cairan dan elektrolit.isi.doc
TRANSCRIPT
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 1/27
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Pada bayi prematur jumlahnya
sebesar 80% dari berat badan, bayi normal sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum
pubertas sebesar 65-70% dari berat badan, orang dewasa sebesar 50-60% dari berat
badan. Kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam
sel otot, sehingga cairan tubuh total pada orang yang gemuk (obesitas) lebih rendah
daripada mereka yang tidak gemuk.
Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan ekstrasel
dan cairan intrasel. Volume cairan intrasel sebesar 60% dari cairan tubuh total. Volume
cairan ekstrasel sebesar 40% dari cairan tubuh total. Cairan ekstrasel dibagi dalam dua
subkompartemen yaitu cairan interstisial sebesar 30% dari cairan tubuh total, dan cairan
intravaskular sebesar 10% dari cairan tubuh total.
Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat beberapa kation dan anion
(elektrolit) yang penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan fungsi sel. Ada dua
kation yang penting, yaitu natrium dan kalium. Keduanya mempengaruhi tekanan
osmotik cairan ekstrasel dan intrasel dan langsung berhubungan dengan fungsi sel.
Kation dalam cairan ekstrasel adalah natrium (kation utama) dan kalium, kalsium,
magnesium. Untuk menjaga netralitas (elektronetral) di dalam cairan ekstrasel terdapat
anion-anion seperti klorida, bikarbonat dan albumin. Kation utama dalam cairan intrasel
adalah kalium dan sebagai anion utama adalah fosfat.
Zat-zat yang terkandung dalam cairan tubuh antara lain adalah air, elektrolit,
trace element, vitamin, dan nutrien-nutrien lain seperti protein, karbohidrat, dan lemak.
Dengan makan dan minum maka tubuh kita akan tercukupi akan kebutuhan nutrient-
nutrien tersebut.
Air dan elektrolit yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan dalam waktu 24
jam dengan jumlah yang kira-kira sama melalui urin, feses, keringat, dan pernafasan.
Tubuh kita memiliki kemampuan untuk mempertahankan atau memelihara
keseimbangan ini yang dikenal dengan homeostasis.
1
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 2/27
Namum demikian, terapi cairan parenteral dibutuhkan jika asupan melalui oral
tidak memadai atau tidak dapat mencukupi. Sebagai contoh pada pasien koma,
anoreksia berat, perdarahan banyak, syok hipovolemik, mual muntah yang hebat, atau
pada keadaan dimana pasien harus puasa lama karena akan dilakukan pembedahan.
Selain itu dalam keadaan tertentu, terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan
untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau untuk menjaga
keseimbangan asam-basa.
Dengan demikian, secara garis besar tujuan dari terapi cairan adalah :
1. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit tubuh
2. Dukungan nutrisi
3. Akses intravena
4. Mengatasi syok
2
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 3/27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI CAIRAN TUBUH
Manajemen cairan dan elektrolit adalah hal terpenting dalam menangani
pasien bedah. Perubahan-perubahan baik pada komposisi cairan maupun elektrolit
dapat terjadi pada berbagai keadaan seperti perioperasi, saat operasi, postoperasi,
respon trauma, dan sepsis.
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya berubah
sesuai dengan usia, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1
tahun cairan tubuhnya sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun
cairan tubuhnya sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang
persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada
laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat
badan.
Tabel 1. Perubahan Persentase Cairan Tubuh Manusia Berdasarkan Usia
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh dapat terjadi pada kondisi-
kondisi seperti perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa
preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang
3
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 4/27
berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan
anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi lebih besar.
Total berat air dalam tubuh atau Total Body Water (TBW) dibagi menjadi
dua kompartemen cairan fungsional, yaitu cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kompartemen cairan ekstraseluler terdiri dari sekitar sepertiga dari TBW dan
kompartemen intraseluler sisanya yaitu dua pertiga. Lebih jauh kompartemen
ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial.
Gambar 1. Cairan Tubuh
1. Cairan Intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan
sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannyamerupakan cairan intraselular.
2. Cairan Ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,
jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.
4
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 5/27
Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata
70 kg. Cairan ekstraselular dibagi menjadi :
a. Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial,
sekitar 11- 12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali
lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
b. Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
(contohnya volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-
6L dimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah,
sel darah putih dan platelet.
c. Cairan Transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan
sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler
adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan
keluar dari ruang transeluler.
Gambar 2. Distribusi Cairan Tubuh
5
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 6/27
3. Kandungan Cairan Tubuh Selain Air
a. Elektrolit
Elektrolit merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation)
dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu
sama (diukur dalam miliekuivalen).
1) Kation. Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+),
sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+).
Suatu sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar
sodium dan potassium ini.
a) Natrium, merupakan kation utama didalam cairan ekstraseluler dan
paling berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar
natrium plasma: 135-145mEq/liter.12 Kadar natrium dalam plasma
diatur lewat beberapa mekanisme:
• Left atrial stretch reseptor
• Central baroreseptor
• Renal afferent baroreseptor
• Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
•
Atrial natriuretic factor
• Sistem renin angiotensin
• Sekresi ADH
• Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body
Water)
6
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 7/27
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau
40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-
180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter.
Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl). Natrium dapat
bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke
dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
(muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi
keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan
natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari
cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air
akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak
dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.
b) Kalium, merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan
elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana
99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah
adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel. Kadar kalium
plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.
Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+
ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72
mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter.
2) Anion. Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular
adalah ion fosfat (PO43-).
a) Kalsium, terdapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-
90% dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah
pengeluaran ini tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan
endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-
kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da hipofisis. Sebagian
besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan
ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.
7
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 8/27
b) Magnesium, ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk
pertumbuhan+ 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
c) Karbonat. Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh
sebagai salah satu hasil akhir daripada metabolisme. Kadar
bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali bikarbonat yang akan
dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan
sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.
Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial
pada intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi
dari cairan ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi cairanintraseluler.
b. Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam
cairan. Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.
Gambar 3. Susunan Kimia Cairan Ekstraseslular dan Intraselular
B. PROSES PERGERAKAN CAIRAN TUBUH
8
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 9/27
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan
mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan
energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan
osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif
berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung
secara:
1. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran
semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama. Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui
air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan
tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%,
Ringer laktat). Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik
(akuades), sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik.
2. Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan
hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-
pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.
3. Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.
C. ASUPAN DAN KEHILANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA
KEADAAN NORMAL
9
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 10/27
Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah
oleh stres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya
cedera pada paru-paru, kulit atau traktus gastrointestinal. Pada keadaan normal,
seseorang mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000-2500 ml per hari, dalam
bentuk cairan maupun makanan padat dengan kehilangan cairan rata- rata 250 ml
dari feses, 800-1500 ml dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.
Kepustakaan lain menyebutkan asupan cairan didapat dari metabolisme
oksidatif dari karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250-300 ml per hari,
cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan dari makanan
padat sekitar 800-100 ml tiap hari, sedangkan kehilangan cairan terjadi dari ekskresi
urin (rata-rata 1500 ml tiap hari, 40-80 ml per jam untuk orang dewasa dan 0,5
ml/kg untuk pediatrik), kulit (insensible loss sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada
rata-rata orang dewasa yang mana volume kehilangan bertambah pada keadaan
demam yaitu 100-150 ml tiap kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius pada suhu tubuh
di atas 37 derajat celcius dan sensible loss yang banyaknya tergantung dari
tingkatan dan jenis aktivitas yang dilakukan), paru-paru (sekitar 400 ml tiap hari
dari insensible loss), traktus gastointestinal (100-200 ml tiap hari yang dapat
meningkat sampai 3-6 L tiap hari jika terdapat penyakit di traktus gastrointestinal),
third-space loses.
Tabel 2. Rata-Rata Harian Asupan dan Kehilangan Cairan pada Orang Dewasa
10
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 11/27
D. PERUBAHAN CAIRAN TUBUH
Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
1. Perubahan volume
a. Defisit Volume
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan
tubuh yang paling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum
adalah kehilangan cairan di gastrointestinal akibat muntah, penyedot
nasogastrik, diare dan drainase fistula. Penyebab lainnya dapat berupa
kehilangan cairan pada cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi jaringan,
peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar. Keadaan akut, kehilangan cairan
yang cepat akan menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat dan
jantung. Pada kehilangan cairan yang lambat lebih dapat ditoleransi sampai
defisi volume cairan ekstraselular yang berat terjadi.
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi
serum dari natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik
(<139 mEq/L) atau hipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik
11
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 12/27
merupakan yang paling sering terjadi (80%), sedangkan dehidrasi
hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% dari kasus.15Dehidrasi
Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan
konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya
relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen
ekstravaskular. Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan
cairan dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan
hipertonis). Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke kompartemen ekstravaskular,
sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular. Dehidrasi
hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan
kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis).
Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan
natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen
ekstraskular berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga
meminimalkan penurunan volume intravaskular.
12
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 13/27
Tabel 3. Tanda-Tanda Klinis Dehidrasi
Tabel 4. Derajat Dehidrasi
13
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 14/27
Table 5. Rumatan Cairan menurut Holliday-Segar
Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan,
cairan rumatan yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung
disesuaikan . Cara rehidrasi :
1. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang diberikan (D) =
derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24 jam
atau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak) Pemberian cairan :
• 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot17)
• 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot17)
b. Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi
akibat iatrogenik (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang
menyebabkan kelebihan air dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena
glukosayang menyebabkan kelebihan air) ataupun dapat sekunder akibat
insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagal jantung
14
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 15/27
kongestif.9,10 Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi
kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.
2. Perubahan konsentrasi
a. Hiponatremia
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan
mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar
< 110 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat
disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia
(disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses, diuretika),
hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi
cairan (Na+≥ 125 mg/L) atau NaCl 3% ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan
untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara
perlahan- lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk
menghitung Na serum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus :
b. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa
perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat
disebabkan oleh kehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes
insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium
berlebihan. Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5%
dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x BB x 0,6}: 140.
c. Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi
akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan
15
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 16/27
kronis kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa
disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen
depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi
glukosa. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi
(alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan), infuse potasium klorida sampai
10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L) atau infus potasium
klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk
hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang
hebat).13 Rumus untuk menghitung defisit kalium :
d. Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena
insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-
inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan
susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular
(disritmik, perubahan EKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa
intravena kalsium klorida 10% dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100
mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik, hemodialisis.
3. Perubahan Komposisi
a. Asidosis Respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk
menurunkan ventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan
akibat dari ventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas,
atelektasis, pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi
abdomen dan penggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya
melibatkan koreksi yang adekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal,
16
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 17/27
dan ventilasi mekanis bila perlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene
trakeobronkial saat post operatif adalah sangat penting.
b. Alkalosis Respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)
Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan
ventilasi yang dibantu. Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal,
dan alkalosis terjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi
ditujukan untuk mengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang
sesuai, analgesia, penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan
koreksi defisit potasium yang terjadi.
c. Asidosis Metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau
kehilangan bikarbonat. Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal,
diare, fistula usus kecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat.
Kompensasi awal yang terjadi adalah peningkatan ventilasi dan depresi
PaCO2. Penyebab paling umum adalah syok, diabetik ketoasidosis,
kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunan metanol. Terapi sebaiknya
ditujukan terhadap koreksi kelainan yang mendasari. Terapi bikarbonat
hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan hanya setelah
kompensasi alkalosis respirasi digunakan.
d. Alkalosis Metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau
penambahan bikarbonat dan diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang
umum terjadi pada pasien bedah adalah hipokloremik, hipokalemik akibat
defisit volume ekstraselular. Terapi yang digunakan adalah sodium klorida
isotonik dan penggantian kekurangan potasium. Koreksi alkalosis harus
gradual selama perode 24 jam dengan pengukuran pH, PaCO2 dan serum
elektrolit yang sering.
E. CAIRAN PERIOPERATIF
Defisit cairan dan elektrolit pra bedah dapat timbul akibat dipuasakannya
penderita terutama pada penderita bedah elektif (sektar 6-12 jam), kehilangan cairan
abnormal yang seringkali menyertai penyakit bedahnya (perdarahan, muntah, diare,
diuresis berlebihan, translokasi cairan pada penderita dengan trauma), kemungkinan
meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat17
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 18/27
banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum
dilakukan pembedahan. Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan mengalami
pembedahan (elektif) harus mendapatkan penggantian cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam lama puasa.
Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif,
perioperatif dan postoperatif.
1. Faktor Preoperatif :
a. Kondisi yang telah ada Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi
renal dapat diperburuk oleh stres akibat operasi.
b. Prosedur diagnostic. Arteriogram atau pyelogram intravena yang
memerlukan marker intravena dapat menyebabkan ekskresi cairan dan
elektrolit urin yang tidak normal karena efek diuresis osmotik.
c. Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air
dan elektrolit
d. Preparasi bedah Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan
kehilangan air dan elekrolit dari traktus gastrointestinal.
e. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada
f. Restriksi cairan preoperative. Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien
dewasa yang sehat kehilangan cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan
dapat meningkat jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan
abnormal cairan.
g. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya. Harus dikoreksi sebelum operasi
untuk meminimalkan efek dari anestesi.
2. Faktor Perioperatif :
Dengan induksi anestesi, mekanisme kompensasi hilang dan hipotensi
akan berkembang jika defisit volume yang tidak tepat dikoreksi sebelum operasi.
Selain kehilangan darah diukur, kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke
third space juga harus diperhatikan (contohnya kehilangan cairan ekstraselular
ke dinding dan lumen usus saat operasi). Kehilangan cairan akibat evaporasi dari
luka operasi (biasanya pada luka operasi yang besar dan prosedur operasi yang
berkepanjangan, besar luka jaringan lunak, kompleks patah tulang, dan luka
bakar juga harus dipertimbangkan.
18
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 19/27
Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung
berdasarkan kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan
cairan akibat pembedahan (perdarahan, translokasi cairan dan
penguapan atau evaporasi). Jenis cairan yang diberikan
tergantung kepada prosedur pembedahannya dan jumlah darah
yang hilang.
a. Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis
misalnya bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya
diberikan cairan rumatan saja selama pembedahan.
b. Pembedahan dengan trauma ringan misalnya:
appendektomi dapat diberikan cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4
ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan.
Total yang diberikan adalah 6 ml/kgBB/jam berupa cairan
garam seimbang seperti Ringer Laktat atau Normosol-R.
c. Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan
sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8
ml/kgBB/jam untuk pembedahannya. Total 10 ml/kgBB/jam.
3. Faktor Postoperatif :
a. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi
b. Peningkatan katabolisme jaringan
c. Penurunan volume sirkulasi yang efektif
d. Risiko atau adanya ileus postoperatif
Cairan awal yang diberikan harus isotonik dan kemudian dapat diubah
menjadi 0,45 persen saline dengan tambahan dextrose setelah jam 24-48 pertama. Jika fungsi ginjal normal dan pengeluaran urin cukup, kalium dapat
ditambahkan ke cairan infus.
Penanganan cairan pada pasien pasca bedah:
a. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi.
Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar ±
50 ml/kgBB/24 jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan
pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang
rusak, proses katabolisme dan transfusi darah. Akibat stress pembedahan,
19
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 20/27
akan dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi
air dan natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu
pemberian natrium. Penderita dengan keadaan umum baik dan trauma
pembedahan minimum, pemberian karbohidrat 100-150 mg/hari cukup
memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan
protein sampai 50% kadar albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%.
Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila
perlu larutan garam isotonis. Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita
dapat minum dan makan.
b. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:
1) Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan
1°C suhu tubuh
2) Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau
muntah.
3) Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan
humidifikasi.
c. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama
pembedahan yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%,
sebaiknya diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut
oksigen.
d. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan
tersebut. Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi
tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil,
jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.
F. PILIHAN JENIS CAIRAN
1. Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES =
CEF). Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan
mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak
menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat
disimpan lama. Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali
cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk
20
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 21/27
mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang
intravaskuler sekitar 20-30 menit.
Heugman et al (1972) mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah
sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga timbul edema
perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi jaringan dan edema
jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9%. Penelitian
Mills dkk (1967) di medan perang Vietnam turut memperkuat penelitan yang
dilakukan oleh Heugman, yaitu pemberian sejumlah cairan kristaloid dapat
mengakibatkan timbulnya edema paru berat. Selain itu, pemberian cairan
kristaloid berlebihan juga dapat menyebabkan edema otak dan meningkatnya
tekanan intra kranial.
Table 6. Komposisi Cairan Kristaloid
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloidakan lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid
maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang
interstitiel. Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling
banyak digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan
yang hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam
cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati menjadi bikarbonat. Cairan
kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan
berlebih dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional
21
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 22/27
hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat
peningkatan klorida.
2. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan
yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang
menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam)
dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk
resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik atau
pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang
banyak (misal luka bakar).
22
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 23/27
Tabel 7. Komposisi Cairan Koloid
Kerugian dari plasma expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan
reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada “cross
match”. Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:
a. Koloid alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan
2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C selama
10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein
plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin
dan beta globulin. Prekallikrein activators (Hageman’s factor fragments)
seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam
23
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 24/27
albumin. Oleh sebab itu pemberian infus dengan fraksi protein plasma
seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.
b. Koloid sintesis yaitu:
1) Dextran:
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan
Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi
oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media
sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih
baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu
memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat
menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran
mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangiplatelet
adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis
dan melancarkan aliran darah. Pemberian Dextran melebihi 20
ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match, waktu perdarahan
memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan
reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan memberikan Dextran
1 (Promit) terlebih dahulu.
2) Hydroxylethyl Starch (Heta starch)
Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 –
1.000.000, rata-rata 71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan
onkotik 30 30 mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal
akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64%
dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar serum amilase ( walau jarang).
Low molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch)
mirip Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5
kali volume yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena
potensinya sebagai plasma volume expander yang besar dengan
toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Penta
starch dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita
gawat.
3) Gelatin24
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 25/27
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat
molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang.
Ada 3 macam gelatin, yaitu:
• Modified Fluid Gelatin (Plasmion dan Hemacell)
• Urea linked gelatin
• Oxypoly gelatin
Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada
penderita gawat. Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik
(jarang) terutama dari golongan urea linked gelatin
G. GANGGUAN ELEKTROLIT PADA PASIEN BEDAH DENGAN KEADAANKHUSUS
1. Syndrome of Inappropriate Secretion of Antidiuretic Hormone
Keadaan ini dapat terjadi setelah cedera kepala atau operasi untuk SSP,
tetapi juga dapat diakibatkan oleh obat (seperti morfin, nonsteroidals, dan
oksitosin), penyakit paru (pneumonia, abses, dan tuberkulosis) dan penyakit
endokrin (hipotiroidisme dan defisiensi glukokortikoid), dan keganasan (kanker
paru-paru, pankreas karsinoma, thymoma, dan penyakit Hodgkin). Pada keadaan
ini harus dipertimbangkan pada pasien yang euvolemic dan hyponatremic
dengan natrium urin tinggi (> 20 mEq / L) dan osmolalitas urin. Dalam
kebanyakan kasus, pembatasan asupan air akan memperbaiki masalah.
Tujuannya adalah untuk mencapai keseimbangan air, bukan untuk menghindari
penurunan volume yang membahayakan fungsi ginjal. Furosemide juga dapat
digunakan untuk menginduksi kehilangan air.
2. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus (DI) adalah gangguan stimulasi hormon antidiuretik
dan dimanifestasikan oleh urin encer yang dapat mengakibatkan hipernatremia.
Jika ringan, yang diperlukan hanyalah rehidrasi. Dalam kasus yang lebih parah,
vasopresin (5 unit subkutan) dapat ditambahkan.
3. Acute Renal Failure Patients
Ada sejumlah gangguan cairan dan elektrolit untuk pasien dengan gagal
ginjal akut. Oliguria gagal ginjal memerlukan pemantauan ketat dari serum
kalium. Dialisis diperlukan untuk hiponatremia berat. Asidosis metabolik sering
25
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 26/27
terlihat dengan gagal ginjal, karena ginjal kehilangan kemampuan mereka untuk
membersihkan produk asam. Bikarbonat dapat digunakan tapi dialisis yang
sering diperlukan.
4. Cancer Patients
Keganasan merupakan penyebab paling umum dari hypercalcemia.
Pengobatan hypercalcemia keganasan harus dimulai dengan ekspansi volume
saline dan kemudian diuretik loop. Berbagai obat-obatan juga yang tersedia.
Bifosfonat (etidronate dan pamidronat) menghambat resorpsi tulang dan
aktivitas osteoklastik. Mereka bertindak perlahan (dalam waktu 48 jam).
Kalsitonin juga efektif oleh resorpsi tulang dan menghambat meningkatkan
ekskresi ginjal kalsium. Kerjanya cepat (2-4 jam), namun penggunaannya adalah
dibatasi oleh perkembangan tachyphylaxis. Kortikosteroid dapat menurunkan
tachyphylaxis dan dapat digunakan sendiri untuk mengobati hypercalcemia.
Gallium nitrat yang berpotensi menghambat resorpsi tulang. Mereka
menampilkan durasi yang panjang dari aksi tetapi dapat menyebabkan
nefrotoksisitas. Untuk pasien dengan hypercalcemia parah atau yang tidak dapat
mentoleransi ekspansi volume (karena edema paru atau gagal jantung kongestif),
dialisis adalah pilihan.
BAB III
KESIMPULAN26
7/27/2019 CAIRAN DAN ELEKTROLIT.ISI.doc
http://slidepdf.com/reader/full/cairan-dan-elektrolitisidoc 27/27
Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh ini
didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam
metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan.
Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama
pembedahan ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Maka terapi cairan amat
diperlukan untuk pemeliharaan dan mencegah kehilangan cairan terlalu banyak yang
bisa membahayakan.
Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi membran
sel. Adanya tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar sel atau masuk ke dalam sel.
Dalam terapi cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan
pasien, serta cairan infus itu sendiri. Pemberian infus yang tidak sesuai untuk keadaan
tertentu akan sia-sia dan tidak bisa menolong pasien.
27