porto folio
TRANSCRIPT
Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta :
No. ID dan Nama Peserta: RSUD Dr. M. Zein Painan
Topik : Infark miokard
Tanggal Kasus : 24 Juli 2013
Nama Pasien : Tn. S Nomor RM : -
Tanggal Presentasi : 30 Juli 2013 Pendamping :
Tempat Presentasi : Aula RSUD Dr. M. Zein Painan
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : - Seorang pasien laki-laki usia 52 tahun datang dengan keluhan nyeri
dada sejak ± 10 menit sebelum masuk RS.
Tujuan : Menentukan diagnosis Infark Miocard, memberikan terapi yang tepat, dan
memberikan edukasi pada keluarga pasien tentang penyebab dan pencegahan
Infark Miokard
Bahan
Bahasan :
Tinjauan
Pustaka
Riset Kasus Audit
Cara
Membahas
:
Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Data Pasien Nama : Tn. S No. Reg: -
Nama Klinik : RSUD Dr. M. Zein
Painan
Telp : (0756) 21428 Terdaftar sejak :
Data Utama untuk bahan diskusi :
Diagnosis / Gambaran Klinis :
- Seorang pasien laki-laki usia 52 tahun datang dengan keluhan nyeri dada sejak ± 10
menit sebelum masuk RS. Nyeri terutama dirasakan dibawah sternum, terasa seperti
ditekan, dan menjalar ke bahu kiri dan pungung, nyeri dirasakan setelah pasien
menghidupkan mesin genset. Pasien baru pertama kali merasakan nyeri seperti ini.
Nyeri dada tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri disertai berkeringat dingin.
- Batuk tidak ada, sesak tidak ada
- Demam tidak ada
- Mual tidak ada, muntah ada 1 x
- BAK tidak ada kelainan
- BAB tidak ada kelainan
1. Riwayat Pengobatan : -
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
- Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak ± 5 tahun yang lalu, rutin minum
obat.
3. Riwayat Keluarga : tidak ada anggoa keluarga menderita penyakit seperti ini
4. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah pekerja swasta.
5. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik :
- Riwayat merokok lama (+) sejak usia 20 tahun.
- Riwayat kebiasaan suka memakan makanan tinggi lemak dan garam.
Lain-lain:
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
Tekanan Darah : 140/ 110 mmHg
Nadi : 60x/ menit
Nafas : 22x/ menit
Suhu : 36,7 oC
Status Lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding :
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya +/+
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH2O. KGB tidak teraba membesar.
Dada : - Jantung : I : Iktus cordis tidak terlihat.
Pa : Iktus cordis teraba 2 jari medial LMCS RIC V
Pe : Batas jantung normal.
A : Irama teratur, Gallop (-).
- Paru : I : Simetris kanan = kiri
Pa : Fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor
A : Vesikuler normal, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : - Inspeksi : Distensi tidak ada
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstrimitas : Oedem pretibial (-/-). Akral hangat, refilling kapiler baik.
Refleks fisiologis (+/+), Refleks Patologis (-/-)
Kekuatan motorik atas 555/555, bawah 555/555
Pemeriksaan Penunjang :
Hb : 13,9gr/dl
Leukosit : 8500/mm3
Ht : 41%
Trombosit
GDR
:
:
233.000/mm3
174 mg/dl
EKG : HR : 60 Irama : sinusAxis : normalGel P : 2 mmPR Int : 0,12 dtkQRS Int : 0,12 dtkST elevasi : ( + ) di lead V1-V4ST depresi : ( - ) T inverted : ( - ) T prominen di lead V5 dan V6Q patologis : ( - )SV1+ RV6 : < 35 mm
Diagnosis : STEMI anterior
Anjuran pemeriksaan :
- CKMB/Troponin T
- HDL, LDL,Trigiserida, dan kolesterol total
Daftar Pustaka :
1. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1
2. Standar pelayanan medik Penyakit Dalam RS M DJAMIL
3. Guidline AHA
4. Guidline ESC
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu menegakkan diagnosis Infark Miocard
2. Mampu memberikan penatalaksanaan Infark Miocard
3. Edukasi penyebab Infark Miocard dan pencegahannya
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subjektif :
- Seorang pasien laki-laki usia 52 tahun datang dengan keluhan nyeri dada sejak ± 10
menit sebelum masuk RS. Nyeri terutama dirasakan dibawah sternum, terasa seperti
ditekan, dan menjalar ke bahu kiri dan pungung, nyeri dirasakan setelah pasien
menghidupkan mesin genset. Pasien baru pertama kali merasakan nyeri seperti ini.
Nyeri dada tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri disertai berkeringat dingin.
- Batuk tidak ada, sesak tidak ada
- Demam tidak ada
- Mual tidak ada, muntah ada 1 x
- BAK tidak ada kelainan
- BAB tidak ada kelainan
Objektif :
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
Tekanan Darah : 140/ 110 mmHg
Nadi : 60x/ menit
Nafas : 24x/ menit
Suhu : 36,7 oC
Status Lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding :
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya +/+
Leher : JVP 5-2 cmH2O.
Dada : - Jantung : I : Iktus cordis tidak terlihat.
Pa : Iktus cordis teraba 2 jari medial LMCS RIC V
Pe : Batas jantung normal.
A : Irama teratur, Gallop (-).
- Paru : I : Simetris kanan = kiri
Pa : Fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor
A : Vesikuler normal, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Ekstrimitas : Oedem pretibial (-/-).
Kekuatan motorik atas 555/555, bawah 555/555
Pemeriksaan Penunjang :
Hb : 13,9gr/dl
Leukosit : 8500/mm3
Ht : 41%
Trombosit
GDR
:
:
233.000/mm3
174 mg/dl
EKG : HR : 60 Irama : sinusAxis : normalGel P : 2 mmPR Int : 0,12 dtkQRS Int : 0,12 dtkST elevasi : ( + ) di lead V1-V4ST depresi : ( - )
T inverted : ( - ) T prominen di lead V5 dan V6 Q patologis : ( - )SV1+ RV6 : < 35 mm
Assesment :
ST elevasi miocard infark (STEMI) adalah rusaknya bagian jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner akibat proses
degeneratif,meningkatnya enzim jantung dan adanya ST elevasi pada pemeriksaan
EKG. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury
vaskular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami
fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis,
sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang menggakibatkan oklusi arteri
koroner. Dimana plak koroner cendrung mengalami ruptur jika mempunyai vibrous
cap yang tipis dan inti kaya lipid. Dimana infark miokard ini bisa terjadi dari
endokardium sampai epikardium dalam waktu 4 jam yang bersifat irreversible. Inilah
sebabnya pentingnya penatalaksanaan pasien dengan cepat.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik , pasien mengeluhkan nyeri dada seperti
di tekan dan menjalar ke bahu kemudian punggung yang muncul setelah menghidupkan
genset. Ini merupakan khas nyeri dada karna gangguan pada arteri koroner jantung.
Dimana, ini disebut dengan angina pectoris. Kualitas nyeri pada ngina pectoris, seperti
ditekan benda berat atau seperti diremas. nyeri biasanya berhubungan dengan aktifitas,
misalnya sedang berjalan mendaki, tergesa-gesa, pada kasus yang ringan bahkan ketika
sedang mandi dan makan timbul nyeri pada dada. Nyeri biasanya berlagsung 2-5 menit,
dimana jika berlangsung lebih dari 20 menit ini disebut dengan angina pectoris
unstable.
Selain itu dari anamnesis juga didapatkan faktor resiko untuk terjadinya plak
ateroskerosis yang akan mempersempit aliran koroner, yaitu : usia diatas 45 tahun, laki-
laki, kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, dan penyakit
hipertensi.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan GDR 174, dimana pada pedoman
diagnosis Diabetes Melitus tipe 2, jika tanpa disertai kriteria klasik DM, perlu pemeriksaan
lanjutan TTGO (test toleransi glukosa darah oral). Hal ini perlu dilakukan karena, Diabetes
melitus merupakan salah satu faktor resiko dari penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan EKG pada pasien ini ditemukan adanya ST elevasi pada V1-V4 dan T
prominen pada V5 dan V6. EKG harus dilakukan sesegera mungkin jika ditemukan nyeri
khas gejala iskemik jantung. Menurut ESC guidlines, diagnosis STEMI ditegakkan bila
ditemukan ST elevasi pada dua lead yang berhubungan ≥ 0, 25 mvolt pada laki-laki <40
tahun, ≥0, 2 mvolt pada laki-laki > 40 tahun, atau ≥ 0,15 mvolt pada wanita dilead V2-V3
dan atau ≥ 0,1 mvolt di lead lainnya. Jika tidak ditemukan kelainan pada EKG, dianjurkan
untuk melakukan EKG ulang. Pada pasien sindroma koroner akut, biasanya terjadi
perubahan gambaran EKG seperti gambar dibawah ini.
Gambar : Perobahan segmen ST dan gelombang T pada SKA.
Pada awal STEMI, bisa ditemukan T prominen atau T hiperakut, lebih dari 6 mm
pada sadapan ekstremitas dan lebih dari 10 mm pada sadapan prekordial. Tetapi T
hiperakut ini tidak selalu menandakan iskemik miocard, tetapi juga bisa terjadi pada
keadaan hiperkalemia (tidak disertai nyeri dada), perdarahan intrakranial ( disertai
pemanjangan interval QT dan tidak adanya gelombang U ), hipertropi ventrikel kiri dan
LBBB. Setelah T hiperakut ini biasanya diikuti oleh ST elevasi. Kemudian gelombang R
mulai hilang dan secara bersamaan terbentuk gelombang Q patologis, dimana ini
menandakan infark tranmural dan sudah terjadi fibrosis pada seluruh dinding. Jika belum
dilakukan reperfusi, ST elevasi akan kembali normal ke isoelektrik dan terbentuklah
gelombang T inverted. ST elevasi biasanya stabil dalam 12 jam, kemudian mengalami
resolusi sempurna dalam 72 jam. Elevasi segmen ST biasanya menghilang sempurna pada
90 % infark inferior, dan 40 % pada infark anterior. Elevasi segmen ST yang menetap lebih
dari 2 minggu kemungkinan morbiditas lebih tinggi dan jika menetap berbulan bulan perlu
difikirkan aneurisma ventrikel.
Pada pasien ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan enzim jantung yaitu
CKMB, Troponin T . Enzim marker ini berguna untuk mendeteksi apakah sudah terjadi
nekrosis pada otot jantung. Sebenarnya , ada banyak enzim marker yang bisa di periksa
untuk diagnosis infark miocard ini . Tetapi banyak yang tidak spesifik untuk jantung
seperti mioglobin, SGOT, LDH, kreatinin fosfokinase, dll. CKMB dan Troponin T yang
umumnya banyak di periksa karena lebih sensitif dan spesifik. Miglobin lebih dahulu
muncul dan lebih bagus untuk pemeriksaan dengan onset 3-6 jam, tetapi sering
memberikan hasil positif palsu bahkan sampai 80 %. CKMB lebih dahulu muncul yaitu
sekitar 2-3 jam onset dan puncaknya 12 jam kemudian menurun setelah 24-72 jam.
Sedangkan toponin T, lebih lama bertahan dan lebih spesifik dari pada CKMB.
Pada pasien ini diberikan terapi terapi oksigen 2-3 l/menit, IVFD RL 20
tetes/menit,aspilet 2 tablet kunyah, clopidogrel 75 mg 4 tablet kunyah, ISDN sublingual,
dan petidin 1 cc (IM). Oksigen diberikan untuk meningkatkan suplay oksigen ke jantung
suplay oksigen diiringi dengan tirah baring guna untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
Hilangnya nyeri merupakan indikator kebutuhan oksigen telah mencapai keseimbangan.
Jika nyeri belum berkurang oksigen bisa ditingkatkan menjadi 4 liter atau lebih dan
diberikan 6 jam. Aspilet diberikan untuk menurunkan reoklusi koroner dimana inisial
diberikan 160-325 mg dan dosis pemeliharaan 75-100mg/hari. ISDN diberikan untuk
meningkatkan suplay oksigen jantung dengan vasodilatasi pembuluh darah. Dimana ISDN
bisa diberikan 3 kali dengan interval 3-5 menit jika nyeri tetap tidak berkurang. Jika masih
tetap tidak berkuranf, diberikan secara IV. Dan pemberiannya harus memperhatikan
keadaan hemodinamik, dimana tidak boleh pada keadaan bradikardi <50, takikardi >100
dan tekanana darah dibawah 90 mmHg atau 30 mmHg lebih rendah dari tekanan darah
awal. Pemberian petidin digunakan untuk efek anlgetik SSP mengurangi neurohumoral dan
pelepasan katekolamin, menurunkan beban LV dan demand oksigen, menurunkan tahanan
vaskular sistemik. Petidin diberikan sebagai anlgetik pengganti morfin. Petidin IM
dosisnya 1-2mg/kgBB dengan sediaan 1cc 50 mg, maka diberikan pada pasien ini 1cc IM.
Clopidogrel merupakan anti agregasi dimana untuk inisial dosisnya adalah 300mg (4
tablet).
Pasien ini dirujuk ke RS M Djamil untuk dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut yaitu
reperfusi koroner baik dengan fibrinolitik ataupun dengan PCI.
Plan :
Diagnosis : STEMI anterior dan Hipertensi Stage 2
Pengobatan :
Oksigen 2-4l/menit
IVFD RL 20tetes/menit
Aspilet 2 tablet (kunyah)
ISDN sublingual
Clopidogrel 75 mg 4tablet (kunyah)
Petidin 1cc IM
Rujuk
Pendidikan :
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang gejala Infark Miocard Akut
serta pencegahannya.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini merupakan keadaan
gawat darurat yang harus dilakukan penatalaksanaan segera dan kemudian dirujuk
ke RS yang menyediakan fasilitas lebih lengkap.
Rujukan
Saat ini pasien perlu dirujuk untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.