case dss

Upload: ranpss

Post on 08-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

case anak

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

Nama: Nadia AlwainyNIM: 030.08.171Universitas: Universitas TrisaktiFakultas: KedokteranTingkat: Kepanitraan KlinikBidang Pendidikan: Ilmu Kesehatan AnakPeriode Kepaniteraan Klinik: Periode 25 Mei 10 Agustus 2015Judul Laporan Kasus: Dengue Shock SyndromeTELAH DIPERIKSA dan DISETUJUI TANGGAL :

Menyetujui,

Dr. Hj. Siti Rahmah, Sp.A

BAB I LAPORAN KASUS

1. IDENTITASDataPasienAyahIbu

NamaAn. WTn. ANy. S

Umur10 tahun38 tahun35 tahun

Jenis KelaminPerempuanLaki-lakiPerempuan

AlamatBinatara 17 RT. 06/ 013 Bekasi Barat

AgamaIslamIslamIslam

Suku bangsaSunda

Pendidikan -SMASMA

Pekerjaan Pelajar WiraswastaIRT

Penghasilan---

KeteranganHubungan dengan orang tua : Anak Kandung

Tanggal Masuk RS24 Juni 2015

1. ANAMNESISDilakukan sacara auto dan alloanamnesis kepada pasien dan Ibu pasien.1. Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit1. Keluhan Tambahan : Sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut.1. Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang anak datang diantar orang tuanya dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi dirasakan terus menerus siang dan malam. Pasien juga mengeluh sakit kepala dan badan terasa lemas. Selain itu pasien juga mengeluh mual dan muntah. Muntah 3 kali berisi makanan bercampur cairan. Pasien juga mengeluh nyeri perut. Keluhan seperti batuk, pilek, diare disangkal. Buang air besar (BAB) lancar dengan frekuensi 1 kali per hari, konsistensi lunak, warna kuning kecokelatan dan tidak ada darah. Buang air kecil (BAK) lancar, berwarna kuning jernih dan tidak nyeri.Pasien sudah berobat ke dokter dan di beri paracetamol, setelah minum obat panas menjadi berkurang namun tidak beberapa lama panas muncul kembali. Selain itu pasien juga mengeluh keluar darah dari hidung (mimisan) 1 kali. Selama sakit nafsu makan pasien berkurang dan tampak lemas. Tidak ada riwayat bepergian keluar kota, alergi makanan maupun alergi obat.

1. Riwayat Penyakit DahuluPenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi-Difteria-Jantung-

Cacingan-Diare-Ginjal-

DBD-Kejang-Darah-

Thypoid-Maag-Radang paru-

Otitis-Varicela-Tuberkulosis-

Parotis-Asma-Morbili-

1. Riwayat Penyakit Keluarga :Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti pasien.Tetangga ada yang sakit dbd, teman sekolah tidak ada yng sakit dbd.

1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :KEHAMILANMorbiditas kehamilanTidak ada

Perawatan antenatalPeriksa ke bidan 1 kali tiap bulan

KELAHIRANTempat kelahiranRumah

Penolong persalinanBidan

Cara persalinanSpontan

Masa gestasi37 minggu

Keadaan bayiBBL : 3200 gramPB : 48 CMLangsung menangis, merahApgar score tidak tahuTidak ada kelainan bawaan

Kesan : Riwayat kehamilan dan riwayat Kelahiran pasien baik

1. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :Pertumbuhan gigi I: Usia 9 bulan(normal: 5-9 bulan)

Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien baikPsikomotorTengkurap: Usia 4 bulan(normal: 3-4 bulan)Duduk: Usia 6 bulan(normal: 6 bulan)Berdiri: Usia 10 bulan(normal: 9-12 bulan)Bicara: Usia 11 bulan(normal: 9-12 bulan) Berjalan: usia 12 bulan(normal: 13 bulan)

1. Riwayat MakananUmur (bulan)ASI/PASIBuah/biscuitBubur susuNasi tim

0-2+/-

2-4+/-

4-6+/-

6-7+/-+++

8-10----

10-12----

Kesan : Pasien selalu minum ASI sampai umur 7 bulan ini, tidak pernah minum susu formula, pasien mulai makan makanan buah atau biskuit sejak berumur 6 bulan.1. Riwayat Imunisasi :VaksinDasar (umur)Ulangan (umur)

BCG1 bln

DPT2 bln4 bln6 bln

POLIOLahir2 bln4 bln6 bln

CAMPAK9 bln

HEPATITIS BLahir 1 bln6 bln

Kesan : Riwayat imunisasi pasien menurut PPI lengkap, ibu pasien tidak ingat jadwal imunisasi ulangan pasien.

J. Riwayat Keluarga AyahIbu

NamaTn. ANy. S

Perkawinan ke11

Umur 3835

Keadaan kesehatanSehatSehat

Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik

k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :Pasien tinggal di rumah kontrakan bersama kedua orang tua, dinding terbuat dari tembok. atap terbuat dari genteng, ventilasi cukup. Menurut pengakuan ibu pasien, keadaan lingkungan rumah padat, ventilasi dan pencahayaan kurang baik serta pada malam hari banyak nyamuk. sumber air bersih berasal dari air PAM. Ibu pasien menyatakan tetangganya banyak mengalami sakit yang serupa dan dirawat di RS.

1. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan umum: Tampak sakit sedang1. PAT 1. A : Interactivity (-) look (+), speech (-), tonus (+), consolability (-)1. B : nafas spontan, napas cuping hidung (-), retraksi (-)1. C : pucat (+), mottled (-), sianosis (-)1. Tanda Vital Kesadaran: Compos mentis Tekanan darah : tidak dapat dinilai Frekuensi nadi : tidak teraba (a. Radialis & a. Tibialis Anterior) Frekuensi pernapasan: 24x/menit Suhu tubuh: 37,6 o C1. Data antropometri Berat badan: 59,5 kg Tinggi badan: 149 cm BB / U : 59.5 / 33 x 100 % = 180 % gizi lebih TB / U : 144/138 x 100 % = 104 % gizi baik BB/TB : 59.5/ 46 x 100 % = 129% gizi lebih

1. KepalaBentuk: NormocephaliRambut: Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merataMata: Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, subconjungtival bleeding (-)Telinga: Normotia, serumen -/-Hidung: Bentuk normal, sekret -/-, nafas cuping hidung -/-, mimisan (+)Mulut: bibir kering (+) , lidah kotor (-), gusi berdarah (-), faring hiperemis (-)Leher: KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar

1. ThoraxParu-paruInspeksi: Gerak napas kedua hemithoraks simetris, retraksi sela iga (-)Palpasi : Vocal fremitus sama kuat kanan dan kiriPerkusi : sonor pada kedua lapang paruAuskultasi: suara napas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)JantungInspeksi: Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada pulsasi abnormalPalpasi: Tidak teraba pulsasi abnormalPerkusi: batas jantung dan paru paru dalam batas normalAuskultasi: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-).

1. Abdomen Inspeksi: Perut datar Auskultasi: Bising usus (+) normal 3x/menit Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. Perkusi: shifting dullness (-), nyeri ketok (-)1. Kulit : ikterik (-), petechie (+) 1. Ekstremitas: akral hangat (-/-), oedem (-),CRT >3detik

1. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium (24 Juni 2015, 11:25 wib)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit6.95-10ribu/uL

Hb15.713-17g/dL

Ht43.840-54%

Trombosit41150-400ribu/uL

Laboratorium (24 Juni 2015, 17:06 wib)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit5.75-10ribu/uL

Hb14,213-17g/dL

Ht38,740-54%

Trombosit32150-400ribu/uL

Laboratorium (24 Juni 2015, 22:49 wib)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Hematologi

Leukosit5.45-10ribu/uL

Hb14,013-17g/dL

Ht39,740-54%

Trombosit27150-400ribu/uL

Eritrosit6.064 5Juta/uL

MCV65.675 87fL

MCH23.124 30Pg

MCHC35.231 37%

Imunoserologi

CRP KualitatifReaktifNon reaktif

Kimia Klinik

Protein total5.806.6 8.0g/dL

Albumin3.243.5 4.5g/dL

Globulin2.561.5 3.0g/dL

GDS10260 110mg/dL

Fungsi Ginjal

Ureum 2820 40mg/dL

Kreatinin 0.730.5 1.3mg/dL

Elektrolit

Natrium (Na)135135 145mmol/L

Kalium (K)3.73.5 - 5.0mmol/L

Clorida (Cl)9094 111mmol/L

Gambaran Darah Tepi

Kesan Trombositopenia dengan limfosit plasma biru sesuai dengan infeksi dengue. Mikrositik dengan RetHE rendah, kemungkinan hemoglobinopati atau kelainan membran eritrosit belum dapat disingkirkan.

Laboratorium (25 Juni 2015, 07:22 wib)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit7.65-10ribu/uL

Hb13.813-17g/dL

Ht39.040-54%

Trombosit14150-400ribu/uL

Laboratorium (25 Juni 2015, 22:54 wib)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit4.95-10ribu/uL

Hb11.613-17g/dL

Ht31.340-54%

Trombosit11150-400ribu/uL

Laboratorium (26 Juni 2015, 16:04 wib)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit5.35-10ribu/uL

Hb12.013-17g/dL

Ht32.040-54%

Trombosit41150-400ribu/uL

Laboratorium (27 Juni 2015, 06:00)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit5.35-10ribu/uL

Hb11.513-17g/dL

Ht32.240-54%

Trombosit64150-400ribu/uL

Laboratorium (28 Juni 2015, 06:54 wib)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit5.35-10ribu/uL

Hb11.813-17g/dL

Ht31.940-54%

Trombosit169150-400ribu/uL

FOTO THORAX (25 Juni 2015)

Skeletal normal.Cor, sinuses dan diafragma normal.Pulmo : corakan normal. Tak tampak infiltrat, sudut costofrenikus kanan dan kiri tampak menumpulKesan : Thorax normal, susp efusi

1. DIAGNOSIS KERJA Dengue Shock Syndrome

1. PENATALAKSANAAN Rawat intensive Tirah baring Asupan cairan yang cukup Pengawasan tanda vital dan perdarahan Pemeriksaan lab H2TL /8jam Nasal kanul O2 3 Lpm Inj Sanmol 500 mg Ranitidin 2 x 1 amp

Khusus : Loading RL (10-20ml/ KgBB/ 30 menit) 600cc / 30menit dalam 2 jalur IV observasi TNSP/ 10mnt + Balance Cairan. Dilanjutkan dengan RL (10 ml/ KgBB/ 1 Jam) 600cc/ jam selama 24jam observasi TNSP + Balance Cairan + tanda perdarahan. Dilanjutkan dengan RL (5 ml/ KgBB/ 1 Jam) 300cc/ jam selama 24jam observasi TNSP + Balance Cairan + tanda perdarahan. Dilanjutkan dengan RL (3 ml/ KgBB/ 1 Jam) 180cc/ jam selama 24jam observasi TNSP + Balance Cairan + tanda perdarahan.

1. PROGNOSIS Ad vitam: dubia ad bonam As fungsionam: dubia ad bonam Ad sanationam: dubia ad bonam

1. FOLLOW UPTanggal Follow up

25/6/2015S/ mual (+), sakit kepala(+), demam (-)O/ TD : 100/70mmHg Nadi : 78 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 37,2oC Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/- Leher : KGB tidak teraba membesar Thoraks : suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- BJ I&II reguler, murmur -, gallop Abdomen : Supel, BU + 4x/menit Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT < 2dtk A/ DSSP/ IVFD RL 120 cc/jamIVFD Sanbe Hest 50 cc/jam

26/6/2015S/ demam(-), mual(+)O/ TD : 110/80mmHg Nadi : 94x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,6oC Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/- Leher : KGB tidak teraba membesar Thoraks : suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- BJ I&II reguler, murmur -, gallop Abdomen : Supel, BU + 3x/menit Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT < 2dtk A/ DSSP/ - IVFD RL 50 cc/jam- IVFD Sanbe Hest 25 cc/jam

27/6/2015S/ mual (-), demam(-)O/ TD : 110/70mmHg Nadi : 92x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,8oC Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/- Leher : KGB tidak teraba membesar Thoraks : suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- BJ I&II reguler, murmur -, gallop Abdomen : Supel, BU + 3x/menit Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT < 2dtkA/ DSSP/ IVFD RL 50 cc/jam IVFD Sanbe Hest 25 cc/jam Cek DHF / 12 jam Motivasi minum 1000 cc/hariRawat ruang biasa

28/6/2015S/ mual (-), demam(-)O/ TD : 120/80mmHg Nadi : 88x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,5oC Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/- Leher : KGB tidak teraba membesar Thoraks : suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- BJ I&II reguler, murmur -, gallop Abdomen : Supel, BU + 3x/menit Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT < 2dtkA/ DSSP/ Motivasi minum 1000 cc/hari Boleh Pulang

24/6/1511:25 wib24/6/1517:06 wib24/6/15 22:49 wib25/6/15 07:22 wib25/6/15 22:54 wib26/6/15 16:04 wib26/6/15 19:41 wib27/6/15 06:00 wib28/6/15 07:06 wib

LEKO6.95.75.47.64.95.34.65.35.3

HB15.714,214,013.811.612.011.611.511.8

HT43.838,739,739.031.332.033.432.231.9

TROMB4132271411415264169

BAB IIANALISA KASUS

Pasien ini didiagnosis Dengue Shock Syndrome ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Seorang anak datang dengan keluhan demam sejak 4 hari. Demam tinggi dirasakan terus menerus siang dan malam. Pasien juga mengeluh sakit kepala dan badan terasa lemas. Selain itu pasien juga mual dan muntah. Muntah 3 kali berisi makanan bercampur cairan. Pasien juga mengeluh nyeri perut.Pasien sudah berobat ke dokter dan di beri paracetamol, setelah minum obat panas menjadi berkurang namun tidak beberapa lama panas muncul kembali. Selain itu pasien juga mengeluh keluar darah dari hidung (mimisan) 1 kali. Selama sakit nafsu makan pasien berkurang dan tampak lemas. Tidak ada riwayat bepergian keluar kota, alergi makanan maupun alergi obat.Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, TD 100/70 mmHg, nadi tidak teraba, RR 24x/m, suhu 37,6C. Nyeri tekan abdomen (+). Akral dingin, CRT > 3detik. Pemeriksaan lab trombositopeni dengan nilai 41 ribu/uL.

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi:1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya bifasikPada pasien demam sudah 4 hari.2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut: Uji bendung positif Petekie, ekimosis, atau purpura Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi) Hematemesis atau melenaPada pasien terdapat riwayat mimisan.3. Trombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya

Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.Pada foto thorax pasien didapatkan gambaran efusi pleura.

WHO (1997) membagi DBD menjadi 4 (Vasanwala dkk, 2011):a. Derajat 1Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegali), tanpa perdarahan spontan, trombositopenia dan hemokonsentrasi, uji tourniquet positif. b. Derajat 2Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain seperti mimisan, muntah darah dan berak darah.c. Derajat 3Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah, sianosis disekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tand adini renjatan).d. Renjatan berat (DSS) / Derajat 4Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

DefinisiDemam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.2EpidemiologiSejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan kasus DBD juga meningkat, namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% pada tahun 1968, menjadi 3% pada tahun 1984 dan menjadi 48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-epidemioligi. Untuk diagnosis pasien, Kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum akut atau konvalesen daianggap sebagai presumtif (+) atau di dugan keras positif infeksu dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk, 2011).

2) Uji komplemen fiksasi (uji CF)Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).3) Uji neutralisasiUji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya memamkai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Anti body neutralisasi dapat dideteksi dalam serum bersamaan dengan antibody HI tetapi lebih cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4-8 tahun). Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama sehingga tidak rutin digunakan (Vasanwala dkk, 2011).4) IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke-4-5 infeksi virus dengue karena IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila IgM negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM msih negative maka dilaporkan sebagai negative. IgM dapat bertahan dalam darah samapi 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac Elisa sedikit di bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI (Vasanwala dkk, 2011).5) Identifikasi VirusCara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk. Sensitifitas PCR sama dengan isolasi virus namun PCR tidak begitu dipengaruhi oleh penanganan specimen yang kurang baik bahkan adanya antibody dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari PCR (Vasanwala dkk, 2011).

Diagnosis Bandinga. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri virus, atau infeksi parasit seperti demam tifoid,campak, influenza hepatitis, demam, chikungunya, leptospirosis, dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.6b. Demam berdarah dengue harus dibedakan dengan demam chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Bila dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hamper selalu disertai ruam makulopapular,injeksi konjungtiva, dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.c. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi, misalnya sepsis, meningitis meningokokus. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Disamping itu jelas terdapat leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran kekiri pada hitung jenis) pemeriksaan LED dapat dipergunakan untuk membedakan infeksi bakteri dengan virus. Pada meningitis meningokokus, jelas terdapat gejala rangsangan meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan serebrospinald. Idiophatic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II, oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan dibawah kulit. Pada hari-hari pertama, diagnosis ITP sulit dibedakan dengan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam cepat menghilang, tidak dijumpai leukopeni, tidak dijumpai hemokonsentrasi, tidak dijumpai pergeseran kekanan pada hitung jenis. Pada fase penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal dari pada ITPe. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada leukemia demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelasdiagnosis leukemia. Pada anemia aplastik akan sangat anemic, demam timbul karena infeksi sekunder. Pada pemeriksaan darahditemukan pansitopenia (leukosit, hemoglobin, trombosit menurun). Pada pasien dengan perdarahan hebat pemeriksaan foto toraks dan atau kadar protein dapat membantu menegakkan diagnosis. Pada DBD ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemia sebagai tanda perembesan plasma

Penatalaksanaana. Pre Hospital7Penatalaksanaan prehospital DBD bisa dilakukan melalui 2 cara yaitu pencegahan dan penanganan pertama pada penderita demam berdarah. DinasKesehatan Kota Denpasar menjelaskan pencegahan yang dilakukan meliputi kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu kegiatan memberantas jentik ditempat perkembangbiakan dengan cara 3M:1) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi / WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2).3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).Pada orang yang menderita demam berdarah pada awalnya mengalami demam tinggi. Kondisi demam dapat mengakibatkan tubuh kekurangan cairan karena penguapan, apalagi bila gejala yang menyertai adalah muntah atau intake tidak adekuat (tidak mau minum), akhirnya jatuh dalam kondisi dehidarasi. Pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah mengembalikan cairan tubuh yaitu meberikan minum 2 liter/hari (kira kira 8 gelas) atau 3 sendok makan tiap 15 menit. Minuman yang diberikan sesuai selera misalnya air putih, air teh manis, sirup, sari buah, susu, oralit, shoft drink, dapat juga diberikan nutricious diet yang banyak beredar saat ini. Untuk mengetahui pemberian cairan cukup atau masih kurang, perhatikan jumlah atau frakuensi kencing. Frekuansi buang air kecil minimal 6 kali sehari menunjukkan pemberian cairan mencukupi Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh kemauan yang kuat untuk melakukannya. Cara itu adalah sebagai berikut (WHO, 1999):1) Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak lebih baik)2) Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas. Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10 mg/BB/kali tidak lebih dari 4 kali sehari. Jangan memberikanaspirindanbrufen/ibuprofen, sebab dapat menimbulkan gastritis dan atau perdarahan.3) Beberapa dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan (pocari sweet)4) Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit 5) Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak6) Cara penghitung kebutuhan cairan dapat berdasarkan rumus berikut ini :a) Dewasa: 50 cc/kg BB/harib) Anak:Untuk 10 kg BB pertama: 100cc/kg BB/ hari Untuk 10 kg BB kedua: 50 cc/kg BB/ hari Untuk 10 kg BB ketiga dan seterusnya: 20 cc/kg BB/hari

Pada pasien anak yang rentan mempunyai riwayat kejang demam maka perlu diwaspadai gejala kejang demam. Seiring dengan kehilangan cairan akibat demam tinggi, kondisi demam tinggi juga dapat mencetuskan kejang pada anak sehingga harus diberikan obat penurun panas. Untuk menurunkan demam, berilah obat penurun panas. Untuk jenis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang berasal dari golongan parasetamol atau asetaminophen, jangan diberikan jenis asetosal atau aspirin oleh karena dapat merangsang lambung sehingga akan memperberat bila terdapat perdarahan lambung. Kompres dapat membantu bila anak menderita demam terlalu tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan kompres dingin, oleh karena kompres dingin dapat menyebabkan anak menggigil. Sebagai tambahan untuk anak yang mempunyai riwayat kejang demam disamping obat penurun panas dapat diberikan obat anti kejang.IDAI (2009) menjelaskan tanda-tanda syok harus dikenali dengan baik karena sangat berbahaya. Apabila syok tidak tertangani dengan baik maka akan menyusul gejala berikutnya yaitu perdarahan. Pada saat terjadi perdarahan hebat penderita akan tampak sangat kesakitan, tapi bila syok terjadi dalam waktu yang lama, penderita sudah tidak sadar lagi. Dampak syok dapat menyebabkan semua organ tubuh akan kekurangan oksigen dan akhirnya menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu penderita harus segera dibawa kerumah sakit bila terdapat tanda gejala dibawah ini:1) Demam tinggi (lebih 39oc atau lebih)2) Muntah terus menerus3) Tidak dapat atau tidak mauminum sesuai anjuran4) Kejang5) Perdarahan hebat, muntah atau berak darah6) Nyeri perut hebat7) Timbul gejala syok, gelisah atau tidak sadarkan diri, nafas cepat, seluruh badan teraba lembab, bibir dan kuku kebiruan, merasa haus, kencing berkurang atau tidak ada sama sekali8) Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kekentalan darah atau penurunan jumlah trombositPeran serta keluarga dan masyarakat sangat penting untuk membantu dalam menangani penyakit demam berdarah. Dinas Kesehatan Kota Denpasar mengarahkan apabila ada penderita yang terkena demam berdarah maka harus segera melaporkan Kadus/Kaling/Kades/Lurah atau sarana pelayanan kesehatan terdekat bila ada anggota masyarakat yang terkena DBD. b. Intra Hospital di Unit Gawat Darurat 7Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dansebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD dan penyakit lain adalah adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dangangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu demam tinggi mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Maka keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan ease awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunanjumlah trombosit sampai 50.000/l Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

Bagan 3. Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatanhematokrit >20%[2]

DBD derajat I atau II dengan peningkatan hematokrit >20%DBD derajat I atau II dengan peningkatan hematokrit >20%Cairan awalRL/RA/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl 0,9%+D5 6-7 ml/kgBB/jamMonitor tanda vital/Nilai Ht & Trombosit tiap 6 jam

PerbaikanTidak ada perbaikanTidak gelisahGelisahNadi kuatDistress pernafasanTek.darah stabil Frek.nadi naikDiuresis cukupTanda vital memburuk Ht tetap tinggi/naik(12 ml/kgBB/jam)Ht meningkat Tek.nadi