case report tentang anastesi pada pasien karsinoma tiroid
DESCRIPTION
CaseReport tentang anastesi untuk pasien dengan karsinoma tiroidTRANSCRIPT
Laporan Kasus Kelompok
Anestesi Umum Pada Pasien Total Tiroidektomi
Oleh:
Indah Prasetya Putri
Regina Lisa
Rina Andriani
Rona Febriani
Pembimbing :
dr. Sutantri Edi Prabowo, SpAn
dr. Soni, SpAn
dr. Dino Irawan, SpAn
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
1
2013
A. KARSINOMA TIROID
1.Pendahuluan
Nodul tiroid secara klinis dikenal dengan ditemukannya pembesaran kelenjar tiroid,
ditandai dengan adanya pertumbuhan yang berlebihan dan perubahan struktural dan atau
fungsional pada satu atau beberapa bagian di dalam jaringan tiroid normal. Nodul tiroid dapat
bersifat jinak atau ganas.1 Prevalensi karsinoma tiroid adalah 10-30% dari nodul tiroid secara
keseluruhan. Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dan diperkirakan
1% dari seluruh keganasan.2 Berdasarkan data/registrasi patologi di Indonesia, kanker tiroid
menempati urutan ke 9, sedangkan menurut kepustakaan dunia, kanker tiroid merupakan
kanker organ endokrin terbanyak di jumpai.1
Kanker tiroid berasal dari sel-sel folikuler mempunyai tingkat keganasan dengan
range yang luas, mulai dari karsinoma tiroid berdiferensiasi sangat baik, tingkat keganasan
yang rendah dan berprognosis baik sampai pada tingkat yang berdiferensiasi buruk dan
mempunyai prognosis yang sangat buruk. Empat tipe dari kanker tiroid yang merupakan
mayoritas kasus (>90%) adalah karsinoma tiroid papiler (71,4%), karsinoma tiroid folikuler
(16,7%), karsinoma tiroid meduler (1,4%) dan karsinoma anaplastik (8,4).3
Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif
baik. Umumnya tergolong pada slow growing tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan
penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah. Perjalanan klinis
karsinoma tiroid sering sukar diramalkan. Kadang-kadang nodul tiroid baru muncul dalam
beberapa bulan dan timbul mendadak seperti pada karsinoma tiroid anaplastik. Tetapi dapat
pula mengalami nodul tiroid berpuluh tahun dan memberi gejala klinis yang ringan saja
seperti pada karsinoma tiroid papiler.
1.2. Definisi
Karsinoma tiroid adalah suatu pertumbuhan ganas sel-sel kelenjar tiroid.
1.3. Anatomi
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian anterior dan terdiri dari 2 lobus kortikal
yang dihubungkan oleh suatu jaringan yaitu isthmus tiroid.Kadang-kadang ditemukan juga
lobus ketiga yang terdapat pada isthmus ke atas atau di bagian depan laring yang disebut
lobus piramidalis. Lobus-lobus ini dibagi atas septa-septa jaringan ikat fibrous menjadi
2
lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 30-40 folikel. Kelenjar tiroid ini
mengandung banyak pembuluh darah.
Gambar. Anatomi dari kelenjar tiroid4
1.3. Etiologi
Etiologi yang pasti dari karsinoma ini belum diketahui. Dari beberapa penelitian, di-
jumpai beberapa faktor yang berperan dalam patogenesis karsinoma tiroid yaitu genetik dan
lingkungan.Karsinoma papiler dipengaruhi oleh faktor lingkungan (iodine),genetik dan
hormonal serta interaksi diantara ketiga faktor tersebut. Sedangkan pada karsinoma folikular
radiasi merupakan faktor penyebab terjadinya karsinoma ini.
Faktor yang berperan pada karsinoma meduler adalah genetik dan sampai saat ini
belum diketahui karsinogen yang menjadi penyebab berkembangnya karsinoma meduler dan
anaplastik. Diperkirakan karsinoma anaplastik tiroid berasal dari perubahan karsinoma tiroid
berdiferensiasi baik (papiler dan folikular) dengan kemungkinan jenis folikular dua kali lebih
besar
1.4. Klasifikasi
World Health Organization (WHO) membuat klasifikasi keganasan tiroid:5
1. Tumor Malignan Primer
a) Tumor malignan sel folikuler
Karsinoma folikuler
Karsinoma papiler
Karsinoma berdiferensiasi buruk
Karsinoma tidak berdiferensiasi (anaplastik)
3
b) Tumor malignan sel C
Karsinoma medular
c) Tumor malignan campuran sel folikuler dan sel C
d) Tumor epitelial miscalenous
Karsinoma sel skuamous, karsinoma adenoskuamosa, karsinoma musi-
nosa
Neoplasma trabekular hialin
Neoplasma yang berhubungan dengan poliposis adenomatous intestinal
familial
Karsinoma mukoepidermoid
teratoma
e) Tumor non epithelial malignan
Limfoma malignan
sarkoma
2. Tumor sekunder
a) Melanoma metastasis
b) Karsinoma sel renal metastasis
c) Karsinoma mammae metastasis
d) Karsinoma pulmonary metastasis
Berdasarkan histopatologi mayor, karsinoma tiroid dibagi dalam 4 subtipe yang
merupakan mayoritas kasus:6,7
1. Karsinoma tiroid papiler
2. Karsinoma tiroid folikuler
3. Karsinoma tiroid meduler
4. Karsinoma tiroid anaplastik
1.5. Patofisiologi
Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita dengan ada
sarang ganas dilobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar
limfe regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma
follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher, tetapi kurang
sering dan kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya secara hematogen.
Adenokarsinoma meduller berasal dari sel C sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel
4
APUD). Pada tahap dini terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma
anaplastik yang jarang ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh cepat
dan mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama trakea sehingga terjadi
stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi penyebaran hematogen.
Dan penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea,
faring, esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah dan kulit.
Sedangkan metastasis hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati.
1.6. Gambaran Klinis
Kebanyakan penderita datang disebabkan oleh karena pembesaran tiroid atau di-
jumpainya nodul atau beberapa nodul. Untuk alasan yang tidak diketahui, kebanyakan pen-
derita adalah perempuan. Usia tidaklah begitu penting oleh karena lesi-lesi malignan dapat
ditemukan pada usia yang sangat muda hingga yang sangat tua. Meskipun demikian, hal yang
penting diketahui adalah telah berapa lama kelainan tersebut dijumpai dan apakah pertum-
buhannya lambat, cepat atau timbul secara tiba-tiba. Informasi ini merupakan diagnostik yang
signifikan karena nodul atau massa multipel yang tumbuh perlahan sedikit sekali yang men-
jadi malignan dibandingkan dengan pembesaran nodul soliter yang berkembang dengan
cepat. Ukuran yang bertambah dengan tiba-tiba dapat diduga sebagai hemorrhage.
Biasanya nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri, apabiladitemukan nyeri diagnosis
banding yang harus dipertimbangkan adalah tiroiditis akut, kista dengan acute hemorrhage,
tiroiditis subakut atau De Quervain, infark tumor sel Hűrtle (jarang) dan tiroiditis Hashimoto.
Sebagian besar keganasan pada tiroid tidak memberikan gejala yang berat, kecuali jenis
anaplastik yang sangat cepat membesar bahkan dalam hitungan minggu. Pada pasien dengan
nodul tiroid yang besar, kadang disertai dengan adanya gejala penekanan pada oesofagus dan
trakea
1.7. Penatalaksanaan
Secara umum penanganan nodul tiroid meliputi : observasi, operasi, radiasi eksterna,
radiasi interna dan hormonal (supresi) terapi.
a.Tindakan operasi dan observasi
Menurut protokol PERABOI 2003, pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk
menentukan apakah nodul tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna. Bila nodul
suspek maligna dibedakan apakah operable atau inoperable. Jika nodul inoperable dilakukan
5
biopsi insisi untuk pemeriksaan histopatologi secara blok paraffin, setelah ada diagnosis
histopatologi selanjutnya diberikan rediasi eksterna.3
Bila nodul suspek maligna dan operable dilakukan tindakan isthmulobektomi dengan
pemeriksaan potong beku.
Hasil yang didapat :
1. Lesi ganas, maka dilakukan tiroidektomi total kecuali pada karsinoma papiler resiko
rendah (sesuai criteria AMES) dilakukan isthmulobektomi saja namun bila penderita
tidak memungkinkan control rutin dianjurkan untuk total tiroidektomi
2. Anaplastik, jika memungkinkan dilakukan tiroidektomi total bila tidak, cukup debulk-
ing dilanjutkan dengan radiasi eksterna
3. Lesi jinak, operasi selesai dilanjutkan observasi
4. Lesi folikuler, operasi selesai dilanjutkan observasi, jika hasil histopatologi pasca op-
erasi lesi ganas, dilakukan operasi completion total thyroidectomy
Tindakan isthmulobektomi ini dianjurkan dengan pertimbangan jika nantinya
penderita menolak operasi kembali, tindakan tersebut dianggap sudah cukup. Nodul yang
secara klinis suspek benigna dilakukan FNAB bila hasilnya suspek maligna, foliculare
pattern dan hurthle cell dilakukan isthmulobektomi dan potong beku, jika hasilnya ganas
dilakukan total tiroidektomi jika jinak istmulobektomi saja. Nodul yang secara klinis benigna
dan hasil FNAB benigna dengan diameter kurang dari 2 cm dilakukan observasi.3
6
STATUS PASIEN
BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU
Identitas Pasien:
Nama Pasien : Tn. I
Nomor RM : 80 96 20
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Merbau - Karimun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Status : Menikah
Tanggal MRS : 02 Juni 2013
Tanggal Operasi : 03 Juni 2013
ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan pada leher sebelah kiri sejak 4 tahun sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat penyakit sekarang:
4 tahun SMRS, pasien mengeluhkan muncul benjolan pada leher sebelah kiri,
awalnya benjolan berukuran sebesar kelerang, konsistensi lunak, tidak dapat
digerakkan sewarna kulit, tidak nyeri dan tidak pernah pecah.
5 bulan SMRS pasien mengeluh benjolan dirasa semakin membesar, menjadi
seukuran bola kasti, batas tegas, konsistensi padat, sewarna kulit dan tidak dirasakan
nyeri, keluhan berdebar- debar dirasakan terkadang, demam (-),riwayat batuk lama(-).
7
Riwayat penyakit dahulu
Pasien baru pertama kali menerita penyakit seperti ini
Riwayat batuk lama dan sesak nafas (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riawayat diabetes (-)
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Operasi sebelumnya
Pasien belum pernah operasi sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes melitus (-), asma bronkial (-), hipertensi (-).
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Vital Sign : Tekanan darah : 160/100 mmhg
Nadi : 87 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,70C
Berat Badan : 66 Kg
Tinggi Badan : 167 cm
Pemeriksaan Kepala dan Leher :
Mata : Edem palpebra (-),konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-),
eksofthalmus (+).
Mulut : Gigi palsu (-), gigi goyang (-), gigi ompong (-), sianosis (-)
Mandibula : Fraktur(-), gerakan sendi temporo mandibularis tidak terbatas
Leher : Status Lokalis
Pemeriksaan Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal, jejas (-)
8
Pemeriksaan Abdomen : Dalam batas normal
Pemeriksaan Ekstremitas : TAK
Pemeriksaan Kelenjer Limfe : TAK
Pemeriksaan Genitourinarius : TAK
Status lokalis
Leher :
Inspeksi : tampak masa seukuran bola kasti pada triangle anterior regio coli
sinistra, sewarna kulit (+).
Palpasi : konsistensi padat, terfiksir, berjumlah 1 buah, nodul (-), nyeri tekan (-),
Pembesaran KGB (-).
Pemeriksaan Penunjang:
Darah Rutin (30 Juni 2013)
Leukosit : 5700/Ul
Hb : 9,9 mg/dl
Ht : 11,3%
Rontgen
Rontgen thorak: kesan cor pulmo dalam batas normal.
Diagnosis Kerja : Susp. Ca tyroid
Anestesi : General Anestesi – teknik ETT
Status ASA : ASA II
Penatalaksanaan : Total tiroidektomi
Persiapan operasi
- Pasien dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi
- Pasien telah mengganti baju operasi
- Pasien tidak menggunakan perhiasaan maupun gigi palsu
- Akses intravena (18G) sudah terpasang dan infus mengalir dengan lancar
Persiapan Alat dan Obat Anestesi Umum
9
Mempersiapkan mesin anestesi, sirkuit anestesi, face mask, monitor, tensimeter,
saturasi serta mengecek tabung O2, N2O, sevoflurane, dan isoflurane
Mempersiapkan stetoskop, laringoskop (lampu menyala dan terang), ETT jenis non
kinking ukuran6 ; 6,5; dan 7, orofaring tube ukuran 8 cm, dan suction.
Mempersiapkan propofol 100 mg, fentanil 100 ug, notrixum 30 mg dan ketorolac 60
mg.
Premedikasi
Preoksigenasi dengan oksigen 8 l/menit selama 3 menit, masukkan miloz 2,5 mg.
Induksi Anestesi
- Akses IV: Masukkan Propofol 100 mg, lalu fentanil 100 ug, kemudian cek refleks
bulu mata, jika telah (-) pasang face mask dan mulai ambu O2 3 L/menit, N2O 3
L/menit dan isofluran 2 vol % (sambil tetap memompa sampai airway bagus)
notrixum 30 mg setelah obat mulai bekerja + 3 menit, perhatikan pergerakan dada
naik dan simetris segera lakukan intubasi
- Intubasi : Lepas face mask, pegang laringoskop dengan tangan kiri, masukkan
laringoskop dari sisi mulut bagian kanan geser ke kiri (dapat meminta bantu pada
asisten untuk membuka mulut pasien dan melakukan chin lift), tangan kanan
melakukan head tilt, telusuri lidah pasien sampai pangkal lidah, terlihat epiglotis, di
belakang epiglotis tampak plica vokalis, lalu segera masukkan ETT no 7 sampai batas
garis hitam pada ETT.
- Sambungkan ujung ETT dengan selang mesin anestesi, pompa balon, pastikan ETT
sudah masuk ke trakea, dengan memeriksa suara nafas pada lapangan paru kanan
sama dengan lapangan paru kiri, lalu isi balon ETT dengan 15 cc udara, fiksasi ETT
dengan plester/tape, pasang guedel no 8, ambu O2 3 L/menit, isoflurane 2 vol% dan
N2O 3 L/menit.
Maintenance
Inhalasi: O2 3 L/menit, isoflurane 2 vol% dan N2O 3 L/menit,
Adona
Asam Traneksamat
Infus RL 1500 ml
Dexamethasone 1 amp
10
Ekstubasi
- Memastikan pasien telah bernapas spontan
- Melakukan suction slem pada airway pasien
- Menutup isoflurane dan N2O, tinggikan O2 sampai ± 8 L/menit
- Mengempiskan balon, pastikan bahwa pasien sudah bangun (biasanya pasien akan
mulai batuk-batuk). Melepaskan plester/tape. Cari waktu yang tepat dan segera
cabut ETT. Segera pasang face mask dan pastikan airway nya lancar dengan triple
manuver. Setelah pasien benar-benar bangun, pasien dipindahkan ke RR, cabut
quedel.
Recovery
- Ketorolac 30 mg bolus IV
- Ketorolac 30 mg drip dalam 500 ml RL, 20 gtt/i
Instruksi Post OP di RR
- Awasi tekanan darah, nadi, nafas dan saturasi
- Oksigenasi dengan O2 2 L/menit
Instruksi Post OP di Ruangan
- Awasi vital sign
- Oksigenasi dengan O2 2 L/menit hingga 2 jam post operasi
- Puasa hingga bising usus (+) normal
- Analgetik post op
- Cairan rumatan RL 20 gtt/i
11
PEMBAHASAN
Pada pasien ini dimasukkan ke dalam ASA II (pasien dengan kelainan sistemik ringan
– sedang yang tidak berhubungan dengan pembedahan dan pasien masih dapat melakukan
aktivitas sehari-hari).7
Prognosis pada pasien ini baik karena mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Dari hasil follow up keadaan umum yang membaik, tanda-tanda vital baik, tidak didapat
tanda-tanda infeksi sehingga pasin dapat dipulangkan untuk dirawat lebih lanjut di rumah.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Wibawa TM. Panduan penatalaksanaan kanker solid Peraboi 2010. Jakarta: Sagung
Seto.2010:53-57
2. Gheriani H. Update on epidemiology classification and management of thyroid can-
cer. Libyan J Med. 2006;1(1): 83-95
3. Suyatno dan Pasaribu ET. Bedah Onkologi : Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung
Seto.2009:1-31
4. Family practice [homepage on internet]. Available from : www.notebook.com
5. Hedinger. Histological typing of thyroid tumours. WHO. 1993
6. Kumar.V,Cotrian.R.S,Robbins.S.L. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. EGC. Jakarta. 2007:803-
840
7. SaidA,KartiniA,Ruswan M. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2009.
13