kelenjar mammae

37
KELENJAR MAMMAE A. PENDAHULUAN Kelenjar mammae atau payudara merupakan derivatif sel epitel dan lapisan ektoderm. Jaringan payudara ini sangat sensitif terhadap hormon. Efek hormonal pada payudara paling jelas terlihat selama perkembangan embrionik dan setelah pubertas. Setiap kelenjar mammae terdiri atas massa jaringan yang berlobul. Jaringan kelenjar melekat di dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh jaringan fibrosa. Lobus anterior hipofisis adalah kelenjar yang menghasilkan bermacam-macam hormon yang bertugas meregulasi sekresi hormon- hormon kelenjar lain. Kelenjar-kelenjar berikut ini bekerja di bawah pengaruh hipofisis: gonad, adrenal, tiroid dan mammae. Sedemikian luasnya peran hipofisis membuat kelenjar ini mendapat julukan “Master of Gland”. Meskipun demikian, hipofisis anterior tetap di bawah kontrol hipotalamus yang diperankan oleh parvocellular neurosecretory cells di zona paraventrikuler. Berikut ini adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisis lobus anterior dan efek yang ditimbulkannya: Hormon Target Efek Follicle-stimulating hormone (FSH) Gonad Ovulasi, spermatogenesis Luteinizing hormone (LH) Gonad Ovulasi, maturasi sperma Thyroid-stimulating hormone (TSH) atau Tiroid Sekresi tiroksin (meningkatkan

Upload: jimmi-mamahit

Post on 09-Sep-2015

151 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Work Kelenjar Mamae

TRANSCRIPT

KELENJAR MAMMAE A. PENDAHULUANKelenjar mammae atau payudara merupakan derivatif sel epitel dan lapisan ektoderm. Jaringan payudara ini sangat sensitif terhadap hormon. Efek hormonal pada payudara paling jelas terlihat selama perkembangan embrionik dan setelah pubertas. Setiap kelenjar mammae terdiri atas massa jaringan yang berlobul. Jaringan kelenjar melekat di dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh jaringan fibrosa.Lobus anterior hipofisis adalah kelenjar yang menghasilkan bermacam-macam hormon yang bertugas meregulasi sekresi hormon-hormon kelenjar lain. Kelenjar-kelenjar berikut ini bekerja di bawah pengaruh hipofisis: gonad, adrenal, tiroid dan mammae. Sedemikian luasnya peran hipofisis membuat kelenjar ini mendapat julukan Master of Gland. Meskipun demikian, hipofisis anterior tetap di bawah kontrol hipotalamus yang diperankan oleh parvocellular neurosecretory cells di zona paraventrikuler.Berikut ini adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisis lobus anterior dan efek yang ditimbulkannya:HormonTargetEfek

Follicle-stimulating hormone (FSH)GonadOvulasi, spermatogenesis

Luteinizing hormone (LH)GonadOvulasi, maturasi sperma

Thyroid-stimulating hormone (TSH) atau thyrotropinTiroid Sekresi tiroksin (meningkatkan metabolisme)

Adrenocoticotropic hormone (ACTH) atau corticotrophinKorteks adrenalSekresi kortisol

Growth hormone (GH)Semua selStimulasi sintesa protein

ProlaktinMammaeProduksi dan sekresi air susu

Struktur tubuh mammalia sesuai dengan cara hidupnya. Mammalia terdiri atas 26 ordo dengan 3 kelompok utama:- Mammalia bertelur (Protheria) , bertelur atau ovipar.Embrio berkembang di dalam telur dengan menggunakan kuning telur, setelah menetas menghisap susu dari rambut induknya karena tidak memiliki puting susu. Contoh ordo monotremata adalah platipus (Ornithoryncus anatinus) dan echidna.- Mammalia berkantong (Methatheria)Melahirkan anaknya saat embrio pada tahap awal sehingga masa kehamilan singkat. Anak yang berukuran sebesar lebah madu dilahirkan setelah fertilisasi. Contoh ordo Marsutapialia adalah kangguru (Macropus sp), koala (Phascolarctos cinereus).- Mammalia berplasenta (Eutheria)Melahirkan anaknya setelah menyelesaikan perkembangan embrioniknya di dalam rahim (uterus). Embrio memperoleh nutrisi dari induknya melalui plasenta disebut mammalia berplasenta. Tergolong mammalia berplasenta antara lain: ordo insektivora, ordo chiropter, ordo lagomorpha, ordo perissodactyla, ordo artiodatyola, ordo primata contohnya beruk (Maca sp), lutung jawa (Trachypithecus sp), manusia (Homo sapiens).B. PEMBAHASANMammalia berasal dari kata mammae (bahasa Latin) yang berarti susu. Mammalia suatu kelas dari hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki kelenjar susu untuk menyusui anak yang baru dilahirkan atau anak yang masih kecil. Kelenjar susu (mammae) terdapat didaerah perut atau dada. Ciri-ciri lain mamalia selain kelenjar susu memiliki 3 tulang telinga tengah, yaitu landasan martil dan sanggurdi. Semua mamalia berambut, pada paus dan lumba-lumba rambut ada pada tahap tertentu. Fungsi rambut yaitu sebagai insulasi pertukaran panas dengan lingkungan, sebagai indra peraba, sebagai pelindung dari gesekan atau pertahanan, sebagai penciri kelamin. Ciri lain geligi dengan berbagai bentuk dan ukuran, rahang bawah tersusun atas 1 tulang, bernafas dengan paru-paru, jantung ruang empat, diafragma membantu pernafasan. Mammalia terkecil seperti kelelawar kecil (Craseonycteris thonglongyui) dengan berat 3 gram, sedangkan mammalia terbesar adalah paus biru (Balaenoptera musculus) panjang 27 meter dengan berat 190 kg.1. Struktur Kelenjar MammaeKelenjar mammae merupakan kelenjar kulit khusus, yang terletak di bawah kulit. Prolaktin, estrogen, progesteron, hidrokortison dan insulin meningkatkan komponen-komponen penyusun kelenjar mammae. a. AnatomiStruktur dasar kelenjar mammae atau payudara hampir sama pada semua mamalia walaupun terdapat variasi yang luas dalam hal jumlah, ukuran, lokasi dan bentuk kelenjar mammae. Struktur anatomi payudara secara garis besar tersusun dari jaringan lemak, lobus dan lobulus (setiap kelenjar terdiri dari 15-25 lobus) yang memproduksi cairan susu, serta ductus lactiferous yang berhubungan dengan glandula lobus dan lobulus yang berfungsi mengalirkan cairan susu, di samping itu juga terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan limphe node. Lobulus dan duktus payudara sangat responsif terhadap estrogen karena sel epitel lobulus dan duktus mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang menstimulasi pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara, dan mammogenesis.Sebuah saluran langsung melalui puting merupakan perjalanan aliran susu yang telah diproduksi dan disimpan di kelenjar mammae. Walaupun bersatu, namun setiap kelenjar adalah unit-unit yang terpisah. Jumlah kelenjar mammae dan posisinya pada tubuh spesifik. Sebagai contoh, manusia memiliki jumlah dan letak kelenjar mammae yang khas. Sapi memiliki empat kelenjar (quarter), masing-masing mempunyai ambing atau puting di bagian luar, sedang pada babi biasanya memiliki 10 atau lebih kelenjar mammae. b. MorfologiKelenjar mammae dapat dibagi menjadi jaringan yang mensupport dan jaringan yang terlibat dalam sintesa dan transportasi susu. Struktur jaringan yang menunjang/mensupport adalah kulit, ligamen dan jaringan konektif. Support yang utama berasal dari ligamentum suspensory lateral yang tidak elastis dan ligamentum suspensorymedian yang elastis. Jaringan konektif terbagi dalam sintesa susu dan system transportnya ke beberapa bagian. Bagian yang paling besar disebut lobus. Lobus ini terbagi pula atas beberapa lobulus yang lebih kecil. Supplay darah yang cukup kepada kelenjar mammae sangat diperlukan untuk produksi susu. Nutrient yang dimanfaatkan dalam sintesa susu, berasal dari darah. Kira-kira 400 volume darah harus mengalir ke dalam kelenjar mammae untuk mensintesa 1 volume susu. Supplay darah yang utama untuk kelenjar mammae pada sapi, kuda, domba dan kambing adalah dari arteri pudic eksterna. Pada babi, kelenjar mammae disuplay oleh arteri pudic eksterna dan arteri thoracisekstern. Arteri-arteri yang mempenetrasi cabang-cabang kelenjar mammae dan mengikuti jaringan konektif inilah yang membentuk lobus dan lobulus. Alveoli dikelilingi oleh sebuah network dari kapiler- kapiler arteri yang mentransfer nutrient yang digunakan dalam sintesa susu. Network sel-sel myoepithelial meliputi seluruh permukaan alveoli dan pembuluhpembuluh kecil yang mengaliri lobulus. Sel-sel tersebut lembut, berfungsi seperti otot tetapi berasal dari ectodermal bukan mesodermal. Sel-sel tersebut berasal sari sel-sel epithelial. Sel-sel myoepithelial adalah jaringan kontraktil yang memegang peran penting dalam milk ejection/milk let down (pengeluaran susu). Gambar 1. Struktur Payudara Manusia yang Matang dan Jaringan Penyusun

Gambar 2. Struktur Kelenjar Payudara Manusia Tampak Depan

Gambar 3. Struktur Kelenjar Payudara Manusia Tampak Samping

c. Histologi Kelenjar AmbingStruktur kelenjar ambing tersusun dari jaringan parenkim dan stroma (connective tissue). Parenkim merupakan jaringan sekretori berbentuk kelenjar tubulo-alveolar yang mensekresikan susu ke dalam lumen alveolus. Lumen alveolus dibatasi oleh selapis sel epitel kuboid. Lapisan sel epitel ini dikelilingi oleh sel-sel myoepitel yang bersifat kontraktil sebagai responnya terhadap hormon oxytocin dan selanjutnya dikelilingi oleh stroma berupa jaringan ikat membrana basalis. Pembuluh darah dan kapiler terdapat pada jaringan ikat di antara alveolus ini. Beberapa alveolus bersatu membentuk suatu struktur lobulus dan beberapa lobulus bergabung dalam suatu lobus yang lebih besar. Penyaluran susu dari alveolus sampai ke glandula sisterna melalui suatu sistem duktus yang disebut ductus lactiferus (Hurley, 2000). Sel yang melapisi alveolus bervariasi penampilannya, tergantung aktivitas fungsionalnya. Pada keadaan kelenjar tidak laktasi, sel berbentuk kuboid. Bila aktif menghasilkan sekret (susu), selnya berbentuk silindris. Jika susu dicurahkan ke dalam lumen, meregang, sel-sel kembali berbentuk kuboid dengan ukuran yang jauh lebih besar dan sel-sel penuh berisi sekret. Sel-sel sekretoris alveolus kaya akan ribosom, kompleks golgi dan droplet lemak serta banyak memiliki vakuola sekretoris. Glandula Mammae merupakan derivatif sel epitel. d. Susunan kelenjar mammaeSetiap glandula mammae memiliki satu puting dengan dua saluran yang menerima aliran dari daerah sekretoris yang terpisah pada masing-masing glandula. Glandula mammae dapat dibagi menjadi:1. Jaringan-jaringan penunjang 2. Jaringan-jaringan yang terlibat dalam sintesis dan pengangkutan air susu. Struktur-struktur penunjang adalah: kulit, ligamenta dan jaringan ikat. Penunjang utama berasal dari : ligamentum suspensorius lateralis. Berada diluar ambing tepat di bawah kulit juga mengirimkan lamella ke dalam ambing, lamella-lamella ini melanjutkan diri dengan kerangka interstitial ambing sehingga penunjang menjadi bertambah. Ligamentum suspensorius medialis membentang longitudinal diantara dua bagian ambing dan menyatu pada abdomen karena elastisnya, ligamentum ini teregang ketika ambing terisi dengan air susu. Peranan kulit dalam menunjang glandula mammae kecil artinya jika dibandingkan dengan ligamentum suspensorius lateralis dan ligamentum suspensorius medialis. Jaringan ikat membagi sistem sintesis dan transport air susu menjadi beberapa bagian-bagian yang lebih besar adalah lobi (lobus). Lobi dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut lobuli (lobulus). Tiap lobulus memiliki satu ductus. Lobus berisi 150-225 alveoli.Alveoli (alveolus-alveolus) merupakan struktur-struktur serupa kantong kecil yang berbentuk sferik atau bulat alveoli mempunyai suatu lumen dan dibatasi dengan sel-sel epithel Sel-sel epithel ini merupakan unit-unit sekresi air susu di dalam glandula mammae. Lebih dari setengah dari semua air susu yang tersimpan di dalam glandula mammae akan disimpan di dalam lumen alveoli. Sisanya akan disimpan di dalam ductus-ductus (ducti) yang berasal dari lobuli dan lobi. 2. Pertumbuhan dan Perkembangan MammaePerkembangan glandula mammae dapat dibagi menjadi empat fase ; (1) . perkembangan embrio, (2) perkembangan fetus, (3) perkembangan selama kebuntingan, (4) perkembangan periode pertumbuhan postnatal. Periode embrional dan foetal jaringan sekretoris kelenjar mammae berkembang dari ektoderm dan satu tanda perkembangan kelenjar mammae adalah dua garis sejajar pada permukaan ventral, di sebelah caudal umbilicus. Garis mammae tersebut terdiri dari beberapa lapisan sel yang berasal dari lapisan malpighi pada ektoderm. Melalui beberapa interval garis mammae, berproliferasi lebih lanjut dan membentuk pucuk-pucuk mammae.Periode postnatal pada umumnya, perkembangan mammae dipengaruhi oleh pertumbuhan berat badan. Perkembangan tersebut terdiri dari penyebaran sisitim saluran, deposisi lemak, dan peninggian jumlah jaringan ikat. Jaringan ikat kelenjar mengalami perubahan-perubahan siklik selama siklus birahi yang berhubungan dengan, tetapi ketinggalan, perubahan pada corpus lutium. Selama siklus birahi yang berulang ini terdapat pertumbuhan sistem saluran tetapi tidak ada perkembangan alveoli.Kelenjar mammae manusia merupakan struktur tubuloalveolar yang letaknya radier menjauhi puting. Payudara menjadi rudimenter dan hampir seluruhnya terdiri atas ductus lactiferus, saat lahir. Walaupun payudara tersebut dapat mensekresikan beberapa tetes susu, yang disebut withces milk, fungsi sekretorik ini hanya sebentar saja dan payudara cepat menjadi tenang sampai pubertas. Pada laki-laki setelah pubertas kelenjar ini tidak tumbuh lagi, sedangkan pada wanita kelenjar ini tumbuh pesat saat pubertas. Pertumbuhan dan perkembangan glandula mammae merupakan suatu seri peristiwa yang melibatkan interaksi berbagai macam tipe sel yang berbeda yang dimulai sejak kelahiran dan terus berlangsung di bawah pengaruh siklus menstruasi dan proses gestasi. Rangkaian peristiwa tersebut diatur oleh interaksi yang kompleks antara berbagai hormon steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel yang berdekatan dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel tersebut (faktor pertumbuhan). Stimulasi tersebut akan mempengaruhi perubahan morfologi dan metabolismenya. Perkembangan pertama pada embrio terlihat adanya mammary band yaitu area sel-sel epithelial yang kecil dan tebal, yang pada sapi dapat terlihat kira-kira pada umur 30 hari. Kelenjar mamme ini berasal dari ektodermal. Pada tahap perkembangan selanjutnya adalah garis mammae (mammary line), pusat mammae (mammary crest), tonjolan mammae ( mammary hillock) dan pucuk mammae (mammary bud). Pucuk atau kuncup mammae ini dapat terlihat pada bagian awal periode fetus. Pada sapi, pucuk mammae dapat ditemukan di bagian tengah garis ventral dari embrio dan selanjutnya tumbuh ke bagian depan dan belakang quarter. Sedikit bukti yang menunjukkan bahwa perkembangan mammae embrional ini dibawah kontrol hormonal. Pucuk/kuncup mammae ini terlihat pada kedua jenis embrio jantan dan betina maka hal ini juga sebagai tanda awal dari pola perkembangan kelenjar jantan dan betina. Pada individu betina, tahap pucuk mammae ini diikuti dengan perkembangan puting. Kecambah primer (primary sprout) akan membentuk jaringan mammae fetus pada tiga bulan kebuntingan. Kecambah primer ini merupakan awal jaringan sekresi susu terbentuk. Sebelum akhir masa kebuntingan kecambah sekunder dan tertier juga terbentuk. Pengaturan pada fase ini belum sepenuhnya dimengerti, namun ada bukti adanya pengaruh endokrin. Prolaktin yang bekerja sinergis dengan insulin, hormone steroid dari cortex adrenal dan progesterone adalah hormon-hormon yang mungkin menstimulasi perkembangan ini.Konsentrasi progesteron tinggi sepanjang masa kebuntingan. Walaupun lebih tinggi pada awal kebuntingan, sementara konsentrasi estrogen lebih tinggi pada akhir masa kebuntingan yaitu pada periode pertumbuhan terbesar dari kelenjar mammae. Kedua hormone tersebut adalah sebagai regulator yang penting bagi perkembangan fungsi jaringan mammae yang potensial untuk sekresi susu. Setelah kebuntingan, perkembangan mammae akan berlanjut, dengan kecepatan perkembangan yang tinggi pada akhir masa kebuntingan, yang pararel dengan kecepatan pertumbuhan fetus.Setelah lahir, mammae tumbuh terus dengan kecepatan tumbuh seperti umumnya pertumbuhan badan sampai kira-kira umur 3 bulan. Dari umur tiga bulan sampai sebelum pubertas, kecepatan tumbuh mammae lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan badan. Growth hormone terlibat sebagai regulator pada pertumbuhan ini. Setelah pubertas, kelenjar mammae akan dihadapkan pada siklus yang membutuhkan peningkatan estrogen dan progesterone. Efek dari estrogen adalah pada perkembangan pembuluh, sedang progesterone menstimulus perkembangan lobulus. 3. LaktogenesisKelenjar susu secara normal digolongkan sebagai suatu kelenjar pelengkap sistem reproduksi, karena hubungannya yang erat dan hormon-hormon dan fungsi-fungsi reproduksi. Sekresi kelenjar susu menjamin imunitas pasif dan menyediakan makanan untuk anak yang baru lahir. Selama masa kebuntingan terjadi proliferasi saluran-saluran mammae dan alveoli dibawah pengaruh hormon progesteron dan estrogen dari ovarium dan plasenta. Pada bulan kelima pertumbuhan tenunan sekretoris hampir sempurna. Selama pertengahan terakhir masa kebuntingan terjadi hipertropi seluler dan sekresi yang terbatas. Pertumbuhan kelenjar susu dan laktasi terutama berada di bawah pengaruh hormon, syaraf-syaraf vasomotorik di dalam puting susu dan di dalam kulit ambing memegang peranan tidak langsung pada sekresi air susu. Dengan jalan menstimulir kelenjar hypofisa maka akan dilepaskan hormon prolaktin. Hormon prolaktin ini penting untuk memulai dan mempertahankan laktasi dan melepaskan oxytoxin yang perlu untuk Let-Down atau penurunan air susu. Syaraf vasomotor mungkin memainkan peranan tak langsung pada sekresi susu dengan mengatur suplai darah kekelenjar susu. Estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium dan plasenta bekerja sama untuk pengembangan kelenjar susu. Progesteron menyebabkan pertumbuhan lebih lanjut sistem saluran dan perkembangan alveolar. Sel epitel alveolus yang memproduksi susu merupakan sel yang terpolarisasi dan sangat berdeferensiasi yang berfungsi mengakumulasi, mensintesis, mengemas, dan mengeluarkan komponen-komponen air susu. Setidaknya empat jalur transeluler dibutuhkan untuk pembentukan air susu yang sesuai di dalam alveolus payudara. Jalur yang pertama meliputi sekresi kation monovalen dan air. Jalur yang kedua, transpor immunoglobulin yang dimediasi reseptor. Jalur yang ketiga, sintesis dan transpor lemak susu. Jalur yang keempat, eksositosis vesikel sekretorik yang mengandung protein susu spesifik, kalsium, fosfat, sitrat dan laktosa. Jalur paraseluler imunoglobulin seperti IgA, plasma protein, dan leukosit dapat bergerak di antara sel alveolar yang telah kehilangan persambungan erat (tight junction). Laktasi terjadi pada waktu kelahiran bersamaan dengan penurunan kadar progesteron dan estrogen dalam darah dan meningkatkan kadar prolaktin atau hormon laktogenik dari kelenjar hipofisa. Prolaktin perlu untuk memulai sekresi air susu dan mempertahankan laktasi. Peningkatan kadar prolaktin didukung oleh stimulasi mammae melalui penghisapan dan penyingkiran kolestrum dan air susu dari alveoli kelenjar susu. 4. Fungsi Kelenjar MammaeLaktasi merupakan karakteristik yang spesifik bagi mamalia. Susu adalah produk yang dihasilkan oleh glandula mammae dan merupakan nutrisi bagi anaknya untuk mendapatkan imunitas pasif. Susu mempunyai susunan kimia yang kompleks. Konstituen utamanya adalah air yaitu sebesar 46 90 %. Komposisi susu juga bervariasi tergantung spesies Komponen utama lainnya adalah protein, lemak dan laktosa. Susu juga merupakan sumber berbagai mineral seperti Ca, Mg dan P serta berbagai vitamin. Air susu yang pertama keluar setelah proses kelahiran mengandung maternal immunoglobulin atau antibody yang dapat bertindak sebagai imunitas terhadap penyakit, disebut kolostrum.Protein dan lemak merupakan komposisi penting pada susu. Protein dalam susu disebut casein. Casein ini hadir dalam berbagai bentuk pada spesies yang berbeda. Molekul casein beragregasi membentuk ikatan disebut micelles, dan distabilkan oleh komponen lain yaitu Ca, Phosphate, Citrat dan lain-lain. Casein terdiri dari berbagai asam amino. Casein mengandung asam amino yang dibutuhkan oleh manusia, oleh karena itu susu merupakan nutrisi yang tinggi kualitas proteinnya. Sementara lemak hadir sebagai globul-globul kecil dekat dengan membrane yang berasal dari sel-sel yang mengeluarkannya yaitu membrane globul lemak susu.Tabel 1. Komposisi Susu Sapi dan Beberapa Spesies LainKomponenSapiKambingManusiaDombaKudaBabi

Air87,7086,088,281,389,981,9

Lemak3,61463,33,31,26,8

Laktosa4,654,26,86,86,95,5

ProteinN X 6,383,294,41,51,51,85,1

Abu0,750,80,20,20,30,7

Sumber : Pearson, D.1971. Dalam Lestari. 2006.Pada dasarnya air susu merupakan emulsi lemak dalam fase cairan yang isotonik dengan plasma. Air susu manusia yang telah matang mengandung 3-5% lemak, 1% protein, 7% laktosa, 0,2% mineral, serta memberikan kalori sebesar 60-75 kkal/dL. Kelompok lemak utama pada air susu manusia adalah trigliserida. Protein-protein yang utama pada air susu manusia adalah kasein, laktoalbumin, laktoferin, imunoglobulin A, lisozim, dan albumin. Mineral yang dikandung meliputi natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor dan klorida dan beberapa hormon peptida (Heffner, L. J & D. J. Schust. 2006).Susu diproduksi oleh glandula mammae dari kumpulan sel-sel epithelial sekretori yang spesifik. Sel-sel ini membentuk struktur yang disebut alveoli. Sel-sel alveoli dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebutt sel-sel myoepithelial. Sel-sel berkontraksi sebagai respon dari hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary yaitu oxytocin. Kelenjar mammae adalah kelenjar eksokrin dimana sekresi eksternal dari alveoli dialirkan melalui system pembuluh ke puting yang dapat dihisap oleh anaknya. Kelenjar mammae ini adalah perkembangan dari kelenjar keringat. Spesies yang penting secara ekonomi sebagai penghasil susu adalah ruminansia seperti domba, sapi dan kambing. Unta merupakan ternak perah yang penting di timur tengah, sedangkan susu kuda banyak digunakan sebagai susu fermentasi atau yoghurt yang banyak dikonsumsi di Asia.Tiga alasan mengapa ternak ruminansia diperuntukkan sebagai penghasil susu adalah : (1) Mereka dapat merubah rumput dan hijauan yang tidak kita konsumsi sebagai sumber pakan ke dalam susu, nutrisi yang dapat kita konsumsi. Hal ini dapat terjadi berkat adanya fermentasi mikroba dalam rumennya. (2) Memiliki pembuluh puting yang dapat memfasilitasi pengeluaran susu. (3) Memproduksi susu dalam jumlah besar secara efisien.5. Kelainan Pada Kelenjar MammaeKanker payudara dapat tumbuh dimana saja pada kelenjar mammae. Tumor biasanya dikelompokkan berdasarkan asal selnya. Kerentanan kelenjar payudara terhadap tumorigenesis dipengaruhi oleh perkembangan normal dari kelenjar itu sendiri yang dikarakterisasi dengan berbagai perubahan dalam proliferasi dan diferensiasi sel payudara.Penelitian menunjukkan bahwa sistem endokrin yang mengontrol perkembangan payudara mempengaruhi risiko terjadinya kanker payudara. Keseimbangan antara proliferasi, diferensiasi dan kematian sel-sel kelenjar payudara berperan penting dalam proses perkembangan tersebut. Estrogen merupakan suatu hormon steroid yang memberikan karakteristik seksual pada wanita, mempengaruhi berbagai organ dan jaringan di antaranya terlibat pada regulasi proliferasi sel dan diferensiasi baik pada wanita atau pria. Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stroma payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan deposit lemak pada payudara. Diduga paparan yang berlebihan dari estrogen endogen dalam fase kehidupan perempuan berkontribusi dan mungkin merupakan faktor penyebab terjadinya kanker payudara.Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker leher rahim. Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker.Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga kebanyakan kanker payudara dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor epitelial). Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang berangkat dari jaringan penghubung, jarang dijumpai pada payudara. Berdasarkan asal dan karakter histologinya kanker payudara dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu in situ karsinoma dan invasive karsinoma. Karsinoma in situ dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun di lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju stroma di sekelilingnya. Sebaliknya pada invasive karsinoma, membran basal akan rusak sebagian atau secara keseluruhan dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan di sekitarnya menjadi sel metastatik .Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast cancer yang invasif dengan pertumbuhan tidak terlalu cepat. Kanker payudara sebagian besar (sekitar 70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang biasanya terasa sakit pada payudara, juga adanya tanda lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian payudara, erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara keseluruhan timbul kemerahan, pembesaran dan kemungkinan penyusutan payudara. Sedangkan pada masa metastasis dapat timbul gejala nyeri tulang, penyakit kuning atau bahkan pengurangan berat badan. Sel kanker payudara dapat tumbuh menjadi benjolan sebesar 1 cm2 dalam waktu 8-12 tahun. Pada tumor yang ganas, benjolan ini bersifat solid, keras, tidak beraturan, dan non mobile. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi edema kulit, kemerahan, dan rasa panas pada jaringan payudara. Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit ini. Hormon tampaknya juga memegang peranan penting dalam terjadinya kanker payudara. Estradiol dan atau progresteron dalam daur normal menstruasi meningkatkan resiko kanker payudara. Hal ini terjadi pada kanker payudara yang memiliki reseptor estrogen, dimana memang 50 % kasus kanker payudara merupakan kanker yang tergantung estrogen. Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. C. KESIMPULANStruktur anatomi kelenjar mammae secara garis besar tersusun dari jaringan lemak, lobus dan lobulus (setiap kelenjar terdiri dari 15-25 lobus) yang memproduksi cairan susu, serta ductus lactiferous yang berhubungan dengan glandula lobus dan lobulus yang berfungsi mengalirkan cairan susu, di samping itu juga terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan limphe node. Sel-sel alveoli dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebut sel-sel myoepithelial. Susu adalah produk yang dihasilkan oleh glandula mammae dan merupakan nutrisi bagi anaknya untuk mendapatkan imunitas pasif. Susu mempunyai susunan kimia yang kompleks. Konstituen utamanya adalah air yaitu sebesar 46 90 %. Komposisi susu juga bervariasi tergantung spesies. Komponen utama lainnya adalah protein, lemak dan laktosa. Susu juga merupakan sumber berbagai mineral seperti Ca, Mg dan P serta berbagai vitamin. Air susu yang pertama keluar setelah proses kelahiran mengandung maternal immunoglobulin atau antibody yang dapat bertindak sebagai imunitas terhadap penyakit, disebut kolostrum. Kerentanan kelenjar payudara terhadap tumorigenesis dipengaruhi oleh perkembangan normal dari kelenjar itu sendiri yang dikarakterisasi dengan berbagai perubahan dalam proliferasi dan diferensiasi sel payudara.DAFTAR PUSTAKAChandra, A. et. a l. 1995. Pengaruh Akupuntur Terhadap Poduksi Air SusuIbu. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 105. FK UI. Diakses 14Nopember 2009.Duval, J. 1997. Treating Mastitis Without Antibiotics Ecological Agriculture Projects . http; // www, eap mc gill. ca // Publications / EAP 69 htm. Diakses 17 Nopember 2009.Eni, F. 2009. Sistem Reproduksi Betina. http: /1 bp. Blogspot. Com/9 BICAF jp Rb U/sha Y 4 mtepol / AAAAAAA jc/ K2q Rt4 / S 320 / E S 2. Diakses 3 Desember 2009.Hefner, L. J & D. J. Schust. 2006. At Glance Sistem Reproduksi . Jakarta : Erlangga.Hurley ,W.L & D.E .Morin. 2000. Mastitis Lesson A Lactation Biology. ANSCI 308. http: // classes aces uinc. Edu/ Anscei 308/ 17 Nopember 2009.Hurley, WL . 2000. Mammary Tissue Organization Lactatition Biology. ANSCI 308. http: // classes aces uinc. Edu/ Anscei 308/ 17 Nopember 2009.Lestari, T.D. 2006. Laktasi Sapi Perah Sebagai Lanjutan Proses Reproduksi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Diakses 14 Nopember 2009.Suroyo, et.al. 2003. Ensiklopedi Sains dan Kehidupan. Jakarta : Tarity Samudra Berlian.Syarif, A. 2009. Fibroadenoma Mammae. Faculty of Medicine Gadjah Mada University 5. Nida juwita. Noprep 681107/ Fibroadenoma mammae : FK UKM. Diakses 14 Nopember 2009.Tembayong , J & S. Wonodirekso. 1990. Buku Ajar Histologi ( Terjemahan) Jakarta: EGC. Diposkan oleh ernawaty abdullah di 07.20 Label: Media gambar/Foto Tidak ada komentar:Poskan Komentar

Kelenjar susu adalah kelenjar tambahan sistama reproduksi.[1] Dalam kondisi yang normal kelenjar susu akan berkembang setelah sistema reproduksi beroperasi atau berfungsi.[1] Pada ternak yang berplasenta perkembangan kelenjar susu sebagian besar terjadi setelah ternak mulai bunting.[1] Pertumbuhan jaringan kelenjar susu dibawah pengaruh hormon-hormon.[1] Namun tidak diketahui kadar hormon dalam darah selama bunting mempengaruhi besarnya perkembangan kelenjar susu atau hormon-hormon tersebut berfungsi hanya sebagai perangsang atau kunci yang merangsang material genetik dalam asam deoksiribonucleat (DNA) dalam sel kaitannya dengan pembelahan sel untuk pertumbuhan kelenjar susu.[1] Kelenjar susu merupakan kelenjar kulit (ambing), pembuluh darah utama yang menghubungkan kelenjar dengan tubuh terbatas dengan sedikit arteri dan vena.[1] Hal ini memungkinkan untuk mengukur aliran yang terjadi pada komposisi darah yang masuk dan yang meninggalkan kelenjar susu.[1] Ambing terbagi menjadi dua bagian, yaitu kiri dan kanan, terpisahkan oleh satu lekukan yang memanjang, yang disebut intermammary groove.[1] Diambing sering dijumpai adanya puting tambahan (extra teat) diluar empat yang normal dari maisng-masing kuartir.[1] Puting tambahan biasanya berada dibelakang atau kadang-kadang diantara puting depan dan belakang.[1] Ambing sapi terdiri dari dua tenunan atau jaringan yaitu "tenunan kelenjar" yang menghasilkan susu dan "tenunan pengikat" berfungsi sebagai kerangka.[2] Tenunan kelenjar susu dan tenunan pengikat disatukan dan terbungkus oleh kulit yang berfungsi sebagai pelindung.[2]

Fisiologi Kelenjar Susu 10.43 Eki Maura

Jaringan kelenjar susu dapat memberikan peluang untuk mempelajari fungsi dasar fisiologi sel dan system organellanya. Jaringan kelenjar susu tersebut berbeda dengan jaringan-jaringan yang lain dalam hal pertumbuhannya sebagian besar terjadi pada saat ternak betina telah mencapai pubertas (Prihadi,1997).

Kelenjar susu merupakan kelenjar tambahan sistama reproduksi. Dalam kondisi yang normal kelenjar susu akan berkembang setelah sistema reproduksi beroperasi atau berfungsi. Pada ternak yang berplasenta perkembangan kelenjar susu sebagian besar terjadi setelah ternak mulai bunting. Pertumbuhan jaringan kelenjar susu dibawah pengaruh hormon-hormon. Namun tidak diketahui apakah kadar hormon dalam darah selama bunting mempengaruhi besarnya perkembangan kelenjar susu atau hormon-hormon tersebut berfungsi hanya sebagai perangsang atau kunci yang merangsang material genetik dalam asam deoksiribonucleat (DNA) dalam sel kaitannya dengan pembelahan sel untuk pertumbuhan kelenjar susu (Prihadi,1997).

Sekresi susu yang berkelanjutan diatur oleh beberapa faktor. Jumlah susu yang diproduksi dan komposisi dapat ditingkatkan dengan mengadakan perubahan status hormon dan nutrisi ternak. Hormon-hormon somatotrophin dan thyroxine meningkatkan produksi susu sapi perah. Untuk mempertahankan kontinueitas sekresi susu, susu yang telah disekresikan harus dikeluarkan secara periodik. Pengeluaran susu dari kelenjar susu pada sebagian besar mammalia memerlukan ransangan pada sistema syaraf melalui sistema penyusunan oleh anaknya atau pemerahan. Ransangan pada syaraf memacu pelepasan hormon oxitocin yang menyebabkan sel myoepithel yang mengelilingi alveolus berkontraksi dan memeras susu keluar dari alveoli menuju ke saluran susu (Prihadi,1997).

Karena kelenjar susu merupakan kelenjar kulit, pembuluh darah utama yang menghubungkan kelenjar dengan tubuh terbatas dengan sedikit arteri dan vena. Hal ini memungkinkan untuk mengukur aliran yang terjadi pada komposisi darah yang masuk dan yang meninggalkan kelenjar susu (Prihadi,1997).

Ambing adalah suatu kelenjar kulit yang tertutup oleh bulu, kecuali pada putingnya. Ambing tanpak sebagai kantung yang berbentuk persegi empat (Prihadi,1997). Ambing seekor sapi betina terbagi menjadi empat kuartir yang terpisah. Dua kuartir bagian depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir bagian belakang dan kuartir-kuartir itu bebas satu sama lain (Blakely,1991).

Ambing terbagi menjadi dua bagian kiri dan kanan terpisahkan oleh satu lekukan yang memanjang, yang disebut intermammary groove. Diambing sering dijumpai adanya puting tambahan (extra teat) diluar empat yang normal dari maisng-masing kuartir. Puting tambahan biasanya berada dibelakang puting belakang atau kadang-kadang diantara puting depan dan belakang (Prihadi,1997).

Menurut Soetarno (1999) kuartir sebelah kanan dan sebelah kiri dipisahkan oleh membrane yang tebal yang disebut tenunan penyakit septum media (median susupensory) yang menjulur keatas bertautan pada dinding perut, sehingga merupakan alat penggantung bagi ambing. Bagian ambing kanan dan kiri masing-masing dipisahkan menjadi dua bagian oleh suatu membrane yang amat tipis (fine membrane)

Ambing sapi terdiri dari dua tenunan atau jaringan yaitu tenunan kelenjar yang menghasilkan susu dan tenunan pengikat berfungsi sebagai kerangka. Tenunan kelenjar susu dan tenunan pengikat disatukan dan terbungkus oleh kulit berfungsi sebagai pelindung (Soetarno,1999).

System tenunan kelenjar susu terdiri dari rongga putting, rongga ambing, saluran susu besar dan alveoli. Sedang system tenunan pengikat terdiri dari sekelompok alveolus-alveolus atau alveoli terbungkus oleh membran yang tipis berbentuk lobulus. Lobulus-lobulus atau lobuli, satu dengan yang lainnya juga terbungkus oleh membran yang tipis. Dari banyak lobuli yang terbungkus oleh membran tipis tersebut terbentuk lobus. Membran yang tipis membungkus alveoli atau lobuli dan semua tenunan atau jaringan pengikat yang ada pada tenunan kelenjar susu merupakan sistema tenunan pengikat yang berfungsi sebagai kerangka dari tenunan kelenjar susu (Soetarno,1999).

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Prihadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.

Sutarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.

Minggu, 07 April 2013Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Susu VERSI 2 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Susu Aliran darah Produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan termasuk managemen dan pemberian pakan. Metode yang umum ditempuh untuk meningkatkan produksi susu adalah melalui perbaikan managemen dan pemberian pakan yang terutama bertujuan untuk meningkatkan aliran substrat di dalam darah (prokursor susu) menuju kelenjar ambing (sutardi, 1979). Pada kambing aliran darah mammae atau ambing meningkat 100-250% dalam 6 hari setelah beranak (post partum) dan peningkatan aliran darah tersebut berhubungan dengan penurunan aliran darah ke uterus. peningkatan sel-sel sekretoris kelenjar ambing. hari sebelum beranak (Sutardi, 1979). Susu sapi dibuat homogen dengan perlakuan mekanis. hal itu menyebabkan ikatan lemak susu sapi dipecahkan dan enzim yang terikat di dalamnya, oksida santin (xanthine oxidase) memasuki dinding pembuluh darah dan ikut dalam aliran darah. Enzim itu dapat memengaruhi jantung dan saluran arteri. Akibatnya, tubuh dirangsang melepaskan kolesterol ke dalam darah sebagai bentuk pertahanan terhadap materi lemak. Kejadian itu dapat menyebabkan arteriosklerosis (pengapuran pembuluh nadi) (Prihadi, 1997). Kelenjar Susu Jaringan kelenjar susu dapat memberikan peluang untuk mempelajari fungsi dasar fisiologi sel dan system organellanya. Jaringan kelenjar susu tersebut berbeda dengan jaringan-jaringan yang lain dalam hal pertumbuhannya sebagian besar terjadi pada saat ternak betina telah mencapai pubertas (Prihadi,1997). Kelenjar susu merupakan kelenjar tambahan sistema reproduksi. Dalam kondisi yang normal kelenjar susu akan berkembang setelah sistema reproduksi beroperasi atau berfungsi. Pada ternak yang berplasenta perkembangan kelenjar susu sebagian Produksi susu akan meningkat apabila peningkatan aliran substrat tersebut akan diikuti dengan Terjadi kenaikan produksi sel sekretoris secara gradual yang diikuti oleh peningkatan menyolok sel sekretoris 20

besar terjadi setelah ternak mulai bunting. Pertumbuhan jaringan kelenjar susu dibawah pengaruh hormon-hormon. Namun tidak diketahui apakah kadar hormon dalam darah selama bunting mempengaruhi besarnya perkembangan kelenjar susu atau hormonhormon tersebut berfungsi hanya sebagai perangsang atau kunci yang merangsang material genetik dalam asam deoksiribonucleat (DNA) dalam sel kaitannya dengan pembelahan sel untuk pertumbuhan kelenjar susu (Prihadi,1997). Ambing adalah suatu kelenjar kulit yang tertutup oleh bulu, kecuali pada putingnya. Ambing tanpak sebagai kantung yang berbentuk persegi empat (Prihadi,1997).Ambing sapi terdiri dari dua tenunan atau jaringan yaitu tenunan kelenjar yang menghasilkan susu dan tenunan pengikat berfungsi sebagai kerangka. Tenunan kelenjar susu dan tenunan pengikat disatukan dan terbungkus oleh kulit berfungsi sebagai pelindung (Soetarno,1999). System tenunan kelenjar susu terdiri dari rongga puting, rongga ambing, saluran susu besar dan alveoli. Sedang system tenunan pengikat terdiri dari sekelompok alveolus-alveolus atau alveoli terbungkus oleh membran yang tipis berbentuk lobulus. Lobulus-lobulus atau lobuli, satu dengan yang lainnya juga terbungkus oleh membran yang tipis. Dari banyak lobuli yang terbungkus oleh membran tipis tersebut terbentuk lobus. Membran yang tipis membungkus alveoli atau lobuli dan semua tenunan atau jaringan pengikat yang ada pada tenunan kelenjar susu merupakan sistema tenunan pengikat yang berfungsi sebagai kerangka dari tenunan kelenjar susu (Soetarno,1999). Ambing sapi terdiri dari empat bagian. Kulit ambing ditutupi rambut halus tetapi puting sama sekali tidak tertutup rambut. Tiap bagian itu dilihat dari segi jaringan kelenjarnya, merupakan kesatuan yang terpisah. Separo bagian kanan dan separo bagian kiri, masing-masing satu kuarter (seperempat bagian) cranial ambing (depan) dan satu kuarter caudal ambing (belakang), dan masing-masing bagian tersebut lebih kurang merupakan kesatuan sendiri-sendiri. Separo bagian ambing yang satu tidak tergantung pada separo bagian ambing yang lain, khususnya dalam hal suplai darah, saraf dan aparatus suspensoris (Frandson, 1993). Ambing terdiri dari bagian-bagian kecil dari jaringan sekretorik yang tersusun

dari alveoli. Sejumlah alveoli bergabung menjadi satu oleh satu saluran dan terbungkus oleh jaringan ikat membentuk lobulus. Sejumlah lobulus bergabung menjadi satu membentuk lobus. Susu terbentuk dalam alveolus dan jaringan sekretorik akan dikeluarkan melalui saluran kapiler menuju kedalam lobulus dan selanjutnya terkumpul dalam lobus. Dari lobus melalui saluran-saluran yang akhirnya bergabung menjadi saluran induk dialirkan menuju sistem ambing yang terdapat diatas puting. Ujung puting sapi hanya mempunyai satu lubang (Syarief dan Sumoprastowo, 1984). Dua kuarter bagian depan biasanya berukuran sekitar 20 % lebih kecil dari kuarter bagian belakang (Blakely et al., 1991). Ambing bagian belakang menghasilkan susu 60 %, sedangkan bagian depan 40 % dari jumlah susu yang dihasilkan (Prihadi, 1997). Kapasitas sisterna ambing bervariasi antara 100400 gram susu. Ujung puting sapi hanya mempunyai satu lubang yang disebut streak canal, teat meatus atau ductus papillaris. Jaringan penyangga ambing dibedakan menjadi 7 yaitu : kulit, fascia superfisial, cordlike tissue, ligamentum suspensatorium lateralis, bagian dalam ligamentum suspensatorium lateralis, tendeo subpelvis, dan ligamentum suspensorium medialis (Frandson, 1992). Puting memiliki variasi bentuk, ada yang berbentuk silinder, kerucut, pensil dan ada pula yang panjang maupun pendek. Puting yang normal memiliki warna yang bersih (tanpa warna hitam) (Prihadi, 1997). Puting susu kambing bersatu atau bergantung pada ambing bentuk simetris dan cukup besar ukurannya. Ambing besar rasanya lembut bila dipegang dan mudah dilipat-lipat. Bulu yang tumbuh yaitu lembut dan halus. Di bawah ambing ada urat pembuluh darah dan kulit ambing mengisut (Sarwono, 1997). Keluarnya air susu dipengaruhi oleh hormon oxytocin. Hormon ini mempengaruhi sel-sel myoepithelium atau sel-sel epitel otot dan menyebabkan kontraksi pada sel-sel tersebut. karena kontraksi tersebut maka ambing kencang dan menurunkan susu. Hormon tersebut dikeluarkan kedalam peredaran darah apabila ada rangsangan-rangsangan yang diterima oleh hewan dari petugas perah (Syarief dan Sumoprastowo, 1984). Rate of milking seekor sapi sebagian tergantung pada besar teat meatus. Sapi

yang mempunyai aliran cepat pada pemerahan biasanya mempunyai teat meatus dengan diameter yang besar. Teats cistein, satu rongga dalam puting susu dapat menampung susu kira-kira 10-30 cc susu tergantung besar kecilnya puting. Pada teats cistein terdapat lipatan-lipatan yang kadang ada yang berupa membran lengkap terbentang melintang dalam puting, sehingga puting menjadi buntu dan susu tidak dapat keluar (Prihadi, 1997).

Perkandangan Kandang sapi perah adalah tempat sapi dapat beristirahat dengan tenang memberi perlindungan bagi sapi maupun pekerjanya, terhindar dari air hujan, angin kencang dan teriknya sinar matahari. Dengan perkataan lain, kandang harus dapat mengeliminer segala faktor luar yang dapat menimbulkan gangguan sapi perah yang ada di dalamnya. Di samping faktor luar tadi, hal-hal lainnya yang menyangkut pembuatan kandang perlu pula diperhatikan (Siregar, 1995). Kandang berfungsi sebagai tempat tinggal sapi dan pekerja peternak-peternak yang mengurus sapi setiap hari. Sarana pokok yang langsung maupun tidak langsung turut menentukan berhasil tidaknya usaha sapi perah, tempat yang memberi kenyamanan dari alam misalnya hujan, angin dan udara dingin sehingga merupakan tempat pengawasan kesehatan ternak sapi perah (Syarief dan Sumoprastowo, 1984). Bangunan kandang didasarkan pada keperluan usaha sapi perah, dan pembangunannya ditujukan untuk mengurangi penggunaan waktu dalam pemeliharaan, efisiensi kerja dan tenaga kerja. Besar bangunan harus disesuaikan dengan rencana jumlah ternak yang akan dipelihara dalam keadaan iklim setempat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kandang adalah cahaya matahari, ventilasi, letak kandang, parit (Sudomo,1987). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang yaitu kandang harus dapat diterangi secara langsung maupun tidak langsung oleh sinar matahari, konstruksi kandang diusahakan sedemikian rupa sehingga kemungkinan pertukaran udara segar yang lancer, kandang yang dibangun hendaknya terletak dibawah sumber air. Pembuatan parit dalam kandang hendaknya sedemikian rupa sehingga

memudahkan penyaluran kotoran dari kandang, terutama feses, sehingga kandang selalu dalam keadaan bersih. Kotoran hendaknya dikumpulkan dan ditimbun ketempat penyimpanan pupuk kandang yang jaraknya minimal 10 meter dari kandang (Anonimus,1991). Hal lain yang perlu diperhatikan diantaranya adalah lantai kandang. Lantai kandang hendaknya cukup keras, kuat, tidak licin, tidak mudah pecah atau rusak, tidak boleh porus, tidak boleh becek, dan mudah dibersihkan. Lantai kandang umumnya menggunakan semen beton dibuata sedikit miring kearah selokan, kemiringannya 2% atau 1,5 (2 cm tiap 1 m kemiringan). Lantai kandang dibuat lebih tinggi sekitar 35 cm dari sekitarnya (Anonimus,1991). Macam-macam kandang sapi perah antara lain kandang pedet dan kandang sapi induk. Kandang pedet dibedakan menjadi kandang observasi (observasi pens), kandang individu (individual pans), kandang kelompok (group pens), kandang pedet berpindah (portable calf pens) (Sudomo,1987).

1.Kandang pedet Kandang obsevasi dibuat satu kandang tiap sapi pedet dan dibuat sedemikian rupa sehingga pedet mudah diawasi. Kandang individu digunakan untuk pedet yang masih diberi susu, yang diberi tempat rumput dalam ukuran kecil. Kandang kelompok diperuntukkan untuk lebih dari satu pedet dan untuk pedet yang lepas sapih. Kandang untuk pedet sebelum disapih biasanya menggunakan kandang pedet individual dan tidak perlu diikat. Kandang pedet ini dibuatberdampingan dengan kandang sapi perah induk, dengan setiap ekor sapi perah induk harus ada satu kandang pedet (Siregar, 1989).

2.Kandang Induk

Kandang sapi induk atau sapi dara antara lain kandang tambat (stanchion bain), pada kandang ini kebebasan sapi bergerak sangat terbatas, sehingga kondisi sapi kurang baik. Kandang ini ada dua jenis yaitu kandang bertingkat dan kandang tunggal atau satu lantai, dengan tujuan mengurangi resiko angin topan, mengurangi resiko kebakaran, murah dan membuatnya, serta mudah perawatannya (Sudomo, 1987). Sedangkan kandang tunggal atau satu lantai dilihat dari penempatan sapi dibedakan menjadi satu baris atau lebih dari satu baris. Jenis kandang yang lain yaitu kandang lepas ynag merupakan system kandang yang memberi kesempatan sapi bebas karena tidak ditambat. Kandang ini terdiri dari kandang lepas system loose housing merupakan kandang sapi perah yang sapinya tidak ditambat, bagian kandang ini terdiri dari ruang tempat istirahat, tempat peranginan dan tempat penyimpanan makanan, tempat memerah dengan mesin dan tempat sapi kering. Kandang lepas system freestall pada prinsipnya sama dengan system loose housing, yaitu sapi dipelihara dikandang dengan tidak ditambat. Pada kandang freestall tempat istirahat atau tidur sapi disekat-sekat, dan tiap sekatnya hanya cukup untuk satu ekor (Sudomo, 1987). Jenis kandang yang lain yaitu kandang beranak, dan kandang karantina. Kandang beranak berukuran sekitar 34 cm dengan alas dari jerami atau rumput kering dan bebas dari benda tajam. Sedang kandang karantina adalah kandang untuk perasingan sapi sakit, sehingga harus dibuat terpisah dari bangunan lainnya, dan dipisahkan dengan tembok. Lantai kandang dibuat dari papan diatas lantai semen yang miring, sehingga sapi tidurnya enak, dan juga dibuatkan kandang paksa untuk sapisapiyang sukar dikendalikan (Sudomo, 1987).

Pembahasan Anatomi dan Fisiologi Aliran Darah Arteri yang mengalirkan darah dari jantung ke kelenjar susu (ambing ) ada 2 yaitu artreri Pudenda Externa (kiri dan kanan) merupakan kelenjar susu bagian depan dan arteri Perinealis merupakan kelenjar susu bagian belakang. Peredaran darah dari ambing ke jantung , di dalam sel- sel kelenjar terdapat Venulae, Venulae beranastomose membentuk Vena Mammaria yang menampung darah dari jantung. Vena pada dasar ambing membentuk lingkaran vena ( Venous circle ) yang merupakan tempat di mana darah meninggalkan ambing. Aliran darah dari ambing ke jantung, darah yang meninggalkan ambing melalui 3 vena diantaranya yaitu 1. Pudenda Externa (kiri dan kanan), nena ini sejajar dengan arteri pudenda externa, meninggalkan ambing melalui Canalis Inguinalis, ke Vena Cava Posterior. 2. Abdominalis Subcutaneous (vena susu), aliran darah melalui vena susu ini terletak langsung di bawah kulit, meninggalkan ambing pada sepanjang permukaan ventral dari rongga perut, ke anterior, menembus dinding abdomen. 3. Vena Perinealis, aliran darah di dalam vena ini melalui Pelvic. Aliran darah dari ambing menuju ke jantung dipengaruhi oleh posisi sapi, yaitu pda saat sapi berdiri darah sebagian besar mengalir melalui vena susu, sedangkan apabila pada saat sapi berbaring darah dari ambing menuju ke jantung melalui vena perinealis, vena susu tertekan, jalur melalui vena susu terhenti, darah dari ambing ke jantung melalui vena Perinealis. Vena menjadi lebih besar pada saat kebuntingan dan laktasi. Setelah sapi beranak aliran darah ke ambing meningkat 180%, aliran nutrisi dan hormone laktogenik lebih banyak ke ambing, sekresi susu lebih baik. Untuk darah yang mengalir, tiap 1 unit volume susu diperlukan 500 unit volume darah yang mengalir ke ambing. Kelenjar Susu Kelenjar susu merupakan salah satu jaringan hewan mamalia yang mengalami

pertumbuhan, deferensiasi sesuai dengan fungsinya dan mengalami regresi, kelenjar susu ini terjadi sejak fase fetus dan terus berlangsung sampai awal laktasi. Perkembangan struktur kelenjar susu terdiri dari 5 periode yaitu yang pertama periode fetus (embrio/ sebelum lahir), periode pre-pubertal, periode post-pubertal, periode kebuntingan, dan laktasi. Sapi dan kambing mempunyai konsistensi ambing yang sama yaitu kelenjar, karena pada saat dipegang tidak padat tetapi lunak yang berarti dalam ambing tersebut tidak terlalu banyak jaringan ikat (Syarif dan Somo Prastowo, 1984), sedangkan pertautan ambing pada sapi kuat dan pada kambing kendor. Dengan kondisi demikian menurut Syarif dan Somo Prastowo(1984) ambing kambing tersebut ambing yang jelek , karena bentuk puting meruncing, bentuk pencil dan pertautan ambing kendor. Beberapa hormon yang bertanggung jawab pada pertumbuhan kelenjar susu sama dengan yang berperan dalam reproduksi. Hormonhormon pituitari dan ovarium juga bertanggung jawab terhadap perkembangan kelenjar susu. Disamping itu estrogen terutama berperan pada perkembangan saluran susu dan progesteron bertanggung jawab pada perkembangan lobula alveolar (Sugeng P, 1997). Kelenjar susu ini terdiri dari jaringan skretorik dan jaringan penunjang yang dibentuk oleh lapisan Ectoderm dan Mesoderm. Tahap perkembangan kelenjar susu pada fetus yaitu 1. Ectoderm mengalami pertumbuhan pada kedua sisi linea alba (garis tengah membujur sepanjang dinding tubuh bagian ventral), ectoderm menyempit membentuk mammary band (jalur susu). Mammary bund terbentuk pada hari ke 32 dengan panjang lebih kurang 1 cm. Mammary band menyempit membentuk mammary line, pada mammary line terbentuk mammary bud ( tunas susu).

Perkandangan

Dalam perkandangan hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan, dan perlengkapan dari kandang. Kebersihan kandang dapat dijaga melalui sanitasi. Selain itu hal-hal seperti ventilasi, cahaya, konstruksi bangunan, kekeringan kandang. Kandang A yang terdapat di kandang ternak perah adalah kandang tipe sejajar tunggal, dengan halaman yang cukup luas. Luas tiap sekat cukup untuk 1 ekor sapi. Dalam tiap sekat dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, dinding pemisah, cincin yang terdapat pada bagian samping (pada dinding pemisah) untuk menambatkan tali. Luas tempat pakan lebih luas daripada tempat air, biasanya luas tempat air adalah 1/3 dari panjang tiap sekat. Pada kandang persusuan sudah sesuai dengan ketentuan yang lebih kurang 1/3 nya. Begitu juga dengan kandang pedetnya. Sedang untuk kandang persusuan B adalah bertipe sejajar ganda (2 baris) dengan kepala berlawanan. Kandang ini dapat menampung jumlah yang lebih banyak. Sedangkan dinding yang dibuat tidak begitu tinggi sehingga ventilasinya baik, serta mudah memperoleh cahaya yang cukup. Lantai yang dibuat mempunyai kemiringan. Hal ini bertujuan agar kotoran dan air buangan bisa mengalir sehingga tidak menggenang. Begitu juga dengan parit atau selokan sehingga kotoran atau limbah bisa mengalir sampai pembuangan akhir. Untuk kemiringan selokan, kedua ujung selokan lebih tinggi daripada bagian tengah karena saluran ke pembuangan akhir berada di tengah. Kemiringan ideal untuk selokan adalah 2 % (Soetarno, 1999). Apabila kemiringam lantai maupun selokan tidak terpenuhi akan menyebabkan kotoran dan air buangan tergenang, sehingga bisa menyebabkan kandang menjadi lembab. Lantai dan selokan di kandang perah kurang memenuhi syarat karena kemiringannya kurang ideal, padahal yang ideal 10 15 oC untuk lantai (Syarief dan Soemoprastowo, 1984), dan untuk selokan 7,25% (Soetarno, 1999). Konstruksi kandang sudah cukup memenuhi syarat, sehingga suasana dalam kandang bisa memberi kenyamanan pada sapi, sementara lingkungan di sekitar juga mendukung.

Jarak kandang dengan penampung kotoran, dirasakan masih terlalu dekat dengan kandang. Hal ini dapat menyebabkan lemak susu terpengaruh oleh bau kotoran, karena pemerahan dilakukan di dalam kandang yang dekat dengan tempat penampung kotoran.