case based discussi forcep
DESCRIPTION
cbdcbdTRANSCRIPT
CASE BASED DISCUSSION
Ekstrasi Forcep
FRISMA INDAH PERMATASARI
1102008108
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 17 MARET 2014 – 24 MEI 2014
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
APRIL 2014
Definisi ekstrasi Forcep (cunam)
Tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam.
Tujuan persalinan dengan ekstraksi forcep
1. Traksi yaitu anak yang tidak bisa lahir spontan2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun – ubun kecil dikiri atau dikanan
depan atau sekali kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK ki/ka belakang menjadi UUK depan (dibawah symphisis pubis)
3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala
Klasifikasi pemasangan forcep
1. High ForcepsForcep yang dilakukan pada saat kepala janin belum masuk pintu atas panggul (floating). Saat ini tidak dilakukan lagi karena sangat berbahaya bagi janin ataupun ibu. Sectio cesarean lebih direkomendasikan
2. Mid ForcepsForecep yang dilakukan pada saat kepala janin sudah masuk pintu atas panggul (engaged), namun belum mencapai dasar panggul. Saat ini tidak dilakukan lagi. Sectio cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan
3. Low Forceps/outlet forcepsForcep yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai dasar panggul, cara ini masih sering dipakai hingga saat ini
Indikasi dalam melakukan ekstraksi forceps
1. Indikasi RelatifPada indikasi relatif, forceps dilakukan secara elektif (direncanakan), yaitu :a. Indikasi menurut De Lee
Forceps dilakukan secara elektif, asal syarat untuk melakukan ekstraksi terpenuhi b. Indikasi menurut Pinard
Indikasi menurut pinard hampir sama dengan menurut De Lee, namun ibu harus dipimpin dulu mengejan selama 2 jam
2. Indikasi Absoluta. Indikasi Ibu
Penyakit jantung, Penyakit pulmonar, Infeksi intrauterin,Gangguan neurologik, Kelelahan ibu,Kala II memanjang,Mempersingkat kala II : pre eklamsia, eklamsia
b. Indikasi janin : pada keadaan gawat janinGawat janin.Prolapsus tali pusat dengan kepala sudah didasar panggulAfter coming head
Kontra indikasi persalinan ekstraksi forcep
1. Terdapat kontra indikasi berlangsungnya persalianan pervaginam2. Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam obstetrik3. Dilatasi servik belum lengkap
4. Anencephalus5. Adanya fistel vagina6. Pesentasi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas7. Kegagalan ekstraksi vakum8. Fasilitas pemberian analgesia dan peralatan yang memadai tidak ada9. Operator tidak kompeten
Syarat dalam melakukan ekstraksi forcep
1. Pasien dan keluarga sudah faham dan menyetujui tindakan ini serta bersedia menandatangani “informed consent”
2. Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul3. Servik harus berdilatasi penuh/pembukaan lengkap4. Posisi kepala harus dapat dikenali5. Presentasi belakang kepala, letak muka dengan dagudidepan atau after coming head
pada persalinan sungsang pervaginam6. Ketuban sudah pecah7. Tidak ada kecurigaan disporposi antara ukuran kepala dengan ukuran pelvis 8. Operator harus kompeten
Cara pemasangan cunam
1. Pemasangan sefalik (cephalic forceps)Dimana cunam dipasang biparietal, atau sumbu panjang cunam sejajar dengan diameter mento occiput kepala janin. Pemasangan sefalik adalah cara yang paling aman baik untuk ibu maupun janin
2. Pemasangan pelvic (pelvic forceps)Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang cunam sejajar dengan sumbu panjang panggul
Pemasangan forceps yang sempurna, jika memenuhi kriteria berikut
1. Forcep terpasang biparietal kepala, atau sumbu panjang, forceps sejajar dengan sumbu diameter mento – oksiput kepala janin, melintang terhadap panggul
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua dalam forceps yang terpasang dan tegak lurus dengan cunam
3. Ubun – ubun kecil berada kira – kira 1 cm diatas bidang tersebut
Prosedur / langkah dalam melakukan forcep
1. Membayangkan forcep sebelum dipasangSetelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva, memegang kedua cunam dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana cunam terpasang pada kepala
2. Memasang forcepsPada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang dipasang adalah forceps kiri terlebih dahulu, forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil, sambil empat jari tangan kanan penolong masuk ke dalam vagina. Forcep secara perlahan dipasang dengan bantuan ibu jari tangan kanan.jadi bukan tangan kiri yang mendorong forceps masuk kedalam vagina. Setelah forcep kiri terpasang, asisten membantu memegang forcep kiri agar posisi tidak berubah. Dan
penolong segera memasang forceps kanan yaitu forceps yang dipegang oleh tangan kanan penolong dan dipasang disisi kanan ibu,forcep dipegang seperti memegang pensil, sambil empat jari tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina. Forcep dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong. Setelah forceps terpasang dilakukan penguncian
3. Penguncian forcepsPenguncian dilakuakn setelah forcep terpasang. Bila penguncian sulit dilakuakn jangan dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasanagn telah benar, dan dicoba pemasangan ulang. Apabila forceps kiri yang dipasang duluan, maka penguncian dilakuakn secara langsung, dan bila forceps kanan yang dipasang duluan, maka forceps dikunci secara tidak langsung
4. Pemeriksaan ulangSetelah forcep terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang,apakah forceps telah terpasang dengan benar dan tidak ada jalan lahir / jaringan yang terjepit
5. Traksi percobaanSetelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakuakn traksi percobaan. Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan, sambil jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan tarikan. Apabila jari telunjuk dan tangan tangan kiri tidak menjauh dari kepala janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi definitive. Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin berarti forceps tidak terpaang dengan baik dan harus dilakuakn pemasangam ulang
6. Traksi definitifTraksi definitif dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang forceps dan penolong melakukan traksi. Trksi dilakukan hanya menggunakan otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama dilakukan tarikan cunam ke bawah, sampai terlihat ociput sebagai hipomoklion, lalu tanagn kiri segera menahan perineum saat kepala meregang perineum. Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian lahirlah dahi,mata,hidung,mulut bayi
7. Melepaskan cunamSetelah kepala bayi lahir, maka cunam dilepaskan dan janin dilahirkan seperti persalinan biasa
Pemasangan forcep dikatakan gagal apabila :
Forceps tidak dapat dipasang, forceps tidak dapat dikunci, tiga kali traksi janin tidak lahir
Komplikasi ekstraksi forceps
1. Maternal a. Komplikasi akut
Laserasi serviks,vagina,perineum,kandung kemih, Episiotomi lebih luasMeningkatnya jumlah perdarahan,Hemtoma.Ruptur uterus
b. Komplikasi lanjutInkontinensia urin,Trauma sfingter ani, Prolaps organ pelvis
2. Janin
Cephal hematoma,Cedera pada daerah wajah,Trauma saraf fasial,Fraktur klavikula,Distosia bahu
CASE BASED DISCUSSION
Pertumbuhan Janin Terhambat
FRISMA INDAH PERMATASARI
1102008108
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 17 MARET 2014 – 24 MEI 2014
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
APRIL 2014
Definisi Pertumbuhan Janin Terhambat
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya, Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).
Tanda dan Gejala Pertumbuhan Janin Terhambat
1. Uterus dan janin tidak berhasil tumbuh dengan kecepatan normal selama jangka waktu 4 minggu
2. Tinggi fundus uteri sedikitnya 2 cm lebih rendah dari pada yang di perkirakan menurut umur / lama kehamilan
3. Berat bdan ibu semakin menurun4. Gerakan janin semakin berkurang5. Volume cairan ketuban menurun
Klasifikasi Pertumbuhan Janin Terhambat
1. Gangguan pertumbuhan janin simetris
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok
2. Gangguan pertumbuhan janin asimetris (tidak simetris)
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan.
Penatalaksanaan Pertumbuhan Janin Terhambat
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal. Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila
kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau
pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.
a. Tatalaksana umum :
Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan
maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan
posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan
untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah
kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat
dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk
diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG
setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus :
Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat
dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus
diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka
semuanya harus dihentikan.
c. Proses melahirkan :
Pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama
melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah
dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang
diperparah dengan proses melahirkan.
c. kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah
melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan
bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-
up” pertumbuhan setelah dilahirkan.
Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Pertumbuhan janin terhambat
CASE BASED DISCUSSION
Kontrasepsi Suntik
FRISMA INDAH PERMATASARI
1102008108
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 17 MARET 2014 – 24 MEI 2014
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
APRIL 2014
Definisi kontrasepsi suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman.Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun.
Jenis Kontrasepsi Suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:1. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem2. Suntikan / 3 bulan ; contoh : Depoprovera, Depogeston.
Cara Kerja Kontrasepsi Suntik
a. Menghalangi ovulasi (masa subur)b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kentalc. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahimd. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & spermae. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.
Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan selama jangka waktu tertentu (antara 1 – 3 bulan). Cairan tersebut merupakan hormon sistesis progesteron. Pada saat ini terdapat dua macam suntikan KB, yaitu golongan progestin seperti Depo-provera, Depo-geston, Depo Progestin, dan Noristat, dan golongan kedua yaitu campuran progestin dan estrogen propionat, misalnya Cyclo Provera. Hormon ini akan membuat lendir rahim menjadi kental, sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke rahim. Zat ini juga mencegah keluarnya sel telur (ovulasi) dan membuat uterus (dinding rahim) tidak siap menerima hasil pembuahan
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik dalam dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Mekanisme primer adalah mencegah ovulasi. Pada mekanisme ini, kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respons kelenjar hipofise terhadap gonadotropin-
releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di hipofise. Ini berbeda dengan pil oral kombinasi (POK), yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofise. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian KB Suntik Depoprovera, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya terdapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan berakhir.
Pada mekanisme sekunder, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga membuat endometium kurang layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Mekanisme ini mungkin juga mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii.
Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga mencegah pelepasan sel telur yang dikeluarkan tubuh wanita. Tanpa pelepasan sel telur, seorang wanita tidak akan mungkin hamil. Selain itu pada penggunaan Depo Provera, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan hormon progestin dengan sedikit hormon estrogen akan merangsang timbulnya haid setiap bulan.
Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik
a. Waktu Pemberian
- Setelah melahirkan : hari ke 3 – 5 pasca salin dan setelah ASI berproduksi- Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah
keguguran (asal ibu belum hamil lagi)- Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
b. Lokasi Penyuntikan
- Daerah bokong/pantat- Daerah otot lengan atas
Indikasi Kontrasepsi Suntik
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang sedang menyusui. Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.
Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntik
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan
darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi, atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini
Keuntungan Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996). Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian dalam rahim.
Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan pada pemakaian awal, dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan berikutnya. Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35 tahun, kecuali Cyclofem.
Kerugian dan Efek Samping Kontrasepsi Suntik
a. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
b. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktuc. Permasalahan berat badan merupakan efek samping terseringd. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaiane. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjangf. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulangg. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
Efek yang terakhir dan efek peningkatan berat badan terjadi karena pengaruh hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah dan menurunnya gairah seksual.
Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air, sehingga organ yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai mempunyai kandungan air yang sedikit / kering. Kondisi ini juga terjadi pada vagina sebagai akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina menjadi kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah atau disfungsi seksual pada wanita.
CASE BASED DISCUSSION
Mioma Uteri
FRISMA INDAH PERMATASARI
1102008108
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 17 MARET 2014 – 24 MEI 2014
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
APRIL 2014
Definisi Mioma Uteri
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim. Dikenal juga dengan istilah mioma atau myom atau tumor otot rahim.
Manifestasi Klinik Mioma Uteri
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
- Perdarahan abnormal
a. Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi,hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe.
b. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
- Penekanan rahim yang membesar
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
- Gejala traktus urinariue
a. urine frequency, b. retensi urine, c. obstruksi ureter dan hidronefrosis.
- Gejala intestinal:
a. konstipasi obstruksi intestinal.
- Terasa nyeri karena tertekannya saraf.a. Nyeri, dapat disebabkan oleh Penekanan saraf, Torsi bertangkai, Submukosa mioma terlahir.
Penatalaksanaan Mioma Uteri
1.Penanganan konservatif.
Bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
Cara penanganan konservatif sebagai berikut; Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan,bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC,pemberian zat besi, penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi
ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu,terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
2.Penanganan operatif, bila :
Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu,pertumbuhan tumor cepat, mioma subserosa bertangkai dan torsi,bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya,hipermenorea pada mioma submukosa,penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa
a) Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut :
- Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.- Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.- Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang.
b) Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut,terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan olah pasien.
Perdarahan uterus berlebihan :- Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih
dari 8 hari.- Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis. - Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi - Nyeri hebat dan akut.- Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.- Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.c) Penanganan Radioterapi
- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
- Bukan jenis submukosa.- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan d). Miomektomi
Jika pasien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dapat di pilih miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua mioma yang ditemukan dan membentuk kembali uterus. Pasien harus menerima jika timbul masalah sewaktu melakukan miomektomi, ahli bedah dapat melanjutkan dengan histerektomi. Setelah miomektomi, 40 persen wanita yang berkesempatan hamil akan hamil. Yang bertentangan dengan fakta ini adalah pada 5 persen pasien. Mioma timbul kembali dan jumlah wanita yang sama terus mengalami menoragia sehingga memerlukan penggunaan hormone, reseksi histeroskopik atau histerektomi.
Patofisiologi mioma uteri
CASE BASED DISCUSSION
Persalinan Kala I
FRISMA INDAH PERMATASARI
1102008108
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 17 MARET 2014 – 24 MEI 2014
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
APRIL 2014
Definisi persalinan kala I
Kala I adalah dimulai sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka 10 cm
fase kala 1 persalinan
1. fase laten
dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik tidak terlalu mules
2. fase aktif
kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mules pembukaan dari 4 cm sampai lengkap(10cm) terdapat penurunan bagian terbawah janin
Proses Persalinan
Tahap Pembukaan / In partu ( kala I )
keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug)
yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. ostium
uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar. selaput
ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi
pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan
pada multipara :
a. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan,pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga
langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan
b. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti garis lebar)
c. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14
jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada persalinan kala 1
Perubahan Fisiologis pada Persalinan Kala I
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif
tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai
puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode
postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama
kehamilan, persalinan dan kelahiran sampai saat ini masih belum jelas benar.
Sejumlah perubahan-perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan,
hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis
bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat menginterprestasikan tanda-tanda, gejala
tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal atau tidak selama
persalinan kala I.
a) Perubahan Tekanan Darah
b) Perubahan suhu badan
c) Perubahn Denyut jantung
d) Perubahan Pernafasan
e) Perubahan Renal
f) Perubahan Gastro Intestinal
g) Perubahan Uterus
Kontraksi Uterus
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda.
Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan
berlangsung. Bagian bawah relatif pasif dibanding dengan segmen atas, dan bagian ini
berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah
uterus analog dengan ismus uterus yang melebar dan menipis pada perempuan yang
tidak hamil. Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika kehamilan bertambah
tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan.
Perubahan Bentuk Uterus
Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai
pengurangan diameter horisontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek
penting pada proses persalinan. Pertama, pengurangan diameter horisontal
menimbulkan pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan menekankan kutub atasnya
rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah didorong lebih jauh ke
bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin berbentuk ovoid yang
ditimbulkannya diperkirakan telah mencapai antara 5 sampai 10 cm; tekanan yang
diberikan dengan cara ini dikenal senagai tekanan sumbu janin. Kedua, dengan
memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik tegang dan karena segmen bawah
dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke
atas pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi
serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.
Pembentukan sekmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen atas rahim(SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otok
yang lebih tebal dan kontraktif. Pada baghian ini terdapat banyak otot serong dan
memanjang. SAR terbentuk dari fundus ishmus uteri.
Segmen bawah rahim (SBR) terbentang diuteruas bagian bawah atas ishmus
dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini banyak bagian
otot yang melingkar dan memanjang.
Perkembangan retaksirin
Retaksirin adalah batas pinggir antara SAR dan SBR dalamkeadaan persalinan
normal tidak tampak dan akan kelihatan pada persalinan abnormal, karena kontraksi
uterus yang berlebihan, retraksiring akan tampak sebagai garis atau batas yang
menonjol diatas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.
Penarikan serviks
Pada ahir kehamilan otot yang mengelilingi ostium ute3ri internum (OUI)
ditarik oleh SAR yanh menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari
SBR. Bentuk seviks menghilang karena kanalis servikalis membesar dan atas
membentuk ostium uteri eksterna(OUE) sebagai ujung dan bemntuk yang sempit.
h) Perubahan-perubahan pada Serviks
Tenaga yang efektif pada kala satu persalinan adalah kontraksi uterus, yang
selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban
terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian
terbawah janin dipaksa langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus.
Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi dua perubahan mendasar –
pendataran dan dilatasi – pada serviks yang sudah melunak. Untuk lewatnya rata-rata
kepala janin aterm melalui serviks, saluran serviks harus dilebarkan sampai
berdiameter sekitar 10 cm, pada saat ini serviks dikatakan telah membuka lengkap.
Mungkin tidak terdapat penurunan janin selama pendataran serviks, tetapi paling
sering bagian terbawah janin mulai turun sedikit ketika sampai pada kala dua
persalinan, penurunan bagian terbawah janin terjadi secara khas agak lambat pada
nulipara. Namun, pada multipara, khususnya pada paritasnya tinggi, penurunan bisa
berlangsung san
i) Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang
bercampur darah,lendir ini berasal dan ekstruksi lendir yang menyumbat kanalis
servikalis sepajang kehamilan,sedangkan darah berasal dan desiduavera yang lepas.
j) Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini di sebabkan oleh adanya regangan SBR yang
menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus,dengan adanya
tekanan maka akan terlihat kontong yang berisi cairan yang menonjol ke ostium
uteri.internum yang terbuka.cairan ini terbagi dua yaitu forewater dan hindwoter yang
berfungsi untuk melindungi selapu amnion agar tidak terlepas seluruhnya.
k) Pemecahan kantong katuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan
lagi,ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin yang menyeba Pecah
ketuban secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada persalinan aktif.
l) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Jalan lahir disokong dan secara fungsional ditutup oleh sejumlah lapisan
jaringan yang bersama-sama membentuk dasar panggul. Struktur yang paling penting
adalah m. levator ani dan fasia yang membungkus permukaan atas dan bawahnya,
yang demi praktisnya dapat dianggap sebagai dasar panggul. Kelompok otot ini
menutup ujung bawah rongga panggul sebagai sebuah diafragma sehingga
memperlihatkan permukaan atas yang cekung dan bagian bawah yang cembung.
Pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin
memainkan peran penting untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah
ketuban pecah, perubahan-perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh
tekanan yang diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata
terdiri atas peregangan serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian tengah
perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan berbentuk baji setebal 5 cm
menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi) struktur membran tipis yang hampir
transparan dengan tebal kurang dari 1 cm.
Manajemen Kala I
1) Penggunaan Partograf
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa
dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat
keputusan klinis selama kala I persalinan.
Kegunaan utama dari partograf adalah :
1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa
dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam
2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini
persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai
kemungkinan persalinan lama
Bagian-bagian dari partograf :
Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan yang dilakukan selama kala I
persalinan termasuk :
1. Kemajuan persalinan
Pembukaan serviks,penurunan kepala janin,kontraksi Uterus
2. Keadaan Janin
DJJ,warna dan jumlah air ketuban,molase tulang kepala janin
3. Keadaan Ibu
Nadi, tekanan darah, suhu,urin : volume dan protein, obat-obatan dan cairan IV
2) Pengurangan Rasa Sakit (pain relief)
Menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:
1. menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami,
orang tua)
2. pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau
berdiri, berbaring miring ke kiri
3. relaksasi dan pernafasan
4. istirahat dan privasi
5. penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan
6. sentuhan