cerpen.doc

10
Nama : Mohammad Lukman Hakim Ibrahim 20121042031146 / PSIK 1 D / 2012 CORETAN TERAKHIR Perut Toni sudah mulai berbunyi keras, toni hanya bisa tertawa sambil memegang perut buncitnya itu. Hari ini dia tidak akan pulang ke rumah, karena uangnya masih belum cukup untuk membeli sebuah kanvas dan cat untuk dia melukis. Toni harus cepat kembali ke jalanan untuk mengamen dan mencari sedikit tambahan uang untuk sekolah adiknya. Saat lampu merah menyala, tanda dia harus melakukan pekerjaannya. Dari satu jendela mobil ke mobil lainnya Toni menyanyi lagu andalannya yaitu Bunda. Toni berharap, saat toni menyanyikan lagu itu sang pengemudi bisa tersadar akan orang tua mereka dan memberikan uang lembaran seribu untuknya, tidak jarang pula pengemudi acuh padanya. Bukan hanya di jalanan saja toni mengais rupiah demi rupiah, warung/pedagang kaki lima pun tidak luput dari matanya apalagi jika sedang ramai pembeli. Toni melihat jam yang sudah jelek di tangannya, jam menunjukkan pukul 23.17 WIB, sudah lebih dari 7 jam toni bergelut dengan asap kendaraan bermotor dan kepulan asap dari warung-warung kecil. Waktunya untuk Toni pulang dan membawa hasil kerja kerasnya hari ini. Toni pulang secepat mungkin, karena malam begitu larut dan toni takut jika ibunya marah dia pulang terlalu malam.

Upload: ririn-agustina

Post on 18-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama : Mohammad Lukman Hakim Ibrahim20121042031146 / PSIK 1 D / 2012

CORETAN TERAKHIRPerut Toni sudah mulai berbunyi keras, toni hanya bisa tertawa sambil memegang perut buncitnya itu. Hari ini dia tidak akan pulang ke rumah, karena uangnya masih belum cukup untuk membeli sebuah kanvas dan cat untuk dia melukis. Toni harus cepat kembali ke jalanan untuk mengamen dan mencari sedikit tambahan uang untuk sekolah adiknya. Saat lampu merah menyala, tanda dia harus melakukan pekerjaannya. Dari satu jendela mobil ke mobil lainnya Toni menyanyi lagu andalannya yaitu Bunda. Toni berharap, saat toni menyanyikan lagu itu sang pengemudi bisa tersadar akan orang tua mereka dan memberikan uang lembaran seribu untuknya, tidak jarang pula pengemudi acuh padanya. Bukan hanya di jalanan saja toni mengais rupiah demi rupiah, warung/pedagang kaki lima pun tidak luput dari matanya apalagi jika sedang ramai pembeli.Toni melihat jam yang sudah jelek di tangannya, jam menunjukkan pukul 23.17 WIB, sudah lebih dari 7 jam toni bergelut dengan asap kendaraan bermotor dan kepulan asap dari warung-warung kecil. Waktunya untuk Toni pulang dan membawa hasil kerja kerasnya hari ini. Toni pulang secepat mungkin, karena malam begitu larut dan toni takut jika ibunya marah dia pulang terlalu malam.

Kenapa baru pulang, nak?? suara ibu dari balik tirai kamarnya.

oh.ibu. . .belum tidur ibu?? Ibu belum tidur nak,,ibu tidak bisa tidur karena kamu belum pulang keluarlah ibu dari kamarnya.

Maaf ibu,,aku baru pulang. Tadi hasil ngamennya masih belum cukup untuk beli kanvas buat toni melukis, dan juga cat Toni sudah habis. Jadinya Toni sedikit kerja keras lagi bu.

Kenapa sich nak,,kamu masih saja melukis. Apa kamu tidak melihat tumpukan lukisan mu itu yang tidak ada gunanya (sambil menunjuk tumpukan lukisan tertutup kain hitam yang tersudut di kamarku). Hanya mempersempit rumah kita aja suara ibu dengan rintih.

Tapi bu,,.

Nak,,kalau kamu terus melukis dan ayah kamu tahu itu..masalahnya akan lebih panjang ibu mulai meneteskan air mata. ibu tau kamu suka sekali dengan melukis, tapi kamu tau sendiri kan nak..Ayah kamu benci sekali dengan orang yang suka melukis

Toni terdiam sejenak dan menghela nafas panjang.

nak..ibu kamu ini telah berbohong ke ayahmu. Ibu bilang kamu sudah tidak lagi melukis dan ibu yang menutup lukisanmu itu dengan kain hitam biar tidak ketahuan ayahmu

Kaki toni mulai bergetar saat dia melihat ibunya yang mulai menangis.nak,hari ini ayahmu pergi ke bantul karena ada rumah yang harus ayahmu kerjakan. Jadi ibu minta tolong, sebelum ayahmu pulang lukisan itu harus sudah hilang dari kamarmu,

tapi bu,,itukan lukisan berharga ku.. pintaku pada ibu.nak,,kamu ingin keluarga kita hancur, kita ini bukan keluarga yang berada nak. Kalau ibu sama ayah bercerai kita mau tinggal dimana,makan apa?. Sedangkan keluarga kita makan dari penghasilan ayahmu, penghasilan ibu habis buat biaya sekolah adikmu. Sedangkan kamu, uangnya kamu gunakan untuk melukis saja.

Toni terdiam tak bergerak, tertunduk lemas. Toni hanya mendengar suara langkah kaki ibunya menuju kamar tidur. Tak berapa lama kemudian, toni beranjak dari tempatnya berdiri dan menuju kamarnya. Toni melihat adiknya yang sedang tidur pulas dalam dekapan selimut yang berlubang dan toni mulai melihat kain hitam yang menutupi lukisannya. Toni mulai gelisah dan bingung. Hingga dia tertidur dalam keadaan menangis.Saat bangun tidur, mata Toni terlihat bengkak dan berwarna merah tanda bahwa toni telah menangis semalam. Uang yang dapatkannya semalam tergeletak berantakan di atas kasur, toni bingung mau berbuat apa karena masih teringat pesan ibunya semalam. Hingga saat Toni bekerja mengamen, masih bingung dan tidak tahu lagi mau berbuat apa.

Keesokan harinya, toni masih diselimuti kegelisahan.Mas toni. . . panggil adik toni yang bernama desi.Ada apa dek.. .?? tanya Toni pada adiknya sambil berjalan menuju dapur,tempat desi memanggilnya.

ayo mas makan dulu,..ibu udah masak tadi. Sambil menyiapkan makanannya

ibu kemana dek..? tanya toni bingung

ibu tadi habis makan pergi mas,,mungkin cari rumput buat si kambing.jawab desi. Oh iya kak,tadi kata ibu. Ayah pulang besok...

apa? toni sangat terkejut kemudian bingung apa yang harus di lakukannya.kenapa cepat sekali Toni mulai panik.

Ayah pulang karena ayah di tipu oleh orang, kalau di bantul ada pekerjaan. Ditipu sama siapa?, tanya Toni. gak tau mas,

Toni berlari menuju kamarnya, berharap ada cara untuk menyembunyikan lukisannya yang banyak tersebut. Hingga beberapa menit kemudian, toni tidak bisa mencari jalan untuk menyembunyikannya, kemudian toni mulai resah dan dan akhirnya menyerah saja. Tidak ada tempat untuk bisa menyembunyikannya, karena rumahnya terlalu sempit untuk menyembunyikan sesuatu.Minggu siang itu begitu panas baginya, toni harus menerima kenyataan jika lukisannya tersebut nanti di buang dan dibakar oleh ayahnya. Begitu kejam dunia ini baginya, toni harus menerima kenyataan untuk mengubur keinginannya menjadi seorang pelukis hebat. Semakin siang suasananya, semakin panas pula pikirannya. Toni masih tidak rela dan sanggup untuk melihat lukisan yang telah dibuatnya dengan penuh keringat dibuang dan dibakar oleh ayahnya. Toni keluar rumah untuk mencari angin segar, sambil mencari jalan lain menyembunyikan lukisannya. Toni berjalan mengikuti langkah kakinya bergerak, tak tahu tujuan langkahnya itu. Sambil membawa sebuah buku gambar dan pensil di tangannya. Langkah kakinya berhenti pada sebuah warung kecil yang sudah tua di makan usia dan sudah tidak di tempati lagi untuk berjualan oleh pemiliknya. Toni duduk di dalam warung itu, melihat jalan raya yang sedang padat oleh pengguna jalan yang berlalu-lalang. Dibuka buku gambarnya itu dan mulai menggoreskan gambar siluet-siluet sinar matahari yang bersinar, goresan demi goresan begitu halus dan rapi tidak meninggalkan kesalahan. Jika ada kesalahan dalam menggoreskannya, Toni menggunakan tangannya untuk menghapus kesalahan tersebut sehingga menimbulkan sebuah kesan yang nyata dan begitu alami. Tangan tersebut masih saja menggoreskan gambar yang dipandangnya, hingga beberapa menit kemudian gambar tersebut telah selesai dan menghasilkan gambar yang sangat menakjubkan.

Setelah menyelesaikan gambarnya, toni memutuskan untuk berjalan lagi. Tidak jauh dari tempat semula, toni menemukan sebuah bengkel yang sudah kotor dan tidak terawat lagi. Toni mulai terpanggil untuk menggoreskan pensilnya di buku gambar, dibukanya buku tersebut dan memulainya kembali. Begitu seterusnya toni menggambar di buku tersebut sampai 5x. Hingga akhirnya toni berhenti di bawah pohon yang teduh sambil melihat jalan raya yang mulai lengang dan sepi dari kendaraan.Di lihatnya buku gambar tersebut, sudah penuh dengan coretannya. Di bolak-balikkannya buku gambar tersebut sambil tercengang dengan kemampuan menggambarnya yang terus berkembang. Toni melihat buku gambarnya tinggal satu lembar yang tersisa masih belum ada coretannya. Toni ingin menjadikan gambar yang terakhir ini sebagai coretan terakhirnya, karena toni telah memutuskan untuk berhenti melukis ataupun menggambar untuk membahagiakan keluarganya dan tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada keluarganya, toni mulai mencari objek yang ingin digambarnya, mencari dan terus mencari sebuah objek yang menarik. Toni kemudian mendapatkan sebuah objek yang ada di seberang jalan yang sangat menantang untuk di gambarnya, ini pertama kalinya toni menggambar seorang manusia. Tangannya sangat bergetar saat di gerakkan untuk menggoreskan pensilnya.

Mencoba dan terus mencoba toni melakukannya, toni tidak akan menyerah. Toni memperhatikan 3 orang tersebut dengan sangat teliti, lama di pandangnya goresan itu perlahan-lahan mulai menampakkan hasilnya. Seorang dengan memakai jaket hitam berambut gondrong, dan 2 orang lagi memakai kaos berambut cepak. Toni mulai lincah dan lancar menggambarnya, kemudian ada sebuah mobil berhenti tepat di depan 3 orang tersebut sehingga menghalanginya untuk menggambar. Beberapa menit toni menunggu lama, mobil tersebut akhirnya pergi dan betapa kagetnya toni melihat seorang yang dilempar dalam keadaan kepala orang tersebut berdarah.Toni akhirnya berlari menuju orang tersebut, dan menolongnya.

Astagfirullah hal adzim pak. .. kenapa ini? tanya toni

nak,tolong bapak ya.bapak habis kerampokan .. ? jawab bapak itu dengan merintih kesakitan memegang kepalanya.

kerampokan. . .jadi orang tadi yang merampok bapak. . .? jawab toni dengan kaget

nanti bapak jelasin nak..tolong bawa bapak ke rumah sakit atau puskesmas?

Segera toni mencari angkot dan membawanya ke rumah sakit, di masukkannya buku gambar tadi ke dalam bajunya. Toni mulai panik dengan keadaan ini, toni sadar jika orang yang di gambarnya tadi adalah perampok bapak tersebut, tapi toni sekarang konsentrasi ke bapak yang terluka ini.Setelah mendapatkan perawatan, bapak tersebut meminta toni untuk memberi kabar keluarganya dan melaporkannya kepada polisi. Toni mulai takut untuk melakukan permintaan bapak tadi. Tidak berapa lama, keluarganya datang dan melihat keadaan salah satu anggota keluarganya yang terkena musibah.

maaf dek. . . . boleh saya tanya? tanya seorang wanita

ada apa mbak. . .?

benar ini toni, yang tadi menelepon saya?.

iya mbak..saya toni.ini mbak tania??

iya saya tania, sebelumnya saya terima kasih ke adik kalau gak ada adik saya tidak tahu bagaimana nasib ayah saya. . .?

sama-sama mbak, tadi saya tidak sengaja ada di sana. Terus bagaimana keadaan bapak?

oh,,beliau lagi istirahat sekarang. . . jawab mbak tania

oh iya mbak,,saya mau ngomong sesuatu yang penting

ada apa emangnya dek?

sebelumnya saya mau minta tolong dulu mbak,,kumpulkan semua keluarga di depan ruang ini.

Mbak tania mulai bingung dengan permintaan toni yang mengumpulkan anggota keluarga yang lain, beberapa menit kemudian anggota keluarganya kumpul. Dan toni pun mengeluarkan buku gambarnya dari dalam baju, semua orang yang melihatnya bingung. Toni akhirnya menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi sore itu. Dengan muka sedikit takut dan gelisah, toni menjelaskannya dengan bibir bergetar sehingga yang mendengarkannya kaget dan tidak percaya.

Keesokan harinya, mbak tania dan toni pergi menuju kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang terjadi kemarin sore. Toni menunjukkan foto pelaku yang tergambar pada buku gambarnya tersebut. 2 hari kemudian, pelaku perampokan tersebut tertangkap, dan polisi memberikan penghargaan khusus bagi toni yang telah memberikan bantuan kepada polisi melalui gambarnya. Polisi juga memberikan penghargaan bagi masyarakat yang berbakat seperti toni, bukan hanya itu saja. Bapak yang menjadi korban merupakan seorang seniman terkenal di jawa timur sehingga toni di angkat menjadi anak angkatnya dan di bina di sanggar seni lukisnya yang terkenal. Sejak saat itu, ayah toni tidak pernah melarang anaknya untuk melukis dan sekarang keluarga toni mulai hidup berkecukupan karena toni menjadi seorang pelukis handal. Dan toni masih mengingat coretan terakhirnya merupakan sebuah jalan Tuhan untuk memecahkan masalahnya.

***