case report dbd

10
Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RSUD Koja 1 Nicholas Wijayanto 2 Suzanna Ndraha 1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana 2 Departemen Penyakit Dalam RSUD Koja, Jakarta Utara, Jakarta, Indonesia Abstrak Introduksi: Demam berdarah dengue adalah salah satu bentuk dari infeksi virus dengue yang memiliki manifestasi seperti demam, mual, muntah, serta kebocoran plasma. Kebocoran plasma ini, sangat beresiko tinggi untuk menyebabkan terjadinya sindrom syok dengue apabila terapi yang diberikan tidak tepat dan adekuat. Artikel ini akan melaporkan penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RSUD Koja pada pasien wanita berusia 21 tahun. Kasus: Wanita berusia 21 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan perdarahan spontan berupa petekie, pada pemeriksaan penunjang didapatkan trombositopenia. Pasien diputuskan dirawat, selama perawatan 4 hari, pemeriksaan USG didapatkan tanda-tanda kebocoran plasma dan pada pemeriksaan serologi didapatkan positif. Pasien diberikan terapi suportif berupa penambahan asupan cairan kristaloid dan koloid selama perawatan. Pada perjalanan penyakit hari ke-7, kondisi pasien stabil dan pasien diperbolehkan pulang. Diskusi: Pada kasus ini, tatacara diagnosis untuk Demam Berdarah Dengue sudah baik dan sesuai dengan standar WHO, yaitu dengan 1

Upload: nicomichael

Post on 07-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

case report dbd

TRANSCRIPT

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RSUD Koja1Nicholas Wijayanto 2Suzanna Ndraha1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana2Departemen Penyakit Dalam RSUD Koja, Jakarta Utara, Jakarta, Indonesia

AbstrakIntroduksi:Demam berdarah dengue adalah salah satu bentuk dari infeksi virus dengue yang memiliki manifestasi seperti demam, mual, muntah, serta kebocoran plasma. Kebocoran plasma ini, sangat beresiko tinggi untuk menyebabkan terjadinya sindrom syok dengue apabila terapi yang diberikan tidak tepat dan adekuat. Artikel ini akan melaporkan penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RSUD Koja pada pasien wanita berusia 21 tahun. Kasus: Wanita berusia 21 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan perdarahan spontan berupa petekie, pada pemeriksaan penunjang didapatkan trombositopenia. Pasien diputuskan dirawat, selama perawatan 4 hari, pemeriksaan USG didapatkan tanda-tanda kebocoran plasma dan pada pemeriksaan serologi didapatkan positif. Pasien diberikan terapi suportif berupa penambahan asupan cairan kristaloid dan koloid selama perawatan. Pada perjalanan penyakit hari ke-7, kondisi pasien stabil dan pasien diperbolehkan pulang.Diskusi:Pada kasus ini, tatacara diagnosis untuk Demam Berdarah Dengue sudah baik dan sesuai dengan standar WHO, yaitu dengan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit setiap hari, serta pemeriksaan USG dan pemeriksaan serologi IgM dan IgG anti-dengue. Terapi yang diberikan juga sudah baik dengan kombinasi cairan kristaloid dan koloid yang adekuat.Kesimpulan: Tatacara diagnosis dan terapi pada pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD Koja sudah sesuai standar.Kata kunci: Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue

AbstractIntroduction:Dengue hemorrhagic fever is one form of dengue virus infection who have manifestations such as fever, nausea , vomiting, and plasma leakage. This plasma leakage is very high risk to cause dengue shock syndrome when therapy was not given proper and adequate. This article will report the management of Dengue Hemorrhagic Fever in Koja Hospital in female patients aged 21 years.Case:21 years old woman presents with a fever since three days ago. After physical examination, it was found bleeding spontaneously form of petechiae, the investigation found thrombocytopenia. Patients treated was decided, during the 4 days treatment, ultrasound examination found signs of plasma leakage and the obtained positive serology. Patients are given supportive therapy in the form of the addition of crystalloid and colloid fluid intake during treatment. In the course of the disease the 7th day, the patient's condition is stable and the patient is allowed to go home.Discussion: In this case, the procedures for the diagnosis of Dengue Fever has been good and in accordance with WHO standards , namely the hemoglobin, hematocrit, leukocytes and platelets every day, as well as an ultrasound examination and serology IgM and IgG anti - dengue. Therapy was given also been good with a combination of crystalloid and colloid fluids are adequate.Conclusion:Procedures for diagnosis and therapy in patients with Dengue Hemorrhagic Fever in Koja Hospital already compliant.Keyword: Dengue Fever, Dengue Hemorrhagic Fever

1

PendahuluanDemam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi sekunder virus dengue. Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, family Flaviviridae. Virus ini memiliki 4 serotipe yaitu, DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Namun DEN-3 merupakan serotipe yang paling banyak ditemukan di Indonesia dan memiliki manifestasi klinik paling berat. Pada infeksi primer, virus ini akan menyebabkan terjadinya demam dengue, pada infeksi sekunder baru akan terjadi demam berdarah dengue yang ditandai dengan adanya kebocoran plasma (Plasma leakage).1-3Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia. Pada tahun 2009 tampak provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan AI DBD tertinggi (313 kasus per 100.000 penduduk), sedangkan Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan AI DBD terendah (8 kasus per 100.000 penduduk). Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (Terutama A. Aegypti dan A.Albopictus).1,2Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan. Hipotesis yang paling banyak dianut adalah Secondary heterolog infection. Hipotesis ini menyatakan bahwa Demam berdarah dengue terjadi apabila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah: (a) Respon humoral berupa pembentukan antibodi; (b) Limfosit T berperan dalam respon imun sseluler terhadap virus dengue; (c) Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengue; (d) Aktivasi sistem komplemen oleh kompleks imun yang menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.1,3,4Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat asimptomatik, dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue. Demam umumnya selama 2-7 hari, lalu diikuti fase kritis selama 2-3 hari. Pada fase kritis pasien sudah tidak demam tapi beresiko terjadi renjatan.1,2Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Pemeriksaan imuno serologis dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG anti-dengue yang mulai terdeteksi hari ke 3-5 perjalanan penyakit. Pemeriksaan radiologis dilakukan foto rontgen thorax lateral kanan untuk melihat efusi pleura. Asites dan efusi pleura dapat juga dideteksi dengan pemeriksaan USG.1-5Diagnosis DBD masih berdasarkan kriteria WHO tahun 1997, yaitu: (1) Demam antara 2-7 hari; (2) Terdapat manifestasi perdarahan seperti uji bendung positif, petekie, ekimosis atau purpura, epistaksis, perdarahan gusi, hemetemesis atau melena; (3) Trombositopenia 20% atau efusi pleura, ascites.1Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam berdarah dengue, dengan terapi suportif yang kuat dan pemeliharaan volume cairan sirkulasi, merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan cairan via parenteral untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.1-3 Laporan kasusWanita berusia 21 tahun datang ke IGD RSUD Koja dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Selain demam, pasien juga mengeluh mual, muntah dan nyeri kepala yang hebat. Pasien sudah berobat ke klinik lalu diberikan antibiotik dan antipiretik, namun tidak ada perbaikan. 1 hari SMRS, keluhan mual dan muntah dirasakan semakin berat dan timbul bintik-bintik merah pada lengan dan perut pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, keadaan tampak sakit sedang, tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 38oC. Tidak didapatkan perdarahan spontan lain selain petekie pada lengan dan abdomen. Terdapaat nyeri tekan epigastrium pada pemeriksaan abdomen.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 16.1 g/dl, Ht 45.8%, Leukosit 5.69 cell/mm3, trombosit 50.000/ul. Lalu pasien dirawat di ruang rawat inap RSUD Koja. Pada terapi, pasien diberikan Infus Ringer asetat dikombinasikan dengan Gelafusal 3:2 kolf dalam 24 jam, injeksi Omeprazol 1 x 40mg, drip parasetamol 3 x 500mg. Untuk diet, diterapkan diet bebas.Pada perawatan hari ke-1 (perjalanan penyakit hari ke 4), pasien masih merasakan keluhan demam, mual, namun tidak muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit ringan, tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 88 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, suhu 37.5oC. Petekie muncul di tungkai. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 14.9 g/dl, Ht 47.1%, leukosit 7300 cell/mm3, trombosit 45.000 /ul. Saat ini keadaan pasien sesuai dengan perjalanan penyakit Demam dengue hari ke-4 dimana trombosit masih mengalami penurunan. Pada perawatan hari ke-2 (perjalanan penyakit hari ke-5), keluhan mual sudah berkurang, begitu juga dengan keluhan demam yang sudah berkurang. Pada pemeriksaan fisik yang didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 85 x/menit, pernafasan 18 x/menit, suhu 36.5oC. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 14.3 g/dl, Ht 40%, leukosit 10.500 cell/mm3, trombosit 28.000 /ul. Hasil pemeriksaan USG didapatkan adanya Hepatomegali non-spesifik, Gall bladder wall thickening, ascites dan efusi pleura dextra. Adanya plasma leakage ini membuat diagnosis demam berdarah dengue dapat ditegakkan. Karena adanya perdarahan spontan, maka diagnosanya demam berdarah dengue derajat 2. Pada hari perawatan ke-3 (perjalanan penyakit hari ke 6), keluhan demam dan mual sudah tidak dirasakan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36.5oC, pernafasan 18 x/menit. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 13.1 g/dl, Ht 37%, leukosit 10.200 cell/mm3, trombosit 54.000/ul. Hasil pemeriksaan serologi IgM dan IgG anti-dengue didapatkan hasil positif, membuat diagnosa pasti menjadi Demam berdarah dengue derajat 2. Karena hematokrit mengalami penurunan, maka terapi cairan dikurangi menjadi kombinasi ringer asetat dan gelafusal 2:1 kolf dan injeksi omeprazol serta paracetamol di stop. Pada hari perawatan ke-3 (perjalanan penyakit hari ke-7), pasien sudah tidak ada keluhan demam maupun mual. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, suhu 36.5oC, pernafasan 18 x/menit. Pada pemeriksaan laboratorium kadar Hb 12.6 g/dl, Ht 35.2%, leukosit 9500 cell/mm3, trombosit 128.000 /ul. Dari hasil ini, maka masalah demam berdarah dengue derajat 2 telah teratasi dan pasien dipulangkan. DiskusiPada pasien ini dipikirkan demam berdarah dengue karena dari anamnesis kita dapatkan keluhan demam sejak 3 hari yang disertai nyeri kepala hebat serta mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik kita dapatkan juga tanda perdarahan spontan berupa petekie pada lengan dan abdomen pasien. Sedangkan dari pemeriksaan laboratorium, kita dapatkan kadar trombosit sebesar 50.000 /ul. Pada pemeriksaan radiologi USG juga didapatkan tanda-tanda kebocoran plasma berupa efusi pleura, ascites, serta adanya hepatomegali.1,2Manifestasi pada pasien ini sesuai dengan kriteria diagnosa DBD dari WHO tahun 1997, dimana terdapat demam 2-7 hari, yang disertai juga dengan adanya tanda perdarahan spontan dan juga adanya hepatomegali. Lalu pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar trombosit