herpes zoster cf

22
1 Herpes Zoster Claudia Fetricia 10.2012.318 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510 Email: [email protected] Abstrak Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya. Hal tersebut terjadi infeksi virus. Terapi herpes zoster dapat dengan beberapa cara dan prognosis dari tiap individu berbeda satu sama lain. Kata kunci : herpes, zoster, virus Abstract Herpes zoster is an acute inflammation of the skin of a unilateral special vesicles mob, according to dermatomanya. This has become a viral infection. Herpes zoster therapy can in some way and prognosis of each individual different from each other. Keywords: herpes, zoster, virus Pendahuluan Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.Herpes zoster

Upload: ida-bagus-indrayana

Post on 06-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

klm

TRANSCRIPT

Herpes Zoster

Herpes Zoster Claudia Fetricia

10.2012.318Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

Abstrak

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya. Hal tersebut terjadi infeksi virus. Terapi herpes zoster dapat dengan beberapa cara dan prognosis dari tiap individu berbeda satu sama lain.

Kata kunci : herpes, zoster, virus

Abstract

Herpes zoster is an acute inflammation of the skin of a unilateral special vesicles mob, according to dermatomanya. This has become a viral infection. Herpes zoster therapy can in some way and prognosis of each individual different from each other.Keywords: herpes, zoster, virus

Pendahuluan

Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.

Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius.

Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen. Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi. Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis merupakan langkah awal dan penting yang harus dilakukan seorang dokter.

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Ada beberapa tipe anamnesis:

Autoanamnesis: wawancara yang dilakukan langsung kepada pasien

Aloanamnesis: wawancara yang dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain (keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri)

Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebagian terbesar data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis (diperkirakan tidak kurang dari 80%) diperoleh dari anamnesis. Berdasarkan anamnesis sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-faktor yang mungkin menjadi latar belakang penyakit, yang semuanya berguna dalam menentukan sikap untuk penatalaksanaan selanjutnya.1

Jelaslah, bahwa anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pemeriksaan klinis. Namun dalam kebanyakan kasus anak, aloanamnesis akan lebih sering diterapkan dibandingkan dengan autoanamnesis; dalam hubungan ini pemeriksa harus waspada akan kemungkinan terjadinya bias, oleh karena data tentang keadaan pasien yang didapat mungkin berdasarkan asumsi atau persepsi orangtua atau pengantar. Keadaan ini sering berkaitan dengan pengetahuan, adat, tradisi, kepercayaan, kebiasaan, dan faktor budaya lainnya.Suatu anamnesis yang terarah dapat mempermudah penegakan diagnosis sesuai dengan keluhan yang dikemukakan oleh anak atau orangtua.

Anamnesis yang lengkap harus dilakukan pada semua pasien, termasuk:

Identitas pasien. Nama lengkap dan nama panggilan, umur, jenis kelamin, nama orangtua, alamat, data orangtua (umur, pendidikan dan pekerjaan), agama dan suku bangsa.1

Keluhan Utama. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga pasien tersebut pergi ke dokter dan mencari pertolongan. Selain itu keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Riwayat penyakit. Riwayat perjalanan penyakit (lamanya keluhan berlangsung; bagaimana sifat terjadinya gejala: apakah mendadak, perlahan-lahan, terus menerus, berupa bangkitan-bangkitan atau serangan, hilang-timbul, apakah berhubungan dengan waktu (pagi, sore, atau malam); untuk keluhan lokal harus dirinci lokasinya dan sifatnya: menetap, menjalar, menyebar, sifat penyebarannya, berpindah-pindah; berat-ringannya keluhan dan perkembangannya: apakah menetap, cenderung bertambah berat, cenderung berkurang; terdapatnya hal yang mendahului keluhan; apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan atau sudah pernah sebelumnya (bila sudah pernah, dirinci apakah intesitas dan karakteristiknya sama atau berbeda, dan interval antara keluhan-keluhan tersebut); apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang menderita keluhan yang sama; upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya.

Riwayat penyakit dahulu. Menanyakan kepada pasien atau penanggung jawabnya, apakah dulu pernah mempunyai penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang di deritanya sekarang atau yang dapat memberatkan penyakitnya sekarang.Riwayat penyakit keluarga. Menanyakan kepada pasien atau penanggung jawabnya, apakah di dalam keluarga pasien ada yang pernah atau sedang menderita penyakit menurun atau infeksi.Riwayat pribadi. Menanyakan bagaimana kondisi sosia, ekonomi dan kebiasaan kebiasaan pasien. Asupan gizi pada pasien juga perlu ditanyakan, meliputi jenis makanannya, kuantitas dan kualitasnya. Selain itu, harus ditanyakan juga bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien.1Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Lesi2Melihat ada atau tidak nyeri (atau malah mati rasa di lesinya), dilanjutkan dengan melihat perjalanan lesi dari pertama muncul bagaimana keadaan lesi yang lama apakah semakin parah atau malah menyembuh, lihat juga jenis lesi apakah monomorf atau polimorf, pastikan jenis dari herpes, liat seluruh tubuh untuk menduga apakah herpes zosternya generalisata lebih dari satu flexus saraf supaya bisa segera mengatasi kemungkinan komplikasi

Periksa daerah yang rawan komplikasi

Misalnya dengan adanya lesi di wajah, periksa juga mata sama palpebra mungkin ada komplikasi ulkus kornea dan sebagainya. pastikan belum ada neuralgia pasca herpetic kalau pasiennya orang lanjut usia (