cf femur case new

35
CASE REPORT SEORANG LAKI-LAKI USIA 18 TAHUN DENGAN CLOSED FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA OLEH: Endang Susilowati ( J500090016) Rakhmi Tria Utami ( J500090063) Noviana Umi Muthmainah (J500090082) PEMBIMBING: dr. Farhat, M.Kes, Sp.OT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Upload: angeloceleste

Post on 26-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ll

TRANSCRIPT

Page 1: Cf Femur Case New

CASE REPORT

SEORANG LAKI-LAKI USIA 18 TAHUN

DENGAN CLOSED FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA

OLEH:

Endang Susilowati ( J500090016)

Rakhmi Tria Utami ( J500090063)

Noviana Umi Muthmainah (J500090082)

PEMBIMBING:

dr. Farhat, M.Kes, Sp.OT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Page 2: Cf Femur Case New

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. E

Kelamin : laki-laki

Umur : 18 tahun

Alamat : Mlarak

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal masuk RS : 25/7/2013

Tanggal pemeriksaan : 26/7/2013

II. Anamnesa

A. Keluhan utama :

Post KLL, nyeri paha kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD Ponorogo dengan keluhan nyeri pada paha

kanan. Nyeri tidak menjalar sampai kaki bawah. Nyeri dirasakan

setelah kecelakaan dan pasien mengaku paha kanan sebelum

kecelakaan tidak terasa nyeri dan dapat berjalan secara normal. Nyeri

bertambah saat kaki digerakkan dan berkurang saat kaki tidak

digerakkan.

Kecelakaan ini terjadi ketika pasien berangkat ke sekolah ± pukul

06.30 am dengan mengendarai sepeda motor, kecepatan ± 90 km/jam,

memakai helm. Pasien mengatakan jatuh setelah menabrak orang yang

sedang menyebrang jalan. Pasien jatuh ke kanan, kaki kanan sebagai

tumpuan,dan kaki kanan juga tertimpa motor. Sebelumnya pasien

belum pernah jatuh.

Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri pada bagian tubuh lain,

pasien mengaku tidak mengalami pingsan sesaat setelah kejadian,

pusing (-), nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-). BAB normal/+, BAK

N/-.

Page 3: Cf Femur Case New

C. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

Riwayat Sakit Ginjal : disangkal

Riwayat Trauma : disangkal

D. Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Gizi : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6

Vital Sign :

Tekanan Darah : 120/80

Nadi : 78 x/ menit

RR : 22 x/ menit

Suhu : 36,5ºC

B. Pemeriksaan fisik

a) Kepala/Leher

Jejas (-),ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematoma(-),

rhinorea(-),

Otorhea(-), conjungtiva anemis (-), pupil isokor (-), reflek

cahaya (+/+)

Page 4: Cf Femur Case New

b) Mata

Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sklera : Ikterus

Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor (+/+)

c) Thoraks

Dinding torax : jejas (-)

Paru

Inspeksi : simetris, ketinggian gerak (-)

Palpasi : iktus cordis teraba

Perkusi : sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikular, rh (-/-),wh (-

/-)

Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis teraba

Perkusi : batas jantung tidak membesar

Auskultasi : SI-Iiregular, murmur (-)

d) Abdomen

Inspeksi : jejas (-), istensi (-), masa (-)

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Palpasi : supel, NT (-), defans muskular (-)

Perkusi : timpani, hepar pekak

e) Ekstemitas

Atas : edema (-/-), jejas (-/-),akral hangat

(+/+)

Bawah : edema (+/-), jejas (+/-),akral

hangat(+/+)

C. Status lokalis

a) Lokasi trauma : regio femoralis dextra

b) Look

Deformitas : -/-

Page 5: Cf Femur Case New

Edema : +/-

Luka : +/-

c) Feel

Nyeri tekan : +/-

Pulsasi arteri dorsalis pedis : +/+

Capillary refil time : < 2 detik

d) Move

False movement : +/- (krepitasi)

Nyeri gerak : +/-

N.peroneus communis : sensoris (+/+), motoris (+/+)

N. Tibialis posterior : sensoris (+/+), motoris (+/+)

ROM : terbatas karena nyeri

IV. CLINICAL ASSESMENT

Closed fraktur femur 1/3 distal dextra

V. PLANNING DIAGNOSIS

- Rencana pemeriksaan darah lengkap

VI. PLANNING TERAPI

- Infus RL 20tpm

- Reposisi terbuka

- Cefixime 2x1

- Ketorolac 3x1

- Rawat luka

VII. PLANNING MONITORING

- Monitoring cairan pasang DK

-

Page 6: Cf Femur Case New

HASIL FOTO RONTGEN

a) Foto regio femur

- Tampak fraktur oblik displace

- Tampak fragmen fraktur mengalami translasi

HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

Darah Lengkap tanggal 1 Agustus 2013

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hb 11,6 g/dL 11-16

Eritrosit 4.15x 106 g/ul 3,5-5,5

Hematokrit 31.9 % 37-54

Leukosit 2.9x 103

mg/dL 4-10

Trombosit 191x103

Mg/dL 100-300

Cloting time 7 menit 5-11

Bleeding time 2 menit 1-5

Page 7: Cf Femur Case New

DIAGNOSIS KERJA

Closed fracture femur dextra 1/3 distal

PLANNING

a. Diagnosa

Foto rontgen femur dextra AP dan Lateral

b. Terapi

Reposisi dan Immoblisasi

Operatif

ORIF

FOLLOW UP PRE DAN POST OPERASI

Tan

ggal

S O A P

26/7

/13

Post KLL,

kecelakaan

tunggal,

menghindari

penyeberang jalan,

langsung jatuh

kekanan tertimpa

oleh motor, nyeri

kaki sebelah kiri,

pusing (-), mual (-

), muntah (-),

pingsan (-)

TD:120/90 mmHg

N: 80 x/menit

S: 36,5ºC

P: 20x/menit

Status Lokalis:

(Femur dextra)

Look:

- oedem (+)

- deformitas pada bagian paha

bawah

-VE (+)

Feel:

- Kalor (+)

- NT (+)

- Nyeri gerak (+)

Move:

CF Femur

1/3 distal

dextra

- Inj.

Cefixime

- Inj.

Ketorolac

Page 8: Cf Femur Case New

31/7

/13

Post op, luka bekas

op terasa panas

- ROM terbatas akibat nyeri

- False movement (+)

- Krepitasi (+)

Rontgen tanggal 26/7/13

A= deformitas (translasasi)

Foto AP: fraktur ke lateral

Foto lateral : fraktur ke dorsal

B= densitas tulang padat, batas

antara korteks-medula jelas

C = dislokasi (-)

S = oedem (+)

True Length= D: 82 cm, S: 86 cm

App Length= D: 93 cm, S: 95 cm

CF Femur 1/3 distal dextra

TD: 120/80 mmHg

N: 84 x/m

S: 37,4ºC

Status lokalis:

Page 9: Cf Femur Case New

Look: oedem (+) paha kanan atas,

VL (+)

Feel: kalor (+), NT(+), nyeri

gerak(+)

Move: false movement (-), ROM (+)

minimal, krepitasi(-)

Foto Rontgen:

29/07/13

Page 10: Cf Femur Case New

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan,

dan otot menyusun kurang lebih 50%. Fungsi system musculoskeletal sangat

tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang- tulang memberi

perlindungan terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka

tulang merupakan kerangka yang kuat untuk meyangga struktur tubuh otot yang

melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak metrik.

Tulang meyimpam kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalam tubuh

manusia yang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang (missal femur tulang

kumat) tulang pendek (missal tulang tarsalia),tulang pipih (sternum) dan tulang

tak teratur (vertebra). Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular

atau spongius).Tulang tersusun atas sel,matrik protein,deposit mineral. Sel-selnya

terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas,osteosit dan osteocklas. Osteoblas berfungi

dalam pembetukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matrik

merupakan kerangka dimana garam - garam mineral anorganik di timbun.

Ostiosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi

tulang dan tarletak ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam

panghancuran,resorpsi dan remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh membran

fibrus padat di namakan periosteum mengandung saraf,bempembuluh darah dan

limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler tipis yang menutupi rongga

sumsum tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang kanselus.

Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang

panjang dan dalam pipih.Sumsum tulang merah yang terletak di

sternum,ilium,fertebra dan rusuk pada orang dewasa,bertanggung jawab pada

produksi sel darah merah dan putih.pembentukan tulang .Tulang mulai tarbentuk

lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2000 : 347)

Page 11: Cf Femur Case New

B. FRAKTUR

1. Definisi Fraktur dan Mekanisme Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh

kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai

pembuluh darah, otot dan persarafan.

Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,

misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius

dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu

pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan

dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat

dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang

disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi

dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur

dislokasi.

2. Etiologi / Predisposisi

Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

1. Cedera Traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga

tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan

fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari

lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan

menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot

yang kuat.

Page 12: Cf Femur Case New

2. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana

dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi

pada berbagai keadaan berikut :

a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan progresif.

b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi

akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,

lambat dan sakit nyeri.

c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain,

biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh

karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

3. Secara Spontan

Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada

penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

B. Patofisiologi

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989).

Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,

sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi

perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini

menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah

periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya respon

inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi

pembuluh darah dan peningkatan dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi

kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk

Page 13: Cf Femur Case New

memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.

Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam

sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan

lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ

yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga

meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang

iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial.

Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan

ujung syaraf.

C. Pembagian Fraktur

Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang

fraktur dengan dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu fraktur

tertutup dan fraktur terbuka. Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang

yang fraktur masih utuh. Sedangkan apabila kulit di atasnya tertembus dan

terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar

maka disebut fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat

masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah sehingga cenderung untuk

mengalami kontaminasi dan infeksi.

Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas : complete,

dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta

incomplete (parsial).

Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:

1. Fissure/Crack/Hairline: tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di

tempat, biasa terjadi pada tulang pipih

2. Greenstick Fracture: biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna,

clavicula, dan costae

3. Buckle Fracture: fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam

Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi :

Page 14: Cf Femur Case New

1. Transversal: garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-100o dari sumbu

tulang)

2. Oblik: garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80o atau >100o dari

sumbu tulang)

3. Longitudinal: garis patah mengikuti sumbu tulang

4. Spiral: garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih

5. Comminuted: terdapat 2 atau lebih garis fraktur

Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:

1. Undisplace: fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya

2. Displace: fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:

- Shifted Sideways: menggeser ke samping tapi dekat

- Angulated: membentuk sudut tertentu

- Rotated: memutar

- Distracted: saling menjauh karena ada interposisi

- Overriding: garis fraktur tumpang tindih

- Impacted: satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

Page 15: Cf Femur Case New

D. Manifestasi Klinis

1. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari

tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :

a. rotasi

b. translasi

c. angulasi

d. krepitasi

2. Pergerakan abnormal.

2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah

dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.

4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.

5. Tenderness / keempukan.

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.

7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

syaraf/perdarahan ).

8. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui

keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi).

E. Pemeriksaan Penunjang

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga

perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.

a. Pemeriksaan rontgen: Dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior-posterior

dan lateral Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur. Pemeriksaan ini

juga berguna untuk mengikuti proses penyembuhan tulang.

Page 16: Cf Femur Case New

b. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan

mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak

c. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multipel), Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal

setelah trauma.

F. Diagnosis Fraktur

Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x

pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.

Bila berdasarkan pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah

sebagai fraktur sampai terbukti lain.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara Umum

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk

melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan

(breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila

sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting

ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden

period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar.

Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap.

Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk

mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat

pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

Penatalaksanaan Kedaruratan

Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak

menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah,

Page 17: Cf Femur Case New

maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk meng-imobilisasi bagian

tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.

Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan

sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan

dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi.

Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan

jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.

Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan

menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian

yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh

fragmen tulang. Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai

sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan

kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan

dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat

bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas

atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera

digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk

menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk

mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali

melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar

melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di atas.

Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian

dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian

dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera.

Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut.

Prinsip Penanganan Fraktur

Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi,

imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi

Page 18: Cf Femur Case New

Reduksi/reposisi

yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.

a) Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen

tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal.

b) Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur

pada posisi anatomik normalnya.

c) Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan

reduksi terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat

fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. Biasanya

dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk

mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi

karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi

fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mengalami

penyembuhan.

Metode reduksi :

1. Reduksi tertutup

pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling

berhubungan) dengan “Manipulasi dan Traksi manual”. Sebelum reduksi

dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik

sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas

dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat

lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan

menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Rontgen harus

dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam

kesejajaran yang benar.

2. Traksi

Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan

imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Page 19: Cf Femur Case New

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali

pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa

sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.

Metode pemasangan traksi antara lain :

a. Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada

keadaan emergency.

b. Traksi mekanik, ada 2 macam :

- Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal

otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

- Traksi skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan

balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi

dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.

Kegunaan pemasangan traksi antara lain:

1. Mengurangi nyeri akibat spasme otot

2. Memperbaiki & mencegah deformitas

3. Immobilisasi

4. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)

5. Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :

1) Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.

2) Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan

pemberat agar reduksi dapat dipertahankan

3) Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.

4) Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol.

5) Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai. Traksi yang

dipasang harus baik dan terasa nyaman.

3. Reduksi terbuka

Page 20: Cf Femur Case New

pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan

bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,

sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan

kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid

terjadi.

Imobilisasi

a) Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi

penyatuan.

b) Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai

terjadi penyembuhan.

c) Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat

“eksternal” (bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna,

traksi, balutan) dan alat-alat “internal” (nail, lempeng, sekrup, kawat,

batang, dll)

Rehabilitasi

a) Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada

bagian yang sakit.

b) Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan

mempertahankan reduksi dan imobilisasi adalah peninggian untuk

meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol

ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot, partisipasi

dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali

secara bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi.

Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai

batasan terapeutik.

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel,

pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.

Page 21: Cf Femur Case New

1. Inflamasi.

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan

berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan

yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung

fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah.

Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih

besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi,

pembengkakan dan nyeri.

2. Proliferasi Sel.

Setelah kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi,

terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan

untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan

osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan

menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada

patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).

Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan

tersebut dirangsang oleh gerakan mikrominimal pada tempat patah tulang.

Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang

sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

3. Tahap Pembentukan Kalus.

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh

mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan

tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat

matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek

secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran

tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang

tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen

tulang tidak bisa lagi digerakkan.

4. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai

tiga minggu patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah

Page 22: Cf Femur Case New

tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga

sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-

benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat

elektronegatif.

5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan

mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.

Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun

tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan

pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional

pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling

lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak

langsung. Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis

mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan

epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi

sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara

bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana

pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance)

yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang

negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.

H. KOMPLIKASI

1. Sindroma Kompartemen

Sindroma kompartemen adalah suatu sindrom yang terjadi karena

beberapa hal, bisa disebabkan oleh fraktur, di mana terjadi peningkatan

tekanan intrakompartemen sehingga terjadi iskemia jaringan. Peningkatan

tekanan ini disebabkan oleh terisinya cairan ke dalam kompartemen

(fascia), dan tidak diikuti oleh pertambahan luas/volume kompartemen itu

sendiri. Cairan tersebut dapat berupa darah atau edema yang disebabkan

Page 23: Cf Femur Case New

oleh fraktur. Dengan meningkatnya tekanan intrakompartemen (interstitial)

yang melampaui tekanan perfusi kapiler (pembuluh darah), akan

menyebabkan aliran darah yang seyogyanya mensuplai oksigen dan nutrisi

ke jaringan menjadi tidak adekuat (kolaps). Hal ini akan memicu terjadinya

iskemia jaringan, yang menyebabkan edema sehingga tekanan

intrakompartemen tersebut akan semakin meningkat. Bila hal ini tidak

diatasi, maka iskemia yang terjadi akan menimbulkan kematian jaringan

dan nekrosis, yang pada akhirnya dapat mengancam nyawa.

Secara umum terdapat beberapa tanda (sign) untuk sindroma

kompartemen, yang disingkat menjadi 5P:

- Pain (nyeri), yang sering ditemukan dan terjadi di awal sindrom

- Parestesia, yaitu gangguan pada saraf sensorik

- Paralisis, yaitu gangguan motorik yang ditemukan setelah beberapa

waktu

- Pallor, yaitu pucat pada kulit akibat berkurangnya suplai darah

- Pulselessness, yaitu kehilangan denyut arteri

Cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan teknik fasciotomi, suatu tindakan

operatif untuk membebaskan cairan yang terperangkap di dalam kompartemen.

2. Major Blood Loss

Hal ini disebabkan vaskularisasi yang ekstensif pada daerah femur.

Apabila terjadi perdarahan secara signifikan (lebih dari 1 liter) dapat berakibat

secara sistemik, seperti shock, hipotensi, dan takikardia.

Page 24: Cf Femur Case New

Lieurance et al mengemukakan bahwa sekitar 40 persen penderita

fraktur femur mengalami kehilangan darah rata-rata sebanyak 1.276 cc. Hal ini

dapat diminimalisasi dengan cara mengimobilisasi tulang yang mengalami

fraktur, memperbaiki deformitas, menyambung (ligasi) pembuluh darah serta

resusitasi.

3. Infeksi

Pada fraktur, infeksi dapat terjadi melalui 3 jalur:

- Fraktur terbuka yang disertai luka yang terpajan ke lingkungan luar

- Fraktur yang disertai hematoma, di mana bakteri dibawa oleh aliran darah

- Infeksi pasca operasi

Infeksi pada fraktur dapat dibagi menjadi infeksi luar (superfisial) dan infeksi

dalam. Pada infeksi luar, penanganan dapat dilakukan dengan pemberian

antibiotik dan pembersihan serta mengelola luka dengan baik. Jika infeksi

terjadi di dalam, maka drainase pus, pembersihan jaringan nekrotik dan

mengelola luka merupakan penanganan yang baik. Pemberian antibiotik juga

dapat dilakukan, namun tidak semua antibiotik memiliki spektrum yang tepat.

Sebaiknya dilakukan analisis mikroorganisme sebelum pemberian antibiotik.

3. Penyembuhan abnormal pada fraktur

MALUNION

Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya,

tetapi terdapat deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi,

kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan

ulna.

Etiologi

- Fraktur tanpa pengobatan

- Pengobatan yang tidak adekuat

- Reduksi dan imobilisasi yang tidak baik

- Pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan

- Osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya trauma

Gambaran klinis

Page 25: Cf Femur Case New

- Deformitas dengan bentuk yang bervariasi

- Gangguan fungsi anggota gerak

- Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi

- Ditemukan komplikasi seperti paralysis tardi nervus ulnaris

- Osteoarthritis apabila terjadi pada daerah sendi

- Bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas

Pemeriksaan radiologist

Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi

yang tidak sesuai dengan keadaan yang normal.

Pengobatan

Konservatif

Dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan imobilisasi sesuai

dengan fraktur yang baru. Apabila ada kependekan anggota gerak dapat

digunakan sepatu orthopedic.

Operatif

- Osteotomi koreksi (osteotomi Z) dan bone graft disertai dengan fiksasi

interna

- Osteotomi dengan pemanjangan bertahap, misalnya pada anak – anak.

- Osteotomi yang bersifat baji

DELAYED UNION

Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 -5

bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak

bawah)

Etiologi

Etiologi delayed union sama dengan etiologi pada nonunion

Gambaran klinis

- Nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan.

- Terdapat pembengkakan

- Nyeri tekan

- Terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur

Page 26: Cf Femur Case New

- Pertambahan deformitas

Pemeriksaan radiologist

- Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah fraktur

- Gambaran kista pada ujung – ujung tulang karena adanya dekalsifikasi

tulang

- Gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur.

Pengobatan

Konservatif

Pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan selama 2 – 3 bulan.

Operatif

Bila union diperkirakan tidak akan terjadi, maka segera dilakukan fiksasi

interna dan pemberian bone graft.

NONUNION

Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 – 8 bulan dan tidak

didapatkan konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu).

Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi sama – sama

dengan infeksi disebut infected pseudoarthrosis.

Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung – ujung fragmen tulang

sebagai berikut :

- Hipertrofik

Ujung – ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang

disebut gambaran elephant’s foot. Garis fraktur tampak dengan jelas.

Ruangan antar tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa.

Pada jenis ini vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya diperlukan

fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft.

- Atrofik (Oligotrofik)

Tidak ada tanda – tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang

lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini

disamping dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan pemasangan bone graft.

Page 27: Cf Femur Case New

Gambaran klinis

- Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada

- Gerakan abnormal pada daerah fraktur yang membentuk sendi palsu yang

disebut pseudoarthrosis.

- Nyeri tekan atau sama sekali tidak ada.

- Pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat pembengkakan

sama sekali

- Pada perabaan ditemukan rongga diantara kedua fragmen.

Pemeriksaan radiologist

- Terdapat gambaran sklerotik pada ujung – ujung tulang

- Ujung – ujung tulang berbentuk bulat dan halus

- Hilangnya ruangan meduler pada ujung – ujung tulang

- Salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung

(psedoarthrosis)

Pengobatan

- Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft

- Eksisi fragmen kecil dekat sendi. Misalnya kepala radius, prosesus stiloid

ulna

- Pemasangan protesis, misalnya pada fraktur leher femur

- Stimulasi elektrik untuk mempercepat osteogenesis.

PENYEBAB NONUNION DAN DELAYED UNION

- Vaskularisasi pada ujung – ujung fragmen yang kurang

- Reduksi yang tidak adekuat

- Imobilisasi yang tidak adekuat sehingga terjadi gerakan pada kedua

fragmen.

- Waktu imobilisasi yang tidak cukup

- Infeksi

- Distraksi pada kedua ujung karena adanya traksi yang berlebihan

- Interposisi jaringan lunak diantara kedua fragmen tulang

- Terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen

Page 28: Cf Femur Case New

- Destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau osteomielitis (fraktur

patologis)

- Disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur intrakapsuler)

- Kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau operasi

- Fiksasi interna yang tidak sempurna

- Delayed union yang tidak diobati

- Pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan

- Terdapat benda asing diantara kedua fraktur, misalnya pemasangan screw

diantara kedua fragmen.

Page 29: Cf Femur Case New

FRAKTUR FEMUR

Anatomi dan Fisiologi Tulang Femur

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter

major dantrochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga

bola dan berartikulasidengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio

coxae. Pada pusat caput terdapatlekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu

tempat perlekatan ligamentum dari caput.Sebagian suplai darah untuk caput

femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasukitulang pada fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan

ke bawah,belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada

wanita sedikit lebihkecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut

ini perlu diingat karena dapatdirubah oleh penyakit.Trochanter major dan minor

merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yangmenghubungkan dua

trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan cristaintertrochanterica

yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat

tuberculumquadratum.Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke

depan. Ia licin dan bulatpada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya

terdapat rabung, linea aspera.Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke

bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagaicrista supracondylaris medialis

menuju tuberculum adductorum pada condylusmedialis.Tepian lateral menyatu ke

bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Padapermukaan posterior batang

femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis,yang ke bawah

berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distaldan

membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia

poplitea.Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di

bagian posteriordipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior

condylus dihubungkan olehpermukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut

membentuk articulatio genu. Di atascondylus terdapat epicondylus lateralis dan

Page 30: Cf Femur Case New

medialis. Tuberculum adductorium berhubunganlangsung dengan epicondylus

medialis.

Otot-otot femur terdiri dari 3 kelompok.

1. Kelompok anterior (ekstensor)

a) m. rectus femoris

b) m. vastus lateralis

c) m. vastus medialis

d) m. vastus intermedius genu

e) m. Sartorius

2. Kelompok medial (adduktor)-

a) m. pectineus

b) m.gracilis

c) m. adductor longus

d) m. adductor brevis

e) m. adductor magnus

3. Kelompok posterior (fleksor)-

a) m. biscep femoris

b) m. semitendinosus

c) m. semimembranosus

d) m. psoas major

e) m. iliacus

f) m. tensor fascia lata

Vaskularisasi femur: arteri femoralis superficial, a obturator, vena saphena

magna, venaobturator, vena femoralis.

Definisi Fraktur Femur

Fraktur femur adalah terputusnya kontuinitas batang femur yang bias

terjadi akibat trauma langsung ( kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan

biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh

dalam syok.

Page 31: Cf Femur Case New

Klasifikasi Fraktur Femur

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1.Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam kapsul sendi panggul :

- Fraktur kapital: pada kaput femur

- Fraktur subkapital: fraktur yang terletak dibawah kaput femur

- Fraktur transervikal: fraktur pada kolum femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;Terjadi di luar kapsul sendi panggul :

- Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor

- Fraktur intertrokanter

- Fraktur subtrokanter

Fraktur Kolum Femur

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian

proksimal femur. Yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal

permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

Fraktur kolum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya

penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung

terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak

langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.Pada

pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan

deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur

tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah

pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila

mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.

Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul

dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral.

Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :

Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi).

Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran.

Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment).

Page 32: Cf Femur Case New

Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen

yang bersinggungan.

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor-

tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor-

tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanter minor

Fraktur Batang Femur/ Diafisis femur

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan

lalulintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian. patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh

dalam shock.

klasifikasi fraktur batang femur

dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah.

Dibagi menjadi,

1. Tertutup

2. Terbuka

Page 33: Cf Femur Case New

ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah

dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu :

a. Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,

biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus

keluar.

b. Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena

benturan dari luar.

c. Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan

lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

Gambaran Klinis

Penderita pada umumnya dewasa muda. Ditemukan pembengkakan dan

deformitas pada tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai dan

mungkin datang dalam keadaan schok.

Penatalaksanaan

a) Terapi konservatif

Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum

dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot. Traksi tulang

berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi

traksiterutama yang bersifat kominutif dan segmental. Menggunakan

cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis

b) Terapi operatif

Pemasangan plate and screw terutama pada fraktur proksimal

dan distal femur. Mempergunakan K-nail, AO-nail atau jenis-jenis lain

baik dengan operasi tertutup ataupun terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail

terutama pada fraktur diafisis.

Fiksasi eksternal terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif,

infected pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan

lunak yang hebat.

Fraktur Supracondyler Femur

Page 34: Cf Femur Case New

Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior,

hal inibiasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot

otot gastrocnemius, biasanyafraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma

langsung karena kecepatan tinggisehingga terjadi gaya axial dan stress valgus

atau varus dan disertai gaya rotasi.

Fraktur Intercondylair

Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga

umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.

Fraktur Condyler Femur

Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi

disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

Fraktur Suprakondiler Femur Dan Fraktur Interkondiler

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur

dan batas metafisis dengan diafisis femur.

Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama dengan fraktur

interkondiler yang memberikan masalah pengelolaan yang lebih kompleks.

Klasifikasi menurut Neer, Grantham, Shelton (1967) :

a. Tipe I: fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T.

b. Tipe IIA: fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian

metafisis (bentuk y)

c. Tipe II: sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil.

d. Tipe III: fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler yang

tidak total.

Page 35: Cf Femur Case New

DAFTAR PUSTAKA

Sukamti, E. Anatomi Ekstremitas Inferior, FIKUNY, 2010.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Anatomi-

EXTREMITAS%20INFERIOR.pdf.

Apley, G. Solomon, L. 1993, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Ed 7,

Butterworth, Heinemann Ltd.

Hanafiah, H. 2007, Konsep Teori Fraktur. Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan

Traumatologi Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=frkatur%20shaft%20femur%20pdf&s

ource=web&cd=8&cad=rja&ved=0CFIQFjAH&url=http://repository.usu.ac.id/bit

stream/123456789/18785/1/mkn-jun2007-40%2520(8).pdf