lp cf femur

21
LAPORAN PENDAHULUAN CLOSE FRAKTUR FEMUR RSUD “NGUDI WALUYO” WLINGI Disusun oleh : Agus Jaipur 201210461011034 PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Upload: agus-jaipur

Post on 21-Jan-2016

373 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP CF Femur

LAPORAN PENDAHULUAN

CLOSE FRAKTUR FEMUR

RSUD “NGUDI WALUYO” WLINGI

Disusun oleh :

Agus Jaipur

201210461011034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Page 2: LP CF Femur

2013

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Fraktur Femur

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha

yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot,

kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

2. Etiologi

Tulang bersifat relatif rapuh namun cukup mempunyai kekuatan

dan gaya pegas untuk menahan tekanan dan fraktur dapat terjadi

karena:

a. Trauma

Sebagian fraktur terjadi karena kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebih yang dapat berupa pemukulan, penghancuran,

penekanan, pemuntiran/penarikan. Bila terjadi kekuatan

langsung tulang bisa patah pada tempat yang terkena, jaringan

lemak juga pasti rusak.

b. Pemukulan

Menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit.

c. Penghancuran

Menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan

lemak yang luas. Bila terkena kekuatan tak langsung dapat

mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang

terkena kerusakan jaringan lemak ditempat fraktur mungkin

tidak ada.

d. Kelelahan/tekanan berulang-ulang

Retak dapat terjadi pada tulang, misal: pada logam/benda lain

akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini dapat terjadi pada

tibia/fibula, radius/ ulna. Biasanya pada olahragawan/atlit (bola

volley, senam, bola basket).

e. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologis)

Page 3: LP CF Femur

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal, kalau tulang itu

lemah (tumor) atau sangat rapuh (osteoporosis) penderita

kanker/infeksi

f. Fraktur stress/fatique fracture akibat peningkatan drastis tingkat

latihan.

3. Patofisiologi

4. Manifestasi Klinis

a. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang

berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur

terjadi seperti :

Rotasi pemendekan tulang

Penekanan tulang

b. Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah

dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur

c. Ekimosis dari perdarahan subculaneous

d. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur

e. Tenderness

f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

g. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

saraf/ perdarahan).

h. Pergerakan abnormal

i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

j. Krepitasi

Page 4: LP CF Femur

5. Klasifikasi Fraktur

a. Berdasarkan luas/garis fraktur

1) Fraktur komplit

Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua tulang.

2) Fraktur tidak komplit/incomplete

Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang,

misal:

Buckle fracture: terjadi pada lipatan dari satu korteks

dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya.

Green stick fracture: fraktur tidak sempurna dan sering

terjadi pada anak-anak, korteks tulang masih utuh begitu

pula periosteum.

b. Berdasarkan posisi fragmen

1) Fraktur undisplaced/tidak bergeser

Tulang patah, posisi pada tempatnya normal/garis patah

komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteum

masih utuh.

2) Fraktur displaced/bergeser

Ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat patah dan

terjadi pergeseran fragmen-fragmen tulang.

c. Berdasarkan bentuk/jumlah garis patah

1) Fraktur komunitif

Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

2) Fraktur segmental

Garis patah lebih dari satu, tidak saling berhubungan karena

tulang tertekan menjadi beberapa bagian.

3) Fraktur multiple

Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang, tempat yang

berlainan.

d. Berdasarkan tempat

Misal: Fraktur femur, fraktur humerus, fraktur radius, ulna, tibia,

Page 5: LP CF Femur

fibula, vertebra dll.

e. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan

mekanisme trauma

1) Fraktur transversal

Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu

panjang tulang.

2) Fraktur oblik

Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap

tulang.

3) Fraktur spinal

Fraktur tulang yang melingkari tulang.

4) Fraktur kompresi

Fraktur dimana 2 tulang menumbuk tulang ketiga yang

berada diantaranya.

5) Fraktur avulse

Fraktur yang memisahkan fragmen tulang pada tempat

inverse tendon ataupun ligament.

f. Berdasarkan hubungan tulang dengan dunia luar

1) Fraktur tertutup (closed/simple fracture)

Bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar.

2) Fraktur terbuka (open/compound fracture)

Karena terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar karena adanya perlukaan dikulit.

Menurut R. Gustillo (2001), Fraktur terbuka terbagi atas 3

derajad:

a) Derajad I

Luka < 1 cm

Page 6: LP CF Femur

Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka

remuk.

Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau komunitif

ringan

Kontaminasi minimal

b) Derajat II

Laserasi > 1 cm

Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse

Fraktur komunitif sedang

Kontaminasi sedang

c) Derajat III

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi

struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi

derajat tinggi.Terbagi atas:

Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus

diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur yang tulang

yang terpapar/kontaminasi masif.

Jaringan lunak yang menutupi fraktur yang adekuat,

meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi/fraktur

segmental atau sangat komunitif yang disebabkan

trauma berenergi tanpa melihat besar luasnya luka.

6. Komplikasi

a. Malunion

Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam

posisi yang tidak seharusnya.

b. Non-union

Kegagalan pada proses penyambungan tulang sehingga tulang

tak dapat menyambung.

c. Delayed union

Proses penyembuhan tulang berjalan dalam waktu lama dari

Page 7: LP CF Femur

waktu yang diperkirakan.

d. Infeksi

Paling sering menyertai fraktur terbuka tetapi sudah jarang

dijumpai dapat melalui logam bidai.

e. Cidera vaskuler dan saraf

Kedua organ ini dapat cidera akibat ujung patahan tulang yang

tajam.

f. Fat-embolic syndrome/embolik lemak

Terjadi setelah 24-48 jam setelah cidera, ditandai distress

pernapasan, tachikardi, tachipnoe, demam, edema paru, dan

akhirnya kematian.

g. Gangren gas

Yang berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bacterium

saphrophystik gram positif anaerob antara lain clostridium

weichii/clostridium perfingers. Clostridium biasanya akan tubuh

pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai O2 karena

trauma otot.

h. Reflek symphathetic dystrophy

Karena tidak stabilnya vasomotor yang mengakibatkan tidak

normalnya sistem saraf simpatik yang hiperaktif sehingga

menyebabkan terjadinya perlukaan.

i. Thrombo embolic complication

Terjadi pada individu yang immobilisasi dalam waktu yang lama.

j. Pressure sore (borok akibat tekanan)

Akibat gips/bidai yang memberi tekanan setempat sehingga

terjadi nekrosis pada jaringan superficial

k. Osteomyelitis

Infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum/korteks

tulang dapat berupa hematogenous. Pathogen masuk melalui

luka fraktur terbuka, luka tembus atau selama operasi.

l. Nekrosis avaskuler

Fraktur mengganggu aliran darah ke salah satu fragmen

Page 8: LP CF Femur

sehingga fragmen tersebut mati. Sering terjadi pada fraktur

caput femoris.

m. Kerusakan arteri

Ditandai adanya denyut, bengkak, pucat pada baigan distal

fraktur, nyeri, pengisian kapiler yang buruk. Kerusakan arteri

dapat disertai cidera pada kaki, saraf dan otot visera (thoraks

dan abdomen).

n. Syock

Perdarahan selalu terjadi pada tempat fraktur dan perdarahan ini

dapat hebat sehingga terjadilah syock.

o. Syndrome compartment

Terjadi saat satu atau lebih compartement ekstremitas

meningkat, saat peningkatan tekanan jaringan pada ruangan

tertutup diotot yang berhubungan dengan akumulasi cairan

sehingga menyebabkan aliran darah yang berat dan berikutnya

menyebabkan kerusakan pada otot, ditandai dengan edema, tidak

adanya denyut, nyeri terutama ketika area luka ditinggikan atau

digerakkan, pucat atau cyanosis, kaku dan paresis.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah

“pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk

mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan

tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA

dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi

tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi

yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa

permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan

pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan

permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:

Bayangan jaringan lunak

Page 9: LP CF Femur

Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi

periosteum/biomekanik/rotasi

Trobukulasi ada tidaknya rare fraction

Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik

khususnya seperti:

Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi

struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus

ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak

pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga

mengalaminya

Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan

pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami

kerusakan akibat trauma

Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang

rusak karena ruda paksa.

Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan

secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu

struktur tulang yang rusak.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap

penyembuhan tulang

Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan

menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang

Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase

(LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang

meningkat pada tahap penyembuhan tulang

c. Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:

didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi

Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama

dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi

Page 10: LP CF Femur

infeksi

Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang

diakibatkan fraktur

Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak/sobek

karena trauma berlebihan

Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya

infeksi pada tulang

MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan fraktur prinsipnya adalah dengan 4-R :

1) Recognisi : riwayat dari terjadinya fraktur sampai didiagnosa

fraktur

2) Reduksi : upaya memanipulasi fragmen tulang

3) Retensi : memelihara reduksi sampai penyembuhan

4) Rehabilitasi : upaya untuk pencapai kembali fungsi tulang

secara normal

b. Beberapa intervensi yang diperlukan

1) Intervensi Terapeutik atau konservatif

Proteksi dengan mitela atau pembebatan fraktur diatas dan

dibawah sisi cidera sebelum memindahkan pasien.

Pembebatan atau pemdidaian mencegah luka dan nyeri

yang lebih jauh dan mengurangi adanya komplikasi.

Immobilitas

Dilakukan dalam jangka waktu berbeda-beda untuk

kesembuhan fragmen yang dipersatukan dengan

pemasangan gips.

Memberikan kompres dingin untuk menentukan

perdarahan, edema dan nyeri

Meninggikan tungkai untuk menurunkan edema nyeri

Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan

untuk cegah syock

Page 11: LP CF Femur

Traksi untuk fraktur tulang panjang

Sebagai upaya menggunakan kekuatan tarikan untuk

meluruskan dan immobilisasi fragmen tulang

Reposisi tertutup atau fiksasi dengan gips

Pada fraktur supra kondilus, reposisi dapat dilaksanakan

dengan anestesi umum atau lokal.

2) Pemberian Diet

Pemberian diet TKTP dan zat besi untuk mencegah terjadinya

anemia.

3) Intervensi farmakologis

Anestesi local, analgesic narkotik, relaksasi otot atau

sedative diberikan untuk membantu klien selama prosedur

reduksi tertutup.

Anestesi dapat diberikan

Analgesic diberikan sesuai petunjuk untuk mengontrol

nyeri pada pasca operasi

ATS diberikan pada pasien tulang complicated

4) Intervensi operatif

Reduksi untuk memperbaiki kontinuitas tulang

Reduksi Tertutup

Fragmen tulang disatukan dengan manipulasi dan traksi

manual untuk memperbaiki kesejajaran gips atas bebat

dipasang, untuk mengimmobilisasi ekstremitas dan

mempertahankan reduksi. Diperlukan suatu kontrol

radiology yang diikuti fiksasi interna.

Reduksi terbuka dan fiksasi internal / ORIF

Fiksasi interna dengan pembedahan terbuka akan

mengimmobilisasi fraktur. Memasukkan paku, sekrup

atau pen atau plat ke dalam tempat fraktur untuk

memfiksasi bagian tulang yang fraktur secara

bersamaan. Fragmen tulang secara langsung terlihat

dan alat fiksasinya digunakan untuk memegang fragmen

Page 12: LP CF Femur

tulang dalam posisi. Terjadi penyembuhan tulang dan

dapat diangkat bila tulang sembuh. Setelah penutupan

luka, beban atau gips untuk stabilisasi dan sokong

tambahan.

Penggantian endoprostetik

Penggantian fragmen dengan alat logam terimplantasi dan

digunakan bila terakhir mengganggu nutrisi tulang atau

pengobatan pilihan adalah penggantian tulang.

9. Pengkajian Keperawatan

a. Riwayat

Perawat perlu menentukan : data biografi, riwayat terjadinya

trauma (bila tidak ada riwayat terjadi fraktur patologis)

dimana terjadinya trauma, jenis trauma, berat ringananya

trauma

Obat-obatan yang sering digunakan

Kebiasaan minum-minuman keras

Nutrisi

Pekerjaan atau hobby

b. Pemeriksaan fisik

Head to toe , inspeksi perubahan bentuk tulang, lokasi fraktur,

gerakan pasien, integritas kulit, nyeri.

c. Aktivitas atau istirahat

Ditujukan dengan terbatasnya atau kehilangan fungsi, yang

cenderung pada bagian tengah yang disebabkan oleh fraktur

sekunder bengkak pada jaringan dan rasa nyeri.

d. Sirkulasi

Ditunjukkan dengan : hipertensi atau hipotensi, tachicardi yang

disebabkan karena respon stress atau hipovolemik, nadi

berkurang atau menurun lebih kecil pada bagian distal perlukan

disebabkan karena keterlambatan pengikatan pembuluh darah

mempengaruhi bagian jaringan menjadi bengkok hematom pada

Page 13: LP CF Femur

tempat perlukaan disebabkan adanya darah ekstravaskuler

berada pada daerah perlukaan.

e. Neurosensori

Ditunjukkan dengan kehilangan gerakan atau sensasi, spasme

otot : kaku atau tak terasa (parestesia), perubahan total,

pemendekan, kekakuan abnormal, terpuntir, krepitasi, agitasi

karena nyeri atau cemas.

f. Rasa nyaman

Tiba-tiba nyeri hebat pada tempat luka (mungkin lokasi pada

jaringan atau kerusakan tulang saat immobilisasi) nyeri ini

disebabkan terputusnya saraf, otot spasme setelah immobilisasi.

g. Keamanan

Kulit laserasi, perdarahan, perlukaan, lokasi bengkak.

h. Tempat fraktur dan sistem jaringan

Edema

Perubahan warna

Parestesia dengan numbness dan tingling karena

ketidakseimbangan aliran darah dalam pembuluh darah yang

menuju berbagai organ/peningkatan tekanan jaringan

Nyeri akibat penimbunan darah sekitar tulang yang

mengakibatkan tertekannya saraf

Kulit terbuka dan tertutup

Kulit terbuka apabila tulang sampai menembus kulit-kulit

tertutup apabila tulang masih berada didalam kulit

Krepitasi akibat sensasi yang berkertak : bunyi yang terdengar

pada saat kedua tulang saling bergerak

Perdarahan terjadi karena kerusakan pembuluh darah arteri

dan vena

i. Sistem yang diperhatikan

Pallor atau pucat

Karena perdarahan yang banyak maka darah yang mengikat

oksigen dalam tubuh berkurang sehingga penurunan O2 di

Page 14: LP CF Femur

dalam jaringan.

Confusion

Perfusi darah yang ke otak menurun sehingga otak

kekurangan O2 dan mengganggu metabolisme otak yang

mengakibatkan kebingungan.

Dyspnea

Terjadi pada fraktur terbuka, lemak berasal dari sumsum

tulang atau myelum masuk ke aliran darah terbuka sehingga

dapat terjadi embolik dan mengakibatkan sesak napas.

Shock

Terjadi saat hipovolemik karena kekurangan darah akibat

pecahnya arteri dari perdarahan

Diaphoresis atau keringat banyak

Akibat peningkatan metabolisme tubuh, untuk itu dibutuhkan

energi banyak hingga energi akan dipecah menjadi panas dan

menimbulkan banyak keringat.

Takut dan cemas karena perubahan status kesehatan

10. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas

b. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,

nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

c. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi

(pen, kawat, sekrup)

d. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran

darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

e. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,

perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,

kongesti)

f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer

(kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi

Page 15: LP CF Femur

tulang)

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya

informasi yang ada

11. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

nyeri terkontrol dengan criteria hasil :

No

Kriteria Score

1 Mengenal faktor penyebab nyeri 52 Mengenali tanda dan gejala nyeri 53 Mengetahui onset nyeri 54 Menggunakan langkah-langkah

pencegahan nyeri5

5 Menggunakan teknik relaksasi 56 Menggunakan analgesic yang tepat 57 Melaporkan nyeri terkontrol 5

NIC :

Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: skala nyeri,

lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas, dan faktor-faktor presipitasi.

Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan

Gunakan komunkiasi terapeutik agar klien dapat

mengekspresikan nyeri

Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri

yang telah digunaka

Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga

Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa

lama, dan tindakan

Motivasi klien untuk memonitor nyerinya

Ajarkan penggunaan teknik relaksasi nafas dalam

Page 16: LP CF Femur

Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup

Monitor TTV

Kolabirasi dengan dokter dalam penberian analgetik

b. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,

nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

terjadi peningkatan mobilisasi dengan criteria hasil:

No

NOC Score

1. ROM aktif / pasif meningkat 52. Perubahan posisi adekuat 5

NIC :

Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik

Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan

Kaji lokasi nyeri/ketidaknyamanan selama latihan

Jaga keamanan klien

Bantu klien utk mengoptimalkan gerak sendi pasif manpun

aktif

Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan

Ukur TTV sebelum sesudah latihan

c. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi

(pen, kawat, sekrup)

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15x24

jam, kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan

criteria hasil:

No NOC Score

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

5

2. Perfusi jaringan baik 53. Menunjukkan terjadinya proses

penyembuhan luka5

NIC :

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

Page 17: LP CF Femur

Monitor kulit akan adanya kemerahan

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Monitor status nutrisi pasien

Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,

karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,

tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus

Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril

Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif (et. al). (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3).

Jakarta : Media Aesculapius.

Smeltzer, Susanne C. (2001). Brunner & suddarth’s Textbook of

Medical Surgical Nursing. 8/E. Agung waluyo (et. al) (penerjemah)

http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-

fraktur-femur.html. tanggal akses 30 Juni 2013

http://exsimple.blogspot.com/2010/07/kti-fraktur-femur.html.

tanggal akses 30 Juni 2013