (f) siklus penyakit, (g) sisa

    persediaan, (h) data pemakaian periode lalu, dan (i) rencana pengembangan.

    2.5. Kerangka Teori

    berdasarkan latar belakang, dan tujuan penelitian, maka kerangka teori dalam

    penelitian ini adalah seperti pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2. Kerangka Teori

    Gambar 2.2. di atas menunjukkan bahwa perencanaan kebutuhan obat di UPT

    Propinsi Sumatera Utara didasarkan pada konsep sistem yang terdiri dari masukan,

    proses dan keluara, artinya perencanaan kebutuhan obat yang dilakukan didasarkan

    pada keadaan jenis dan kuantitas obat yang digunakan tahun sebelumnya, pemakaian

    obat pada tahun sebelumnya di setiap UPT, ketersediaan sumber daya manusia,

    anggaran dan fasilitas penyimpanan obat. Pada proses, adanya dapat diketahui proses

    Masukan

    (1)Jenis&Kuantitas Obat

    (2)Pemakaian Obat

    (3)Sumber Daya Manusia

    a. Kuantitas SDM

    b. Kualitas SDM

    (4)Anggaran

    a.

    Sumber Danab. Jumlah Dana

    (5)Fasilitas Penyimpanan

    Obat

    Proses

    (1) Pemilihan/Seleksi Obat(2) Kompilasi Pemakaian Obat

    (3) Perhitungan Kebutuhan Obat

    Metode ABC-VEN

    Keluaran

    DokumenPerencanaan

    Kebutuhan

    ObatObat

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II USU (drug management cycle)

    25/25

    pemilihan obat, kompilasi pemakaian obat dan perhitungan kebutuhan obat. Hal ini

    merupakan kegiatan inti dari perencanaan kebutuhan obat yang menghasilann

    dokumen rencana kebutuhan obat setiap UPT.

    2.6. Kerangka Konsep Penelitian

    Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka kerangka konsep dalam penelitan seperti

    pada Gambar 2.3 berikut:

    Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

    Perencanaan Kebutuhan Obat1. Identifikasi permasalahan

    a. Seleksi Obat

    b. Kompilasi Pemakaian Obat

    2. Penyusunan Kebutuhan Obat

    a. Metode ABC-VEN

    Dokumen Perencanaan

    Kebutuhan Obat UPT