case report port folio ca mammae
TRANSCRIPT
BAB I
KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. J
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pacitan
Bangsal : Mawar
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di payudara kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan 53 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan
terdapat benjolan pada payudara kiri sejak 6 bulan yang lalu.
Awalnya benjolan yang timbul sebesar telur puyuh tidak nyeri serta
dapat digerakkan. Pasien belum pernah berobat untuk penyakitnya ini.
Semakin lama benjolan pada payudara semakin membesar kira – kira
seukuran dengan bola tenis terasa nyeri, mengeras dan susah
digerakkan, kulit diatas benjolan berwarna kemerahan dan lebih
mengkilat dari warna kulit sekitarnya, pada beberapa bagian ada yang
berwarna kehitaman, dan bengkak disertai badan lemas. Rasa nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Dari puting payudara keluar cairan.
Benjolan pada payudara ini dirasakan pasien sangat mengganggu dan
nyeri sekali. Benjolan juga terdapat pada ketiak kiri pasien namun
tidak nyeri. Pasien merasa nafsu makan dan berat badan menurun.
Pasien tidak mengeluh sering batuk-batuk, pasien tidak mengeluhkan
badannya panas dan tidak ada keluhan pada payudara kanan.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit dengan gejala sama: disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat menarche : (+) usia 15 tahun, menstruasi
teratur, tidak ada gangguan saat menstruasi
Riwayat KB : (+) KB pil dan suntik
Riwayat melahirkan : (+) terakhir 18 tahun yang lalu
Riwayat menyusui : (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama: disangkal
Riwayat hipertensi keluarga : disangkal
Riwayat diabetes mellitus keluarga : disangkal
Riwayat keganasan dalam keluarga : disangkal
III.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: baik
2. Kesadaran: compos mentis
3. Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36 oC
4. Kepala dan leher
Kepala: mesocephal, deformitas (-), rambut (+) hitam lebat
Mata: conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, strabismus -/-
Hidung: hidung simetris (+), sekret hidung -/-
Telinga: telinga simetris (+), sekret telinga -/-
Mulut: bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-)
2
Leher: pembesaran limfonodi leher (-), tekanan vena jugularis tidak
meningkat
5. Thorax
Inspeksi: simetris, retraksi dada (-), ketinggalan gerak (-), iktus cordis
tidak tampak
Palpasi: vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan ronkhi -/-,
wheezing -/-, suara jantung S1 dan S2 reguler, bising (-), gallop (-)
6. Abdomen
Inspeksi: distensi abdomen (-), massa (-)
Auskultasi : peristaltik (+) N
Palpasi: supel, distensi (-), hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
massa (-)
Perkusi: timpani (+), kembung (-), pekak alih (-), nyeri ketok ginjal (-)
7. Ekstremitas
akral hangat (+), edema ekstremitas (-), nadi teraba kuat dan teratur
8. Status Lokalis Regio Mammae
Inspeksi: payudara asimetri, payudara kiri lebih besar daripada
payudara kanan, tampak adanya benjolan di kuadran kanan atas dan
bawah, perubahan warna (+) kehitaman, kemerahan (+), erosi (-),
ulserasi (-) edema (-), peau d’ orange (+), retraksi puting (+), cairan
puting (+).
Palpasi: teraba massa di payudara kiri kuadran kanan atas dan bawah,
konsistensi padat keras, batas irreguler, immobile, multiple, Ø + 8 cm,
permukaan tidak licin, bernodul, nyeri tekan (+), pembesaran
limfonodi (+) di axilla sinistra.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3
Pasien dirujuk ke RSUP Sardjito Yogyakarta untuk dilakukan mammography
dan USG mammae. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari Sardjito diperoleh
hasil biopsi dan keterangan tindakan yang akan dilakukan.
Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (Biopsi tumor mammae sinistra):
Makroskopis: ukuran 7cmx7,4 cm, warna putih kekuningan, kenyal, cetak 1
coupe.
Mikroskopis: berupa massa tumor ganas epithelial duktus yang telah
menginfiltrasi jaringan stroma.
Kesimpulan: Invasive Ductal Carcinoma Mammae Sinistra.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis pre-operatif: Tumor mammae sinistra curiga ganas.
Diagnosis post-operatif (post biopsi): Invasive Ductal Carcinoma Mammae
Sinistra (Stadium III B/ T4b N2 M0)
VI. RENCANA TERAPI
Pro Modified radical mastectomy
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Untuk dapat mengenal perjalanan penyakit kanker payudara dengan
baik dan memahami dasar-dasar tindakan operasi pada kanker payudara maka
sangat penting mengetahui anatomi payudara itu sendiri7.
Payudara terletak pada hemithorak kanan dan kiri dengan batas
sebagai berikut6,7,9 :
1. Batas payudara yang tampak dari luar :
- Superior : costa II atau III
- Inferior : costa VI atau VII
- Medial : tepi sternum
- Lateral : linea aksilaris anterior
2. Batas payudara yang sesungguhnya :
- Superior : hampir sampai ke klavikula
- Medial : garis tengah
- Lateral : m. latissimus dorsi
Struktur Payudara
Struktur payudara terdiri dari :
- Parenkim epithelial
- Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
- Otot dan fascia
Parenkim epithelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus, yang
masing-masing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya,
dan bermuara pada masing-masing puting susu. Tiap lobus dibentuk oleh
lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 asini grup. Lobulus-
lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mamma7.
Payudara dibungkus oleh fascia pectoralis superfisialis dimana
permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh Ligamentum Copper yang
berfungsi sebagai penyangga7.
5
Vaskularisasi Payudara
1. Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari :
a. Cabang-cabang perforantes a. mamaria interna. Cabang–cabang I, II,
III, dan IV dari a. mamaria interna menembus dinding dekat pinggir
sternum pada intercostal yang sesuai, menembus m. pectoralis mayor
dan memberi perdarahan tepi medial glandula mamaria.
b. Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun
diantara m. pectoralis minor dan m. pectoralis mayor. Pembuluh ini
merupakan pembuluh utama m. pectoralis mayor. Setelah menembus
m. pectoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma
bagian dalam (deep surface).
c. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna). Pembuluh darah ini
jalan turun menyusuri tepi lateral m. pectoralis mayor untuk mendarahi
bagian lateral payudara.
d. A. thorakalis dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a.
skapularis. Arteri ini mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus
magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada
glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan
radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini
sangat sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “the bloody
angle“.
2. Vena
Pada daerah payudara terdapat 3 grup vena :
a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna. Vena ini merupakan
vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Bermuara pada v.
mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. innominata.
b. Cabang-cabang v. aksilaris terdiri dari v. thorako-akromialis, v.
thorakalis lateralis dan v. thorako-dorsalis.
6
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. intercostalis. Vena
intercostalis bermuara pada v. vertebralis, kemudian v. azigos (melalui
vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru-paru)
System Limfatik Payudara
a. Pembuluh getah bening
1. Pembuluh getah bening aksila : mengalirkan dari daerah sekitar areola
mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara.
2. Pembuluh getah bening mammaria interna : mengalirkan dari bagian
dalam dan medial payudara. Berjalan diatas fascia pectoralis lalu
menembusnya masuk ke dalam m. pectoralis mayor. Berjalan ke
medial bersama-sama dengan system perforantes menembus m.
intercostalis, dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mamamria
interna, mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Sebagian akan bermuara pada v. cava, sebagian ke ductus thoracicus
(sisi kiri) dan ductus limfatikus dekstra (sisi kanan ).
3. Pembuluh getah bening didaerah tepi medial kwadran medial bawah
payudara. Berjalan bersama dengan vasa epigastrika superior,
menembus fascia rectus dan masuk ke rectus abdominis. Saluran ini
bermuara ke dalam kelenjar getah bening preperikardial anterior yang
terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiforme. Kelenjar
ini juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum
falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe
mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
b. Kelenjar-kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening aksila, terdapat delapan grup dalam kelompok ini :
1. Kelenjar betah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi
lateral m. pektoralis mayor sepanjang tepi medial aksila.
2. Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa subskapularis
dan thorako-dorsalis, mulai percabangan v. aksilaris menjadi v.
subskapularis, sampai ke tempat masuknya thorako-dorsalis masuk
kedalam latissimus dorsi.
7
3. Kelenjar getah bening sentral (Central Nodes), terletak di dalam
jaringan lemak di pusat ketiak, merupakan kelenjar aksila yang
terbesar dan terbanyak jumlahnya.
4. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s Nodes), terletak diantara
m. pektoralis mayor dan minor sepanjang rami pektoralis v. thorako-
akromialis. Jumlahnya satu atau empat.
5. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris
bagian lateral.
6. Kelenjar getah bening subklavikula, terletak sepanjang v. aksilaris,
mulai dari sedikit medial percabangan v. aksilaris-v. thorako
akromialis sampai dimana v. aksilaris menghilang di bawah tendo m.
subklavius.
7. Kelenjar getah bening prepektoralis, merupakan kelenjar tunggal yang
kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan payudara
kuadran lateral atas. Disebut prepektoralis karena terletak di atas fascia
pektoralis.
8. Kelenjar getah bening mammaria interna, tersebar di sepanjang
trunkus limfatikus mamaria interna, kira-kira 3 cm dari sternum.
Terletak di dalam lemak diatas fascia endothoracika pada sela iga.
Diperkirakan jumlahnya sekitar 6-8 buah.
B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi kanker payudara pada dekade terakhir ini memperlihatkan
kecenderungan meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan semakin baiknya
edukasi dan teknologi yang mempunyai dampak luas dalam penemuan
penyakit, semakin tingginya keadaan status sosial ekonomi yang mempunyai
dampak pula terhadap perubahan pola hidup (life style)7.
Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah
karsinoma serviks uterus. Di Amerika serikat karsinoma payudara merupakan
28 % kanker pada kulit putih dan 25 % pada wanita kulit hitam4,6.
8
Tahun 1983 insidensinya di AS 92 kasus baru/100.000 penduduk
wanita dengan mortalitas 27/100.000 yaitu ± 18 % dari angka kematian
wanita. Di Indonesia insidensinya belum ada datanya, namun suatu data
Pathological Base Registration mencatat bahwa kanker payudara mencatat
tempat kedua ± 15,8 % dari sepuluh kanker terbanyak. Diperkirakan pula
insidensi kanker payudara ini di Indonesia semakin meningkat di masa yang
akan datang7.
Kurva insidensi bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini
jarang sekali ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi
terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidensi karsinoma mamae pada laki-laki
hanya 1 % dari kejadian perempuan6.
Pada wanita yang memiliki ibu atau saudara kandung yang menderita
kanker payudara kemungkinan 2-3x akan menderita hal yang sama, apalagi
bila ibu atau saudara kandung tersebut menderita kanker bilateral atau
pramenapouse. Wanita yang pernah ditangani kanker payudaranya, memang
mempunyai resiko tinggi menderita karsinoma di payudara lain6.
Distribusi menurut lokasi tumor
Berdasarkan penelitian (Haagensen) kanker payudara lebih sering
terjadi di kuadran lateral atas, kemudian sentral (subareolar). Payudara kiri
lebih sering terkena bila dibandingkan dengan sebelah kanan4,7.
Distribusi menurut umur
Berdasarkan umur lebih sering ditemukan pada umur 40-49 tahun
(dekadeV) yaitu 30,35 % untuk kasus-kasus di Indonesia; di Jepang pun
demikian menurut penelitian dari Goi Sakamoto, 1981 yaitu 40,6 %
ditemukan pada usia 40-49 tahun (dekade V)7.
C. ETIOLOGI
Faktor etiologi sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun
penyebab itu sangat multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain,
antara lain6,7,8:
9
1. Konstitusi genetika, ini berdasarkan: adanya kecenderungan pada keluarga
tertentu lebih banyak menderita dibanding dengan keluarga yang lain,
adanya distribusi predileksi antar bangsa atau suku bangsa, pada kembar
monozygote untuk mendapat kanker yang sama, terdapat persamaan
lateralitas kanker buah dada pada keluarga dekat dari penderita kanker buah
dada, seorang dengan klinefelter akan mendapat kemungkinan 66 x pria
normal.
2. Pengaruh hormon, ini berdasarkan bahwa : kanker payudara umumnya pada
wanita pada laki-laki kemungkinan sangat rendah, pada usia > 35 tahun
insidens jauh lebih tinggi, dengan pengobatan hormonal banyak
memberikan hasil pada pengobatan lebih lanjut. Pertumbuhan kanker
payudara dipengaruhi oleh keseimbangan hormon, hal ini ini dibuktikan
pada hewan coba dan pada mereka yang menderita kanker payudara.
Perubahan pertumbuhan tampak setelah penambahan atau pengurangan
hormon yang merangsang atau menghambat pertumbuhan karsinoma
mamae.
3. Virogen, pada air susu ibu terdapat (partikel) virus yang sama dengan yang
terdapat pada air susu tikus yang menderita karsinoma mamae. Penjelasan
dan pembuktian lebih lanjut pada manusia belum terbukti.
4. Makanan/diit, terutama makanan yang mengandung lemak, terdapat 2000
karsinogen dalam lingkungan hdup kita. Diet makanan berserat akan
memberikan mekanisme kerja menurunkan sirkulasi hormon estradiol yang
dapat mencegah terjadinya kanker payudara3. Tetapi sampai sekarang tidak
terbukti bahwa diit yang berlebihan dapat memperbesar atau memperkecil
resiko terjadi kanker payudara.
5. Radiasi daerah dada, radiasi dapat menyebabkan mutagen.
D. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara, yaitu 1,4,6,7,8:
1. Umur > 30 tahun
10
2. Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun
3. Tidak kawin atau nulipara
4. Usia menarche < 12 tahun
5. Usia menapause > 55 tahun
6. Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak
payudara
7. Terapi hormonal yang lama
8. Mempunyai kanker payudara kontralateral
9. Pernah mengalami operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
10. Pernah mengalami radiasi di daerah dada
11. Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara
perempuan ibu, saudara perempuan kakak/adik
12. Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan
fibrokistik yang ganas.
E. MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan/massa di payudara,
rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling,
kemerahan, ulserasi, peau d’orange), pembesaran kelenjar getah bening atau
tanda manifestasi jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas
sebelum dibuktikan7.
Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor
jinak, tetapi kadang dapat diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan
sekitarnya. Bila tumor telah besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan
ganas biasanya keras. Pengeluran cairan dari puting biasanya mengarah ke
papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan adanya nyeri lebih mengarah
ke kelainan fibrokistik6.
Dalam anamnesis perlu ditanyakan lengkap selain mengenai keluhan
utama juga tentang perjalanan penyakit, keluhan tambahan, faktor risiko
tinggi, perubahan ukuran tumor, pengaruh siklus haid terhadap keluhan, dan
11
tanda-tanda umum keganasan yang berhubungan dengan berat badan dan
nafsu makan 6,7.
Tabel 1 : Tanda dan gejala yang mendorong penderita karsinoma mamae
datang ke dokter 6
Benjolan mamae yang tidak nyeri 66 %
Benjolan yang nyeri 10 %
Pengeluaran cairan dari putting 10 %
Perubahan mamae seperti retraksi atau oedem setempat 10 %
Tabel 2 : Gejala dan tanda penyakit payudara 6
Nyeri
- Berubah dengan daur menstruasi
- Tidak berubah dengan daur
Menstruasi
- Penyebab fisiologis seperti pada
tegangan pramenstruasi atau
penyakit fibrokistik
- Tumor jinak, ganas atau infeksi
Benjolan di payudara
- Keras
- Kenyal
- Lunak
- Permukaan licin pada
fibroadenoma atau kista
- Permukaan kasar, berbenjol
atau melekat pada kanker atau
inflamasi non-infektif
- Kelainan fibrokistik
- Lipoma
Perubahan warna kulit
- Bercawak
- Benjolan kelihatan
- Kulit jeruk
- Sangat mencurigakan karsinoma
- Kista, karsinoma, fibroadenoma
besar
- Di atas benjolan : kanker (tanda
khas)
12
- Tukak
- Kanker lama (terutama orang
tua)
Kelainan puting/areola
- Retraksi
- Inversi baru
- Eksema
Keluarnya cairan
- Seperti susu
- Jernih
- Hijau
- Hemoragik
- Fibrosis kadang kanker
- Retraksi fibrosis karena kanker
atau pelebaran duktus
- Unilateral : penyakit paget
(tanda khas kanker)
- Kehamilan atau laktasi
- Normal
- (peri) menopouse
- Pelebaran duktus
- Kelainan fibrokistik
- Karsinoma
- Papiloma intraduktus
F. PEMERIKSAAN FISIK
Karena organ payudara di pengaruhi oleh faktor hormonal antara lain
estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan
disaat pengaruh hormonal seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih
kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi7,8.
Tehnik pemeriksaan adalah sebagai berikut penderita diperiksa dengan
badan bagian atas terbuka2,4,7,8,9 :
1. Posisi tegak (duduk), penderita duduk dengan tangan bebas ke samping,
pemeriksa berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi.
Pada inspeksi dilihat simetris payudara kanan-kiri; kelainan papilla; letak
dan bentuknya; adakah retraksi puting susu, kelainan kulit; tanda-tanda
radang; peau d’orange, dimpling; ulserasi, dan lain-lain. Lakukan juga
dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat apakah ada
13
bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian
yang tertinggal, dimpling, dan lainnya.
2. Posisi berbaring, penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh
tersebar rata diatas lapangan dada; jika perlu bahu/punggung di ganjal
dengan bantal kecil pada penderita dengan payudara besar. Palpasi ini
dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari I,
III, IV dan dikerjakan secara sistematis mulai dari cranial setinggi iga ke-
2, sampai ke distal setinggi iga ke-6 dan jangan dilupakan pemeriksaan
daerah subareolar dan papil. Dapat juga sistematis dari tepi ke sentral
(sentralfugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan
kalau ada cairan yang keluar dengan menekan daerah sekitar papil.
Dengan pemeriksaan rabaan yang halus akan lebih teliti daripada dengan
rabaan tekanan yang keras. Rabaan halus akan dapat membedakan
kepadatan massa payudara. Tumor adalah kepadatan massa dalam
payudara yang berbentuk dan mempunyai ukuran tiga dimensi.
3. Pemeriksaan KGB regional
a. Aksila, sebaiknya dalam posisi duduk, karena dalam posisi ini fossa
aksila jatuh kebawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih
banyak dapat dicapai. Pemeriksaan aksila kanan, tangan kanan
penderita diletakkan/jatuhkan lemas ditangan kanan/bahu pemeriksa
dan aksila diperiksa dengan kanan kiri pemeriksa.
Yang ditentukan kelompok kelenjar :
Mamaria eksterna di anterior, dibawah tepi otot pektoralis
Subskapularis di posterior aksila
Sentral di pusat aksila
Apical di ujung atas fascia aksilaris
b. Supra dan infraklavikuler serta leher utama, bagian bawah dipalpasi
dengan cermat dan teliti.
4. Menetapkan keadaan tumor, yaitu lokasi tumor berdasarkan kuadrannya;
ukuran; konsistensinya; batas tegas/tidak; dan mobilitas terhadap kulit,
otot pektoralis, atau dinding dada.
14
5. Organ lain diperiksa untuk melihat adanya metastase yaitu hepar, lien,
tulang belakang, dan paru. Manifestasi jauh dapat bergejala :
Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, parases, paralysis
Paru : efusi, sesak napas
Hati : kadang tanpa gejala, massa ikterus obstruksi
Tulang : nyeri, patah tulang
Kanker payudara lanjut sangat mudah untuk dikenali dengan
mengetahui kriteria inoperabilitas Haagensen yaitu 7 :
1. Terdapat edema luas pada kulit payudara ( > 1/3 luas kulit payudara )
2. Adanya nodul satelitbpada kulit payudara
3. Kanker payudara jenis mastistis karsinomatosa
4. Terdapatnya nodul parasternal
5. Adanya edema lengan
6. Adanya metastase jauh
7. Terdapatnya dua dari tanda-tanda locally advanced
Ulserasi kulit
Kulit terfiksir pada dinding thorak
Kelenjar getah bening aksila diameternya > 2,5 cm
Kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
Ada beberapa jenis tumor payudara. Jenis yang paling sering terjadi adalah2 :
1. Karsinoma duktus
Ini adalah tumor payudara yang paling sering terjadi. Bermula terjadi
dalam jaringan duktus.
2. Karsinoma lobus
Tumor ini timbul dari lobus.
3. Tumor payudara metastatik
Apabila tumor payudara merebak di luar payudara, sel-sel tumor sering
dijumpai dalam nodus limfa di bawah lengan (nodus limfa aksila). Kalau
tumor telah sampai ke nodus ini, ini berarti bahwa sel-sel tumor telah
merebak ke bagian badan yang lain, nodus limfa dan organ-organ lain
15
seperti tulang, hati atau paru-paru. Apabila tumor payudara merebak
disebut tumor payudara metastatik.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) payudara,
mammografi, dan aspirasi jarum halus (FNAB) untuk menunjang diagnosis.
Untuk menentukan metastase dapat dilakukan foto thoraks, bone survey, USG
abdomen/hepar4,7.
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan
kistik. Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang
mempunyai jaringan lemak dominan serta jaringan fibrogranular yang relatif
lebih sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda
primer dan sekunder7.
Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya
perbedaan nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikrokalsifikasi,
adanya spikulae, dan adanya distorsi pada struktur arsitektur payudara7.
Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, perubahan posisi papila dan aerola, adanya bridge of tumor,
keadaan daerah tumor dan jaringan fibrogranular tidak teratur, infiltrasi dalam
jaringan lunak di belakang mamma, dan adanya metastase ke kelenjar
(gambaran ini tidak khas)7,8.
Mammografi dapat mendeteksi tumor yang secara palpasi tidak teraba;
jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening, hanya saja untuk mass
screening cara ini adalah cara yang mahal dan untuk itu dianjurkan digunakan
secara selektif saja misalnya pada wanita dengan faktor resiko. Ketepatan 83-
95%, tergantung dari teknisi dan ahli radiologinya8. Pemeriksaan gabungan
USG dan mammografi memberikan ketepatan dignostik yang lebih tinggi7.
H. DIAGNOSIS
16
Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis
yang dilakukan dengan 2,7,8 :
1. Biopsy eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit
jaringan sehat disekitarnya bila tumor < 5 cm. Ini untuk kasus yang
diperkirakan masih operable/stadium dini.
2. Biopsy insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit
jaringan sehat, dilakukan untuk tumor inoperable/lanjut atau > 5 cm.
Cara lain yaitu dengan FNAB, suatu pemeriksaan sitopatologi. Cara ini
memerlukan keahlian khusus dalam pembacaan dan ketepatan di dalam
mengambil aspiratnya. Ketepatannya hasil FNAB cukup tinggi di tangan ahli
sitopatologi dan tepat cara pengambilannya.
Klasifikasi TNM kanker payudara (AJCC 1992)
Tx : Tumor primer tidak dapat ditemukan
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis - Kanker in situ
- Kanker intraduktal atau lobular in situ
- Penyakit paget pada papilla tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
T1a : tumor < 0,5 cm
T1b : tumor 0,5-1 cm
T1c : tumor 1-2 cm
T2 : Tumor 2-5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : Berapapun ukuran tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada
atau kulit. Dinding dada termasuk costa, intercostalis, otot seratus anterior.
Tidak termasuk otot pektoralis.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema, peau d‘orange, nodul atau satelit pada daerah payudara yang
sama
T4c : T4a dan T4b
17
T4d : Karsinoma inflamatoir = mastitis karsinomatosis
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
No : Tidak teraba kelenjar aksila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat
N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama
lain atau melekat pada jaringan sekitarnya
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
Mo : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk ke kelenjar supraklavikula
Stadium Klinis4,6,7,8
Berdasarkan stadium ini dapat ditentukan kebijakan dalam pengobatan
payudara
Stadium I T1a No N1a Mo Tumor dengan
diameter < 2 cm, tak
terfiksir pada kulit
atau pectoral tanpa
diduga ada
metastases aksila
Stadium
II
To T1a T1b
T2a T2b
T2a T2b
N1b
No N1a
N1b
Mo
Mo
Tumor dengan
diameter < 2 cm
dengan metastase
aksila. Tumor
dengan diameter 2-5
cm dengan atau
tanpa metastase
aksila
Stadium
IIIa
T3a T3b
T1a,b T2a,b
T3a,b
No N1
N2
Mo
Mo
Tumor dengan
diameter > 5 cm
dengan atau tanpa
18
metastase Tumor
dengan matastase
aksila yang melekat
Stadium
IIIb
T1a,b T2a,b
T3a,b
T4a,b
N3
N apa saja
Mo
Mo thorak
Tumor dengan
metastase infra atau
supraklavikula
Tumor yang telah
menginfiltrasi kulit
atau dinding
Stadium
IV
T apa saja N apa saja M1 Tumor buah dada
yang telah
mengadakan
metastase jauh
I. DIAGNOSIS BANDING
Kelainan payudara yang sering ditemukan sebagai diagnosa banding pada
kanker payudara4,7,8 :
1. Fibroadenoma mamma ( FAM ), merupakan tumor jinak payudara yang
biasa terdapat pada usia muda (15-30 tahun), dengan konsistensi padat
kenyal, batas tegas, tidak nyeri, mobile. Terapi pada tumor ini cukup
dengan eksisi saja.
2. Kelainan Fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas tegas,
konsistensinya padat, kenyal, atau kistik, terdapat nyeri terutama
menjelang haid, ukuran membesar, biasanya bilateral/multiple. Terapi
tumor ini dengan medikamentosa simtomatis.
3. Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat
lonjong, berbatas tegas, mobil, dengan ukuran dapat mencapai 20-30 cm.
Terapi tumor ini dengan mastektomi simple.
19
4. Galaktokel, merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat
tersumbatnya saluran duktus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu yang
baru/sedang menyusui.
5. Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap,
bahkan dapat berkembang menjadi abses. Biasanya terdapat pada ibu yang
menyusui.
J. PENATALAKSANAAN
Dalam hal pengobatan yang perlu diketahui7 :
1. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan
harapan hidup yang baik.
2. Jenis-jenis pengobatan: pada stadium I, II, III awal (stadium operable),
sifat pengobatannya adalah kuratif. Semakin dini semakin tinggi
kurasinya. Pengobatan pada stadium I, II, dan IIIa adalah operasi yang
primer, terapi lainnya hanya bersifat adjuvant. Untuk stadium I, II
pengobatan adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi,
dengan atau tanpa radiasi atau sitostatika adjuvant. Berdasarkan protocol
di RSCM/FKUI, diberikan terapi radiasi pasca operasi radikal mastektomi,
tergantung dari kondisi kelenjar getah bening aksila. Jika KGB
mengandung metastase maka diberikan terapi radiasi adjuvant dan
sitostatika ajuvant, jika tidak maka tidak perlu. Stadium IIIa, adalah simple
mastektomi dengan radiasi dan sitostatika ajuvant. Stadium IIIb dan IV,
sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama untuk mengurangi
penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb atau yang
dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan diikuti
dengan humoral terapi dan sitostatika (kemoterapi). Stadium IV
pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan
kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi pada daerah tulang
weight bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed yang
berdarah difuse dan berbau yang mengganggu sekitarnya.
Berdasarkan Standar Pelayanan Medis RSUP dr. Sardjito 10 :
20
A. Stadium dini/operal (stadium I, II, IIIa)
1. Operasi
a. Mastektomi radikal modifikasi
b. Breast Conserving Treatment (BCT) (limpektomi, diseksi aksila +
radiasi)
2. Radiasi
a. Untuk mencegah kekambuhan
b. Dikerjakan apabila radikalitas diragukan (pada tumor bed dan
KGB regional)
3. Adjuvant terapi
Diberikan kemoterapi 6 siklus (CMF) atau hormonal terapi tergantung
status menstruasi, jika KGB aksila positif
B. Stadium lanjut (stadium IIIb, IV)
1. Stadium IIIb (locally advanced)
a. Kemoterapi 3-4 siklus kalau mungkin (simple mastektomi atau
mastektomi radikal modifikasi)
b. Kalau tidak mungkin dioperasi : kemoterapi (kuratif 12 siklus
CAF/CEF), radiasi (loko regional), hormonal (tergantung
pemeriksaan reseptor estrogen).
2. Stadium IV, penderita dibagi 3 group, yaitu :
a. Premenopause : ooforektomi bilateral. Respon (+) tunggu relaps,
kemudian diberikan tamoxipen atau lainnya. Bila (-) kemoterapi
CMF/CAF.
b. 1-2 tahun menopause : diperiksa efek estrogen. Efek (+) sesuai
dengan No.1, bila (-) sesuai No.3.
c. Post menopause : obat-obatan hormonal additif/inhibitif. Apabila
gagal diberikan kemoterapi.
d. Kemoterapi : apabila keadaan umum memungkinkan (CAF/CEF)
C. Keadaan khusus
1. Metastase otak, jika penderita simptomatik, diberikan radiasi otak total
dengan kortikosteroid.
21
2. Karsinomatosis meningeal, pilihan terapi adalah instilasi MTX
intratekal berulang.
3. Kompresi medulla spinalis, laminektomi dilanjutkan radiasi.
4. Hiperkalsemia, karena destruksi tulang bisa spontan atau karena
hormonal terapi.
5. Anemia myeloptisic, pada penderita postmenopause, reseptor estrogen
(+) harus dicoba hormonal terapi. Penderita lain memerlukan
kombinasi kemoterapi atau perawatan suportif lainnya.
6. Metastase terlokalisir, diberikan radioterapi likoregional.
7. Rasa sakit karena metastase tulang, bila hormon atau kemoterapi tidak
cepat, radioterapi sangat efektif.
8. Fraktur yang mengancam biasanya dikerjakan fiksasi bedah dengan
radioterapi.
9. Terapi kanker payudara dengan kehamilan memerlukan konsultasi
khusus.
K. PROGNOSIS
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh7:
1. Staging, semakin dini semakin baik prognosisnya :
Stadium I : 5-10 tahun 90-80 %
Stadium II : 5-10 tahun 70-50 %
Stadium III : 5-10 tahun 20-11 %
Stadium IV : 5-10 tahun 0 %
Stadium 0 (in situ) : 5-10 tahun 96,2 %
2. Jenis histopatologis keganasan, karsinoma in situ mempunyai prognosis
yang lebih baik daripada karsinoma yang sudah invasif.
Suatu kanker payudara yang disertai oleh gambaran peradangan dinamakan
mastitis karsinomatosa, dan ini mempunyai prognosis yang sangat buruk.
Harapan hidup 2 tahun hanya ± 5 %. Tepat tindakan terapi yang diambil
berdasarkan staging sangat mempengaruhi prognosis.
22
L. PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI
Kanker payudara tergolong pada keganasan yang dapat didiagnosa
secara dini. Usaha untuk ini adalah melakukan SADARI (Periksa Payudara
Sendiri). Sebaiknya dikerjakan setelah menstruasi, yaitu hari ke 7-10 dari hari
menstruasi pertama; karena saat ini pengaruh hormonal estrogen progesteron
sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak
oedem/tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau
kelainan7,8.
American Cancer Society dalam proyek Breast Cancer Screening
menganjurkan untuk mendapatkan kasus dini pada asymptomatic woman
(wanita yang tidak ada keluhan) agar melakukan upaya sebagai berikut:
1. Wanita > 20 tahun; SADARI tiap bulan
2. Wanita 20-40 tahun; tiap 3 tahun memeriksakan ke dokter
3. Wanita > 40 tahun; tiap 1 tahun
4. Wanita 35-40 tahun; dilakukan base line mammografi
5. Wanita < 50 tahun; konsul kedokter untuk kepentingan mammografi
6. Wanita > 50 tahun; tiap tahun kalau bisa.
Wanita dengan riwayat keluarga (+); memerlukan pemeriksaan fisik lebih
sering dan pemeriksaan mammografi rutin/periodik sebelum umur 50 tahun.
Tehnik SADARI:
1. Berdiri di depan cermin dengan badan bagian atas terbuka (dada terbuka).
Lengan ke bawah : bandingkan payudara kanan dan kiri, besar dan
simetrisnya.
Putting susu : dilihat sama tinggi/besar/bentuknya atau tidak.
Lengan di atas kepala : seperti tangan di bawah. Kadang-kadang dalam
gerakan lengan ke atas dapat dilihat bayangan tumor di bawah kulit ikut
bergerak.
2. Berbaring, sebaiknya payudara yang diperiksa, pada bahunya di ganjal
dengan bantal agar semua payudara jatuh pada lapangan dada. Dengan jari
II-IV bagian tengah dan kaudal dilakukan perabaan seluruh payudara
secara sistematis; dari atas ke bawah dari pusat (papila) ketepi.
23
BAB III
PEMBAHASAN
24
Pasien ini datang dengan keluhan benjolan pada payudara kiri yang
muncul sejak 6 bulan yang lalu. Pasien menyadari awalnya benjolan sebesar telur
puyuh dan makin membesar hingga sebesar bola tenis. Pada wanita dengan
keluhan benjolan pada payudara seperti ini harus dipikirkan bahwa benjolan
tersebut adalah ganas sehingga tetap waspada akan kemungkinan kanker
payudara. Kemungkinan diagnosis ini juga harus disesuaikan dengan
epidemiologi kejadian berdasarkan umur dan faktor resiko. Pasien ini beberapa
faktor resiko yang dapat dikaji antara lain adalah umur pasien yang sudah 53
tahun dimana pasien juga belum mengalami menopause dan umur tua merupakan
salah satu resiko terjadinya kanker. Teori mengenai terjadinya kanker salah
satunya adalah lamanya seseorang terpapar esterogen, semakin cepat menarche
diikuti lamanya waktu menopause akan memperpanjang seorang perempuan
terpapar esterogen dan tentunya meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
Ditambah pasien juga menggunakan kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu
lama. Hal ini mungkin yang dapat menimbulkan terjadinya kanker pada pasien.
Sebenarnya penyebab terjadinya kanker payudara susah dijelaskan dari salah satu
faktor. Banyak hal yang mempengaruhi timbulnya kanker dan yang mungkin
terlihat jelas pada pasien adalah penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam
jangka waktu lama.
Pada saat awal datang pasien sudah menunjukkan manifestasi klinis
berupa benjolan tak berbatas tegas, bernodul, gambaran kulit jeruk dan sudah
terfiksir. Secara klinis hal ini sangat mungkin mengarah ke kanker payudara.
Ditambah lagi sudah ada benjolan pada limfonodi aksila, kemungkinan
penyebaran sel kanker sudah ada. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik pasien ini di diagnosis sebagai suspek Ca mamae stadium IIIB. Penegakan
diagnosis pasti Ca Mamae menggunakan trias diagnosis yaitu klinis, mammografi
dan AJH. Pasien ini dirujuk ke RSUP Sardjito Yogyakarta untuk dilakukan
mammography dan USG mammae, namun hasil tidak diketahui karena pasien
tidak membawa hasil saat dating ke poli RSUD Pacitan guna meminta pengantar
cek laboratorium. Di Sardjito kemudian dilakukan biopsi untuk mengetahui
apakah sifat tumor tersebut ganas atau jinak.
25
Diagnosis banding benjolan pada payudara seperti inflamasi/abses, FAM,
galaktokel, lipoma dan tumor pyloides dapat disingkirkan. Abses atau inflamasi
akan diikuti dengan adanya tanda radang yang tidak dijumpai pada pasien ini
sehingga dapat disingkirkan. Kasus FAM kebanyakan terjadi pada usia muda dan
sangat jarang terjadi pada usia tua. Gambaran klinis juga tidak mendukung kearah
FAM dimana didapatkan benjolan berbatas tegas dan tak berbenjol. Galaktokel
terjadi pada ibu menyusui dan pada pasien ini dapat disingkirkan. Lipoma adalah
tumor jaringan lemak dengan batas tegas yang dapat digerakkan dan tertetak
superficial. Tumor yang teraba pada pasien ini terletak dalam dan terfiksir
sehingga kemungkinan bukan lipoma. Sedangkan tumor piloides dapat
disingkirkan dengan gambaran klinis berupa kecepatan pertumbuhan tumor yang
tidak begitu cepat. Tumor piloides dicugai jika tedapat benjolan payudara yang
membesar dengan cepat tanpa rasa nyeri. Diagnosis pasti dengan menggunakan
hasil histopatologi.
Setelah dilakukan biopsy ternyata hasilnya adalah kanker dengan tipe
ductal invasive dan selanjutnya direncanakan untuk dilakukan mastektomi.
Pilihan operasi mastektomi yang digunakan adalah modified mastektomi dengan
menyisakan muskulus pektoralis mayor. Cara ini dipilih karena mengingat
stadium kanker pada pasien ini adalah 3B. Operasi pada pasien dengan stadium
3B ke atas tidak akan mempengaruhi prognosis sehingga tidak bertujuan sebagai
kuratif. Demikian halnya pada pasien ini, pengangkatan lebih bersifat paliatif.
Setelah prosedur operasi selesai dikerjakan, pasien disarankan melanjutkan
dengan kemoterapi dan radioterapi yang mungkin dapat ditambah dengan
adjuvant terapi. Regimen kemoterapi yang biasa digunakan adalah
cyclopospamid, metotrexat, dan flourourasil. Dapat juga diberikan hormonal
terapi, tetapi hal ini juga harus melihat rasio ER/PR terlebih dahulu. Angka
keberhasilan terapi akan lebih tinggi pada pasien dengan stadium dini sehingga
perlu deteksi dini pada perempuan dengan resiko tinggi ca mamae. Pemeriksaan
sadari perlu dilakukan dirumah untuk mendeteksi apakah ada benjolan pada
payudara dan jika ada harus segera diperiksakan.
26
BAB IV
KESIMPULAN
27
1. Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah
karsinoma serviks uterus.
2. Etiologi kanker payudara adalah multifaktorial, antara lain: genetika, hormon,
virogen, makanan/diit, dan radiasi.
3. Penegakan Dx ca mammae dengan triple diagnosis : klinis, mammografi, AJH
(biopsy).
4. Penanganan ca mammae sama dengan ca pada kasus lain yaitu operasi,
kemoterapi, radioterapi, dan adjuvant.
5. Pemeriksaan sadari perlu dilakukan untuk mendeteksi apakah ada benjolan
pada payudara dan jika ada harus segera diperiksakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim., 2009, Kanker Payudara., www. nusaindah.tripod.com .
28
2. Anonim., 2010, Semua Berkenaan Payudara., www.yahoo.com
3. Darwis I., 2004, Pencegahan Diet dan Kanker., Medicinal Jurnal Kedokteran
Vol. 4 No. 2. [email protected].
4. Giuliano A. E., 2003, Breast, Carcinoma Of The Female Breast., Current
Surgical Diagnosis & Therapy., ed 11 Hal : 319-343
5. Jong W, Sjamsuhidajat R., 1997, Neoplasia, Buku Ajar Ilmu Bedah., EGC,
Hal : 156-158
6. Jong W, Sjamsuhidajat R., 1997, Dinding toraks, Pleura, dan Payudara., Buku
Ajar Ilmu Bedah., EGC, Hal : 542-555
7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W.A, Setiowulan W., 2000, Kanker
Payudara., Kapita Selekta Kedokteran., ed III, Jilid 2., Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal : 283-287
8. Ramli M., 1995, Kanker Payudara, Kumpulan kuliah Ilmu Bedah., Bagian
Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal :
342-362
9. Sukardja, I.D.G, 2003., Pemeriksaan Buah Dada dan Kanker Payudara, Diktat
Kuliah Ilmu Bedah Jilid 4, Bedah Onkologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya, Hal : 1-30
10. Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, 2000.,
Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Hal : 148-150
29