case bblr

21
Case Report BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH Oleh : Ami Tri Nursasmi 0910312126 Marhamah Hasnul 0910312138 Pembimbing dr. Rahmiyetti, SpA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RS. ACHMAD MUKHTAR BUKITTINGGI

Upload: jolatuvelbahana

Post on 09-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahan BBLR

TRANSCRIPT

Case Report

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Oleh :

Ami Tri Nursasmi 0910312126

Marhamah Hasnul 0910312138

Pembimbing

dr. Rahmiyetti, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RS. ACHMAD MUKHTAR BUKITTINGGI

2014

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai

bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang

masa gestasi.1 Dalam kebidanan digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu BBLR dengan

masa gestasi < 37 minggu (prematur), dan BBLR dengan masa gestasi ≥ 37

minggu (dismatur). BBLR dapat merupakan akibat masa kehamilan kurang dari

37 minggu dengan berat yang sesuai, bayi yang beratnya kurang dari berat yang

semestinya menurut masa kehamilan kecil masa kehamilan (KMK), atau karena

kombinasi keduanya.1

II. Epidemiologi

Insiden dari BBLR di dunia adalah sekitar 15 %, dengan batasan 3,3%-

38% dan lebih sering terjadi di negara-negara sedang berkembang atau sosio-

ekonomi rendah. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah

dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Jumlah ini juga berbeda pada

tiap populasi.2 Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR terjadi pada keadaan ibu

yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada keadaan ibu dengan

kehamilan resiko tinggi.3

III. Etiologi

Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.

Berikut akan dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.3

Faktor Ibu :

• Toxemia

• Hipertensi dan/atau penyakit ginjal

• Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)

• Malnutrisi (mikro dan makro)

• Menderita penyakit kronis

2

• Anemia sel sabit

• Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.

• dsb.

Faktor Janin :

• Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella kongenital, sifilis)

• Radiasi

• Kehamilan ganda

• Hipoplasi pankreas

• Defisiensi insulin

• Defisiensi insulin-like growth factor type 1.

• dsb.

Faktor plasenta :

• Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta

• Penurunan luas permukaan plasenta

• Villous plaentitis (disebabkan bakteri, virus, parasit)

• Infark plasenta

• Tumor ( mola hidatidosa, chorioangioma)

• Plasenta terpisah

• dsb.

IV. Patofisiologi

Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah

sebagai berikut4 :

• Plasenta

Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan

luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga

transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit

vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat

gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus

gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah

3

uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.

Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang buruk meliputi

kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam

kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi

plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.

• Malnutrisi

Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan

janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil.

Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran

lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan.

Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap

pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki cukup

simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada

fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,

kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu

rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan

makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan

bahwa kalori tambahan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin

dibanding pernmbahan protein.

• Infeksi

Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan

janin. Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan

bayi dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki

insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi

rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan

pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka

dilahirkan.

• Faktor genetik

Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan

kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki

kecendrungan untuk berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

atau keil untuk masa kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%), dan

4

kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan yang sama. Hubungan

antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.

V. Diagnosis

Diagnosis BBLR biasanya ditegakkan dari :

1. ANAMNESIS

Dari anamnesa dapat digali mengenai riwayat gestasi, faktor etiologi dan

riwayat pemeriksaan antenatal dari ibu yang bayinya BBLR.

a. Menanyakan HPHT sehingga bisa diketahui taksiran persalinan

b. Mencari faktor etiologi yang mengakibatkan terjadinya BBLR

c. Menanyakan riwayat pemeriksaan antenatal dari ibu

2. PEMERIKSAAN FISIK

1. BBL < 2500.

2. PB kurang atau sama 45 cm.

3. Lingkar kepala < 33 cm.

4. Lingkar dada < 30 cm.

5. Kepala lebih besar dari badan.

6. Kulit tipis transparan , lanugo banyak , lemak subkutan kurang.

7. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus terlihat.

8. Rambut biasanya tipis .

9. Tulang rawan belum sempurna.

10. Jaringan mammae belum sempurna demikian pula puting susu.

11. Genetelia immatur .

12. Bayi kecil , posisinya masih posisi fetal , yaitu posisi dekubitus lateral ,

pergerakan nya kurang dan masih lemah.

13. Bayi masih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum

teratur, dan sering terdapat serangan apneu.

14. Otot masuh hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai

abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam keaadaan fleksi dan kepala

menghadap kesatu jurusan.

15. Refleks Moro dapat positif, refleks minghisap dan menelan belum

sempurna, demikiaan juga refleks batuk.

5

16. Pitting edem, sering ditemukan pada pendarahan antepartum, toxemia

gravidarum dan DM.

17. Nafas tidak teratur, jika >60 x/menit waspada terhadap Hialin Membran

Disease.

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Biasanya pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan khusus

dilakukan pada bayi dengan BBLR ini ditujukan untuk melihat ada tidaknya

komplikasi atau gangguan yang menyertainya.4

VI. Penatalaksanaan 7

Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :

1. Rawat dalam inkubator untuk mencegah hipotermia

2. Early feeding jika memungkinkan

3. Mengatasi komplikasi

4. Memberikan terapi pada yang diduga infeksi

5. Memantau adanya kelainan fisik atau kelainan fungsi intelektual

a. Tatalaksana nutrisi pada BBLR8 :

Pertumbuhan BBLR hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga

BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Belum ada standar kebutuhan nutrien yang disusun secara

tepat untuk BBLR, sebanding dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang

ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrien yang mendekati kecepatan

tumbuh dan komposisi tubuh janin normal sesuai masa gestasi serta

mempertahankan kadar normal nutrien dalam darah dan jaringan tubuh.8

Kebututan nutrisi8 :

1. Energi

2. Kebutuhan energi pada BBLR adalah 90-120 kkal/kgBB/hari. Asupan

energi nutrisi enteral pada BBLR untuk mencapai pertumbuhan yang sesuai

adalah 105-130 kkal/hari.

3. Protein

Kebutuhan berdasarkan penambahan berat badan janin adalah 3,5-4,0

g/kgBB/hari. Asupan yang dapat diberikan pada BBLR adalah 2,25-4

6

g/kgbb/hari. Bayi dengan asupan protein sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/hari dengan

110-120 kkal/kgbb/hari menunjukkan pertumbuhan yang paling menyerupai

pertumbuhan janin.

4. Lemak

Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara dengan

masukan sebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah diserap karena

komposisi asam lemak serta asam palmitat dalam posisi β disamping adanya

lipase pada ASI. Lemak pada formula untuk bayi prematur mengandung

campuran lemak rantai sedang (MCT) medium chain triglyevide dan lemak

tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh rantai ganda serta trigliserida

rantai panjang. Campuran ini mengandung cukup asam lemak esensial

paling sedikit 3% dan energi berupa asam linoleat dengan sedikit tambahan

asam α-linolenat. ASI mengandung AA dan DHA merupakan nutrien yang

bersifat esensial kondisional, sehingga kini formula prematur juga

disuplernentasi dengan kedua zat tersebut.

5. Karbohidrat

Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per hari atau

setara dengan 10-14 g/kgbb/hari. Kemampuan BBLR untuk mencerna

Iaktosa pada beberapa waktu setelah lahir rendah karena rendahnya aktivitas

enzim laktase; sehingga dapat terjadi keadaan intoleransi laktosa, walaupun

secara di klinik jarang menjadi masalah dan ASI umumnya dapat ditoleransi

dengan baik. Enzim glukosidase untuk glukosa polimer sudah aktif pada

BBLR sehingga pemberian glukosa polimer ditoleransi dengan baik. Selain

itu glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada mukosa usus,

sehingga memungkinkan digunakan pada formula bayi dengan osmolalitas

kurang dari 300 mOsm/kg.air. Formula prematur umumnya mengandung

50% laktosa dan 50% glukosa polimer, rasio yang tidak menyebabkan

gangguan penyerapan

mineral di usus.

Densitas kalori ASI baik ASI-matur maupun ASI prematur adalah 67

kkal/100 ml pada 21 hari pertama laktasi. Formula dengan densitas sama dapat

digunakan untuk BBLR, tetapi formula dengan konsentrasi lebih tinggi yaitu

7

81 kkal/100 ml (24 kkal/fI.oz) seringkali lebih disukai. Formula ini

memungkinkan pemberian kalori lebih banyak dengan volume lebih kecil,

menguntungkan bila kapasitas lambung terbatas atau bayi memerlukan restriksi

cairan dan juga mensuplai cukup air untuk ekskresi metabolit dan elektrolit

dari formula. Pemilihan jenis nutrisi pada bayi BBLR yang utama adalah ASI.

Namun, jika ASI tidak ada, maka susu formula merupakan pilihan. Formula

prematur kini terus disempurnakan agar makin menyerupai komposisi nutrien

ASI.8

Tabel Cara pemberian nutrisi8

Cara/metode Dasar PertimbanganMenyusu / botol Cara yang paling fisiologis

Masa gestasi minimal 32-34 mingguSecara medis bayi dalam keadaan stabilFrekwensi nafas < 60x/menit

Pipa oro- / nasogastrik Sebagai suplemen pada menyusu / botolDianjurkan pada bayi dengan masa gestasi < 32 mingguFrekwensi nafas < 80x/ menitDigunakan pada bayi dengan intubasi atau gangguan neurologik

Transpilorik Tidak dapat mentoleransi cara oro-/nasogastrikTerdapat risiko terjadinya aspirasiBayi diintubasiMotilitas usus menurunHarus menunggu pasase pipa sebelum mulai pemberian nutrisiMemerlukan pemeriksaan radiologiDapat terjadi komplikasi dumping syndrome, perubahanmikroflora usus, malabsorpsi nutrien, dan perforasi usus

Gastrostomi Malformasi gastrointestinalGangguan neurologikDalam intubasiMotilitas usus menurunHarus menunggu terjadinya pasase pada pipa sebelum pemberian makanPerlu pemeriksaan radiologikDapat terjadi komplikasi sindrom dumping, perubahan rnikroflora usus,

8

malabsorbsi, perforasi

Tabel Pedoman pemberian makan8

Berat (gram) Interval Volume awal (cc/kgbb/hari)

Volume increments (cc4cg/hari)

Waktu yang diperlukan (hari)

<1.000 Tiap 2 jam 10 10 161.000-1500 Tiap 2-3 jam 10-20 15-20 10-71.501-1800 sakit

Tiap 3 jam 10-20 20-30 7-5

1.501-1800 sehat

Tiap 3 jam 20-40 30-50 5-3

>1800 sakit Tiap 3 jam 20-40 30-75 5-2

Pemberian makan dapat dihentikan atau ditunda jika terjadi intoleransi

atau bayi sakit. Formula prematur yang dapat diberikan mulai dari 20 kkal/oz.

Setelah mencapai 120-150 ml/kg dapat ditambahkan fortifier, dan formula

prematur diubah menjadi 24 kkal/oz. Suplemen Fe diberikan 2-4 mg/kg pada

formula tersebut. Full feedings ialah bila telah mencapai 120/kg susu formula

prematur 24 kkal/.oz.

b. Perawatan BBLR dengan metode kangguru (PMK)9

Perawatan BBLR dengan metode kangguru (PMK) adalah perawatan untuk

bayi baru lahir dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan

kulit ibu (skin-to-skin contact).

Terdapat dua tipe PMK9:

1. PMK intermiten

• PMK yang dapat dilakukan saat bayi belum stabil (masih mendapatkan

sokongan medis)

• Waktu: dilakukan saat ibu menjenguk bayinya, lama dikerjakan

sebaiknya lebih dari 1 jam

• Tempat: perawatan bayi (NICU/Special care nursery)

2. PMK kontinu

• PMK yang dilakukan saat bayi sudah dalam keadaan stabil (tidak ada

penyakit akut)

• Waktu: ibu dan bayi bersama dalam 24 jam

9

• Tempat : ruangan rawat khusus PMK kontinu

Kriteria Pelaksanaan PMK9

1. PMK intermiten:

Bayi kurang bulan yang masih memerlukan pemantauan kardiopulmonal,

oksimetri, pemberian oksigen terapi, cairan intravena, dan pemantauan lain,

keadaan tersebut tidak mencegah pelaksanaan PMK.

2. PMK kontinu:

Bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah bayi prematur

(kurang bulan), berat lahir ≤2000 gram, tidak ada kegawatan pernapasan dan

sirkulasi, tidak ada kelainan kongenital yang berat, dan mampu bernapas

sendiri. Ibu dapat memberikan nutisi (ASI dan formula secara oral maupun

melalui pipa lambung). Meskipun demikian, pada sebagian besar kasus

PMK dapat segera dilakukan setelah bayi lahir.

Terdapat empat komponen PMK9 yaitu :

1. Kangaroo position (posisi)

2. Kangaroo nutrition (nutrisi)

3. Kangaroo support (dukungan)

4. Kangaroo discharge (pemulangan) dan pemantauan ketat

1. Kangaroo position (posisi)

Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak lurus, dada

bayi menempel ke dada ibu. Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak

kulit-ke-kulit, karena kulit bayi mengalami kontak seluas-luasnya secara

langsung dengan kulit ibu.9

Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya.

Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit

tengadah (ekstensi). Tepi pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi

kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka

dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari

posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi

”kodok”; tangan harus dalam posisi fleksi.9

10

Kain diikatkan dengan kuat setinggi dada bayi agar bayi tidak

tergelincir saat ibu bangun dari duduk. Perut bayi sebaiknya berada di sekitar

epigastrium ibu dan diperhatikan agar tidak tertekan. Dengan cara ini bayi

dapat melakukan pernapasan perut dan napas ibu akan merangsang bayi.9

Ibu dapat menggunakan baju berkancing depan. Bayi menggunakan

popok dan topi. ibu tetap dapat melakukan pekerjaan ringan sehari-hari. Bila

ibu ingin kekamar mandi atu melakukan aktivitas yang mengharuskan tidak

dapat menggendong bayinya maka anggota keluarga lain dapat bergantian

menggendong bayi tersebut. Ibu dapat tidur dengan kepala lebih tinggi

menggunakan beberapa bantal dan tetap melaksanakan PMK.9

2. Kangaroo nutrition (nutrisi)

Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. PMK membuat proses

menyusui menjadi lebih berhasil, proses menyusui menjadi lebih lama dan

dapat meningkatkan volume ASI. Pemberian nutrisi pada saat melakukan

PMK dapat ASI atau formula baik oral maupun melalui pipa lambung. Cara

dan waktu pemberian nutrisi sesuai protokol untuk BBLR/neonatus kurang

bulan.9

3. Kangaroo support (dukungan)

Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun

emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh

anggota keluarga, ibu dan masyarakat.9

4. Kangaroo discharge (pemulangan) dan pemantauan

PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria

dibawah ini:

• Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea

atau infeksi

• Bayi minum dengan baik

• Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari atau 20-30

g/hari) untuk sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut

• Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan

follow-up

11

VII. Komplikasi 6

Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan suhu

2. Kesulitan pernapasan

3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

4. Imaturitas hati

5. Imaturitas ginjal

6. Imaturitas imunologis

7. Kelainan neurologis

8. Kelainan kardiovaskuler

9. Kelainan hematologis

10. Metabolisme

VIII. Prognosis 5

Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada

kebanyakan kasus, bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat mengejar

ketertinggalan pertumbuhannya dalam tiga bulan pertama, dan mencapai kurva

pertumbuhan normal pada usia satu tahun. Menurut SDKI tahun 2003, 30% angka

kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Neonatus dengan BBLR berisiko angka

kematian bayi 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan neonatus dengan berat

badan lahir normal.

IX. Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi

lahir dengan berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu

hamil dan dengan kontrol antenatal secara teratur.

12

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN :

Nama Anak : By. Y

Umur : 2 hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku Bangsa : Minang

Alamat : Kampung Pisang

ANAMNESA :

Seorang neonatus baru lahir, tanggal 24 Juni 2014 jam 17.5 WIB dengan :

KELUHAN UTAMA:

Neonatus berat badan lahir 2350 gram, PB 46 cm.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

1. Neonatus berat badan lahir 2350 gram, PB 46 cm, cukup bulan, spontan,

ditolong oleh dokter.

2. Ibu baik, ketuban jernih, tidak berbau, tidak kental

3. Demam tidak ada

4. Sesak nafas tidak ada

5. Kebiruan tidak ada

6. Mekonium sudah keluar

7. Buang air kecil sudah keluar

8. Injeksi vitamin K sudah diberikan

9. Faktor resiko ibu :

13

- Ibu demam saat persalinan, suhu 39oC

- Riwayat keputihan, berbau dan gatal tidak ada

- Riwayat nyeri saat buang air kecil tidak ada

PEMERIKSAAN ANTE NATAL :

Dengan bidan, pemeriksaan teratur.

HPHT : 14-9-2013

Taksiran partus: 21-6-2014

PENYAKIT SELAMA HAMIL :

Tidak ada

KOMPLIKASI KEHAMILAN :

Tidak ada

KEBIASAAN WAKTU HAMIL :

Makanan : Kualitas : cukup, (2 porsi/hari) .

Kuantitas : cukup

Obat- obatan : Tidak ada

Merokok : Tidak ada

PEMERIKSAAN TERAKHIR WAKTU HAMIL :

Tekanan Darah : 130/70 mmHg

14

Ibu AyahUmur 31 35Pendidikan Tamat SD Tamat SMPPekerjaan Ibu Rumah Tangga WiraswastaPerkawinan ke I IPenghasilan - ± Rp 1.000.000

Suhu : 39° C

Leukosit : 10.500 mm3

RIWAYAT PERSALINAN:

Persalinan : Spontan

Ketuban : Jernih

Komplikasi persalinan : Tidak ada

KEADAAN BAYI WAKTU LAHIR :

Lahir tanggal 24 Juni 2014, jam 17.05 WIB.

Jenis Kelamin : Perempuan

Kelahiran : Tunggal

Kondisi saat lahir : Hidup

Nilai APGAR : 5/6

Riwayat Resusitasi :

- Pembersihan jalan nafas

- Pemberian oksigen ½ L

Penilaian Usia Kehamilan :

- Kriteria fisik luar (Ballard) : 26

- Kriteria Neurologis (Dubowitz) : 24

Total : 50

- Taksiran Masa Kehamilan : 38-39 minggu.

Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan berat badan lahir dan taksiran masa

kehamilan : Kecil untuk usia kehamilan (KMK).

PEMERIKSAAN FISIK :

Keadaan Umum : Kurang aktif

15

• BB Lahir : 2350 gram, PB : 46 cm

Frekuensi Jantung : 140 x/menit

Frekuensi Nafas : 41 x/menit

Suhu : 36,4oC

Kepala :

Ubun-ubun besar : 2 x 2cm

Ubun–ubun kecil : 0,5 x 0,5 cm

Jejas persalinan : tidak ada

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Mulut : Sianosis sirkum oral tidak ada

Leher : Tidak ada kelainan

Thorak : Bentuk Normochest

Paru : Bronkovesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada

Jantung : Irama teratur, bising tidak ada

Abdomen : Permukaan datar , kondisi lemas

Hepar : 1/4 – 1/4

Limpa : S0

Tali pusat : Tidak ada kelainan

Umbilikus : Tidak ada kelainan

Genitalia : Tidak ada kelainan

Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik

Kulit : Teraba hangat, sianosis tidak ada, ikterik tidak ada

16

Anus : Ada

Tulang : Tidak ada kelainan

Refleks Neonatal : Moro ada, rooting ada, hisap ada, pegang ada

Ukuran : Lingkaran kepala : 32,5 cm

Lingkaran dada : 28 cm

Lingkaran Perut : 23 cm

Simfisis kaki : 19 cm

Panjang lengan : 14 cm

Panjang kaki : 20 cm

Kepala – simpisis : 27 cm

RESUME :

Neonatus berat badan lahir rendah 2350 gram, PB 46 cm

Lahir Spontan, cukup bulan, ditolong oleh dokter

Keadaan ibu baik, ketuban jernih

Apgar Skor : 5/6

Taksiran maturitas : 38-39 minggu, KMK

Jejas persalinan : Tidak ada

Kelainan kongenital : Tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang : BBLR dan resiko infeksi

DIAGNOSIS KERJA :

17

BBLR 2350 gram dengan resiko infeksi

TERAPI :

Oksigen 0,5 L/menit

Dihangatkan dengan infant warmer

FOLLOW UP :

25/06/2014 Jam 07.00 WIB

S/ Demam tidak ada

Kejang tidak ada

Biru tidak ada

Kuning tidak ada

Sesak nafas tidak ada

BAB ada

BAK ada

O / Keadaan umum : sakit sedang

Nadi : 135 x/menit

Nafas : 48x/menit

Suhu : 36,8oC

Berat : 2350 gram

GDR : 87 gr/dl

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Jantung : Irama teratur, bising tidak ada

Paru : Bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Extremitas : Hangat, perfusi baik

Refleks isap (+)

18

Reflek pegang (+)

Reflek moro (+)

P/ Dihangatkan dengan infant warmer

R/ Pemeriksaan darah rutin, bila kondisi stabil dapat dipindahkan keruang rawat

gabung

25/06/2014 jam 16.00 WIB

Pasien dipindahkan keruang rawat gabung

19

BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang neonatus laki-laki umur 0 hari yang dirawat di

perinatologi IKA RSAM Bukittinggi, dengan diagnosa kerja bayi berat badan

lahir rendah ( BBLR ).

Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

Persalinan dilakukan di RSAM Bukittinggi ditolong oleh dokter. Pada anamnesa

didapatkan bahwa : bayi lahir spontan, cukup bulan, apgar skor 5/6. Ibu bayi

dalam keadaan baik setelah persalinan, saat persalinan ibu bayi demam dengan

suhu 39oC. Tindakan resusitasi yang dilakukan pembersihan jalan nafas dan

pemberian oksigen 0,5 L/menit. Dari pemeriksaan fisik ditemukan :berat badan

lahir 2350 gram, panjang badan 46 cm, keadaan umum sakit sedang, gerakan bayi

kurang aktif. Ekstremitas hangat, perfusi baik. Nilai APGAR 5/6.

Tindakan awal yang telah dilakukan pada pasien ini adalah perawatan

dengan menggunakan infant warmer dengan tujuan mencegah hipotermi karena

neonatus terutama BBLR rentan terhadap hipotermi. Pemberian vitamin K

diberikan untuk mencegah perdarahan. Setelah dilakukan observasi selama satu

hari, pasien direncanakan rawat gabung dengan ibu untuk diberikan ASI dan

perawatan metode kangguru. Diharapkan dengan penatalaksanaan yang tepat,

berat badan akan segera bertambah.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan R. Alatas H. Perinatologi. Dalam Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4.

Jakarta: FK UI. 1985

2. Labir IK, Tangking W, Ketut S. Anemia Ibu Hamil Trimester I dan II

Meningkatkan Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUD Wangaya

Denpasar. 2013. Denpasar: Public Health and Preventive Medicine Archive.

Volume 1. Hal. 2

3. Barbara S, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman RE,

Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th

Edition. Philadelphia : Saunders, 2007 ; p 701-10.

4. Dalmanik, Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi.

Dalam : Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; hal.

11-30.

5. Profil Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005. Dinas Kesehatan

Propinsi D.I Yogyakarta. 2005. Dari www.depkes.go.id diakses pada tanggal

24 Juni 2014

6. Dogra VS. 2006. Intrauterine Growth Retardation from www.emedicine.com

diakses pada tanggal 24 Juni 2014

7. Vandenbosche RC, Kirchner JT. 1998. Intrauterine Growth Retardation from

www.aafp.com diakses pada tanggal 24 Juni 2014

8. Nasar SS. Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri,

Vol. 5, No. 4, Maret 2004: 165 – 170

9. HTA Indonesia. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit.

2010

21